Hitstat

28 February 2013

Efesus - Minggu 23 Kamis


Pembacaan Alkitab: Flp. 1:21


Dalam tiga puluh tiga setengah tahun hidup-Nya di bumi, Tuhan Yesus membuat suatu cetakan, model, di mana semua orang yang percaya kepada-Nya harus diserupakan. Sesuai dengan catatan dalam keempat kitab Injil, kehidupan Tuhan Yesus adalah kehidupan realitas. Realitas (kebenaran) merupakan pancaran sinar terang. Terang merupakan sumber, dan realitas adalah ekspresinya. Ibrani 1:3 mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah. Ini berarti Dia adalah pancaran sinar Allah yang adalah terang. Karena dalam setiap aspek kehidupan Tuhan di bumi ada pancaran sinar, kehidupan-Nya adalah kehidupan realitas, kehidupan pancaran Allah sendiri. Kehidupan realitas ini adalah ekspresi Allah. Karena alasan inilah Paulus mengatakan bahwa kita mempelajari Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus. Dengan kata lain, kita mempelajari Kristus sesuai dengan cetakan kehidupan Yesus. Cetakan kehidupan Yesus adalah realitas.

Setelah Kristus membuat cetakan ini, Dia melewati mati dan bangkit, dan dalam kebangkitan Dia menjadi Roh pemberi-hayat. Sebagai Roh yang sedemikian, Dia masuk ke dalam kita menjadi hayat kita. Ketika kita percaya kepada Dia dan dibaptis, Allah meletakkan kita ke dalam Dia yang adalah cetakan, sama seperti adonan diletakkan ke dalam cetakan. Dengan diletakkan ke dalam cetakan ini kita mempelajari cetakan ini. Ini berarti dengan diletakkan ke dalam Kristus, kita mempelajari Kristus. Di satu pihak, Allah meletakkan kita ke dalam Kristus; di pihak lain, Kristus telah masuk ke dalam kita menjadi hayat kita. Sekarang kita bisa hidup oleh-Nya sesuai dengan cetakan yang di dalamnya kita telah diletakkan oleh Allah.

Kita harus membedakan jenis kehidupan ini dari kehidupan yang sesuai dengan pengajaran modern mengenai meniru Kristus sebagai teladan kita. Para modernis dengan salah mengajarkan bahwa Kristus bukanlah Allah, tetapi manusia yang memiliki standar tertinggi untuk kita ikuti. Pengajaran itu menuntut kita menggunakan hayat alamiah kita untuk meniru Kristus dan menempuh kehidupan sesuai dengan standar-Nya. Pengajaran seperti itu adalah bidah. Itu mutlak tidak ada hubungannya dengan realitas yang nyata dalam Yesus. Hal itu menyangkal fakta bahwa orang beriman yang sejati ada dalam Kristus dan memiliki Kristus di dalamnya. Berlawanan dengan ajaran bidah itu, yakni pengajaran yang modern, kita berkata sesuai dengan Perjanjian Baru bahwa ketika orang berdosa bertobat dan percaya kepada Kristus dan dibaptis ke dalam Kristus, Allah meletakkan dia ke dalam Kristus sebagai cetakan. Pada saat yang sama, Kristus sebagai Roh pemberi-hayat masuk ke dalamnya menjadi hayatnya. Kemudian, orang beriman ini perlu hidup oleh Kristus sebagai hayatnya, sesuai dengan cetakan itu. Semakin dia hidup oleh Kristus, dia semakin dengan spontan dibentuk ke dalam bentuk cetakan itu. Ini adalah kehidupan dalam Kristus dan juga kehidupan Kristus dalam kita. Kita berada dalam Kristus sebagai cetakan, dan Dia di dalam kita sebagai hayat kita. Dengan jalan ini kita mempelajari Kristus sebagai realitas yang nyata dalam Yesus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 47

27 February 2013

Efesus - Minggu 23 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:17-21


Menurut Perjanjian Baru, diselamatkan berarti ditaruh Allah ke dalam Kristus. Satu Korintus 1:30 menerangkan, “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus.” Ketika Allah meletakkan kita ke dalam Kristus, Ia menaruh kita ke dalam cetakan itu. Seperti halnya seorang saudari mencetak adonan ke dalam cetakan kue, begitulah Allah bermaksud membentuk kita sesuai dengan cetakan Kristus. Maka Roma 8:29 menunjukkan bahwa kita diserupakan dengan gambar Kristus, Putra sulung di antara banyak saudara. Diserupakan berarti dicetak. Putra sulung adalah model, dan banyak saudara dari Putra sulung adalah mereka yang telah diserupakan dengan model ini. Maka mempelajari Kristus tidak lain berarti dicetak dengan model Kristus, yaitu diserupakan dengan gambar Kristus.

Setelah Kristus mendirikan model ini, Ia lalu disalibkan, kemudian masuk ke dalam kebangkitan, dan da­lam kebangkitan Ia menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45). Sebagai Roh itulah Ia lalu masuk ke dalam kita menjadi hayat kita. Kita telah menunjukkan bahwa pada waktu kita percaya ke dalam Kristus dan dibaptis ke dalam-Nya, Allah menaruh kita ke dalam-Nya sebagai model, cetakan. Karena itu, Paulus dapat memberi tahu orang Efesus bahwa mereka “telah mempelajari Kristus”. Menurut terang Perjanjian Baru dan menurut pengalaman kita, mempelajari Kristus berarti ditaruh ke dalam Kristus oleh Allah. Di pihak Allah, Ia telah menaruh kita ke dalam Kristus, sedangkan di pihak kita, kita telah mempelajari Kristus melalui ditaruh ke dalam-Nya.

Setelah seorang beroleh selamat, dalam batinnya ia berhasrat menempuh suatu hidup yang sesuai dengan model yang didirikan Tuhan Yesus. Namun, banyak orang yang mengabaikan hasrat ini atau mengembangkannya secara keliru, yaitu mengira dapat sukses meniru-Nya dengan usaha mereka sendiri. Kita keliru kalau kita berpikir bahwa kita dapat meniru Kristus melalui menggunakan hayat alamiah kita. Orang Kristen seharusnya meniru Kristus, namun mereka tidak boleh berbuat demikian menurut hayat alamiah mereka.

Kita telah menunjukkan bahwa kita sudah keliru jika kita berusaha meniru Kristus melalui usaha hayat alamiah kita. Kita juga nampak bahwa ketika kita percaya Tuhan Yesus dan beroleh selamat, Allah meletakkan kita ke dalam Kristus sebagai cetakan. Cetakan ini ialah hidup Yesus yang tercatat dalam keempat kitab Injil, suatu hidup yang mutlak sesuai dengan realitas. Realitas (kebenaran) adalah pancaran terang, atau ekspresi terang. Karena Allah adalah terang (1 Yoh. 1:5), maka realitas (kebenaran) adalah ekspresi Allah. Setiap aspek dari hidup Yesus yang tercatat dalam keempat kitab Injil merupakan satu ekspresi Allah. Dalam setiap hal yang Ia katakan dan lakukan, Ia mengekspresikan Allah. Ekspresi Allah ini ialah pancaran terang; maka ekspresi ini adalah realitas (kebenaran). Hidup Yesus yang sesuai dengan realitas ini adalah model yang di dalamnya Allah telah meletakkan kita. Dalam model ini kita telah mempelajari Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus. Ini berarti kita telah mempelajari Kristus menurut realitas yang diperlihatkan dalam keempat kitab Injil, yaitu menurut hidup Tuhan Yesus, yang seluruhnya sesuai dengan realitas Allah. Hidup ini ialah pancaran terang. Pancaran terang ini ialah realitas (kebenaran) dan realitas (kebenaran) ialah ekspresi Allah. Karena itu, dalam hidup Yesus ada realitas. Esens model yang didirikan hidup Tuhan Yesus ialah realitas. Ini berarti esens hidup Yesus adalah realitas. Kita telah mempelajari Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 46

26 February 2013

Efesus - Minggu 23 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:17-21


Orang-orang yang tidak percaya tidak mengenal Allah dan hal-hal rohani, bahkan mereka enggan untuk mengenal. Betapa besar rahmat-Nya, kita tidak saja memiliki pengetahuan yang wajar, juga berhasrat untuk mengenal-Nya! Dalam batin kita ada hasrat untuk mengenal Allah, mengenal hayat, dan mengenal hal-hal rohani, ini adalah suatu berkat yang besar. Sebelum kita diselamatkan, kita tidak memiliki hasrat ini. Seperti orang-orang kafir, kita kekurangan pengetahuan maupun hasrat untuk mengetahui. Tetapi sekarang kita lapar dan dahaga untuk mengenal Allah. Semakin kita dapat mengenal Dia dan hayat ilahi, semakin baik. Setiap orang Kristen yang tidak menuntut untuk mengenal Tuhan tidak mungkin gembira dan puas. Menuntut Tuhan dan menuntut mengenal hayat dan hal-hal Allah adalah sumber sukacita yang besar. Itulah sebabnya kita begitu gembira dalam sidang-sidang gereja. Itu pula sebabnya saya memiliki satu sukacita batiniah ketika saya menyuplaikan firman kepada umat Tuhan. Ada sesuatu yang dari Tuhan telah tertabur ke dalam kita, dan memberi kita hasrat untuk mengenal Dia.

Sebab lainnya mengapa orang-orang kafir itu dijauhkan dari hayat Allah, ialah karena kekerasan hati mereka. Kekerasan hati manusia yang jatuh adalah sumber kegelapan dalam pengertian mereka dan kesia-siaan pikiran mereka. Sebelum kita beroleh selamat, kita juga berhati keras. Kita seolah-olah tidak dapat dimasuki firman, dan firman Allah tidak dapat masuk ke dalam kita. Demikianlah situasi orang tidak percaya hari ini.

Ayat 17-19 merupakan latar belakang hitam dari apa yang Paulus katakan dalam ayat 20, “Tetapi bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus.” Perjanjian Baru sangat tegas menunjukkan bahwa kita harus memperhidupkan Kristus. Dalam Filipi 1:21 Paulus menyatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus.” Tetapi dalam Efesus 4:20 ini dikatakan bahwa kita telah mempelajari Kristus. Perhatikan, Paulus di sini memakai kata kerja kala lampau (past tense) dalam mengatakan perihal mempelajari Kristus, demikian pula ayat berikutnya, yang mengatakan, “Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran (realitas) yang nyata dalam Yesus.” Masalah mempelajari Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus sulit dimengerti, kita harus merenung­kannya dengan sangat cermat.

Kristus tidak saja sebagai hayat bagi kita, tetapi juga teladan (Yoh. 13:15; 1 Ptr. 2:21). Kita belajar dari Dia (Mat. 11:29) menurut teladan-Nya, bukan dengan hayat alamiah kita, melainkan dengan Dia sebagai hayat kita dalam kebangkitan. Menurut Perjanjian Baru, Tuhan Yesus tidak langsung masuk ke dalam kita sebagai hayat, melainkan setelah Ia hidup di bumi selama tiga puluh tahun, Ia melayani selama tiga setengah tahun. Selama hidup-Nya di bumi tiga puluh tiga setengah tahun itu, Ia meletakkan satu model, satu cetakan, satu teladan. Hal ini merupakan perkara yang sangat bermakna. Salah satu alasan dari penulisan keempat Injil ialah memperlihatkan teladan hayat yang dikehendaki Allah, cetakan hayat yang dapat memuaskan Allah serta memenuhi kehendak-Nya. Karena alasan inilah Perjanjian Baru memberi kita satu biografi unik dari Tuhan Yesus, yang ditulis dari empat aspek. Setelah Tuhan Yesus meletakkan teladan yang diwahyukan dalam keempat kitab Injil, Ia tersalib di atas salib dan kemudian masuk ke dalam kebangkitan. Dalam kebangkitan inilah Ia masuk ke dalam kita menjadi hayat kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 46

25 February 2013

Efesus - Minggu 23 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:17-21


Nasihat Paulus ialah, “Jangan hidup lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikir­annya yang sia-sia.” (ay. 17) Orang-orang yang tidak mengenal Allah adalah orang-orang yang jatuh, yang menjadi sia­sia dalam pikiran mereka (Rm. 1:21). Mereka hidup tanpa Allah dalam kesia-siaan pikiran mereka, dikendalikan dan diarahkan oleh pemikiran mereka yang sia-sia. Apa pun yang mereka lakukan menurut pikiran mereka yang jatuh adalah kesia-siaan, tanpa realitas. Kehidupan manusia yang jatuh ialah kehidupan dalam kesia-siaan pikiran. Hari ini semua manusia duniawi hidup dalam kesia-siaan yang demikian. Dalam pandangan Allah dan Rasul Paulus, apa saja yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan mereka tidak lain kesia-siaan. Perkara-perkara itu satu pun tidak ada yang riil atau mantap, semuanya sia-sia. Sebagai orang beriman, kita tidak seharusnya hidup lagi dalam pikiran yang sia-sia, sebaliknya kita harus hidup dalam realitas roh kita.

Menurut ayat 18, orang-orang yang hidup dalam pikiran yang sia-sia memiliki pengertian yang gelap. Ketika pikiran orang-orang yang jatuh dipenuhi dengan kesia-siaan, pengertian mereka digelapkan tentang masalah Allah.

Orang-orang itu juga “jauh dari hayat Allah” (ayat 18, Tl.). Hayat ini adalah hayat Allah yang kekal, bukan ciptaan, yang tidak dimiliki oleh manusia pada saat penciptaan. Setelah diciptakan, manusia dengan hayat insani yang diciptakan Allah ditaruh di depan pohon hayat (Kej. 2:8-9) supaya dia dapat menerima hayat Allah yang bukan ciptaan. Tetapi manusia jatuh ke dalam kesia-siaan pikirannya dan digelapkan dalam pengertiannya sehingga tidak dapat menjamah hayat Allah, sampai ia bertobat (pikirannya berpaling kepada Allah), dan percaya kepada Tuhan Yesus untuk menerima hayat kekal Allah (Kis. 11:18; Yoh. 3:16).

Maksud Allah dalam menciptakan manusia adalah agar manusia beroleh bagian dalam buah pohon hayat, dan karenanya beroleh hayat kekal Allah. Tetapi karena kejatuhan, sifat jahat Iblis telah diinjeksikan ke dalam manusia, sehingga manusia dijauhkan dari pohon hayat itu. Menurut Kejadian 3:24, Tuhan Allah “menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan (hayat).” Dengan demikian, manusia telah dijauhkan dari hayat Allah. Kerub, api, dan pedang melambangkan kemuliaan, kekudusan, dan keadilan Allah. Ketiga benda itu menjauhkan manusia yang berdosa sehingga tidak bisa menerima hayat kekal. Ketika Tuhan Yesus mati di atas salib, Ia telah memenuhi semua tuntutan kemuliaan, kekudusan, dan keadilan Allah. Karena itu, melalui penebusan Tuhan Yesus, jalan telah terbuka bagi kita untuk menjamah pohon hayat sekali lagi. Itulah sebabnya Ibrani 10:19 mengatakan bahwa kita “sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat (maha) kudus, oleh darah Yesus.” Pohon hayat berada dalam tempat maha kudus. Sebagai orang yang percaya Kristus, kita telah dibawa kembali ke pohon hayat itu. Kini hayat ilahi dalam tempat maha kudus dapat menjadi kenikmatan kita sehari-hari. Namun orang-orang kafir tetap dijauhkan dari hayat Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 46

23 February 2013

Efesus - Minggu 22 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:14-16


Ayat 16 menunjukkan bahwa pertumbuhan bukan untuk perseorangan, melainkan untuk Tubuh. Pertumbuhan mana pun yang bukan untuk Tubuh, bukanlah yang sejati. Kata “tiap-tiap anggota” mengacu kepada setiap anggota Tubuh. Setiap anggota Tubuh Kristus memiliki kadarnya masing-masing, dan kadar ini bekerja untuk pertumbuhan Tubuh. Tubuhlah yang mempertumbuhkan dirinya sendiri melalui sendi-sendi suplai dan bagian-bagian yang berfungsi. Baik sendi-sendi suplai dan setiap bagian tunggal berikut kadarnya diperlukan gereja untuk membangun dirinya sendiri. Pertumbuhan Tubuh Kristus adalah pertambahan Kristus dalam gereja, yang menghasilkan pembangunan oleh Tubuh itu sendiri.

Dalam ayat ini Paulus membicarakan “setiap sendi suplai yang kaya” (Tl.). Ini ditujukan kepada orang-orang yang berkarunia khusus, seperti yang disebut dalam ayat 11. Dalam bahasa Yunani, di muka kata “suplai” terdapat kata sandang yang merupakan penekanan. Itu menunjukkan bahwa suplai di sini adalah suplai yang khusus, yaitu suplai Kristus. Sebagai orang-orang yang memimpin, para rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar memiliki suplai yang khusus ini. Ya, kita semua dapat menjadi utusan-utusan hari ini. Namun demikian, di antara orang-orang kudus ada orang-orang yang mempunyai suplai khusus ini, dan suplai ini tidak dimiliki semua orang.

Kalau kita membaca ayat 16 dengan cermat, kita akan nampak bahwa ayat ini mengatakan seluruh Tubuhlah yang mempertumbuhkan Tubuh itu. Ini berarti Tubuh bertumbuh oleh Tubuh itu sendiri; Tubuh mempertumbuhkan Tubuh. Gereja-gereja yang mengundang orang-orang tertentu untuk menyampaikan firman Tuhan kepada mereka itu tidak salah, tetapi gereja lokal bukan dibangun dengan cara demikian. Sebuah gereja lokal harus bertumbuh oleh gereja itu sendiri. Misalnya, gereja di Anaheim yang mempertumbuhkan gereja di Anaheim. Sekalipun sebuah gereja sangat kecil, ia harus bertumbuh oleh dirinya sendiri. Kalau Anda tidak dapat mempertumbuhkan gereja di lokal Anda, tidak seharusnya Anda menjadi gereja di tempat itu. Janganlah mengharapkan kunjungan saudara-saudara untuk meng­ambil bagian dalam ministri firman guna mempertumbuhkan gereja di lokal Anda.

Ayat 16 mengatakan tentang pertumbuhan Tubuh kepada pembangunan dirinya sendiri dalam kasih. Ini menunjukkan bahwa gereja lokal harus membangun dirinya sendiri dalam kasih melalui tiap-tiap sendi suplai sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota. Orang-orang yang mempunyai suplai khusus tidak saja dalam keseluruhan Tubuh, tetapi juga dalam gereja-gereja lokal, yang adalah ekspresi satu Tubuh yang riil. Sekalipun jumlah orang kudus di sebuah gereja sangat sedikit, mungkin hanya lima belas orang, tetapi di situ tetap ada orang-orang yang mempunyai suplai khusus. Hal ini harus menjadi suatu dorongan bagi tiap gereja lokal. Melalui suplai khusus para pemuka dan melalui pekerjaan setiap anggota, gereja akan mempertumbuhkan dirinya sendiri di dalam kasih. Dengan demikianlah, kita akan nampak pertumbuhan anggota untuk pembangunan Tubuh Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 45

22 February 2013

Efesus - Minggu 22 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:14-16


Dalam ayat 15, Paulus mengatakan bahwa kita harus berpegang kepada kebenaran di dalam kasih. Inilah kasih Kristus di dalam kita, yang olehnya kita mengasihi Kristus dan sesama anggota Tubuh-Nya. Kasih di sini bukan kasih kita, melainkan kasih Allah, yang lebih dulu mengasihi kita. Kini dengan kasih inilah kita mengasihi Tuhan dan satu sama lain. Dalam kasih yang sedemikianlah kita berpegang kepada kebenaran, yaitu berpegang kepada Kristus dan Tubuh-Nya.

Melalui berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita akan bertumbuh di dalam segala hal ke arah (dalam) Kristus. Agar tidak lagi menjadi anak-anak (ayat 14), kita perlu bertumbuh ke dalam Kristus. Ini berarti mengalami Kristus bertambah di dalam kita dalam segala hal, sampai kita mencapai kedewasaan penuh (ayat. 13). Kata Kepala dalam ayat 14 ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kita dalam hayat oleh pertambahan Kristus harus merupakan pertumbuhan anggota-anggota dalam Tubuh di bawah Kepala.

Bertumbuh ke dalam Kepala berarti kita hanya memperhatikan Kristus dan gereja. Kita bertumbuh me­lalui memperhatikan Kristus dan gereja semata, yaitu melalui berpegang kepada kebenaran di dalam kasih. Kita tidak dapat bertumbuh melalui sejenis kejujuran atau ketulusan yang berkaitan dengan kelakuan etika.

Paulus mengatakan dengan jelas bahwa kita bertumbuh ke dalam Dia, yang adalah Kepala. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kita harus di dalam Tubuh. Untuk bertumbuh ke dalam Kepala, kita harus berada di dalam Tubuh. Banyak orang Kristen kelihatannya bertumbuh secara rohani; tetapi pertumbuhan itu bukan di dalam Tubuh. Saya tahu ada sementara orang Kristen yang sebenarnya menjadi semakin terpecah-belah ketika mereka bertumbuh semacam itu. Nampaknya semakin bertumbuh, mereka menjadi semakin kritis. Ketika mereka memiliki pertumbuhan yang relatif sedikit itu, mereka tidak menimbulkan problem dalam hidup gereja (Church life), tetapi ketika mereka bertumbuh, mereka lalu menjadi masalah. Ini suatu petunjuk bahwa pertumbuhan mereka bukan ke dalam Kepala. Selama pertumbuhan seorang bukan ke dalam Kepala, berarti ia tidak bertumbuh di dalam Tubuh.

Ini sangat penting, Paulus tidak mengatakan kita harus bertumbuh ke dalam Sang Juruselamat, atau ke dalam Tuan, atau ke dalam Tuhan. Ia khusus mengatakan bahwa kita harus bertumbuh ke dalam Sang Kepala. Ini hanya dapat terjadi di dalam Tubuh. Jika Anda tidak tinggal di dalam Tubuh, mungkin Anda memiliki sedikit pertumbuhan, tetapi itu tidak berarti bertumbuh ke dalam Sang Kepala.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 45

21 February 2013

Efesus - Minggu 22 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:14-16


Ayat 15 mengatakan, “Sebaliknya, dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Paulus memulai ayat ini dengan kata “sebaliknya”, menunjukkan bahwa kebenaran dalam ayat 15 ini berlawanan dengan permainan palsu manusia, kelicikan, dan sistem yang menyesatkan dalam ayat 14. Teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih berlawanan dengan permainan palsu manusia dan sistem yang menyesatkan dalam ayat 14. Terombang-ambing oleh berbagai angin pengajaran oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan dan sistem yang menyesatkan itu justru berarti tidak teguh berpegang kepada kebenaran.

Berpegang kepada kebenaran di dalam kasih berarti menjamah kebenaran di dalam kasih. Kata kebenaran dalam ayat 15 menunjukkan sesuatu yang sejati. Dalam alam semesta ini, perkara yang benar, yang sejati adalah Kristus dan gereja. Hanya dengan berbicara ten-tang Kristus dan gereja barulah kita secara riil menjamah kebenaran. Ini berarti walaupun kita bisa menghindari dusta, kita mungkin tetap belum mengatakan kebenaran. Sebagai contoh, laporan-laporan tertentu dalam surat kabar mungkin bukan dusta, tetapi itu bukan kebenaran, bukan realitas; sebaliknya semua adalah kesia-siaan, kosong. Segala perkara yang di luar Kristus dan gereja adalah kosong dan palsu. Kalau saya tanpa Kristus, segenap diri saya ialah kosong. Boleh jadi se­seorang sangat kaya berlimpah, tetapi jika ia tidak memiliki Kristus, segala kekayaan dan benda materi itu kosong belaka. Kitab Pengkhotbah mengatakan bahwa segala sesuatu adalah sia-sia (1:2). Di luar Kristus dan gereja tidak ada satu pun yang benar dan sejati. Bagi mereka yang mengasihi Tuhan Yesus dan yang hidup bagi hidup gereja hari ini, satu-satunya kebenaran dalam alam semesta ialah Kristus dan gereja. Hari demi hari, kita boleh membicarakan banyak perkara, namun jika kita tidak membicarakan Kristus dan gereja, itu adalah berpegang pada kesia-siaan, bukan kebenaran.

Berpegang kepada kebenaran di dalam kasih berarti menjamah, menerima, dan membicarakan Kristus dan gereja. Mungkin orang lain menyampaikan ajaran yang berbeda, menekankan doktrin-doktrin atau opini-opini yang menyelewengkan orang dari Kristus dan gereja, tetapi kita tidak boleh berkata demikian. Sebaliknya, kita harus mengatakan hal-hal yang membawa kita berkontak dengan Kristus dan membangun kita sebagai Tubuh Kristus. Berbicara secara demikian adalah berpegang kepada kebenaran.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 45

20 February 2013

Efesus - Minggu 22 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:13-14


Dalam ayat 14 Paulus tidak mengatakan angin bidah, melainkan angin pengajaran. Pengajaran apa saja, bahkan yang berdasarkan Alkitab, jika mengalihkan kaum beriman dari Kristus dan gereja, adalah angin yang menghanyutkan kaum beriman dari tujuan inti Allah. Satu Timotius 1:3, 4 mewahyukan adanya beberapa orang pada masa Paulus yang menyampaikan ajaran yang berbeda. Itu tidak berarti mereka mengajarkan bidah, melainkan berarti ajaran-ajaran mereka berlainan dengan ekonomi Perjanjian Baru Allah. Pengajaran mereka bukanlah pengajaran ministri Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru ada satu ministri. Ministri ini menyalurkan Allah Tritunggal ke dalam kaum beriman bagi pembangunan gereja. Kita harus waspada terhadap pengajaran atau yang mengaku sebagai ministri yang mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan ekonomi Allah, yaitu yang mengajarkan sesuatu yang lain dengan ekonomi Allah bagi pembangunan gereja.

Dalam ayat 14 Paulus mengatakan tentang “permainan palsu manusia”. Istilah ini dalam bahasa Yunani mengacu kepada penipuan yang dilakukan oleh pemain-pemain dadu. Pengajaran-pengajaran yang menjadi rupa-rupa angin menghanyutkan kaum beriman dari garis inti Kristus dan gereja adalah tipuan yang didalangi oleh Iblis dalam kelicikannya, dengan permainan palsu manusia, untuk menggagalkan tujuan kekal Allah, yakni membangun Tubuh Kristus. Tidak peduli bagaimana baiknya suatu pengajaran, bila ia menyelewengkan kita dari Kristus dan gereja, itu adalah suatu permainan palsu manusia. Per­mainan palsu manusia itu bahkan lebih buruk daripada penipuan, sebab ia tidak saja palsu, ia juga mengandung rencana jahat. Sekalipun suatu doktrin itu Alkitabiah, doktrin itu dapat juga diperalat menjadi rencana jahat yang sedemikian.

Terakhir Paulus berkata, “dengan suatu sistem yang menyesatkan” (Tl.). Pengajaran yang memecah-belah itu disusun dan disistemkan oleh Iblis untuk menyebabkan kekeliruan yang serius, dan dengan ini menghancurkan kesatuan kehidupan Tubuh yang praktis. Permainan palsu berasal dari manusia, tetapi sistem yang menyesatkan berasal dari Iblis. Kita telah nampak bahwa ekonomi Allah ialah menyalurkan Allah Tritunggal ke dalam kita demi pembangunan Tubuh Kristus. Iblis membenci hal ini. Karena itu, ia memperalat ajaran, konsepsi, doktrin, dan opini dengan kelicikan sebagai bagian dari rencana jahatnya untuk menyesatkan orang, dan akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam suatu sistem yang menyesatkan itu. Alangkah jahatnya! Semoga Tuhan menyingkapkan tipu muslihat musuh agar kita dapat mengetahui sistem yang menyesatkan itu yang berkaitan dengan ajaran-ajaran palsu yang dirancangnya untuk menyelewengkan orang-orang kudus dari Kristus dan hidup gereja.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 44

19 February 2013

Efesus - Minggu 22 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:13-14


Ayat 14 menunjukkan bahwa anak-anak terombang-ambing. Kehidupan orang Kristen ibarat berlayar di laut, yang banyak badai. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh mengharap perjalanan kita selalu tenang, tanpa ombak atau angin. Ombak dan badai tidak saja menyerang kaum beriman secara individual, juga menyerang gereja. Gereja sering mengalami ombak dan berada di tengah-tengah badai. Konsepsi Paulus di sini bukan berarti kita dapat menghindari ombak dan angin, melainkan kita dapat terlindung dari ombak yang mengombang-ambingkan serta angin yang meniup.

Mungkin Anda tidak mengerti apa sebenarnya ombak dan angin ini. Itulah berbagai pengajaran, doktrin, konsepsi, dan opini. Ketika gereja berlayar di laut, Iblis akan mencari kesempatan untuk memasukkan beberapa pengajaran, konsepsi, dan opini yang menyenangkan untuk menggoda kaum beriman. Maksudnya ialah untuk memisahkan mereka dari Kristus dan gereja.

Anak kecil atau bayi mudah sekali ditipu atau disesatkan. Sebagai contoh, anak-anak dapat ditipu untuk meninggalkan rumahnya melalui memberinya permen atau kembang gula. Kesukaan mereka akan kembang gula membuat mereka lupa segalanya. Karena banyak orang Kristen masih kanak-kanak dan menyukai ajaran-ajaran yang berlapis gula, maka mereka sangat mudah tertipu.

Satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari gelombang dan angin ialah bertumbuh dalam hayat. Ketika Anda bertumbuh, Anda harus berlindung di bawah naungan orang tua Anda di dalam Kristus. Janganlah memperhatikan kembang gula rohani, tetapi perhatikanlah jalan yang ditempuh orang tua Anda dalam Kristus itu. Dengan demikian Anda akan terlindung dan terjaga.

Dalam hidup gereja (church life) orang muda harus berlindung di bawah naungan yang diberikan oleh orang dewasa. Naungan itu adalah tempat perlindungan yang terbaik. Jangan menerima konsepsi apa pun menurut diri sendiri, walaupun konsepsi itu tampak sangat manis. Kapan saja Anda dicobai demikian, Anda harus berkata, “Aku tidak memperhatikan perkara-perkara yang manis itu. Aku hanya memperhatikan Kristus, gereja, dan naungan orang dewasa.” Jika Anda menerima kembang gula itu, Anda akan menemukan bahwa di balik lapisan gula ada racunnya.

Dengan membaca konteks ayat 14 ini kita nampak ujian yang paling dapat diandalkan untuk menyingkapkan ajaran yang menipu orang ialah Kristus dan gereja. Dalam kelicikannya, Iblis memakai gelombang dan angin untuk menyelewengkan orang-orang kudus dari Kristus dan gereja. Adakalanya, Iblis bahkan memakai Alkitab untuk menipu kita. Ini menunjukkan, ajaran-ajaran Alkitab dapat juga dipakai Iblis untuk membawa kita meninggalkan tujuan Allah. Iblis dapat memakai hampir setiap perkara untuk menyelewengkan kita dari Kristus dan gereja. Dia bahkan bisa memakai kata-kata Alkitab untuk mencobai Tuhan Yesus di padang gurun. Maka tidak ada perlindungan yang lebih baik daripada Kristus dan gereja. Janganlah kita menerima ajaran yang tidak lulus melalui ujian Kristus dan gereja.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 44

18 February 2013

Efesus - Minggu 22 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:13-14


Dalam 4:13 Paulus memulai dengan kesatuan iman. Dari pengalaman saya yang terbatas, saya dapat mengatakan bahwa iman di sini ditujukan kepada Kristus berikut karya penebusan-Nya. Maka, obyek iman kristiani kita ialah Kristus yang hidup beserta pekerjaan-Nya.

Ayat 13 juga membicarakan pengetahuan yang penuh tentang Anak Allah. Kelihatannya sedikitlah kaitan antara iman dengan pengetahuan yang penuh tentang Anak Allah. Tetapi menurut pengalaman kita, kedua hal itu sebenarnya adalah satu, sebab sama-sama ditujukan kepada Kristus. Pengetahuan penuh tentang Anak Allah ialah masalah mengenal Kristus sebagai hayat dan segala sesuatu bagi kita. Dalam Perjanjian Baru Tuhan disebut Anak Allah, yang berkaitan dengan hayat, tetapi berkaitan dengan amanat-Nya, Ia disebut Kristus. Ketika Petrus menerima wahyu tentang Kristus, ia mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup (Mat. 16:16). Tambahan pula, dalam Injil Yohanes dikatakan bahwa kita perlu percaya bahwa Yesus itu Kristus, Anak Allah (Yoh. 20:31). Ini berarti kita percaya Tuhan Yesus untuk hayat dan untuk amanat-Nya. Mengerti amanat Tuhan agak mudah, tetapi memahami Dia sebagai hayat kita cukup sulit. Itu tidak hanya berasal dari pengetahuan yang obyektif, tetapi juga melalui pengalaman yang subyektif. Ketika kita mengalami Kristus sebagai hayat kita, kita mengenal Dia sebagai Anak Allah, lalu kita memiliki kesatuan praktis dalam pengalaman, yaitu kesatuan iman dan pengetahuan penuh tentang Anak Allah.

Allah damba Kristus menjadi segala sesuatu kita. Kristus adalah obyek iman kita dan Ia pun hayat kita. Jika kita nampak hal ini, kita akan mulai menyingkirkan apa saja yang menyelewengkan kita dari Kristus; kita akan membuang setiap perkara yang bukan Kristus sendiri. Berapa banyak yang kita buang tergantung pada pengalaman kita atas Kristus. Semakin kita mengalami Kristus sebagai hayat, semakin banyak yang kita tinggalkan. Dengan demikianlah kita dapat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan penuh tentang Anak Allah.

Hari ini, karena kita masih kurang pengalaman dalam hayat, maka kita tidak memiliki pengertian yang penuh terhadap kesatuan praktis ini. Namun kita terus bertumbuh. Kita tidak dapat mengatakan kita telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan penuh tentang Anak Allah, dan mencapai kedewasaan serta perawakan kepenuhan Kristus. Namun, kita bersyukur kepada Tuhan, dalam pemulihan-Nya, kita sedang berada di jalan yang menuju sasaran ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 44

16 February 2013

Efesus - Minggu 21 Sabtu


Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 13:11; Ef. 4:11-13


Ayat 13 juga mengatakan bahwa kita perlu mencapai kedewasaan penuh. Manusia yang dewasa adalah manusia yang matang. Melalui kelahiran kembali orang kudus telah menjadi anak-anak di dalam Kristus (1 Kor. 3:1). Sekarang orang kudus perlu bertumbuh ke dalam kematangan (1 Kor. 3:6; Ibr. 6:1). Kematangan dalam hayat yang sedemikian diperlukan bagi kesatuan praktis tadi.

Dalam 1 Korintus 13:11 Paulus berkata, “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” Di sini Paulus menunjukkan bahwa ada perkara-perkara tertentu yang mungkin menjadi “mainan”. Ketika kaum beriman bertumbuh dewasa, mereka akan membuang “mainan” itu. Pada akhirnya, melalui diperlengkapi, mereka akan mencapai kedewasaan penuh.

Berdasarkan ayat 13, kita pun harus mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan perawakan kepenuhan Kristus. Kepenuhan Kristus adalah Tubuh Kristus (1:23), yang memiliki tingkat pertumbuhan (perawakan) dengan suatu ukuran. Untuk kesatuan praktis, kita perlu mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan perawakan kepenuhan Kristus. Karena itu, kita perlu maju dari kesatuan realitas kepada kesatuan praktis sampai kita mencapai ketiga hal yang disebut dalam ayat ini.

Kepenuhan Kristus ialah ekspresi Kristus. Sebagai kepenuhan Kristus, Tubuh ialah ekspresi Kristus. Kepenuhan Kristus, Tubuh, memiliki satu perawakan, dan perawakan itu ada tingkat pertumbuhan atau ukurannya. Maka ayat 13 mengatakan tentang tingkat pertumbuhan atau ukuran perawakan kepenuhan Kristus.

Mencapai perawakan kepenuhan Kristus berarti mencapai pembangunan yang sempurna dari Tubuh Kristus, yaitu mencapai kesempurnaan penuh dari pembangunan Tubuh.

Jika sasaran kita satu-satunya adalah pembangunan Tubuh Kristus, dengan spontan kita akan diatur (dibetulkan). Ketika kita sedang melakukan suatu pekerjaan khusus, kita akan merasa bahwa pekerjaan ini adalah untuk pembangunan Tubuh. Dulu, kita mungkin memberitakan Injil tanpa mengetahui bahwa pemberitaan Injil kita harus untuk pembangunan Tubuh Kristus. Tetapi sekarang kita nampak, sebagai para rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar, apa saja yang kita lakukan harus untuk sasaran yang unik ini, yaitu pembangunan Tubuh Kristus. Jika kita telah nampak sasaran ini, kita akan berbeban untuk menolong orang lain mencapai kesatuan praktis bersama kita, mencapai kedewasaan penuh, dan mencapai pembangunan Tubuh yang sempurna. Jika kita jelas tentang ini, Tuhan pasti akan mendapat jalan untuk kembali, sebab Ia akan beroleh jalan untuk mendapatkan Mempelai perempuan yang diidam-idamkan-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 43

15 February 2013

Efesus - Minggu 21 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:11-13


Banyak orang Kristen tidak tahu perbedaan antara kesatuan Roh dan kesatuan iman dan pengetahuan yang penuh tentang Anak Allah. Yang pertama adalah kesa­tuan realitas, sedang yang kedua adalah kesatuan praktis (dalam pelaksanaan). Berhubung Roh itu adalah realitas kesatuan kita, maka kesatuan Roh ialah kesatuan realitas. Kesatuan tidak lain adalah Roh itu sendiri. Tanpa Roh itu, tidak mungkin ada kesatuan. Walaupun kita mempunyai kesatuan dalam realitas, kita tetap perlu kesatuan praktis (dalam pelaksanaan). Ini berarti bahwa kesatuan realitas harus dapat dipraktekkan, yaitu ia harus menjadi kesatuan yang dipraktekkan, dalam ayat 13 Paulus mengatakan tentang kesatuan praktis.

Di antara kesatuan realitas dan kesatuan praktis terdapat suatu jarak. Karena itu, perlu adanya hal “mencapai” kesatuan praktis. Kesatuan Roh itu merupa­kan permulaan, sedang kesatuan iman dan pengetahuan yang penuh tentang Anak Allah ialah tujuannya. Ini menunjukkan bahwa kita harus maju dari kesatuan Roh itu kepada kesatuan iman dan pengetahuan penuh ten-tang Anak Allah. Dengan kata lain, kita harus maju dari kesatuan realitas hingga mencapai kesatuan praktis.

Sebagai kaum beriman, kita telah memiliki kesatuan realitas, tetapi kita harus memeliharanya. Cara terbaik untuk memelihara kesatuan realitas ialah maju ke depan hingga mencapai kesatuan praktis.

Telah kita tunjukkan bahwa iman dalam ayat 13 tidak mengacu kepada tindakan percaya, melainkan mengacu kepada obyek yang kita percayai. Setiap orang beriman dalam Kristus menerima iman ini. Kali pertama kita percaya Tuhan Yesus, kita sangat sederhana. Semua yang kita miliki ialah iman. Tetapi setelah itu kita menjadi sangat ruwet oleh masuknya berbagai macam doktrin, ajaran, dan konsepsi; hampir semuanya itu adalah faktor perpecahan.

Kesatuan dalam pemulihan Tuhan adalah kesatuan yang demikian praktis. Kesatuan kita adalah kesatuan iman yang unik dan pengetahuan penuh tentang Anak Allah dalam pengalaman kita sehari-hari atas diri-Nya sebagai hayat. Saya percaya kebanyakan di antara kita dalam pemulihan Tuhan telah mencapai kesatuan prak­tis. Karena itu, kita adalah satu baik dalam realitas mau­pun dalam prakteknya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 43

14 February 2013

Efesus - Minggu 21 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:11-13


Efesus 4:13 mengatakan, ”Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar (penuh) tentang Anak Allah, (mencapai) kedewasaan penuh, dan (mencapai) tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” Ayat ini adalah lanjutan langsung dari ayat 11 dan 12, yang mengatakan para rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar telah diberi­kan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan ministri itu. Kita telah menunjukkan bahwa orang-orang yang berkarunia dalam ayat 11 memperlengkapi orang-orang kudus untuk melakukan perkara yang mereka sendiri lakukan. Kita semua dapat diutus dan dapat berbicara bagi Tuhan sebagai para nabi, menginjil seperti penginjil, menggembalakan dan mengajar orang lain seperti gembala dan pengajar. Jika kita mengasihi Tuhan, kita akan berbicara bagi-Nya sebagai saksi-Nya. Lagi pula, kita perlu memberitakan Injil, baik atau tidak baik waktunya. Ini bukan urusan para penginjil utama saja, melainkan urusan semua orang kudus. Selain itu, setiap hari kita harus menggembalakan orang lain dan mengajar mereka. Para pemimpin memberi teladan dalam fungsi-fungsi tersebut, dan kita harus mengikuti contoh mereka. Jadi, semua orang kudus dapat melakukan pekerjaan para rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar.

Orang kudus harus diperlengkapi bagi perkerjaan ministri itu. Dalam Perjanjian Baru ada satu ministri yang unik yaitu menyalurkan Kristus ke dalam orang lain guna membangun Tubuh Kristus. Untuk melaksanakan pekerjaan ministri itu, orang-orang kudus perlu diper­lengkapi.

Pembangunan Tubuh Kristus tidak langsung digenapkan melalui orang-orang yang memimpin. Pekerjaan pembangunan langsung dilaksanakan oleh orang-orang kudus yang telah diperlengkapi. Betapa berbedanya hal ini dengan situasi kekristenan hari ini! Jalan yang tepat ialah para pemimpin memberi satu teladan dan melatih orang-orang kudus melakukan apa yang mereka lakukan. Setelah orang-orang kudus diperlengkapi, para pemimpin harus menyisih dan membiarkan orang-orang kudus yang melakukan pekerjaan pembangunan secara langsung. Se­tiap pemimpin harus tahu kapan dan bagaimana menyi­sih. Pertama, para pemimpin harus belajar bagaimana memperlengkapi orang lain. Setelah pekerjaan memper­lengkapi itu rampung, mereka harus meninggalkan atau menyerahkan pekerjaan pembangunan yang langsung itu ke dalam tangan semua anggota Tubuh.

Kesatuan Roh dalam ayat 3 ialah kesatuan hayat ilahi dalam realitas, sedang kesatuan dalam ayat 13 ialah kesatuan kehidupan kita secara praktis. Kita telah mempunyai kesatuan hayat ilahi dalam realitas, kita hanya perlu memeliharanya. Tetapi kita perlu maju terus sampai kita mencapai kesatuan kehidupan kita secara praktis. Aspek kesatuan ini berasal dari dua hal: iman dan pengetahuan yang penuh tentang Anak Allah. Iman ini bukan ditujukan kepada tindakan kita, melainkan ditujukan kepada hal-hal yang kita percayai, seperti persona ilahi Kristus dan pekerjaan penebusan-Nya yang digenapkan bagi keselamatan kita. Iman ini dipakai dalam arti demikian dalam surat Yudas 3, 2 Timotius 4:7 dan 1 Timotius 6:21.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 43

13 February 2013

Efesus - Minggu 21 Rabu


Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 12:28; 1 Ptr. 5:3


Di antara anggota-anggota pembangun dalam Tubuh Kristus tidak seharusnya ada pangkat. Dalam Matius 23:10 mengatakan, “Janganlah kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.” Kita semua adalah saudara di dalam Tuhan, dan tidak seharusnya ada pemimpin di antara kita. Firman Tuhan jelas mengatakan, tidak seorang pun di antara kita boleh disebut pemimpin, sebab Dia sendirilah Pemimpin kita yang unik.

Kita telah nampak dalam Efesus 3 Paulus mengatakan bahwa ia telah menerima kepengurusan anugerah Allah. Ia mengatakan hal ini dengan tujuan untuk membantu orang kudus memahami bahwa mereka semua juga menjadi pengurus anugerah Allah. Pemikiran serupa itu terdapat dalam 1 Petrus 4:10, yang mengatakan, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengelola yang baik dari anugerah Allah.” Jadi, semua orang ku­dus, tidak hanya para rasul saja, harus menjadi peng­urus. Para penatua tidak boleh menempatkan diri sendiri dalam kategori yang istimewa, melainkan harus meng­anggap diri sendiri sebagai para pengurus, seperti halnya semua orang kudus.

Dalam 1 Petrus 5:3, Petrus menganjuri para penatua agar tidak memerintah gereja, seolah gereja adalah milik pribadi mereka. Gereja adalah Tubuh Kristus, bukan harta kekayaan pribadi para penatua. Maka penatua tidak seharusnya menganggap gereja sebagai miliknya sendiri. Namun di tempat tertentu saya tahu ada penatua yang mempunyai sikap demikian. Mereka menaruh gereja dalam “saku” mereka, seolah kepunyaan mereka, dan mereka bertingkah laku sebagai “majikan” gereja. Sikap demikian sama sekali keliru. Para penatua wajib ingat, mereka adalah pengurus di antara sekelompok pengurus.

Selaku pengurus, para penatua harus memberi satu teladan untuk diikuti semua orang kudus. Dalam membaca firman, berdoa, mempersembahkan diri kepada Tuhan, pertumbuhan hayat, pelayanan gereja yang riil, dan semua hal lainnya, mereka seharusnya menjadi teladan. Penatua bukan raja atau tuan, mereka adalah budak dan pelayan; mereka juga pengurus anugerah Allah. Sebagai pengurus yang demikian, mereka harus menjadi contoh bagi orang kudus dalam menggembala, mengajar, dan menginjil. Jika kita semua jelas akan hal ini, tidak mungkin timbul problem di antara kita mengenai kepemimpinan.

Ada sementara orang bertanya kepada saya, apakah mereka harus tunduk atau patuh kepada para penatua dalam gereja. Tentu saja orang kudus harus tunduk kepada penatua. Dalam 1 Petrus 5:5 Petrus berkata, “Demikian juga, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua.” Namun dalam ayat yang sama Petrus selanjutnya berkata, ”Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain.” Ini menunjukkan bahwa tidak saja orang muda harus tunduk kepa­da orang tua, tetapi yang tua pun harus tunduk kepada yang muda. Baik yang tua maupun yang muda perlu me­rendahkan diri. Yang muda agak sulit untuk tunduk kepada yang tua, tetapi yang tua lebih sulit lagi untuk tunduk kepada yang muda. Walau demikian, dalam kehidupan gereja seharusnya ada saling tunduk yang sedemikian.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 42

12 February 2013

Efesus - Minggu 21 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:13-16


Ayat 16 mewahyukan bahwa Tubuh berasal dari Kepala, ”Dari Dialah seluruh tubuh — yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan se­mua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota — menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” Ayat ini menunjukkan bahwa Tubuhlah yang menyebabkan pertumbuhan Tubuh dan membangun dirinya sendiri di dalam kasih. Di sini “pe­layanan semua bagiannya” dalam bahasa aslinya adalah “suplai yang kaya dari setiap sendi suplai” mengacu ke­pada orang-orang yang berkarunia khusus, seperti yang disebut dalam ayat 11. Akan tetapi kata “tiap-tiap anggota” mengacu kepada setiap anggota Tubuh. Dalam tiap anggota terdapat suatu fungsi. Ini menunjukkan bahwa setiap anggota adalah anggota pembangunan. Anggota­anggota pembangunan dalam ayat ini adalah mereka yang telah bertumbuh dalam hayat dan yang telah mengem­bangkan keterampilan dalam fungsi.

Saya sangat berbeban agar kita semua bertumbuh dalam hayat dan menerima pelatihan agar kita dapat berfungsi. Kita di sini mutlak terhadap Tuhan. Sidang-si­dang gereja bukan waktu untuk santai atau mencari hiburan. Tuhan memerlukan orang-orang yang ingin ber­tumbuh, dilatih, dan didisiplin. Maka setiap gereja harus menyisihkan satu malam dalam sepekan untuk menga­dakan pelatihan. Jika kita setia kepada Tuhan dalam hal pelatihan, setelah lewat beberapa tahun, semua orang ku­dus pasti akan berguna dalam tangan-Nya. Semoga kita mau berkata, “Tuhan, kami ingin dilatih. Kami mau me­ngetahui bagaimana bertumbuh dalam hayat secara riil, dan kami mau mengembangkan semua keterampilan yang diperlukan.”

Kita perlu berlatih bagaimana berbicara, bagaimana memberitakan Injil, dan bagaimana mengajar serta menggembalakan orang lain. Setiap orang Kristen yang normal yang mencapai standar Tuhan seharusnya men­jadi seorang utusan, yang berbicara bagi Allah, mem­beritakan Injil, dan memperhatikan orang lain. Jangan menjadi orang yang hanya beroleh selamat dan hanya menunggu naik surga. Orang-orang yang begitu sebenarnya tidak berbeda banyak dengan orang-orang dunia. Sebaliknya, kita harus menjadi orang yang terus­menerus diutus untuk berbicara bagi Tuhan. Kita harus memberitakan Injil dan menggembalakan mereka yang telah beroleh selamat melalui penginjilan kita. Bila kita demikian, kita akan berbeda baik dengan orang-orang duniawi maupun dengan kebanyakan orang Kristen. Kita harus menjadi orang-orang surgawi yang melaksanakan amanat surgawi.

Jangan menunggu orang lain bangkit menjadi hamba Tuhan dan melakukan pekerjaan ministri. Kita semua harus berfungsi sebagai rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar. Kita semua harus menjadi dan harus dapat menjadi anggota pembangun. Kita tidak peduli dengan gelar yang hampa atau kedudukan yang kosong. Kita ingin menjadi rasul dan nabi hari ini secara riil. Kita per­lu menjadi pemberita sejati dari Injil yang tinggi dan ka­ya dan menjadi orang yang benar-benar mengerti bagai­mana menggembalakan orang-orang beriman yang baru. Semoga kita semua mau datang dan berdoa kepada Tuhan dengan tekun, agar Ia melatih kita menjadi anggo­ta yang sedemikian dalam Tubuh-Nya. Saya tidak dapat beristirahat sebelum melihat semua orang kudus dalam pemulihan Tuhan terlatih sedemikian. Beban kita ialah memperlengkapi orang kudus bagi pekerjaan ministri itu, bagi pembangunan Tubuh Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 42

11 February 2013

Efesus - Minggu 21 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:11-12


Dari abad ke abad orang Kristen telah berpegang pada konsepsi alamiah, yaitu mengira gereja hanya suatu organisasi sosial. Sesungguhnya gereja bukan suatu organisasi. Sebagaimana dikatakan Paulus dalam Surat-surat Kirimannya, gereja adalah Tubuh Kristus. Tubuh jasmani kita, yang menggambarkan Tubuh Kristus yang rahasia, bukanlah satu organisasi, melainkan satu organisme. Sebagai satu organisme, ia mutlak tergantung pada hayat. Bila hayat itu lenyap, tubuh akan menjadi mayat, dan itu dapat dianggap suatu organisasi.

Konsepsi tentang gereja sebagai satu organisasi sosial telah menyebabkan kerugian dan kerusakan yang besar. Dalam organisasi sosial perlu ada anggota-anggota tertentu yang berada di atas, yakni menjadi pangkat yang tertinggi. Dalam agama diambil bentuk atau sistem hierarki. Akan tetapi dalam tubuh jasmani kita tidak ada sistem hierarki. Memang beberapa anggota tertentu berada di atas anggota lainnya, tetapi itu adalah masalah urutan fungsi, bukan masalah pangkat. Sebagai contoh, untuk tujuan fungsi, hidung lebih tinggi daripada mulut. Kalau mengatakan hidung lebih tinggi pangkatnya dari­pada mulut, itu tidak masuk akal. Demikian pula, jari-jari kita berada di bawah bahu dan lengan, namun itu tidak berarti jari-jari kita berpangkat lebih rendah. Ini sepenuhnya masalah urutan sesuai dengan fungsinya. Bagaimana jari-jari dapat berfungsi jika ia terletak dekat pada bahu? Karena itu, tubuh jasmani kita adalah satu lukisan organisme hidup dari Tubuh Kristus, padanya tidak ada pangkat atau urutan hierarki, melainkan hanya ada urutan fungsi.

Beban saya dalam berita ini ialah menunjukkan bah­wa semua orang kudus harus menjadi anggota-anggota pembangunan. Efesus 4:11 mengatakan, “Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar.” Orang-orang yang berkarunia ini bukan pejabat-pejabat tinggi yang berpangkat istimewa, melainkan yang diberikan untuk memperlengkapi orang kudus (ayat 12). Orang kudus perlu diperlengkapi dan disempurnakan bagi pekerjaan ministri itu. Pekerjaan ministri itu ialah membangun Tubuh Kristus. Berhubung begitu banyak orang kudus belum lagi melakukan peker­jaan ministri itu, maka mereka perlu diperlengkapi oleh orang-orang yang berkarunia yang disebut dalam ayat 11, agar mereka memenuhi syarat melakukan pekerjaan mi­nistri bagi pembangunan Tubuh Kristus. Hal memper­lengkapi atau menyempurnakan ini berkaitan dengan pertumbuhan hayat dan pelatihan keterampilan tertentu.

Terang atas ayat-ayat ini tidak pernah sejelas hari ini. Kita telah nampak bahwa pekerjaan ministri tidak lain adalah pembangunan Tubuh Kristus. Pekerjaan ini tidak seharusnya hanya dilakukan oleh para rasul, para nabi, para pemberita Injil, para gembala dan pengajar, tetapi juga oleh semua anggota. Karena itu, semua orang kudus adalah anggota pembangunan. Kita tidak saja me­rupakan anggota yang dibangun, tetapi juga yang mem­bangun Tubuh Kristus. Pertama, para rasul, nabi, peng­injil, gembala dan pengajar menyempurnakan orang-orang kudus, ini berarti mereka membangun orang-orang kudus. Kemudian orang-orang kudus yang disempurnakan itu menjadi anggota pembangunan. Pada hari-hari ini orang-orang kudus sedang diperlengkapi. Setelah sejangka wak­tu, saya harap orang-orang kudus yang sedang diperleng­kapi sekarang ini juga menjadi orang-orang yang membangun.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 42

09 February 2013

Efesus - Minggu 20 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:13-15


Untuk diperlengkapi, kita harus memperhatikan hayat dan fungsi hayat. Jalan untuk diperlengkapi ialah bertumbuh dalam hayat dan menjadi terampil dalam fungsi. Kata “memperlengkapi” di sini juga berarti menggenapi, membina, atau menyediakan. Memperlengkapi orang kudus berarti menyempurnakan atau menggenapinya. Hanya melalui pertumbuhan hayatlah baru kita dapat disempurnakan. Kalau kita dewasa, barulah kita diperlengkapi. Sebagai contoh, seorang bocah berusia lima tahun bukanlah seorang yang dewasa. Dari segi rohani, asalkan kita belum dewasa, kita tidak akan sempurna. Ibu-ibu memperlengkapi anak-anak mereka melalui memberi mereka makan. Selain itu, orang tua memperleng­kapi anak-anak mereka dan membina mereka dengan melatih mereka bertindak dan bertutur kata dengan kaidah-kaidah tertentu. Jadi, anak-anak diperlengkapi melalui pemberian makanan dan latihan. Demikian pula tentang memperlengkapi orang kudus menurut ekonomi Allah. Orang kudus perlu diberi makan dan dilatih, agar mereka dapat berfungsi dengan keterampilan yang tepat.

Sampai saat ini saya masih belum melepaskan beban saya dalam hal pelatihan. Kita perlu dilatih untuk pelaksanaan kehidupan gereja. Ini berarti pelatihan seharusnya memperkaya dan meningkatkan pelaksanaan kehidupan gereja. Walau sampai kini bantuan yang diberikan kepada orang-orang kudus masih jauh dari cukup, kita tidak dapat menyangkal fakta bahwa sejak memasuki pemulihan Tuhan banyak orang kudus yang telah menempuh beberapa pelatihan. Hal ini jelas terbukti ketika kita mendengar kesaksian atau doa mereka dalam sidang. Akan tetapi, kita tetap masih perlu latihan yang lebih tuntas dan sempurna. Beban saya ialah setelah lewat sejangka waktu, mungkin setelah lewat tiga atau empat tahun, semua orang kudus dalam pemulihan Tuhan di Amerika Serikat akan sudah terlatih dengan secukupnya.

Begitu orang kudus telah diperlengkapi, ke mana pun mereka pergi, mereka akan menjadi para rasul, yaitu utusan bagi tempat itu; mereka pun akan menjadi nabi, penginjil, gembala dan pengajar. Memperlengkapi orang kudus menjadi karunia yang sedemikian bagi Tubuh adalah jalan Tuhan. Bila kita tidak mengikuti jalan ini, Tuhan tidak akan dapat memperoleh apa yang diinginkan-Nya. Betapa kita harus bersyukur kepada-Nya, demi belaskasih-Nya, Ia telah memperlihatkan jalan-Nya kepada kita!

Kita telah nampak bahwa dalam Efesus 4:13-15 Paulus tidak mengecualikan dirinya sendiri, sebaliknya ia berkata, “Sampai kita semua telah mencapai ... sehingga kita bukan lagi anak-anak ... Sebaliknya, dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Tidak seorang pun di antara kita boleh mengira diri sendiri sudah disempurnakan. Sebaliknya, kita semua memerlukan lebih banyak suplai hayat dan pelatihan lebih banyak. Bila kita mau bertumbuh dan dilatih, kita tidak akan mengulangi sejarah kekristenan. Bila kita setia mempraktekkan apa yang diperlihatkan Tuhan kepada kita, Tuhan akan beroleh jalan di antara kita. Jalan Tuhan tidak pernah berubah. Jalan-Nya ialah memperlengkapi orang kudus untuk melakukan pekerjaan ministri itu bagi pembangunan Tubuh Kristus. Inilah jalan Tuhan untuk memperoleh apa yang Ia inginkan sebagai persiapan yang diperlukan bagi kedatangan-Nya kembali.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 41

08 February 2013

Efesus - Minggu 20 Jumat


Pembacaan Alkitab: Mat. 23:8-10


Dalam ekonomi Perjanjian Baru tidak ada konsepsi hierarki. Sebaliknya, dalam ekonomi Perjanjian Baru semua orang kudus berpangkat sama. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita semua adalah saudara, hanya Kristuslah Pemimpin, Pemandu, Instruktur, dan Direktur kita. Walau ekonomi Allah meletakkan semua orang kudus di atas level yang sama dalam Kristus, tetapi konsepsi alamiah mengira dalam gereja juga perlu ada kelas khusus untuk pimpinan, seperti halnya dalam kelompok masyarakat atau organisasi.

Kita telah menunjukkan bahwa orang-orang yang berkarunia dalam 4:11 adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus. Menurut Anda bagaimana cara para rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar itu memperlengkapi orang-orang kudus? Satu-satunya jawaban yang logis ialah mereka memperlengkapi orang-orang kudus untuk melakukan perkara yang mereka lakukan. Sebagai contoh, seorang guru matematika melatih murid-muridnya dalam ilmu matematika. Tujuannya ialah mengajar mereka melakukan apa yang dapat ia lakukan itu. Akhirnya, melalui latihan bertahun-tahun, murid-muridnya juga dapat menjadi guru matematika. Tetapi kalau seorang guru telah mengajarkan matematika selama bertahun-tahun, tanpa menggenapkan satu murid pun, guru itu sangat kasihan. Namun, demikianlah sesungguhnya situasi kebanyakan orang Kristen pada hari ini. Banyak orang Kristen tahun demi tahun mengikuti apa yang disebut kebaktian, tanpa diperlengkapi barang sedikit pun.

Saya sangat berbeban terhadap situasi di antara kita dalam pemulihan Tuhan. Saya harus jujur bertanya kepada diri sendiri, berapa banyak saudara saudari yang telah diperlengkapi melalui ministri ini. Kalau kita dapat meraih gelar sarjana melalui belajar dengan rajin selama empat tahun, kita pun harus memperlihatkan tanda-tanda telah diperlengkapinya kita setelah beberapa tahun dalam pemulihan Tuhan. Tetapi sayang, banyak yang telah bersama kita beberapa tahun, nampaknya belum juga diperlengkapi. Akibatnya, ada sementara aspek sistem kependetaan yang menyusup ke antara kita. Hal ini tidak dapat dibiarkan. Kita di sini bukan untuk apa yang disebut kebaktian seperti yang terdapat dalam kekristenan. Apa yang kita lakukan dalam sidang seharusnya hanya untuk memperlengkapi saudara saudari, kemudian, lewat tiga atau empat tahun, setiap orang pasti akan diperlengkapi untuk melakukan pekerjaan seperti yang telah dilakukan para rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar semula.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 41