Pembacaan Alkitab: Gal. 5: 16, 25
Dalam 5:16 dan 25, Roh itu adalah Allah Tritunggal yang telah
melalui proses. Allah Tritunggal telah melalui inkarnasi, kehidupan insani,
penyaliban, dan kebangkitan, menjadi Roh majemuk yang telah melalui proses,
yang hidup di dalam kita. Sekarang, karena Roh yang sedemikian ini berhuni di
dalam kita, maka kita harus menempuh kehidupan sehari-hari berdasarkan Roh ini.
Ini berarti Roh itu harus menjadi esens kehidupan kita.
Saya merasa prihatin karena kebanyakan dari kita bukannya hidup
oleh Roh, tidak hidup dalam esens hayat ilahi, malah hidup oleh daging, oleh
esens hayat kita yang telah jatuh. Hidup oleh Roh itu berarti kita menerima Roh
itu sebagai esens hayat kita. Sebagai orang-orang yang telah dilahirkan kembali,
kita mempunyai dua esens: daging dan Roh itu. Sebelum kita beroleh selamat,
kita melakukan segala sesuatu berdasarkan daging. Karena kita tersusun dari
unsur daging, maka daging menjadi unsur kehidupan kita, penyusun
kita. Tindakan daging boleh jadi berbedabeda, tetapi esensnya sama. Sebagai
contoh, seseorang mungkin memandang rendah orang tuanya dan orang lain mungkin
menghormati orang tua, tetapi kedua tindakan atau perilaku itu adalah oleh
daging jika daging menjadi esens kehidupan mereka. Pada suatu hari Roh yang
almuhit, dengan esens hayat ilahi, masuk ke dalam kita. Mulai saat itu dan
seterusnya kita akan mampu hidup menurut esens daging atau oleh esens Roh itu.
Dalam Galatia 5 Paulus meminta kita untuk hidup oleh Roh yaitu menerima
Roh itu sebagai esens dan penyusun kita. Kita tidak boleh hidup oleh daging,
penyusun kita yang usang, melainkan oleh Roh itu, penyusun kita yang baru. Bila
kita mengasihi, kita harus mengasihi oleh Roh itu, oleh esens yang baru.
Demikian pula, ketika kita membenci sekalipun, kita harus melakukannya oleh Roh
itu sebagai esens kita. Orang-orang Kristen tidak saja harus mengasihi, tetapi
juga membenci. Kita tentu harus membenci Iblis, dosa, dan dunia. Tidak peduli
kita mengasihi atau membenci, kita perlu hidup oleh Roh yang almuhit sebagai
esens kita. Yang terpenting bukanlah perkara kita mengasihi atau membenci, atau
kita congkak atau rendah hati, melainkan oleh esens apa kita mengasihi atau
membenci, congkak atau rendah hati. Jika kita hidup oleh Roh sebagai esens
kita, maka membenci perkara-perkara tertentu pun benar. Tetapi jika kita
mengasihi dengan daging sebagai esens kita, Allah akan sangat tidak berkenan.
Allah sama sekali tidak membenarkan daging. Dalam kehidupan sehari-hari kita
tidak seharusnya kembali hidup oleh daging sebagai esens kita. Sebagai
gantinya, kita harus menerima Roh itu sebagai esens kita dan
melakukan segala sesuatu oleh Roh itu.
Dalam hidup oleh Roh jenis pertama, kita menerima Roh itu
sebagai esens hayat kita. Kemudian, apa pun adanya kita, apa pun yang kita
perbuat, dan apa pun yang kita punyai akan memiliki Roh itu sebagai esens kita.
Ini berarti esens kita adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses
menjadi unsur penyusun kita. Dengan demikian, secara riil daging akan
disalibkan. Dalam kata-kata 5:24, mereka yang berasal dari Kristus Yesus telah
menyalibkan daging dengan segala keinginan dan hawa nafsunya. Jika kita
menerima Roh itu sebagai esens kita serta menyalibkan daging, segala aspek
dalam kehidupan kita sehari-hari akan berdasarkan Roh itu.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 40