Hitstat

30 September 2015

Ibrani - Minggu 19 Rabu



Pembacaan Alkitab: Ibr. 8:10


Allah bukan hanya Allah kita, juga Bapa kita. Karena itu, Ia ingin menjadi Allah kita di dalam hukum hayat. Kita bukan hanya makhluk ciptaan Allah, tetapi juga anak-anak‑Nya. Maka, Ia juga ingin kita menjadi umat‑Nya di dalam hukum hayat. Allah tidak mau menjadi Allah kita hanya menurut hukum harfiah yang di luar, Ia ingin menjadi Bapa kita menurut hukum hayat dalam batin. Tidak ada seorang pun yang memelihara hukum harfiah yang di luar dapat memuaskan keinginan Allah. Allah hanya dapat merasa puas bila kita hidup menurut hukum hayat batiniah. Allah juga tidak ingin memiliki kita hanya sebagai makhluk ciptaan‑Nya, tanpa mempunyai hayat‑Nya, tetapi Ia ingin memiliki kita sebagai anak‑anak‑Nya, yang mempunyai hayat‑Nya. Sebab itu, Ia menghendaki kita menjadi umat‑Nya dalam hukum hayat, hidup menurut hukum hayat dalam batin, bukan menurut hukum harfiah yang di luar. Baik hubungan Dia dengan kita, atau hubungan kita dengan Dia, semua harus terikat dalam hukum hayat. Pada hukum harfiah hanya ada maut, tidak ada yang lain. Pada hukum hayat tidak ada maut, melainkan hayat. Hanya hayat yang dapat memuaskan keinginan ilahi Allah.

Sesudah Kristus menyalurkan diri‑Nya ke dalam, kita, Ia lalu duduk di takhta di surga. Apa yang dikerjakan Kristus ketika Ia duduk di surga? Ia berdoa syafaat. Ia yang demikian sempurna, yang memenuhi syarat, yang diperlengkapi, dan yang Mahakuasa, kini sedang berdoa syafaat bagi kita! Tujuan doa syafaat‑Nya tidak lain agar hayat ilahi, yakni diri‑Nya sendiri, dalam batin kita berkembang meluas ke seluruh diri kita, sehingga hukum hayat tersebar ke dalam bagian‑bagian batin kita, dan menjadi banyak hukum yang mengatur kita di segala aspek. Satu di antaranya masuk ke dalam pikiran kita, lalu mengatur pikiran kita, yaitu memperbaruinya secara menyeluruh. Ketika pikiran kita diperbarui oleh hukum hayat, pikiran kita akan diubah secara revolusioner, dan kita tidak lagi berpikir menurut cara lama. Semua pikiran atau pertimbangan kita akan diperbarui sepenuhnya oleh hukum hayat yang mengatur dan bekerja di dalam batin kita. Hal ini berarti hayat ilahi telah bertumbuh dari roh kita ke dalam pikiran kita.

Satu hukum yang lain dari hukum hayat ini akan masuk dan memenuhi emosi kita. Entah pada mulanya emosi kita itu dingin atau panas, hukum yang satu ini akan merembesi emosi kita dan mengaturnya dengan emosi Kristus, bahkan memasukkan unsur emosi Kristus ke dalamnya. Di satu aspek, emosi kita akan disusun ulang, dijenuhi dengan unsur emosi Kristus. Kita tidak lagi mengasihi atau membenci seperti dulu. Setiap ekspresi yang terbit dari emosi kita telah mutlak berubah. Terutama kasih kita akan mengalami pengaturan, perembesan, pengubahan, dan penyusunan ulang. Inilah pertumbuhan hayat Kristus ke dalam emoesi kita.

Seprinsip dengan itu, satu hukum lagi akan menjenuhi ke dalam tekad kita. Entah tekad kita sejak lahir keras atau penurut, tidaklah berbeda, semua tidak berguna bagi hayat Kristus. Kebanyakan penatua gereja menyukai orang yang penurut, tetapi bagi saya, baik yang keras maupun yang penurut sama‑sama merepotkan. Menurut perasaan manusia, kita menyukai orang yang penurut, akan tetapi bila tekad penurut itu berasal dari tekad alamiah, itu tidak cukup. Tidak peduli tekad kita keras, penurut, atau netral, asalkan itu tekad kita sendiri, tidak ada gunanya bagi hayat Kristus. Pekerjaan hukum hayat ilahi harus menjenuhi tekad kita. Kita semua harus belajar berkata, "Aku benci akan tekadku yang keras, benci akan tekadku yang penurut, benci akan tekadku yang netral. Asal itu tekadku, aku benci. Aku tidak peduli apakah tekadku keras. penurut, atau netral, asalkan itu adalah tekadku sendiri, aku benci. Sebab semuanya itu adalah yang alamiah." Ketika hukum hayat ilahi bekerja di dalam kita, salah satu fungsinya ialah menjenuhi tekad kita. dengan tekad Kristus, sehingga tekad‑Nya menjadi tekad kita. Dengan jalan ini, tekad kita akan disusun ulang dengan unsur tekad Kristus. Ini berarti hayat Kristus akan bertumbuh ke dalam tekad kita. Akhirnya, dalam pikiran, emosi, dan tekad kita akan terjadi pertumbuhan hayat Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 37

29 September 2015

Ibrani - Minggu 19 Selasa



Pembacaan Alkitab: Ibr. 8:10


Apakah hukum hayat? Hukum adalah peraturan yang alami, suatu dalil atau kaidah yang tidak berubah. Hukum hayat ialah suatu ciri‑ciri alami, pembawaan, fungsi otomatis dari sejenis hayat. Semakin tinggi suatu hayat, semakin tinggi pula hukum hayatnya. Jadi, hukum hayat ilahi tidak lain ialah ciri‑ciri alami, pembawaan, dan fungsi otomatis dari hayat Allah. Karena hayat Allah adalah hayat yang paling tinggi, maka hukum hayat‑Nya juga paling tinggi. Hukum hayat yang paling tinggi ini ialah fungsi, kemampuan dari hayat ilahi. Fungsi dan kemampuan ini muncul dengan sendirinya, spontan, alami, dan otomatis.

Menurut Ibrani 8:10, hukum hayat telah disalurkan ke dalam batin kita. Yeremia 31:33 mengatakan bahwa hukum hayat telah ditaruh ke dalam batin kita, juga telah ditulis di dalam hati kita. Ibrani 8:10 mengatakan hukum hayat ditaruh di dalam akal budi (pikiran) kita. Bagian batin kita tidak hanya ada pikiran, juga ada emosi dan tekad; yang bersama hati nurani membentuk komposisi hati kita yang disebut dalam klausa berikutnya dalam ayat ini. Jadi, hukum hayat berlokasi dalam bagian batin kita, yaitu dalam bagian‑bagian hati ‑ nurani, pikiran, tekad, dan emosi; dengan lain perkataan, yaitu di dalam hati kita. Hati adalah komposisi dan keseluruhan bagian batin kita.

Hayat Allah telah disalurkan ke dalam roh kita. Berdasarkan fakta ini, pastilah hukum hayat terlebih dulu berada dalam roh kita sebagai suatu hukum. Kemudian dari roh kita meluas ke dalam bagian‑bagian hati kita, dan menjadi banyak hukum. Asalnya ia adalah satu hukum di dalam roh kita, kemudian Ia menjadi banyak hukum yang berfungsi di dalam setiap bagian hati kita. Inilah sebabnya dalam Yeremia 31:33 ia adalah "satu" hukum, tetapi dalam Ibrani 8:10 ia menjadi "banyak hukum".

Hukum harfiah tidak berfungsi, dan tidak menghasilkan apa‑apa (Rm. 8:3; Ibr. 7:19), tetapi hukum hayat mengandung "kuasa hayat yang tidak dapat binasa", yang mampu menggenapkan segala hal dalam kehendak Allah (Ibr. 7:16). dalam perjanjian yang lama, hukum harfiah itu lemah dan tidak menghasilkan apa‑apa, sebab ia sebenarnya hanya merupakan satu lambang dari hukum hayat. Ibarat sebuah foto seseorang, ia hanya memiliki rupa, namun tanpa hayat; ia hanya dapat diperlihatkan, tetapi tidak dapat berbuat apa‑apa. Tetapi dalam perjanjian yang baru tidaklah demikian; hukum hayat penuh dengan kuasa, yang berasal dari kuasa hayat yang tidak dapat binasa, yang mampu menggenapkan segala hal bagi kita dalam ekonomi Allah. Hukum hayat ini tidak hanya memiliki penampilan luaran, melainkan memiliki hayat ilahi sebagai esens realitasnya. Ia tidak hanya menunjukkan berbagai hal kepada kita, lebih‑lebih menggenapkannya bagi kita. Segala hal yang dituntutnya, mampu digenapinya.

Fungsi hukum hayat adalah menggenapkan pengubahan hayat secara metabolis bagi kita, karena itu hasil hukum hayat ialah mengubah dan menyerupakan kita dengan gambar Kristus (2Kor. 3:18; Rm. 8:29), juga agar Kristus terbentuk di dalam kita. Baik pengubahan dalam hayat atau penyerupaan dengan Kristus, semua tergantung pada fungsi hukum hayat, dan hal ini adalah hasil pekerjaan hukum hayat. Kristus hanya dapat terbentuk di dalam kita melalui pengaturan hukum hayat. Pengaturan hukum hayat ilahi ini mendatangkan kekayaan Kristus ke dalam hayat kita, dan membentuk Kristus dalam diri kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 37

28 September 2015

Ibrani - Minggu 19 Senin



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:3


Isi perjanjian yang lebih mulia mencakup empat hal: penyaluran hukum hayat ke dalam kita; Allah menjadi Allah kita dan kita menjadi umat‑Nya; kecakapan batiniah untuk mengenal Allah; dan pendamaian bagi ketidakbenaran serta pengampunan dosa‑dosa kita. Keempat hal ini seluruhnya berfokus pada hukum hayat. Karena itu, dalam berita ini kita akan membahas apakah sebenarnya hukum hayat itu.

Untuk mengenal hukum hayat perlulah kita lebih dulu melihat beberapa hal lain yang merupakan latar belakang yang penting. Selama beberapa tahun ini kita berulang-ulang menegaskan satu inti pokok, yaitu kehendak kekal Allah ialah ingin menyalurkan diri‑Nya ke dalam kita, agar kita menjadi ekspresi‑Nya yang hidup. Hal ini telah digenapkan Allah. Walaupun ada beberapa masalah negatif, misalnya Iblis dan dosa telah datang mengganggu, namun semuanya itu telah menjadi sejarah masa lalu dikarenakan adanya penyaliban Kristus yang almuhit. Penyaliban Kristus yang almuhit telah mengakhiri setiap hal negatif. Karena itu, Iblis dan dosa telah menjadi satu sejarah. Sayang, sedikit sekali orang Kristen yang nampak hal ini; mereka selalu mengira bahwa hal‑hal itu masih tetap menganggu dan menghambat mereka. Tetapi itu dusta, hal‑hal negatif itu telah menjadi sejarah. Pada suatu hari, ketika kita semua memasuki Yerusalem Baru, kita akan menertawakan Iblis, dan berkata kepadanya, "Hai Iblis, sekarang aku tahu bahwa kamu tidak lain satu sejarah belaka. Bagiku kamu bukanlah apa‑apa. Aku berada di kawasan baru, yakni dalam wilayah langit baru dan bumi baru. Iblis, aku kini berada dalam Yerusalem Baru, dan kamu adalah satu sejarah." Apakah yang telah membuat semuanya itu menjadi satu sejarah? Penyaliban Kristus yang almuhit.

Bahkan kelahiran kembali, kelahiran ulang kita, juga merupakan suatu sejarah. Sebenarnya kita dilahirkan kembali pada dua puluh abad yang lalu, yakni pada waktu Kristus bangkit dari kematian (1Ptr. 1:3). Menurut perasaan Anda, Anda dilahirkan kembali beberapa tahun yang lalu, tetapi dalam pandangan Allah, Anda dilahirkan kembali pada dua puluh abad yang lalu. Karena itu, kelahiran kembali kita juga telah menjadi satu sejarah. Ketika kita dilahirkan kembali, kecakapan batiniah untuk mengenal Allah juga telah dikaruniakan ke dalam kita. Hal ini pun merupakan peristiwa yang terjadi dua, puluh abad yang lalu. Semua hal ini telah menjadi fakta yang rampung yang telah diwasiatkan kepada kita sebagai warisan. Bila kita telah dicelikkan, kita tidak perlu meminta, cukup berkata saja kepada Tuhan, "0 Tuhan, terima kasih atas warisan‑Mu itu. Terima kasih atas wasiat‑Mu. Aku cukup mengambilnya, menerimanya, dan menikmatinya."

Baiklah sekarang kita melihat hukum hayat. Inti kemah surgawi, Pelayan surgawi, pelayanan yang lebih agung, perjanjian yang lebih mulia, dan janji‑janji yang lebih mulia ialah hukum hayat. Apakah sumber hukum hayat itu? Sumber hukum hayat ialah hayat itu sendiri. Lalu apakah hayat? Hayat ialah Allah sendiri. Ketika Allah diekspresikan, Dia adalah Putra (1:3a, 8a). Ketika Putra, yakni Allah sendiri direalisasikan sebagai Roh, Ia adalah hayat kita (2Kor. 3:17a; 1Kor. 15:45b). Hayat ialah Allah di dalam Kristus sebagai Roh, masuk ke dalam kita. Karena itu, Roh itu juga disebut Roh hayat (Rm. 8:2), dan hayat ini adalah hayat yang kekal dan ilahi. Dari hayat ini, datanglah hukum hayat melalui kelahiran kembali dari Roh hayat (Yoh. 3:5‑6). Ketika kita dilahirkan kembali oleh Roh hayat, hayat yang kekal dan ilahi disalurkan ke dalam kita, dan dari hayat inilah muncul hukum hayat dalam batin kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 37