Hitstat

30 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Jumat

Mukjizat Yang Pertama dan Yang Terbesar
Yohanes 2:11
Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:10-11

Mengubah air menjadi anggur adalah mukjizat pertama yang Tuhan lakukan dalam ministri-Nya. Artinya, mukjizat ini adalah permulaan dari semua mukjizat Tuhan. Ini berarti bahwa semua perkerjaan yang Tuhan lakukan di atas diri kita selalu dimulai dari prinsip Tuhan mengubah maut kita menjadi hayat. Tuhan menghendaki kita mendapatkan Dia sebagai hayat. Inilah permulaan semua pekerjaan-Nya di atas diri kita. Sejak saat itu, Dia akan terus-menerus melakukan mukjizat pada diri kita. Tetapi dasar semua pekerjaan mukjizat-Nya adalah menghendaki kita mendapatkan hayat-Nya.
Semua pekerjaan yang Tuhan lakukan terhadap kita bukanlah satu pekerjaan yang biasa, melainkan mukjizat. Apa yang disebut mukjizat? Mukjizat adalah orang biasa tidak bisa mengerjakan, tidak bisa melakukan, hanya Allah yang bisa melakukan, hanya Tuhan yang bisa menggenapkan. Semua pekerjaan yang Tuhan Yesus lakukan di atas diri kita adalah mukjizat, sebab hanya Allah yang bisa melakukannya. Tetapi semua mukjizat yang Tuhan lakukan di atas diri kita berdasarkan pada prinsip mengubah maut menjadi hayat.
Mengubah maut menjadi hayat, tidak saja adalah mukjizat yang pertama, juga mukjizat yang terbesar, mukjizat di atas mukjizat, mukjizat yang terbesar dari semua mukjizat pada diri kita. Saudara D.L. Moody, seorang pemberita Injil besar dari Amerika Serikat, pernah berkata bahwa mukjizat Tuhan yang paling besar adalah menghidupkan orang yang mati dalam dosa. Kita sering mengira, jika ada orang yang sakit keras disembuhkan oleh Tuhan, itu adalah mukjizat yang besar. Namun orang yang telah mati dalam dosa bisa hidup kembali oleh hayat ilahi, inilah mukjizat yang terbesar.
Manusia memang jarang memikirkan bahwa dirinya telah mati dalam dosa, penuh dengan maut, bermoral rendah, tidak memiliki kekuatan untuk berbuat baik. Tetapi karena kita telah menerima hayat Tuhan, roh kita dihidupkan, kita menjadi orang yang bermoral tinggi, mampu berbuat baik, senang akan perkara-perkara terang, bahkan secara positif terus maju ke arah Tuhan. Inilah mukjizat yang terbesar. Tujuan dari mukjizat ini adalah supaya kita mendapatkan kepuasan dan sukacita, serta Allah sepenuhnya diekspresikan.

29 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Kamis

Dipuaskan dan Mengekspresikan Kemuliaan Allah
Yohanes 2:11
Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:10-11

Hanya setelah memiliki satu hayat yang kekal, baru kita bisa memiliki satu hayat manusia yang kekal. Juga hanya setelah memiliki satu hayat yang kekal, baru bisa memiliki sukacita yang kekal. Banyak orang yang dapat bersaksi bahwa tadinya kehidupan mereka penuh maut. Ada yang moralnya sangat rendah, ada yang kejiwaannya sangatlah lemah, ada yang tidak berdaya dalam berbuat baik, ada pula yang memandang hidup ini dengan sangat pesimis. Tetapi begitu mereka menerima Tuhan Yesus ke dalam diri mereka, semua keadaan maut mereka berubah. Moral yang rendah berubah menjadi yang unggul; jiwa yang lemah berubah menjadi perkasa; yang tidak ada kekuatan berbuat baik berubah menjadi sangat kuat; pandangan hidup yang pesimis menjadi sangat optimis dan menyenangkan. Keadaan-keadaan ini menyatakan bahwa maut di dalam mereka telah menjadi hayat yang terbaik.
Setelah Tuhan Yesus masuk ke dalam kita, hayat yang Dia berikan kepada kita adalah hayat yang ajaib, hayat Allah yang unggul, kekal, dan tak terbatas. Karena itu, sukacita yang diberikan oleh hayat ini juga tidak terbatas. Inti keperluan hidup manusia bukan banyak hal yang lain, melainkan satu perubahan hayat. Semua keadaan maut yang asalnya kita miliki, hanya bisa dibereskan oleh hayat. Hanya hayat yang memberi kita satu pemberesan yang tuntas, pemberesan yang melenyapkan keadaan maut itu. Perubahan hayat ini hanya bisa dilakukan oleh Tuhan Yesus. Hanya Dia, Tuhan kebangkitan, Tuhan hayat, dalam Roh kebangkitan, yang bisa mengubah semua keadaan maut di dalam kita menjadi hayat yang terbaik dan kekal.
Pada hari Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur yang terbaik, semua tamu dalam pesta itu bisa minum dan dipuaskan. Bersamaan dengan itu, dari dalam diri Tuhan juga terekspresi kemuliaan Allah. Di satu pihak manusia dipuaskan, di pihak lain Allah terekspresikan dari diri manusia. Di satu aspek, karena di dalam diri kita ada Tuhan sebagai sumber air hayat, maka hayat itu membuat hidup manusia kita sepenuhnya dipuaskan. Di pihak lain, hayat Tuhan di dalam kita membuat kita hidup di dalam Allah, sehingga kehidupan kita mengekspresikan kemuliaan Allah, mengekspresikan Allah sendiri.

28 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Rabu

Mengubah Air Menjadi Anggur
Yohanes 2:10
Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:8-10; Rm. 4:17; 1 Yoh. 3:14

Tuhan Yesus dengan ajaib mengubah air maut ini menjadi anggur (Yoh. 2:8-10). Tanda mukjizat ini tidak hanya menunjukkan bahwa Tuhan Yesus dapat menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (Rm. 4:17), bahkan Ia pun dapat mengubah maut menjadi hayat. Tatkala Tuhan mengubah air kita menjadi anggur, maka anggur dalam kehidupan kita itu takkan habis. Oleh sebab kita telah dilahirkan kembali, hayat serta kenikmatan rohani akan berlangsung selamanya. Kita akan mempunyai sukacita dan kenikmatan yang kekal, yang takkan tamat. Perjamuan ini bukan dalam hayat alamiah kita, melainkan dalam hayat baru yang kita terima melalui kelahiran kembali.
Hayat yang kita terima melalui kelahiran kembali jauh lebih baik daripada hayat alamiah kita. Hayat kita yang dahulu dilambangkan oleh anggur yang jelek, sangat banyak kurangnya. Hayat yang pertama, hayat manusia yang tercipta adalah hayat yang kurang baik. Hayat yang kedua, yang kita peroleh melalui kelahiran kembali adalah hayat yang paling baik, yang kudus dan yang kekal, sebab hayat ini adalah hayat Allah sendiri dalam Kristus. Dengan demikian sukacita kita akan bertahan sampai selama-lamanya.
Kita memiliki kenikmatan yang kekal, sebab Kristus telah memindahkan kita dari maut ke dalam hayat (1 Yoh. 3:14). Sebagai hayat kekal kita, Dia dapat mempertahankan kesenangan dan kenikmatan kita selama-lamanya. Suatu “perjamuan kawin” baru dimulai ketika kita diselamatkan. Sejak kita memiliki anggur kudus, yakni hayat kudus Tuhan, kita pun memiliki sukacita dan “perjamuan kawin” yang tak pernah usai di dalam kita.
Sebelum kita diselamatkan, kita adalah tempayan yang penuh dengan air maut. Pada suatu hari kita percaya Tuhan dan berseru, “Tuhan Yesus, aku menerima Engkau menjadi hayat-Ku, tinggallah di dalamku”. Pada saat itu Dia datang dan mengubah maut kita menjadi hayat. Bahkan suami istri Kristen pun bisa mencapai suatu titik kelayuan dalam hidup pernikahan mereka, seolah tak dapat lagi meneruskan pernikahan mereka. Tetapi, kalau mereka terbuka terhadap Tuhan, Dia akan mengubah maut itu menjadi hayat. Dalam banyak pernikahan, Tuhan telah mengubah air maut menjadi anggur kehidupan.

27 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Selasa

Hayat Manusia Yang Penuh Kematian
Yohanes 2:6-7a
Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.”

Ayat Bacaan: Yoh. 2:6-7; Kej. 1:27, 31

Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia, Ia menjumpai keadaan manusia yang penuh kenikmatan, namun tidak langgeng. Dia datang pada saat yang tepat, yakni pada saat kenikmatan hayat manusia segera berakhir. Misalnya, kalau usia kita sudah 60 tahun lebih, berarti kita telah mendekati waktu habisnya anggur. Ketika anggur kita hampir habis, kita sadar bahwa “perjamuan kawin” kita akan segera berlalu. Namun puji Tuhan, pada saat itulah Tuhan datang ke dalam situasi kita. Kita tak perlu khawatir, sebab Dia dapat mengubah air menjadi anggur.
Sebelum melakukan mukjizat, Tuhan menyuruh orang mengisi tempayan dengan air (Yoh. 2:6-7). Tempayan itu terbuat dari batu, dan semuanya ada enam. Angka enam mewakili manusia yang tercipta, sebab pada hari keenamlah manusia diciptakan (Kej. 1:27, 31). Bahasa asli Alkitab mengatakan bahwa tempayan ini adalah tempayan dari batu. Batu dalam Alkitab mengacu kepada alamiah, karena batu ada secara alamiah. Jadi, enam tempayan melambangkan manusia alamiah yang tercipta. Kita adalah “tempayan”, bejana untuk menampung sesuatu. Tepatnya, kita adalah “tempayan” yang terletak di Kana, tempat yang penuh dengan orang-orang yang lemah dan rapuh; kita sendiri adalah orang-orang yang lemah dan rapuh.
Sebagaimana anggur melambangkan hayat, maka air melambangkan maut (kematian). Saat itu Tuhan menyuruh mereka mengisi penuh tempayan itu dengan air, itu menyatakan bahwa semua yang ada di dalam manusia tercipta yang alamiah tidak lain adalah maut. Janganlah mengira bahwa kita sakit sampai sejangka waktu tertentu kemudian baru mati. Sebenarnya, semua yang kita miliki adalah maut. Kita lemah dan rapuh karena maut ada di dalam kita.
Tidak peduli kelemahan jasmani atau jiwani, itu semua membuktikan bahwa di dalam manusia ada maut. Karena semua yang ada di dalam manusia kita adalah maut, maka kita perlu Tuhan Yesus dalam hayat kebangkitan-Nya, masuk ke dalam setiap kita, menjadi hayat kita, mengatasi keperluan kita. Hanya Tuhan Sang hayat inilah yang bisa memberi kita hayat yang tidak bisa mati, yang kuat, yang kekal, untuk mengatasi keperluan kita.

26 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Senin

Sukacita dan Kenikmatan Manusia Segera Berakhir
Yohanes 2:2-3
Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.”

Ayat Bacaan: Yoh. 2:1-4

Perkawinan merupakan suatu pos yang sangat penting dan bermakna dalam hidup manusia, sebab tanpa hal itu, kelangsungan hidup manusia akan terhalang. Melenyapkan perkawinan berarti mengakhiri hidup manusia. Perkawinan melambangkan kelangsungan hidup manusia. Lalu, melambangkan apakah pesta perkawinan itu? Pesta perkawinan melambangkan kenikmatan dan kesenangan hidup manusia. Di bumi ini tiada suasana yang lebih menggembirakan daripada suatu pesta perkawinan. Pernahkah Anda melihat sepasang mempelai meratap tangis saat pesta perkawinan mereka tengah berlangsung? Tentu tidak. Menurut kebudayaan manusia manapun, perkawinan adalah suatu kesempatan yang sangat bahagia.
Pesta perkawinan pada zaman dahulu maupun sekarang, baik di Timur maupun di Barat, sangat tergantung pada anggur. Hal ini melambangkan bahwa kesenangan manusia tergantung pada hayat. Anggur (wine) berbeda dengan air putih, karena anggur berasal dari sesuatu yang hidup. Karena itu anggur melambangkan hayat. Kenikmatan manusia tergantung pada hayat manusia. Ketika hayat itu tamat, semua kenikmatan pun habis.
Yohanes 2:3-4 mengatakan, “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: ‘Mereka kehabisan anggur.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.’” Ketika pesta pernikahan ini sedang berlangsung, mereka kehabisan anggur. Anggur dalam pesta pernikahan terpakai habis, ini melambangkan hayat dalam kehidupan manusia ada batasnya, bisa habis. Hayat dalam kehidupan manusia pada suatu hari akan mencapai kesudahannya, akan terpakai habis, bisa habis.
Begitu hayat manusia habis, sukacita kehidupan manusia juga habis. Kita semua bisa memahami bahwa sukacita dari berbagai aspek kehidupan manusia akan habis, akan mati, dan akhirnya akan sirna. Manusia boleh saja setiap hari berpesta pora, setiap hari menempuh kehidupan yang senang, tetapi Tuhan tahu bahwa hayat kehidupan manusia pada suatu hari akan sampai kepada kesudahannya, pada suatu hari akan habis. Itulah sebabnya Dia datang untuk mengatasi keperluan manusia akan hayat.

25 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Minggu

Prinsip Hayat: Mengubah Maut Menjadi Hayat
Yohanes 2:1-2
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:1, 11; 11:47; Ef. 2:6

Dalam Injil Yohanes pasal dua, kita akan melihat prinsip hayat yakni mengubah maut menjadi hayat. Pasal ini dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa perayaan pesta perkawinan di Kana yang dihadiri oleh ibu Yesus, Yesus sendiri dan murid-murid-Nya (Yoh. 1:1-2). Alkitab menuliskan dengan sangat rinci bahwa pesta itu diadakan pada hari ketiga. Menurut Alkitab, “hari ketiga” mengacu kepada hari kebangkitan. Kemudian, kita perlu juga mengenal makna dari tempat diadakannya pesta perkawinan itu, yakni Kana. “Kana” berarti tanah buluh. Buluh dalam Alkitab melambangkan orang yang rapuh. Alkitab mengatakan,“buluh yang patah terkulai” tidak akan Tuhan patahkan (Yes. 42:3, Mat. 12:20). Dipandang dari sudut ini, seluruh bumi adalah Kana, sebab setiap orang lemah dan rapuh.
Walaupun seluruh bumi itu Kana, penuh dengan orang-orang yang lemah dan rapuh, Tuhan justru datang kepada mereka. Kedatangan Tuhan di Kana melambangkan kedatangan-Nya di dunia yang penuh dengan orang-orang lemah dan rapuh. Walaupun kita ini seperti buluh, lemah dan rapuh, justru Tuhan datang menjumpai kita dalam kebangkitan. Tidak hanya itu, Alkitab juga mencatat bahwa Kana berada di daerah Galilea. Galilea adalah tempat yang diremehkan. Jadi, Galilea melambangkan kondisi dunia yang bobrok, sebagaimana situasi dunia hari ini. Namun jangan berkecil hati, Tuhan justru mau datang menemui kita yang tinggal di dalam dunia yang demikian.
Ketika Tuhan datang menjumpai kita, hal apakah yang pertama kali akan Dia lakukan? Dia akan mengubah maut menjadi hayat. Di dalam dunia yang bobrok ini, tidak ada yang lain kecuali maut. Karena pengaruh mautlah, orang-orang di bumi ini menjadi begitu lemah dan rapuh. Tetapi puji Tuhan, Dia datang untuk mengubah maut menjadi hayat! Dosa, keduniawian, hawa nafsu, kesenangan duniawi, semuanya bercitarasa maut. Setiap kali kita menyentuh hal-hal itu, di dalam batin kita langsung gelap, roh kita pun segera padam. Namun, kita harus tahu bahwa Tuhan sanggup mengubah maut menjadi hayat. Yang kita perlukan adalah berseru kepada-Nya, mengundang Dia masuk ke dalam kehidupan kita. Demikian, di dalam kita segera terbitlah hayat.

24 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Sabtu

Pengubahan yang Menghasilkan Betel, Rumah Allah
Yohanes 1:51
Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”

Ayat Bacaan: 1 Yoh. 1:51; Kej. 28:10-22; 1 Ptr. 2:4-5

Yesus berkata kepada Natanael, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah naik turun kepada Anak Manusia” (Yoh. 1:51). Orang-orang Yahudi pasti mengenal bahwa ini adalah keterangan atas mimpi Yakub (Kej. 28:10-22). Ketika Yakub melarikan diri dari saudaranya, ia tidur di tempat terbuka selama semalam dan menggunakan batu sebagai bantalnya. Ia bermimpi melihat langit terbuka dan sebuah tangga didirikan di atas bumi yang ujungnya mencapai langit di mana malaikat-malaikat naik turun. Ketika Yakub terjaga dari tidurnya, ia berkata: “Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang surga” (Kej. 28:17). Kemudian ia menuangkan minyak ke atas batu yang telah dipakainya sebagai bantal dan menamainya Betel.
Kristus, sebagai Anak Manusia dengan keinsanian-Nya adalah tangga yang didirikan di atas bumi dan menuju ke langit, supaya langit terbuka kepada bumi dan mempersatukan bumi ke langit untuk rumah Allah. Yakub menuangkan minyak (lambang dari Roh Kudus) ke atas batu (lambang dari manusia yang telah diubah) yang akan menjadi rumah Allah. Sasaran Allah atas kaum beriman adalah memiliki rumah yang terbangun dengan batu hidup. Batu-batu itu bukannya tersebar dan terserak, juga bukan batu-batu yang hanya dikumpulkan dan ditumpuk, melainkan batu-batu yang dibangun satu dengan yang lainnya (1 Ptr. 2:5). Akhirnya, bangunan ini akan rampung di dalam Yerusalem Baru.
Di Yerusalem Baru tidak akan ada lagi tanah liat, karena semua tanah liat telah ditransformasi menjadi batu permata. Ini berarti Yerusalem Baru dibangun dengan batu-batu permata. Kita sedang menjadi batu-batu permata yang terbangun menjadi Yerusalem Baru. Hari ini pekerjaan pembangunan sedang berlangsung! Satu Petrus 2:4 mengatakan, “Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah”. Semakin sering kita datang kepada Tuhan, semakin banyak pula kita diubah menjadi batu hidup. Saat kita menyeru nama-Nya, berdoa kepada-Nya, tidak saja kita mendapatkan keselamatan, terlebih kita pun semakin diubah menjadi batu-batu hidup bagi pembangunan rumah-Nya.

23 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Jumat

Diubah Menjadi Batu-batu Hidup Bagi Pembangunan Allah
Yohanes 1:41a, 42
Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, ..., Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

Ayat Bacaan: Yoh. 1:41-42; Mat. 16:18; 1 Kor. 3:12; 1 Ptr. 1:2:5; 3:5; Ef. 2:22

Ketika Yohanes Pembaptis berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah”, kedua muridnya malah tertarik kepada-Nya. Salah seorang dari murid itu bernama Andreas, dan yang lain boleh jadi Yohanes, penulis Injil ini, yang tidak menyebutkan namanya sendiri. Segera setelah Andreas berjumpa dengan Yesus, ia mendapati saudaranya yang bernama Simon dan memimpinnya kepada Yesus (Yoh. 1:41-42). Ketika Tuhan memandang Simon, Dia mengubah namanya menjadi Kefas, atau Petrus, yang berarti batu.
Tuhan mengubah nama Simon menjadi Petrus adalah berkaitan dengan pembangunan gereja (Mat. 16:18), pembangunan rumah rohani (1 Ptr. 3:5). Batu menyiratkan hasil dari pekerjaan pengubahan untuk menghasilkan bahan bagi bangunan Allah (1 Kor. 3:12). Dalam Yohanes pasal satu, kita mempunyai Anak Domba, burung merpati dan batu, yang kesemuanya ini merupakan gambaran-gambaran. Maknanya adalah penebusan (Anak Domba) ditambah dengan pengurapan Roh Kudus (merpati) akan menghasilkan bahan-bahan bagi pembangunan rumah Allah, yakni gereja hari ini.
Secara alamiah kita bukanlah batu, tapi tanah liat. Namun, karena kita telah menerima hayat ilahi dengan sifat ilahi melalui kelahiran kembali, kita dapat ditransformasi menjadi batu-batu, bahkan menjadi batu-batu berharga, melalui menikmati Kristus sebagai suplai hayat (2 Kor. 3:18). Tanah liat tidak dapat digunakan untuk membangun rumah rohani, sebab tanah liat melambangkan manusia alamiah kita. Namun Puji Tuhan, melalui penebusan dan kelahiran kembali, kita diubah menjadi batu-batu hidup bagi pembangunan tempat kediaman Allah di dalam roh (Ef. 2:22).
Menjadi batu saja tidak cukup. Sebagai batu-batu hidup, kita perlu terbangun bersama menjadi sebuah bangunan. Sebuah rumah sudah pasti tersusun dari satu batu di atas batu lainnya. Lebih dari seratus tahun yang lalu, Saudara Stooneg, seorang saleh dari Inggris berkata, “Ada satu perkara yang paling indah dan paling ajaib setelah aku beroleh selamat, yaitu pada suatu hari aku menyadari bahwa diriku adalah sebuah bahan untuk pembangunan tempat kediaman Allah. Inilah satu perkara yang paling ajaib.”

22 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Kamis

Anak Domba Allah dan Burung Merpati
Yohanes 1:29
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia."

Ayat Bacaan: Yoh. 1:14, 19-25, 29-33; 10:17-18; Ef. 2:5-6; 1 Ptr. 1:3; 2:5.

Sementara para agamawan Yahudi mengharapkan seorang pemimpin besar, Yesus justru diperkenalkan oleh Yohanes Pembaptis sebagai Anak Domba Allah. Yesus bukannya datang sebagai pemimpin yang besar bagi suatu pergerakan keagamaan, melainkan Dia datang sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Sebuah pergerakan keagamaan tidak dapat menyelesaikan masalah dosa manusia. Untuk menghapus dosa, kita tidak memerlukan pemimpin agama, yang kita perlukan adalah Anak Domba Allah. Kita memerlukan Yesus sebagai Anak Domba Allah, mati bagi kita dan menumpahkan darah-Nya demi penebusan kita (Yoh. 1:29).
Yohanes Pembaptis tidak hanya memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah, dia pun memberi kesaksian, katanya: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya” (Yoh. 1:32). Merpati merupakan lambang dari Roh Kudus, yang membawakan Allah dan menyatukan Allah dengan manusia. Anak Domba menghapus dosa manusia, sedang merpati membawakan Allah sebagai hayat kepada manusia, mengurapi manusia dengan apa adanya Allah, membawa Allah ke dalam manusia dan manusia ke dalam Allah, dan untuk mempersatukan kaum beriman di dalam Allah. Kita memerlukan keduanya untuk mengambil bagian di dalam Allah. Di pihak negatifnya, Anak Domba memecahkan masalah dosa manusia; di pihak positifnya, merpati membawakan Allah kepada manusia. Anak Domba memisahkan manusia dari dosa, dan merpati menyatukan Allah dengan manusia.
Agama adalah untuk kekuasaan, untuk pergerakan dan pemimpin-pemimpin besar. Namun Anak Domba bukan untuk kekuasaan, melainkan untuk penebusan. Dia datang sebagai Anak Domba yang kecil yang dibawa ke pembantaian dan dibunuh untuk penebusan kita (Yes. 53:7). Burung merpati yang melambangkan Roh Kudus datang untuk memberikan hayat, melahirkan kita kembali, mengurapi, mengubah, menyatukan dan membangun. Pada akhirnya, Allah akan memiliki sebuah rumah, yakni Betel. Pembangunan Allah tidak berkaitan dengan suatu pergerakan, kekuasaan, ataupun pemimpin besar; melainkan berkaitan dengan penebusan dan hayat.

21 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Rabu

Agama Selalu Mencari Seorang Pemimpin Besar
Yohanes 1:22b-23
Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 1:19-25

Penentangan terbesar terhadap Kristus justru berasal dari kaum agamawan Yahudi. Tidak ada sesuatu yang lebih menyusahkan ataupun menghalangi-Nya lebih daripada agama Yahudi. Agama selalu berusaha menghalangi tampilnya Kristus sebagai hayat. Yohanes 1:19-25 merupakan cerminan dari konsepsi kaum beragama, yang secara keseluruhan bertentangan dengan pikiran-pikiran ilahi. Yang dicari oleh kaum agamawan bukanlah Kristus, melainkan seorang pemimpin besar.
Konsepsi agama yaitu mencari orang besar seperti Mesias atau nabi besar seperti Elia. Kaum agamawan selalu memikirkan ucapan-ucapan pemimpin-pemimpin besar mereka yang melakukan perkara-perkara yang mengherankan dan yang melakukan keajaiban-keajaiban yang mengagumkan untuk menyelamatkan dan membebaskan mereka. Prinsip yang sama masih tetap ada di dalam situasi agama hari ini. Di manapun orang-orang berharap mempunyai seorang pengkhotbah hebat dan terkenal di dunia. Kaum agamawan hari ini seperti orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat serta kepala-kepala imam, bukanlah untuk hayat; mereka adalah untuk suatu pergerakan besar, seorang pemimpin besar. Sekalipun mereka menantikan seorang pemimpin agamawan besar yang akan menggiatkan mereka, setelah pemimpin seperti itu datang dan pergi, mereka masih tetap dalam keadaan mereka yang mati.
Pemimpin-pemimpin Yahudi mengutus orang-orang untuk menanyai Yohanes Pembaptis apakah ia Mesias itu. Tentu saja Yohanes menjawab: “Bukan aku”. Kemudian mereka bertanya pula apakah ia Elia, sekali lagi ia menjawab: “Bukan”. Namun Yohanes bersaksi bahwa dia hanyalah suatu suara, yakni suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan oleh nabi Yesaya (Yoh. 1:23). Apakah suara itu? Suara bukanlah apa-apa. Anda mendengarnya sepintas, lalu suara itu pun berlalu. Anda tak dapat menjamahnya. Seolah-olah Yohanes berkata: “Aku bukanlah apa-apa. Aku tak lain hanyalah suara belaka. Aku bukanlah Mesias, Elia maupun nabi.” Dari jawaban Yohanes Pembaptis kita tahu bahwa yang kita perlukan sebenarnya bukan seorang pemimpin besar, melainkan hayat ilahi!

20 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Selasa

Anugerah dan Realitas Datang Oleh Yesus Kristus
Yohanes 1:16-17
Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:16-17; Kel. 25:21; Ibr. 4:16

Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi anugerah (kasih karunia) dan realitas (kebenaran) datang oleh Yesus Kristus (Yoh. 1:17). Hukum Taurat menuntut manusia untuk melakukan sesuatu menurut apa adanya Allah, namun anugerah menyuplai manusia dengan apa adanya Allah guna memenuhi tuntutan-tuntutan Allah. Hukum Taurat, paling banyak hanyalah sebuah kesaksian mengenai apa adanya Allah (Kel. 25:21), sedang kebenaran (realitas) adalah penyataan akan apa adanya Allah. Tak seorang pun bisa berbagian akan Allah melalui hukum Taurat, tetapi kasih karunia memungkinkan manusia menikmati Allah. Realitas adalah Allah menjadi nyata bagi manusia, dan kasih karunia adalah Allah dinikmati oleh manusia.
Anugerah berarti Allah bekerja untuk kita; hukum Taurat berarti kita bekerja untuk Allah. Terhadap diri kita, Allah mempunyai tuntutan yang kudus dan benar, inilah hukum Taurat. Anugerah berarti Allah tidak lagi menuntut kita, sebaliknya Dia sendiri yang memenuhi tuntutan-Nya bagi kita. Kita semua terlahir sebagai orang dosa. Jika Allah tidak menuntut apa-apa pada kita, semuanya seolah terlihat baik. Tapi begitu Ia menuntut sesuatu pada kita, segera alam kedosaan kita tersingkap dengan nyata. Jadi, hukum Taurat itu menyingkapkan kelemahan kita. Namun Allah mengenal siapa kita. Ia tahu bahwa dari ujung rambut hingga telapak kaki, kita penuh dosa. Ia tahu bahwa kita adalah jelmaan kelemahan; kita tidak dapat melakukan apa-apa untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat. Karena itulah Tuhan Yesus datang kepada kita dengan membawakan anugerah dan realitas, bukannya membawa hukum Taurat sebagaimana Musa.
Bahkan sampai hari ini, secara terus-menerus, Tuhan masih menyuplaikan diri-Nya sendiri sebagai anugerah kepada kita. Apa yang tidak bisa kita lakukan bagi Allah, sebenarnya telah dilakukan oleh Tuhan bagi kita. Yang perlu kita lakukan adalah terbuka kepada-Nya, berseru kepada nama-Nya, maka Dia akan menyuplaikan diri-Nya sendiri sebagai anugerah guna memenuhi berbagai keperluan kita. Karena itu, marilah kita setiap hari dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr. 4:16).

19 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Senin

Berkemah di Antara Kita, Penuh Anugerah dan Realitas
Yohanes 1:14
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:14, 16; Kol. 2:9

Melalui inkarnasi, Firman bukan hanya membawakan Allah kepada manusia, tetapi juga menjadi kemah atau tabernakel, tempat kediaman Allah di atas bumi. Menurut sejarah dalam Perjanjian Lama, di antara manusia di atas bumi, terdapat sebuah tabernakel di mana Allah berdiam. Di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus di dalam daging itulah tabernakel yang sejati. Tabernakel Perjanjian Lama adalah suatu lambang atau bayang-bayang dari tabernakel yang sejati, yang tak lain ialah Kristus di dalam daging. Tatkala Dia di dalam daging sebagai tabernakel Allah di antara manusia, Allah dinyatakan di dalam Dia (Kol. 2:9). Apa adanya Allah dan semua yang Dia miliki dinyatakan sepenuhnya melalui Tuhan Yesus.
Kristus, Firman hidup yang menjadi daging dan berkemah di antara kita, penuh dengan anugerah (kasih karunia, LAI). Anugerah ialah Allah di dalam Kristus menjadi kenikmatan kita. Anugerah ini meliputi perhentian, penghiburan, tenaga, kekuatan, terang, hayat, kebenaran, kesucian, dan semua ciri-ciri ilahi. Semuanya ini adalah untuk kita nikmati. Anugerah bukanlah pemberian benda-benda materiil, bukan pula pemberian karunia-karunia rohani, melainkan pemberian Diri Allah di dalam Kristus sebagai kenikmatan kita. Sewaktu kita mengalami Allah sebagai kekuatan, hayat, hiburan, perhentian, tenaga, kebenaran dan kekudusan kita, itulah anugerah.
Hal terakhir yang bertalian dengan inkarnasi Allah adalah realitas (kebenaran, LAI). Kapan kala kita menikmati Allah, kita bukan hanya memiliki anugerah, melainkan juga realitas. Memiliki Allah berarti memiliki realitas. Kita dapat mengatakan demikian: Firman adalah Allah yang diekspresikan, hayat adalah Allah yang dibagikan, terang adalah Allah yang bersinar, anugerah adalah Allah yang dinikmati, dan realitas adalah Allah yang didapatkan. Melalui hal-hal inilah Allah dinyatakan di dalam Putra sebagai ekspresi-Nya. Ketika kita menikmati Allah di dalam Kristus sebagai anugerah dan mengenal Dia di dalam Kristus sebagai realitas, kita akan mendapatkan kekayaan-kekayaan Kristus yang tidak terduga. Yohanes 1:16 berkata, “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia.”

18 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Minggu

Firman Itu Telah Menjadi Daging
Yohanes 1:14
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:14; Rm. 8:3-4; Ibr. 2:14; 1 Tim. 3:16; 2 Kor. 5:21

Demi menggenapkan tujuan Allah, Firman itu telah menjelma menjadi manusia yang bernama Yesus Kristus (Yoh. 1:14). Menjadi manusia berarti mengenakan tubuh daging, memiliki hayat dan sifat insani, serta dibatasi oleh ruang dan waktu. Di dalam kekekalan yang lampau, Firman itu tak terbatasi oleh ruang dan waktu, namun sejak Firman itu menjadi manusia, Dia masuk ke dalam ruang dan waktu. Allah yang kita sembah bukan hanya Allah sang Pencipta, tetapi juga Allah yang berinkarnasi. Melalui inkarnasi, Allah yang tak terbatas, telah mengenakan tubuh daging yang terbatas.
Mengapa Allah yang kekal mau mengenakan tubuh daging? Bukankah istilah “daging” di dalam Alkitab mengacu kepada sesuatu yang negatif? Ya. Roma 8:3 memberitahu kita bahwa Allah mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, supaya Dia dapat menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging. Walau mengenakan tubuh daging (Ibr. 2:14; 1 Tim. 3:16), Tuhan Yesus tidak memiliki sifat dosa di dalam daging-Nya (2 Kor. 5:21; Ibr. 4:15). Tuhan Yesus tidak mempunyai dosa dan tak ada sangkut pautnya dengan dosa. Hal ini dilambangkan dengan ular tembaga yang ditinggikan oleh Musa bagi orang Israel yang berdosa (Bil. 21:9; Yoh. 3:14). Ular tembaga itu memiliki bentuk dan rupa ular tetapi tidak memiliki racun ular. Ular tembaga seperti itulah yang menanggung penghakiman Allah atas orang Israel yang terkena racun ular, bahkan peninggian ular itu di padang gurun sekaligus menanggulangi ular yang meracuni mereka.
Meskipun Kristus tidak memiliki dosa dalam daging, namun Dia disalibkan dalam daging (Kol. 1:22; 1 Ptr. 3:18). Ketika Kristus disalibkan, di satu pihak, Dia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa kita (Yoh. 1:29); di pihak lain, Dia adalah “ular tembaga” yang ditinggikan untuk menghakimi Iblis (Yoh. 12:31; 16:11), dan dengan itu Dia juga membinasakan Iblis (Ibr. 2:14). Tidak cukup demikian, melalui penyaliban Kristus dalam daging, Allah menghukum dosa yang dibawa masuk oleh Iblis ke dalam daging manusia. Hasilnya, kita dapat berjalan menurut roh, agar tuntutan keadilan hukum Taurat bisa digenapkan di dalam kita yang tidak lagi hidup menurut daging (Rm. 8:4).

17 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Sabtu

Dilahirkan Dari Allah
Yohanes 1:13
Orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:12-13

Kita yang percaya di dalam Kristus telah dilahirkan dari Allah dan telah menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12-13). Bagi kita sekarang, Allah adalah Bapa kita, dan kita adalah anak-anak-Nya. Karena kita telah dilahirkan dari Allah, kini kita memiliki hayat-Nya. Hayat Allah adalah ilahi, kekal dan tak dapat rusak. Hayat ini adalah faktor dasar dari seluruh warisan rohani yang kita miliki di dalam keselamatan Allah.
Banyak guru-guru Alkitab mengatakan bahwa kita ini diangkat anak (diadopsi) oleh Allah dan kemudian diberi status sebagai anak-anak Allah. Menurut pengajaran mereka, karena keadaan kita begitu miskin dan terlantar di dalam dosa, maka Allah menaruh belas kasihan kepada kita, lalu mengadopsi kita sehingga kita menjadi anak-anak “pungut”-Nya. Allah bagaikan seorang dermawan kaya raya yang memungut anak seorang pengemis miskin. Namun, benarkah pengajaran yang demikian? Sama sekali tidak benar! Kita menjadi anak-anak Allah bukan karena faktor adopsi atau dipungut, melainkan karena faktor kelahiran. Yohanes 1:13 dengan jelas menegaskan bahwa kita adalah orang-orang yang diperanakkan (dilahirkan) dari Allah! Kita bukan anak-anak pungut-Nya, kita adalah anak-anak Allah dalam hayat dan sifat-Nya.
Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki hayat dan sifat-Nya. Seperti halnya seorang anak mempunyai hayat dan sifat ayahnya karena ia terlahir olehnya, bukan anak angkat, maka kita pun memiliki hayat dan sifat Allah Bapa, karena kita terlahir oleh-Nya dan bukan diangkat oleh Dia. Puji Tuhan, kita adalah anak-anak Allah Tritunggal yang memiliki hayat dan sifat ilahi!
Andaikata Anda adalah anak presiden Amerika Serikat tidakkah Anda mempunyai perasaan bangga yang istimewa? Tetapi, kita memiliki jenis keputraan yang lebih agung. Kita adalah anak-anak Allah yang memiliki hayat dan sifat ilahi! Memang dahulu kita adalah orang-orang yang berdosa, tetapi sekarang kita adalah anak-anak Allah. O, alangkah mulianya, kita adalah anak-anak Allah! Tadinya Allah hanya mempunyai Putra Tunggal sebagai satu-satunya ekspresi-Nya. Namun sekarang Allah melalui pelipatgandaan hayat-Nya, telah memiliki banyak putra sebagai ekspresi-Nya.

16 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Jumat

Diberi Kuasa Supaya Menjadi Anak-anak Allah
Yohanes 1:12
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:11-12; 1 Yoh. 3:1

Allah, yang juga Sang Firman kekal itu, datang melalui Kristus kepada milik kepunyaan-Nya sendiri, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima Dia (Yoh. 1:11). Mereka tidak menerima Dia sebab mereka tidak mengenal Dia. Tetapi, semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya ke dalam nama-Nya (Yoh. 1:12).
Makna kata “percaya” dalam Yohanes 1:12 tidak hanya berarti mengakui, tetapi terlebih berarti menerima, menerima Kristus - Firman Allah yang hidup. Kalau seseorang hanya mengakui, atau hanya sebatas setuju kepada fakta Alkitab, ia masih belum dapat dikatakan percaya. Seseorang dapat dikatakan percaya apabila ia telah menerima Kristus sendiri sebagai Juruselamat dan hayatnya. Menerima Kristus berarti dengan iman membiarkan Dia masuk ke dalam roh kita, tinggal di dalam kita sebagai hayat dan segala sesuatu kita.
Semua orang yang menerima Kristus, Firman Allah yang hidup itu, diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah. Menjadi anak-anak Allah berarti memiliki Kristus sebagai hayat kita. Kristus sebagai hayat ini adalah Roh keputraan, dan Roh keputraan inilah yang menjadikan kita putra-putra Allah. Kita bisa mengetahui bahwa kita adalah anak-anak Allah melalui dua perkara. Pertama, melalui fakta bahwa kita percaya kepada-Nya dan menyeru nama-Nya. Kedua, melalui fakta bahwa kita dapat dengan mesra berseru kepada Allah, “Abba, Bapa.” Kalau kita dapat memanggil Allah dengan sebutan “Abba, Bapa” semesra itu, maka itu membuktikan bahwa kita adalah anak-anak-Nya.
Diberi kuasa menjadi anak-anak Allah bukanlah hal yang kecil. Bila kita diberi hak untuk menjadi anak seorang presiden, bukankah itu suatu hal yang besar dan membanggakan? Namun alangkah lebih mulianya kita yang percaya ke dalam nama-Nya, sebab kita diberi kuasa menjadi anak-anak Allah. Menjadi anak-anak Allah berarti mewarisi hayat dan sifat Allah, mewarisi apa adanya Allah beserta segala milik-Nya, bahkan menjadi ekspresi-Nya. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah” (1 Yoh. 3:1a).

15 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Kamis

Menjadi Saksi Tentang Terang Itu
Yohanes 1:6-7
Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:6-10; 2 Kor. 4:4; Kis. 1:8

Sebagai orang yang diutus Allah, Yohanes datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh kesaksiannya semua orang menjadi percaya (Yoh. 1:6-7). Yohanes datang bukan atas kehendaknya sendiri atau untuk melakukan kehendaknya sendiri, melainkan atas kehendak Allah guna melaksanakan amanat-Nya. Allah menghendaki semua orang yang berada di dalam kegelapan dosa berjumpa dengan terang itu, mendapatkan terang itu, dan menjadi percaya.
Mengapa Yohanes perlu memberi kesaksian tentang terang itu? Yohanes 1:9-10 mengatakan, “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.” Kesaksian tentang terang itu diperlukan sebab dunia tidak mengenal Dia. Hari ini berapa banyakkah manusia yang benar-benar mengenal Kristus, terang yang sesungguhnya itu? Kebanyakan manusia hari ini masih berada di dalam gelap, sebab pikiran mereka telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah (2 Kor. 4:4).
Apakah seorang saksi itu? Saksi bukan hanya seorang pemberita atau seorang penginjil. Kata “saksi” sama dengan istilah “martir” dalam bahasa Yunani (Kis. 1:8). Seorang saksi adalah seorang yang mengemban satu kesaksian, kesaksian tentang Kristus, yang adalah terang yang sesungguhnya. Hari ini kitalah saksi-saksi, dan kesaksian kita adalah Injil. Di manapun Injil diberitakan, dipersaksikan, dan diperhidupkan, di sana terang itu bercahaya, menerangi setiap orang yang berada di dalam kegelapan. Hasilnya, banyak orang menjadi percaya dan beroleh hayat yang kekal.
Seorang saksi Kristus juga adalah seorang yang berbicara, yakni membicarakan hal-hal mengenai Kristus. Karena kita adalah saksi-saksi-Nya, maka kita harus membicarakan Dia, berbicara bagi Dia, dan mengutarakan Dia pada setiap kesempatan, bukan hanya di suatu tempat atau suatu waktu tertentu saja. Kesaksian yang demikian akan membuat terang itu bercahaya atas setiap orang yang kita temui dan akan memimpin mereka kepada keselamatan.

14 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Rabu

Hayat dan Terang Dalam Firman
Yohanes 1:4-5
Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:4-5; Ef. 2:1; 5:8; Yoh. 6:63; Kis. 5:20; Mzm. 119:105, 130; 2 Kor. 4:6

Firman benar-benar adalah keperluan kita yang paling mendasar. Manusia yang telah jatuh dalam dosa memiliki dua masalah utama, yakni mati (Ef. 2:1) dan berada di dalam kegelapan (Ef. 5:8). Agama apa pun tidak dapat menolong orang yang mati dan tinggal di dalam gelap, sebab yang dibutuhkan oleh orang mati bukanlah pengajaran melainkan hayat; dan yang dibutuhkan oleh orang yang berada di dalam kegelapan bukanlah perintah jangan melakukan ini dan itu, melainkan terang. Baik hayat maupun terang, keduanya tercakup di dalam Firman (Yoh. 1:4-5). Karena itu, hanya Firman yang dapat memenuhi keperluan manusia yang berdosa.
Di dalam Alkitab, kita dapat menemukan cukup banyak ayat yang menunjukkan bahwa Firman sangat berkaitan dengan hayat dan terang. Tuhan sendiri berkata bahwa perkataan-perkataan (Firman) yang Dia katakan adalah roh dan hayat (Yoh. 6:63). Kisah Para Rasul 5:20 mengatakan, “... beritakanlah seluruh firman hayat (hidup, LAI) itu kepada orang banyak.” Selanjutnya, pemazmur mengatakan, “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang,...” (Mzm. 199:130). Di bagian yang lain dikatakan, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105). O, alangkah kayanya Firman itu, di dalamnya tidak hanya ada hayat, terlebih memancarkan terang hayat. Ketika kita menerima Firman, kitapun menerima hayat yang terkandung di dalamnya, dan mendapatkan terang hayat yang terpancar melaluinya.
Yohanes 1:5 mengatakan, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” Kegelapan tidak pernah menguasai atau memadamkan terang. Sebaliknya, teranglah yang mengusir kegelapan. Tatkala terang hayat bercahaya di dalam kita, kegelapan pun tersingkir. Tatkala kita datang kepada Firman, maka Ia akan “membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang...” (2 Kor. 4:6). Segala bentuk kematian dan kegelapan rohani adalah disebabkan kekurangan Firman. Bila kita dipenuhi dengan Firman, niscaya batin kita penuh dengan hayat dan terang benderang. Kematian dan kegelapan tidak dapat mengalahkan orang yang dipenuhi dengan Firman, karena Firman mengenyahkan kematian dan kegelapan. Haleluya!

13 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Selasa

Penciptaan Melalui Firman
Yohanes 1:3
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:3; Ibr. 1:3; Mzm. 19:2; Rm. 10:17

Tahukah Anda betapa besar dan agungnya kuasa Firman? Yohanes 1:3 mengatakan bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Tanpa Firman, mustahil ada alam semesta berikut segala isinya; sebaliknya yang ada hanyalah kehampaan. Seluruh tata surya atau galaksi, beserta sistem atau hukum yang berlaku di dalamnya, semuanya tercipta dan ditopang oleh Firman (Yoh. 1:3; Ibr. 1:3). O, betapa tak terbatasnya kuat kuasa Firman!
Alam semesta ini tidak terjadi dengan sendirinya secara kebetulan, seperti yang dikatakan oleh banyak ilmuwan Atheis. Kita tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi secara kebetulan tentulah tidak beraturan, tidak pasti, selalu berubah-ubah, dan tidak ada hukumnya. Bayangkan kalau sistem yang berlangsung di dalam tubuh kita semuanya terjadi secara kebetulan, betapa kacau balaunya tubuh kita. Bayangkan pula kalau benda-benda dalam tata surya semuanya bergerak secara kebetulan, alangkah menakutkannya tinggal di bumi ini. Namun, yang benar adalah segala sesuatu dijadikan oleh Firman, dan segala sesuatu ditopang oleh Firman-Nya yang penuh kuasa. Karenanya, alam semesta dapat tertata dengan rapi, teratur, serasi, sebagaimana yang dikatakan oleh pemazmur, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mzm. 19:2).
Di dalam pengalaman rohani kita, Firman dapat menciptakan banyak hal yang kita butuhkan. Apakah Anda kekurangan iman? Firman dapat menciptakan iman di dalam Anda (Rm. 10:17). Apakah Anda kekurangan damai sejahtera? Apakah Anda juga kekurangan sukacita dan perhentian? Mungkin di dalam Anda juga gelap, kekurangan terang, atau tidak ada kekuatan. Jangan buru-buru mencari hiburan duniawi, sebab semuanya itu mengecewakan dan sia-sia saja. Datanglah kepada Firman. Hanya Firman yang dapat memberikan semua yang Anda butuhkan itu, sebab Firman sanggup menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada. Singkatnya, Firmanlah keperluan kita yang sesungguhnya. Asal ada Firman cukuplah, sebab segala perkara positif yang kita perlukan, semuanya telah tercakup di dalam-Nya. Puji Tuhan!

12 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Senin

Firman itu Adalah Allah
Yohanes 1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:1-2; 1 Tim. 6:16; 3 Kor. 3:6; Yoh. 6:63; 4:24; Ef. 6:17-18

Firman itu pada mulanya tidak hanya bersama-sama dengan Allah, tetapi juga adalah Allah itu sendiri (Yoh. 1:1). Ungkapan “Firman itu bersama-sama dengan Allah...” berarti Firman itu tidak terpisah dari Allah; bukannya Firman adalah Firman, dan Allah adalah Allah, yang terpisah satu dengan lainnya. Keduanya adalah satu; itulah sebabnya klausa selanjutnya mengatakan Firman itu adalah Allah. Kita dapat mengatakan bahwa Firman adalah definisi, penjelasan, dan ekspresi Allah. Atau dengan kata lain, Firman adalah Allah yang didefinisikan, dijelaskan, dan diekspresikan.
Kita tidak dapat melihat Allah secara visual dengan mata jasmani kita, sebab Dia itu misterius, berada di dalam terang yang tak terhampiri (1 Tim. 6:16). Seorangpun tak pernah melihat Allah dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Namun, kita dapat mengenal Allah melalui Firman, sebab Firman adalah definisi, penjelasan, dan ekspresi Allah. Apa adanya Allah, seperti kasih, terang, kudus, dan adil-benar, semuanya terwahyu melalui Firman.
Karena Firman itu bersama-sama dengan Allah, bahkan adalah Allah sendiri, maka menjamah Firman berarti menjamah Allah; menikmati Firman berarti menikmati Allah, mendapatkan Firman berarti mendapatkan Allah. Sudahkah Anda nampak betapa ajaibnya hal ini? Sebab itu, tatkala kita datang kepada Firman, jangan sekedar membacanya seperti membaca surat kabar atau seperti membaca buku sejarah. Kalau kita demikian membacanya, kita tidak akan dapat menjamah, menikmati, dan mendapatkan Allah. Paling-paling kita hanya mendapatkan setumpuk pengetahuan belaka. Padahal, Paulus mengatakan bahwa hukum yang tertulis atau huruf-huruf justru mematikan (2 Kor. 3:6).
Rohlah yang memberikan hayat (Yoh. 6:63). Setiap kali kita datang kepada Firman, kita harus melatih roh kita, yakni dengan segala doa menerima Firman (Ef. 6:17-18), sehingga roh kita berkontak dengan Allah yang adalah Roh (Yoh. 4:24). Pembacaan yang demikian akan membuat kita menjamah Allah, menikmati Allah, bahkan mendapatkan diri Allah sendiri sebagai hayat dan suplai hayat kita. Ingatlah, Firman bukanlah sekumpulan pengetahuan atau kata-kata indah belaka, melainkan perwujudan dari Allah yang kekal.

11 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Minggu

Pada Mulanya Adalah Firman
Yohanes 1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:1, 3; Ibr. 1:3

Dibandingkan dengan ketiga kitab Injil lainnya, bahasa yang digunakan dalam Injil Yohanes lebih mudah dan sederhana. Walau demikian, tidak berarti bahwa kitab ini dangkal. Sebaliknya, Injil Yohanes merupakan salah satu kitab yang terdalam di Alkitab. Sebagai contoh, kalimat pertama dari kitab ini berkata, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Dapatkah Anda menjelaskan apa yang dimaksud dengan ungkapan, “Pada mulanya...” dalam ayat tersebut? Sungguh tidak mudah menjelaskannya.
Ungkapan “Pada mulanya...” dalam Yohanes 1:1 ditujukan pada kekekalan yang lampau, yakni sebelum dimulainya waktu, sebelum penciptaan langit dan bumi. Jadi, sebelum segala sesuatu diciptakan, di dalam kekekalan yang lampau, yang ada adalah Firman. Tidak hanya demikian, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Sampai di sini kita bisa mengatakan bahwa Firman adalah permulaan segala sesuatu. Dengan kata lain, tanpa Firman, segala sesuatu tidak memiliki permulaan, sebab segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Yoh. 1:3).
Karena Firman adalah permulaan dari segala sesuatu, maka kita dapat menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita bangun pagi, apakah yang menjadi permulaan kita? Alangkah baiknya bila Firman menjadi permulaan dari segala aktifitas kita di hari itu. Ketika kita hendak mengambil suatu keputusan penting dalam hidup kita, adakah kita terlebih dahulu datang kepada Firman dan menjadikannya permulaan dari proses pengambilan keputusan itu? Saudara saudari kekasih, Firman haruslah menjadi permulaan dari segala sesuatu dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan pernikahan kita, keluarga kita, pekerjaan kita, pelayanan kita, dan berbagai aspek lainnya dalam hidup kita, Firman haruslah ditempatkan pada urutan yang pertama. Ibrani 1:3 mengatakan bahwa Allah dengan Firman-Nya yang penuh kuasa menopang segala yang ada. Alam semesta ini bisa bekerja dengan sempurna tak lain karena ditopang oleh Firman. Bayangkan, betapa rapuh dan bahayanya kehidupan kita bila tidak ditopang oleh Firman.

10 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 4 Sabtu

Ministri Surgawi Kristus dalam Kenaikan-Nya
Lukas 24:51-52
Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.

Ayat Bacaan: Luk. 24:51-52; 1 Kor. 15:45; Kis. 2:36; Ef. 4:8

Kenaikan Tuhan ke surga mengarah kepada kedatangan-Nya kembali. Di antara kenaikan-Nya dan kedatangan-Nya kembali ada zaman kasih karunia, supaya Kristus yang pneumatik, yaitu Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45), dapat menerapkan penebusan-Nya yang almuhit ke atas umat pilihan-Nya, menjadi keselamatan mereka yang sempurna, dan supaya Dia dapat menghasilkan serta membangun gereja, yaitu Tubuh-Nya, untuk mendirikan Kerajaan Allah di bumi.
Hari ini, di dalam kenaikan-Nya, Kristus memiliki ministri surgawi. Dalam ministri surgawi-Nya, Dia melayani sebagai Penguasa dan sebagai Kepala (Kis. 2:36). Sebagai Penguasa raja-raja di bumi, Dia mengatur seluruh dunia supaya injil kerajaan dapat disebarluaskan dan orang-orang pilihan Allah dapat dikumpulkan bersama-sama. Semua raja di bumi ada di bawah pemerintahan-Nya. Menurut sejarah, semua pemerintahan, negara, masyarakat, peristiwa, kemajuan tekhnologi, dan lain-lain; adalah untuk menyebarluaskan injil. Tentu saja, segala sesuatu di bawah pengendalian manusia; tetapi sesungguhnya ada di bawah pengaturan pemerintahan Kristus di atas takhta. Sebagai Kepala Tubuh, Dia memperbaiki, memperlengkapi, melayakkan anggota-anggota-Nya sehingga mereka bisa menggenapkan orang lain pada waktunya. Kemudian Dia mengutus beberapa orang yang telah disempurnakan ke tempat-tempat yang baru untuk menyebarluaskan kerajaan-Nya dan membangun gereja-Nya. Haleluya untuk ministri surgawi-Nya!
Ketika naik ke tempat tinggi, Tuhan Yesus tidak hanya mencurahkan Roh Kudus yang membuat kita mempunyai kekuatan bersaksi bagi Dia, juga memberikan pemberian-pemberian (karunia) kepada kita, supaya kita menerima anugerah, dapat menunaikan tugas, dalam gereja melayani Dia (Ef. 4:8). Kenaikan-Nya membuat Dia mencurahkan Roh Kudus, juga membuat Ia mengaruniakan pemberian-pemberian. Roh Kudus membuat kita mempunyai kekuatan bersaksi bagi-Nya; pemberian-pemberian (karunia-karunia) membuat kita mempunyai kecakapan melayani Dia, membangun gereja bagi-Nya. Itulah yang dilakukan Kristus dalam ministri surgawi-Nya.

09 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 4 Jumat

Keterangkatan Manusia Penyelamat ke Surga
Lukas 24:51-52
Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.

Ayat Bacaan: Luk. 24:50-52; Kis. 1:12; 2:4, 36; Ibr. 2:9; 12:2; 8:1-2; Ef. 1:22

Lukas 24:50-51 mengatakan, “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga.” Hal ini terjadi di Bukit Zaitun (Kis. 1:12). Sewaktu Manusia-Penyelamat berbicara kepada murid-murid, Dia terangkat ke surga. Dia naik ke tempat yang paling tinggi di alam semesta. Murid-murid pulang ke Yerusalem dan sangat bersukacita (ay. 52), menunggu diperlengkapi dengan Roh Kudus, kuasa dari tempat tinggi.
Kenaikan Kristus adalah peninggian Allah terhadap-Nya. Dalam kenaikan ini Dia dijadikan Kristus Allah dan Tuhan dari semua (Kis. 2:36) untuk melaksanakan ministri surgawi-Nya di bumi sebagai Roh itu yang dicurahkan dari surga ke atas Tubuh-Nya yang tersusun dari kaum beriman-Nya (Kis. 2:4, 17-18), seperti yang dicatat oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Dalam kenaikan-Nya, Kristus dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (Ibr. 2:9). Ketika Dia naik ke surga, Allah memberikan satu mahkota kepada-Nya, dan mahkota ini adalah kemuliaan dan kehormatan ilahi-Nya.
Dalam kenaikan-Nya, Kristus pun didudukkan di atas takhta pemerintahan Allah. Dalam kenaikan-Nya Dia dinobatkan. Mengenai hal ini, Ibrani 12:2 mengatakan bahwa Kristus sekarang “duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Selanjutnya, dalam kenaikan-Nya, Manusia-Penyelamat dijadikan Tuhan dan Kristus. Ini diwahyukan dalam Kisah Para Rasul 2:36: “Jadi, seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Dalam kenaikan-Nya, Kristus juga dijadikan Kepala atas segala sesuatu bagi gereja. Efesus 1:22 mengatakan bahwa “segala sesuatu diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus, dan Dia telah diberikan kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.”
Akhirnya, dalam kenaikan-Nya, Kristus dijadikan Imam Besar kita untuk melayankan hayat surgawi dan suplai surgawi dari kekayaan ilahi kepada semua orang beriman di bumi (Ibr. 8:1-2), supaya kita memiliki hayat dan kuasa surgawi untuk menempuh suatu kehidupan yang surgawi di bumi ini.

08 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 4 Kamis

Memberi Amanat kepada Murid-murid-Nya
Lukas 24:47-49a
Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku.

Ayat Bacaan: Luk. 24:47-49; Rm. 4:25; Kis. 2:4-41

Pertemuan Manusia-Penyelamat dengan murid-murid dalam Lukas 24 adalah waktu yang tepat bagi-Nya untuk memberikan amanat kepada mereka guna memberitakan pengampunan dosa. Setelah menunjukkan kepada mereka bahwa ada tertulis bahwa Kristus harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga, Dia memberi tahu mereka bahwa “Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamulah saksi-saksi dari semuanya ini” (Luk. 24:47-48). Pengampunan dosa hanya dapat diumumkan setelah kematian pengganti dari Manusia-Penyelamat bagi dosa manusia yang berdosa telah digenapkan dan telah dikuatkan oleh kebangkitan-Nya (Rm. 4:25).
Mengumumkan pengampunan dosa adalah mengumumkan Yobel. Lukas pasal empat membicarakan tentang pembebasan para tawanan. Mengumumkan pengampunan dosa adalah mengumumkan pembebasan para tawanan dari perbudakan dan belenggu. Tuhan Yesus seolah-olah memberi tahu murid-murid, “Kamu telah dibawa ke dalam kebangkitan-Ku dan ke dalam Yobel. Sekarang kamu harus mengumumkan Yobel ini.”
Aspek Yobel yang pertama adalah pengampunan dosa. Menurut kitab-kitab selanjutnya dari Perjanjian Baru, pengampunan dosa membawa orang-orang yang diampuni itu masuk ke dalam kekayaan Allah Tritunggal. Karena itu, pengampunan dosa membawa kita ke dalam kenikmatan terhadap Allah Tritunggal. Inilah Yobel yang sesungguhnya.
Untuk mengumumkan pengampunan dosa, murid-murid Manusia-Penyelamat perlu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk. 24:49). Karena itu, mereka perlu menunggu di Yerusalem sampai Tuhan mencurahkan Roh kuasa-Nya sesuai janji Bapa kepada mereka. Janji itu digenapkan pada hari Pentakosta. Pada hari itu murid-murid dipenuhi dengan Roh Kudus, dan sejak saat itu mereka memberitakan firman Allah dengan berani, bahkan orang-orang yang menerima pemberitaan mereka memberi diri dibaptis dan jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis. 2:4-41).

07 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 4 Rabu

Membuka Pikiran Para Rasul Agar Mengerti Kitab Suci
Lukas 24:45-46
Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,...”

Ayat Bacaan: Luk. 24:44-46; Ef. 1:18; Ibr. 5:13-14

Sebagaimana Manusia-Penyelamat telah membuka Kitab Suci kepada murid-murid pada perjalanan ke Emaus, demikian juga sekarang Dia membuka pikiran para rasul untuk memahami Kitab Suci (Luk. 24:44-45). Kitab Taurat Musa, kitab Nabi-nabi, dan Mazmur merupakan tiga bagian dari Perjanjian Lama, yakni “seluruh Kitab Suci” (Luk. 24:27). Perkataan Penyelamat di sini menyingkapkan bahwa seluruh Perjanjian Lama merupakan wahyu tentang Dia dan Dia adalah inti dan isinya. Fakta bahwa Dia membuka pikiran murid-murid menunjukkan bahwa untuk mengerti Kitab Suci pikiran kita perlu dibuka oleh Tuhan Roh melalui penerangan-Nya (Ef. 1:18).
Dalam Lukas 24:46, Manusia-Penyelamat selanjutnya berkata kepada murid-murid, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga.” Di sini Tuhan seolah-olah berkata, “Sewaktu kita berada di Galilea, Aku telah memberitahukan kepadamu bahwa Aku akan mati dan kemudian bangkit pada hari yang ketiga. Tetapi kamu tidak mengerti apa yang Kukatakan. Sekarang Aku membuka firman ini bagimu, dan Aku juga membuka matamu.” Kita semua perlu pengalaman yang demikian.
Kita dapat mengerti Kitab Suci setelah Tuhan Yesus membuka akal budi (pikiran) kita. Begitu akal budi terbuka, Alkitab dapat dipahami. Itulah sebabnya setiap kali membaca Alkitab, kita harus berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, aku merendahkan diriku seperti seorang anak kecil di hadapan-Mu. Aku tidak tahu dan juga tidak paham tentang makna bagian ini. Berikanlah terang-Mu kepadaku.” Doa yang demikian membuat pikiran mudah diterangi.
Setiap kali kita membaca Alkitab, belum tentu Allah langsung membuat kita memahami suatu kebenaran Allah secara menyeluruh, melainkan secara bertahap. Adakalanya, ketika kita sedang berjalan-jalan, atau sedang bekerja, atau bangun tidur, Allah membuka akal budi kita, dan membuat kita mengerti tentang suatu kebenaran. Begitu Dia membukakan akal budi kita, kita akan dapat mengenal dengan semakin penuh. Ibrani 5:13-14 juga memberitahu kita, untuk menikmati firman Allah, kemampuan pikiran dan pemahaman rohani kita perlu terus dilatih agar dapat menerima penerangan Allah.

06 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 4 Selasa

Menampakkan Diri kepada Para Rasul dan Teman-teman Mereka
Lukas 24:36
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!”

Ayat Bacaan: Luk. 24:36-49; 1 Kor. 15:44; Flp. 3:21; 1 Ptr. 1:3; Tit. 3:5; Rm. 8:19-23

Dalam Lukas 24:36-49 tercantum penampakan Manusia-Penyelamat kepada murid-murid dan pemberian amanat-Nya kepada mereka. Lukas 24:36-37 mengatakan, “Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, Damai sejahtera bagi kamu! Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.” Murid-murid, termasuk Petrus, terkejut dengan penampakan Manusia-Penyelamat ini. Mereka tidak dapat memahami bagaimana Dia tiba-tiba dapat menampakkan diri di dalam ruangan itu. Pintu telah ditutup dan tidak ada seorang pun yang membukanya. Meskipun demikian, Tuhan menampakkan diri dalam rupa tubuh jasmani.
Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid, “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (ay. 38-39). Kemudian Dia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Di sini kita nampak tubuh kebangkitan Manusia-Penyelamat, yang rohani (1 Kor. 15:44) dan satu tubuh kemuliaan (Flp. 3:21). Alkitab memberitahu kita bahwa kita pun suatu hari kelak akan mengenakan tubuh kemuliaan, sebagaimana Kristus yang bangkit. Dalam tahap akhir keselamatan penuh Allah, tubuh kaum beriman akan ditransfigurasi menjadi tubuh kemuliaan.
Dalam rencana kekal-Nya, Allah pertama-tama melahirkan kita kembali di dalam roh kita dengan hayat kebangkitan-Nya (1 Ptr. 1:3). Kemudian Dia memperbarui kita, mengubah kita, dan menyerupakan kita di dalam jiwa kita melalui hayat kebangkitan-Nya ke dalam gambar Putra sulung-Nya, yaitu Kristus (Tit. 3:5; Rm. 12:2; 2 Kor. 3:18; Rm. 8:29). Tetapi, tubuh kita tidak serta merta diubah, melainkan Allah membiarkan tubuh kita ditebus secara bertahap melalui seluruh kehidupan Kristen kita (2 Kor. 4:16; Rm. 8:11, 13). Pada akhirnya, tubuh kita yang fana ini akan ditransfigurasi untuk diserupakan dengan tubuh kemuliaan Kristus pada kedatangan-Nya kembali (Flp. 3:21). Inilah pengharapan mulia seluruh anak-anak Allah dan segala makhluk (Rm. 8:19-23).

05 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 4 Senin

Membukakan Kitab Suci dan Mata Kedua Murid-Nya
Lukas 24:26-27
“Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Ayat Bacaan: Luk. 24:23-35

Selanjutnya dalam Lukas 24:13-35 dikisahkan bagaimana Manusia-Penyelamat membukakan Kitab Suci dan juga mata murid-murid. Dia berkata kepada mereka, “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu untuk mempercayai segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya” (Luk. 24:25-26). Perkataan “masuk ke dalam kemuliaan-Nya” mengacu kepada kebangkitan Tuhan (Luk. 24:46), yang membawa Dia ke dalam kemuliaan. Lukas 24:27 selanjutnya mengatakan, “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.” Dia datang untuk membukakan firman kudus ini kepada mereka.
Tuhan juga datang kepada mereka dengan tujuan membuka mata mereka. Ketika mereka dekat ke kampung yang mereka tuju, dan Dia bertindak seolah-olah Dia hendak meneruskan perjalanan, “mereka sangat mendesak-Nya, katanya, Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam. Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka” (Luk. 24:28-29). Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Manusia-Penyelamat, “mengambil roti, mengucap syukur, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka” (Luk. 24:30-31). Lukas tidak mengatakan bahwa Tuhan Yesus pergi. Dia masih bersama mereka, Dia tidak meninggalkan mereka; hanya membuat kehadiran-Nya tidak kelihatan. Dia telah menjadi Kristus yang pneumatik.
Penyelamat telah berjalan bersama mereka (Luk. 24:15) dan tinggal bersama mereka (Luk. 24:29), tetapi ketika mereka memberikan roti kepada-Nya dan Dia memecah-mecahkannya, barulah mata mereka terbuka dan mengenal Dia. Mereka memerlukan Dia berjalan dan tinggal bersama mereka, tetapi Dia memerlukan mereka memberikan roti untuk dipecah-pecahkan, agar Dia dapat membuka mata mereka sehingga melihat Dia. Begitu mata mereka dibukakan, mereka pun mengenal Dia.

04 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 4 Minggu

Menampakkan Diri kepada Dua Murid
Lukas 24:15-16
Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.

Ayat Bacaan: Luk. 24:13-35; 19:28; Yoh. 13:32; Kis. 1:9

Dalam Lukas 24:13-35 terdapat catatan tentang Manusia-Penyelamat menampakkan diri kepada dua murid. “Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah desa bernama Emaus, yang terletak kira-kira sebelas kilometer dari Yerusalem.” Dua murid ini sangat putus asa, sangat kecewa. Karena mereka putus asa, maka mereka tidak tinggal di Yerusalem. Sebaliknya, mereka meninggalkan Yerusalem dan pergi ke Emaus. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka (Luk. 24:15). Di sini Manusia-Penyelamat dalam kebangkitan berjalan bersama dengan dua murid. Ini berbeda dengan perjalanan-Nya bersama dengan murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya (Luk. 19:28).
Ketika murid-murid meninggalkan Yerusalem dan pergi ke Emaus, Dia berjalan bersama mereka. Ini adalah satu fakta bahwa Kristus yang bangkit ini menyertai kita di mana saja kita berada. Jika kita berjalan ke arah yang menurun, kita membawa Dia bersama kita. Murid-murid sudah terbiasa dengan penyertaan Kristus yang kelihatan. Selama tiga setengah tahun Dia telah menyertai mereka dengan kelihatan dalam daging. Mereka melihat Dia, menjamah Dia, dan makan bersama-Nya. Salah satu dari mereka bahkan bersandar pada ribaan-Nya (Yoh. 13:23). Tiba-tiba penyertaan-Nya yang terlihat itu diambil. Kemudian Tuhan datang kembali kepada murid-murid dalam rupa yang tidak mereka kenal. Tuhan sedang mempersiapkan dan melatih mereka untuk mengalami penyertaan-Nya yang tidak kelihatan. Sejak kenaikan-Nya, seperti yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 1:9, Tuhan akan menyertai murid-murid-Nya secara tak kelihatan, secara rohani, bukan lagi secara jasmaniah.
Meskipun penyertaan Tuhan yang rohani itu tidak kelihatan, ini lebih riil dan penting daripada penyertaan-Nya yang terlihat. Penyertaan Tuhan yang kelihatan itu melibatkan unsur ruang dan waktu. Tetapi pada penyertaan-Nya yang tidak terlihat tidak ada unsur ruang atau waktu. Penyertaan-Nya yang tidak terlihat itu ada di mana-mana. Di mana pun kita ada, penyertaan Tuhan yang tidak terlihat itu mengikuti kita, bahkan ada di dalam kita. Haleluya!

03 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 3 Sabtu

7 Aspek Penting dari Kebangkitan Kristus
Lukas 24:5b-7
“Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan
ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.”


Ayat Bacaan : Luk. 24:5-7; Yoh. 2:19; Kis. 3:15; Rm. 3:24; 1 Kor. 15:45

Menurut Perjanjian Baru, kebangkitan Tuhan ini disinggung dalam dua cara. Pertama, bahwa Tuhan Yesus bangkit sendiri, yaitu Dia membuat diri-Nya sendiri bangkit. Tuhan Yesus memiliki kuasa untuk mati dan bangkit dari antara orang mati (Yoh. 2:19; 10:18). Di pihak lain, Perjanjian Baru juga memberi tahu kita bahwa Dia dibangkitkan oleh Allah (Mat. 16:21; 17:23). Kisah Para Rasul 2:32 mengatakan, “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah....” Selanjutnya, Kisah Para Rasul 3:15 mengatakan bahwa, “Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.” Demikian pula dalam Roma 6:4 dikatakan bahwa “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa.” Jadi, di satu pihak, Tuhan sendiri bangkit; di pihak lain, Dia dibangkitkan oleh Allah dari antara orang mati.
Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang ajaib, penuh dengan makna, yang dapat kita rangkum dalam tujuh aspek. Pertama, kebangkitan-Nya adalah tanda pembenaran dan penegasan Allah atas kehidupan dan karya-Nya di bumi, juga bukti bahwa kematian-Nya telah memuaskan tuntutan kebenaran Allah (Rm. 3:24). Kedua, kebangkitan Kristus merupakan satu tanda yang kuat dari keberhasilan-Nya yang besar dalam pencapaian universal-Nya. Ketiga, kebangkitan Kristus juga adalah kemenangan-Nya atas dunia, Iblis, kematian, alam maut, dan kubur. Karena Kristus adalah kebangkitan (Yoh. 11:25), maka kematian tidak dapat menahan-Nya. Tidak mungkin kematian menahan kebangkitan; kebangkitan justru mengalahkan kematian.
Keempat, kebangkitan Kristus juga adalah pemuliaan-Nya. Kebangkitan Kristus membawa Dia ke dalam kemuliaan (Luk. 24:26; 1 Kor. 15:43a; Kis. 3:13a, 15a). Kelima, kebangkitan Kristus adalah transfigurasi-Nya menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45), Roh yang menyalurkan hayat ke dalam kita. Keenam, kebangkitan-Nya adalah penunasan dan kelahiran kembali kita. Dengan cara ini kita menjadi ciptaan baru-Nya (2 Kor. 5:17). Terakhir, kebangkitan Kristus menghasilkan gereja sebagai Tubuh-Nya, bahkan sebagai reproduksi-Nya (Yoh. 12:24; 1 Kor. 10:17). Kita semua perlu mengenal ketujuh aspek kebangkitan Kristus sampai sedemikian rupa.

02 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 3 Jumat

Bangkit Dari Antara Orang Mati
Lukas 24:5b-7
“Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.”

Ayat Bacaan: Luk. 24:1-12; 23:55; Rm. 4:25; 3:24

Dalam Lukas 24:1-12 terdapat catatan tentang kebangkitan Kristus, khususnya tentang tindakan-Nya dalam kebangkitan. Lukas 24:1 mencatat, “Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah mereka sediakan.” Kristus bangkit pada hari pertama dari satu minggu, menunjukkan bahwa kebangkitanNya membawakan sesuatu permulaan baru dengan zaman baru untuk kerajaan surga. Kristus bangkit tepat pada hari setelah hari sabat.
Dalam Lukas 24:1, kata ganti “mereka” mengacu kepada perempuan-perempuan yang disebut dalam Lukas 24:10 dan 23:55. Kebangkitan Tuhan telah digenapkan, tetapi penemuannya memerlukan pencarian murid-murid dalam kasih terhadap Tuhan. Perempuan-perempuan yang datang ke kubur itu pada pagi hari meliputi Maria Magdalena, Yohana, dan Maria ibu Yakobus, yang adalah ibu dari Manusia-Penyelamat.
Setelah kembali dari kubur, perempuan-perempuan itu “menceritakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain” (Luk. 24:9). “Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu” (Luk. 24:11). Meskipun demikian, kebangkitan Kristus diselidiki dan dipastikan oleh Petrus: “... Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi dan bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi” (Luk. 24:12).
Allah membangkitkan Tuhan dari antara orang mati adalah satu tanda bahwa Allah membenarkan hakiki Tuhan dan segala apa yang telah Dia lakukan di bumi. Jika Allah tidak membangkitkan Dia dari antara orang mati, ini akan berarti bahwa Allah tidak membenarkan Dia. Roma 4:25 mengatakan bahwa Kristus “diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan untuk pembenaran kita.” Kematian Kristus menggenapkan dan memuaskan tuntutan-tuntutan kebenaran Allah supaya kita dibenarkan oleh Allah melalui kematian-Nya (Rm. 3:24). Kebangkitan Kristus adalah satu bukti bahwa Allah telah puas dengan kematian-Nya bagi kita. Haleluya!

01 April 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 3 Kamis

Dikuburkan Secara Terhormat
Lukas 23:52-53
Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat.

Ayat Bacaan: Luk. 23:50-56; Mat. 27:57-60; Yoh. 19:39-40; Rm. 6:4; Kol. 2:12

Setelah Tuhan menggenapkan kematian-Nya yang ajaib, suasana penderitaan-Nya segera berubah menjadi suasana yang terhormat. Lukas 23:50-52 mencatat, “Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.” Tuhan Yesus dikubur oleh Yusuf dari Arimatea, seorang yang kaya dengan kedudukan yang tinggi (Mat. 27:57).
Di tempat orang yang terhormat dengan standar yang tinggi Tuhan beristirahat pada hari sabat, menunggu saat kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Manusia Penyelamat dikubur dengan dibungkus kain lenan serta dibubuhi campuran minyak mur dan rempah-rempah (Yoh. 19:39-40). Ketika di kayu salib Dia dihina, tetapi Dia dihormati dalam penguburan-Nya. Tuhan Yesus dikuburkan dengan cara yang sangat mulia. Orang-orang yang menyalibkan Kristus berencana menguburkan Dia dengan dua orang fasik (Luk. 23:32-33), tetapi pada akhirnya Allah di dalam kedaulatan-Nya membuat Kristus dikuburkan di dalam kuburan orang kaya (Mat. 27:57-60).
Jika kita mengenal kebenaran dalam Kitab Suci, kita akan mengenal bahwa kita juga dikuburkan bersama Dia (Rm. 6:4; Kol. 2:12). Kita tersalib bersama Kristus, kemudian kita juga dikuburkan bersama Dia. Sebagai orang-orang yang telah disalib dan dikubur bersama Tuhan Yesus, kita telah diakhiri; kita telah sepenuhnya dibawa kepada suatu pengakhiran. Ketika seseorang dikubur, itu adalah akhir dari dirinya. Kuburan adalah pengakhiran yang terakhir.
Sebagai orang-orang yang telah jatuh, dalam daging, dan milik ciptaan lama, kita telah disalib dan dikubur. Kita telah dikubur bersama Tuhan Yesus dan telah diakhiri di dalam kuburan-Nya. Di dalam kubur-Nya, semua masalah telah berlalu, karena sifat dosa, perbuatan dosa, daging, manusia lama, Iblis, dunia, ciptaan, dan semua ketentuan telah ditanggulangi. Penguburan menghasilkan keadaan yang penuh damai sejahtera. Karena kita telah dikuburkan bersama Kristus, maka kita dapat tinggal dalam perhentian dan damai sejahtera.