Hitstat

28 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 3 Senin

Hayat Ciptaan yang Paling Ajaib
Kejadian 1:26
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa...”

Ayat Bacaan: Kej. 1:26; Rm. 5:14

Kejadian 1:26 berkata, “Berfirmanlah Allah, baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” Jadi, malaikat-malaikat itu bukan diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, sedangkan manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Sadarkah kita bahwa kita dijadikan di dalam gambar Allah dan menurut rupa Allah? Kita bukanlah keturunan kera, melainkan keturunan manusia yang diciptakan di dalam gambar Allah. Hanya dengan memiliki gambar Allah dan memikul rupa Allahlah, kita bisa kelihatan seperti Allah. Inilah wahyu yang jelas di dalam Firman kudus. Roma 5:14 mengatakan bahwa Adam, manusia pertama adalah “gambaran Dia yang akan datang,” yaitu Kristus. Jika kita mengambil foto seseorang, foto itu adalah gambar atau jenis orang itu. Kita dapat mengatakan bahwa Adam sebagai jenis dari Kristus, dan Adam adalah gambar Kristus. Sama seperti foto adalah ekspresi dari gambar tertentu, demikian juga manusia dijadikan untuk mengekspresikan gambar Allah, yaitu Kristus.
Karena manusia diciptakan menurut gambar Allah, manusia memiliki kasih dan terang dan kapasitas untuk menjadi benar dan kudus. Bagi Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya berarti Ia menciptakan manusia dengan kapasitas untuk memiliki kasih, terang, kebenaran, dan kekudusan-Nya. Kasih, terang, kebenaran, dan kekudusan manusia adalah apa yang kita sebut kebajikan manusia. Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya dengan cara yang demikian supaya manusia mampu menampung kasih, terang, kebenaran, dan kekudusan Allah. Kebajikan manusia diciptakan oleh Allah untuk menampung atribut-atribut-Nya. Ini berarti kasih, terang, kebenaran, dan kekudusan manusia adalah kapasitas yang diciptakan untuk menampung kasih, terang, kebenaran, dan kekudusan ilahi. Manusia memiliki kebajikan-kebajikan ini karena ia diciptakan menurut gambar Allah, menurut gambar kasih, terang, kebenaran, dan kekudusan Allah. Kebajikan-kebajikan manusia yang diciptakan oleh Allah adalah kapasitas untuk menampung atribut-atribut Allah. Karena itu, Allah menciptakan hayat manusia untuk menjadi hayat yang memiliki gambar Allah. Haleluya untuk hayat manusia yang demikian ajaib.

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. (Kol. 1:15)

27 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 2 Minggu

Disalurkan ke dalam Tubuh Kita
Roma 8:11
Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu.

Ayat Bacaan: Rm. 8:11

Menghidupkan dalam ayat ini berarti memberi hayat kepada tubuh kita yang fana. Ini tidak mengacu kepada kesembuhan ilahi, tetapi mengacu kepada hasil dari kita mempersilahkan Roh Allah berumah di dalam kita dan menjenuhi seluruh diri kita dengan hayat Allah. Dengan demikian, Dia memberikan hayat kepada tubuh kita yang fana, yang sekarat, bukan hanya untuk menyembuhkannya, bahkan menghidupkan bagi perampungan kehendak Allah.
Kita semua perlu nampak visi penyaluran hayat Allah Tritunggal ke dalam ketiga bagian dari diri kita. Jika kita nampak visi ilahi ini, konsep etika dan moral alamiah kita akan diserakkan. Kita perlu berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku bersyukur padaMu. Sejak Dikau masuk ke dalamku, rohku telah menjadi hayat. Sekarang jika aku menaruh pikiranku di atas rohku, pikiranku juga akan menjadi hayat. O, Tuhan, betapa aku memuji-Mu! Melalui Roh-Mu yang berhuni, hayat “zoe”-Mu dapat disalurkan bahkan ke dalam tubuh fana ku. Tuhan, aku menyembahMu untuk hal ini, aku menikmati hal ini, dan aku menjadi satu dengan Dikau dalam saluran ini.” Ini adalah saluran hayat Allah Tritunggal ke dalam manusia tripartit. Melalui penyaluran yang demikian Allah Tritunggal menjadi satu dengan manusia tiga bagian, dan manusia tiga bagian menjadi satu dengan Allah Tritunggal. Melalui saluran hayat ilahi kita menjadi putera-putera Allah. Terlebih lagi, oleh saluran inilah kita ditransformasi dan diserupakan kepada gambar Kristus. Inilah kehidupan orang Kristen dan kehidupan gereja.
Puji Tuhan! Allah kita adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan. Sekarang Dia adalah Roh yang almuhit untuk menjadi “zoe” ilahi bagi partisipasi, pengalaman, dan kenikmatan kita. Pertama-tama Dia menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam roh kita, pusat dari diri kita. Dari pusatnya, Dia menyebar ke dalam pikiran kita dan menjenuhinya dengan “zoe”. Kemudian Dia meluas ke dalam tubuh fana kita dan membuat seluruh diri kita menjadi “zoe”. Dengan cara ini, kita menjadi manusia-manusia “zoe”. Haleluya, kita adalah manusia-manusia hayat!

Tetapi Adam yang terakhir menjadi roh yang menghidupkan. (1 Kor. 15:45b)

26 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 2 Sabtu

Disalurkan ke dalam Jiwa Kita
Roma 8:6
Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Ayat Bacaan: Rm. 8:6

Kita telah menekankan fakta bahwa roh kita telah menjadi hayat ka-rena Kristus berhuni di dalam kita. Tetapi bagaimana dengan jiwa dan tubuh kita? Pertimbangkanlah ayat 6: “Karena meletakkan pikiran di atas daging adalah maut, tetapi meletakkan pikiran di atas roh adalah hayat dan damai sejahtera.” Di sini kita melihat bahwa pikiran kita juga dapat menjadi “zoe”. Bila kita meletakkan pikiran kita di atas roh, maka pikiran kita, yang mewakili jiwa kita itu, akan menjadi “zoe”. Kita tidak perlu mengikuti cara Konfusius untuk membudayakan kebajikan yang cemerlang. Sebaliknya, kita hanya perlu meletakkan pikiran kita di atas roh dan pikiran itu akan menjadi “zoe”. Inilah penyaluran hayat ilahi ke dalam jiwa kita.
Buanglah etika dan pengajaran agama dan kembalilah kepada Firman Allah yang hidup, yang mewahyukan bahwa hayat dari Allah Tritunggal akan disalurkan ke dalam roh kita dan membuat roh kita menjadi hayat dan juga mewahyukan bahwa pikiran yang diletakkan di atas roh adalah hayat. Kita memiliki sesuatu yang lebih tinggi dari pada kebajikan yang cemerlang, etika, dan moralitas - kita memiliki Allah Tritunggal yang disalurkan ke dalam kita. Apakah yang dapat dibandingkan dengan hal ini? Ini bukanlah filsafat atau pengajaran agama. Ini adalah hayat “zoe” yang disalurkan ke dalam roh kita dan ke dalam pikiran kita.
Di dalam penghidupan kita sehari-hari, kita perlu mempraktekkan berpa-ling dari pikiran kepada roh. Apakah kita ingin bergosip? Palingkanlah pikiran kita ke roh. Apakah kita tergoda untuk marah? Palingkanlah pikiran kita ke roh. Dalam apapun yang kita kerjakan atau katakan, kita harus merasa yakin bahwa pikiran kita berada di atas roh kita. Ketika pikiran kita terlepas dari roh kita, kita seperti peralatan listrik yang dicabut. Jika kita merasa bahwa pikiran kita tidak berada di atas roh, kita harus berhenti dan menyeru nama Tuhan Yesus. Banyak di antara kita dapat bersaksi bahwa hanya setelah menyeru nama Tuhan Yesus, kita memiliki suatu perasaan di dalam, bahwa sekali lagi, pikiran kita berada di atas roh kita. walaupun ini adalah perkara yang sederhana, perkara ini sangat serius.

Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup (Yoh. 6:63b)

25 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 2 Jumat

Disalurkan ke dalam Roh Kita
Roma 8:10
Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena pembenaran.

Ayat Bacaan: Rm. 8:2, 6, 10, 11

Sebelum diselamatkan, kita tidak memiliki kehidupan (hayat) dalam roh kita. Roh kita hanyalah suatu organ. Pada saat kita menerima Tuhan Yesus, Ia masuk ke dalam roh kita dan menjadi hayat kita. Dalam roh kita sekarang, kita memiliki hayat lain, hayat ilahi. Kata Yunani yang digunakan Perjanjian Baru untuk hayat ini adalah “zoe”. “Zoe” ada di dalam roh kita.
“Bios” adalah hayat jasmani di dalam tubuh kita. “Psuche” adalah hayat manusia di dalam jiwa. “Zoe” yang menunjukkan hayat ilahi ada di dalam roh kita. Hayat ilahi ini adalah Allah sendiri. Hayat ilahi ini adalah Kristus sendiri, Allah sendiri, yang masuk ke dalam roh kita untuk menjadi hayat kita. Sekarang kita memiliki tiga macam hayat. Kita memiliki “zoe” dalam roh kita, kita memiliki “psuche” dalam jiwa kita, dan kita memiliki “bios” dalam tubuh kita. Kita memiliki hayat biologis, hayat jiwa, dan hayat ilahi. Hayat ilahi ini, “zoe”, adalah Roh.
Paulus membicarakan tentang hayat di dalam Roma 8, ia memakai kata Yunani, yaitu kata “zoe”. Di dalam Alkitab, “zoe” menunjukkan hayat Allah, hayat yang ilahi, yang tidak terbatas, tidak tercipta, dan kekal. Di dalam Roma 8 ayat 2, 6, 10, dan 11, Paulus, memakai kata Yunani ini untuk hayat, untuk menunjukkan bahwa Allah damba untuk mendispensikan diri-Nya sendiri sebagai “zoe” ke dalam ketiga bagian dari manusia.
Mengenal bahwa roh kita adalah “zoe” akan menjadi satu bantuan yang besar bagi kita dalam penghidupan kita sehari-hari. Ketika kita tergoda untuk marah, janganlah tertekan oleh kemarahan kita. Sebaliknya, berserulah kepada nama Tuhan Yesus, umumkan saja, “Rohku adalah “zoe”!” Kita akan mengalami “zoe” ini, yang adalah hayat Allah yang ilahi, tak terbatas, tak tercipta dan kekal, akan membawa kita melampaui setiap permasalahan kita. Demikian juga, jika istri atau suami memberikan kesulitan kepada kita, janganlah berdebat, tetapi beritahukanlah orang yang mengganggu kita itu bahwa roh saya adalah “zoe”. Dengan mengatakan hal ini akan memudahkan kita untuk meredam godaan-godaan Satan. Puji Tuhan, roh kita adalah “zoe”! Tinggallah selalu di dalam roh kita, maka kita akan melampaui setiap permasalahan kita!

Siapa saja yang percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:36a)

24 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Penyaluran Allah—Kepada Kemuliaan-Nya
Roma 8:17
... orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, ... supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Ayat Bacaan: Rm. 8:17, 18, 21, 30; Ef. 2:6

Pemuliaan dimulai pada waktu kenaikan Kristus, dan akan rampung pada kedatangan-Nya kembali. Kematian Kristus adalah bagi kebenaran Allah, kebangkitan Kristus adalah bagi kekudusan Allah, dan kenaikan Kristus adalah bagi kemuliaan Allah. Ketika Kristus datang kembali, maka pemuliaan orang-orang kudus-Nya akan rampung.
Di dalam Roma kita melihat bahwa Kristus mati bagi kita (Rm. 3 & 4); kita mati dalam Kristus menurut kebenaran Allah dan bagi kebenaran-Nya (Rm. 6); kita sedang dikuduskan melalui penghidupan, tindakan, pergerakan, dan pekerjaan dari Kristus yang bangkit di dalam kita. Setelah Kristus yang bangkit ini menunaskan kita dan melahirkan kita kembali, Dia akan menguduskan kita. Sewaktu proses pengudusan ini terjadi di dalam kita, kita akan mulai mengalami pemuliaan Allah (Rm. 6-8). Jika kita setiap hari mengambil kedudukan bahwa kita telah mati bersama dengan Kristus, maka kita akan memiliki pengalaman yang subyektif terhadap kebenaran ini. Kemudian jika kita membiarkan Kristus hidup di dalam kita, maka kita akan memiliki pengalaman yang subyektif terhadap kekudusan. Hasilnya akan menjadi kemuliaan, yaitu ekspresi Allah dari dalam kita.
Sebagai kaum beriman dalam Kristus, kita naik bersama-sama dengan Kristus dan duduk bersama-sama dengan-Nya di surga (Ef. 2:6). Kristus telah membawa kita masuk ke surga, dan Dia telah membawa surga ke dalam kita. Ketika orang-orang mengontaki kita atau mengunjungi rumah kita, mereka harus dapat merasakan bahwa kita telah mati bersama dengan Kristus dan bahwa Kristus hidup di dalam kita. Kita semua telah mati dalam Kristus dan karena itu kita semua benar di mata Allah, maka tidak ada dasar bagi Satan untuk menuduh kita atau menghakimi kita. Sekarang Kristus hidup di dalam kita untuk menguduskan kita, mentransformasi kita, dan menyerupakan kita kepada gambar Kristus. Di dalam setiap gereja haruslah ada dasar kebenaran, proses kekudusan Allah, dan sasaran kemuliaan Allah. Inilah penyaluran Allah Tritunggal menurut kebenaran-Nya, melalui kekudusan-Nya, dan kepada kemuliaan-Nya seperti yang diwahyukan di dalam kitab Roma ini. Haleluya!

... agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: Betapa kayanya kemuliaan warisan-Nya kepada orang orang kudus (Ef. 1:18b)

23 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 2 Rabu

Penyaluran Allah—Melalui Kekudusan-Nya
Roma 6:19b
Demikian pula kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.

Ayat Bacaan: Rm. 6:19; 8:11

Ayat ini menunjukkan bahwa kebenaran membawa kita masuk ke dalam kekudusan, ke dalam pengudusan. Penyaluran Allah Tritunggal terjadi melalui kekudusan-Nya. Kekudusan Allah berhubungan dengan proses penyaluran-Nya. Sebagaimana kematian Kristus adalah bagi kebenaran, demikian juga kebangkitan Kristus adalah bagi kekudusan. Pada kenyataannya, Kristus yang bangkit ini adalah elemen kekudusan itu di dalam kita. Kekudusan ini menunaskan kita, melahirkan kita kembali, dan menguduskan kita.
Kematian Yesus adalah bagi pemenuhan kebenaran Allah, sedangkan kebangkitan Kristus adalah bagi kekudusan Allah. Kebenaran adalah prosedur Allah, jalan-Nya dalam melakukan hal-hal, sedangkan kekudusan adalah sifat Allah. Prosedur benar Allah ditopang oleh kematian Kristus, sedangkan sifat Allah dibagikan ke dalam kita melalui kebangkitan Kristus. Sewaktu Kristus yang bangkit ini masuk ke dalam kita, Dia membagikan sifat Allah ke dalam kita. Sifat kudus ini kemudian menunaskan kita, melahirkan kita kembali, dan menguduskan kita. Kristus yang bangkit di dalam kita ini adalah elemen ke-kudusan yang menghidupkan kita. Elemen ini menunaskan kita, menghidupkan kita, dan kemudian menguduskan kita. Pengudusan ini melibatkan satu proses yang panjang yang dimulai ketika kita diselamatkan dan dilanjutkan di sepanjang kehidupan Kristen kita. Di dalam proses ini kita akan ditransformasi dan bahkan diserupakan kepada gambar Putra sulung Allah.
Pengudusan terjadi melalui proses kebangkitan. Kita memiliki jaminan bahwa kita semua memiliki Kristus yang bangkit di dalam kita dan bahwa kita sedang menjalani proses pengudusan melalui kebangkitan. Kristus dalam kebangkitan adalah kekudusan dan pengudusan kita. Perbedaan antara kekudusan dan pengudusan ini adalah bahwa kekudusan menekankan elemen Kristus, sedangkan pengudusan menekankan tindakan dari elemen itu. Maka, kita bukan hanya berada di bawah proses kekudusan, melainkan juga berada di bawah proses pengudusan. Elemen yang kudus ini sedang bergerak dan aktif di dalam kita menguduskan kita. Haleluya! Puji Tuhan!

... yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. (1 Ptr. 1:2a)

22 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 2 Selasa

Penyaluran Allah—Menurut Kebenaran-Nya
Mazmur 89:15
Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.

Ayat Bacaan: Rm. 1:17; 3:21, 25, 26; 5:17, 21; 8:10; Ibr. 1:8; Why. 22:1

Kebenaran Allah adalah kedudukan, pendirian, dan dasar bagi pe- nyaluran Allah. Tanpa kebenaran, takhta Allahpun tidak akan memiliki kedudukan. Seluruh alam semesta ini bersandar kepada kebenaran Allah. Jika tiba-tiba tidak ada kebenaran, maka alam semesta ini akan jatuh. Kerajaan Allah dibangun di atas kebenaran (Ibr. 1:8). Kebenaran adalah dasar penopang yang kepadanya semua hal bersandar. Langit, bumi, dan segala sesuatu di alam semesta ini berdasarkan kepada kebenaran Allah.
Dalam ekonomi-Nya Allah Tritunggal damba untuk menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam tiga bagian dari manusia, yaitu ke dalam roh, jiwa, dan tubuh manusia. Namun, jika Allah tidak memenuhi tuntutan-tuntutan kebenaran-Nya, maka Dia tidak akan dapat melaksanakan penyaluran diri-Nya ke dalam kita. Kebenaran Allah menuntut kita mati karena dosa kita. Namun, jika kita mati, maka kita akan binasa. Karena Allah tidak menghendaki kita binasa, maka Dia menyediakan Kristus sebagai pengganti kita. Misalnya kita ingin menyalurkan jus ke dalam sebuah gelas, tetapi kita menemukan bahwa gelas itu kotor. Sebelum menyalurkan jus itu ke dalam gelas, maka kita harus membersihkan gelas itu terlebih dahulu. Demikian juga, sebelum Allah dapat masuk ke dalam kita, maka Putra-Nya harus menjadi seorang manusia dan mati di kayu salib bagi kita, mencucurkan darah-Nya untuk membasuh kita dari dosa-dosa kita. Hal ini membuat kita menjadi bejana yang bersih, dan siap untuk dipenuhi dengan Allah Tritunggal. Seorang Kristen yang tepat adalah orang yang telah mati bersama dengan Kristus dan yang setiap hari bertingkah laku menurut fakta ini. Jika kita mengalami kematian salib, maka kita akan menjadi benar di dalam segala sesuatu, dengan setiap orang, dan di dalam setiap hal.
Jika kita ingin mengalami penyaluran Allah Tritunggal, maka kita harus mengambil posisi kita di hadapan-Nya sebagai orang-orang yang telah di-salibkan. Kita harus percaya dan mengumumkan fakta tentang kematian kita bersama dengan Kristus di kayu salib. Karena kita mati bersama dengan Kristus secara praktis, maka Allah akan memiliki kedudukan untuk menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita dengan segala kekayaan-Nya. Haleluya!

Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. (Why. 22:1)

21 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 2 Senin

Penyaluran Allah Bagi Kehendak-Nya
Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Ayat Bacaan: Rm. 1:3-4; 5:10; 8:2, 7-11, 14, 15, 23, 26, 29; 9:5; Yes. 9:6; 1 Kor. 6:17

Menurut ayat 29, Putra tunggal Allah telah menjadi Putra sulung Allah di antara banyak saudara. Inilah cara Allah untuk menggenapkan tujuan kekal-Nya. Tujuan-Nya bukan digenapkan oleh pengajaran maupun oleh organisasi, melainkan dengan menyalurkan diri-Nya sendiri sebagai Allah Tritunggal yang telah melalui proses ke dalam seluruh diri kita. Penyaluran ini membuat kita menjadi banyak putra Allah dan banyak saudara dari Putra sulung ini, untuk menjadi anggota-anggota yang menyusun Tubuh Kristus, yang mengekspresikan Kristus.
Kata menyalurkan di sini berarti mengedarkan. Bila kita membicarakan tentang penyaluran Allah Tritunggal yang kita maksud adalah Allah mengedarkan diri-Nya sendiri kepada kita dan menyalurkan diri-Nya ke dalam diri kita sama seperti jus yang disalurkan dari penampungnya ke dalam orang-orang yang meminumnya. Di dalam penyaluran-Nya, Allah sebenarnya ingin masuk ke dalam diri kita, mengisi bejana kita, dan menjadi satu dengan kita. Penyaluran Allah Tritunggal ini bagi penggenapan tujuan-Nya.
Agar Allah dapat menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya, maka Dia harus tritunggal; yaitu, Dia harus menjadi Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh. Allah kita bukan lagi Allah yang tidak terproses. Dia yang berhuni di dalam kita itu telah sepenuhnya terproses. Allah Tritunggal yang telah terproses melalui inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan, yang akan menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita, sekarang berhuni di dalam kita, dan akan menjenuhi seluruh diri kita. Semakin kita mengalami dan menikmati penyaluran ini, semakin kita dikuatkan secara rohani, secara psikologis, dan secara fisik. Penyaluran yang demikian ini menghasilkan keputraan. Penyaluran ini mentransformasi orang-orang dosa menjadi putra-putra Allah. Dulu kita adalah orang-orang dosa, musuh-musuh Allah, tetapi sekarang kita adalah putra-putra Allah dalam hayat. Kita memiliki hayat Allah, sifat Allah, dan Roh Putra Allah di dalam kita. Haleluya, Allah rindu untuk menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam manusia yang diciptakan, dipilih, dan dipanggil oleh-Nya. Haleluya, Allah ingin menyalurkan diri-Nya ke dalam kita!

Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. (1 Kor. 6:17)

20 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 1 Minggu

Penghidupan Tubuh Kristus dan Gereja Lokal
Roma 16:1
Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari seiman kita yang melayani gereja di Kengkrea (Tl.)
Roma 16:4b
...Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi.

Ayat Bacaan: 1 Ptr. 5:2

Praktek kehidupan Tubuh yang riil, bukan hanya harus menerima semua kaum beriman, tetapi juga memperhatikan gereja di lokalitas itu. Dalam Roma 16, Roh Kudus dengan jelas menunjukkan bahwa untuk praktek kehidupan Tubuh, kita perlu menjadi gereja lokal. Kepraktisan kehidupan Tubuh terkandung di dalam gereja lokal. Di mana pun kita berada, kita harus berada di dalam gereja di lokalitas itu, bahkan kita harus belajar memperhatikan gereja lokal di mana kita berada itu. Gereja adalah satu perkara yang demikian besarnya dalam pandangan Allah, maka janganlah kita mengabaikannya. Meskipun mungkin kita tidak memperhatikan gereja sedemikian rupa, Allah sangat memperhatikan gereja. Kadang-kadang Allah dapat berkata, “Lihat, Satan, Saya telah mengambil orang-orang yang telah kamu hancurkan dan Saya telah membuat mereka menjadi gereja. Apakah kamu memiliki hikmat yang demikian untuk melakukan hal itu? Kamu tidak memiliki hikmat ini, tapi Saya punya.”
Memperhatikan gereja adalah menggembalakan gereja. 1 Petrus 5:2 mengatakan, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah..” Bagaimana kita bisa menggembalakan gereja? Saudara saudari, kita harus mengontak beberapa orang kudus yang bersidang bersama kita untuk menggembalakan mereka. Gembalakanlah mereka memasuki penyegaran pagi yang benar dan menang setiap hari. Kita harus dengan rajin mempraktekkan hal ini. Kemudian, kita perlu membimbing orang kudus satu per satu sampai mereka berfungsi dalam sidang.
Selain itu, jika kita menemui perbedaan di antara gereja-gereja lokal, kita tidak perlu berusaha mengoreksinya atau mengubah apapun. Misalnya, satu gereja lokal mempraktekkan doa-baca, tetapi gereja di lokal lain mungkin tidak mempraktekkannya. Kita perlu menerima kondisi ini dan tetap memperhatikan gereja di lokalitas di mana kita berada. Dengan memperhatikan gereja lokal, berarti kita telah mempraktekkan kehidupan Tubuh yang praktis dan riil, dan kita akan bersukacita.

Inilah rahasia...ketujuh kaki pelita emas itu: “..ketujuh kaki pelita itu ialah ketujuh jemaat.” (Why.1:20)

19 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 1 Sabtu

Menerima dengan Sikap yang Umum
Roma 15:7
Sebab itu terimalah satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 14:2-5, 15:5,7

Roma pasal dua belas adalah pengajaran mengenai kehidupan Tubuh. Prakteknya ada di dalam Roma pasal empat belas sampai enam belas. Pasal-pasal ini membereskan masalah-masalah yang praktis yang terjadi di dalam kehidupan gereja. Di dalam pasal empat belas, Paulus menunjukkan masalah tentang menerima kaum beriman yang memiliki opini dan praktek yang berbeda yaitu mengenai makan (ay. 2) dan mengenai menyelidiki hari-hari (ay. 5). Dua perkara ini adalah ilustrasi dari banyak hal yang telah memecah belah orang-orang Kristen.
Perpecahan di antara orang-orang Kristen berasal dari perbedaan-perbedaan atas doktrin atau praktek. Misalnya, ada kaum beriman telah terpecah belah atas hal-hal seperti penudungan kepala, pembasuhan kaki, baptisan, penyelidikan terhadap hari Tuhan dan hari Sabat. Fakta ini seharusnya memalingkan kita kepada Roma 14. Paulus memerintahkan kita untuk menerima orang-orang yang memiliki iman dalam Kristus dan tidak menghakimi mereka mengenai perkara-perkara sekundernya. Jika seseorang datang kepada kita dengan pendapat yang berbeda mengenai satu perkara tertentu, kita tetap harus menerimanya sebagai seorang saudara di dalam Tuhan (Rm. 15:5,7).
Saudara saudari, untuk memiliki praktek kehidupan Tubuh yang tepat, kita harus memiliki satu sikap yang umum. Kita tidak boleh menerapkan satu praktek tertentu kepada orang lain maupun menentang satu praktek tertentu. Di dalam kehidupan gereja kita harus menjadi umum, dapat menerima semua kaum beriman sejati. Namun, tidaklah mudah untuk mempelajari pelajaran ini, karena kita ingin semua orang lain menjadi sama seperti kita. Marilah kita tidak membuat permintaan-permintaan atau tuntutan terhadap orang lain agar mereka mengubah cara mereka demi kita. Sebaliknya, marilah kita memiliki kesatuan dalam keadaan yang bermacam-macam tanpa mementingkan kenyamanan. Sekalipun ada kemungkinan keadaan yang demikian bermacam-macam, tetapi kita tetap adalah satu di dalam Kristus. Selama kita memiliki kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita di dalam Roh Kudus, kita tidak boleh memperhatikan tentang perbedaan dalam doktrin maupun praktek.

Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus. (Roma 14:17)

18 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 1 Jumat

Kehidupan Tubuh yang Tepat
Roma 12:1
Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.

Ayat Bacaan: Rm. 8:29, 12:1-2,11; Ef. 2:2

Roma pasal delapan mewahyukan bahwa kita akan diserupakan kepada gambar Putra Allah (ay. 29). Penyerupaan ini melayakkan kita bagi praktek kehidupan Tubuh. Kehidupan Tubuh bukan hanya perkara kaum beriman datang bersama-sama saja. Banyak kelompok yang telah terbentuk untuk tujuan mendapatkan kehidupan Tubuh ini. Namun, hasilnya gagal. Kelompok kaum beriman ini tidak menyadari bahwa kehidupan Tubuh ini tergantung kepada keputraan. Jika kita ingin mendapatkan praktek kehidupan Tubuh yang tepat, maka kita harus diubah menurut kuasa kebangkitan.
Karena itu, di dalam Roma pasal dua belas Paulus menyinggung tentang tubuh, jiwa, dan roh. Ayat 1 membicarakan mengenai tubuh. Tubuh fisik kita harus dipersembahkan kepada Tuhan bagi tujuan-Nya untuk mendapatkan Tubuh. Seseorang mungkin memiliki satu hati untuk kehidupan Tubuh, tetapi jika ia tidak mempersembahkan tubuhnya, maka ia bukanlah untuk kehidupan Tubuh secara praktis. Kita mungkin memperhatikan sidang-sidang, tetapi apakah yang akan digenapkan jika tubuh kita tetap berada di rumah? Tubuh adalah penampung diri kita, karena roh itu ada di dalam jiwa dan jiwa ada di dalam tubuh ini. Kita harus mempersembahkan penampung ini kepada Tuhan demi Tubuh-Nya. Ayat 2 membicarakan tentang pikiran, yang adalah bagian utama dari jiwa. Bila pikiran kita diperbaharui, maka jiwa kita akan diubah. Di dalam ayat ini Paulus meminta agar kita tidak menjadi serupa dengan zaman ini. Dunia, yaitu sistem Satan ini, adalah satu kosmos yang tersusun dari banyak zaman (Ef. 2:2). Zaman ini bukan hanya meliputi dunia sekuler, melainkan juga dunia agama. Hari ini jika kita diserupakan kepada dunia maka kita tidak akan berguna bagi praktek kehidupan Tubuh. Dan ayat 11 Paulus membicarakan tentang roh. Ia memberitahu kita untuk “menyala-nyala di dalam roh”. Kita tidak patut menjadi orang yang malas, melainkan roh kita haruslah berapi-api; yaitu harus dikobarkan dan membara. Jika kita memiliki satu tubuh yang dipersembahkan, satu jiwa yang berada di dalam proses pengubahan, dan satu roh yang membara, maka kita akan dapat mempraktekkan kehidupan Tubuh dengan tepat.

Karena siapa saja yang melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia. (Rm. 14:18)

17 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 1 Kamis

Semua adalah Belas Kasihan Allah
Roma 9:16
Jadi, hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada belas kasihan Allah.
Roma 11:6
Jika hal itu terjadi berdasarkan anugerah, maka bukan lagi berdasarkan perbuatan...

Ayat Bacaan: Rm. 9:15, 11:4-5

Injil sepenuhnya adalah perkara belas kasihan Allah. Dalam Roma 9:15 Paulus mengutip perkataan Tuhan, “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan.” Jika kita memikirkan bagaimana Tuhan membawa kita masuk ke dalam kehidupan gereja di dalam pemulihan Tuhan, maka kita akan menyembah Dia untuk belas kasihan-Nya. Kita bukan berada di dalam gereja karena kita lebih pandai atau lebih baik dari pada orang lain. Keberadaan kita di sini mutlak karena belas kasihan Allah. Roma 11:4-5 mengatakan, “Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal. Demikian juga pada waktu ini terdapat suatu sisa, menurut pilihan berdasarkan anugerah.” Injil, pelayanan hayat, dan kehidupan gereja di dalam pemulihan Tuhan, telah Allah karuniakan kepada kita. Sungguh suatu belas kasihan bahwa kita diselamatkan dan bahwa kita rela untuk mengambil jalan Tuhan!
Dalam penempuhan hidup gereja kita, jangan menaruh kepercayaan kepada apa yang dapat kita lakukan atau di dalam rencana-rencana kita. Sebaliknya, berlututlah di hadapan Tuhan dan sembahlah Dia untuk belas kasihan-Nya. Semakin kita menyembah Dia untuk belas kasihan-Nya, semakin kita akan ditinggikan. Bukannya bergumul untuk memikul kewajiban, kita malahan akan menemukan bahwa di dalam belas kasihan-Nya, Tuhan sedang memikul kita. Jika kita mengalami Dia yang memikul kita, selera batin kita akan menjadi semanis madu. Satu alasan mengapa kita bisa hari demi hari gembira adalah karena kita belajar bersandar pada belas kasihan Tuhan. Seringkali kita memohon agar Tuhan melakukan banyak hal bagi kita, tetapi pernahkah kita memuji dengan bersyukur kepada-Nya untuk belas kasihan-Nya? Saudara saudari, terjaganya kita dalam hidup gereja, bukanlah perkara yang berasal dari usaha manusia, melainkan sepenuhnya belas kasihan Allah. Kerelaan kita tidak akan membantu, dan usaha itu sia-sia. Namun, belas kasihan Allah, bekerja secara ajaib, mengalahkan ketidakstabilan serta kelemahan-kelemahan kita. Oleh sebab itu, palingkanlah mata kita dari diri dan keadaan kita dan tekunlah memandang kepada-Nya yang senantiasa membelaskasihani kita.

Jadi, Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia mengeraskan hati siapa yang dikehendaki-Nya. (Rm. 9:18)

16 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 1 Rabu

Pemilihan, Penentuan, dan Panggilan
Roma 9:11
Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat – supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.

Ayat Bacaan: Rm. 9:12; Ef. 1:4-5

Dalam masyarakat, pemilihan seseorang berhubungan dengan kela-hiran, pendidikan, dan kesuksesan di dalam dunia. Orang-orang yang baik, atau sukseslah yang akan terpilih. Sebaliknya, pemilihan Allah bukan berdasarkan kepada apa adanya kita; melainkan sepenuhnya berdasarkan kepada Allah dan kedambaan-Nya. Paulus memakai kasus Yakub dan Esau sebagai satu ilustrasi dari pemilihan Allah. Sebelum mereka lahir, Allah telah memberitahu Ribka, “Anak yang tua akan menjadi hamba yang muda” (Rm. 9:12). Pilihan Allah dibuat sebelum anak-anak itu lahir, sebelum mereka berbuat sesuatu yang baik atau yang buruk. Pemilihan Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka, tetapi berdasarkan panggilan-Nya (Rm. 9:11).
Efesus 1:4-5 berkata, “Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,..Ia telah menentukan kita dari semula…untuk menjadi anak-anak-Nya.” Sebelum alam semesta ini ada, Allah telah memilih kita dan menakdirkan kita kepada keputraan. Kita perlu melatih roh kita dalam iman untuk mempercayai firman ini! Jika kita memandang kembali kepada masa lampau kita, maka kita akan menyembah Dia. Kita sadar bahwa langkah-langkah kita bukan berasal dari diri kita sendiri melainkan berasal daripada-Nya. Allah telah memilih kita sebelum kita lahir, menakdirkan waktu dan tempat kelahiran kita. Dia menentukan semua hari-hari kita dan semua tempat di mana kita akan berada. Mungkin kita pernah ingin “bercerai” dari Tuhan, tetapi Dia menolak untuk menandatangani sertifikat perceraian ini. Meskipun kita seringkali ingin menjauhi Dia, tetapi kita tetap menempuh hidup gereja. Inilah pemilihan kasih karunia.
Dalam pemberitaan Injil, mungkin ada sejumlah orang yang tidak percaya yang menghadiri sidang injil yang sama dan mendengarkan berita yang sama; namun hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki respon terhadapnya. Inilah pemilihan, penakdiran, dan panggilan Allah. D.L Moody mengatakan bahwa sepanjang jalan masuk ke surga akan ada kata-kata yang tertulis, “Siapa saja boleh datang,” tetapi setelah seseorang melewati jalan masuk itu, ia akan melihat kata-kata ini yang terukir di dalamnya: “Yang telah dipilih sebelum pondasi dunia diletakkan.”

Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Ef.1:4)

15 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 1 Selasa

Memuaskan Tuntutan Keadilbenaran Allah
Roma 3:25
Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian melalui iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.

Ayat Bacaan: Mat. 27:46; 1 Yoh 2:2; Yoh. 19:30; Kel. 12: 7,13; Ibr. 8:12, 10:19, 12:24

Menjelang kematian-Nya, selama tiga jam yang pertama, Tuhan Yesus menderita penganiayaan dari manusia. Namun, selama tiga jam yang terakhir, semua dosa kita ditimpakan kepada-Nya. Allah menolak Dia, sehingga Dia berteriak, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Anak Allah yang tidak berdosa itu, ditinggalkan oleh Allah, dan dihakimi Allah bukan karena dosa-dosa-Nya sendiri, melainkan karena dosa seluruh dunia (1 Yoh. 2:2). Melalui penghakiman ini, tuntutan keadilbenaran Allah atas dosa dipuaskan. Di sini kita nampak bahwa penebusan adalah sesuatu yang telah dikerjakan oleh Allah di dalam Kristus Yesus untuk memuaskan tuntutan keadilbenaran Allah sendiri terhadap umat manusia; itu tidak ada hubungannya dengan perbuatan baik yang telah kita lakukan. Kita tidak dapat menambahkan apapun pada apa telah dirampungkan Kristus. Penebusan sudah Kristus rampungkan dengan sempurna dan hal itu telah memuaskan hati Allah. Karena itu, Dia berkata, “Sudah genap” (Yoh.19:30).
Dalam Keluaran 12:7,13, darah anak domba yang tersembelih dioleskan pada tiang-tiang pintu rumah orang-orang Israel. Allah tidak akan melaksanakan hukuman-Nya atas mereka yang berada di bawah naungan darah itu. Hari ini darah Kristus telah ditumpahkan bagi kita. Melihat darah, Allah puas dan tidak lagi menggugat kita. Darah Kristus berbicara untuk kita seperti seorang pembela yang berbicara untuk sang terdakwa dalam pengadilan (Ibr. 12:24). Sekarang, bersandar darah, kita dapat dengan penuh keberanian datang ke hadapan Allah (Ibr. 10:19) dan hati nurani kita akan berada dalam damai sejahtera bersama Allah. Bahkan Ibrani 8:12 mengatakan, “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.” Ketika Allah mengampuni dosa-dosa manusia, Dia juga melupakannya. Allah dapat melakukan apa saja, tetapi Dia tidak dapat mengingat dosa-dosa orang yang telah percaya kepada penebusan Kristus. Puji Tuhan! Melalui penebusan Kristus, kita telah dibasuh, dibenarkan, dimurnikan, dan dimerdekakan, sehingga tidak bernoda dan murni di hadapan Allah.

...dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat daripada darah Habel. (Ibr. 12:24)

14 February 2011

Roma Volume 7 - Minggu 1 Senin

Keadilbenaran adalah Kekuatan Injil
Roma 1:16-17
Sebab aku tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya…Sebab di dalamnya dinyatakan pembenaran oleh Allah.

Ayat Bacaan: 1 Yoh. 1:9

Mengapa kebenaran itu adalah kekuatan Injil (Rm. 1:16-17)? Karena, meskipun Allah menakdirkan kita untuk menjadi putra-putra-Nya, kita telah jatuh dan terlibat dengan dosa, sehingga Allah harus membereskan kita menurut kebenaran-Nya. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa Allah mengasihi kita, dan Dia tidak akan melemparkan kita ke dalam telaga api. Saudara saudari, memang Allah mengasihi kita, tetapi Dia sangat membenci dosa. Allah tidak dapat mengampuni kita kalau kebenaran-Nya belum dipuaskan. Sebagai Allah yang benar dan adil, Dia tidak dapat mengampuni orang-orang tanpa tuntutan-tuntutan kebenaran-Nya terpenuhi.
Kitab Roma mewahyukan bahwa kita bukan diselamatkan oleh kasih karunia ataupun oleh kasih, melainkan oleh kebenaran. Baik kasih maupun kasih karunia bukanlah perkara yang sah. Tidak ada seorangpun yang dapat dituntut karena tidak mengasihi atau tidak memperlihatkan kasih karunia kepada kita. Tetapi dengan kebenaran kita dapat memiliki kedudukan untuk menuntut seseorang secara khusus. Misalnya, seorang tuan tanah menuntut si penyewa tanah untuk membayar sejumlah uang sewaan. Jika si penyewa gagal membayar uang sewa, maka tuan tanah memiliki kedudukan yang sah untuk menuntut pembayaran sewa dari si penyewa tanah itu. Si penyewa harus memenuhi pembayaran sewa, bukan dari kasih atau kasih karunia, melainkan berdasarkan kebenaran. Jika ia membayarnya, maka ia benar. Tetapi jika ia tidak membayarnya, maka ia tidak benar.
Berdasarkan fakta kebenaran bahwa Kristus telah mati dan bangkit bagi kita, maka Allah tidak mungkin mengubah pikiran-Nya untuk mengampuni kita. Sebaliknya, kita memiliki dasar untuk berkata kepada-Nya, “O Allah, apakah Engkau mengasihi aku atau tidak, Engkau harus mengampuni aku. Sebelum Kristus mati di kayu salib, Engkau dapat mengubah pikiran-Mu. Tetapi karena Dia telah mati dan karena Engkau telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka Engkau tidak memiliki kedudukan yang sah untuk menolak mengampuni aku. O Allah, Engkau terikat oleh kebenaran-Mu.” Di dalam hal inilah, kebenaran adalah kekuatan Injil.

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (1 Yoh 1:9)

13 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 4 Minggu

Hidup Menurut Roh Perbauran
Rm. 8:4-5
Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh ... mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

Ayat Bacaan: Rm.8: 4-5

Roh di dalam pasal delapan dari kitab roma adalah roh pembaruan, Roh Kudus berbaur dengan roh insani kita. Karena itu berjalan menurut roh adalah berjalan menurut roh pembauran. Hari demi hari kita harus setia kepada roh pembauran ini dan melakukan segala sesuatu menurut roh ini. Kapan saja kita berjalan menurut daging, kita adalah orang-orang dosa, tidak peduli apakah kita menganggap diri kita sendiri baik atau buruk. Tetapi kita tidak perlu lagi berjalan menurut daging, karena kita memiliki pilihan berjalan menurut roh. Bila kita melakukan hal ini, maka kita akan menikmati semua kekayaan Kristus.
Setiap hari kita perlu mempraktekkan hidup menurut roh. Kita perlu menerapkan hal ini di dalam pembicaraan kita, pemikiran kita dan segala sesuatu yang akan kita lakukan. Misalnya, ada seorang muda berpikir apakah ia dapat berbagian dalam aktifitas olah raga tertentu. Saran saya terhadapnya adalah jika ia dapat berbagian dalam aktifitas olah raga itu menurut roh, maka ia harus pergi dan melakukannya. Sebagai orang Kristen kita tidak boleh memutuskan perkara-perkara menurut benar atau salah; melainkan, kita harus memutuskannya menurut roh. Setiap orang yang telah dilahirkan kembali memiliki roh yang dihuni dan berbaur dengan Roh yang almuhit ini. Hari ini yang kita perlukan adalah melatih roh kita untuk menyalakan listrik surgawi. Dengan menyalakan, bukan dengan pengajaran, bahwa kita menjamah Tuhan sebagai Roh pemberi hayat dan menikmati Dia. Dengan memakai saklar inilah kita berjalan menurut roh pembauran.
Di dalam Roma 8 itu bukan hanya perkara Roh ilahi atau roh insani saja, melainkan perkara Roh ilahi berbaur dengan roh insani. Tuhan Yesus sebagai Roh pemberi hayat dibaurkan secara organik dengan roh kita. Dalam pembauran keilahian dan keinsanian, sifat-sifat yang sebermula tidaklah hilang dan tidak ada sifat ketiga yang dihasilkan. Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Hari demi hari kita akan dibangkitkan, dikuduskan, ditransformasi, dan dimuliakan. Haleluya untuk perbauran yang menakjubkan itu!

Telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan (Ef. 2:5)

12 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 4 Sabtu

Menikmati Kekayaan Roh
Roma 8:14
Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 8:2; 21-23; 14-16; 27-27; 6:4; 7:6

Sekarang kita akan melihat sepuluh butir lainnya untuk mengesankan kita terhadap kekayaan dari Roh yang menghuni ini. Kemerdekaan (Rm. 8:2;21), pencicipan (Rm. 8:23), keputraan (Rm. 8:15), pimpinan Roh itu (Rm. 8:14), bersaksi (Rm. 8:16), doa syafaat (Rm. 8:26-27), pembaruan (Rm. 6:4), kebaruan roh itu (Rm. 7:6), kebangkitan, pengudusan.
Seluruh alam semesta ini dengan semua hal di dalamnya berada dalam perbudakan. Di dalam Roma 8 perbudakan ini, belenggu ini, disebut perbudakan kebinasaan. Tetapi Roh itu memerdekakan kita dari perbudakan ini. Pada suatu hari kita akan sepenuhnya keluar dari perbudakan kebinasaan ini dan sepenuhnya masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan. Kita juga menikmati Roh itu sebagai pencicipan. Kita perlu belajar untuk mendapatkan satu apresiasi yang lebih besar terhadap Roh itu sebagai satu pencicipan. Betapa manis, lembut, dan nikmatnya pencicipan ini bagi kita!
Roh itu juga menjadi pengantara doa, maka ada begitu banyak hal yang bekerja demi kebaikan kita. Misalnya,kita menghamburkan uang dengan sia-sia dan tidak memakainya dengan tepat untuk kepentingan Tuhan. Hal ini akan membuat Roh itu berdoa dengan keluhan-keluhan. Akhirnya, Bapa akan menjawab doa Roh itu dengan membuat kita kekurangan uang. Kesulitan keuangan ini akan membantu untuk menyerupakan kita kepada gambar Putra Allah. Waktu mengumumkan bahwa segala sesuatu bekerja sama untuk kebaikan bukanlah ketika kita menikmati keuntungan-keuntungan materi, melainkan ketika situasi kita sulit. Tidaklah menjadi masalah apakah kita memahami semua butir ini atau tidak. Selama kita berada di dalam Roh itu, maka kita akan memiliki realitas dari semuanya itu. Misalnya, Kita mungkin tidak tahu apakah gizi yang ada di dalam makanan yang kita makan, tetapi dengan memakannya kita memasukkan semua gizi itu. Yang penting bukanlah kita mengenal resep makanan itu, melainkan adalah kita memakan makanan itu. Pengajaran tidak dapat membuat kita menjadi rohani atau rendah hati. Kita menjadi rohani dan benar-benar rendah hati hanya dengan mengontaki Roh itu melalui melatih roh kita.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28a)

11 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 4 Jumat

Menerapkan Listrik Surgawi
Roma 8:16
Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 8:16

Dalam kitab Roma kita telah melihat bahwa Injil Allah adalah Injil keputraan. Ini berarti bahwa maksud Allah adalah ingin menghasilkan banyak putra melalui Injil. Untuk menghasilkan banyak putra ini, maka tiga Persona dalam Keallahan ini terlibat. Bapa sebagai sumber ada di dalam Putra, yang adalah jalurnya, dan Putra sebagai perwujudan Bapa sekarang ada di dalam arus Roh itu. Jadi Roh itu adalah arus dari Allah Tritunggal. Sama seperti arus listrik adalah listrik yang bergerak, demikian juga Roh dari Allah Tritunggal ini adalah Allah dalam pergerakannya. Maka, Roh Allah adalah bagi penerapan Allah terhadap kita.
Roh kita seperti sebuah saklar. Dengan melatih roh kita, kita menyalakan lisrik surgawi yang telah diinstalasikan ke dalam kita. Hari ini, untuk menikmati listrik di suatu bangunan sangat mudah, cukup tekan saklar. Kalau kita berlutut, memohon dan berdoa, “Listrik, tolong datang kemari, aku sedang menunggu. Apakah kau tidak mendengar? Tolong jawablah. Datanglah listrik!” Jika listrik bisa bicara, ia akan berkata, “Orang Bodoh, kenapa tidak menyentuh saklar?” Jika kita tidak memiliki saklar ini, atau tidak tahu di mana saklar ini berada, kita tidak akan memiliki jalan untuk menerapkan listrik ini. Sama prinsipnya, selain dari roh kita ini, kita tidak memiliki cara untuk menerapkan listrik surgawi ini. Puji Tuhan bahwa kita memiliki sebuah saklar dan kita tahu di mana itu berada! saklar ini berada di dalam roh kita. Setiap pagi kita harus berdoa dan mengucap syukur, membuka roh kita kepada Tuhan. Ketika melakukan ini, kita akan memiliki perasaan yang dalam di dalam kita, Pada saat itu kita akan menyentuh Tuhan, kita akan menyentuh Roh.
Di luar Roh itu sebagai arus, tidak ada jalan bagi Allah untuk diterapkan kepada kita. Allah itu kaya dan semua kekayaan-Nya adalah bagi kita. Roh itu menerapkan kekayaan Allah dalam pengalaman kita. Aliran Roh itu adalah pengurapan, pergerakan, dan minyak di dalam kita. Semua apa adanya Allah ada di dalam Kristus. Semua yang telah digenapkan Allah ada di dalam Kristus yang ada di dalam arus ini. Puji Tuhan bahwa arus ini sedang mengalir di dalam kita!

Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya (Rm. 10:12b)

10 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 4 Kamis

Mengalami Kekayaan Roh itu
Roma 10:12
Sebab tidak ada perbedaa antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Tuhan yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang dan murah hati kepada semua orang yang berseru kepada-Nya.

Ayat Bacaan: Rm. 1:4, 9; 5:5; 7:6; 8:2, 6; 10:12; 14:17; 15:13, 19, 30

Kebangkitan bukan hanya perkara yang akan datang. Kebangkitan dapat kita alami setiap hari melalui Roh itu. Dengan menjamah Roh itu, kita akan menikmati kebangkitan dan segala sesuatu yang tercakup di dalamnya.
Menurut kitab Roma, Roh itu sebagai realisasi dari Allah Tritunggal sedikitnya berhubungan dengan sepuluh butir. Kesepuluh butir ini berhubungan dengan pengalaman kita terhadap realitas kebangkitan. Pertama-tama, Roh itu berhubungan dengan kekudusan (Rm. 1:4). Kedua, Roh itu disebut Roh hayat (Rm. 8:2). Jika kita meletakkan pikiran di atas roh, maka kita akan menjadi hidup, bertenaga, dikuatkan, dan puas. Ketiga, Roh itu juga berhubungan dengan hukum (Rm. 8:2). Kapan saja kita menjamah Roh itu, kita akan menjamah hukum ini, kekuatan yang spontan dan otomatis. Keempat, Roh itu juga berhubungan dengan damai sejahtera (Rm. 8:6). Kelima, Roh itu berhubungan dengan sukacita (Rm. 14:17). Bila kita berada di dalam Roh itu, kita akan penuh dengan sukacita, hingga kita dapat menyerukan puji-pujian kepada Tuhan. Keenam, Roh itu berhubungan dengan pengharapan (Rm. 15:13). Ketujuh, Roh itu berhubungan dengan kasih (Rm. 5:5; 15:30). Kedelapan, Roh itu berhubungan dengan kekuatan (Rm. 15:13, 19). Kekuatan ini seperti sebuah dinamo yang memberikan tenaga kepada kita dari dalam. Kesembilan, Roh itu berhubungan dengan pelayanan (Rm. 7:6). Semakin kita berada di dalam roh, semakin kita akan melayani Tuhan sebagai hamba yang rela. Kita akan berkata, “Tuhan Yesus, sebagai hamba-Mu, aku rela melayani Engkau.” Kesepuluh, Roh itu berhubungan dengan pemberitaan Injil (Rm. 1:9). Semua hal ini adalah realitas dari kebangkitan.
Menurut kitab Roma, cara yang paling sederhana untuk menikmati segala kekayaan Kristus dan relitas kebangkitan adalah dengan berseru kepada nama Tuhan Yesus (Rm. 10:12). Hari ini yang kita perlukan bukanlah pengajaran-pengajaran yang obyektif, melainkan kontak yang praktis dengan Tuhan melalui berseru kepada nama Tuhan. Semakin kita berseru kepada Tuhan, semakin kita akan mengalami kesepuluh kekayaan dari Roh itu.

Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh. (Mzm. 81:11)

09 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 4 Rabu

Dinyatakan melalui Roh Kekudusan
Roma 1:4
Dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati bahwa Dialah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

Ayat Bacaan: Rm. 1:4; 1 Kor. 15:45b;

Dalam Roma 1:4 kita dapat melihat bahwa perkara pernyataan, kebangkitan, dan kuasa semuanya direalisasikan oleh Roh kekudusan. Untuk memahami hal ini, kita perlu mengenal bahwa ekonomi Allah adalah Allah damba untuk menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam manusia. Itulah sebabnya Allah itu Tritunggal. Allah Bapa terwujud di dalam Allah Putra, dan Allah Putra direalisasikan, ditransmisikan, dialami, dan didapatkan oleh kita di dalam Allah Roh. Ini berarti penerapan dari Allah Tritunggal kepada kita datang oleh Roh Allah. Sebagai ilustrasinya kita dapat melihat mengenai arus listrik. Tanpa arus listrik, listrik tidak dapat diterapkan. Dalam penerapannya, listrik perlu menjadi arus listrik. Namun, arus ini, bukanlah sesuatu yang berbeda dengan listrik itu sendiri. Arus listrik adalah listrik yang bergerak. Sama prinsipnya, penerapan Allah Tritunggal kepada kita adalah Roh itu. Roh itu adalah arus Allah Tritunggal untuk diterapkan kepada kita; Dia adalah Allah Tritunggal dalam pergerakan.
Perjanjian Baru dengan jelas mewahyukan bahwa hari ini Kristus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi seorang manusia, mati di kayu salib bagi dosa-dosa kita, bangkit dari antara orang mati, naik ke surga, dan telah dimuliakan dan dimahkotai sebagai Raja, Kepala, dan Tuhan atas segala sesuatu. Kristus ini juga adalah Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45b). Ini berarti bahwa Kristus adalah Roh itu yang adalah arus Allah Tritunggal untuk diterapkan kepada kita dalam pengalaman kita.
Hari ini diri kita dapat diilustrasikan seperti sebuah bangunan. Di dalam bangunan ini Kristus sebagai listrik surgawi telah diinstalasikan dan sang ahli listrik ilahi telah menempatkan satu saklar-roh insani. Roh kita dapat dibandingkan dengan sebuah saklar yang olehnya kita dapat menerapkan listrik surgawi ini. Betapa frustrasinya bila listrik telah diinstalasikan ke dalam bangunan ini, tetapi tidak ada saklarnya. Puji Tuhan untuk saklar dari roh insani kita! Jalan terbaik untuk menekan saklar ini adalah melalui kita memalingkan hati kita kepada Tuhan, berseru kepada-Nya, dan menjamah Dia, maka dengan segera arus listrik surgawi, yaitu diri Allah ditransmisikan ke dalam kita.

Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. (2 Kor. 3:17)

08 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 4 Selasa

Mengalami Fungsi Kebangkitan
Roma 8:11
Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia...akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu.

Ayat Bacaan: Yoh. 11:25; Rm. 8:11; Flp. 1:19

Dalam Yohanes 11:25 Tuhan Yesus berkata “Akulah kebangkitan dan hayat (Tl).” Di sini Tuhan Yesus membicarakan perkara kebangkitan bersamaan dengan perkara hayat. Mengapa? Sebab kebangkitan adalah perkara kuasa hayat. Sebagai ilustrasinya adalah gandum yang ada di ladang dihasilkan melalui beberapa butiran benih yang dikuburkan ke dalam tanah. Di satu pihak, benih-benih itu mati, tetapi sekarang benih-benih itu keluar dalam kebangkitan sebagai gandum. Inilah kuasa hayat yang membawa kebangkitan.
Kuasa hayat ini yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Kuasa hayat ini memiliki sejumlah fungsi. Fungsi yang pertama adalah menaklukkan. Kebangkitan dapat menaklukkan setiap hal negatif, termasuk maut. Fungsi yang kedua dari kuasa-hayat ini adalah menelan maut. Kebangkitan bukan hanya menaklukkan maut dan mengatasinya, melainkan juga memakannya. Ketika kuasa-hayat menelan maut, maut itu musnah. Fungsi yang ketiga adalah menghasilkan pertumbuhan dan transformasi. Semakin sesuatu itu bertumbuh, semakin ia akan berubah, ditransformasi. Seperti seorang anak kecil bertumbuh, tubuhnya berubah kepada satu bentuk tertentu. Sewaktu kuasa-hayat ini mentransformasi, saat itu juga terjadi pembentukan. Semakin kita bertumbuh, semakin kita akan terbentuk.
Sebagai kaum beriman, kita memiliki Kristus di dalam kita sebagai kebangkitan, dan kebangkitan ini adalah kuasa hayat kita. Hari demi hari kekuatan ini berfungsi untuk menaklukkan maut, yaitu kelemahan, kebencian, kegelapan, kesombongan, kritikan, dan keributan, bersungut-sungut, gosip, dan lain-lain. Lebih jauh lagi, kuasa-hayat ini akan menyebabkan pertumbuhan, transformasi, dan pembentukan. Kebangkitan ini juga melepaskan hal-hal positif, dan membuat kita bangkit di atas segala situasi yang “berlumpur.” Lalu bagaimanakah kita dapat mengalami kuasa hayat ini? Kuasa hayat ini adalah suplai serba lengkap dari Roh Yesus Kristus (Flp. 1:19). Hari ini, Roh itu ada di dalam roh insani kita. Jalan untuk mengenal kuat kuasa kebangkitan secara pengalaman adalah berpaling ke dalam roh dan tinggal dalam roh kita.

Dan betapa hebat kuasa-Nya ...yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati. (Ef. 1:19-20a)

07 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 4 Senin

Dinyatakan melalui Kebangkitan
Roma 8:19
Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat putra-putra Allah dinyatakan (Tl)

Ayat Bacaan: Rm. 8:13, 19; Kol. 3:4

Subjek utama dari kitab Roma adalah Injil Allah, yaitu membuat orang-orang dosa menjadi putra-putra Allah untuk menyusun Tubuh Kristus, yang diekspresikan sebagai gereja-gereja lokal. Inilah yang dinantikan oleh seluruh alam semesta ini, yaitu putra-putra Allah dinyatakan (Rm. 8.19). Kapankah ini akan terjadi? Kapankah putra-putra Allah akan dinyatakan? Hari ini orang-orang mungkin tidak menyadari bahwa kita adalah orang Kristen. Tetapi pada hari pemuliaan kita, tidak ada seorangpun yang perlu bertanya kepada kita apakah kita orang Kristen atau bukan, karena kita akan dimanifestasikan sebagai putra-putra Allah. Manifestasi itu akan menjadi perampungan proses penyataan oleh kebangkitan. Kita semua perlu melihat bahwa yang sedang Tuhan lakukan pada hari ini adalah perkara pernyataan.
Sebagai ilustrasinya satu benih anyelir dinyatakan bukan dengan diberi tanda nama, melainkan dengan ditaburkan ke dalam tanah dan mati, kemudian benih ini akan mengalami kebangkitan, dan bertumbuh secara lambat laun menjadi satu tanaman anyelir yang matang, berbunga. Benih ini dinyatakan sewaktu ia bertumbuh. Semakin ia bertumbuh, semakin ia dinyatakan. Ketika anyelir ini sampai menjadi bunga yang utuh, maka ia akan dinyatakan sepenuhnya. Seperti halnya benih anyelir ini, kita semua juga berada dalam proses pernyataan ini. Semakin kita bertumbuh dan ditransformasi, semakin kita dinyatakan menjadi putra-putra Allah.
Hari ini Roh yang berhuni di dalam kita adalah Roh yang membangkitkan dan Roh yang menyatakan. Hari demi hari, Roh ini menyatakan kita menjadi putra-putra Allah. Karena itu, janganlah kita berusaha untuk memperbaiki diri sendiri atau membuat diri kita menjadi sempurna dengan tidak berdosa. Sebaliknya, nikmatilah dan alamilah Roh yang menyatakan ini. Jika oleh Roh itu kita mematikan perbuatan-perbuatan tubuh kita, kita akan hidup (Rm. 8:13). Kita perlu berjalan menurut Roh, dan oleh Roh itu kita mematikan perbuatan-perbuatan tubuh. Jika kita setiap hari berjalan menurut Roh, maka kita akan sepenuhnya berada dalam proses pernyataan oleh kebangkitan. Dengan kuasa kebangkitan ini, kita akan ditransformasi, diserupakan, dan akhirnya dimuliakan.

Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. (Kol. 3:4)

06 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 3 Minggu

Melayani dalam Injil Putra-Nya
Roma 1:9
Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil Anak-Nya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu

Ayat Bacaan: Rm. 1:9

Di dalam Roma 1:9 Paulus mengatakan bahwa ia melayani Allah di dalam Injil Putra-Nya. Ini menunjukkan bahwa kita semua harus melayani Allah di dalam Injil Kristus. Namun, untuk melakukan hal ini, kita perlu mengenal apakah Injil itu. Injil bukan hanya melibatkan perkara-perkara seperti penebusan, pengampunan, pembenaran, dan pendamaian, pembasuhan, dan kelahiran kembali saja. Semua aspek ini adalah aspek keselamatan Allah. Tetapi keselamatan Allah memiliki sasaran, dan sasaranNya adalah keputraan. Ini berarti bahwa penebusan, pengampunan, pembenaran, pendamaian, pembasuhan, dan kelahiran kembali semuanya adalah bagi penggenapan kedambaan Allah untuk memiliki banyak putra menjadi ekspresi-Nya. Maksud kekal Allah adalah bahwa Dia ingin diekspresikan melalui satu Tubuh yang tersusun dari putra-putra yang telah dimuliakan. Asalnya, Allah hanya memiliki seorang Putra, Putra tunggal-Nya. Tetapi sekarang kebangkitan Kristus telah digenapkan, maka Dia memiliki banyak putra. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, berjuta-juta orang dosa telah dibuat menjadi putra-putra Allah. Inilah tujuan kekal Allah.
C. T. Studd adalah salah satu misionaris yang sangat berbeban atas Afrika. Awalnya, Allah memanggil ia ke China. Meskipun ditentang oleh semua orang yang ia kasihi, ia bertindak dengan penuh sukacita, seperti yang dikatakan Kritus kepada orang muda yang kaya itu. Ia menyerahkan hidupnya untuk pekerjaan Tuhan. Sukacitanya adalah ketika Allah telah memberikan pekerjaan memberitakan Injil ke dunia yang belum diinjilisasi. Pada tahun 1958, ia melihat catatan yang menarik di jendela Liverpool, “Para kanibal menginginkan misionaris.” Hal inilah yang menarik perhatiannya yakni, demi keperluan Injil di Afrika. Di Afrika, ia mendirikan sidang doa pada pukul 5 pagi. Pada hari minggu terakhir di bumi, 12 Juli 1931, ia memimpin ibadah selama 5 jam bagi orang-orang Afrika. Ia meninggal pada hari Kamis, 16 Juli 1931, pada umur 70 tahun. Perkataan terakhirnya adalah Haleluya! Saudara saudari, apapun keadaan, latar belakang dan status kita, inilah yang seharusnya menjadi makna hidup Kristiani kita!

Injil itu telah dijanjikan-Nya... tentang Anak-Nya (Rm. 1:2-3)

05 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 3 Sabtu

Empat Aspek Kebangkitan (2)

Roma 8:29-30
Sebab semua orang yang dipilih-Nya...juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, ...Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Ayat Bacaan: Rm. 8:23, 29-30; Kol. 1:27

Aspek yang ketiga dari proses kebangkitan ini adalah penyerupaan, yang sangat berhubungan dengan transformasi. Di dalam proses ini kita diserupakan kepada gambar Kristus (Rm. 8:29). Dan aspek yang terakhir adalah pemuliaan, transfigurasi tubuh kita. Roma 8:30 tidak mengatakan bahwa kita akan diletakkan dalam kemuliaan; sebaliknya, ayat ini menunjukkan bahwa kita akan dimuliakan. Kemuliaan adalah ekspresi Allah. Kristus, pengharapan kemuliaan (Kol. 1:27), telah ditabur ke dalam kita sebagai benih kemuliaan, dan benih ini akan bertumbuh sampai mencapai tahap berbunga, yang pada saat itu kemuliaan akan datang. Bagi Allah memuliakan kita berarti kemuliaan yang telah ditabur ke dalam kita menjenuhi seluruh diri kita dan terekspresikan melalui kita. Ketika seluruh diri kita telah diresapi dan dijenuhi dengan elemen kemuliaan, kemuliaan itu akan keluar dari kita. Inilah yang dimaksud dengan kaum beriman dimuliakan. Ketika kita mengalami pemuliaan ini, kita akan berada dalam ekspresi Allah Tritunggal yang telah melalui proses.
Hayat ilahi di dalam kita pada akhirnya akan diekspresikan melalui tubuh fisik kita secara penuh dan tertrasfigurasi menjadi tubuh yang mulia. Dengan cara ini, maka yang fana itu akan ditelan oleh hayat ilahi di dalam kita. Pada waktu itu, kita akan sepenuhnya dikuduskan, ditransformasi, diserupakan, dan dimuliakan. Ini berarti bahwa kita akan benar-benar berada di dalam kebangkitan, dengan hayat dan sifat ilahi yang meresapi seluruh diri kita. Hal itu akan menjadi keputraan yang penuh (Rm. 8:23).
Kita semua memiliki perasaan di dalam kita bahwa hari ini keputraan kita itu belumlah penuh. Namun, keputraan ini akan menjadi semakin lebih penuh sampai puncaknya pada waktu pemuliaan kita, ketika kita sepenuhnya dibangkitkan dan dinyatakan menjadi putra-putra Allah dalam sifat dan penampilan. Sekarang kita berada di dalam proses kebangkitan supaya kita dapat dikuduskan, ditransformasi, diserupakan, dan dimuliakan. Proses ini akan berlangsung sampai kita menjadi putra-putra Allah yang utuh. Inilah sasaran inti dari Injil ini.

Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu ... Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan! (Kol. 1:27)

04 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 3 Jumat

Empat Aspek Kebangkitan (1)
Roma 6:22
...setelah kamu dimerdekakan dari dosa..kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan...
Roma 12:2a
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.

Ayat Bacaan: Rm. 6:22; 12:2; 8:29-30

Hari ini banyak dari antara kita mungkin tidak memiliki keyakinan untuk mengatakan bahwa kita adalah putra-putra Allah. Kita tidak memiliki penampilan, ekspresi, dari putra-putra Allah. Kita sama seperti tanaman anyelir yang belum menghasilkan bunga. Meskipun demikian, kita sedang berada di bawah proses penyataan oleh kebangkitan dan akhirnya, setelah kita sepenuhnya diproses, kita semua akan tahu bahwa kita adalah putra-putra Allah.
Di dalam proses kebangkitan ini ada empat aspek: pengudusan, transformasi, penyerupaan, dan pemuliaan (Rm. 6:22; 12:2; 8:29-30). Aspek yang pertama adalah pengudusan. Bila kita membicarakan tentang pengudusan, kita tidak mengartikan pengudusan itu sebagai kesempurnaan yang tidak berdosa, atau hanya perubahan posisi saja. Pengudusan ini bukan hanya meliputi perubahan posisi saja, melainkan juga perubahan watak. Pengudusan yang dibicarakan di dalam Roma adalah pengudusan watak. Kita perlu dikuduskan di dalam posisi dan watak kita.
Menyeduh teh adalah satu ilustrasi yang baik dari pengudusan watak. Bila sebungkus teh dimasukkan ke dalam secangkir air, maka teh itu “mentehkan” air itu. Ini membuat air itu berubah dalam warna, penampilan dan rasa. Kita dapat mengatakan bahwa air itu menjalani perubahan watak. Semakin banyak teh dimasukkan ke dalam air itu, air itu akan semakin “ditehkan.” “Pentehan” ini adalah gambaran dari pengalaman kita yang subyektif terhadap pengudusan ini. Kristus adalah “teh” surgawi, dan kita adalah “air.” Semakin banyak Kristus ditambahkan ke dalam kita, kita akan semakin dikuduskan secara watak.
Setelah mengalami pengudusan, kita mengalami aspek transformasi.Pe-ngudusan melibatkan substansi, sedangkan transformasi melibatkan bentuk, satu perubahan dari bentuk yang satu ke dalam bentuk lainnya. Dikuduskan adalah memiliki lebih banyak Kristus ditambahkan kepada kita. Ditransformasi adalah dibentuk menjadi satu bentuk tertentu melalui penambahan substansi ilahi. Transformasi adalah aspek kedua dari kebangkitan. Semakin kita ditransformasi, semakin kita akan dibangkitkan.

Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. (2 Kor. 3:18b)

03 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 3 Kamis

Dinyatakan oleh Kebangkitan-Nya
Roma 1:4
dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

Ayat Bacaan: Rm. 1:4; 6:5; 8:23

Kristus dinyatakan sebagai Putra Allah “melalui kebangkitan dari antara orang mati (Rm. 1:4).” Di dalam Roma 6:5 Paulus mengatakan bahwa “kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Kristus dinyatakan oleh kebangkitan, dan kita akan menjadi serupa dengan kebangkitan ini. Bila kita berbagian dengan kebangkitan Kristus, maka kita akan berada di dalam proses dinyatakan menjadi putra-putra Allah.
Sebagai putra-putra Allah, kita dinyatakan oleh kebangkitan, yaitu oleh perubahan kita dalam hayat. Marilah kita sekali lagi memakai benih anyelir sebagai satu ilustrasi. Banyak orang tidak dapat memberitahu perbedaan antara benih anyelir dengan benih lainnya. Beberapa orang memikirkan cara memberitahu manakah di antara banyak benih itu yang adalah anyelir yaitu dengan memberikan tanda nama kepada benih anyelir itu. Namun, ini bukanlah cara hayat. Menurut cara hayat, benih anyelir ini dinyatakan dengan dimasukkan ke dalam tanah supaya ia dapat bertumbuh menjadi sebuah tanaman anyelir yang berbunga. Bila satu tanaman anyelir masih merupakan satu tunas yang kecil, maka sulit sekali untuk mengenal apakah itu anyelir, karena kelihatannya sama dengan tunas lainnya. Tetapi semakin tanaman anyelir itu bertumbuh, semakin ia akan nampak sebagai pohon anyelir. Akhirnya, oleh bunganya, kita semua dapat mengenal bahwa itu adalah anyelir.
Sama prinsipnya, kita dinyatakan menjadi putra-putra Allah dengan perubahan dalam hayat melalui proses kebangkitan. Harinya akan tiba bilamana kita akan mencapai tahap “berbunga seutuhnya.” Hal itu akan menjadi waktu penebusan, pemuliaan, tubuh kita, yang adalah keputraan yang penuh (Rm. 8:23). Hayat Putra Allah telah ditanamkan ke dalam roh kita. Sekarang kita seperti benih anyelir itu yang ditaburkan ke dalam tanah, harus melalui proses kematian dan kebangkitan. Hal ini membuat manusia lahiriah kita merosot, tetapi membuat hayat batini menjadi bertumbuh, berkembang, dan akhirnya, berbunga. Puji Tuhan bahwa kita setiap hari diletakkan kepada kematian supaya kita dapat mengambil bagian dalam kebangkitan Kristus secara praktis. Haleluya, kita akan dinyatakan menjadi putra-putra Allah oleh kebangkitan!

Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima nama-Nya. (Ef. 3:14-15)

02 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 3 Rabu

Banyak Putra Diserupakan
Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, ...

Ayat Bacaan: Rm. 8:29; Ef. 4:22-24; 2:15

Kehendak kekal Allah ialah memiliki sekelompok anak sebagai ekspresi-Nya yang korporat. Pertama-tama, Putra tunggal-Nya melalui suatu proses, lalu memasuki kemuliaan dan disempurnakan sepenuhnya menjadi satu model standar yaitu Putra Sulung Allah untuk mengekspresikan Allah. Sejak Kristus naik ke surga, Allah bekerja terus untuk menghasilkan reproduksi massal dari model standar, Putra sulung-Nya. Hari ini Tuhan sedang mereproduksi model standar ini; dengan sungguh-sungguh bekerja di antara kita, untuk membuat setiap orang di antara kita menjadi serupa dengan Putra Sulung-Nya. Inilah artinya disempurnakan. Untuk disempurnakan kita perlu sifat ilahi, perlu sifat insani yang ditinggikan dan dibangkitkan, serta penya-liban yang mengakhiri segala-galanya. Kesempurnaan kita harus mencakup penyaliban Kristus yang mengakhiri segalanya itu, sebab kematian-Nya yang almuhit telah meninggalkan setiap hal negatif ke seberang sungai, dan menjadikannya sejarah. Kita juga perlu dijenuhi oleh setiap unsur-Nya di dalam setiap bagian batin kita, bahkan di bagian terkecil pun perlu dijenuhi oleh-Nya. Semua ini merupakan unsur penyempurnaan kita. Bila semuanya itu tergarap ke dalam kita, kita akan mengalami transformasi yang tuntas, dan akan diserupakan dengan gambar-Nya.
Titik terpenting dari kesemuanya ini terletak pada hukum hayat, yakni operasi hayat ilahi di dalam batin kita. Hukum hayat, yaitu operasi hayat ilahi yang alami dan otomatis, bekerja di dalam batin kita agar kita menjadi sempurna, berangsur-angsur menginfuskan sifat ilahi ke dalam kita, mengakhiri setiap hal negatif, dan menyalurkan setiap unsur Kristus ke dalam kita.
Efesus 4:22-24 mengatakan bahwa kita perlu diperbarui di dalam roh pikiran kita agar kita dapat menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Menurut Efesus 2:15, manusia baru ini adalah gereja, jadi mengenakan manusia baru berarti mengenakan gereja. Kini kita dalam proses secara berangsur-angsur diperbarui dalam roh pikiran dan mengenakan manusia baru. Pembaruan roh pikiran dan pengenaan manusia baru (gereja) ini adalah hasil dari operasi hukum hayat.

Yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia (Flp. 3:21a)

01 February 2011

Roma Volume 6 - Minggu 3 Selasa

Tentang Putra-Nya
Roma 1:3-4
Tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

Ayat Bacaan: Rm. 1:3-4; Kol. 2:9, 2 Tes. 2:1-12< 1 Tes. 3:6-8, 5:25

Dalam Roma 1:3 Paulus mengatakan bahwa Injil ini adalah mengenai Putra Allah, Yesus Kristus Tuhan kita. Perhatian utama Injil ini bukanlah pengampunan atau mendapatkan jiwa maupun menyelamatkan orang dosa ke surga, melainkan Persona Kristus, Putra Allah. Injil ini bukanlah satu doktrin maupun pengajaran atau agama. Ini adalah satu Persona yang ajaib. Persona yang ajaib ini memiliki dua sifat, sifat ilahi dan sifat insani. Sebagaimana daging di dalam ayat 3 mengacu kepada esens insani Kristus, demikian juga Roh itu di dalam ayat 4 bukan mengacu kepada Persona Roh Kudus Allah, melainkan mengacu kepada esens ilahi Kristus, yang adalah “kepenuhan ke-Allahan” (Kol. 2:9).
Injil ini berkenaan dengan satu Persona yang ajaib yang menjadi daging dan dinyatakan sebagai Putra Allah menurut Roh kekudusan. Bagi Kristus untuk dinyatakan sebagai Putra Allah menurut Roh kekudusan itu berbeda dengan fakta bahwa Dia adalah Putra Allah dalam kekekalan. Sebagai Putra Allah yang kekal, Dia tidak memiliki sifat insani. Tetapi Dia dinyatakan sebagai Putra Allah dalam kebangkitan sangat banyak berhubungan dengan sifat insani-Nya. Yesus Kristus, manusia dalam daging ini, telah dinyatakan sebagai Putra Allah.
Sebagai Persona yang demikian ajaib ini, Dia telah menjadi model, pola, dari semua orang yang akan dinyatakan sebagai putra-putra Allah. Seorang Putra Allah harus memiliki sifat ilahi dan sifat insani yang bangkit, dimuliakan, dan dipertinggi. Haleluya, Dialah teladan kita yang sejati dan unggul.
1 Tesalonika 2:1-12 memperlihatkan bagaimana seharusnya kita berperilaku sebagai teladan bagi kaum beriman baru. Untuk menjadi teladan yang tepat, kita perlu murni, jujur dan setia, tidak bermulut manis atau serakah, tidak mencari kemuliaan manusia, tidak mencari pujian manusia, mengasuh kaum beriman, memberikan jiwanya bagi kaum beriman, hidup layak kepada Allah, membicarakan firman Allah. Selain itu, perlu hidup dalam kasih Tubuh Kristus (1 Tes. 3:6-8, 5:25, 2 Tes. 3:1-2). Hanya dengan memiliki teladan, baru kita bisa memberi makanan firman kepada orang lain.

Karena Kristuspun ... telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. (1 Ptr. 2:21b)