Hitstat

29 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 2 Sabtu

Iman yang Melalui Pengujian
1 Petrus 1:6-7a
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu.

Ayat Bacaan: 1 Ptr. 1:6-7; Rm. 10:17; Rm. 8:28

Alkitab memperlihatkan kepada kita, tidak ada satu iman yang tidak melalui pengujian. Semua iman kaum beriman, pasti melewati pengujian. Allah menguji iman kita supaya kita bertumbuh. Tidak ada orang Kristen yang imannya tidak melalui pengujian. Satu-satunya jalan supaya iman bertumbuh adalah melalui pengujian. Kita datang ke hadapan Allah dan menerima semua anugerah Allah melalui iman. Ketika iman kita melalui pengujian, kita dengan sendirinya mengalami pertumbuhan.
Allah berkata bahwa Anak-Nya adalah hayat kita, dan kemenangan kita, kita tahu bahwa Dia memikul segala beban berat kita dan segala tanggung jawab kita. Dia di dalam kita menyuplai segala keperluan kita. Puji syukur kepada Allah! Kita percaya, kita juga tahu bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu. Dia mengatur lingkungan bagi kita, membuat segala sesuatu bekerjasama untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm. 8:28).
Pada saat-saat biasa, Allah selalu ingin mengaruniai, memperhatikan, menopang, dan menyuplai anak-anak-Nya. Pada aspek lain pada saat- saat yang diperlukan Allah ingin mengganjar (mendisiplinkan) dan menguji anak-anak-Nya. Inilah cara Allah menguji iman kita.
Sebagai contoh, sebelum kita percaya Tuhan, kita merasakan hidup kita sangat nyaman, ada kesulitan tetapi masih dapat kita atasi, tetapi setelah percaya Tuhan, dalam keluarga mulai ada masalah, ekonomi juga tidak begitu baik, saat – saat seperti inilah iman kita mulai diuji, bagaimanakah respon kita terhadap Tuhan? Kita perlu mengenal bahwa dalam situasi apapun ada Allah yang turut bekerja untuk memurnikan iman kita.
Allah adalah sumber iman dan firman Allah pun adalah sumber iman kita. Karena itu kita harus percaya kepada Allah dan firman-Nya. ”Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rm. 10:17). Hanya melalui firman-Nya kita bisa mengenal janji Allah. Karena kita telah mengenal janji-Nya maka kita akan mempercayai Allah sesuai dengan janji-Nya tersebut. Inilah sumber kekuatan iman kita.

28 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 2 Jumat

Hamba-Penyelamat Diuji
Markus 1:13
Di padang gurun itu selama empat puluh hari Ia dicobai oleh Iblis. Ia tinggal bersama dengan binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:12-13; Yoh. 1:1, 14; Ef. 6:17

Kita telah nampak bahwa langkah pertama dari perkenalan Tuhan ke dalam ministri-Nya adalah baptisan. Sekarang kita harus berlanjut untuk melihat bahwa langkah yang kedua adalah Dia yang diuji. Setelah Tuhan dibaptiskan, Dia perlu diuji agar integritas-Nya dibuktikan.
Mengenai hal ini, Markus 1:12 berkata, “Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun.” Setelah penerimaan dan pengurapan Allah, hal pertama yang dilakukan Roh terhadap Hamba Allah ini adalah memimpin Dia ke dalam suatu ujian untuk membuktikan integritas-Nya. Karena Dia tidak hidup dan bergerak demi diri-Nya sendiri, Roh Allah dapat memimpin Dia ke padang gurun. Ketaatan-Nya kepada Roh membuktikan bahwa Dia sepenuhnya setia kepada baptisan-Nya. Melalui kedua langkah perkenalan-Nya — baptisan dan diuji — Tuhan dipandu ke dalam pelayanan-Nya. Setelah Dia diuji dan telah terbukti bahwa Dia adalah persona yang tepat untuk melaksanakan pelayanan ini, Dia kini dapat masuk ke dalam pelayanan-Nya bagi Allah. Puji Tuhan! Tuhan kita telah lulus dari segala pengujian. Jika dalam kehidupan dan pelayanan kita ingin berperang dengan mengandalkan diri sendiri, kita pasti gagal. Tetapi, setiap kali kita berperang dengan disertai Kristus dan memanfaatkan Dia dengan iman kita, kita pasti menang.
Dalam kitab Matius ketika Tuhan menghadapi ujian Tuhan selalu mengunakan firman untuk mengalahkan musuh. Hari ini Dia adalah Firman yang tinggal di antara kita (Yoh. 1:1, 14). Ketika kita berdasarkan kepada firman-Nya, musuh tidak dapat berkata apa-apa, pun tidak dapat berbuat apa-apa terhadap-Nya. Tuhan pernah diuji secara tuntas, dan Dia tidak saja pernah diuji dan dibuktikan oleh Allah, melainkan juga oleh manusia dan Iblis. Tatkala Dia keluar dari pengujian ini, Dia membuktikan bahwa Dia telah menang, karena itu Dia bersyarat untuk menaungi kita. Kita perlu bersukacita karena Kristus adalah firman dan Roh itu. Kristus yang adalah firman dan Roh itu menjadi ketopong keselamatan dan pedang Roh bagi kita (Ef. 6:17).

27 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 2 Kamis

Dikasihi dan Diperkenan Bapa
Markus 1:11
Lalu terdengarlah suara dari surga, “Engkaulah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Ayat Bacaan: Mrk. 1:11; Mat. 26:42; 1 Tim. 2:4

Dalam Markus 1:11 ini terdapat pengakuan Bapa di surga bahwa Yesus adalah Anak-Nya yang terkasih dan yang berkenan kepada-Nya. Pengakuan ini terjadi setelah Tuhan menerima baptisan air dan Roh Kudus. Kedatangan Tuhan untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis menunjukkan bahwa Dia tidak ingin hidup, bertindak, berbicara, atau bekerja oleh diri-Nya sendiri. Tuhan ingin mengakhiri diri-Nya sendiri dan dikuburkan. Karena itu, baptisan Tuhan menunjukkan bahwa Dia tidak akan hidup, berbicara, atau berbuat apa pun oleh diri-Nya sendiri, tetapi hidup demi Allah, berjalan demi Allah, dan melayani demi Allah. Dia benar-benar adalah seorang Hamba bagi Allah.
Selama tiga puluh tiga setengah tahun, Tuhan hidup di dalam prinsip pengakhiran dan perbauran dengan Bapa sehingga Bapa mengakui-Nya sebagai yang dikasihi dan yang diperkenan. Ketersaliban-Nya adalah bukti bahwa Dia hidup mutlak bagi kehendak Allah bukan bagi kehendak-Nya sendiri (Mat. 26:42). Dia rela mengesampingkan semua kehendak-Nya. Hari ini bagaimana dengan diri kita?
Apakah kita yakin bahwa kita adalah anak-anak yang dikasihi Allah dan yang diperkenan oleh Allah? Apakah kita yakin bahwa kita akan menerima pengakuan Bapa seperti yang diterima oleh Tuhan kita? Jika kita damba menjadi anak yang dikasihi dan diperkenan Bapa maka kita perlu meneladani Tuhan kita. Kita perlu menjadi orang yang mendambakan agar kehendak Allah digenapi yaitu semua orang beroleh selamat dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim. 2:4), sehingga kita rela membayar harga serta rela mengesampingkan kesenangan kita, hobi kita ataupun kepentingan kita bagi kehendak Allah. Kehidupan kita harus riil dan tidak agamis, apa yang kita jamah, apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, kapan saja dan dimana saja adalah kesempatan untuk membayar harga. Inilah jalan bagi kita untuk menjadi perkenan-Nya. Marilah kita bersama-sama memberitakan Injil, merawat setiap kaum beriman supaya setiap orang bisa diperkenan oleh Allah.

26 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 2 Rabu

Baptisan Roh Kudus
Markus 1:8
Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:8; Gal. 3:27; Rm. 6:3; Mat. 28:19; 1 Kor. 12:13; Yoh. 3:3, 5; 1 Kor. 12: 13

Dibaptis dalam Roh Kudus adalah dipenuhi Roh Kudus secara lahiriah, sama seperti baptisan. Seseorang dibaptis adalah dicelupkan ke dalam air, membiarkan air menggenangi dirinya dan membiarkan air memenuhi luarnya. Demikian juga, kita dibaptis di dalam Roh Kudus adalah kita dicelupkan dan masuk ke dalam Roh Kudus agar Roh Kudus menggenangi diri kita dan memenuhi kita. Maka ketika kita dibaptis ke dalam Kristus (Gal. 3:27; Rm.6:3), ke dalam Allah Tritunggal (Mat. 28:19), bahkan ke dalam Tubuh Kristus — (1 Kor. 12:13), kita disatukan dengan Kristus dalam satu Roh (1 Kor. 6:17). Melalui pembaptisan di dalam air dan Roh yang sedemikian itulah maka orang-orang yang percaya akan Kristus dilahirkan kembali ke dalam Kerajaan Allah, ke dalam lingkungan hayat ilahi dan pemerintahan ilahi (Yoh. 3:3,5), sehingga mereka dapat hidup dengan hayat kekal Allah dalam kerajaan-Nya.
Dengan menerima baptisan Roh Kudus, maka kita adalah orang yang telah dibaurkan ke dalam Roh Kudus. Namun mengapa dalam pengalaman kita seringkali kita merasa lemah? Mengapa sering kali kita tidak memiliki kekuatan untuk memberitakan Injil? Mengapa kita merasa tidak mempunyai kekuatan berdoa? Alasanya adalah karena kita tidak mempertahankan kondisi kita berbaur dengan Roh itu. Itulah sebabnya Paulus di dalam 1 Korintus 12:13 berkata “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Agar kita dapat terus menerus tinggal dalam realitas perbauran dengan Roh itu, maka tidak cukup bagi kita hanya memiliki fakta baptisan Roh Kudus. Kita perlu terus menerus mengalami pengalaman baptisan Roh Kudus melalui minum dari Roh itu dengan senantiasa berseru kepada Tuhan dimanapun kita berada. Ini adalah menimba air dengan sukacita dari-Nya sebagai sumber air hidup. Inilah jalan bagi kita untuk senantiasa kuat di dalam Tuhan (Ef. 6:10). Ketika air hidup ini masuk, air hidup ini akan meresapi seluruh diri kita, membuat kita diubah, diserupakan dan dimuliakan. Inilah pengharapan kita sebagai anak-anak Allah.

25 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 2 Selasa

Baptisan Pertobatan
Markus 1:4
Demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:4; Ibr. 12:1

Dalam Perjanjian Baru, kata “bertobat” berarti menyadari bahwa diri kita hanya pantas dikubur. Itulah sebabnya mengapa Yohanes Pembaptis tidak mengajarkan orang-orang yang bertobat mengenai apa yang harus mereka perbuat, melainkan ia hanya membaptis - menguburkan mereka. Penguburan ini menandakan pengakhiran manusia usang dan cara hidup yang lama sehingga suatu permulaan baru dapat dinyatakan di dalam kebangkitan melalui Kristus sebagai Sang Pemberi-hayat.
Cara hidup kita yang lama mengacu kepada seluruh perkara penghidupan lama kita pada saat kita belum diselamatkan. Setelah kita diselamatkan, kita tidak boleh hanya mengakhiri semua ketidakbenaran, ketidaktepatan, dan kejahatan dan perkara-perkara kotor, melainkan kita juga harus mengakhiri seluruh perkara penghidupan yang dulu, termasuk segala tradisi dan agama dan memiliki permulaan yang baru. Kita harus dengan tuntas mengakhiri segala dosa-dosa kita, tradisi dan agama.
Pengakhiran cara hidup yang lama ini adalah suatu pengalaman awal dari seorang Kristen, namun hal ini mempunyai dampak yang dalam terhadap perjalanannya bersama Tuhan di masa yang akan datang. Ketika cara hidup yang lama kita berakhir, ambisi dan perhatian kita terhadap dunia akan berubah, penilaian dan sudut pandang kita terhadap orang-orang dan segala perkara juga berubah, dan tujuan kehidupan kita berbeda dengan sebelumnya. Kita harus sangat waspada supaya tetap tidak terpengaruh oleh cara penghidupan orang-orang dunia termasuk seluruh kebiasaan dan cara berpikir mereka, misalkan cara berpakaian mereka, tutur kata mereka, dan sebagainya. Kita harus membangun suatu cara hidup yang baru, suatu cara hidup di dalam roh. Demikianlah kita dapat terlepas dari segala kecemasan, meninggalkan segala beban kita di belakang, dan menjalani pertandingan di dalam jalan Tuhan. Para pelari dalam suatu perlombaan harus menanggalkan segala beban yang tidak perlu, sehingga tidak ada yang dapat merintangi untuk memenangkan perlombaan (Ibr. 12:1).

24 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 2 Senin

Mempersiapkan dan Meluruskan Jalan bagi Tuhan
Markus 1:3
Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:3; Kol. 1:21; Luk. 1:17

Keselamatan Allah adalah Tuhan masuk ke dalam manusia, menjadi penyelamat dan hayat manusia. Jika kita ingin mendapatkan keselamatan Allah, kita harus membiarkan Tuhan masuk ke dalam diri kita sebagai hayat kita. Namun seringkali tidaklah mudah bagi Tuhan untuk masuk ke dalam diri kita. Mengapa? Sebab sebagai manusia kita ini tidaklah sederhana. Di dalam batin kita sangatlah rumit.
Cobalah renungkan sejenak betapa banyak angan-angan, pikiran, kesenangan dan ketidaksenangan, maksud hati, hasrat, keputusan yang kita miliki di dalam kita. Renungkanlah juga betapa sering angan-angan kita itu jauh dari Allah dan diduduki oleh perkara-perkara yang bukan Allah, seperti filsafat dan kebudayaan. Bahkan seringkali kita memusuhi Allah di dalam pikiran dan hati kita (Kol. 1:21). Lalu bagaimana mungkin Kristus dapat masuk ke dalam kita? Agar Kristus dapat masuk ke dalam kita, maka jalan untuk Tuhan perlu dipersiapkan dan diluruskan.
Mempersiapkan jalan untuk Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya adalah memalingkan angan-angan kita kepada Tuhan dan membetulkan hati kita serta meluruskan setiap bagian hati kita melalui pertobatan agar Tuhan, Hamba-Penyelamat dapat masuk ke dalam kita menjadi hayat kita (Luk. 1:17). Inilah pertobatan yang sejati.
Jadi, bertobat adalah mempersiapkan jalan untuk Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya, supaya Tuhan masuk ke dalam kita. Kalau kita tidak bertobat, tidak ada perubahan dalam pikiran, tidak memalingkan seluruh diri kita kepada Allah, sekalipun Tuhan mau masuk ke dalam kita supaya kita mendapatkan karunia keselamatan Allah, Tuhan tetap tidak ada jalan untuk masuk. Tetapi kapan kala pikiran kita berpaling kepada Allah, membuka jalan bagi Tuhan, Ia segera masuk ke dalam kita, menjadi karunia keselamatan kita. Ketika hati kita berpaling kepada Tuhan, selubung itu diambil. Jadi memalingkan hati adalah penyingkapan selubung. Pertobatan yang demikian ini perlu menjadi penghidupan kita sehari-hari agar Kristus memiliki jalan di atas diri kita.

23 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 2 Minggu

Injil Yesus Kristus - Penggenapan Janji Allah
Markus 1:1
Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.

Ayat Bacaan: Mrk. 1:1; Rm. 10:15; Kej. 1:15; 1 Yoh. 3:8

Pelayanan Tuhan Yesus sebagai Hamba Penyelamat kepada umat-Nya adalah pelayanan Injil. Dia datang ke bumi menjadi hamba untuk menyelamatkan orang-orang dosa. Ini sungguh adalah Injil yang merupakan berita sukacita (Rm. 10:15). Di dalam rencana kekal-Nya, Allah berencana untuk menciptakan segala sesuatu dan mendapatkan manusia untuk menggenapkan tujuan kekal-Nya. Namun akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa. Segera setelah kejatuhan manusia, Allah memberikan janji yang sungguh menakjubkan bagi kita. Janji ini adalah perkataan Allah sendiri dalam Kejadian 3:15, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Puji Tuhan atas janji Allah ini yang telah digenapkan oleh Tuhan Yesus. Dia adalah keturunan perempuan yang telah datang dan telah meremukkan kepala si ular. Dia datang ke bumi untuk mematikan perbuatan-perbuatan Iblis (1 Yoh. 3:8). Betapa besar janji ini! Inilah Injil! Di dalam penghidupan kita sebagai anak-anak Allah seharusnya kita berpegang pada janji ini. Janji Allah diucapkan melalui perkataan-Nya sendiri yaitu dalam firman-Nya dan selalu Dia genapkan. Karena itu kita tidak perlu menjadi kuatir, takut dan putus asa. Menghadapi kesulitan dan pencobaan seharusnya membawa kita kembali berpaling kepada janji-janji firman-Nya.
Dikatakan dalam 1 Petrus 5: 7, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu.” Saudara saudari inilah janji firman-Nya. Kita tidak menanggung sendirian, semua beban dan penderitaan telah dilalui oleh Tuhan kita. Janji Allah akan membawa kita melampaui semua kesulitan. Dia selalu memelihara kita dan kita tidak mungkin kekurangan. Kita harus kembali dan percaya kepada firman-Nya. Perlulah bagi kita untuk terus menuntut firman-Nya, karena inilah yang menjadi kekuatan dan dorongan bagi kita. Kristus adalah ” Ya” wujud jawaban pengenapan dari semua janji Allah yang diberikan kepada kita.

22 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 1 Sabtu

Hamba yang Ditinggikan
Filipi 2:9
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama

Ayat Bacaan: Flp. 2:9; Mat. 20:27

Hasil dari ketaatan Kristus adalah Allah meninggikan Dia. Tuhan Yesus sangat merendahkan diri-Nya, tetapi Allah meninggikan-Nya ke puncak yang tertinggi dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Kehidupan seorang yang mengasihi Allah seharusnya mirip dengan kehidupan Tuhan Yesus ketika Ia di bumi. Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Dalam Matius 20:27 dikatakan, “dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.” Inilah prinsip Allah. Jika ingin menjadi yang pertama harus mau merendahkan diri, menjadi hamba. Tuhan kita adalah seorang hamba yang merendahkan diri-Nya.
Hari ini status kita tidak saja disebut sebagai anak-anak Allah tetapi juga manusia milik Allah. Di dalam kita memiliki sifat dan hayat Allah. Tentu pola kehidupan-Nya wajiblah kita teladani dan ikuti. Kita tidak boleh melupakan status kita sebagai manusia milik Allah, sebab hal ini akan mempengaruhi cara kita hidup. Status seorang manusia milik Allah adalah sebagai hamba. Semakin kita merendah di hadapan manusia, maka Allah akan meninggikan kita. Kebanyakan orang Kristen telah menjual status mereka, mereka hidup dalam keangkuhan seperti orang-orang dunia pada umumnya.
Pandangan orang dunia pada umumnya adalah semakin tenar namanya, semakin cakap dan mampu, semakin memiliki ambisi, itu semakin baik, karena mereka mengharapkan mendapat pujian dan penghargaan dari manusia. Manakah yang lebih kita dambakan, mendapat pujian dari manusia atau dari Allah? Kita harus menjadi orang Kristen yang berbeda. Kita perlu dibawa kepada tingkatan yang lebih tinggi, tingkatan yang memperhidupkan kehidupan manusia milik Allah – menjadi hamba. Kita tidak boleh dengan sembarangan bertingkah laku atau berbicara dengan begitu bebas. Orang-orang kudus yang terkasih, kita tidak boleh lupa bahwa status kita adalah manusia milik Allah. Rela direndahkan oleh tangan Allah dalam pendisiplinan-Nya merupakan syarat mutlak untuk ditinggikan oleh tangan Allah.

21 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 1 Jumat

Taat Sampai Mati di Kayu Salib
Filipi 2:8
Dan dalam keadaan sebagai manusia, ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Ayat Bacaan: Flp. 2:8-9; Rm. 5:19

Merendahkan diri-Nya sendiri adalah langkah lebih lanjut dari pengosongan diri-Nya. Ini adalah tindakan Kristus yang menyatakan bahwa Dia adalah seorang hamba. Kedatangan Tuhan ke bumi pada satu pihak Dia melepaskan kekuasaan-Nya, dan di pihak lain Ia mengambil ketaatan. Ketaatan adalah salah satu karakter dari seorang hamba. Mari kita renungkan sejenak, sebenarnya bagi Tuhan tidak begitu mudah untuk taat. Ketaatan Tuhan lebih sulit daripada Ia menciptakan langit dan bumi. Oleh karena Dia harus mengosongkan kekuasaan dan kemuliaan dari ke-Allahan-Nya. Ia terlebih dulu harus mengenakan rupa seorang hamba, barulah Ia layak dikatakan taat. Ketaatan dalam ke-Allahan adalah perkara yang paling ajaib dalam alam semesta. Ia taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib, kematian yang menyakitkan dan mengaibkan.
Hari ini banyak orang bertanya, “Mengapa aku harus taat?” Atau mungkin mereka berkata, “Aku adalah seorang saudara, kamu juga seorang saudara. Lalu, mengapa aku harus taat kepadamu?” Sebenarnya, manusia tidak berhak mengucapkan perkataan itu, hanya Tuhan yang bersyarat mengatakannya. Tetapi Tuhan tidak pernah mengatakan perkataan semacam itu, bahkan pikiran semacam itu pun tidak ada di dalam benak-Nya.
Puji syukur kepada Tuhan karena melalui ketaatan-Nya, kita semua hari ini telah dibenarkan (Rm. 5:19). Sebagai orang-orang yang telah ditebus kita dapat dibenarkan di hadapan Allah. Sebagai umat tebusan-Nya asalkan kita mau merendahkan diri tentu akan mudah bagi kita untuk taat. Dan bila kita mau belajar taat, tidak hanya diri kita yang mendapatkan faedah rohani, orang lain pun akan diberkati karena kita.
Kita perlu mengenal kehidupan Tuhan secara mendalam. Ini akan membuat kita terkesan dan terdorong untuk rela menjadi taat. Orang yang mengenal Tuhan, dengan sendirinya akan taat. Kristus adalah teladan ketaatan yang sempurna. Hidup dalam ketaatan berarti hidup dalam prinsip Kristus. Karena itu, orang yang dipenuhi dengan Kristus pasti dipenuhi dengan ketaatan.

20 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 1 Kamis

Mengambil Rupa Seorang Hamba
Filipi 2:7
Melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Ayat Bacaan: Flp. 2:7; 1 Ptr. 5:5

Kelahiran Tuhan Yesus di atas bumi adalah kedatangan Allah. Dia tidak mempertahankan kekuasaan-Nya sebagai Allah, tetapi sebaliknya Dia mengambil keterbatasan manusia, bahkan keterbatasan sebagai seorang hamba. Dia mengarahkan hati-Nya untuk mengambil rupa seorang hamba, rela dibatasi oleh ruang dan waktu. Ketika Tuhan datang ke bumi, Ia telah menuangkan, mengosongkan kemuliaan, kekuasaan, derajat, dan rupa ke-Allahan-Nya.
Di dalam ayat ini terdapat frase, “…mengosongkan diri-Nya...”. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa sikap yang Dia tampilkan sebagai seorang hamba adalah menanggalkan rupa, ekspresi lahirah dari ke-Allahan-Nya. Dia mengesampingkan semua apa yang dimiliki-Nya. Dia adalah Allah yang penuh dengan kuasa, mampu dan berhak melakukan apapun, bebas bertindak seturut kehendak hati-Nya. Tetapi Dia sangat menyadari posisi-Nya sebagai manusia adalah seorang hamba. Seorang hamba tidak bisa bertindak bebas, melainkan dibatasi. Inilah teladan Tuhan kita.
Pernahkah timbul pertanyaan dalam benak kita, mengapa Tuhan mau dan rela menempuh jalan yang demikian? Menjadi seorang hamba yang menurut pandangan umum adalah rendah, tidak dipandang, bahkan dikucilkan. Jawabannya adalah karena Dia begitu mengasihi kita. Demi mendapatkan hati kita dan untuk menyelamatkan kita, Dia rela merendah sedemikian. Pertanyaannya, bagaimanakah respon kita hari ini terhadap-Nya? Adakah kita hati yang mendambakan dan mencari Dia?
Saudara saudari, baiklah kita mengikuti teladan-Nya, menjadikan-Nya pola dalam kehidupan kita. Dimulai dari kehidupan kita sehari-hari, belajar memiliki hati yang merendah dan memperhatikan kepentingan orang lain. Seperti dalam 1 Petrus 5:5, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Inilah yang diperkenan oleh Allah. Yang Tuhan perkenan adalah bagaimana hati dan sikap kita. Kita perlu memiliki hati dan sikap yang merendah. Kiranya kita mau terus melatih diri kita, belajar semakin mengenal dan mengikuti Dia sebagai teladan kita.

19 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 1 Rabu

Menyerahkan Nyawa-Nya ke Dalam Maut
Yesaya 53:12b
... Karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Ayat Bacaan: Yes. 53:12b; Luk. 23:34; Yoh. 12:27; Mat. 26:38; 2 Kor. 5:14-15

Tuhan mencurahkan nyawa-Nya ketika ia mati di atas salib. Ia disalibkan di antara kedua penyamun dan karenanya terhitung bersama para pemberontak. Fakta bahwa la menanggung dosa banyak orang dan berdoa syafaat bagi para pemberontak digenapi oleh doa Tuhan di salib, “Ya Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34a).
Sungguh, tak seorang pun dapat memahami betapa berat penderitaan jiwa-Nya di atas salib. Kita sering mengingat akan kesengsaraan tubuh-Nya, tetapi melupakan perasaan jiwa-Nya. Satu minggu menjelang hari Paskah, Ia sudah berkata, “Sekarang jiwa-Ku cemas” (Yoh. 12:27; TL.). Perkataan ini ditujukan kepada salib. Tatkala Ia berada di taman Getsemani, Ia berkata, “Jiwa-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Mat. 26:38; TL.). Tanpa kedua perkataan-Nya tersebut, hampir tak terpikir oleh kita akan kesengsaraan dalam jiwa-Nya. Yesaya 53:10-12 tiga kali mengatakan Ia menyerahkan jiwa-Nya dan mencurahkannya hingga mati. Karena Ia demikian menanggung laknat dan aib salib, maka setiap orang yang percaya dan bersandar kepada-Nya, tidak lagi terkutuk dan terhina.
Kiranya mata rohani kita dapat melihat dengan jelas Tuhan Yesus yang tersalib. Oh, kematian-Nya adalah kematian yang paling menderita di dunia ini! Tidak ada orang yang mati seperti mati-Nya. Penuh dengan hati kasih mau menyelamatkan orang dunia. Demikianlah Dia mati bagi orang dunia.
Ketika kita melihat kasih Tuhan yang demikian besar, dan penderitaan-Nya di atas kayu salib, bagaimanakah reaksi kita? Rasul Paulus adalah seorang yang dikuasai oleh kasih Tuhan yang demikian mendesaknya, sehingga membuatnya tidak lagi hidup bagi dirinya, melainkan mempersembahkan diri untuk hidup bagi-Nya (2 Kor. 5:14-15).
Marilah kita mempersembahkan dan mencurahkan seumur hidup kita bagi-Nya, mengasihi dan melayani Dia. Kiranya Tuhan membuka mata rohani kita terhadap apa yang telah Tuhan rampungkan bagi kita di atas kayu salib dan dengan sukacita mempersembahkan diri kita kepada-Nya.

18 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 1 Selasa

Memikul Semua Penyakit dan Kesengsaraan Kita
Yesaya 53:4-5
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, ...dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ...oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Ayat Bacaan: Yes. 53:4-5; Ibr. 6:5

Apa yang dijelaskan dalam ayat-ayat di atas berkaitan dengan kematian Tuhan di atas salib. la menanggung penyakit kita dan memikul kesengsaraan kita. Dia tertikam karena pemberontakan kita dan diremukkan bagi kejahatan kita. Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita, yaitu, ganjaran untuk damai sejahtera kita, ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh.
Yesaya 53:4-5 menunjukkan dengan sangat jelas bahwa dalam kematian-Nya yang menebus di atas salib, Kristus telah memikul semua kelemahan dan menanggung penderitaan kita; selain itu, melalui ganjaran-Nya kita menerima damai dan oleh bilur-bilur-Nya kita disembuhkan. Tidak seorang pun yang dapat disembuhkan di hadapan Allah tanpa kematian Kristus bagi penebusan kita.
Penebusan Kristus telah menggenapkan dua perkara: mengampuni dosa-dosa kita dan menyembuhkan penyakit kita. Tanpa kematian Kristus tidak ada kesembuhan. Banyak orang Kristen menekankan kesembuhan ajaib, tetapi mereka tidak tahu bahwa kesembuhan adalah perampungan kematian Kristus. Kesembuhan ajaib seperti ini dalam Ibrani 6:5 disebut “kuasa-kuasa dunia yang akan datang.”
Mungkin kita merasa bahwa saat ini kita adalah orang yang tidak memiliki penyakit. Memang secara jasmani demikian, namun ketika kita melihat kondisi batin kita, dapatkah kita mengatakan demikian? Adanya penyakit menandakan suatu kondisi yang tidak normal, dan setiap penyakit akan membawa kepada kesengsaraan. Adakah dosa, iri hati, cinta akan uang, dan keduniawian dalam hati kita? Bukankah sedikit banyak, perkara tersebut ada di dalam hati kita? Semuanya itu akan membuat kita tidak dapat memiliki hubungan yang sehat dengan Tuhan dan akan menjadi selubung kita.
Sebab itu marilah kita datang kepada-Nya, karena Dialah yang sanggup menyembuhkan segala penyakit kita, baik jasmani maupun rohani. Janganlah kita tertipu oleh perasaan ataupun keadaan kita. Secara sederhana, kita bisa datang kepada-Nya, dan di dalam terang-Nya kita akan disembuhkan.

17 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 1 Senin

Hamba Allah yang Setia
Yesaya 42:3
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.

Ayat Bacaan: Yes. 42:3; Kej. 4:26; Rm. 10:13

Tuhan tidak akan memutuskan buluh yang patah terkulai atau me­madamkan sumbu yang pudar nyalanya. Buluh, dalam Alkitab melam­bangkan orang yang rapuh, orang yang tidak dapat menahan tekanan. Orang-orang Yahudi sering membuat suling dari buluh. Ketika buluh sudah patah terkulai dan tidak berguna lagi sebagai alat musik, mereka lalu memutus­kannya. Mereka juga membuat obor rami dengan bahan bakar minyak. Bila minyaknya habis, rami itu berasap, dan mereka lalu memadamkannya.
Hakiki kita sebagai manusia di dunia ini adalah rapuh. Tak peduli dipandang dari sudut jasmani, atau psikologi, dalam urusan pekerjaan, atau urusan moral, kita semua rapuh. Demikian pula di aspek kejiwaan kita. Sedikit kesulitan bisa membuat kita merasa sakit; sedikit perkara yang menyedihkan bisa membuat kita kuatir; sedikit perkara yang menakutkan bisa membuat kita cemas dan gelisah. Sesungguhnya, hari ini jarang sekali orang yang jiwanya tidak labil, hanya saja, ada orang yang kelabilan jiwanya agak ringan, ada yang agak berat. Semuanya ini menyatakan betapa rapuhnya jiwa manusia.
Namun Tuhan tidak akan “memutuskan” orang-orang yang patah terkulai yang tidak dapat memperdengarkan suara musik atau memadamkan orang-orang yang seperti obor yang pudar nyalanya yang tak dapat bercahaya menerangi sekitarnya. Tuhan tidak akan memutuskan buluh yang patah terkulai ataupun memadamkan orang-orang yang seperti obor yang pudar nyalanya.
Karena itu, saudara saudari yang terkasih, kita patut mengucap syukur, walaupun kita adalah orang yang rapuh, kita dengan penuh keberanian dapat datang kepada-Nya, karena Dia tidak menolak dan membuang kita. Sama seperti Enos, generasi ketiga umat manusia yang menyadari kelemahannya dan mulai memanggil nama Tuhan (Kej. 4:26). Marilah kita menjadi orang yang senantiasa datang dan berseru pada-Nya, sehingga Dia menyelamatkan kita (Rm. 10:13). Menyeru nama Tuhan akan langsung menghasilkan keselamatan, dan membawa kita kembali kepada kenikmatan atas kekayaan nama-Nya.

16 February 2008

Markus Volume 1 - Minggu 1 Minggu

Hamba yang Dipilih dan Diperkenan Allah
Yesaya 42:1
Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.

Ayat Bacaan: Yes. 42:1-2; 9:5; Ef. 1:4; Mat. 25:14-30; Kis. 13:22

Tuhan Yesus, sangatlah ajaib dan almuhit. Bahkan nama-Nya disebut Ajaib (Yes. 9:5). Tuhan sangat ajaib bukan hanya di dalam keilahian-Nya melainkan juga dalam keinsanian-Nya. Dimanakah kita dapat nampak potret keinsanian Tuhan Yesus? Injil Markus memperlihatkan kepada kita ekspresi yang indah dari kebajikan Kristus dalam keinsanian-Nya.
Dalam Injil Markus tidak terdapat Allah-Penyelamat, sebagaimana terdapat dalam Injil Yohanes, Raja-Penyelamat sebagaimana dalam Injil Matius, atau Manusia-Penyelamat sebagaimana dalam Injil Lukas. Injil Markus menyajikan satu aspek khusus Kristus, aspek keinsanian Tuhan sebagai seorang Hamba.
Kita dapat melihat gambaran Tuhan Yesus sebagai Hamba Penyelamat dalam berbagai kitab. Kitab Yesaya merupakan salah satu kitab yang melukis­kan Kristus sebagai Hamba TUHAN. Yesaya 42:1-2 menunjukkan bahwa Yesus Kristus sebagai Hamba Allah, adalah pilihan Allah dari antara milyaran manusia. Karena Dia adalah pilihan Allah, maka Allah berkenan kepada-Nya. Karena itu, Dia menjadi kesenangan hati Allah.
Sebagaimana halnya dengan Tuhan Yesus yang telah dipilih dan diperkenan oleh Allah, demikian juga dengan kita. Efesus 1:4 mengatakan bahwa Allah telah memilih kita, bahkan sebelum dunia dijadikan. Sebagai orang yang dipilih demikian, kita semua adalah hamba-hamba Allah (Mat. 25:14-30). Yang dilihat dari seorang hamba adalah pelayanannya. Karena itu marilah, teladan Tuhan Yesus ini menjadi dorongan bagi kita untuk lebih giat lagi melayani. Kiranya pelayanan kita menjadi pelayanan yang diperkenan oleh Allah, seperti Allah mendapatkan Daud menjadi orang yang berkenan di hati-Nya (Kis. 13:22).
Semoga ketika kita bertemu dengan-Nya, Dia dapat berkata bahwa kita adalah hamba yang baik dan setia (Mat. 25:21, 23). Baik dan setia disini berarti dengan sebaik mungkin mengerjakan tugas pelayanan kita dan setia bertahan sampai pada akhirnya. Oleh karena itu, dalam melayani Tuhan hati kita harus murni, tidak ada motivasi lain, hanya mau mencari dan mendapat perkenan Allah, karena Dialah satu-satunya Tuan kita.

08 February 2008

Matius Volume 9 - Minggu 4 Sabtu

Aku Menyertai Kamu Senantiasa
Matius 28:20
Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.

Matius 28:20b mengatakan, “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” Raja Surgawi ialah Imanuel, Allah beserta kita (Mat. 1:23). Di sini Ia berjanji akan senantiasa beserta dengan kita dalam kebangkitan-Nya dengan segala kekuasaan sampai pada akhir zaman, yaitu sampai pada akhir zaman ini. Sebab itu, di mana pun kita berada, kita dihimpunkan ke dalam nama-Nya, maka Ia ada di tengah-tengah kita (Mat. 18:20). Matius membuktikan bahwa Ia sebagai Imanuel, adalah Raja Surgawi yang senantiasa beserta umat-Nya sampai Ia kembali.
Sebagai Raja dalam kerajaan bersama umat kerajaan, Tuhan beserta dengan kita senantiasa sampai akhir zaman. Tuhan beserta dengan kita hari ini, dan Ia akan beserta dengan kita besok; tidak satu hari pun terkecuali. Ia akan menyertai kita sampai akhir zaman. Ini menunjukkan kepada akhir zaman yang adalah saat parousia Tuhan, kedatangan Tuhan. Akhir zaman, kesudahan zaman itu akan merupakan kesengsaraan besar. Kita tidak mau berada di sini pada saat itu. Sebaliknya, kita ingin terangkat ke dalam parousia Tuhan, ke dalam hadirat-Nya. Inilah perihal kerajaan. Dalam kebangkitan, Tuhan beserta kerajaan kebenaran-Nya tertampil, dan kita memiliki kekuasaan, perintah, dan kedudukan untuk menjadikan bangsa-bangsa murid-murid-Nya. Dengan cara inilah kerajaan berkembang luas.
Ketika kita pergi dan memuridkan bangsa-bangsa, membaptis mereka ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, kita menikmati kehadiran Tuhan senantiasa, setiap hari, sampai kepada akhir zaman. Hari ini, Kristus tidak lagi dibatasi oleh waktu dan ruang. Dia dapat berhuni di dalam semua orang yang percaya kepada-Nya. Kristus telah menjadikan diri-Nya begitu tersedia sehingga siapa pun dapat menerima dan mengalami Dia.

Mat. 28:20; 1 Ptr. 1:7; Yoh. 14:19-20

Hari ini Tuhan menyertai kita (Mat. 28:20), tetapi secara tersembunyi. Kedatangan-Nya kembali akan menjadi penyataan diri-Nya. Beberapa orang dengan keliru berpikir bahwa Tuhan Yesus tidak ada di sini hari ini. Tetapi Tuhan benar-benar ada di sini. Matius 28:20 mengatakan, “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” Meskipun Tuhan beserta dengan kita, Dia akan beserta dengan kita secara terselubung. Sesungguhnya Tuhan Yesus beserta dengan kita hari ini. Tuhan yang kita kasihi tidak hanya berada di surga, tetapi juga berhuni di dalam kita. Karena Tuhan sekarang tersembunyi, orang tidak dapat melihat Dia. Tetapi kedatangan-Nya akan menjadi penyataan-Nya.
Dalam 1 Petrus 1:7 Petrus menekankan secara khusus bahwa kedatangan kembali Tuhan akan merupakan penyingkapan selubung yang sekarang menutupi Dia. Pada saat itu, setiap orang akan melihat Dia. Sebelum waktu itu, kita dapat melihat Dia di dalam roh. Dalam Yohanes 14:19-20 Tuhan Yesus berbicara tentang dilihat oleh murid-Nya, “Sesaat lagi dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu akan melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.” Menurut Yohanes 14:19, orang dunia tidak dapat melihat Tuhan Yesus, tetapi kaum beriman dapat melihat Dia. Dalam Yohanes 14:20 Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Dia dan kita hidup bersama. Bagaimana kita dapat hidup bersama Tuhan tanpa melihat Dia? Sesungguhnya, apa yang telah kita gambarkan dalam Yohanes 14:20 bukan hanya hidup bersama Tuhan; ayat ini sesungguhnya membicarakan hidup saling huni dengan Dia, yaitu hayat Tuhan hidup di dalam kita dan kita hidup di dalam Dia. Karena kita menempuh hidup semacam ini, bagi kita Dia telah dinyatakan.
“Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” merupakan janji Tuhan yang besar bagi kita. Janji ini adalah satu dorongan bagi semua murid. Janji-janji Tuhan mendorong kita untuk terus maju menuju sasaran kemuliaan dan kebajikan Allah. Sebagai Roh yang berhuni, Tuhan melatih kita untuk mengenal bahwa kita adalah satu dengan Allah Tritunggal. Dia juga memimpin kita untuk merampungkan rencana kekal Allah.

Doa:
Tuhan Yesus, Kau adalah Sang Imannuel yang terus menyertai sampai kepada akhir zaman. Tidak hanya kuasa yang Kau berikan, namun juga adalah penyertaan-Mu. Tuhan, aku mau terus mengalami dan menikmati penyertaan-Mu senantiasa di dalam segala hal yang aku lakukan dan kerjakan dalam hidup ini.

07 February 2008

Matius Volume 9 - Minggu 4 Jumat

Dan Ajarlah Mereka...
Matius 28:20
Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.

Tuhan memberikan semua kuasa adalah agar kaum beriman memuridkan semua bangsa, membaptis mereka ke dalam Allah Tritunggal. Dalam Matius 28:19-20a Tuhan memberi tahu kita, “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Karena semua kuasa telah diberikan kepada Dia, Raja surgawi mengutus murid-murid-Nya untuk pergi dan memuridkan bangsa-bangsa.
Kaum beriman belum menggenapkan dengan mutlak, perintah, yang diberikan Tuhan Yesus dalam Matius 28:20. Membawa orang kepada Kristus dan menjadikan mereka kaum beriman adalah satu hal, tetapi memuridkan mereka adalah hal yang lainnya. Di antara orang Kristen hari ini kita dapat melihat menjadikan orang-orang dosa ke dalam kaum beriman, tetapi kita tidak dapat melihat memuridkan bangsa-bangsa. Namun demikian, Tuhan telah memerintahkan kita untuk memuridkan bangsa-bangsa, memuridkan orang kafir.
Memuridkan orang lain adalah menjadikan mereka subyek semula kerajaan surgawi. Ini adalah sasaran yang kita ingin laksanakan dalam pelaksanaan jalan yang ditetapkan Allah. Sasaran kita tidak hanya membawa orang-orang dosa kepada Tuhan agar mereka dapat diselamatkan dan menjadi kaum beriman, tetapi terlebih untuk memuridkan orang, menjadikan mereka umat yang tepat bagi kerajaan surga. Dalam 1 Timotius 2:4 Paulus memberitahu kita bahwa Allah “menghendaki agar semua orang diselamatkan dan mem-peroleh pengetahuan yang penuh akan kebenaran.” Kita perlu membawa orang-orang yang kita layani bukan hanya kepada keselamatan Allah tetapi juga ke dalam pengetahuan yang penuh akan kebenaran.

Mat. 28:19-20; Yoh. 6:63; 1 Tim. 2:4; Mat. 4:4

Kita perlu memiliki pemahaman yang tepat terhadap kata “mengajar”. Apakah yang dimaksud dengan mengajar? Mengajar adalah menyajikan wahyu kepada orang lain. Wahyu adalah penyingkapan selubung. Mengajar orang berarti menyingkirkan selubung sehingga orang dapat nampak sesuatu tentang Allah Tritunggal. Suatu perkara tertentu mungkin tersembunyi dari pandangan, tetapi melalui pengajaran kita, kita secara bertahap harus membuka selubung tersebut. Ini adalah mengajar.
Setelah kita memberitakan Injil, kita tidak boleh membiarkan selubung apa pun tetap menutupi mata orang yang sudah kita injili. Kita harus mengajar orang tersebut, membuat selubung itu tergulung sedikit demi sedikit. Mengajar adalah menggulung selubung. Suatu selubung tidak dapat disingkirkan secara mendadak, suatu selubung tidak dapat digulung sekaligus. Sebaliknya, selubung digulung sedikit demi sedikit. Kita perlu secara bertahap menggulung selubung itu waktu demi waktu dan di dalam tiap-tiap pembahasan. Jika kita melakukan ini, cara mengajar kita akan menjadi suatu penyingkapan. Pengajaran semacam ini selalu menyajikan suatu wahyu kepada orang lain. Mereka yang berada di bawah pengajaran yang demikian akan dapat nampak sesuatu mengenai Allah Tritunggal.
Dalam Yohanes 6:63 Tuhan Yesus berkata, “Rohlah yang memberi hayat ... perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hayat.” Ini menunjukkan bahwa perkataan-perkataan Tuhan adalah perwujudan Roh hayat. Ketika kita menerima perkataan-perkataan-Nya dengan melatih roh kita, kita mendapatkan Roh itu, yang memberikan hayat. Ketika kita membaca Alkitab, kita seharusnya menerima hayat; dan ketika kita mengajarkan Alkitab kepada orang lain, mereka seharusnya menerima hayat.
Dalam Matius 4:4 Tuhan Yesus berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Alkitab bukan hanya untuk membagikan hayat tetapi juga untuk perawatan. Ketika kita mengajarkan Alkitab kepada orang lain, kita seharusnya merawat mereka. Ketika kita mengajar, kita perlu menjadi suatu saluran yang hidup yang melaluinya perkataan Allah mengalir keluar. Jika kita adalah saluran hidup yang demikian, orang lain akan menerima makanan dan rawatan rohani.

Doa:
Tuhan Yesus, Engkau mengutus murid-murid bukan hanya untuk membaptis, melainkan juga untuk memuridkan, mengajar setiap orang, sehingga semua selubung dapat tersingkapkan dan Allah Tritunggal sendiri yang diwahyukan. Tuhan, utuslah aku untuk berbagian dengan pekerjaan-Mu yang mulia ini.

06 February 2008

Matius Volume 9 - Minggu 4 Kamis

Dan Baptislah Mereka...
Matius 28:19
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

Matius 28:19 juga menyinggung tentang membaptiskan bangsa-bangsa ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Baptisan berarti membawa orang yang bertobat keluar dari keadaan usang mereka dengan mengakhiri hayat lama mereka dan mengokulasikan mereka pada hayat baru Kristus agar mereka menjadi umat kerajaan. Yohanes pembaptis memulai ministri perkenalan dengan baptisan pendahuluan dengan air. Kini setelah Raja Surgawi menggenapkan ministri-Nya di bumi, melalui proses kematian dan kebangkitan, kemudian menjadi Roh pemberi-hayat, Ia menyuruh murid-murid-Nya membaptis umat yang telah menjadi murid-Nya ke dalam Allah Tritunggal.
Baptisan ini mempunyai dua aspek: aspek yang kelihatan dinyatakan oleh air dan aspek yang tidak kelihatan dinyatakan oleh Roh Kudus (Kis. 2:38,41; 10:44-48). Aspek yang kelihatan merupakan ekspresi, kesaksian dari aspek yang tidak kelihatan; sedangkan aspek yang tak kelihatan merupakan realitas dari aspek yang kelihatan. Tanpa aspek yang tak kelihatan yang dinyatakan oleh Roh, maka aspek yang kelihatan yang dinyatakan oleh air itu akan sia-sia; dan tanpa aspek yang kelihatan yang dinyatakan oleh air; maka aspek yang tak nampak dinyatakan oleh Roh itu abstrak dan tidak praktis. Kedua-duanya perlu. Tak lama sesudah Tuhan menyuruh murid-murid dengan baptisan ini, Ia membaptis mereka dan seluruh gereja dalam Roh Kudus (1 Kor. 12:13) pada hari Pentakosta (Kis. 1:5; 2:4) dan di dalam rumah Kornelius (Kis. 11:15-17). Kemudian, berdasarkan ini, murid-murid membaptis orang yang bertobat (Kis. 2:38), tidak saja yang kelihatan, yaitu ke dalam kematian Kristus (Rm. 6:3-4), ke dalam Diri Kristus sendiri (Gal. 3:27), ke dalam Allah Tritunggal (Mat. 28:19), dan ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13).

Mat. 28:19; Kis. 2:38, 41; 1 Kor. 12:13; Rm. 6:3

Air melambangkan kematian Kristus beserta terkubur-Nya, dapat dianggap sebagai kuburan untuk mengakhiri sejarah usang orang-orang yang dibaptiskan. Karena kematian Kristus tercakup dalam Kristus, dan karena Kristus ialah perwujudan sejati Allah Tritunggal, juga oleh sebab Allah Tritunggal adalah satu dengan Tubuh Kristus, maka membaptiskan kaum beriman baru ke dalam kematian Kristus, ke dalam Tubuh Kristus adalah semata-mata melakukan satu hal, yaitu: pada segi negatif mengakhiri hayat usang mereka, dan pada segi positif meliputkan mereka ke dalam hayat baru, hayat kekal Allah Tritunggal, untuk Tubuh Kristus. Sebab itu, baptisan yang ditakdirkan oleh Tuhan di sini ialah membaptis orang keluar dari hayat mereka ke dalam hayat tubuh bagi Kerajaan Surga.
Kata “dalam” dalam Matius 28:19 menunjukkan keesaan, sebagaimana dalam Roma 6:3, Galatia 3:27, dan 1 Korintus 12:13. Kata Yunani yang sama digunakan dalam Kisah Para Rasul 8:16; 19:3, 5 dan 1 Kor. 1:13, 15. Membaptis orang ke dalam nama Allah Tritunggal berarti membawa mereka ke dalam kesatuan yang rohani dan ajaib dengan Dia. Nama Allah Tritunggal itu sama dengan persona-Nya. Membaptis seseorang ke dalam nama Trinitas berarti mencelupkannya ke dalam seluruh adanya Allah Tritunggal.
Dalam Kisah Para Rasul dan dalam surat-surat Rasul, diterangkan bahwa membaptis orang ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh ialah membaptis mereka ke dalam nama Kristus (Kis. 8:16, 19:5), dan membaptis mereka ke dalam Persona Kristus (Gal. 3:27; Rm. 6:3), sebab Kristus adalah perwujudan Allah Tritunggal, dan Ia sebagai Roh pemberi-hayat, tersedia setiap saat dan di segala tempat bagi orang untuk dibaptiskan ke dalam-Nya. Pembaptisan demikian ke dalam realitas Bapa, Putra, dan Roh itu, menurut Matius adalah untuk konstitusi Kerajaan Surga. Kerajaan surga tak dapat tersusun dengan daging dan darah manusia (1 Kor. 15:50) yang merupakan kemasyarakatan, tetapi hanya tersusun dengan orang-orang yang telah dicelup ke dalam keesaan Allah Tritunggal, yang didirikan dan yang dibangun bersama dengan Allah Tritunggal yang telah tertempa ke dalam mereka.

Doa:
Ya Tuhan, terima kasih untuk perkara baptisan ini. Buatlah aku menjadi jelas bahwa perkara baptisan ini bukanlah suatu tata cara untuk masuk ke dalam agama kristen, melainkan melalui baptisan, aku bersatu dengan kematian dan kebangkitan-Mu, bahkan bersatu dengan Allah Tritunggal itu sendiri.

05 February 2008

Matius Volume 9 - Minggu 4 Rabu

Karena Itu, Pergilah,...!
Matius 28:18-19
Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

Matius 28:16 berkata, “Kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.” Konstitusi Kerajaan dideklarasikan di atas gunung perubahan. Raja Surgawi dinyatakan di atas gunung yang tinggi dan nubuat tentang zaman ini pun diberikan di atas gunung. Kini bagi pelaksanaan Perjanjian Baru Allah, murid-murid perlu pergi ke gunung lagi. Hanya di atas tingkat tinggi sebuah gunung kita dapat mengenal tata laksana Perjanjian Baru.
Matius 28:17 berlanjut, “Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.” Begitu murid-murid menjumpai Tuhan dalam kebangkitan, serta merta mereka menyembah Dia; tetapi di antara mereka masih ada saja yang merasa ragu-ragu, dan belum mau juga mengakui bahwa Dia berada di dalam kebangkitan. Matius 28:18 berkata, “Yesus mendekati mereka dan berkata, ‘Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi.’” Dalam keilahian-Nya sebagai Putra tunggal Allah, Tuhan berkuasa atas segalanya. Namun, dalam insani-Nya sebagai Anak manusia untuk menjadi Raja Kerajaan Surgawi; semua kekuasaan di surga dan di bumi diberikan kepada-Nya setelah kebangkitan-Nya.
Matius 28:19 berkata, “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Karena semua kekuasaan telah diberikan kepada-Nya, Raja Surgawi mengutus murid-murid-Nya pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Mereka pergi dengan kekuasaan-Nya. Menjadikan murid berarti menjadikan orang kafir umat kerajaan bagi pendirian kerajaan-Nya yaitu gereja. Memberitakan Injil hanya membawa orang dosa kepada keselamatan, sedangkan menjadikan murid ialah membuat orang kafir menjadi umat kerajaan. Kita diutus oleh Tuhan tidak saja membawa orang kepada keselamatan, tetapi juga menjadikan bangsa-bangsa murid-Nya.

Mat. 28:16-19; Luk. 10:19

Memberitakan Injil juga harus mempunyai kuasa. Dunia hari ini dikuasai oleh Iblis, orang-orang dunia hari ini berada di bawah tangannya. Manusia tidak mau menerima Injil, karena Iblis yang menjadikannya begitu. Banyak orang tahu bahwa percaya kepada Yesus adalah baik, percaya kepada Yesus adalah mulia, namun mereka tetap tidak mau percaya. Mereka bukan orang-orang bodoh. Mereka tahu bahwa percaya kepada Tuhan adalah baik, tetapi mengapa mereka tidak mau percaya? Inilah bujukan dan penguasaan Iblis. Iblis menghalangi mereka percaya dan menghalangi mereka menerima. Iblis mempunyai kedudukan di dalam mereka. Memberitakan Injil ialah mengusir Iblis; bukannya masalah kekuatan, melainkan masalah kuasa. Bila seorang polisi berdiri di persimpangan jalan dan mengangkat tangannya, maka semua mobil harus segera berhenti. Inilah kuasa, bukannya kekuatan. Tuhan menyuruh kita menanggulangi Iblis dengan menggunakan kuasa, bukan menggunakan kekuatan.
Tuhan memberi “kuasa” kepada kita, agar kita menang atas segala “kekuatan” Iblis (Luk. 10:19). Kuasa yang Tuhan berikan kepada kita ialah “segala kuasa di surga dan di bumi”. Dia bangkit dari kematian, telah memperoleh segala kuasa di surga dan di bumi. Itulah sebabnya Dia menghendaki kita memberitakan Injil ke seluruh dunia. Sebab itu, kita memberitakan Injil harus bersandar kuasa-Nya. Dalam hal ini perlu ada iman. Kita harus nampak Injil yang kita beritakan ialah Injil Tuhan yang telah memperoleh segala kuasa di surga dan di bumi; Injil Dia yang telah naik ke surga dan dilantik sebagai Tuhan oleh Allah; Injil Tuhan semesta alam.
Tuhan mengaruniakan kuasa-Nya atas surga dan bumi kepada kita, menyuruh kita memberitakan Injil-Nya. Hendaklah kita demi iman menggunakan kuasa-Nya, menanggulangi dan mengusir Iblis yang menentang Injil, yang menguasai orang, yang menghalangi orang menerima Injil. Kita diutus oleh Tuhan semesta alam, untuk memproklamirkan berita sukacita, yaitu “Dia membebaskan manusia”, menyebarkan Injil-Nya yang dapat menyelamatkan manusia. Kita harus berdiri di atas kedudukan ini, demi iman mewartakan Injil-Nya yang berkuasa itu, mengusir Iblis, memaksa Iblis meninggalkan orang-orang yang dikuasainya. Itulah sebabnya, ketika memberitakan Injil, kita harus menggunakan iman! Iman ini berdasarkan kuasa Tuhan, berdasarkan kuasa yang Tuhan berikan kepada kita.

Doa:
Tuhan Yesus,bukalah mataku agar nampak bahwa Engkaulah Raja yang telah menang dan kini berkuasa, baik di bumi maupun di surga sehingga aku dapat dengan penuh keberanian mewartakan Injil Kerajaan-Mu kepada orang-orang di sekelilingku, menjadikan mereka murid-murid-Mu. Patahkanlah kuasa kegelapan yang membutakan orang sehingga banyak jiwa dimenangkan bagi Kerajaan-Mu.

04 February 2008

Matius Volume 9 - Minggu 4 Selasa

Dusta Imam- imam Kepala
1 Korintus 15:17, 20
Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.

Matius 28:11-15 menunjukkan bahwa pemimpin kaum Yahudi beserta serdadu Roma menyebarkan kabar palsu tentang kebangkitan Kristus. Mereka memberi serdadu-serdadu itu banyak uang, supaya mereka berkata bahwa murid-murid Tuhan malam-malam datang dan mencuri Dia pergi ketika para penjaga tidur. Perkataan yang keluar dari mulut mahkamah agama ini bohong, yang menunjukkan standar terendah dan kepalsuan agama mereka. Matius 28:14 mereka berkata kepada para prajurit, “Apabila hal ini kedengaran oleh gubernur, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.” Kaum agama yang jahat selalu membujuk politikus yang jahat untuk melaksanakan kepalsuan. Matius 28:15 menunjukkan bahwa kepalsuan ini menyebabkan “Cerita ini tersebar di antara orang Yahudi sampai sekarang.” Sebagaimana berita bohong tentang kebangkitan Tuhan tersebar luas, demikian pula kabar angin tentang para pengikut-Nya dan gereja-Nya setelah kebangkitan-Nya (Kis. 24:5-9; 25:7).
Dalam 1 Korintus 15:16 Paulus berkata, “Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.” Kemudian dalam ayat selanjutnya Paulus mengatakan, “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” Kata “sia-sia” di sini berarti tidak ada buahnya, tidak berharga. Jika Kristus tidak bangkit dan hidup di dalam kita sebagai hayat dan segala kita, iman kita terhadap-Nya tidak akan menghasilkan buah, tidak berharga, tidak ada hasil apa pun, seperti penyaluran hayat, pelepasan dari dosa, kemenangan atas Iblis, dan pertumbuhan dalam hayat. Jika tidak ada kebangkitan, kita mungkin tetap percaya, tetapi pada akhirnya tidak ada hasil dari kepercayaan kita itu. Maka, iman kita menjadi sia-sia.

Mat. 28:11-15; 1 Kor. 15:17, 20; Kis. 24:5-9; 25:7

Seandainya Kristus tidak dibangkitkan, maka kita akan tetap berada dalam dosa kita. Kematian Kristus menyelamatkan kita dari penghukuman dosa, bukan dari kuasa dosa. Hayat kebangkitan Kristus yang membebaskan kita dari kuasa dosa (Rm. 8:2). Jika Kristus tidak dibangkitkan, kita masih tetap di dalam dosa-dosa dan berada di bawah kuasa dosa. Dosa-dosa adalah satu hal dan kuasa dosa adalah hal lainnya lagi. Karena dosa-dosa membawa masuk penghukuman, maka kita menjadi orang-orang dosa yang penuh dengan dosa-dosa, dan penghukuman akan menimpa kita. Tetapi melalui kematian Kristus, penghukuman itu telah disingkirkan.
Walau kematian Kristus telah menyelamatkan kita dari penghukuman dosa, tetapi kematian-Nya tidak dapat menyelamatkan kita dari kuasa dosa. Penghukuman dosa bersifat obyektif, sedangkan kuasa dosa bersifat subyektif. Diselamatkan dari penghukuman dosa dapat digenapkan satu kali untuk selamanya. Tetapi diselamatkan dari kuasa dosa adalah satu perkara seumur hidup dan perkara sehari-hari, bahkan perkara setiap saat. Kita perlu menyadari bahwa kita telah diselamatkan dari dosa-dosa, tetapi kita masih perlu diselamatkan dari kuasa dosa. Untuk diselamatkan dengan cara ini kita memerlukan kuasa kebangkitan. Menurut Roma 8:2, hukum Roh hayat telah memerdekakan kita dari hukum dosa. Hukum dosa ini sebenarnya mengacu kepada kuasa dosa, seperti halnya hukum gravitasi yang sebenarnya mengacu kepada kekuatan gravitasi. Hanya hayat kebangkitan yang dapat membebaskan kita dari kuasa dosa dan dari hukum dosa. Hayat kebangkitan ini mengandung satu hukum yang lebih berkuasa daripada hukum dosa.
Satu Korintus 15:19 mengatakan, “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.” Jika tidak ada kebangkitan, kita tidak ada masa depan, juga tidak memiliki pengharapan untuk masa depan, seperti Kristus adalah harapan mulia kita (Kol. 1:27), bagian berkat kekal kita (Dan. 12:13), memerintah bersama dengan Kristus dalam Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:4, 6), dan pahala kebangkitan orang-orang benar (Luk. 14:14). Semua pengharapan ini berhubungan dengan kebangkitan kita.

Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas begitu banyak perkara yang dikerjakan melalui kebangkitan-Mu. Kebangkitan-Mu ini membuat aku bisa menang terhadap kuasa dosa dan hukum dosa. Bersandarkan kebangkitan-Mu inilah aku menjadi orang yang dibenarkan, bahkan memiliki satu pengharapan yang mulia.

03 February 2008

Matius Volume 9 - Minggu 4 Senin

Saudara- saudara-Ku
Matius 28:10
Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”

Dalam Matius 28:10 Tuhan berkata, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Sebelum kebangkitan-Nya, Tuhan tidak pernah memanggil murid-murid-Nya dengan kata “saudara-saudara.” Istilah yang paling akrab yang Ia pakai sebelum waktu itu adalah “sahabat-sahabat.” Dalam Yohanes 15:14-15 Ia berkata: “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan apa yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” Tetapi sekarang, setelah kebangkitan-Nya, “sahabat-sahabat”-Nya menjadi “saudara-saudara”-Nya. Melalui kebangkitan-Nya, murid-murid-Nya telah dilahirkan kembali (1 Pet. 1:3) dengan hayat ilahi.
1 Petrus 1:3 mengatakan bahwa kita dilahirkan kembali melalui kebangkitan Kristus. Melalui kebangkitan-Nya, Tuhan memberikan diri-Nya sebagai Roh ke dalam semua murid-murid-Nya. Melalui menerima hayat-Nya, mereka semua dilahirkan kembali, diperbaharui dan menjadi saudara-saudara-Nya. Melalui kebangkitan Kristus, murid-murid menjadi saudara-saudara Tuhan, karena mereka sekarang mempunyai hayat yang sama dengan hayat Tuhan. Tuhan melahirkan kembali mereka melalui kebangkitan-Nya; karena itu mereka tidak lagi semata-mata sebagai murid sahabat-sahabat, tetapi juga sebagai saudara-saudara-Nya. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, banyak saudara telah dimasukkan ke dalam keluarga Allah. Sebab itu dalam ayat yang sama Ia menyebut mereka “saudara-saudara-Ku”. Ini tepat dengan yang dikatakan dalam Ibrani 2:11, yang mengatakan, “Ia tidak malu menyebut mereka saudara”.

Mat. 28:10; Yoh. 15:14-15; 1 Ptr. 1:3; Ibr. 2:11

Tuhan Yesus adalah sebiji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati, dan menjadi matang di dalam kebangkitan, melahirkan banyak biji gandum untuk menghasilkan seketul roti yang adalah tubuh-Nya (1 Kor. 10:17). Sebelum kematian-Nya, Ia hanya sebutir benih. Tetapi setelah kebangkitan-Nya, biji gandum yang satu ini, yang tunggal, menjadi banyak biji gandum. Inilah perbanyakan hayat melalui kematian dan kebangkitan Kristus.
Di dalam kebangkitan-Nya, Putra Tunggal Allah menjadi “yang sulung di antara banyak saudara” (Rm. 8:29). “Banyak saudara” ini adalah mereka yang telah dilahirkan kembali melalui kebangkitan-Nya dengan hayat ilahi yang dilepaskan oleh kematian-Nya yang membagikan hayat. Melalui kebangkitan-Nya, hayat ilahi Bapa dibagikan ke dalam kita. Maka, kita semua menjadi anak-anak Allah. Dalam cara ini Putra Allah satu-satunya telah menjadi Yang Sulung di antara banyak saudara.
Sebelum kebangkitan-Nya, Kristus, sebagai Putra Tunggal Bapa, adalah ekspresi individu Bapa. Sekarang, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, ekspresi Bapa yang individu telah menjadi ekspresi korporat Allah Bapa di dalam Putra. Banyak saudara Kristus sebagai “banyak anak” Bapa adalah “gereja” (Ibr. 2:10-12) menjadi ekspresi korporat Allah Bapa di dalam Putra. Ini adalah maksud ultima Allah. Karena itu, banyak saudara adalah perluasan hayat Bapa dan pelipatgandaan Putra di dalam hayat ilahi. Maka itu, dalam kebangkitan Tuhan, tujuan kekal Allah tergenapkan.
Dalam Roma 8:29 tertera “banyak saudara”; dalam Ibrani 2:10 tertera “banyak putra” (Tl). Dari pihak Tuhan Yesus, mereka adalah “saudara”; dari pihak Allah Bapa, mereka adalah “putra”. Kedua kata tersebut dalam konteksnya mengandung arti kedewasaan. Yang dikehendaki Allah adalah anak-anak yang sudah bertumbuh dewasa. Allah menghendaki anak-anak-Nya tinggal di rumah-Nya; Ia ingin mereka berbagian dalam kemuliaan-Nya. Bagaimana Allah dapat mewujudkan tujuan itu? Dengan membenarkan mereka, lalu memuliakan mereka. Allah menetapkan diri-Nya memiliki banyak anak, menetapkan anak-anak itu bertumbuh dewasa dan bertanggung jawab, bersama-Nya menikmati kemuliaan. Inilah tujuan-Nya dalam menebus umat manusia.

Doa:
Tuhan Yesus, betapa mulia dan hormatnya kedudukan yang Engkau berikan kepadaku. Aku yang asalnya adalah orang dosa yang kasihan dan tidak layak ini, menjadi sahabat-Mu, bahkan lebih maju lagi. Di dalam kebangkitan Engkau telah melahirkan aku menjadi saudara-saudara-Mu, memiliki hayat dan sifat yang sama dengan-Mu.

01 February 2008

Matius Volume 9 - Minggu 3 Sabtu

Khasiat Kebangkitan Kristus
Efesus 1:19-20
Dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga.

Dalam Yohanes 11:25 Tuhan Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup.” Dalam kebangkitan Kristus telah menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45). Kebangkitan sebenarnya adalah Persona Kristus yang hidup, Persona yang adalah Allah yang berinkarnasi, yang hidup di bumi sebagai seorang manusia, yang mati di atas salib untuk menebus kita, dan yang menjadi Roh pemberi-hayat dalam kebangkitan. Jadi, Kristus adalah kebangkitan juga Roh itu. Ia telah menjadi Roh itu, dan Roh itu adalah kebangkitan. Sekarang sebagai Roh itu dan kebangkitan, Ia menjadi pengganti kita.
Setelah Kristus menjadi Roh pemberi-hayat dalam kebangkitan, maka Ia dapat masuk ke dalam kita. Namun, kita perlu menerima Dia melalui bertobat, percaya kepada-Nya, dan menyeru nama-Nya. Kita perlu berdoa, “Tuhan Yesus, aku adalah orang berdosa. Tetapi Tuhan, Engkau adalah Penyelamatku. Kini kubuka diriku kepada-Mu dan menerima Engkau.” Bila kita berdoa demikian, maka Persona yang ajaib ini, yakni Persona yang adalah Roh dan kebangkitan ini akan masuk ke dalam kita.
Kristus rela dikubur, masuk ke dalam kematian, kubur, dan Alam Maut. Sewaktu Dia berada di Alam Maut, Dia menguji maut, mempermalukan maut, mengalahkan, dan menaklukkan maut. Dia masuk ke dalam ruang lingkup maut. Akhirnya Kristus menemukan bahwa maut tidak dapat berbuat apa-apa terhadap diri-Nya. Maut tidak memiliki kuasa untuk menahan-Nya, menghalangi-Nya (Kis. 2:24). Ketika tiba waktunya bagi Dia untuk bangkit, Dia mengucapkan selamat tinggal kepada maut dan berjalan meninggalkannya. Demikianlah, Kristus telah mengalahkan maut, menaklukkan maut, dan keluar dari maut. Inilah kebangkitan. Haleluya! Kita memiliki Kristus yang hidup, yang telah menang atas maut! Kristus kita adalah Kristus yang bangkit, Ia hidup di dalam kita dan di antara kita.

Ef. 1:19-20; Yoh. 11:25; 1 Kor. 15:12, 45

Segera setelah Kristus mati, Kristus diberikan satu penguburan yang layak di sebuah kubur milik seorang yang kaya. Kemudian pada hari yang ketiga Dia bangkit. Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Kristus dibangkitkan. Di pihak lainnya, Alkitab juga mengatakan bahwa Kristus bangkit, Dia tidak memerlukan siapa pun untuk membangkitkan diri-Nya. Bagaimana mungkin Kristus dapat bangkit dari antara orang mati? Dia bisa bangkit karena Dia sendiri adalah kebangkitan.
Satu Korintus 15:12 mengatakan, “Jadi, bilamana diberitakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?” Kebangkitan adalah urat nadi dari rencana Allah. Jika tidak ada kebangkitan, Allah akan menjadi Allah orang mati, bukan Allah orang hidup (Mat. 22:32). Jika tidak ada kebangkitan, Kristus tidak akan dibangkitkan dari antara orang mati, Dia akan menjadi Juruselamat yang mati, bukan Juruselamat yang hidup. Tetapi Dia hidup dan yang akan hidup sampai selama-lamanya (Why. 1:18). Dia dapat menyelamatkan sampai kepada kesudahan (Ibr. 7:25). Jika tidak ada kebangkitan, tidak akan ada bukti hidup tentang dibenarkan oleh kematian-Nya (Rm. 4:25 dan cat.), tidak ada penyaluran hayat (Yoh. 12:24), tidak ada kelahiran kembali (Yoh. 3:5), tidak ada pembaruan (Tit. 3:5), tidak ada pengubahan (Rm. 12:2; 2 Kor. 3:18), dan tidak ada penyerupaan kepada gambar Kristus (Rm. 8:29). Jika tidak ada kebangkitan, tidak akan ada anggota-anggota Kristus (Rm. 12:5), tidak ada Tubuh Kristus sebagai kepenuhan-Nya (Ef. 1:20-23), tidak ada gereja sebagai mempelai perempuan Kristus (Yoh. 3:29), dan tidak ada manusia baru (Ef. 2:15; 4:24; Kol. 3:10-11). Jika tidak ada kebangkitan, rencana Allah akan sama sekali runtuh, dan ketentuan kehendak kekal Allah akan nihil.
Tanpa Kristus yang hidup dalam kebangkitan, baik pemberitaan Injil maupun iman kita terhadap Injil akan menjadi kosong, hampa, tanpa realitas. Memberitakan kematian Kristus tanpa memberitakan kebangkitan-Nya akan menjadi sia-sia. Di luar kebangkitan Kristus, iman kita akan sia-sia. Tanpa kebangkitan Kristus, baik pemberitaan kita maupun iman kita akan sia-sia. Ini adalah perkara yang sangat serius.

Doa:
Kau adalah Kristus yang telah bangkit. Kau bangkit dari antara orang mati. Maut tidak dapat mengalahkan Engkau. Tuhan, aku mau memberitakan Kristus yang bangkit, bahkan yang adalah kebangkitan itu sendiri. Buka mataku untuk melihat bahwa Sang Bangkit ini hidup di dalam aku, sehingga aku terus memperhidupkan hayat kebangkitan ini.