Hitstat

31 March 2011

1 Korintus - Minggu 3 Kamis

Pembacaan Alkitab: Ef. 1:9, 11

Pada salib Kristus kita nampak kekuatan Allah. Untuk mengalahkan Iblis, dunia, dosa, manusia yang telah jatuh, daging, hayat alamiah, ciptaan lama, dan peraturan-peraturan, diperlukan kekuatan Allah. Kekuatan mana lagi yang lebih hebat daripada Kristus yang disalibkan sebagai kekuatan Allah? Kekuatan mana lagi yang dapat menghancurkan Iblis atau mengalahkan dunia? Hanya Allah yang memiliki kekuatan untuk menggenapkan perkara-perkara tersebut. Kekuatan ini bukan kekuatan mengerjakan sesuatu dengan berkata, seperti halnya kekuatan Allah yang digunakan dalam penciptaan. Sebaliknya, itulah kekuatan penyaliban, kekuatan kematian Kristus yang ajaib. Ini berarti penyaliban Kristus menjadi kekuatan Allah. Kematian Kristus telah menjadi kekuatan Allah untuk menghancurkan Iblis, memecahkan problem dunia, menghapus dosa, dan mengakhiri manusia yang telah jatuh, daging, hayat alamiah, dan ciptaan lama. Dengan kekuatan ini Allah dapat pula memecahkan problem peraturan-peraturan. Melalui satu kematian, kematian Kristus, semua problem dalam alam semesta telah dibereskan. Jadi, Kristus yang disalibkan adalah kekuatan Allah untuk menghapus perkara negatif dan melaksanakan rencana-Nya.

Kristus yang disalibkan ini juga adalah hikmat Allah. Untuk menggenapkan perkara apa pun, kita perlu kekuatan dan hikmat. Kita telah menunjukkan bahwa hikmat adalah untuk perencanaan dan ketetapan, sedang kekuatan adalah untuk pelaksanaan, merampungkan apa yang telah direncanakan. Dalam ekonomi Allah, Kristus yang disalibkan adalah kekuatan dan hikmat Allah. Boleh jadi kita memiliki kekuatan tanpa memiliki hikmat atau jalan. Jika kita mempunyai kekuatan tanpa hikmat, kita akan menggunakan kekuatan kita secara bodoh. Sebab itu, kita perlu Kristus sebagai kekuatan dan hikmat kita.

Tatkala kita mengalami Kristus yang disalibkan itu, kita akan diakhiri. Segala hakiki kita, segala milik kita, dan segala sesuatu yang dapat kita lakukan, semuanya akan diakhiri sama sekali. Untuk diakhiri, Anda tidak perlu menyalibkan diri sendiri. Bahkan Anda pun tidak perlu menghitung diri Anda sudah mati. Anda telah diakhiri hanya dengan mengalami Kristus yang disalibkan. Sebenarnya, memang mustahil seseorang menyalibkan dirinya sendiri. Tetapi ketika kita berseru kepada nama Tuhan Yesus, pada saat kita menikmati Dia dan mengalami Dia, penyaliban-Nya akan mengakhiri kita. Segala hakiki kita akan diakhiri oleh Kristus yang disalibkan ini.

Penyaliban adalah jalan kita untuk dibebaskan dari daging, hayat alamiah, dan ciptaan lama. Kristus yang disalibkan ini bukan saja kekuatan, Ia pun jalan. Bagi orang-orang Yahudi, Kristus yang demikian adalah suatu batu sandungan, dan bagi orang-orang Yunani Ia adalah kebodohan. Tetapi bagi kita yang telah dipanggil, Kristus yang disalibkan ini adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah agar kita dibebaskan dari semua perkara negatif. Kita bersyukur kepada-Nya dan memuji Dia karena kita sekarang berada dalam proses diselamatkan. Semakin kita diselamatkan melalui mengalami Kristus yang disalibkan, kita akan semakin menikmati Dia.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 8.

30 March 2011

1 Korintus - Minggu 3 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:23-25; Yoh. 10:18

Sebagai kaum beriman di dalam Kristus, kita semua wajib menjawab pertanyaan ini: Mengapa Kristus perlu disalibkan? Boleh jadi jawaban pertanyaan ini yang paling umum ialah Kristus harus disalibkan agar Allah dapat menyelamatkan kita. Allah tidak dapat menyelamatkan kita tanpa penyaliban Kristus. Menurut Perjanjian Baru, Allah tidak berdaya menyelamatkan siapa pun tanpa salib Kristus. Marilah kita membahas secara singkat mengapa demikian.

Dalam alam semesta terdapat berbagai macam problem. Ada problem Iblis, dunia, dan dosa. Ada pula problem manusia. Manusia yang diciptakan Allah untuk tujuan-Nya telah jatuh dan berdosa. Problem lain yang berkaitan dengan manusia adalah daging dan hayat alamiah. Tambahan pula, segala sesuatu dalam alam semesta telah menjadi usang, yaitu telah rusak, busuk. Keusangan menunjukkan kekurangan hayat. Bila sebuah pohon bertumbuh, ia mempunyai hayat. Tetapi bila ia mati, itu berarti kekurangan hayat. Karena Iblis, dunia, dan manusia (dengan dosa, daging, dan hayat alamiah), maka alam semesta, termasuk langit dan bumi, telah menjadi usang, bobrok, rusak dan penuh kematian.

Selain semua problem ini ada pula problem perintah-perintah dan peraturan-peraturan yang diberikan oleh Allah untuk kehidupan manusia. Sebab itu, salib menanggulangi problem Iblis, dunia, dosa, manusia, daging, hayat alamiah, keusangan, dan peraturan-peraturan. Agar problem-problem tersebut dapat dipecahkan, maka Kristus perlu disalibkan.

Sebelum Kristus dapat disalibkan untuk memecahkan semua problem ini, Ia harus mengenakan sifat manusia. Ini berarti Ia harus menjadi seorang manusia, satu makhluk ciptaan. Ia mengenakan sifat manusia, bukan saja agar dapat mati bagi kita dan mencucurkan darah-Nya untuk dosa-dosa kita, tetapi juga agar dapat memecahkan problem Iblis, dunia, dosa, manusia yang telah jatuh, hayat alamiah, daging, keusangan, dan peraturan-peraturan.

Sekalipun Kristus boleh menolak kematian salib, Ia tetap disalibkan. Menurut pengertian manusia, Kristus dihukum mati oleh orang lain. Namun, pengertian-Nya tentang kematian-Nya berbeda. Dalam Yohanes 10:11 Tuhan Yesus berkata, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." Tentang nyawa-Nya, Tuhan berkata lebih lanjut dalam Yohanes 10:18, "Tidak seorang pun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali." Nyawa-Nya tidak diambil dari Dia. Sebaliknya, Dialah yang memberikan nyawa-Nya bagi kita. Jika Kristus tidak rela memberikan nyawa-Nya, tidak mungkin orang dapat menghukum mati Dia. Namun Ia rela disalibkan demi menggenapkan penebusan dan memecahkan semua problem dalam alam semesta. Kristus yang disalibkan ini adalah batu sandungan bagi mereka yang menuntut tanda-tanda, dan kebodohan bagi mereka yang mencari hikmat. Tetapi bagi kita yang percaya, Ia adalah kekuatan dan hikmat Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 8.

29 March 2011

1 Korintus - Minggu 3 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:18-22

Ayat 18 mengatakan, "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." Kata "sebab" pada permulaan ayat ini menunjukkan bahwa ayat 18 adalah keterangan ayat 17. Dalam ayat 17 Paulus mendeklarasikan, "Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia." Salib Kristus adalah sentral dalam perampungan ekonomi Perjanjian Baru Allah, yang menghasilkan gereja melalui penebusan Kristus. Paulus memberitakan Kristus yang disalibkan (ayat 23; 2:2; Gal. 3:1) dan bermegah atas salib Kristus (Gal. 6:14). Dia tidak memberitakan sunat dan hukum Taurat yang diperjuangkan oleh orang-orang Yahudi dan para penganut agama Yahudi (Gal. 3:11; 5:11; 6:12-13), dia juga tidak memberitakan filsafat yang dipromosikan oleh orang-orang Yunani dan beberapa orang beriman kafir (Kol. 2:8, 20-21). Salib Kristus telah menyingkirkan peraturan hukum Taurat (Ef. 2:15; Kol. 2:14), dan kita, orang-orang yang beriman, juga telah mati terhadap filsafat, suatu unsur dunia (Kol. 2:20). Tetapi Iblis menghasut para agamawan Yahudi dan filsuf-filsuf Yunani untuk menyebarkan berbagai ajaran hikmat duniawi guna menyia-nyiakan salib Krisus. Atas hal ini rasul Paulus sangat waspada. Perpecahan di antara kaum beriman di Korintus, sebagian besar berasal dari latar belakang agama Yahudi dan filsafat Yunani. Ketika rasul menanggulangi hal ini, dia khusus menekankan Kristus dan salib-Nya. Jika orang mengganti opini agama dan hikmat filsafat dengan Kristus, dan membiarkan salib Kristus bekerja menanggulangi daging yang terkait dengan latar belakang apa pun, perpecahan akan tersingkirkan. Kesenangan alamiah dan hikmat yang dijunjung tinggi manusia, tidak dapat berdiri di hadapan Kristus dan salib-Nya.

Perkataan salib adalah penyataan, penuturan, dan pemberitaan salib. Pemberitaan ini dipandang hina, dianggap sebagai kebodohan oleh orang-orang yang sedang binasa, tetapi dihargai dan diterima sebagai kekuatan Allah oleh orang-orang yang sedang beroleh selamat. Ketika Paulus menunaikan ministrinya, ia menekankan salib sebagai sentral penyelamatan Allah (Gal. 2:20; 3:1; 5:11, 24; 6:14; Ef. 2:16; Flp. 2:8; 3:18; Kol. 2:14).

Ketika berkata, "Aku milik Paulus," atau "Aku milik Kefas," orang-orang Korintus menggunakan hikmat mereka. Mereka mengikuti filsafat mereka, bukan mengikuti Kristus. Tetapi Paulus memberitakan Kristus yang disalibkan kepada mereka, suatu batu sandungan terhadap orang-orang Yahudi yang menuntut mujizat dan orang Yunani yang menuntut hikmat. Tetapi bagi mereka yang terpanggil, Kristus ini adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 7.

28 March 2011

1 Korintus - Minggu 3 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:17-18; 2:1-2

Untuk menjamah roh Paulus dalam Surat 1 Korintus, kita perlu mengetahui sesuatu tentang latar belakang Paulus sendiri dan kaum beriman di Korintus. Paulus adalah seorang Yahudi agamawi yang khas, yang berbakti dengan mutlak bagi agama nenek moyangnya. Karena kemutlakannya bagi agama Yahudi, ia menentang Injil, nama Yesus, dan gereja. Sebagaimana kita ketahui, ketika ia menentang gereja, Tuhan Yesus mendatanginya, memanggilnya, memisahkannya, memberinya amanat, dan menyuruhnya memberitakan Kristus. Dalam ketaatan terhadap amanat Tuhan, Paulus benar-benar memberitakan Kristus.

Pada salah satu perjalanan ministrinya, ia mengunjungi kota Korintus, sebuah kota budaya di Yunani, tempat banyak ahli filsafat tinggal. Kepada orang-orang ini Paulus memberitakan Kristus Yesus. Ada beberapa orang Yunani yang filosofis di Korintus ini menerima firman yang Paulus beritakan, menerima Kristus, dan beroleh selamat. Ketika mereka dilahirkan kembali, mereka menerima karunia awal: hayat kekal dan Roh Kudus. Karunia-karunia awal ini ditaburkan ke dalam mereka sebagai benih-benih rohani. Namun, setelah menerima hayat ilahi dan Roh Kudus, mereka tidak hidup oleh karunia-karunia ini. Mereka tidak hidup oleh hayat ilahi dan Roh Kudus, malah masih tetap menempuh kehidupan menurut kebudayaan Yunani. Ini berarti mereka menempuh kehidupan hikmat dan filsafat, bukan kehidupan Kristus. Mereka hidup menurut filsafat mereka dan hikmat duniawi, bukan menurut hayat ilahi dan Roh Kudus.

Karena hikmat duniawi dari filsafat mereka, kaum beriman di Korintus mempunyai pikiran dan opini yang berbeda. Mereka mengatakan perkara yang berlainan dan memiliki kesukaan serta pilihan yang berbeda. Ada yang berkata, "Aku suka Paulus," yang lain mengatakan, "Aku lebih suka Kefas," masih ada yang lain berkata, "Aku memilih Apolos." Beberapa orang beriman Korintus bahkan berkata, "Aku suka Kristus." Opini-opini dan cara berbicara yang berlainan itu telah membuka pintu bagi banyak perkara jahat ke dalam kehidupan gereja, termasuk pertengkaran, perselisihan, percabulan, dan pendakwaan. Dalam aspek kehidupan pernikahan, juga terdapat kekacauan dan opini-opini yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa seorang saudara wajib meninggalkan istrinya, bila istrinya tidak mau percaya kepada Tuhan seperti Dia. Yang lain menentang hal ini. Jadi di antara kaum beriman di Korintus terdapat opini yang berbeda-beda. Sekalipun mereka adalah orang Kristen sejati yang telah menerima karunia-karunia ilahi, mereka tidak menempuh kehidupan orang Kristen, melainkan menempuh kehidupan orang Yunani. Mereka tidak menempuh kehidupan ilahi, melainkan menempuh kehidupan filsafat menurut hikmat duniawi mereka. Akibatnya terjadilah kekalutan di antara mereka. Inilah latar belakang Surat Kiriman ini.

Ketika Paulus menulis Surat Kiriman ini, ia berbeban memimpin orang-orang Kristen Korintus filosofis yang menyimpang itu kembali kepada Kristus. Kaum beriman itu telah diselewengkan oleh hikmat, filsafat, dan kebudayaan mereka. Jadi, roh Paulus berbeban membawa mereka kembali kepada Kristus yang ia persaksikan kepada mereka. Beban dalam roh Paulus ini khususnya tertampak jelas dalam dua pasal pertama dari surat ini.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 7.

26 March 2011

1 Korintus - Minggu 2 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:10-17

Seandainya Anda seorang Kristen yang tinggal di Korintus, apakah Anda mau bersidang dengan gereja di sana? Saya percaya bahwa kebanyakan dari kita akan merasa tidak tahan dengan gereja yang kacau dan terpecah-belah itu, dan lebih suka pindah ke tempat lain untuk menempuh kehidupan gereja. Sekalipun sikap yang demikian nampaknya bukan berpecah-belah, tetapi sesungguhnya itu adalah berpecah-belah. Tidak peduli bagaimana kondisi gereja di tempat kita, kita tidak boleh pilih-pilih, condong kepada selera kita sendiri, atau mencari kesempatan bagi diri kita sendiri. Sebaliknya, kita harus membiarkan angin Roh bertiup bebas. Hari ini kita berada di tempat tertentu oleh pengaturan Allah. Kita tidak boleh pindah ke tempat lain menurut pilihan kita. Tetapi jika angin meniup kita ke kota lain, ini adalah pengaturan Allah, bukan pilihan atau kesukaan kita.

Dalam ayat 10 Paulus berkata pula kepada orang-orang Korintus untuk "erat bersatu dan sehati sepikir." Kata Yunani yang diterjemahkan "erat bersatu" di sini sama dengan kata yang diterjemahkan membereskan jala dalam Matius 4:21. Dalam bahasa Yunani berarti memperbaiki, memulihkan, membetulkan, menambal, sepenuhnya membereskan kembali barang yang sudah pecah, dengan indah sempurna menggabungkan menjadi satu. Kaum beriman di Korintus telah terpecah-belah, terbagi-bagi secara keseluruhan. Mereka memerlukan perbaikan, agar dengan indah sempurna bersatu kembali, sehingga di dalam keharmonisan memiliki satu pikiran, satu opini, mengucapkan perkataan yang sama, yaitu Kristus dan salib-Nya.

Problem di antara orang-orang Korintus tidak terletak pada roh mereka. Mereka telah dilahirkan kembali, dan Tuhan Yesus telah berhuni di dalam roh mereka. Problem mereka terletak pada pikiran dan opini mereka. Pikiran berbeda dengan opini. Angan-angan terjadi dalam pikiran, sedangkan opini adalah angan-angan yang diwujudkan dalam kata-kata. Jika kita hanya memikirkan sesuatu, itu adalah aktivitas dalam pikiran; tetapi ketika angan-angan kita beralih menjadi perkataan, itu menjadi opini. Disenadakan dalam cara berpikir yang sama, yakni dalam pikiran yang sama dan dalam pembicaraan yang sama, yaitu dalam opini yang sama tidaklah mudah. Disenadakan dalam opini yang sama sesungguhnya berarti membicarakan hal yang sama. Ketika kita semua membicarakan perkara yang sama, kita berada dalam opini yang sama.

Jika kita ingin disenadakan dalam opini yang sama, kita perlu memiliki visi tentang kedudukan Kristus dalam ekonomi Allah. Saya berbeban agar semua orang kudus nampak Kristus dan mengenal Dia. Ketika Anda nampak Kristus yang almuhit dan telah belajar rahasia untuk menikmati Dia, maka cara berpikir dan berbicara Anda akan berubah. Kemudian Anda akan menjadi murni dan sederhana. Anda bukan mengekspresikan opini Anda sendiri, tetapi Anda hanya memperhatikan menikmati Kristus dan membicarakan Dia. Setelah Anda menjadi orang yang tidak mengetahui apa pun kecuali Kristus, barulah Anda akan setia terhadap pemulihan Tuhan.

Sifat alamiah kita semua cenderung berpecah-belah. Sejak lahir, kita sudah memiliki unsur pemecah belah. Jalan satu-satunya untuk diselamatkan dari pemecah belah ini ialah nampak Kristus yang almuhit dan belajar rahasia menikmati Dia. Ingatlah bahwa jalan satu-satunya untuk menghindari perpecahan adalah nampak Kristus, menerima Kristus, dan menikmati Kristus. Ini dan hanya inilah yang dapat membuat kita disenadakan dalam opini yang sama. Dengan demikian baru ada keharmonisan yang sejati di antara kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 6.

25 March 2011

1 Korintus - Minggu 2 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:10-12; Ef. 4:1-6

Dalam ayat 10, Paulus mendorong kaum beriman mengatakan perkara yang sama, sehingga tidak ada perpecahan di antara mereka. Dalam Surat ini rasul menanggulangi sebelas masalah di antara kaum beriman di Korintus. Pertama adalah masalah perpecahan. Perpecahan hampir selalu merupakan masalah pendahulu, yang membawa masuk segala masalah lainnya di antara kaum beriman, ini boleh dipandang sebagai akar segala masalah di antara kaum beriman. Karena itu, ketika menanggulangi segala masalah dalam gereja di Korintus, mata kapak rasul terlebih dulu memotong akar ini, yaitu menanggulangi perpecahan di antara mereka. Kebajikan pertama dari tingkah laku kaum beriman yang bersesuaian dengan panggilan Allah ialah memelihara kesatuan Roh itu dalam Tubuh Kristus (Ef. 4:1-6).

Sangatlah bermakna bahwa dalam ayat 10 Paulus menasihati saudara-saudara demi nama Tuhan kita Yesus Kristus. Ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh meninggikan nama apa pun melampaui nama ini. Karena itu, orang Kristen tidak boleh memiliki sebutan nama apa pun. Menyebut diri kita dengan suatu nama berarti membuat nama itu lebih tinggi daripada nama Kristus. Ini suatu keaiban bagi Tuhan maupun bagi kaum beriman. Namun, ada sebagian orang Kristen malahan bangga mengatakan bahwa mereka adalah dari denominasi tertentu. Di samping itu, nama-nama itu dicantum di atas papan nama dan diiklankan. Ini menunjukkan orang-orang Kristen hari ini telah jauh menyimpang dari jalan yang benar. Mereka tidak mempunyai perasaan malu ketika menyebut diri dengan nama tertentu yang bukan nama Kristus.

Ketika Paulus mengatakan "hal yang sama", yang ia maksudkan ialah Kristus dan Dia yang disalibkan. Jadi, bagi kita mengatakan hal yang sama berarti kita semua mengatakan tentang Kristus dan Kristus yang disalibkan. Dari pengalaman saya dapat bersaksi, walaupun menurut sejarah tidaklah mungkin orang Tionghoa dan Jepang, Jerman dan Perancis, benar-benar bersatu, namun saya telah nampak keesaan yang sejati di antara kaum beriman dari bangsa yang berbeda-beda ini. Indah sekali melihat keesaan yang sejati di antara kaum beriman Tionghoa dengan Jepang, juga di antara kaum beriman Jerman dengan Perancis. Keesaan sedemikian ini hanya mungkin bila kita memusatkan perhatian pada Kristus sebagai pusat dan bagian unik kita. Sebagai pusat dan bagian unik kita, Kristus ada di dalam semua orang kudus (Kol. 1:27), bahkan menjadi semua orang kudus (Kol. 3:11). Kebanyakan orang Kristen hari ini terpecah-belah, karena mereka menekankan banyak perkara untuk menggantikan Kristus; tetapi kita adalah esa disebabkan kita tidak memiliki yang lain, kecuali Kristus.

Selama lebih dari lima puluh tahun dalam hidup gereja, saya telah mengamati banyaknya orang kudus di berbagai negara dan kota yang belum mutlak diselamatkan dari situasi kekristenan yang merosot. Bahkan ada beberapa orang kudus terkasih dalam pemulihan Tuhan berbicara seperti praktek kekristenan hari ini. Mereka tidak membicarakan Kristus dan Dia yang disalibkan, melainkan membicarakan sidang-sidang, para penatua, dan orang kudus. Bila orang lain menghendaki Anda berkata-kata dengan mereka demikian, Anda harus berkata, "Aku tidak berminat terhadap hal itu. Kesukaanku satu-satunya ialah Kristus. Aku hanya memperhatikan Kristus, bukan kondisi gereja atau sidang-sidang."


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 6.

24 March 2011

1 Korintus - Minggu 2 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 10:4; 11:3; 15:45

Kita telah berkali-kali menunjukkan bahwa dalam 1:9 Paulus mengatakan Allah telah memanggil kita ke dalam persekutuan Putra-Nya, Yesus Kristus Tuhan kita. Persekutuan ini sesungguhnya dilaksanakan oleh Roh itu. Dalam 2 Korintus 13:13 Paulus berkata, "Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian." Persekutuan ini merupakan satu hubungan timbal balik yang ajaib, yang sangat indah. Karena dilaksanakan oleh Roh itu, jika kita tidak mempunyai Roh itu, maka kita tidak mungkin mempunyai persekutuan ini. Persekutuan ini tidak saja disebut persekutuan Putra, tetapi juga persekutuan Roh itu, sebab setelah melalui proses yang sangat menakjubkan, Putra menjadi Roh Pemberi-hayat. Sebab itu, dalam pengalaman kita, persekutuan Putra akhirnya menjadi persekutuan Roh itu. Jika kita menjadi satu roh dengan Roh ini, kita akan memiliki kenikmatan dari persekutuan ini. Saya harap semakin banyak orang kudus dapat menyatakan, "Tuhan Yesus, aku menikmati Engkau dan aku sangat gembira di dalam-Mu. Tuhan, Engkau adalah segala-galaku. Engkau adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Engkau adalah kebenaran, pengudusan, penebusan, dan bahkan kemuliaan bagi pemuliaanku. Tuhan, Engkaulah kedalaman Allah. Aku berdoa agar Engkau membawaku lebih jauh ke dalam kenikmatan atas diri-Mu sebagai kedalaman semuanya ini."

Salib Kristus juga merupakan bagian pemecahan yang unik atas problem-problem dalam gereja. Pekerjaan utama yang dilakukan salib dalam pengalaman kita adalah mengakhiri kita. Pada satu pihak, Kristus adalah kenikmatan kita; pada pihak lain, salib adalah pengakhiran kita. Dari pengalaman kita tahu bahwa semakin kita menikmati Kristus, kita akan semakin diakhiri. Tatkala salib bekerja mengakhiri kita, apakah yang harus kita lakukan? Kita tidak boleh berbuat apa-apa kecuali tinggal diam dengan tenang pada tempat pengakhiran itu.

Kehidupan manusia penuh dengan problem dan masalah. Hidup ini seolah hanya untuk mengalami problem dan kesukaran. Hal ini tidak saja berlaku bagi kehidupan pernikahan dan kehidupan keluarga, tetapi juga bagi kehidupan gereja. Menurut cara manusia, perundingan adalah jalan untuk memecahkan problem atau menyingkirkan rintangan-rintangan. Seorang suami dan istrinya mungkin mencoba memecahkan problem dengan cara demikian. Namun, ini bukan cara Allah. Cara Allah ialah menyuplai Anda dengan Kristus dan mengakhiri Anda dengan salib. Bila dalam kehidupan keluarga atau dalam kehidupan gereja ada problem, manusia alamiah mungkin akan segera mencoba berunding dan memecahkan problem itu melalui pembicaraan. Demi belas kasih Tuhan, saya dapat bersaksi bahwa bila saya menghadapi godaan ini, dalam lubuk batin saya merasa bahwa saya tidak perlu berbicara atau berunding. Keperluan saya satu-satunya ialah pergi ke salib dan diakhiri. Kemudian Kristus masuk dengan suplai-Nya untuk memecahkan setiap problem. Inilah cara Allah untuk memecahkan semua problem dalam kehidupan gereja.

Kita harus menaruh perhatian penuh atas Kristus. Dialah kesukaan dan pilihan kita yang unik. Lagi pula, kita perlu memiliki satu pengertian yang tepat tentang salib, menyadari bahwa tujuan salib ialah mengakhiri segala hakiki kita. Kita perlu menerima salib ini dan menikmati Kristus. Inilah pemecahan yang unik bagi segala problem dalam gereja. Bagi orang Yahudi salib merupakan suatu batu sandungan, dan bagi orang-orang kafir adalah suatu kebodohan. Tetapi bagi kita, umat panggilan Allah, salib benar-benar kekuatan dan hikmat Allah (1:24). Menurut pemikiran alamiah dan kehidupan kita, disalibkan atau diakhiri itu bodoh. Tetapi sebagai orang-orang yang terpanggil, kita tahu bahwa salib adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 5.

23 March 2011

1 Korintus - Minggu 2 Rabu

Pembacaan Alkitab: Kol. 3:11; 1:12; 1 Kor. 1:2

Kristus adalah inti ekonomi Allah. Di antara beribu-ribu ayat dalam Alkitab, ada satu ayat yang sangat penting tentang hal ini, ayat ini adalah Kolose 3:11. Berbicara tentang manusia baru, Paulus berkata, "Dalam hal ini tidak ada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu." Dalam terang ayat ini, tiada satu pun di antara kita yang dapat membanggakan suku atau kebangsaan. Menurut Kolose 3:10-11, gereja, Tubuh Kristus, adalah manusia baru. Dalam manusia baru ini tidak ada perbedaan suku bangsa atau warga negara. Sebagaimana Paulus mengatakan, dalam manusia baru tidak ada orang Yunani atau orang Yahudi. Orang Yahudi terkenal dengan agamanya, dan orang Yunani tersohor dengan kebudayaannya, terutama filsafat mereka. Namun, dalam manusia baru tidak ada kedudukan bagi orang Yunani maupun orang Yahudi. Paulus selanjutnya mengatakan bahwa tidak ada orang bersunat atau tidak bersunat, orang Barbar atau Skit, budak atau orang merdeka. Hal ini menunjukkan bahwa dalam manusia baru tidak ada tempat bagi agama atau kebudayaan, tidak peduli kebudayaan yang betapa khususnya. Sebaliknya, Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

Kolose 3:11 memberi kita satu dasar kuat untuk mengatakan bahwa dalam ekonomi Allah, Kristus adalah segala sesuatu. Dia adalah setiap orang, setiap perkara, dan setiap benda. Kristus wajib menjadi suku bangsa atau kewarganegaraan kita. Jika ada orang bertanya apa suku bangsa Anda, Anda harus menjawab, "Aku suku bangsa Kristus." Kita harus menyadari dalam batin kita bahwa kita bukan orang Tionghoa, Jerman, Perancis, Selandia Baru, Amerika atau bangsa lainnya, melainkan anggota Kristus. Jika semua orang Kristen mengetahui bahwa Kristus adalah inti ekonomi Allah, maka semua perpecahan akan lenyap.

Kolose 1:12 mengatakan, "Mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam terang." Semua orang Kristen tahu bahwa Allah telah menebus kita, tetapi tidak banyak yang mengetahui bahwa Ia pun telah melayakkan kita untuk berbagian atas Kristus sebagai bagian orang kudus. Kata "bagian" dalam Kolose 1:12 menunjukkan kenikmatan. Tidak ada apa pun yang boleh menggantikan Dia sebagai bagian kita. Perkara seperti baptisan, bahasa lidah, atau kesembuhan tidak boleh menggantikan Kristus itu sendiri. Hanya Persona Kristus yang hiduplah bagian kita, bukan ajaran atau praktek apa pun.

Kadang-kadang kita berkata bahwa kita menikmati sidang-sidang gereja. Namun, daripada mengatakan menikmati sidang, lebih baik kita bersaksi bahwa kita menikmati Kristus dalam tiap sidang. Menikmati sidang itu sendiri sangat berbeda dengan menikmati Kristus dalam sidang. Ada beberapa orang kudus mungkin sangat membanggakan bahwa sidang-sidang di tempat mereka lebih baik daripada sidang-sidang di tempat lain. Kita harus sangat hati-hati dalam hal ini. Jangan mengatakan bahwa Anda menikmati sidang-sidang di tempat Anda. Sebaliknya, katakanlah kepada orang lain bahwa Anda menikmati Kristus. Kita tidak boleh membanggakan tempat kita atau tempat lain yang mana pun. Pada satu aspek, setiap lokal harus direndahkan agar kita dapat meninggikan Kristus, bagian unik kita. Bagian unik orang kudus bukanlah gereja di lokal tertentu. Bagian unik kita adalah Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 5.

22 March 2011

1 Korintus - Minggu 2 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:2, 9

Boleh jadi Anda ingin tahu bagaimana kita dapat menikmati persekutuan ini. Kita dapat menikmatinya hanya dengan menyeru nama Tuhan Yesus. Namun, jika kita mengatakan bahwa kita milik Paulus, kita sebenarnya menyeru nama Paulus. Mengatakan bahwa kita milik seseorang berarti kita menyeru nama orang tersebut. Setiap nama selain nama Kristus harus dikesampingkan, dan kita harus meninggikan satu nama saja, yaitu nama Tuhan kita, Yesus Kristus, nama Persona yang ajaib yang ke dalam persekutuan-Nya Allah telah memanggil kita. Jalan untuk menikmati persekutuan ini ialah menyeru nama Tuhan. Semakin kita menyeru nama Tuhan, kita akan semakin menikmati persekutuan yang ke dalamnya kita dipanggil. Saya ingin mengulangi perkara yang sudah kita tekankan sejak awal, yaitu kita telah dipanggil oleh Allah untuk menyeru nama Tuhan Yesus. Dengan menyeru nama-Nya, kita menikmati persekutuan-Nya dan berpartisipasi di dalamnya. Alangkah ajaib! Saya mendorong semua orang kudus untuk belajar menyeru nama Tuhan Yesus.

Orang kudus dalam pemulihan Tuhan harus belajar tidak mempunyai kesukaan apa pun, hal ini sangat penting. Orang kudus dalam sebuah gereja tidak seharusnya menyukai seorang penatua melebihi yang lain. Semua kesukaan yang sedemikian itu harus dihakimi. Kita semua harus dapat berkata bahwa kesukaan kita ialah Kristus yang almuhit dan luas itu.

Kita pun tidak boleh memilih-milih gereja. Kita tidak boleh menyukai gereja lokal kita melebihi gereja yang lain, atau gereja lain melebihi gereja di lokal kita. Kita harus puas dengan gereja di tempat mana Allah menaruh kita menurut pengaturan kedaulatan-Nya. Tidak salah, 1Korintus 1:2 memang mengatakan gereja Allah yang ada di Korintus. Tetapi dalam ayat ini Paulus selanjutnya menyebut setiap tempat. Kita harus bersedia berada di gereja Allah di mana pun. Jika angin Roh meniup Anda ke satu tempat, Anda harus berada di sana tanpa pilih-pilih. Jika setelah sejangka waktu angin rohani meniup Anda ke kota lain, Anda wajib sama puasnya berada di gereja tersebut.

Dalam kesembilan ayat yang pertama, Paulus meletakkan Kristus, inti unik itu sebagai dasar. Dalam inti unik ini kita mempunyai persekutuan dan kenikmatan yang unik dan almuhit, yakni persekutuan Kristus. Dalam 1:10 Paulus mulai menanggulangi sebelas problem yang terdapat dalam 1 Korintus. Dalam membereskan semua problem tersebut, Paulus menjelaskan bahwa pemecahan unik atas semua problem dalam gereja adalah Kristus dan salib-Nya. Satu-satunya jawaban ialah Kristus dan salib-Nya. Dengan menunjukkan satu pemecahan unik yang demikian atas problem dalam gereja di Korintus, maupun di setiap gereja lokal, Paulus telah meninggikan dan menjunjung Kristus. Paulus benar-benar jelas bahwa satu-satunya pemecahan atas problem kita ialah Kristus dan salib. Sebab itu, dengan 1 Korintus 1:1-9 sebagai dasar yang baik, kita dapat mulai mengapresiasi Kristus dan salib sebagai pemecahan unik atas semua problem dalam gereja.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 4.

21 March 2011

1 Korintus - Minggu 2 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:2, 9-10; Flp. 2:9

Dalam 1:1-9 Paulus mengesankan kita dengan fakta bahwa dalam ekonomi Allah, Kristus adalah inti yang unik (satu-satunya). Maksud Allah ialah menjadikan Kristus, Putra-Nya, inti dari ekonomi-Nya dan juga menjadikan Dia segala sesuatu bagi semua orang beriman. Inilah sebabnya Paulus memberi tahu kita dalam ayat 9 bahwa kita telah dipanggil ke dalam persekutuan Putra, Yesus Kristus Tuhan kita.

Untuk memberi definisi yang memadai atas persekutuan Putra Allah tidaklah mudah. Perkara ini sungguh sangat ajaib. Persekutuan ini tidak saja meliputi kesatuan kita dengan Allah Tritunggal, tetapi juga kesatuan antara semua orang beriman. Lagi pula, hal ini mengisyaratkan kenikmatan, yaitu kenikmatan kita atas Allah Tritunggal, kenikmatan Allah Tritunggal atas kita, dan juga kenikmatan kaum beriman atas satu sama lain. Dalam persekutuan ini kita menikmati Allah Tritunggal, dan Allah Tritunggal menikmati kita. Lebih dari itu, kita menikmati semua orang beriman dan semua orang beriman menikmati kita. Alangkah ajaibnya kenikmatan yang universal dan timbal balik ini! Kita telah dipanggil ke dalam sesuatu yang disebut persekutuan Putra Allah. Persekutuan ini bersifat universal dan timbal balik. Persekutuan ini bersifat timbal balik tidak hanya antara kaum beriman dengan Allah Tritunggal, tetapi juga antar kaum beriman itu sendiri.

Oleh karena kita telah dipanggil ke dalam persekutuan demikian, maka kita tidak boleh mengatakan bahwa kita milik Paulus, milik Kefas, milik Apolos, atau milik orang lainnya. Kita juga tidak boleh mengatakan bahwa kita dari satu doktrin tertentu atau dari praktek khusus. Allah tidak memanggil kita ke dalam persekutuan manusia, doktrin-doktrin, atau praktek-praktek. Kita tidak dipanggil ke dalam persekutuan Paulus atau orang lainnya, juga tidak dipanggil ke dalam persekutuan yang bersangkutan dengan suatu doktrin atau praktek. Kita telah dipanggil secara unik ke dalam persekutuan Putra Allah. Ini berarti kita telah dipanggil ke dalam realitas, perwujudan Allah Tritunggal. Dalam persekutuan ini kita menikmati Allah Tritunggal -- Bapa, Putra, dan Roh. Dalam persekutuan ini kita juga menikmati kaum beriman, dan kaum beriman menikmati kita. Di samping itu, Allah Tritunggal menikmati kita dan semua orang beriman lainnya di setiap tempat.

Bukankah akan sangat menakjubkan jika semua orang Kristen hari ini mengetahui bahwa mereka telah dipanggil ke dalam persekutuan ini? Jika demikian situasinya, maka dunia akan menjadi seperti Taman Eden. Tidak perlu Kerajaan Seribu Tahun, sebab Kerajaan Seribu Tahun sudah ada di sini. Namun, situasi yang sesungguhnya di antara orang Kristen hari ini sama sekali berbeda. Banyak perkara telah masuk dan menggantikan Kristus sebagai bagian unik kaum beriman. Bahkan perkara-perkara Iblis dan setan telah masuk. Namun, Allah telah menetapkan bahwa dalam ekonomi-Nya hanya satu Persona -- Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus -- yang harus menjadi segala-galanya. Dialah Bapa, Putra, dan Roh, dan Dia harus tersusun ke dalam kita menjadi Anda dan saya. Sebagaimana kita tunjukkan dalam Pelajaran-Hayat Kolose, dalam gereja sebagai manusia baru, Kristus harus menjadi segala sesuatu dan setiap orang. Kristus harus menjadi realitas gereja. Dia juga harus menjadi realitas setiap doktrin dan praktek. Realitas baptisan kita adalah Kristus, dan unsur pokok persekutuan kita juga adalah Kristus. Jika pengalaman orang Kristen hari ini demikian, alangkah indahnya situasi di antara kita semua!


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 4.

19 March 2011

1 Korintus - Minggu 1 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:2, 9; 6:17

Semua orang beriman dalam Kristus, termasuk kita, mempunyai kesukaan masing-masing. Orang-orang beriman di Korintus mempunyai kesukaan mereka sendiri. Sebagai orang Yunani, mereka adalah orang-orang yang menyanjung tinggi filsafat. Orang yang tidak suka memakai pikiran mungkin tidak mempunyai kesukaan. Misalnya jika saya bertanya kepada orang yang demikian, penatua mana yang lebih ia sukai di gereja lokalnya, ia mungkin mengatakan bahwa semua penatua sama, ia tidak nampak perbedaan apa pun di antara mereka. Tetapi jika Anda bertanya kepada seorang yang sering memakai pikirannya, ia akan segera menjawab bahwa ia memang lebih menyukai seorang penatua tertentu.

Kesukaan itu bersifat daging. Asalkan Anda berpegang kepada kesukaan Anda, berarti Anda berada dalam daging. Di samping itu, memiliki kesukaan akan membuat Anda kehilangan Kristus sebagai inti yang unik. Inti unik kita adalah Tuhan yang adalah milik mereka dan milik kita, Putra Allah yang ke dalam persekutuan-Nya kita semua telah dipanggil oleh Allah. Kita bukan dipanggil ke dalam kesukaan kita sendiri, pun bukan ke dalam para penatua atau gereja-gereja lokal. Kadang-kadang orang kudus berkata, "Aku tidak senang dengan gereja di sini, dan aku tidak mau tinggal di sini lagi. Aku ingin pindah ke tempat lain." Itu berarti mempunyai kesukaan dan adalah bersifat daging. Saya ulangi, mempunyai kesukaan berarti kehilangan Kristus sebagai inti yang unik.

Surat Kiriman ini khusus dialamatkan Paulus "kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus." Orang-orang kudus ini, kaum beriman yang tinggal di Korintus, adalah unsur-unsur pembentuk gereja di Korintus. Namun, Surat Kiriman ini tidak hanya ditulis kepada mereka, tetapi juga kepada "semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita." Ini berarti tidak ada perbedaan. Di samping itu, menurut ayat 9, Allah telah memanggil kita ke dalam persekutuan Kristus. Kita telah dipanggil ke dalam keesaan, ke dalam suatu kebersamaan yang timbal balik, antara kita dengan Dia. Sebab itu, tidak sewajarnyalah ada kesukaan terhadap gereja-gereja lokal atau terhadap orang beriman secara individual. Hanya Kristuslah -- tidak ada yang lain -- yang merupakan inti unik semua orang Kristen.

Perhatikan situasi di antara orang Kristen hari ini: banyak sekali kesukaan. Ada yang suka Presbiterian, sedangkan yang lainnya suka Baptis, Metodis, Lutheran, atau Pentakosta. Ada yang berkata, "Aku suka yang ini," dan yang lain, "Aku suka yang itu." Ada yang berkata, "Aku suka pastor ini", dan yang lain berkata, "Aku suka pendeta itu." Orang beriman hari ini lazim berkata, "Aku suka . . . Aku suka . . ." Anda mungkin menyukai sesuatu, tetapi Allah mungkin tidak menyukainya. Allah hanya menyukai Kristus. Allah mempunyai satu inti -- Yesus Kristus -- dan Ia telah memanggil Anda bukan ke dalam denominasi kesukaan Anda, melainkan ke dalam persekutuan Putra-Nya. Tidak ada orang atau kelompok yang harus menjadi kesukaan kita. Kesukaan kita satu-satunya seharusnyalah adalah Kristus sebagai inti unik, Kristus yang adalah Tuhan mereka dan Tuhan kita, Kristus yang ke dalam-Nya kita telah dipanggil oleh Allah. O, kita semua wajib nampak bahwa Allah telah memanggil kita ke dalam persekutuan Kristus yang demikian!

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 3.

18 March 2011

1 Korintus - Minggu 1 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:6-9

Dalam 1 Korintus 1:6 Paulus berkata, "Sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu." Kesaksian Kristus di sini berbeda dengan kesaksian Yesus dalam Kitab Wahyu 1. Di sini yang diartikan Paulus ialah pemberitaan Kristus. Pemberitaan Paulus tentang Kristus adalah suatu kesaksian dari Kristus. Ada beberapa orang mungkin heran mengapa Paulus tidak menggunakan kata pemberitaan, melainkan menggunakan kata kesaksian. Pemberitaan dapat dianggap sebagai perkataan yang berisi pemikiran. Kesaksian berbeda dengan itu. Kesaksian harus merupakan suatu kehidupan, bukan hanya pemberitaan.

Untuk membantu orang-orang Korintus agar tidak hanya memahami pernyataannya, tetapi juga beroleh realitasnya, maka Paulus memberi tahu mereka bahwa kesaksian Kristus diteguhkan di dalam mereka. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Aku berbuat lebih banyak daripada sekadar mengkhotbahkan Kristus kepada kalian. Apa yang aku beritakan adalah kehidupanku. Inilah kesaksianku tentang Kristus. Kalian telah diperkaya dalam segala macam penyataan dan segala macam pengetahuan. Kalian pun telah diperkaya dalam pengertian tentang apa yang kuberitakan." Khotbah Paulus kepada orang-orang Korintus merupakan kesaksiannya kepada mereka.

Semua perkara yang dibicarakan Paulus di sini berhubungan dengan perihal menjadi orang kudus. Orang kudus adalah orang yang telah dipanggil oleh Allah dan yang kini menyeru nama Tuhan Yesus. Orang kudus juga adalah orang yang memiliki peneguhan di dalamnya. Tidakkah Anda memiliki peneguhan di dalam Anda seperti yang dikatakan Paulus dalam ayat 6? Sebagai orang beriman dalam Kristus, Anda pasti mempunyai hayat ilahi dan Roh Kudus di dalam Anda. Sebab itu, Anda telah diteguhkan berkenaan dengan keselamatan Anda. Jika seseorang tidak mempunyai keteguhan ini di dalamnya, saya akan meragukan keselamatannya. Orang kudus tidak saja telah dipanggil oleh Allah dan menyeru nama Tuhan, tetapi juga memiliki peneguhan batiniah. Ada sesuatu di dalamnya yang meneguhkan bahwa ia adalah milik Tuhan dan ia mempunyai hayat ilahi dan Roh Kudus.

Ayat 9 memberi tahu kita bahwa Allah telah memanggil kita ke dalam persekutuan Anak-Nya, Yesus Kristus Tuhan kita. Ini berarti berbagian dalam kesatuan dengan Anak Allah, Yesus Kristus, dan bersama-sama menikmati persekutuan-Nya. Allah telah memanggil kita masuk ke dalam persekutuan ini, menikmati Kristus sebagai bagian kita yang diberikan kepada kita, seperti yang dikatakan dalam ayat 2, "yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita." Ini menegaskan lagi fakta penting bahwa Kristus adalah sentral unik kaum beriman, untuk membereskan masalah-masalah di antara kaum beriman, khususnya masalah atas perpecahan.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 3.

17 March 2011

1 Korintus - Minggu 1 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:3-8

Dalam ayat 3 terdapat salam Paulus kepada orang-orang Korintus: "Anugerah dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu." Anugerah (kasih karunia) adalah Allah sebagai kenikmatan kita (Yoh. 1:17; 1 Kor. 15:10), dan damai sejahtera adalah keadaan yang dihasilkan dari anugerah yang berasal dari kenikmatan atas Allah Bapa kita.

Dalam ayat 4 Paulus berkata, "Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas anugerah Allah yang diberikan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus." Rasul bersyukur kepada Allah atas orang-orang beriman di Korintus bukan berdasarkan keadaan mereka di dalam diri sendiri, melainkan berdasarkan anugerah yang Allah berikan kepada mereka di dalam Kristus.

Dalam ayat 7 karunia mengacu kepada karunia batiniah yang timbul dari anugerah, seperti karunia cuma-cuma akan hayat yang kekal (Rm. 6:23) dan karunia Roh Kudus (Kis. 2:38) sebagai karunia surgawi (Ibr. 6:4). Ini tidak mengacu kepada karunia yang di luar, yang mujizat, seperti penyembuhan, berbahasa lidah, dan lain-lainnya yang dikatakan dalam pasal 12 dan pasal 14. Semua karunia batiniah ini adalah barang-barang awal dalam hayat ilahi yang diterima dalam anugerah. Semua barang awal ini perlu bertumbuh (3:6-7), hingga mencapai perkembangan yang penuh dan matang. Kaum beriman di Korintus tidak kekurangan karunia awal dalam hayat, tetapi mereka sangat kekurangan pertumbuhan dalam hayat. Karena itu, tak peduli berapa kayanya karunia awal yang mereka dapatkan dari anugerah, mereka tetap bayi di dalam Kristus, jiwani, milik tubuh daging, bahkan karnal (2:14; 3:1, 3).

Setelah lewat bertahun-tahun, sekarang saya berani berkata bahwa karunia dalam 1:7 berbeda dengan karunia-karunia yang dibicarakan dalam pasal 12 dan 14. Dalam kedua pasal itu ada beberapa karunia yang bersifat ajaib dan lainnya berkaitan dengan kematangan. (Kita akan membahas hal ini sepenuhnya apabila kita sampai pada bagian tersebut). Sebagaimana telah kita tunjukkan, karunia dalam ayat 7 mengacu kepada karunia-karunia awal yang berasal dari anugerah, yakni hayat kekal dan karunia Roh Kudus. Pada saat kita dilahirkan kembali, kita telah menerima hayat kekal sebagai karunia Allah. Menurut Kisah Para Rasul 2:38, Roh Kudus juga sebuah karunia. Menyebut karunia-karunia ini sebagai karunia awal menunjukkan bahwa karunia-karunia ini belum dikembangkan; mereka belum bertumbuh sampai matang.

Surat 1 Korintus ditulis kepada orang-orang yang berfilsafat. Namun jangan mengira orang-orang Yunani kuno itu lebih berfilsafat daripada kita hari ini. Kita semua memiliki filsafat. Sama dengan orang-orang Korintus, kita orang-orang yang berfilsafat ini telah diperkaya dalam pengertian kita tentang hal-hal rohani. Kita mungkin mempunyai pengetahuan tentang perkara-perkara ini, namun masih bayi di dalam Kristus.

Karena pendidikan mereka, banyak orang kudus mampu mengerti ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk menyampaikan perkara-perkara rohani. Mereka mungkin mampu menangkap pemikiran itu tetapi tidak memiliki realitasnya. Inilah situasi kaum beriman Korintus. Karena mereka berbudaya, terpelajar, dan berfilsafat, mereka dapat mengerti perkataan-perkataan yang menyampaikan pemikiran dari ministri Paulus. Tetapi mereka tidak mempunyai realitas dari pemikiran ini. Para sarjana hari ini, memang bisa mengerti pemikiran yang disampaikan dalam kata-kata, namun mereka kekurangan realitas yang ditunjukkan oleh pemikiran itu. Realitas ini adalah Kristus sendiri. Seperti halnya kaum beriman Korintus, mereka kaya dalam penyataan dan pengetahuan, dalam pengertian mereka tentang hal-hal rohani, tetapi mereka tidak memiliki realitas perkara-perkara tersebut.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 2.

16 March 2011

1 Korintus - Minggu 1 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:1-2

Ayat 2 mengatakan, "Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus." Menurut tata bahasa, "kepada gereja (jemaat) Allah" merupakan keterangan bagi "yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus." Ini dengan kuat menyatakan bahwa gereja terdiri atas orang-orang kudus, dan orang-orang kudus adalah unsur penyusun gereja. Kita tidak seharusnya menganggap keduanya sebagai satuan yang berbeda. Secara individu, kita adalah orang kudus; secara korporat, kita adalah gereja. Jadi, gereja bukan hanya tersusun dari Allah, tetapi juga tersusun dari orang-orang kudus.

Ungkapan "dipanggil menjadi orang-orang kudus (orang-orang kudus yang terpanggil, Tl.)" menunjukkan bahwa kaum beriman dalam Kristus adalah orang-orang kudus yang terpanggil; bukan dipanggil menjadi orang kudus. Ini adalah perkara posisi, adalah pengudusan posisi, untuk mencapai pengudusan watak.

Dalam ayat 2 Paulus berkata pula, "Dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita." Perhatikanlah bahwa di sini tidak dikatakan "dan semua orang", melainkan "dengan semua orang". Ini menunjukkan: satu gereja lokal, seperti gereja di Korintus, hanya tersusun dari kaum beriman di lokal itu, bukan tersusun dari semua orang beriman di berbagai lokal. Surat ini bukan hanya untuk satu gereja di Korintus, melainkan untuk seluruh kaum beriman di setiap tempat. Surat ini ditujukan kepada setiap orang beriman di mana saja dan kapan saja.

Dalam ayat ini kita nampak dua panggilan: pertama, kita adalah orang-orang kudus yang terpanggil; kedua, kita berseru kepada nama Tuhan. Ini menunjukkan bahwa kita, kaum beriman, orang-orang kudus, telah dipanggil oleh Allah untuk berseru kepada nama Tuhan. Kita telah dipanggil untuk berseru! Dipanggil adalah perkara sekali untuk selamanya, tetapi berseru kepada nama Tuhan adalah perkara seumur hidup. Kita perlu terus-menerus berseru kepada-Nya.

Menyeru nama Tuhan menyiratkan percaya ke dalam-Nya (Rm. 10:14). Setiap orang beriman di dalam Tuhan, seharusnya adalah orang yang menyeru nama-Nya (Kis. 9:14, 21; 22:16). Kita sudah dipanggil untuk menyeru, yaitu dipanggil Allah untuk menyeru nama Tuhan Yesus.

Berseru kepada nama Tuhan Yesus bukan perkara berdoa secara diam-diam, melainkan berseru kepada Tuhan dengan suara terdengar. Orang Kristen sering berdoa dengan diam-diam atau dengan suara yang sangat kecil. Tetapi jika kita hendak berseru kepada nama Tuhan Yesus, kita perlu memanggil Dia dengan suara terdengar. Saya dapat bersaksi bahwa seruan ini akan sangat berbeda.

Anda telah dipanggil oleh Tuhan, tetapi apakah Anda berseru kepada Dia? Saya khawatir bahkan di antara kita pun ada sebagian orang yang tidak menyeru nama Tuhan. Mereka masih takut kehilangan muka mereka. Semakin kita menyeru nama Tuhan Yesus, kita akan semakin dibebaskan dan ditinggikan. Tambahan pula, penyeruan ini menandakan bahwa kita adalah orang-orang kudus yang terpanggil.

Dalam ayat 2 Paulus berkata bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah "Tuhan mereka dan Tuhan kita." Kristus Sang Almuhit ini adalah milik setiap orang beriman. Dia adalah bagian yang diberikan Allah kepada kita (Kol. 1:12). Rasul menambahkan frase istimewa ini pada akhir ayat ini untuk menekankan satu fakta penting, yaitu Kristus adalah sentral unik (satu-satunya) setiap orang beriman di mana saja mereka berada dan bagaimanapun situasi mereka. Dalam surat ini, maksud rasul ialah membereskan masalah-masalah yang ada di antara kaum beriman di Korintus. Terhadap segala masalah, terutama perpecahan, penyelesaiannya yang unik adalah Kristus yang almuhit. Kita semua telah dipanggil masuk ke dalam persekutuan-Nya, berbagian atas-Nya (ayat 9). Setiap orang beriman harus berfokuskan Dia saja, tidak terpecah-belah oleh orang-orang tertentu yang berkarunia, doktrin tertentu yang ditekankan secara berlebihan, atau pelaksanaan tertentu.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 2.

15 March 2011

1 Korintus - Minggu 1 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:1-2

Butir penting berikutnya ialah bahwa Surat 1 Korintus ini menekankan Kristus. Dalam 2:2 Paulus mengutarakan sebuah kalimat yang keras: "Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan." Di sini Paulus bukan membicarakan Kristus yang telah dibangkitkan atau Kristus yang telah naik ke surga, bukan pula Kristus yang mengaruniakan segala karunia kepada kita, melainkan Kristus yang disalibkan, Kristus yang dimatikan. Jadi yang ditekankan Paulus dalam surat ini ialah Kristus yang dihukum, disalibkan. Dalam surat ilustrasi ini, Kristuslah fokusnya, tetapi terutama bukan Kristus sebagai Roh pemberi-hayat dalam kebangkitan, melainkan Kristus yang disalibkan. Jika kita nampak bahwa 1 Korintus merupakan sejilid surat ilustrasi dan surat ini menekankan Kristus yang disalibkan, maka kita sudah siap untuk membahas Surat Kiriman ini secara terperinci.

Dalam 1:1-9 Paulus meliput sejumlah butir penting. Dalam ayat-ayat tersebut pertama-tama kita nampak satu pemahaman yang wajar mengenai rasul. Kemudian kita nampak satu pandangan jelas tentang gereja dan kaum beriman. Selanjutnya Paulus membahas sesuatu yang boleh kita sebut sebagai karunia-karunia awal. Jika kita ingin memahami Surat 1 Korintus, kita harus mengetahui apakah karunia-karunia awal dan apakah karunia-karunia yang dikembangkan. Dalam pasal 1 kita tidak nampak karunia-karunia yang dikembangkan, yakni karunia-karunia yang berasal dari pertumbuhan hayat, melainkan hanya ada karunia-karunia awal. Ayat 9 amat penting. Di sini Paulus berkata, "Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia." Di sini Paulus membicarakan tentang persekutuan Kristus. Allah memanggil kita untuk memasuki persekutuan ini. Jadi, butir-butir utama dalam 1:1-9 adalah rasul, gereja, kaum beriman, karunia-karunia awal, dan persekutuan Kristus.

Dalam 1:2 tercantum orang-orang yang menerima Surat Kiriman ini. Surat ini ditulis kepada "jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus." Gereja (jemaat) Allah! Suatu ungkapan yang indah! Bukan gereja Kefas, atau gereja Apolos, atau gereja Paulus, juga bukan gereja dari tata cara atau doktrin apa pun, tetapi gereja Allah. Meskipun dalam gereja di Korintus ada perpecahan, dosa, kekacauan, penyalahgunaan karunia, dan ajaran sesat, rasul tetap menyebutnya gereja Allah, sebab esens ilahi dan rohani yang membuat kaum beriman berhimpun bersama menjadi gereja Allah benar-benar ada di sana. Sebutan rohani oleh rasul ini berdasar pada pandangan rohaninya dalam memandang gereja di dalam Kristus. Sebutan yang sederhana ini seharusnya menyingkirkan semua perpecahan dan kekacauan atas tata cara dan doktrin.

Dalam sebuah ayat ini kita nampak aspek universal maupun aspek lokal gereja. Aspek universal mengacu pada susunan, sifat, dan isi gereja, sedangkan aspek lokal mengacu pada ekspresi dan pelaksanaan gereja. Jika kita hanya memiliki aspek lokal, tetapi tidak memiliki aspek gereja yang dari Allah, kita hanya mempunyai suatu formalitas lahiriah. Kita akan kekurangan realitas batiniahnya. Tetapi jika kita hanya memiliki aspek universal, tetapi tidak memiliki aspek lokal gereja di tempat tertentu, kita akan memiliki realitas namun tanpa pelaksanaan. Di satu pihak, gereja tersusun dari Allah, di pihak lain, gereja diekspresikan di tempat tertentu.

Tidak banyak guru Kristen yang nampak kedua aspek gereja ini. Dalam tulisan-tulisan mereka, ada yang membicarakan tentang gereja Allah, dan yang lain mungkin mengatakan sesuatu tentang gereja berada di Korintus. Tetapi kita perlu terkesan bahwa keterangan tentang gereja dalam 1:2 meliputi dua aspek gereja, yakni universal dan lokal. Kita pun harus mengerti bahwa aspek universal mengacu kepada sifat dan isi gereja dan bahwa aspek lokal mengacu kepada pelaksanaan dan ekspresi gereja. Hari ini kita wajib memiliki kedua aspek ini. Kita wajib menjadi gereja Allah di satu tempat tertentu, misalnya di Anaheim, Vancouver, atau Filadelfia. Kita wajib menjadi universal juga lokal, lokal juga universal. Kita semua harus dapat berkata bahwa kita adalah dari gereja Allah di suatu tempat. Tatkala orang bertanya kepada Anda, Anda milik gereja mana, Anda harus mengatakan bahwa Anda milik gereja Allah di tempat Anda berada, tempat tertentu. Dalam pemulihan Tuhan, kita mempunyai gereja universal yang terekspresi dan dilaksanakan di tempat-tempat (lokal) tertentu.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 1.

14 March 2011

1 Korintus - Minggu 1 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:1-2, 11-12

Kitab 1 Korintus memberi kita sebuah ilustrasi tentang kehidupan orang Kristen, kehidupan gereja, dan kehidupan Tubuh, yang masing-masing diilustrasikan sepenuhnya dalam 1 Korintus. Apa yang diwahyukan dalam Surat Roma secara garis besar diilustrasikan sepenuhnya dalam 1 Korintus. Kita memiliki sketsa kehidupan orang Kristen dan kehidupan gereja dalam Surat Roma, sedangkan ilustrasi kehidupan orang Kristen, kehidupan gereja, dan kehidupan Tubuh, kita temukan dalam 1 Korintus.

Ada sebagian orang mungkin akan membantah pernyataan bahwa 1 Korintus merupakan sebuah ilustrasi dari kehidupan orang Kristen kita. Mungkin mereka akan bertanya, "Apakah kita dituntut untuk mengikuti pola orang Kristen di Korintus? Haruskah kita memiliki corak kehidupan orang Kristen yang dilukiskan dalam kitab ini? Haruskah kita menuruti contoh gereja di Korintus dan memiliki jenis kehidupan gereja yang mereka miliki? Haruskah kita menempuh kehidupan Tubuh seperti yang kita lihat di Korintus? Segala yang ada dalam gereja di Korintus serba kasihan. Kehidupan orang Kristennya, kehidupan gerejanya, dan kehidupan Tubuh, semua serba kasihan!" Namun, kasihan atau tidaknya orang-orang Korintus dalam perkara-perkara ini adalah soal kedua. Di sini yang penting adalah bahwa pada hakikatnya Surat Korintus mengilustrasikan kehidupan orang Kristen, kehidupan gereja, dan kehidupan Tubuh yang biasa dan khas. Sebenarnya, kehidupan orang Kristen umumnya tepat seperti yang ada di Korintus. Demikian pula kehidupan gereja dan kehidupan Tubuh yang khas.

Ilustrasi-ilustrasi dalam 1 Korintus kelihatannya bersifat negatif. Ya, memang itu negatif, tetapi riil. Lagi pula, situasi sebenarnya di antara kaum beriman dan dalam gereja-gereja banyak unsur negatifnya, baik pada masa Paulus maupun masa kini. Sungguh sulit menemukan satu gereja lokal yang situasinya sama sekali bebas dari unsur-unsur negatif. Sebagian orang mungkin sangat mengagumi kehidupan gereja yang dilukiskan dalam Kisah Para Rasul 2 dan 4. Tetapi apakah yang bisa lebih negatif daripada kasus Ananias dan Safira dalam Kisah Para Rasul 5? Kasus bersungut-sunggutnya orang banyak dalam Kisah Para Rasul 6 juga menunjukkan adanya suatu situasi yang negatif. Bahkan ketika Tuhan Yesus masih berada di bumi bersama murid-murid-Nya, saat itu pun banyak situasi negatif. Para murid saling bertengkar mengenai siapa yang paling besar. Tentu, 1 Korintus bukan suatu ilustrasi dari Yerusalem Baru. Sebaliknya, ia adalah ilustrasi dari kehidupan orang Kristen, kehidupan gereja, dan kehidupan Tubuh pada zaman ini. Karena kita hidup dalam zaman ini, zaman gereja, maka kita perlu menerima 1 Korintus sebagai ilustrasi kita. Surat ini merupakan sebuah potret dari gereja lokal kita. Kiranya kita semua nampak dengan jelas bahwa 1 Korintus adalah sebuah ilustrasi dari kehidupan orang Kristen, kehidupan gereja, dan kehidupan Tubuh kita sendiri.

Sumber:
Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 1.

13 March 2011

Pemberitahuan

Kaum saleh yang terkasih,

Dengan berakhirnya Arus Hayat Roma Volume 7, maka pembahasan surat Roma telah berakhir.
Untuk memasuki surat 1 Korintus, buku bahan renungan pagi "Arus Hayat" sudah tidak diterbitkan lagi.

Sedangkan untuk Arus Hayat Elektronik (baik berupa mailing-list - di arushayat@yahoogroups.com maupun di blogspot - www.arushayat.blogspot.com),
akan dilanjutkan dengan cuplikan dari buku Pelajaran-Hayat 1 Korintus terbitan Yayasan Perpustakaan Injil (Yasperin), yang akan dikirim/diupdate untuk pembacaan hari Senin s/d Sabtu untuk setiap minggunya. Dikarenakan ini hanyalah berupa cuplikan, jika Anda ingin menikmati secara penuh, bisa memesan/membeli buku Pelajaran-Hayat tersebut, sehingga Anda bisa menikmati kekayaan firman Tuhan yang lebih limpah lagi.


Demikianlah pemberitahuan ini,
Selamat menikmati Pelajaran-Hayat 1 Korintus,

Atas nama team Redaksi Arus-Hayat,




Lim Ming Hui
limminghui@gmail.com

Roma Volume 7 - Minggu 4 Minggu

Pekerjaan Roh yang Berhuni
Roma 8:23
Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.

Ayat Bacaan: Rm.8: 9,11; 13-16; 26-27; 23

Sekarang marilah kita melihat dari Roma 8 berbagai aspek tentang pekerjaan dari Roh itu. Roh itu adalah Roh yang berhuni (ay 9, 11). Roh itu adalah memberi hayat. Roh itu bukan hanya memberi hayat, melainkan juga membunuh, mematikan (ay 13). Roh ini juga yang memimpin kita (ay 14), dan pimpinan-Nya itu sangat manis. Puji Dia, bahwa Dialah yang memimpin kita!
Roma 8:15 memberikan fungsi yang kelima dari Roh itu: Roh ini berseru, “Ya Abba, ya Bapa,” dengan sangat manis. Kapan saja kita berseru, “Ya Abba, ya Bapa,” kita akan merasa manis dan terhibur. Keenam, menurut Roma 8:16, Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita. Maka, Dia adalah Roh yang bersaksi. Yang ketujuh, ayat 26, di sini kita melihat bahwa Roh itu berfungsi untuk membantu kita dalam kelemahan kita. Yang kedelapan, di dalam ayat 27 kita memiliki pengantara doa dari Roh itu. Akhirnya, menurut ayat 23, kita memiliki “buah sulung Roh itu.” Apa yang sedang kita nikmati pada hari ini hanyalah buah sulung, bukan tuaian yang penuh. Buah sulung adalah satu contoh, satu pencicipan, satu garansi, dari pencicipan yang penuh yang akan datang. Sewaktu kita sedang menikmati buah sulung Roh ini, maka kita akan berharap dalam masa yang akan datang dapat menikmati pencicipan yang penuh, yaitu penebusan tubuh kita.
Perkara tetap tinggal di dalam roh itu adalah perkara yang sangat bermakna. Bila kita tinggal di dalam roh, maka kita akan menikmati Roh yang menghuni itu memberi hayat, membunuh, memimpin, berseru, bersaksi, bergabung untuk membantu kelemahan kita, dan menjadi pengantara doa kita. Akhirnya, kita akan menikmati Dia sebagai buah sulung dari Allah Tritunggal, yang akan menjadi pencicipan kita yang penuh. Kita perlu untuk mengatakan,” Amin!”, kepada setiap ayat di dalam Roma 8, khususnya kepada frase “di dalam roh”, dan memploklamirkan fakta bahwa kita berada di dalam roh! Maka kita akan mengalami satu perubahan dalam kehidupan Kristen kita. Hal ini akan mentransformasi kita, membangun kita, dan memberikan pertumbuhan dalam hayat kepada kita. Haleluya atas Roh itu!

Sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. (2 Kor. 3:6)

12 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 4 Sabtu

Mengumumkan Berada di Dalam Roh
Roma 8:9
Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Ayat Bacaan: Rm. 8:9

Kita menjadi milik Kristus adalah perkara posisi, sedangkan berada di dalam roh adalah perkara keadaan. Posisi kita adalah milik Kristus itu telah dibereskan satu kali untuk selamanya; namun, keadaan berada di dalam roh itu mungkin naik turun. Karena alasan ini, maka kita perlu melihat bagaimana untuk menstabilkan keadaan kita berada di dalam roh.
Satu cara untuk menstabilkan keadaan ini adalah dengan mengumumkan bahwa kita berada di dalam roh. Belajarlah berkata, “Saya ada di dalam roh!” Seorang hamba Tuhan, Witness Lee, mendorong kita untuk berseru, “O, Tuhan Yesus.” Kemudian ia mendorong kita untuk berkata, “Saya berada di dalam roh.” Dalam hal ini kadang-kadang kita dapat mengontaki Tuhan hanya dengan berkata, “O”; tidak selalu perlu berkata, “O Tuhan Yesus.” Sama prinsipnya, kita tidak perlu selalu berkata, “Saya berada di dalam roh,” karena mungkin cukup hanya dengan mengatakan kata , “di dalam.”
Di dalam roh ialah membiarkan Allah memenuhi kita, membiarkan Kristus meresapi kita, dan membiarkan Kristus merembes keluar dari diri kita, sehingga kita dapat mengekspresikanNya. Bukan kita dapat mengasihi istri, bukan kita dapat mengasihi suami, melainkan kita hidup dalam roh, membiarkan Kristus Pemberi Hayat ini meresapi dan menjenuhi seluruh diri kita, kemudian dari diri kita Allah tertampil. Itulah penghidupan orang Kristen yang menang, itulah penghidupan keluarga Kristen, itulah penghidupan gereja orang Kristen, dan itulah realitas gereja. Realitas gereja ialah hidup dalam roh. Roh yang kita maksud di sini bukan hanya Roh Kudus, melainkan juga roh kita, yang tercipta dan sudah dilahirkan kembali. Hari ini kita harus melupakan pikiran dan perasaan kita dan beralih ke dalam roh dan damba terus di dalam roh. Kebanyakan orang damba di dalam pikiran dan emosi, tidak damba di dalam roh. Kita patut damba di dalam roh. Kita tidak mengerti memikul salib, hanya tahu mengikuti roh. Kita pun tidak mengerti berdoa, berpuasa, rendah hati, sabar dan lain-lain, kita hanya tahu mengikuti roh. Begitu kita mengikuti roh, kita sudah memiliki segalanya, dan tanpa disadari kita sudah memikul salib. Begitu kita mengikuti roh, segala sesuatu akan menjadi milik kita.

Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24)

11 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 4 Jumat

Berbicara di Dalam Iman
2 Kor. 4:13
Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.

Ayat Bacaan: Rm. 4:17; Kej. 1:3; 2 Kor. 4:13

Di dalam alam rohani ini Allah melalukan segala sesuatu melalui berbicara. Sekali Allah mengatakan satu hal tertentu, maka hal itu akan terjadi. Di dalam Roma 4:17 kita diberitahu bahwa Allah menyebut apa yang tidak ada menjadi ada. Ini berarti bahwa melalui berbicara Dia menyebut hal-hal itu menjadi ada. Misalnya, menurut Kejadian 1:3, Allah berkata, “Jadilah terang,” dan terang itupun ada.
Sebagai anak-anak Allah, kita perlu sadar bahwa bila kita mengatakan sesuatu yang berasal dari hati yang tulus, maka situasi itu akan terjadi menurut perkataan kita. Misalnya seseorang bertanya kepada kita apakah kita telah diselamatkan. Kita harus menjawab dengan tegas, “Ya, saya sudah diselamatkan.” Kita tidak boleh ragu-ragu dan berkata, “Saya pikir-pikir dulu. Menurut bukti-bukti tertentu saya mungkin sudah diselamatkan.” Kita harus belajar untuk tidak berbicara di dalam ketulusan alamiah kita, melainkan dalam iman. Paulus memberitahu kita bahwa kita berbicara karena kita memiliki roh iman: “Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata” (2 Kor. 4:13). Mengenai berada di dalam roh dan menerima Roh itu, banyak dari antara kita yang salah didikan. Beberapa orang mengajarkan bahwa agar seseorang dapat menerima Roh itu, maka ia harus bertobat, mengaku dosa-dosanya, dan berdoa dengan berpuasa. Kemudian, setelah sejangka waktu, maka ia tiba-tiba akan menerima Roh itu. Karena pengaruh dari latar belakang agama kita, maka kita mungkin ragu-ragu untuk menjawab bila seseorang bertanya kepada kita apakah kita telah menerima Roh Kudus. Jika kita dengan tepat dibimbing di dalam hal-hal rohani, maka kita akan dapat menjawab dengan segera, “Ya, saya telah menerima Roh Kudus!”
Kita sering ragu, sangsi, menimbang-nimbang, dan memikirkan perkara demi perkara terus menerus. Kita mungkin mengira bahwa kita itu hati-hati dan rendah hati. Sebenarnya kita sedang tertipu oleh si musuh dan diperdaya olehnya. Dalam iman, kita perlu mengumumkan dengan berani: ”Tuhan aku cinta pada-Mu! Tuhan aku mengasihi-Mu dengan segenap hatiku!”

Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. (Yud. 22)

10 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 4 Kamis

Penyaluran Hayat Tiga Ganda
Roma 8:11
Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu.

Roma pasal delapan adalah pasal yang terpenting di dalam kitab Roma. Di dalam pasal ini Paulus tidak hanya membicarakan mengenai Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi Roh pemberi hayat tinggal di dalam kita sebagai hukum Roh hayat (1 Kor. 15:45b; Rm. 8:2), tetapi juga membicarakan bagaimana Allah Tritunggal disalurkan ke dalam manusia tiga bagian dan memberikan hayat kepada roh, jiwa dan tubuh manusia. Dengan kata lain sebagai Roh pemberi hayat, Allah Tritunggal berhuni di dalam kita untuk memberikan hayat kepada kita dengan cara tiga ganda.
Aspek yang pertama ditemukan dalam Roma 8:10, “Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.” Ayat ini mengatakan bahwa jika Kristus ada di dalam kita, roh kita adalah hayat. Karena Kristus yang adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi Roh pemberi hayat berhuni di dalam kita, dan penghunian-Nya membuat roh kita menjadi hayat. Aspek yang kedua ditemukan dalam Roma 8:6, “Karena meletakkan pikiran di atas daging adalah maut, tetapi meletakkan pikiran di atas roh adalah hayat dan damai sejahtera.” (T.l). Pikiran adalah bagian yang memimpin jiwa kita. Pikiran ini mewakili jiwa kita. Ini berarti bahwa bila pikiran kita menjadi hayat, maka jiwa kita juga menjadi hayat. Roh kita pertama-tama adalah hayat, dan kemudian jiwa kita juga menjadi hayat. Akhirnya, Dia yang membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati akan memberikan hayat kepada tubuh fana kita (Rm. 8:11). Maka, hayat ini dibagikan kepada kita secara tiga ganda: Roh menjadi hayat, pikiran menjadi hayat, dan hayat ini dibagikan kepada tubuh fana kita.
Hari ini sebagai kaum beriman, kita perlu terus menerus meletakkan pikiran kita di atas roh (Rm.8:6); lalu bersandar Roh yang tinggal di batin kita mematikan perbuatan tubuh kita (Rm. 8:13,11); dan hanya berperilaku menurut roh (Rm. 8:4). Dengan demikian, seluruh diri kita dijenuhi oleh Roh, dan dengan sepenuhnya mengalami penyaluran Trinitas ilahi ke dalam kita, manusia tiga bagian ini, lalu kita setiap hari mengalami Allah Tritunggal meluas di dalam kita. Haleluya!

Tuhan Yesus Kristus yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu...(Flp. 3:21)

09 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 4 Rabu

Hukum Roh Hayat yang Bekerja
Roma 8:2
Sebab hukum Roh Hayat telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

Ayat Bacaan: Rm. 8:1-2, 4, 13; Ef. 3:16-17a; Gal. 5:24

Allah Tritunggal yang telah melalui proses dan menjadi hukum Roh hayat di dalam kita dapat diilustrasikan sebagai listrik yang telah diinstalasikan di dalam rumah kita. Karena itu, kita tidak perlu meminta pembangkit listrik bila kita memerlukan energi listrik untuk menyalakan AC. Sebaliknya kita hanya perlu mengambil remote-nya dan menekan tombol powernya. Kemudian dengan segera kita akan menikmati udara yang dingin dari AC tersebut. Namun sebagai orang Kristen, seringkali kita seperti orang-orang yang memanggil pembangkit listrik untuk keperluan akan listrik. Ketika terganggu oleh amarah, kita mungkin berseru, “O Allah, Bapa yang penuh dengan belas kasihan, belas kasihanilah aku dan tolonglah aku agar tidak marah. Aku tidak ingin marah lagi,. Bebaskanlah aku dari hal ini.” Doa semacam ini adalah doa yang tidak tahu bahwa Allah Tritunggal telah diinstalasikan ke dalam kita sebagai suatu hukum.
Hari ini Allah kita bukan hanya Allah yang mahakuasa, sang Penebus, dan Penyelamat. Dia bahkan lebih dari sekedar hayat atau suplai hayat kita. Dia adalah satu hukum yang bekerja di dalam kita. Sekarang tidak ada penghu-kuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus karena hukum Roh hayat telah membebaskan kita dari hukum dosa dan maut (Rm. 8:1-2). Betapa ajaib bahwa hukum yang demikian ini sedang bekerja di dalam kita! Hari ini kita hanya perlu “menyalakan” dan beristirahat saja melalui kita berjalan menurut roh (Rm. 8:4). Jangan berjalan menurut pikiran, emosi, atau tekad. Berjalanlah menurut roh, karena Tuhan dan kasih karunia-Nya ada di dalam roh. Jika kita berseru dan membuka diri kita kepada-Nya untuk menikmati kekayaan-Nya dan berjalan menurut roh, Tuhan akan mendapatkan lebih banyak wilayah di dalam kita. Kemudian Dia berumah di dalam hati kita (Ef. 3:16-17a) dan de-ngan demikian menjadi kenikmatan kita yang penuh. Dan secara otomatis kita akan menyalibkan daging (Gal. 5:24) dan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh yang penuh nafsu (Rm. 8:13). Kristus yang berumah di dalam hati kita, menjadi kenikmatan kita yang penuh akan memenuhi kita dengan tenaga dan kekuatan untuk mengalahkan semua perkara negatif yang di dalam kita.

Sehingga oleh imanmu Kristus tinggal di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih (Ef. 3:17)

08 March 2011

Roma Volume 7 - MInggu 4 Selasa

Allah menjadi Hukum Roh Hayat
Roma 8:2
Sebab hukum Roh hayat telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Tl.)

Ayat Bacaan: Rm. 8:2-3, 9-11, 34.

Dalam Roma pasal delapan Paulus membicarakan dengan jelas bahwa hukum Roh hayat adalah Allah Tritunggal telah melalui proses menjadi Roh pemberi hayat yang berhuni di dalam kita. Pertama-tama, di dalam Roma 8:3 ia menunjukkan proses inkarnasi dan penyaliban: “Allah mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa. Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.” Frase “Allah mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging yang serupa dengan daging dosa” berhubungan dengan inkarnasi. Sedangkan frase “menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” menunjukkan penyaliban Kristus. Kedua, di dalam Roma 8:11 Paulus membicarakan proses kebangkitan: “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang diam di dalam kamu.” Ketiga di dalam Roma 8:34 Paulus menunjukkan proses kenaikan ketika ia memberitahu kita bahwa Kristus ada di sebelah kanan Allah menjadi pengantara doa bagi kita. Karena itu, di dalam pasal ini kita memiliki empat proses: inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan.
Selanjutnya Roma 8 juga mewahyukan tentang Allah Tritunggal. Di dalam Roma 8:2 kita memiliki Roh hayat. Sedangkan di dalam Roma 8:3 kita memiliki Allah, Bapa, yang mengutus Putra. Kemudian di dalam Roma 8:9-10 juga membicarakan tentang Roh Allah, Roh Kristus, dan Kristus. Dan yang terakhir di dalam Roma 8:11 membicarakan perihal Roh itu, Dia (Bapa) yang membangkitkan Kristus Yesus dan Kristus, Putra. Karena itu, Roma 8 adalah satu pasal mengenai Allah Tritunggal yang telah melalui proses.
Saudara saudari, kita perlu bersyukur karena ada satu hukum yang lain sudah diletakkan di dalam kita, yaitu Allah Tritunggal menjadi hukum Roh hayat. Hari ini Dia adalah satu hukum, bekerja di dalam kita. Dia tidak saja dengan identitas Allah Yang mahakuasa bekerja di dalam kita, lebih-lebih dengan satu hukum, secara otomatis bekerja di dalam kita untuk mengubah kita. Sekarang yang kita perlukan adalah dalam roh bekerja sama dengan fungsi hayat Allah ini.

Tetapi Adam yang akhir menjadi Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45b, Tl.)

07 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 4 Senin

Allah Menghakimi Dosa
Roma 8:3
Yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat ... telah dilakukan oleh Allah. Dengan mengutus Anak-Nya sendiri sebagai manusia yang serupa daging yang dikuasai dosa dan untuk menghapuskan dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.

Ayat Bacaan: Rm. 7:11; 8:1, 3-4; Yoh. 1:1, 14; Gal. 5:19, 22

Ayat di atas merupakan dasar dari seruan kemenangan Paulus di dalam Roma 8:1, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” Menurut Roma 8:3, Allah mengutus Putra-Nya sendiri bukan hanya di dalam rupa daging dosa, tetapi juga mengutus-Nya berkenaan dengan dosa. Dosa yang dimaksud di dalam ayat ini bukan mengacu kepada perbuatan-perbuatan dosa seperti mencuri, tetapi mengacu kepada suatu persona yang dapat berperang melawan kita, menipu kita, membunuh kita dan menawan kita (Rm. 7:11). Dan dosa ini berhuni di dalam daging kita. Itulah sebabnya Allah Bapa mengutus Putra Allah bukan dalam realitas dari daging dosa, melainkan dalam rupa, penampilan, dari daging dosa, dengan tujuan untuk menanggulangi dosa dan bahkan menghapusnya.
Untuk memahami Roma 8:3 ini, kita perlu mengenal bahwa subyeknya adalah Allah dan predikatnya adalah menghukum. Ayat ini memberi tahu kita bahwa Allah menghukum dosa. Dia menghukum musuh yang menipu kita, berperang melawan kita, mengalahkan kita, menawan kita, dan membunuh kita di dalam daging. Namun pertanyaannya adalah: Dalam daging siapakah Allah menghukum dosa? Jawabannya adalah: Di dalam daging Yesus Kristus, yaitu Dia yang telah diutus di dalam rupa daging dosa (Yoh. 1:1, 14). Karena itu, di dalam daging Yesus Kristus dan melalui kematian-Nya yang almuhit, Allah menghukum dosa. Kristus menggantikan kita mati. Ia membawa segala milik ciptaan lama, manusia lama, dan daging kita kepada kematian.
Lalu bagaimana caranya supaya semua yang telah dilakukan Allah di dalam Kristus ini bisa digenapi di dalam kita? Jalannya adalah melalui kita hidup menurut Roh (Rm. 8:4). Pertama, kita perlu mengenal bahwa hidup menurut Roh bukanlah suatu pekerjaan melainkan suatu penghidupan. Itulah sebabnya Paulus membandingkan antara “perbuatan daging” dan “buah Roh” (Gal. 5:19,22). Kedua, kita perlu taat kepada Roh Kudus. Dengan kedua cara inilah, fakta yang telah digenapkan oleh Kristus melalui kematian-Nya di kayu salib dapat tergenapi di dalam kita secara riil dalam pengalaman kita dan kita bisa mengalahkan dosa di dalam penghidupan sehari-hari kita.

Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut (Ibr. 2:14b)

06 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 3 Minggu

Prinsip Inkarnasi
1 Korintus 6:17
Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 6:17; 7:25, 40

Di dalam zaman Perjanjian Lama inkarnasi Kristus itu belumlah terjadi. Inkarnasi Allah adalah perkara Allah datang ke dalam manusia dan menjadi satu dengan manusia. Di dalam kelahiran Yesus, Allah menggenapkan inkarnasi diri-Nya di dalam manusia. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, kita yang percaya kepada Kristus dapat mengambil bagian di dalam prinsip inkarnasi ini. Ini berarti bahwa melalui kelahiran kembali, Kristus lahir ke dalam diri kita dan menjadi satu dengan kita (1 Kor. 6:17). Pada hari kita percaya, kita bukan hanya diselamatkan, melainkan juga menikah dengan Kristus di dalam roh, dan terjadi persatuan antara kita dengan Dia. Bila kita secara terus menerus mengontaki Dia, maka elemen hayat ilahi yang unggul ini akan menelan elemen yang lemah dari hayat insani kita. Maka apa yang kita katakan dan lakukan itu secara spontan juga adalah perkataan dan perbuatan Kristus. Karena itu, kita tidak perlu memakai pernyataan, “Demi-kianlah firman Tuhan.” Karena kita telah dicangkokkan ke dalam Kristus dan hidup dalam keesaan dengan Dia, maka secara spontan pembicaraan kita adalah pembicaraan-Nya.
Satu Korintus 7:25 menggambarkan hal ini, “Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.” Paulus tidak memiliki perintah Tuhan mengenai perkara ini, tetapi ia berbicara sebagai seorang yang mengasihi Tuhan dan memperhidupkan Tuhan dengan praktis. Kemudian ia memberikan pendapatnya. Setelah melakukannya, ia berkata, “Dan aku berpendapat, bahwa aku juga memiliki Roh Allah” (ay 40). Hari ini bila kita membaca 1 Korintus 7, kita akan menerima semua pasal sebagai sabda Allah, sebagai bagian dari Firman kudus Allah. Jadi, pembicaraan Paulus menjadi sabda Allah karena Paulus menjadi satu dengan Tuhan. Menurut prinsip inkarnasi ini, Kristus telah berinkarnasi ke dalam Paulus, dan Paulus bukan memperhidupkan hayat yang menggantikan, melainkan hayat yang dicangkokkan. Hal ini membuatnya dapat berbicara dalam keesaan dengan Tuhan.

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,... (Yoh. 1:14a)

05 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 3 Sabtu

Transformasi dan Penyerupaan
Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Ayat Bacaan: Rm. 8:29; 6:8

Transformasi dan penyerupaan adalah dua kata yang bermakna. Transformasi berhubungan dengan proses hayat, dan penyerupaan berhubungan dengan sasaran hayat. Adalah penting bahwa kita semua memiliki pemahaman yang penuh tentang proses dan sasaran ini.
Proses transformasi ini organik dan metabolik. Transformasi ini organik ka-rena berhubungan dengan hayat, dan metabolik karena berhubungan dengan proses yang di dalamnya elemen-elemen yang lama dibongkar dan elemen-elemen yang baru ditambahkan. Mengubah dengan merias wajah seseorang itu bukanlah organik ataupun metabolik. Tetapi mengubah warna wajah kulit dengan makan makanan yang bergizi itu baru organik dan metabolik. Perubahan yang demikian dapat dianggap sebagai transformasi jasmani.
Jika kita ingin ditransformasi, maka kita perlu senantiasa memandang kepada Tuhan, berdoa, membaca Firman, dan berseru kepada nama Tuhan. Dengan cara ini, kita akan makan, minum, dan menghirup suplai Kristus yang kaya ke dalam kita. Suplaian ini akan menghasilkan satu perubahan metabolik yang di dalamnya yang lama, yaitu elemen-elemen yang negatif dibongkar dan digantikan dengan yang baru, yaitu elemen-elemen yang positif. Perubahan metabolik ini adalah transformasi.
Transformasi ini meliputi pertumbuhan dan pengudusan. Sewaktu kita ditransformasi, kita bertumbuh dan dikuduskan. Akhirnya, transformasi ini akan menghasilkan penyerupaan. Semakin kita ditransformasi, semakin kita akan diserupakan kepada gambar Kristus. Melalui proses transformasi dan penyerupaan ini, kita akan sepenuhnya dibawa masuk ke dalam keputraan ilahi untuk menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus
Bila kita melihat visi tentang transformasi dan penyerupaan oleh hayat yang dicangkokkan ini, maka Roma 6:8 akan menjadi riil di dalam pengalaman praktis kita. Kematian kita bersama dengan Kristus itu tidak akan menjadi fakta yang kita percayai saja, melainkan juga akan menjadi pengalaman kita sehari-hari melalui pekerjaan hayat ilahi yang di dalam kita. Dengan cara ini kita akan bertumbuh, dikuduskan, ditransformasi dan diserupakan.

Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. (2 Kor. 3:18b)

04 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 3 Jumat

Fungsi Hayat Okulasi
Galatia 2:19b-20
Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah ...

Ayat Bacaan: Gal. 2:19b-20

Menurut prinsip yang telah ditentukan oleh Allah, hayat yang lebih rendah tidak dapat tunduk kepada hayat yang lebih tinggi, tetapi hayat yang lebih tinggi ini dapat menelan hal-hal negatif dari hayat yang lebih rendah itu. Hayat ilahi ini seperti dosis obat yang almuhit. Yang tercakup di dalam dosis ini adalah kuasa pembunuhan penyaliban Kristus yang mematikan elemen-elemen negatif dari hayat insani kita. Lebih jauh lagi, kuasa kebangkitan Kristus membangkitkan dan meninggikan semua elemen yang tepat di dalam hayat insani kita, yaitu elemen yang diciptakan Allah di dalam gambar-Nya dan menurut rupa-Nya. Allah menciptakan manusia dengan pikiran, emosi, dan tekad. Namun semua bagian dari diri kita ini telah menjadi bobrok karena kejatuhan. Ketika hayat ilahi masuk ke dalam kita, dan kita dicangkokkan ke dalam hayat ini, maka kuasa pembunuhan yang terkandung di dalamnya mengakhiri kebobrokan dalam pikiran, emosi, dan tekad kita. Kemudian hayat ini membangkitkan elemen-elemen yang semula diciptakan oleh Allah di dalam gambar-Nya dan menurut rupa-Nya bagi penggenapan tujuan-Nya. Hayat ilahi ini bukan menghapus apa yang telah diciptakan oleh Allah. Sebaliknya, membangkitkan hayat kita yang tercipta ini dan meninggikannya.
Sejak waktu kita percaya kepada Tuhan Yesus dan dicangkokkan ke dalam hayat-Nya yang almuhit, maka berbagai macam unsur dari hayat ini telah digarapkan ke dalam kita. Semakin kita memberitahu Tuhan Yesus bahwa kita mengasihi Dia, semakin kita akan mempersembahkan diri kita untuk diisi oleh-Nya, dan semakin banyak waktu yang kita luangkan bersama dengan-Nya di dalam Firman dan persekutuan, dan semakin banyak unsur hayat ilahi yang bekerja untuk mengakhiri kita dan membangkitkan kita. Hal ini membuat pikiran kita menjadi sehat, emosi kita menjadi hangat, dan tekad kita menjadi kuat. Elemen yang bobrok dari hayat insani kita disalibkan dan dikubur, sedangkan elemen positif ditinggikan di dalam kebangkitan. Bila kita mengalami secara batini penyaliban, penguburan, dan kebangkitan ini, maka kita akan ditransformasi dan diserupakan kepada gambar Kristus.

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya ... di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yoh. 15:5)

03 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 3 Kamis

Bertumbuh bersama Kristus
Roma 6:5
Sebab jika kita telah bertumbuh bersama dalam apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan bertumbuh bersama dalam apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. (Tl.)

Ayat Bacaan: Rm. 6:5

Roma 6:5 mencakup dua tahap dari pertumbuhan kita dalam Kristus. Tahap pertama telah terjadi, sedangkan tahap kedua masih dalam proses. Di satu pihak, kita telah bertumbuh bersama dengan Kristus, tetapi, di pihak lain, kita akan bertumbuh dalam apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Kita telah bertumbuh dalam baptisan, dan kita akan bertumbuh dalam kebaruan hayat.
Menurut Roma 6:5, Paulus menganggap baptisan itu sebagai satu tahap di dalam pertumbuhan kita dalam hayat. Namun, sedikit orang Kristen yang memandang baptisan itu berhubungan dengan pertumbuhan. Meskipun demikian, dibaptis adalah bertumbuh bersama dengan Kristus. Menurut kata Yunani yang dipakai di sini, kita telah “bertumbuh bersama” dengan Dia. Ini berarti bahwa sewaktu kita dibaptis, kita bertumbuh bersama dengan Kristus. Ketika kita bertobat, berseru kepada nama Tuhan Yesus, dan percaya kepada-Nya, maka hayat ilahi yang rumit dalam hal positif itu masuk ke dalam kita, dan ada suatu pernikahan, pengokulasian, antara hayat insani dengan hayat ilahi. Maka dengan segera, hayat yang diokulasikan ini bertumbuh. Ini berarti bahwa kita mulai bertumbuh bersama dalam kehidupan Kristen kita dengan Kristus. Lagi pula, sewaku kita dibaptis dalam air, kita selanjutnya bertumbuh bersama dengan Dia. Baptisan adalah tanah yang paling baik untuk pertumbuhan rohani. Ketika kita ditempatkan dalam air, maka kita itu seperti benih yang ditanamkan di dalam tanah. Kemudian kita keluar dalam kebangkitan, bertumbuh bersama dengan Kristus dalam baptisan. Baptisan yang demikian ini sesungguhnya bukan hanya liturgi atau formalitas belaka.
Semakin seorang kaum beriman bertumbuh, semakin hayat ilahi akan bekerja di dalam dia untuk menyalibkan dia dan membangkitkan dia. Penyaliban kita bersama dengan Kristus itu bukan lagi hanya teori, doktrin, atau kepercayaan bahwa penyaliban itu tidak memiliki pengaruh yang praktis pada penghidupan kita. Sebaliknya, penyaliban ini diterapkan kepada kita sepenuhnya. Karena itu, hari demi hari kita akan bertumbuh dalam apa yang sama dengan kebangkitan Kristus dan berjalan dalam kebaruan hayat.

Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga melalui kepercayaanmu...(Kol. 2:12a)

02 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 3 Rabu

Okulasi Hayat yang Serupa
Roma 11:17b
...dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan sebagai gantinya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah...

Ayat Bacaan: Rm. 8:29; Ef. 4:22-24; 2:15

Dalam Surat Roma Paulus memakai ilustrasi bejana, kehidupan pernikahan, dan pencangkokan. Ilustrasi bejana memperlihatkan bahwa kita adalah wadah Allah dengan Allah sebagai isi kita. Ilustrasi pernikahan memperlihatkan bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan pikiran, emosi, tekad, kepribadian, karakter, dan watak yang berbeda dapat digabungkan untuk membentuk satu unit. Ilustrasi pencangkokan memperlihatkan bahwa dua kehidupan disatukan dan kemudian bertumbuh bersama secara organik.
Karena ilustrasi bejana maupun kehidupan pernikahan menggambarkan sesuatu yang organik yang berhubungan dengan penyaluran Allah, maka Paulus melanjutkan dengan memakai ilustrasi yang ketiga - okulasi (LAI: pencangkokan) sebuah pohon kepada pohon lainnya. Dalam Roma 11:17-24 Paulus memakai ilustrasi ranting dari pohon zaitun liar yang dicangkokkan ke dalam pohon zaitun garapan. Akibat dari okulasi ini, ranting-ranting dari pohon zaitun liar dan pohon zaitun garapan itu bertumbuh bersama secara organik. Setiap pohon memiliki hayatnya sendiri, tetapi sekarang hayat ini bertumbuh bersama secara organik dan memiliki satu hasil.
Agar satu jenis hayat dapat dicangkokkan kepada hayat lainnya, maka dua hayat itu haruslah sangat serupa. Misalnya, mengokulasi sebuah ranting pohon pepaya ke pohon persik itu tidak mungkin. Namun, mengokulasi beberapa ranting dari pohon persik yang lemah kepada yang sehat, yaitu pohon persik yang produktif, itu mungkin, karena kehidupan dua pohon ini sangat mirip satu dengan yang lainnya. Kita dapat menerapkan prinsip ini kepada penyaluran hayat ilahi ke dalam manusia. Hayat ilahi tidak dapat diokulasikan kepada hayat anjing karena tidak ada kesamaan di antara kehidupan ini. Tetapi karena hayat insani kita dijadikan di dalam gambar Allah dan menurut rupa-Nya, maka hayat ini dapat disatukan dengan hayat ilahi. Meskipun hayat insani kita itu bukanlah hayat ilahi, tetapi ia mirip dengan hayat ilahi. Karena itu, kehidupan ini dapat dicangkokkan bersama-sama dan kemudian bertumbuh bersama secara organik. Kita patut bersyukur pada Tuhan untuk semuanya ini.

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku...(Gal. 2:20)

01 March 2011

Roma Volume 7 - Minggu 3 Selasa

Allah yang Melalui Proses
Yohanes 14:20
Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.

Ayat Bacaan: Yoh. 14:20; 1:14; 14:6

Suatu hari, melalui inkarnasi Kristus, Allah sendiri menjadi seorang manusia. Dengan cara ini Allah menyatukan diri-Nya dengan manusia. Yesus, Allah yang berinkarnasi itu, adalah Allah dan manusia. Inkarnasi Kristus ini bukan hanya membawa Allah turun ke tingkat manusia, melainkan juga meninggikan manusia ke tingkat Allah. Melalui penciptaan, manusia memiliki gambar Allah dan rupa Allah, tetapi ia tidak memiliki realitas Allah di dalamnya. Inkarnasi membawa realitas Allah ke dalam manusia. Tuhan Yesus bukan hanya memiliki gambar dan rupa Allah; Dia juga mewujudkan realitas Allah, karena Allah ada di dalam Dia. Pada prinsipnya, setiap orang yang telah dilahirkan kembali juga sama. Sebagai orang-orang yang telah dilahirkan kembali, kita bukan hanya mengemban gambar Allah dan memiliki rupa Allah, melainkan juga memiliki realitas Allah di dalam kita.
Karena Persona yang hidup ini adalah segala sesuatu kita, maka kita tidak perlu menuntut kekudusan, kerohanian, kemenangan, kasih, atau ke-taatan semata-mata. Sebagai perwujudan Allah Tritunggal yang direalisasikan sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit, Ia sekarang berada di batin kita, menjadi segala sesuatu yang kita perlukan. Apa yang menjadi kekurangan kita sebenarnya bukanlah kekudusan atau kemenangan, melainkan Persona yang hidup ini.
Terpisah dari Kristus, Persona hidup ini, apa pun yang kita miliki adalah agama. Sebagai contoh, seorang saudara boleh jadi sangat mengasihi istrinya; tetapi jika ia mengasihi istrinya di luar Kristus, kasihnya itu akan menjadi sesuatu yang agamis. Demikian pula, para saudari yang taat kepada suami mereka di luar Kristus, ketaatan semacam itu adalah yang agamis dan tradi-sional. Menjadi orang Kristen berarti menjadi orang yang diduduki oleh Persona yang hidup, bukan oleh agama. Anak Allah itulah hayat, yakni hayat Allah yang bukan ciptaan dan yang kekal. Bagi pengalaman dan kenikmatan kita, Persona ini menjadi Roh almuhit dengan realitas ilahi (Yoh. 1:14; 14:6). Manakah yang kita pilih, agama atau Persona yang hidup dari Putra Allah? Kiranya kita bisa berkata seperti Paulus, “Sebab bagiku hidup adalah Kristus”

Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (Rm. 14:8)