Hitstat

31 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 2 Jumat

Firman Itu Dekat Kepadamu
Roma 10:8
Tetapi apakah katanya? Demikian, “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman iman, yang kami beritakan.

Ayat Bacaan: Rm. 10:6-10, Ef. 6:17

Dalam Roma 10:6-7, firman itu dipakai bergantian dengan Kristus. Ini menunjukkan bahwa firman itu adalah Kristus. Kristus berinkarnasi dengan cara turun dari surga dan dibangkitkan dengan cara keluar dari alam maut; Dia telah menjadi Firman yang hidup, yakni Roh itu (Ef. 6:17). Karenanya, dalam kebangkitan, Kristus adalah Roh, juga Firman. Ia adalah Roh itu untuk kita jamah, dan adalah Firman untuk kita pahami. Kita dapat menerima-Nya, baik sebagai Roh maupun sebagai Firman. Kristus yang telah bangkit dan menjadi Roh Pemberi Hayat adalah Firman hidup yang begitu dekat dengan kita. Ia ada di dalam mulut kita, dan di dalam hati kita. Ia serupa dengan udara, atau nafas yang dapat kita hirup ke dalam diri kita. Ia begitu dekat dan tersedia. Ketika kita menggunakan mulut untuk berseru, kita menghirup-Nya dan ketika kita menggunakan hati untuk percaya, kita menerima-Nya, kita akan diselamatkan dan dibenarkan (Rm. 10:9-10). Inilah keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita dengan begitu sederhana.
“Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu. Itulah firman iman, yang kami beritakan.” (Rm. 10:8). Dalam pemberitaan Injil kita, jangan mementingkan khotbahnya, tetapi kita perlu memberi tahu orang bahwa anugerah keselamatan ini ada di dalam mulutnya dan di dalam hatinya. Injil adalah masalah mulut dan hati. Hari ini banyak saudara saudari bisa bersaksi, bahwa penginjilan yang paling cepat dan manjur ialah mengajak sasaran Injil menyeru Tuhan Yesus. Kita tidak dapat meyakinkan seseorang bahwa Tuhan itu dekat kepadanya dengan cara berdebat atau berargumentasi dengannya. Semakin kita berargumentasi, Tuhan seolah-olah semakin jauh. Tetapi jika kita mengganti argumentasi dengan berseru kepada nama-Nya beberapa kali, kita akan merasa bahwa Dia itu dekat sehingga lenyaplah segala alasan dan perdebatan. Bersamaan dengan itu, ketika mereka ikut menyeru Tuhan, tanpa disadari, roh mereka terbuka; begitu roh mereka terbuka, Roh Tuhan yang hidup segera memasuki roh mereka sehingga mereka beroleh selamat. Sangat ajaib, sebelum menyeru Tuhan Yesus, ia mengingkari adanya Allah; setelah menyeru Tuhan Yesus, ia mengakui bahwa Allah itu ada.

Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan. (Mzm. 145:18)

30 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 2 Kamis

Kristus Kegenapan Hukum Taurat
Roma 10:4
Sebab Kristus adalah tujuan akhir hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.

Ayat Bacaan: Mat. 5:17; 2 Kor. 5:21

Kristus datang untuk menggenapkan hukum Taurat (Mat. 5:17). Tatkala Ia mati di atas salib, saat itulah Ia menggenapkan dan mengakhiri hukum Taurat. Hasilnya adalah setiap orang yang percaya kepada-Nya, beroleh kebenaran Allah, ia tidak lagi berada di bawah hukum Taurat. Paulus berkata bahwa mereka semua yang mendirikan keadilbenaran mereka sendiri tidak takluk kepada keadilbenaran Allah. Tidak takluk kepada keadilbenaran Allah berarti tidak takluk kepada pekerjaan yang telah Allah rampungkan di dalam Anak-Nya, Yesus.
Kebanyakan orang hari ini tidak sadar akan keadilbenaran Allah, akan fakta bahwa Tuhan Yesus telah merampungkan keadilbenaran Allah. Orang-orang tidak tahu bahwa keadilbenaran Allah ternyatakan di luar dari hukum Taurat. Mereka masih berusaha untuk mengerjakan keadilbenaran di hadapan Allah. Mereka seperti orang yang berhutang sepuluh ribu talenta perak. Mereka sama sekali tidak ada jalan untuk membayar hutang tersebut. Tetapi orang itu masih berusaha menyimpan enam sen, berharap bisa menyimpan untuk membayar hutangnya. Dia masih menghitung, berharap bisa menyimpan sedikit di sini dan di sana, melakukan ini atau itu, menghasilkan sedikit uang untuk pembayaran hutangnya. Dia tidak menyadari bahwa sejumlah uang sepenuhnya telah dikirim ke rumahnya.
Saudara saudari, jangan pernah berpikir bahwa kita dapat menambah sesuatu kepada pekerjaan yang telah Tuhan Yesus selesaikan. Mereka yang mencari untuk mendirikan keadilbenarannya sendiri sama sekali tidak takluk kepada keadilbenaran Allah. Mereka yang mencari untuk mendirikan keadilbenarannya sendiri menghujat Allah. Salib Yesus adalah pernyataan kasih Allah dan perampungan keadilbenaran Allah. Di atas salib Yesus, keadilbenaran Allah terampungkan. Jika hari ini ada orang yang mau mendirikan keadilbenarannya sendiri, dia menyangkal kelengkapan pekerjaan Tuhan di atas salib. Haleluya! Allah telah memberi kita Anak-Nya. Allah tidak pernah dapat mengabaikan mereka yang percaya ke dalam Anak-Nya. Mereka yang datang kepada Allah melalui Anak menerima keadilbenaran. Ini jaminan yang pasti.

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. (2 Kor. 5:21)

29 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 2 Rabu

Beroleh Kebenaran Berdasarkan Iman
Roma 9:30
Jika demikian, apa yang hendak kita katakan? Ternyata, bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran berdasarkan iman.

Ayat Bacaan: Luk.15:1-24; Yoh. 16:8; Rm. 10:1-3, 6-10, 13

Banyak orang yang telah dan terus-menerus tersesat dari sasaran pemilihan Allah. Mereka tidak mengenal kebenaran Allah, dan ingin mendirikan kebenarannya sendiri melalui memelihara hukum Taurat, mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah, yaitu Kristus sendiri. Mereka kehilangan karunia keselamatan Allah. Mereka mengira, jika manusia hendak menuju Allah, ia harus menempuh jalan yang sangat jauh; untuk sampai kepada Allah, entah harus mengeluarkan berapa banyak waktu dan tenaga.
Puji Tuhan, ada pemilihan Allah yang dilakukan demi kebenaran iman. Kebenaran ini bukan kebenaran Taurat, melainkan kebenaran berdasarkan iman. Tuhan Yesus telah datang, Roh Kudus pun telah datang, asal kita mau menerima. Kebenaran karena iman menyatakan bahwa kita tidak perlu me-nempuh jalan yang sedemikian jauh. Firman Tuhan memberitahu kita, bahwa ‘Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.’ Allah datang pada sisi mulut kita. Allah mencari sampai ke hati kita. Asal kita mempunyai mulut, mempunyai hati, maka firman itu ada di dalam mulut dan di dalam hati kita. Jika kita mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kita akan diselamatkan. Asal kita mau percaya dan mengaku, kita segera beroleh selamat. kita sedikit pun tidak perlu meninggalkan tempat duduk kita untuk beroleh selamat, tidak perlu kita menempuh jalan 3 kilo meter untuk beroleh selamat, juga sedikit pun tidak perlu mengeluarkan waktu pergi ke suatu tempat baru beroleh selamat. Jika hati kita, mulut kita di sini, maka sekarang juga kita bisa beroleh selamat. Hal penebusan adalah pekerjaan Allah, adalah Tuhan Yesus yang menggenapkannya. Roh Kudus akan datang untuk menginsafkan kita akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh. 16:8). Ia datang memberi tahu kita bahwa persoalan dosa sudah beres, persoalan pembenaran sudah beres, persoalan penghakiman pun sudah beres. Tidak perlu kita melakukan sesuatu. Allahlah yang datang mencari manusia. Ini adalah satu perkara yang paling mulia, yaitu tidak perlu manusia melakukan sesuatu, tetapi percaya, asal menerima, bisa beroleh selamat.

Sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, ... sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya. (1 Tes. 2:13)

28 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 2 Selasa

Bejana-Nya Untuk Kemuliaan
Roma 9:23
Justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas bejana-bejana belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan.

Ayat Bacaan: Rm. 9:21; 2 Kor. 4:7; 2 Tim. 2:20-21

Roma 9:21 menyingkapkan maksud tujuan Allah dalam menciptakan manusia. Tujuan Allah adalah membuat manusia menjadi bejana untuk menampung diri-Nya sendiri. Kita sekalian wajib memahami sejelas-jelasnya bahwa kita adalah wadah Allah, dan Allah adalah isi kita (2 Kor. 4:7). Kita adalah bejana tanah liat, dan harta atau isinya adalah Allah sendiri. Allah dengan kedaulatan-Nya menciptakan kita menjadi bejana-Nya menurut penentuan-Nya. Kita adalah perabot rumah untuk maksud yang mulia. Karenanya kita harus menyucikan diri kita dari hal-hal yang jahat atau hina, agar kita menjadi kudus dan layak dipakai Tuhan (2 Tim. 2:20-21). Akan tetapi bisa menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia bukan hasil pilihan kita sendiri, melainkan dari kedaulatan-Nya. Demi kedaulatan-Nya, Allah menyatakan kemuliaan-Nya dengan membentuk bejana belas kasihan-Nya untuk menampung diri-Nya sendiri. Kedaulatan Allah adalah dasar dari pemilihan-Nya. Pemilihan-Nya tergantung pada kedaulatan-Nya.
Allah berkuasa membuat kita, yang dipilih dan bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara orang bukan Yahudi, menjadi bejana belas kasihan-Nya, guna menampung-Nya agar kekayaan kemuliaan-Nya dapat dinyatakan. Menurut kuasa kedaulatan-Nya itu, Ia sejak dini telah mempersiapkan kita untuk kemuliaan-Nya ini. Kita telah ditentukan sejak semula oleh kedaulatan-Nya menjadi bejana, yaitu bejana mulia untuk mengekspresikan hakiki-Nya dalam kemuliaan.
Allah menciptakan kita sedemikian rupa supaya: 1). kita dapat menerima dan menampung Dia ke dalam kita sebagai hayat dan suplai hayat kita; 2). agar kita bisa bersatu dengan Dia, untuk mengekspresikan hakiki-Nya; 3). Dia dimuliakan di dalam kita dan bersama kita. Bila kita mau dipakai sebagai bejana Allah, tentu Dia harus menjadi satu dengan kita. Kita adalah bejana-Nya dan ekspresi-Nya, Dialah isi kita dan hayat kita. Dia hidup di batin kita, agar kita boleh hidup oleh Dia. Akhirnya, inilah sasaran pemilihan-Nya menurut kedau latan-Nya, yaitu Dia dan kita, kita dan Dia menjadi satu dalam hayat dan sifat. Inilah nasib kita yang akan ternyata di dalam Yerusalem Baru. Haleluya!

Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Kor. 4:7)

27 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 2 Senin

Panggilan dan Belas Kasihan-Nya
Roma 9:11b, 16
...supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya. Jadi, hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada belas kasihan Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 9:6-16; Yoh. 3:7; Ibr. 4:16

Dalam Roma 9:6-7 di bawah terang ekonomi Allah Paulus melihat hanya yang berada dalam Ishaklah yang disebut keturunan Abraham. Sebenarnya selain Ishak, Abraham mempunyai seorang anak lain yang bernama Ismail. Memang Ismail lahir dari Abraham, tetapi ia dengan keturunannya, bukanlah yang dipilih Allah. Mereka adalah anak-anak dalam daging, tidak dapat terbilang sebagai anak-anak Allah. Hanya Ishak dan keturunan dalam bagiannya itu yang dipilih Allah dan dianggap anak-anak Allah. Menurut ekonomi Allah, anak-anak yang berasal dari daging bukanlah anak-anak Allah. Kelahiran alamiah tidaklah memadai untuk membuat mereka menjadi anak-anak Allah, mereka perlu dilahirkan kembali (Yoh. 3:7). Hanya melalui kelahiran kedua barulah kita dapat menjadi anak-anak perjanjian, dan terhitung sebagai keturunan yang benar.
Roma 9:9-13 menyingkapkan suatu fakta bahwa pemilihan Allah tidak tergantung pada perbuatan manusia, melainkan mutlak berdasarkan pemilihan Allah yang diteguhkan berdasarkan panggilan-Nya. Menurut keadaan kita, tidak seorang pun di antara kita yang layak dan sepadan dengan kasih karunia-Nya. Alangkah miskin dan kasihannya kita ini sehingga perlu ada belas kasihan Allah, untuk menjembatani jurang yang memisahkan kita dengan Allah. Justru belas kasihan-Nya itulah yang membawa kita ke dalam kasih karunia-Nya. Betapa perlunya kita menyadari hal ini dan menyembah Allah atas belas kasihan-Nya itu! Bahkan sekarang, yaitu setelah kita beroleh selamat dan mengambil bagian dalam kelimpahan hayat-Nya, adakalanya kita tetap memerlukan belas kasihan-Nya untuk menjembatani jurang pemisah itu.
Kita harus memustikakan belas kasihan Allah seperti kita menghargai kasih karunia-Nya. Belas kasihan Allah selalu melayakkan kita berbagian dalam kasih karunia-Nya. Kita tidak perlu berusaha dan berkehendak, karena Allah telah membelaskasihani diri kita. Jika kita memahami belas kasihan Allah, kita tidak akan mengandalkan usaha kita, kita pun tidak akan kecewa atas kegagalan kita. Dalam kondisi kita yang celaka ini, harapan kita hanya tergantung pada belas kasihan Allah. Haleluya! Allah yang memilih kita penuh belas kasihan.

Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka. (Ibr. 8:12)

26 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 1 Minggu

Tidak Terpisahkan dari Kasih Allah
Roma 8:39
Atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Ayat Bacaan: Rm. 8:39

Allah begitu memperhatikan kita, dan melakukan banyak perkara bagi kita, tidak lain karena kita adalah kekasih-Nya. Tidak seorang pun dapat memisahkan kita dari kasih-Nya itu. Sekali Ia mengasihi kita, Ia akan mengasihi kita selama-lamanya dengan kasih yang kekal. Jaminan kita bukan hanya keadilan, kekudusan, dan kemuliaan Allah, tetapi juga kasih Allah. Keadilan ialah cara Allah, kekudusan ialah sifat Allah, kemuliaan ialah ekspresi Allah, tetapi kasih Allah adalah terbit dari hati Allah. Haleluya! Kasih adalah pancaran, akar, sumber dari segala perkara yang Allah lakukan bagi kita. Kalau Allah sudah mengasihi kita, apa yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah? Tidak ada satu pun yang dapat! Baik malaikat, Iblis, maupun pemerintah-pemerintah di angkasa, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah! Kasih Allah yang tidak bisa dipisahkan dari kita ini, menyebabkan karunia keselamatan-Nya atas diri kita tidak akan ada masalah, selama-lamanya tidak akan hilang. Kasih Allah bukan hanya sumber karunia keselamatan kita, tetapi juga jaminan karunia keselamatan kita.
Seorang janda mungkin hidup dalam kesukaran yang besar karena kematian suaminya. Dia mungkin tidak sanggup membayar uang sewa rumah dan semua miliknya mungkin telah digadaikan. Namun dalam keadaan seperti itu, dia masih tetap bisa tersenyum. Kapan dia tersenyum? Pada saat dia memandangi anaknya yang belum berusia satu tahun, ia tersenyum. Alasannya Ia tersenyum semata-mata karena kasih.
Paulus yakin, tiada apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, sebab ia tahu bahwa kasih ini bukan berasal darinya dan bukan tergantung padanya, melainkan pada Allah. Setiap orang beriman di dunia ini mempunyai pengalaman yang khusus, kesukaran yang khusus, lingkungan yang khusus. Apa pun masalahnya, jawabannya adalah kasih Kristus. Sekalipun kita meng-hadapi seratus macam kesukaran yang berbeda, penyelesaiannya tetap adalah kasih Kristus. Puji Tuhan! Setelah ditangkap oleh kasih Kristus, kita sanggup menghadapi apa saja yang tidak sanggup dihadapi oleh orang lain.

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. (2 Kor. 13:14)

25 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 1 Sabtu

Lebih daripada Orang yang Menang
Roma 8:37
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

Ayat Bacaan: Rm. 8:37

Paulus percaya sepenuhnya bahwa dalam segala perkara “kita lebih daripada orang-orang yang menang, melalui Dia yang mengasihi kita.” Ini tidak berarti kita bisa menang di dalam diri kita sendiri, melainkan Kristus yang menggantikan kita untuk menang. Allah mengasihi kita dan Kristus telah merampungkan segala sesuatu bagi kita. Kasih Allah dalam Kristus adalah panji yang membentang di atas kita, yang menyajikan, memamerkan, bahwa kita yang dikasihi oleh Allah selalu melebihi orang yang menang. Menurut ketentuan Allah, setiap orang Kristen harus lebih daripada orang-orang yang menang. Tidak peduli penindasan, kesengsaraan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, pedang, atau persoalan apapun di luar kita, kita tidak saja menang, juga lebih daripada orang-orang yang menang! Banyak orang berpikir, jika tidak ada pencobaan, tidak ada penderitaan yang berat, atau tidak ada penganiayaan, dan sebagainya, mereka tentu bisa menang. Tetapi firman Allah mengatakan, “Dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang.” Kasih Kristuslah yang membuat kita sanggup mengatasi semuanya itu. Kekuatan itu ada oleh karena Kristus. Bukan kita yang mampu, melainkan semuanya oleh Dia dan melalui Dia. Walaupun semuanya itu pahit, tetapi karena kita telah merasakan kasih Kristus, kita tidak lagi merasakan kepahitannya.
Bagaimanakah pengalaman kita? Alkitab tidak mengatakan bahwa kita tidak bisa mempunyai pengalaman yang menang. Kehidupan kitalah yang tidak tepat. Jangankan kesengsaraan atau pedang, sedikit air muka yang tidak baik saja, kita segera tidak merasakan kasih Kristus. Ada kesengsaraan yang kecil saja kita sudah berteriak: “aku harus sabar, aku sedang menderita; aku harus sabar, aku di sini sedang menderita!” Kalau kehidupan kita tepat, dalam semuanya itu kita pasti lebih daripada orang-orang yang menang. Saudara saudari, ketahuilah, kehidupan orang Kristen bukan adakalanya menang, adakalanya kalah; bukan siang gagal, sore menang. Kehidupan orang Kristen adalah senantiasa menang. Apapun yang terjadi, kita harus berdiri di atas kedudukan kemenangan, dan mengalami kasih Kristus.

Tetapi syukur bagi Allah yang dalam Kristus selalu memimpin kami di jalan kemenangan-Nya... (2 Kor. 2:14a)

24 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 1 Jumat

Mereka Itu Juga Dimuliakan-Nya
Roma 8:30
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Ayat Bacaan: Rm. 8:30; Why. 21:2

Setiap perkara dalam Roma 8:30 adalah suatu fakta yang telah genap. Dalam ayat ini, semua kata kerjanya berbentuk lampau. Paulus berkata, “Mereka juga (telah) dimuliakan (glorified)” bukan “mereka akan dimuliakan-Nya”. Walaupun pemuliaan tersebut belum terjadi, namun Paulus memakai bentuk lampau. Apakah maksudnya? Sudahkah perihal pemuliaan itu rampung? Mengapa rasul Paulus berkata “telah dimuliakan”? Alkitab mengatakan bahwa kita telah dimuliakan. Tidaklah salah mengatakan bahwa kita “telah ditentukan” sebab hal ini adalah suatu perbuatan yang telah selesai. Kita pun bisa mengatakan bahwa kita “telah dipanggil” walaupun masih banyak orang yang belum dipanggil, karena itu, kita perlu memberitakan Injil kepada orang-orang itu, supaya mereka bisa dipanggil. Selain itu, kita juga “telah dibenarkan”, walaupun masih banyak pula orang yang baru bertobat, akan dibenarkan. Tidak saja demikian, di tengah-tengah kita tidak ada seorang pun, termasuk Paulus sendiri, yang “telah dimuliakan”. Namun Paulus mengatakan semua perkara itu dalam bentuk kata lampau.
Kita harus ingat, bahwa kita terbatas oleh waktu. Seorang guru besar pernah berkata bahwa di surga tidak ada jam, sebab Allah adalah Allah yang kekal. Dia melampaui waktu. Kapan kita dimuliakan? Kita telah ditentukan, dipanggil, dibenarkan, dan dimuliakan dalam kekekalan yang lampau. Dalam pandangan Allah dan menurut konsepsi-Nya, segala sesuatu telah genap. Jika pemuliaan belum terlaksana, mengapa hampir 2000 tahun yang lampau, rasul Yohanes dapat nampak Yerusalem Baru? Ia bukan bermimpi, ia benar-benar nampak (Why. 21:2). Pernahkah kita perhatikan bahwa dalam kitab Wahyu yang penuh catatan nubuat tentang perkara yang akan terjadi kelak itu, kata-kata kerja yang dipakai hampir semua berbentuk lampau, yang membuktikan bahwa segala perkaranya telah terjadi? Haleluya! Penentuan kita telah dijamin dan kita tidak perlu asuransi. Pembenaran dan pemuliaan kita telah mendapat jaminan dalam Allah yang kekal. Tidak ada kantor asuransi dunia yang bisa dibandingkan dengan Dia. Dia sendiri adalah perusahaan asuransi yang terbesar. Karunia keselamatan, pembenaran, dan pemuliaan kita telah diasuransikan.

Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita. (2 Kor. 5:5)

23 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 1 Kamis

Anak-Nya Menjadi yang Sulung
Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:14,18, 3:16; 1 Yoh. 4:9; Kis. 13:33; 1 Ptr. 1:3

Kristus adalah Putra Tunggal Allah sejak kekekalan (Yoh. 1:18). Ketika Ia diutus Allah ke dalam dunia, Dia masih berstatus Putra Tunggal Allah (1 Yoh. 4:9; Yoh 1:14; Yoh. 3:16). Melalui kematian dan masuk ke dalam kebangkitan, keinsanian-Nya ditinggikan ke dalam keilahian-Nya. Kemudian, Dia lahir sebagai Putra Sulung Allah dalam kebangkitan (Kis. 13:33). Karena Dia adalah Putra sulung, maka pasti ada juga saudara-saudara. Kalau tidak, bagaimanakah Dia dapat disebut yang Sulung? Siapakah saudara-saudara-Nya? Saudara-saudara-Nya adalah kita, orang-orang yang telah diselamatkan. Sebenarnya, kita dan Putra sulung, dilahirkan dalam waktu persalinan yang sama. Satu Petrus 1:3 mengatakan bahwa pada waktu kebangkitan Kristus, Allah telah melahirkan kembali kita semua. Kita bukan dilahirkan kembali dua bulan atau satu tahun yang lalu, melainkan dua ribu tahun yang lalu melalui dibangkitkan bersama dengan Kristus. Pada saat itu, kita semua dilahirkan serentak bersama-Nya sebagai anak-anak Allah. Kita dijadikan satu dengan Dia, dan serupa Dia dalam hayat dan sifat, dalam keinsanian dan keilahian. Kita adalah pertambahan-Nya dan ekspresi-Nya, agar kita bisa mengekspresikan Allah Tritunggal sampai selama-lamanya.
Secara fakta, kita adalah orang-orang beriman yang serupa dengan Dia dalam hayat dan sifat-Nya. Namun dalam pengalaman, meskipun kita telah dilahirkan kembali menjadi banyak putra Allah, kita belum serupa dengan putra-putra Allah. Ke mana saja kita pergi hari ini, bila kita mengamati, kita tidak akan dapat membedakan, manakah yang merupakan orang-orang Kristen? Jika kita mendengar pembicaraan orang-orang di kantor-kantor, banyak perkataan kotor yang diucapkan. Banyak di antara mereka adalah orang Kristen, tetapi mereka belum diserupakan dengan gambar Kristus. Karena itu, kita semua perlu diserupakan dengan gambar putra Allah agar Dia dapat menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Diserupakan dengan gambar Putra Sulung Allah sama dengan memperhidupkan gambar-Nya. Ketika kita semua memperhidupkan gambar-Nya, dunia akan melihat Kristus sebagai Putra Sulung Allah karena semua saudara-Nya dinyatakan di sini.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah membuat kita lahir kembali melalui kebangkitan Yesus Kristus...(1 Ptr.1:3)

22 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 1 Rabu

Untuk Menjadi Serupa Dengan Dia
Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Ayat Bacaan: 1 Yoh. 3:2; Rm. 8:26

Paulus tidak mengatakan bahwa Allah memilih dan menentukan kita dari semula, supaya kita pergi ke suatu tempat yang menyenangkan. Allah menentukan kita untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya (1 Yoh. 3:2). Penyerupaan adalah hasil akhir dari pengubahan, meliputi mengubah esens, sifat batiniah, dan bentuk lahiriah kita, supaya kita dapat sepadan dengan gambar Manusia Allah. Kristus, Putra Sulung Allah, adalah pola semula, cetakan dan model, kita adalah produksi massal-Nya. Allah mencetak kita ke dalam gambar Putra sulung-Nya, sampai kita diserupakan dengan model atau pola itu. Ketika membuat kue, adonan ditaruh ke dalam cetakan, agar kue itu memiliki bentuk yang serupa dengan cetakannya. Kemudian, adonan itu harus dipanggang di dalam oven, agar kue itu menjadi satu bentuk yang tidak berubah. Setelah melalui tekanan yang kuat dan suhu yang tinggi, barulah adonan itu menjadi serupa sepenuhnya dengan cetakan. Dalam tangan Allah, kita adalah segumpal adonan, sedangkan Kristus, Putra Sulung Allah adalah model dan cetakannya. Hari ini kita telah dimasukkan ke dalam cetakan ini, dan kini kita membiarkan tangan Allah mengolah kita.
Allah tidak memperhatikan apakah kita sukses atau apakah kita gagal. Allah hanya memperhatikan satu hal, diri-Nya sendiri digarapkan ke dalam kita. Dia pun tidak memperhatikan apakah kita mendapatkan uang yang ba-nyak atau kehilangan uang. Jika seseorang mendapatkan uang, mungkin Allah tidak mempunyai kesempatan untuk menggarapkan diri-Nya ke dalam orang itu. Ada seorang saudari yang dengan tulus percaya dan mengasihi Tuhan, tetapi Tuhan seolah membiarkannya ditipu sehingga ia kehilangan seluruh uangnya. Kelihatannya bagi saudari ini percayanya ia kepada Tuhan itu tidak ada faedahnya. Ia sangat menderita dan tidak tahu lagi bagaimana harus berdoa. Ketika ia tidak tahu bagaimana berdoa, maka ia mengeluh. Tetapi justru itulah cara yang paling baik untuk berdoa. Pada saat kita mengeluh, Roh Kudus mengeluh di dalam keluhan kita, bersyafaat bagi kita dengan keluhan yang tidak terucapkan (Rm. 8:26) dengan tujuan agar kita seluruhnya dicetak dan diserupakan dengan gambar Putra Sulung Allah.

... maksud Roh itu, ... Ia, sesuai dengan kehendak Allah, memohon untuk orang-orang kudus. (Rm. 8:27)

21 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 1 Selasa

Bagi Orang yang Mengasihi Dia
Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Ayat Bacaan: 1 Yoh 5:2-3

Sejak dini Allah sudah menetapkan nasib kita. Nasib kita ialah diserupakan dengan gambar Putra Sulung Allah. Tetapi nasib ini tidak dapat tergenap tanpa pengaturan ilahi yang membuat segala perkara bekerja sama untuk kita. Sekarang kita masih belum memiliki gambar Putra Sulung Allah dengan sepenuhnya. Namun Allah Bapa sedang merencanakan, membentuk, dan melaksanakan hal itu dengan membuat segala sesuatu bekerja sama agar kita beroleh kebaikan. Kata “kebaikan” di dalam Roma 8:28 bukanlah berkat fisik atau jasmani, melainkan mendapatkan Kristus lebih banyak tergarap ke dalam kita, sehingga kita bisa diubah dan akhirnya diserupakan dengan gambar Putra Sulung Allah (Rm.8:29). Menurut Roma 8:28, kebaikan ini hanya bisa diterima oleh sejenis orang, yaitu orang yang mengasihi Dia. Hanya orang yang mengasihi Allah yang mau memperhatikan keinginan Allah dan rela bekerja sama dengan-Nya (1 Yoh. 5:2-3). Sekalipun semua masalah di hadapannya tidak berubah, ia tetap akan menerima kebaikan demi kebaikan. Sebaliknya jika seseorang tidak mengasihi Allah, maka tidak ada satu perkara pun yang dapat menjadi kebaikan baginya. Adakalanya kita merasa heran atau menyalahkan perkara-perkara yang menimpa diri kita, tetapi jika kita mengasihi Allah, semuanya tidak akan terhitung apa-apa lagi. Bahkan keadaan sekeliling yang tidak menyenangkan bagi kita, akan berfaedah bagi kita.
Seorang pemuda tentu mengharapkan mendapatkan seorang saudari yang sangat cocok dengannya sebagai istri. Namun bila akhirnya ia menemukan bahwa keadaan istrinya tidak sesuai dengan harapannya, ia mungkin berpendapat bahwa pernikahannya adalah pernikahan yang buruk dan menyesali pernikahannya itu. Tetapi jika ia adalah orang yang mengasihi Allah, melalui situasi yang buruk, ia justru akan terhibur dan berkata, “Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu atas istri yang baik ini. Istriku membantuku bertumbuh.” Saudara saudari, apabila kita berharap dapat bertumbuh, kita perlu menjadi orang yang mengasihi Allah. Pada saat itulah kita menyadari bahwa penderitaan adalah bagian yang Allah aturkan bagi kita dan kita bisa memuji Allah serta mengalami pertumbuhan hayat yang riil sebagai “kebaikan” dalam Roma 8:28.

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata,..didengar oleh telinga,.. dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia..disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia. (1 Kor. 2:9)

20 December 2010

Roma Volume 5 - Minggu 1 Senin

Segala Sesuatu Bekerja Sama
Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 8:17; Ef. 4:13; Mat.10:30

Allah menghendaki kita menjadi putra-putra yang bertumbuh dewasa, sehingga kita dapat mewarisi segala hakiki-Nya dalam alam semesta, mengekspresikannya dan berkuasa bagi-Nya di bumi. Roma 8:17 mengatakan, “Jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris,..yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia,..” (Tl.). Untuk menjadi ahli waris yang sah, kita perlu bertumbuh dari anak menjadi putra, dan dari putra bertumbuh menjadi ahli waris. Pertumbuhan yang sejati dari setiap jenis hayat tergantung pada kesusahan dan penderitaan. Semakin banyak penderitaan yang kita alami, semakin cepat pertumbuhan dan kedewasaan kita. Untuk bertumbuh, tanaman di ladang bukan hanya memerlukan air dan pupuk, namun juga cahaya matahari. Terik matahari yang membuat tanaman menderita, justru membakar tanaman itu hingga matang dan berbuah. Demikian juga, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendewasakan kita. Istilah “segala sesuatu” dalam Roma 8:28 dalam bahasa Yunaninya berarti segala manusia, urusan, benda, dan segala-galanya. Dari berapa helai rambut kita sampai berapa anak yang perlu kita miliki, Allah mengetahuinya (Mat.10:30). Karena itu, tidak perlu mengeluh tentang anak-anak kita, karena Allah memberikan anak-anak itu tidak lebih banyak atau lebih sedikit dari keperluan kita. Entah kita mendapatkan anak yang penurut atau yang nakal, laki-laki atau perempuan, Allah berdaulat. Dia mengatur segala manusia, segala urusan, dan segala benda, bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.
Dalam setiap pengaturan-Nya, Allah tidak pernah keliru. Mungkin kita merasa bahwa lingkungan kita merupakan suatu penderitaan, tetapi sebenarnya itu adalah berkat. Dibalik situasi penderitaan itu tersembunyi perkataan-perkataan-Nya. Jangan melihat satu perkara dari permukaannya saja, tetapi setiap perkara perlu membuat kita berjumpa Allah. Segala keperluan kita untuk pertumbuhan hayat, sudah disediakan oleh Allah dalam kedaulatan-Nya. Jadi, tatkala kita mengalami penderitaan dan kepedihan, kita harus berkata, “Hal ini bukan suatu penderitaan atau kepedihan bagiku, tetapi pengaturan Allah. Itulah berkat, agar aku dapat bertumbuh dan beroleh keputraan yang penuh.”

Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. (1Kor. 10:13b)

19 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 4 Minggu

Roh itu Bersyafaat untuk Orang Kudus
Roma 8:26 b
Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.

Ayat Bacaan: Rm. 8:26-27

Perkataan Paulus dalam Roma 8:26 menunjukkan kepada kita, bahwa Roh itu berdoa syafaat untuk kita kepada Allah dengan keluhan- keluhan yang disampaikan menurut corak kita. Keluhan-keluhan itu kelihatannya seperti keluhan kita, tetapi di dalam keluhan kita terkandung keluhan Roh itu. Itulah sebabnya keluhan-keluhan-Nya persis seperti keluhan-keluhan kita. Ia ada di dalam kita dan keluhan-keluhan-Nya juga ada di dalam keluhan kita. Ia berkeluh kesah bersama kita “dengan cara yang sama”. Ini adalah doa terindah yang dapat kita lakukan untuk pertumbuhan hayat kita.
Kebanyakan doa kita merupakan doa yang kita sampaikan dengan lantang dan lancar. Tetapi itu bukan terbit dari roh kita. Namun ketika kita mempunyai beban yang sungguh-sungguh untuk berdoa, sedang kita tidak tahu bagaimana mengucapkannya, dengan sendirinya kita hanya bisa berkeluh kesah seturut beban, tanpa mengeluarkan kata-kata. Inilah suatu doa yang paling indah. Dalam doa yang demikian, Roh itu bersyafaat bagi kita melalui mengeluh bersama kita.
Doa yang tidak terucapkan itu terutama adalah untuk pertumbuhan hayat; mengenai keperluan yang sesungguhnya dari hal ini, kita tidak begitu paham. Kita sangat paham tentang kebutuhan dan urutan materi, dan mempunyai kata-kata yang dapat kita ucapkan dalam doa. Akan tetapi tentang pertumbuhan hayat, kita kurang mengerti dan kekurangan kata-kata untuk mendoakannya. Namun, jika kita mencari Tuhan demi pertumbuhan hayat, di dalam roh kita sering timbul beban doa, terhadap doa itu kita tidak mengerti dengan jelas dan tidak dapat kita ucapkan, sehingga kita terpaksa harus berkeluh kesah. Setiap kali kita mengeluarkan keluhan-keluhan dari dalam roh, Roh yang tinggal dalam roh kita mengeluh pula bersama kita, bersyafaat bagi kita, terutama agar kita mengalami pengubahan dalam hayat, sehingga kita mencapai kematangan keputraan. Karena itu saudara saudari, pada hari ini, ketika kita datang ke dalam sidang untuk memecahkan roti, mari kita membuka mulut kita memuji Tuhan. Walaupun sepanjang minggu ini kita telah berada dalam kelemahan, kita percaya ada Roh itu yang berdoa bersama-sama dengan kita.

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. (Kol. 1:15)

18 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 4 Sabtu

Roh Membantu Kita dalam Kelemahan Kita
Roma 8:26a
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa

Ayat Bacaan: Rm. 8:26

Apakah arti kata-kata “demikian juga”? Mengapa Paulus mengatakannya? Frase kata “demikian juga” mencakup banyak hal yang tercantum dalam beberapa ayat sebelumnya -- menantikan, mengharapkan, mengeluh, tekun, dan lain sebagainya. Tatkala kita mengeluh, Roh Kudus pun mengeluh; kita menantikan, Ia pun menantikan; kita mengharapkan, Ia pun mengharapkan. Kita bagaimana, Ia pun bagaimana. Demikian juga, Roh itu membantu kita. Sungguh indah penghiburan ini! Setiap kali kita mengeluh, menantikan, mengharapkan, Ia pun melakukan hal yang sama. Ia sama seperti kita. Bila kita menjadi lemah, Ia kelihatannya lemah juga, walau sebenarnya Ia tidak lemah. Ia menaruh simpati atas kelemahan kita. Karena kelemahan kita, Ia pun kelihatannya menjadi lemah. Dengan demikian Ia baru bisa turut menanggung kelemahan kita. Ia mengambil bagian dalam kelemahan kita dengan maksud membantu kita. Roh itu tidak meminta agar kita bersatu de-ngan Dia, melainkan Ia datang bersatu dengan kita. Roh itu tidak berkata, “Mari naik ke atas standar tertinggi untuk bersatu dengan Aku.” Tidak seorang pun di antara kita dapat melakukannya.
Kalau ada seseorang ingin mendekati seorang anak kecil, ia berbuat se-perti anak kecil itu. Tidak seharusnya berkata, “Hai bocah, aku adalah seorang raksasa yang akan membantumu.” Kalau Ia berbuat begitu, anak kecil itu akan memandangnya dan berkata, “Aku tidak menyukai engkau, engkau terlalu berbeda dengan aku.” Ia harus menciutkan dirinya menjadi serupa dengan anak kecil itu dan berkata, “Bolehkah aku bermain denganmu?” Bila saya berkata demikian, anak kecil itu pasti dengan senang hati menjawab, “Baik sekali! Marilah kita bermain bersama.”
Dalam kehidupan gereja, saudara saudari yang senior harus membantu saudara saudari muda. Saudara saudari yang senior perlu membantu sambil bersatu dalam kelemahan mereka yang lebih muda. Kita semua tidak ada yang begitu kuat. Kita semua sedang mengeluh dan mengharapkan, “Oh Tuhan, sampai kapan kami menantikan-Mu?” Namun, Roh Kudus menyertai kita dan selalu membantu kita sambil bersatu dalam corak kita.

Imam Besar.. .kita.., bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita.. sama seperti kita, Ia telah dicobai... (Ibr. 4:15)

17 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 4 Jumat

Menerima Buah Sulung Roh
Roma 8:23
Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.

Ayat Bacaan: Rm. 8:23

Pada kenyataannya walaupun kita telah dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah dan telah memiliki Roh itu sebagai buah sulung, namun kita juga mengeluh, Ketika kita mengeluh, kita memiliki buah sulung Roh di dalam kita. Buah sulung Roh adalah untuk kita nikmati; ialah contoh pencicipan sepenuhnya atas Allah sebagai kenikmatan kita. Allah begitu kaya bagi kita. Pengecapan yang sepenuhnya akan tiba pada hari kemuliaan. Namun sebelum pengecapan penuh itu tiba, Allah telah mengaruniakan pencicipan kepada kita hari ini.
Jika kita bercakap-cakap dengan orang yang belum percaya, mereka akan mengakui, di satu pihak mereka memang bisa menikmati hiburan seperti berdansa dan berjudi. Namun pada pihak lainnya mereka dapat mengatakan kepada kita bahwa mereka tidak gembira. Kita boleh bertanya kepada me-reka, “Mengapa harus pergi berdansa atau berjudi?” Mereka akan menjawab, “Karena hatiku sangat gundah dan tertekan. Aku perlu melakukan sesuatu.” Mereka mengeluh, tetapi hanya mengeluh, lainnya tidak ada. Lain dengan kita, ketika kita mengeluh, kita memiliki Roh itu sebagai buah sulung di dalam kita, menjadi pencicipan atas diri Allah sendiri. Bahkan, sekalipun kita menderita, kita memiliki kenikmatan. Kita mengecap penyertaan Tuhan. Penyertaan Tuhan tidak lain adalah Roh itu sebagai buah sulung untuk kita nikmati.Inilah satu butir yang sangat besar dalam berkat keputraan.
Ketika kita sedang mengeluh dan menikmati buah sulung Roh itu, kita pun sedang mengharapkan keputraan. Keputraan di sini ditujukan kepada keputraan yang sepenuhnya. Di kemudian hari, tubuh kita pun akan beroleh keputraan. Itulah keputraan yang sepenuhnya, yang menjadi harapan kita. Kita tidak perlu banyak mengeluh, kita perlu banyak bertumbuh. Kita wajib bersukacita senantiasa, selagi bersukacita kita juga perlu bertumbuh. Ba-nyak orang di antara kita masih terlalu muda, tidak matang. Kita semua perlu bertumbuh dan matang karena tibanya hari yang mulia itu tergantung pada pertumbuhan hayat kita. Semakin cepat bertumbuh, hari itu pun akan semakin cepat tiba.

Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah akan dinyatakan. (Rm.8:19)

16 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 4 Kamis

Ahli Waris Allah, Bersama dengan Kristus
Roma 8:17
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya ahli waris Allah, dan menjadi ahli waris bersama-sama dengan Kristus; jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Tl.).

Ayat Bacaan: Ibr. 12:2; Yes. 30:20-21; Yer. 48:11; Ul. 4:30; 2 Kor. 4:16

Sasaran keselamatan lengkap Allah adalah perkara pemuliaan. Karena itu, janganlah kita puas jika kita telah menjadi anak-anak Allah. Kita perlu menjadi ahli waris Allah. Roma 8:17 menjelaskan syarat utama agar kita bisa menjadi ahli waris Allah, yaitu melalui “menderita bersama-sama dengan Kristus, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
Mungkin kita tidak suka menderita, tetapi itu perlu bagi kita. Kalau kita menderita bersama-sama dengan Dia, kita pasti akan dipermuliakan bersama dengan Dia. Inilah jalan hidup orang Kristen yang benar. Tuhan Yesus adalah perintis jalan ini. Dia “. . . tekun memikul salib . . . sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibr. 12:2). Sebagai pengikut-pengikutNya, kitapun harus menempuh jaIan ini. Inilah jalan benar yang wajib kita tempuh (Yes. 30:20-21).
Saudara Watchman Nee dalam sebuah kidung karangannya menulis: “Bila kujalan menyimpang, aku segera mendapatkan kenyamanan” Ini menunjukkan bahwa jalan yang nyaman bukan jalan kita, itu adalah jalan menyesatkan. Mazmur 119:67 mengatakan, “Sebelum aku tertindas, aku menyimpang.“ Ini berarti jika kita hidup nyaman tanpa menderita, kita sudah menyimpang atau tersesat; kita akan terlepas dari tangan Allah dan menjadi tidak berguna. Allah tidak menghendaki kita menempuh jalan nyaman. Ia tidak ingin kita seperti Moab, “Hidup aman dari sejak masa mudanya, dia hidup tenang seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain” (Yer. 48:11). Saudara Watchman Nee berkata, “Kebanyakan orang Kristen hidup dengan aman dan tenang, akibatnya, kerohanian mereka miskin.” Kita jangan memohon Allah menghentikan situasi yang menindas kita, melainkan memohon kepadaNya agar melindungi kita, supaya kita sanggup menahan ujian penderitaan itu. Penderitaan membuat kita berhenti berbuat dosa (1 Ptr. 4:1), bersandar erat kepada Tuhan (Ul. 4:30), mengalami kuasa kebangkitan Kristus (Flp. 3:10-11), bertumbuh di dalam hayat (2 Kor. 4:16), mendapatkan kemuliaan (Rm. 8:17-18), mengalami Firman Allah (Mzm. 119:71), belajar taat (Ibr. 5:8), dan dapat membantu orang lain (2 Kor. 1:3-6)

Sebab aku yakin bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. (Rm. 8:18)

15 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 4 Rabu

Roh itu Bersaksi Bersama Roh Kita
Roma 8:16
Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 8:14, 16.

Dalam Roma 8:14 kita nampak ada “putra-putra Allah”, dan dalam ayat 15 ada “Roh keputraan”. Mengapa dalam Roma 8:16 Paulus mendadak menyebutkan “anak-anak”? Sebab Roh itu mempersaksikan sesuatu hal yang mendasar. Ia mempersaksikan hubungan pertama atau awal antara kita dengan Allah. Kita mungkin adalah anak-anak Allah, tetapi tidak bertumbuh menjadi putra, dan kita mungkin adalah putra, tetapi tidak memiliki syarat sebagai ahli waris. Karena belum saatnya bagi Roh Kudus untuk mempersaksikan bahwa kita adalah ahli-ahli waris Allah. Kebanyakan dari kita masih belum matang untuk dapat menyatakan kesaksian yang sedemikian. Karenanya Roh itu mempersaksikan hubungan yang paling dasar dan awal itu, yaitu menjadi anak-anak Allah. Ia bersama-sama dengan roh kita mempersaksikan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Tidak peduli berapa umur rohani kita, berapa pendek usia keselamatan kita, asalkan kita sebagai anak Allah, Roh Allah pasti bersaksi bersama-sama dengan roh kita. Ini berarti kedua-duanya bersaksi bersama-sama. Roh Allah bersaksi, dan pada waktu yang sama, roh kita pun bersaksi bersama-Nya. Ini sungguh indah sekali!
Mungkin ada orang berkata, “Aku tidak merasa bahwa Roh Allah bersaksi. Di manakah Roh Allah itu? Aku sedikit pun tak merasakan adanya Roh Allah di dalamku, aku tak pernah melihat-Nya, dan aku pun tak berdaya untuk merasakan-Nya, aku sama sekali tidak merasakan adanya Dia.” Tetapi tidakkah kita merasa bahwa roh kita sedang bersaksi? Kita harus tahu asalkan roh kita bersaksi, itu berarti Roh Kudus juga bersaksi. Kita tidak dapat menyangkal bahwa roh kita sedang bersaksi di dalam kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Ini adalah suatu perkara yang besar dan sukacita karena kesaksian ini menyatakan bahwa kita telah diselamatkan, dilahirkan kembali dari Allah, dan kita telah menerima hayat dan sifat Allah. Karena itu, Allah adalah Bapa kita yang asli dan sejati dan kita adalah anak-anak-Nya yang asli dan sejati. Jika kita mengenal betapa mulianya kesaksian dari roh kita ini, maka seluruh hidup kita pasti berubah. Kita tidak dapat lagi menempuh cara hidup yang lama, sebab kita adalah anak-anak Allah.

Namun semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. (Yoh. 1:12)

14 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 4 Selasa

Oleh Roh Keputraan Berseru: Ya Abba, Ya Bapa!
Roma 8:15
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh keputraan. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Tl.)

Ayat Bacaan: Rom. 8:15; Gal. 4:6

Dalam Galatia 4:6 Paulus berkata, “Karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Putra-Nya ke dalam hati kita yang berseru: Ya Abba, ya Bapa!” Karena Roh Putra Allah masuk ke dalam roh kita, maka roh kita menjadi roh keputraan (Rm. 8:15). Karena itu tidak hanya Roh Putra Allah yang dapat berseru, “Ya Abba, ya Bapa!”, kita pun oleh roh keputraan itu dapat berseru, “Ya Abba, ya Bapa!” Tatkala kita berseru, Roh Putra Allah pun berseru di dalam seruan kita. Tatkala Roh Putra Allah berseru, kita pun berseru bersama-Nya. Maka tidak ada rasa takut lagi, melainkan hanya ada seruan manis dan mesra, “Ya Abba, ya Bapa!”
“Abba” ialah istilah bahasa Aram yang berarti bapa. Kalau kedua istilah “Abba” dan “Bapa” itu digabungkan, akibatnya ialah suatu perasaan yang teramat mesra dan manis. Jadi, “Ya Abba, ya Bapa!” merupakan kemesraan yang diintensifkan. Anak-anak setiap bangsa semua menyebut ayahnya dengan sebutan yang manis dan mesra. Anak orang Amerika menyebut, “Daddy”, dan orang China menyebut, “Papa”. Kita semua tidak hanya mengucapkan satu suku kata seperti “Da” atau “Pa”. Kalau hanya mengucapkan satu suku kata, tentu kurang mesra. Kita perlu mengucapkan dua suku kata, “Daddy,” “Bapa,” atau “Papa.” Kita perlu menyeru “Ya Abba, ya Bapa!” Kalau kita menyeru demikian, kita akan menyadari betapa manis dan mesranya hal ini.
Hari ini kita semua bisa berseru “Ya Abba, ya Bapa” sebab kita memiliki roh keputraan. Kalau si Anu bukanlah ayah kita, maka kita sukar sekali menyebutnya “ayah”. Menyebutnya “tuan Anu” mudah sekali; tetapi kita tidak dapat menyebutnya “ayah”. Setiap suami pasti merasa sukar sekali memanggil ayah mertuanya dengan sebutan “Papa”. Kalau pun bisa, perasaan di dalamnya tidaklah semanis tatkala dia memanggil ayahnya sendiri. Hari ini kita tidak perlu meragukan apakah kita putra Allah. Ketika kita berkata, “Ya Abba, ya Bapa” apakah batin kita merasa manis dan mesra? Jika merasa manis, itulah buktinya bahwa kita putra Allah, bahkan kita pun memiliki roh keputraan. Asalkan kita dapat berseru dengan mesra, “Ya Abba, ya Bapa”, kita akan mengetahui dengan pasti bahwa kita adalah putra-putra Allah.

Karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Putra-Nya ke dalam hati kita yang berseru: Ya Abba, ya Bapa! (Gal. 4:6)

13 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 4 Senin

Putra Allah Dipimpin oleh Roh Allah
Roma 8:14
Sebab semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah putra-putra Allah (Tl).

Ayat Bacaan: Rm. 8:4, 6, 14.

Dipimpin oleh Roh berbeda dengan berjalan menurut Roh. Berjalan menurut Roh mungkin bisa diibaratkan merangkak. Tetapi mengikuti pimpinan Roh itu dan dipimpin olehNya, adalah seperti berdiri dan berjalan. Banyak di antara kita yang bisa merangkak, tetapi kita tidak sanggup berdiri dan melangkah. Jika kita hanya bisa berjalan menurut Roh, kita masih anak-anak dan belum bertumbuh menjadi putra. Mereka yang dipimpin oleh Roh bukan lagi anak-anak, tetapi putra Allah.
Pimpinan Roh bukan berupa hal-hal luaran, tetapi bersumber dari pera-saan hayat ilahi di dalam kita. Istilah “perasaan hayat” memang tidak secara langsung disebutkan di dalam Alkitab, namun dalam Roma 8:6 Paulus berkata, “Karena meletakkan pikiran di atas daging adalah maut, tetapi meletakkan pikiran di atas Roh adalah hayat dan damai sejahtera” (Tl.). Kalau kita menaruh pikiran kita di atas roh, batin kita segera mendapat kekuatan untuk bertindak menurut pimpinan Roh itu. Namun seringkali, meskipun sepanjang hari kita telah berjalan menurut Roh, saat di sidang Roh itu memimpin kita untuk berfungsi, kita tidak mau berfungsi. Pada saat kita tidak mau dipimpin oleh Roh itu untuk berfungsi, kita masih berpikir bahwa kita berjalan menurut roh itu. Selubung semacam ini perlu tersingkir dari kita, supaya kita bisa nampak bahwa seringkali saat kita berjalan menurut Roh itu, kita tidak mau dipimpin olehNya.
Saudara saudari, ketika kita ingin memutuskan sesuatu, kita tidak perlu berdoa, “Tuhan, jika Engkau tidak menghendaki aku melakukan perkara ini, cegahlah aku.” Jangan berdoa demikian. Boleh jadi semua urusan di luar lancar, tetapi bagaimana batin kita? Jika di dalam batin kita tidak ada perasaan damai sejahtera, itu berarti Roh Allah tidak menghendaki kita untuk melakukan hal tersebut. Kalau kita mendapat pimpinan demi perkara lahiriah, itu membuktikan bahwa kita bukan putra Allah. Tetapi jika kita dipimpin oleh perasaan hayat dalam batin, itu membuktikan kita adalah putra Allah. Hari ini kita bukan hanya perlu hidup oleh Roh (Rm. 8:4) tetapi terlebih perlu menaati setiap pimpinan Roh, melalui meletakkan pikiran kita di atas roh (Rm. 8:6).

Akan tetapi, jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (Gal. 5:18)

12 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 3 Minggu

Mendesak Kita Berpaling ke Roh
Roma 8:4
Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

Ayat Bacaan: Rm. 8:4, 6; 1 Kor. 6:17; 1 Kor. 2:14; Yoh. 3:6-7

Roma 8:4 membicarakan tentang berjalan menurut roh bukan menurut daging. Memang mudah sekali untuk membicar akan hal ini, tetapi tidak begitu mudah untuk mempraktekkannya. Untuk masuk dalam ayat ini dalam realitasnya, kita perlu diproses melalui banyak pengalaman kegagalan. Kemudian kita akan menemukan diri kita sendiri lebih berada di dalam roh. Satu-satunya jalan untuk membereskan daging ini dan diselamatkan dari pengaruhnya adalah masuk ke dalam roh.
Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan menurut roh (Rm. 8:4), yaitu roh kita berbaur dengan Roh Kudus (1 Kor. 6:17). Kita telah melihat, bahwa kita dapat mengenal roh ini dengan merasakan berbagai aspek hidup, damai sejahtera, atau kematian. Beberapa orang Kristen mungkin berpendapat, bahwa berpaling kepada Tuhan berarti berpaling kepada sorga. Tetapi berpa-ling kepada Tuhan dalam pengalaman kita berarti berpaling ke roh kita, karena Tuhan ada di dalam roh kita. Hal ini berarti menaruh pikiran di atas roh (Rm. 8:6). Menaruh pikiran di atas roh berarti berpaling kepada Tuhan. Kita harus berpaling dari daging, dari pikiran, dari penyakit, dan dari kesulitan. Bahkan pengetahuan dan pengajaran Alkitab pun dapat merupakan daya tarik yang harus kita jauhkan dari diri kita. Dari hari ke hari kita diselewengkan dari roh kita oleh banyak perkara yang ada di luar diri kita.
Sebagai contoh, ketika kita datang kepada Tuhan dalam doa atau datang kepada firman Allah untuk berkontak dengan Dia, kita harus menolak hayat jiwa (pemahaman kita, perasaan kita, keinginan kita) dan berpaling ke dalam roh untuk berkontak dan bersekutu dengan-Nya. Kita tidak pernah dapat bertemu dengan Kristus melalui melatih kemampuan jiwa kita. Kristus ada dalam roh kita, bukan dalam jiwa kita. Hanya dengan mempergunakan roh kita itulah kita dapat bertemu dengan-Nya. Pikiran, emosi, dan tekad kita telah dirusak sedemikian rupa sehingga manusia alamiah tidak mungkin dapat berkontak dengan Allah atau bersekutu dengan-Nya, “Tetapi manusia jiwani tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah” (1 Kor. 2:14). Inilah sebabnya kita perlu kelahiran kembali dalam roh kita (Yoh. 3:6-7).

Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. (Yoh. 3:6)

11 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 3 Sabtu

Allah Memakai Kegagalan Daging Kita
Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil...

Ayat Bacaan: Rm. 8:28

Kita semua harus sungguh-sungguh menuntut untuk berkuasa atas dosa, maut, dan Iblis. Namun, meskipun kita mungkin berusaha dengan rajin untuk berkuasa dalam hayat atas tiga musuh ini, kita bukannya berhasil malah semakin gagal. Jangan putus asa. Selama kita mengasihi Tuhan dan mencari Dia, Dia bahkan akan memakai kegagalan-kegagalan kita untuk lebih menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Banyak dari antara kita dapat bersaksi bahwa kita mendapatkan Tuhan lebih banyak melalui kegagalan-kegagalan kita daripada melalui keberhasilan kita. Kegagalan-kegagalan kita menekan kita kepada Tuhan dan membuat kita terpaksa masuk ke dalam roh. Akhirnya, dengan berpaling ke roh dengan cara terpaksa demikian, kita akan dijenuhi sepenuhnya dengan Tuhan. Tanpa bantuan yang disampaikan oleh daging yang penuh dosa, dan buruk ini, kita tidak akan demikian sungguh-sungguh untuk mendapatkan Tuhan atau memiliki Dia tergarap ke dalam kita.
Meskipun kita tahu kita harus menjadi kudus, rohani, dan menang, tetapi kita segera gagal dan masuk ke dalam penderitaan. Sasaran kita adalah kekudusan, kerohanian, dan kemenangan. Tetapi sasaran Allah adalah menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Selama Allah memiliki kesempatan untuk menggarapkan diri-Nya ke dalam diri kita, Dia tidak akan banyak memperhatikan apakah keadaan kita itu sempurna atau miskin. Seringkali Dia memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan apa yang Dia dambakan di dalam kita ketika keadaan kita sangat kasihan. Ketika situasi dan keadaan kita sempurna, kita mungkin tertutup bagi pekerjaan Tuhan yang batiniah. Tetapi ketika kita berada di dalam keadaan atau situasi yang sulit, maka Allah akan dapat lebih menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita dari pada ketika keadaan kita baik. Alasan untuk hal ini adalah karena ketika kita berada di dalam situasi yang sulit, kita lebih terbuka kepada Tuhan, lebih rela untuk berpaling kepada-Nya, dan lebih rela untuk membiarkan Dia menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Dengan cara demikianlah kita akan semakin bertumbuh di dalam Dia.

Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. (Mzm. 119:71)

10 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 3 Jumat

Berpaling ke dalam Roh, Diselamatkan dari Daging
Rm. 7:18, 20
Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik... Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya...

Ayat Bacaan: Rm. 3:20; 7:18; Hak. 2:21-3:4

Di dalam Roma daging ini disingkapkan sepenuhnya. Pemakaian kata “daging” dengan satu arti yang berbeda dengan yang ditemukan di dalam pasal lima sampai delapan. Roma 3:20 berkata, “Sebab tidak seorangpun/tidak ada daging yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat.” Di sini “daging” mengacu kepada persona, manusia. Di mata Allah setiap orang yang telah jatuh adalah daging. Maka, “daging” di dalam 3:20 ini menekankan pada totalitas diri manusia yang telah jatuh. Sebaliknya, di dalam Roma 7, “daging” hanya mengacu kepada bagian manusia, bukan mengacu pada seluruh diri manusia. Di dalam pasal tujuh “daging” menekankan pada dosa, bagian dari kita yang jahat, bagian yang dihuni oleh dosa. Roma 7:18 berkata, “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia/daging, tidak ada sesuatu yang baik.” Tidak peduli betapa baiknya kelihatannya seseorang itu, sedikitnya ada satu bagian daripadanya, yaitu daging, yang adalah jahat.
Kita semua tahu bahwa marah terhadap suami atau istri atau anak-anak kita itu salah. Namun, jika kita mengasihi Tuhan dan mencari Dia, bahkan amarah kita pun akan bekerja sama untuk kita, karena hal itu akan memaksa kita untuk pergi kepada Tuhan. Setelah kita marah, kita mungkin merasa malu selama beberapa jam, tidak mau berdoa karena kita malu untuk berdoa. Namun, akhirnya kedambaan kita bagi Tuhan itu akan memaksa kita untuk berdoa, dan kita akan berdoa dengan sangat baik.
Jika kita tidak memiliki kegagalan, kita mungkin menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan betapa baiknya kita. kita tidak akan sungguh-sungguh berpaling ke roh. Inilah sebabnya mengapa Tuhan tidak segera memusnahkan semua musuh setelah bani Israel masuk ke dalam negeri yang baik itu (Hak. 2:21-3:4). Allah dengan cermat mengizinkan musuh-musuh tertentu untuk tetap ada untuk tujuan menguatkan bani Israel dan melatih mereka untuk berperang. Sama prinsipnya, daging dibiarkan di sini untuk kebaikan kita. Ini berarti bahwa, di dalam hikmat dan kedaulatan-Nya, Tuhan akan memakai daging untuk tujuan yang positif.

Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Rm. 7:24)

09 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 3 Kamis

Kembali ke dalam Roh
Galatia 5:16
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.

Ayat Bacaan: Gal. 5:16; 1 Kor. 2:9-10

Di dalam 1 Korintus 2:9 Paulus berkata, “Tetapi seperti ada tertulis: ‘Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: Semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Di dalam ayat 10 Paulus melanjutkan, “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” Ini berarti ketika kita melatih roh kita untuk berkata, “Tuhan Yesus, aku cinta pada-Mu,” dan melatih roh kita untuk mengontaki Dia, Roh ilahi dinyalakan di dalam kita, dan Dia melakukan penelitian secara aktif untuk menyelidiki kedalaman Alalh mengenai Kristus sebagai persekutuan hayat ilahi dan menyingkapkan Kristus sebagai hayat kekal yang mengalir bagi partisipasi, pengalaman, dan kenikmatan kita sehingga kita bisa masuk ke dalam realitas kehidupan di dalam Tubuh Kristus.
Janganlah mengabaikan roh kita yang telah dilahirkan kembali, menara tinggi di dalam kita di mana kita dapat bersembunyi dari Iblis. Kapan kala kita dicobai untuk berdebat dengan istri atau suami kita, kita harus lari ke dalam menara ini. Perdebatan di dalam kehidupan pernikahan berasal dari pikiran yang ditunggangi oleh daging. Kapan saja seorang saudara memiliki pikiran negatif tentang istrinya, maka daging akan berusaha untuk mengganggunya untuk berdebat dengannya. Ini menunjukkan bahwa daging selalu siap untuk membantu pikiran di dalam hal negatif. Apa yang harus kita lakukan tentang hal ini? Kita harus melarikan diri ke dalam menara yang tinggi dari roh kita yang telah dilahirkan kembali, tempat di mana Iblis tidak dapat menjamah kita, tempat di mana kita dapat menikmati Kristus sebagai hayat kita dan mengalami realitas Tubuh. Bila kita berada di dalam tempat yang demikian, maka Iblis tidak akan dapat berbuat apa-apa terhadap kita.
Tidak sulit untuk masuk ke dalam menara yang tinggi di dalam roh kita. Kita hanya perlu berseru kepada nama Tuhan Yesus. Selama kita tinggal di dalam roh kita, maka kita memiliki kemenangan atas Iblis. Ia akan tunduk dan bahkan akan dihancurkan di bawah kaki kita.

Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya. (Ams. 20:27)

08 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 3 Rabu

Tinggal dalam Kristus akan Mengalahkan Iblis
Amsal 18:10
Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.

Ayat Bacaan: Ams. 18:10

Iblis tidak bisa di atasi dengan kekuatan diri kita sendiri. Mengatasi Iblis bukanlah perkara kita memutuskan untuk meletakkan daging kita di atas salib; melainkan ini adalah perkara melihat bahwa Kristus yang adalah hayat bagi kita itu sekarang ada di dalam roh kita dan kemudian melihat bahwa kita harus tinggal di dalam-Nya. Karena Kristus ada di dalam roh kita, maka kita harus tetap tinggal di dalam roh jika kita ingin tinggal di dalam Dia. Jika kita tinggal di dalam roh kita, maka kita akan memiliki realitas disalibkan bersama dengan Kristus, dan kita akan memiliki Kristus sebagai hayat kita yang berkuasa. Di dalam diri kita sendiri kita tidak dapat berkuasa mengalahkan Iblis, tetapi di dalam Kristus kita dapat berkuasa mengalahkan dia.
Jangan berusaha untuk mengalahkan Iblis. Semakin berusaha untuk me-ngalahkannya, semakin kita akan dikalahkan olehnya. Tidak ada seorangpun di antara kita yang terkecuali. Satu-satunya cara untuk mengatasi Iblis adalah tinggal di dalam menara yang tinggi dari roh kita yang telah dilahirkan kembali. Bila kita berada di dalam menara ini, maka kita dapat menertawai Iblis dan berkata, “Iblis tidak tahukah kamu bahwa aku berada di dalam menara yang tinggi di dalam rohku? Apa yang dapat kamu lakukan terhadapku? Sebentar lagi, kamu akan dihancurkan di bawah kaki kami.”
Dalam kehidupan sehari-hari yang kita tempuh sering kali kita ingin keluar dari roh kita. Sepanjang hari mungkin kita berkali-kali meninggalkan roh kita dan hidup di dalam daging. Sebagai contoh, jika pasangan kita berbicara kepada kita dengan nada tertentu, kita mungkin segera meninggalkan roh kita dan berkata kepada pasangan kita menurut daging. Sekalipun sikap kita sangat baik terhadap pasangan kita, asalkan kita tidak di dalam roh, kita akan berada di dalam daging. kita tidak dapat masuk ke dalam roh sekali untuk selama-lamanya. Sebaliknya, kita perlu berlatih hidup di dalam roh secara berkesinambungan. “Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” (1 Kor. 6:17). Jalan untuk mengikatkan diri kita kepada Tuhan adalah dengan senantiasa menyeru nama-Nya, masuk ke dalam perlindungan menara roh kita, dan bersatu dengan Tuhan.

Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu... (Yoh. 15:4).

07 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 3 Selasa

Roh Kelahiran Kembali Menjaga Kita
1 Yohanes 5:4, 18
Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia... tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, ...dan si jahat tidak dapat menjamahnya.

Ayat Bacaan: Rm. 6:14; 7:24; 8:1; Gal. 5:17, 24, 25; Yoh. 3:6; Rm. 8:13.

Satu Yohanes 5:4 berkata, “Sebab semua yang lahir dari Allah mengalahkan dunia.” Ayat ini tidak menggunakan frase kata “setiap orang”, tetapi menggunakan frase kata “semua yang lahir dari Allah.” Ini berarti yang dibahas di dalam ayat ini tidak mengacu kepada seseorang; melainkan mengacu kepada satu hal. Apakah hal itu? Jika kita membaca ayat ini di dalam terang Yohanes 3:6 yang mengatakan “apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh”(Tl.)., maka kita akan melihat bahwa frase “semua yang lahir dari Allah” mengacu kepada roh kelahiran kembali. Ini adalah roh kelahiran kembali yang tidak berdosa dan yang akan mengalahkan dunia.
Dahulu ketika kita dilahirkan di dalam Adam, kita menjadi satu dengan Iblis. Dan kita semua memiliki sesuatu yang jahat di dalam kita yang lahir dari Iblis. Tetapi puji Tuhan bahwa sekarang kita setelah kita dilahirkan kembali kita dapat memproklamirkan dengan iman bahwa kita juga memiliki sesuatu yang di dalam kita yang lahir dari Allah. Itu adalah Putra Allah. Karena kita memiliki Putra maka kita juga memiliki hayat (1 Yoh. 5:11-12). Hayat yang di dalamnya dan olehnya kita dapat mengatasi Iblis sekarang ada di dalam roh kita yang telah dilahirkan kembali. Selama kita tetap tinggal di dalam roh kita yang telah dilahirkan kembali ini, maka Iblis, si jahat, tidak dapat menjamah kita. Inilah cara untuk mengatasi Iblis. Jika kita keluar dari roh ini dan tinggal di dalam daging, maka kita akan bekerja sama dengan Iblis. Kapan saja kita ada di dalam daging, maka kita memiliki Iblis sebagai mitra kita. Tetapi bila kita berada di dalam roh, maka Kristus adalah mitra kita.
Sebagai kaum beriman, kita harus mengetahui bagaimana melatih roh kita untuk berkontak dengan Tuhan. Untuk melatih roh kita, kita harus menjaga hati nurani kita melalui menerapkan pembasuhan darah. Jalan satu-satunya untuk melatih roh kita adalah berdoa. Kita melatih roh kita untuk menerima perawatan dari Firman melalui doa-baca. Kita harus melatih roh kita dalam sidang-sidang gereja melalui berdoa, memuji, atau memberikan sepatah kata mengenai kesaksian. Dengan demikian Iblis tidak akan lagi memiliki kuasa untuk menggoda kita. Mulia bagi Tuhan!

Janganlah padamkan Roh (1 Tes. 5:19)

06 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 3 Senin

Cara untuk Mengalahkan Iblis
Roma 16:20
Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!

Ayat Bacaan: Rm. 16:20; 7:18; Ibr. 10:25; Ef. 1:23

Iblis adalah sumber dosa. Seperti yang telah berkali-kali kita tunjukkan, dosa adalah sifat Iblis yang diinjeksikan ke dalam manusia. Menurut wahyu dari Alkitab, Iblis sebagai dosa ada di dalam daging kita, di dalam tubuh kita yang telah jatuh, dan yang telah tercemar. Roma 7:18 berkata, “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik.” Ketika Allah menciptakan manusia, Dia menciptakan manusia dengan satu tubuh yang murni. Tetapi ketika Iblis menginjeksikan dirinya sebagai dosa ke dalam tubuh manusia, tubuh ini menjadi daging. Maka, Iblis, dosa, dan daging saling berhubungan satu sama lainnya di dalam manusia. Jika kita ingin mengatasi Iblis dan berkuasa di dalam hayat atasnya, maka kita perlu mengenal bahwa Iblis sebagai dosa berhuni di dalam daging kita.
Dalam Roma 16:20 Paulus memperlihatkan pada kita bagaimana cara untuk mengalahkan Iblis. Di dalam ayat ini Paulus berkata, “ Allah, sumber damai sejahtera, segera menghancurkan Iblis di bawah kakimu.” Dalam bahasa Yunani kata “mu” di sini adalah jamak; ini mengacu kepada gereja yang adalahTubuh Kristus (Ef. 1:23). Jadi Allah akan menghancurkan Iblis di bawah kaki Tubuh. Ekspresi Tubuh yang praktis ini hanya mungkin ada melalui hayat ilahi. Kita mungkin memiliki pengalaman terhadap penebusan dan keselamatan, tetapi jika kita tidak mengalami hayat ilahi, kita tidak mungkin memiliki ekspresi Tubuh Kristus yang praktis. Tubuh Kristus dibangun bersama dengan Kristus sebagai hayat. Iblis akan diatasi oleh hayat dan oleh Tubuh ini.
Dalam pengalaman kita seringkali ketika kita merasa lemah rohani, kita memutuskan untuk menjauhkan diri dari persekutuan dengan saudara saudari . Namun kapan kala kita terpisah dari gereja, kita menjadi mangsa bagi Iblis, karena secara individu kita sulit melawan Iblis. Tetapi ketika kita berada dalam gereja dan bersatu dengan Tubuh, dengan saudara saudari kita melatih roh melalui berseru nama Tuhan, berkidung dan berdoa maka secara otomatis Iblis sudah di bawah kaki kita, dan oleh penyaluran ilahi kita menikmati Allah sebagai sumber damai sejahtera dalam hidup gereja. Jadi “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,... “(Ibr. 10:25)

...Tali tiga lembar tak mudah diputuskan (Pkh. 4:12b)

05 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Minggu

Menjamah Takhta Kasih Karunia
Ibrani 4:16
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:31-33, 36

Adalah satu fakta bahwa di bawah kedaulatan Allah, ketika Tuhan mati tersalib bagi kita, tiada satupun tulang Tuhan yang dipatahkan (Yoh.19:31-33, 36). Hal ini menunjukkan hayat-Nya yang tidak tercipta itu tidak dapat dipatahkan. Hayat kita, hayat yang tercipta ini, tidak dapat tahan dengan maut. Satu-satunya hal yang dapat menundukkan maut adalah hayat Allah yang tidak tercipta. Sama seperti terang menelan kegelapan, demikian juga hayat yang tidak tercipta ini menelan maut. Kegelapan hanya dapat diatasi oleh terang. Kita tidak perlu berusaha untuk melemparkan kegelapan, melainkan kita hanya perlu menyalakan terang saja. Segera setelah terang datang maka kegelapanpun sirna. Sama prinsipnya, kapan saja hayat yang tidak tercipta ini masuk, maka maut akan lenyap.
Kita tidak perlu berusaha untuk mengatasi amarah kita, berbelanja kita, ataupun gosip kita. Sebaliknya kita hanya harus membuka diri kepada Allah dan membiarkan kasih karunia-Nya mengalir melalui kita dan memenuhi kita. Kasih karunia yang mengalir ini akan menjadi aktif sebagai Roh itu yang akan menjadi hayat di dalam kita. Hayat ini kemudian akan menundukkan maut dan menelannya. Inilah yang dimaksud dengan memerintah di dalam hayat atas maut.
Ada seorang hamba Tuhan bercerita bahwa jika dia marah sesaat sebelum akan berbicara, di dalamnya akan merasa maut, merasa sulit sekali berbicara di dalam sidang itu. Untuk itu, kapan kala dia mau berbicara di dalam sidang, bagaimanapun sibuknya, dia akan meluangkan waktu lima menit bersama Tuhan. Ketika menyeru nama Tuhan, dia berada di dalam roh, dan dia bertemu dengan Kristus di atas takhta kasih karunia. Dengan demikian dia menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Kemudian dia dapat berbicara dengan penuh hayat. Kapan kala kita merasakan maut ada di dalam kita, kita harus kembali ke dalam roh kita, datang kepada Tuhan, menjamah takhta kasih karunia, dibereskan se-penuhnya oleh Dia, maka kita akan mengalami pembasuhan darah dan juga pengurapan yang menghasilkan hayat yang menelan maut.

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. (Rm. 5:2a)

04 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Sabtu

Berkuasa dalam Hayat atas Maut
Roma 8:2
Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. (Tl.)

Ayat Bacaan: Why. 20:12, 15; Rm. 8:2

Ketika kita mendengar kata “maut”, apa yang terlintas dalam benak kita? Kita perlu mengetahui bahwa maut bukan hanya berarti kematian fisik. Alkitab mewahyukan bahwa maut memiliki sejumlah aspek. Aspek yang pertama, maut pada masa yang akan datang (aspek obyektif) yaitu setelah masa seribu tahun dimana semua orang mati yang tidak percaya akan dibangkitkan dan akan berdiri di hadapan takhta putih untuk dihakimi (Why. 20:12), saat itu orang-orang yang namanya tidak ditemukan di dalam kitab kehidupan akan dilemparkan ke dalam telaga api, inilah kematian yang kedua (Why. 20:15).
Aspek yang kedua adalah maut yang sekarang (aspek yang subyektif). Pernahkah saudara saudari merasakan kegelapan, kehampaan, tidak ada perhentian, dan kekeringan di dalam batin ketika sedang sibuk bekerja, berbelanja, bermain atau melakukan hal rutinitas lainnya? Saudara saudari, inilah maut yang sedang bekerja di dalam kita saat ini. Maut adalah kejijikan bagi Allah; dan Dia membencinya. Bergosip mungkin bukan dosa, tetapi karena bergosip adalah perkara yang membawa masuk maut, maka itu adalah jijik di mata Allah. Contoh-contoh ini bukanlah untuk membereskan masalah berbelanja atau gosip; melainkan untuk membereskan maut.
Hari ini, Kristus sendiri adalah hukum Roh hayat di dalam kita. Kita tidak perlu berusaha berbuat baik demi diri sendiri. Yang perlu kita lakukan adalah mempersembahkan diri kita kepada Tuhan dan bekerja sama dengan Dia, membiarkan Roh hayat memiliki kesempatan untuk beroperasi di dalam kita. Setiap pagi kita harus mengatakan “Tuhan, aku cinta kepada-Mu. Aku persembahkan diriku kepada-Mu.” Kita harus melakukan hal ini setiap pagi dan melanjutkannya sepanjang hari. Bila kita menghadapi pencobaan atau kesulitan, kita harus secara khusus belajar berseru dari lubuk batin kita, “O Tuhan Yesus!” Jika kita berkontak dengan Tuhan secara demikian, batin kita akan hidup dan dikuatkan dan kita akan menyadari bahwa kita berada di dalam Kristus serta ada satu hukum yang beroperasi di dalam kita, hukum yang memiliki kapasitas hayat yang alami dan kekuatan hayat yang spontan.

... serahkanlah dirimu kepada Allah ... Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. (Rm. 6:13)

03 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Jumat

Berkuasa Dalam Hayat Bagi Pembangunan
Roma 12:5
Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

Ayat Bacaan: Kej. 6:15-16; Rm. 12:5

Memerintah di dalam hayat sangat berhubungan dengan keesaan kita dengan orang-orang kudus. Keesaan bukanlah hanya perkara datang bersama-sama beberapa kali seminggu atau sekadar me-ngasihi satu sama lain dan mengumumkan bahwa kita adalah satu. Keesaan memiliki makna yang lebih jauh dari ini. Keesaan yang sesungguhnya adalah bangunan, orang-orang kudus saling dibangunkan bersama-sama di dalam hayat ilahi. Salah satu gambaran tentang keesaan adalah ukuran bahtera yang dibangun oleh Nuh. Bahtera itu memiliki tiga tingkat dan panjangnya tiga ratus hasta. Karena tiga adalah unit dasar di dalam pembangunan Allah, maka satu setengah hasta itu menunjukkan setengah unit. Ini berarti bahwa di dalam pembangunan Allah, kita sendiri bukanlah unit yang lengkap, setiap kita hanyalah setengah unit. Kita memerlukan orang lain dan bahwa orang lain juga memerlukan kita. Jika kita benar-benar adalah anggota seorang terhadap yang lain, maka kita akan menjadi seperti papan yang diikat bersama-sama. Tidak peduli bagaimana kita merasakan tentang “papan” yang dengannya kita dihubungkan, kita tidak boleh memisahkan diri kita daripadanya. Jika kita memisahkan diri, ini menunjukkan bahwa kita belum pernah benar-benar dibangun menjadi gereja.
Bertahun-tahun yang lalu saudara Witness Lee sadar bahwa sebagai seorang manusia, dia harus menjadi seorang Kristen dan sebagai seorang Kristen dia harus berada di dalam gereja. Inilah jalan yang terbaik bagi saudara Lee untuk tetap berada di dalam Tuhan. Karena itu, dia membuat satu keputusan yang tegas bahwa, meskipun dia tidak selalu senang dengan hal-hal yang ada di dalam kehidupan gereja, dia akan tetap tinggal di dalam kehidupan gereja dan menjadi satu dengan orang-orang kudus.
Memelihara keesaan adalah memerintah di dalam hayat. Hanya di dalam hayat ilahi, bukan di dalam hayat insani kita, kita dapat memelihara keesaan yang sejati. Di dalam hayat ilahi kita memiliki kasih karunia, Allah yang terwujud di dalam kita, dan juga Roh yang hidup. Di dalam Roh inilah kita hidup dan memerintah di dalam hayat.

supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau... (Yoh. 17:21a)

02 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Kamis

Proses Menjadi Raja
Kejadian 1:26
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

Ayat Bacaan: Kej. 1:26

Istilah “berkuasa” pada ayat ini dalam bahasa aslinya mengandung arti yang lebih daripada sekadar wewenang. Berkuasa di sini berarti mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan membentuk suatu kerajaan; juga berarti mempunyai suatu kerajaan sebagai wilayah untuk menerapkan kekuasaan. Manusia dijadikan menurut gambar Allah untuk mengekspresikan Allah dan diberi kuasa untuk mewakili Allah dan untuk memerintah. Kita ialah ekspresi Allah dan wakil Allah.
Hari ini kita berada di dalam proses menjadi raja-raja. Proses ini meliputi pengudusan, transformasi, penyerupaan, dan pemuliaan. Memerintah di dalam hayat bukan berarti melaksanakan pengendalian atas manusia. Memerintah atas orang lain adalah konsep kerajaan manusia. Pemahaman yang tepat tentang memerintah di dalam hayat adalah bahwa kita memerintah di dalam hayat ilahi atas dosa, maut, dan Iblis, yang akhirnya akan dihancurkan di bawah kaki kita. Untuk memerintah di dalam hayat dengan cara ini, kita perlu dikuduskan, ditransformasi, diserupakan, dan dimuliakan.
Di Chefoo, China ada seorang saudara yang berprofesi sebagai seorang dokter militer belasan tahun lamanya. Suatu hari dia berkata kepada Saudara Watchman Nee (seorang Hamba Tuhan), “Berbagai macam dosa yang hebat, yang buruk, telah aku kalahkan, tetapi aku tidak bisa mengalahkan perkara merokok.” Mendengar itu Saudara Watchman Nee berkata kepadanya, “Saudara datanglah kepada Tuhan dan berkatalah kepada-Nya, ‘Tuhan Yesus aku tidak bisa berhenti merokok, aku tidak berdaya; Tuhan Yesus aku meletakkan diriku ke hadapan-Mu.’” Kemudian Saudara Watchman Nee membacakan kepadanya, “Sebab itu, aku terlebih suka bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” Setelah membaca ayat ini, saudara tersebut berdoa dan mengucap syukur atas segala kelemahannya supaya kuasa Kristus menjadi nyata bagi dia, dan sejak saat itu dia benar-benar terlepas dari perkara merokok dan kerohaniannya mengalami kemajuan yang pesat. Saudara saudari, inilah jalan kita menjadi raja, yaitu melalui kita menikmati Dia melalui Firman dan Roh dengan berdoa.

Sampai...kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. (Ef. 4:13)

01 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Rabu

Menerima Kelimpahan Kasih Karunia
Roma 5:17b
...maka terlebih-lebih mereka, yang telah menerima kelimpahan anugerah dan karunia kebenaran, akan hidup dan berkuasa karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:4, 16; 10:10; 8:24, 34, 36; Rm. 5:17

Roma merupakan satu kelanjutan dari Yohanes. Di dalam Injil Yohanes kita memiliki hayat, kasih karunia, kelimpahan hayat, dosa, maut, perbudakan, dan dibebaskan dari dosa dan maut (Yoh. 1:4, 16; 10:10; 8:24, 34, 36). Semua perkara ini juga ditemukan di dalam Roma. Meskipun demikian Injil Yohanes tidak membicarakan tentang kasih karunia memerintah, ataupun tentang memerintah di dalam hayat. Pemakaian kata “memerintah” di dalam Roma dalam hubungannya dengan kasih karunia dan hayat ini memperlihatkan satu pengembangan makna dari apa yang telah diliput di dalam Injil Yohanes.
Paulus dapat membicarakan perkara memerintah di dalam hayat karena dia adalah orang yang memerintah di dalam kasih karunia dan di dalam hayat. Dia adalah seorang manusia yang selalu menempuh hidup bukan berdasarkan dirinya sendiri, tetapi berdasarkan Kristus yang telah berbaur dengannya (Flp. 1:21a). Dia hidup, bertindak, dan berperilaku berdasarkan Kristus yang berhuni di dalamnya yang telah berbaur dengannya. Kita pun perlu hidup, bertindak, dan berperilaku berdasarkan Kristus yang berhuni di dalam kita.
Di dalam semua situasi kita, kita harus memerintah sebagai raja-raja di dalam hayat. Kita harus menempuh hidup orang Kristen, yaitu hidup yang menang, hidup seorang pemenang. Semua pemenang dalam Perjanjian Baru adalah raja-raja yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan karunia dari kebenaran untuk memerintah di dalam hayat. Keempat istilah ini, kasih karunia, kebenaran, memerintah, dan hayat, berada di dalam satu ayat ini, yaitu Roma 5:17. Allah telah memberikan diriNya sendiri kepada kita sebagai kasih karunia, dan kasih karunia ini mempunyai kelimpahan. Sejalan dengan kasih karuniaNya, Allah telah memberi kita suatu karunia, dan karunia ini adalah Allah sendiri sebagai kebenaran. Allah sebagai kasih karunia bagi kenikmatan kita dan kebenaran Allah telah diberikan sebagai suatu karunia untuk kita. Kedua hal ini akan menghasilkan suatu hayat untuk memerintah, suatu hayat untuk menjadi raja. Semoga Allah memberkati kita dan membuat kita menjadi pemenang hari ini, menempuh hidup untuk memerintah.

Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil dalam satu tubuh. Dan bersyukurlah. (Kol. 3:15)

30 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Selasa

Berkuasa Dalam Hayat Melalui Kasih Karunia
Roma 5:17
Sebab, jika karena pelanggaran satu orang, maut telah berkuasa melalui satu orang itu, maka terlebih-lebih mereka, yang telah menerima kelimpahan anugerah dan karunia kebenaran, akan hidup dan berkuasa karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Rm. 8:2; 16:20; Yoh. 1:16

Di dalam Roma 5 kita diberitahu bahwa kasih karunia memerintah kepada hayat yang kekal dan orang-orang yang telah menerima kelimpahan kasih karunia ini dapat memerintah di dalam hayat. Kita memerintah di dalam hayat sebagai seorang raja untuk menaklukkan musuh-musuh dan memerintah atasnya. Musuh-musuh utama kita adalah dosa, maut, dan Iblis (Rm. 8:2; 16:20). Dosa adalah perwujudan sifat jahat Iblis di dalam daging kita, dan kasih karunia adalah Allah di dalam Kristus terwujud di dalam roh kita. Di dalam daging kita memiliki “raja dosa” dan di dalam roh kita memiliki “raja kasih karunia.”
Bila kita dipenuhi dengan kasih karunia baru kita dapat mengalami pemerintahan kasih karunia. Bila kasih karunia memerintah, maka dosa, maut, dan Iblis akan takluk dan berada di bawah kaki kita, dan kita akan menjadi raja-raja di dalam kasih karunia. Sewaktu kasih karunia memerintah di dalam kita, kita memerintah di dalam hayat. Kapan saja kita dipenuhi dengan kasih karunia, kasih karunia ini akan mengalir dan memerintah. Kemudian oleh kasih karunia ini kita akan memerintah di dalam hayat atas dosa, maut, dan Iblis. Kita bukan hanya dibebaskan dari tiga musuh utama ini, melainkan kita juga memerintah atas mereka. Kita perlu datang kepada sumber ilahi dan membuka diri kita sendiri dari kedalaman diri kita supaya dipenuhi dengan Allah sebagai kasih karunia. Untuk dipenuhi, kita perlu memohon Tuhan menyingkirkan semua sekatan dan penghalang. Kita perlu berdoa, “Tuhan, aku rela agar setiap halangan disingkirkan. Aku ingin menjaga diriku selalu terbuka kepada-Mu. Tuhan, penuhi aku sepenuhnya dengan diri-Mu sendiri sebagai kasih karunia.” Di mana saja kita berada, di tempat pekerjaan, di sekolah, maupun di dalam mobil kita, tetaplah terbuka kepada Tuhan supaya dipenuhi dengan Dia sebagai kasih karunia.
Dosa, maut, dan Satan masih sedang bekerja di dalam kita. Tetapi jika kita datang kepada sumber surgawi dan membuka diri kita sepenuhnya untuk dipenuhi dengan kasih karunia, maka kita akan memerintah di dalam hayat atas mereka. Inilah kebutuhan kita hari ini di dalam kehidupan gereja.

Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah. (Yoh. 1:16)

29 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Senin

Kasih Karunia Berkuasa Melalui Pembenaran
Roma 5:21
supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian anugerah (kasih karunia) akan berkuasa melalui pembenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Ayat Bacaan: Rm. 1:17; Rm. 5:17

Kasih karunia memerlukan satu alat, satu sarana untuk berkuasa. Alat ini, sarana ini, adalah kebenaran Allah. Kebenaran Allah adalah tumpuan, dasar, dan sarana Allah untuk menyalurkan diri-Nya kepada kita sebagai kasih karunia. Kebenaran ini memberi kita kedudukan untuk menuntut Kristus sebagai kasih karunia kita. Dengan memberikan kasih karunia kepada manusia, Allah menyatakan kebenaran-Nya (Rm. 1:17). Tidak hanya demikian, kuat kuasa kasih karunia ini juga bekerja di dalam batin kita, menghasilkan kebenaran yang subyektif, membuat kita benar terhadap Allah, terhadap orang lain, dan terhadap diri kita sendiri.
Kebenaran selalu menemani kasih karunia. Tidak ada seorang suami yang bisa benar terhadap istrinya, jika ia tidak memiliki kasih karunia. Sebaliknya, tidak ada seorang istri yang benar terhadap suaminya, jika ia tidak memiliki kasih karunia. Hanya ada semacam istri atau suami yang benar, yaitu istri atau suami yang mendapatkan kasih karunia. Begitu kita mendapatkan kasih karunia, kasih karunia itu menjadikan kita benar terhadap suami atau istri. Pernah, seorang suami yang telah bertahun-tahun dinasihati orang-orang agar memperlakukan istrinya dengan baik, namun dia tak pernah insyaf. Pada suatu malam, ketika dia percaya Tuhan, dia mendapatkan kasih karunia, maka sikapnya terhadap istrinya pun berubah.
Berdasarkan kuasa kasih karunia, kekuatan kasih karunia, dan hayat kasih karunia, baru kita dapat benar terhadap Allah, terhadap orang, dan terhadap diri sendiri. Kasih karunia menghasilkan kebenaran. Kebenaran adalah hasil kasih karunia yang tertinggi. Kebenaran dan kasih karunia selalu bergan-dengan. Di mana ada daging, di sana juga ada kasih karunia; dan di mana ada kasih karunia, di sana juga ada kebenaran yang dihasilkan. Setiap orang yang mendapatkan kasih karunia adalah benar. Karena kasih karunia, kita ini lebih benar daripada orang lain. Kita bukannya benar karena diri kita sendiri, melainkan karena kasih karunia. Bahkan kita boleh bermegah bahwa orang-orang dalam gereja lebih benar daripada orang-orang lain. Mereka itu benar dikarenakan mendapatkan kasih karunia. Puji Tuhan!

... supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dialah Allah yang benar dan hidup yang kekal. (1 Yoh. 5:20)

28 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Minggu

Membawa Banyak Putra ke dalam Kemuliaan
Ibrani 2:10-11
Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan – juga menyempurnakan Perintis yang memimpin mereka kepada keselamatan melalui penderitaan... Ia tidak malu menyebut mereka saudara.

Ayat Bacaan: Ibr. 2:10-11; Kis. 13:33; 1 Ptr. 1:3

Ibrani 2:10 mengatakan bahwa Allah akan membawa banyak putra ke dalam kemuliaan. Ayat ini menunjukkan bahwa kita sedang berada dalam perjalanan untuk dimuliakan, karena sekarang Bapa sedang memimpin kita ke dalam kemuliaan. Ayat 11 memperlihatkan cara Bapa membawa banyak putra ke dalam kemuliaan. Dia yang akan menguduskan kita adalah Kristus sebagai Putra sulung Allah, dan orang-orang yang sedang dikuduskan adalah kaum beriman di dalam Kristus sebagai banyak putra Allah. Mengatakan bahwa Dia dan kita semua berasal dari satu itu mengacu kepada Bapa sebagai sumber. Putra sulung dan banyak putra Allah lahir dari Bapa yang sama di dalam kebangkitan (Kis. 13:33; 1 Ptr. 1:3). Karena itu, Putra sulung dan banyak putra memiliki satu sumber, satu hayat, satu sifat, dan satu esens. Karena Dia, Putra sulung, dan kita, banyak putra, adalah sama di dalam hayat dan sifat ilahi, maka Dia tidak malu menyebut kita saudara. Kristus tidak menguduskan kita dengan menyetel kita secara luaran atau pun dengan membuat kita serupa dengan peraturan-peraturan luar tertentu. Sebaliknya, Dia menguduskan kita dengan esens yang kudus di dalam kita. Hari ini Kristus adalah Roh kekudusan, esens kekudusan ilahi yang sedang bekerja secara organik di dalam diri kita. Dia menguduskan kita dengan menjenuhi kita dengan esens kudus ini.
Semakin lama kita tinggal di dalam kehidupan gereja, semakin banyak peresapan dan penjenuhan yang akan kita terima. Adakalanya, saat kita datang bersidang, kita merasa tidak mendapatkan sesuatu. Namun sebenarnya tanpa kita sadari, melalui firman-Nya, esens kudus ilahi terus menjenuhi kita. Kita tidak dapat menanggalkan kembali apa yang telah dilakukan Allah di dalam kita. Dengan berada di dalam kehidupan gereja selama sejangka waktu, kita telah berada di dalam sebuah “klinik” di mana kita telah menerima satu “suntikan.” Setelah menerima “suntikan” ini, kita mungkin menyesal bahwa elemen kekudusan telah disuntikkan ke dalam kita. Esens kudus ini akan menguduskan dan membatasi kita dalam banyak hal. Tetapi sudah terlambat untuk menyesal. Apapun yang kita lakukan, esens kudus Allah yang telah disuntikkan ke dalam kita itu akan tetap tinggal bersama kita. Haleluya!

…maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. (2 Kor. 3:18b)

27 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Sabtu

Segala Sesuatu Bekerja untuk Mengubah Kita
Roma 8:28
Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.

Ayat Bacaan: Rm. 8:28-29

Allah bukan hanya bekerja di atas diri kita dari dalam, melainkan Dia juga turut bekerja sama dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Karena pekerjaan-Nya ini, akhirnya kita akan diserupakan kepada gambar Putra Allah. Setiap orang di dalam Yerusalem Baru akan menjadi gambar Putra Allah. Ini adalah pekerjaan Allah, bukan pekerjaan kita. Untuk menggenapkan hal ini, maka Dia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mengubah kita secara metabolik.
Kita dapat memakai teh sebagai satu ilustrasi. Misalnya kita memiliki secangkir air yang jernih. Untuk mengubah air jernih menjadi air teh, maka daun-daun teh harus dimasukkan ke dalam air itu. Kemudian esens teh akan bekerja di dalam air itu untuk “mentehkan” air itu. Melalui proses “pengetehan” ini, air itu akan memiliki penampilan dan rasa teh. Kita adalah secangkir air yang jernih. Allah telah menuangkan Kristus, “teh” surgawi ke dalam kita, dan elemen organik dari “teh” ini menimbulkan satu perubahan metabolik di dalam hayat alamiah kita. Hari demi hari Kristus mengubah kita dengan esens-Nya.
Sering kali di dalam gereja kita bisa dengan mudah berselisih dengan saudara saudari. Tetapi ingatlah bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Jika kita mengasihi Allah, tidak peduli bagaimana rumit dan kacaunya perkara-perkara yang kita alami, semuanya pasti akan tertenun dalam kasih, sehingga mendatangkan kebaikan bagi kita. Sebaliknya, jika kita tidak nampak tangan Allah, kita akan merasa setiap orang di sekitar kita tidak ada yang benar. Saat itu, selain kita jengkel dan gusar, tidak ada kebaikan apapun yang kita dapatkan. Di sini kita harus nampak, semua kejadian yang kita alami akan membina kita di luar pengetahuan dan kesadaran kita. Allah merombak kita, bahkan merombak kita dengan hebat melalui berbagai kesulitan. Dengan kata lain, tatkala kesulitan-kesulitan menimpa diri kita, bahkan nyaris menjatuhkan kita, kasih karunia-Nya selalu membantu kita untuk mengatasinya, sehingga batin kita mengalami penyusunan-Nya.

...di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. (Ef. 4:15)

26 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Jumat

Pengubahan dan Pemuliaan
Kol. 3:4
...kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
2 Kor. 3:18
...kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya,..

Ayat Bacaan: Rm. 3:21-8:39; 12:1-15:13; 2 Kor. 3:16-18

Konsep sentral dari kitab Roma bukanlah pembenaran oleh iman, melainkan bahwa Allah sedang membuat putra-putra dari orang-orang dosa untuk membentuk Tubuh, ekspresi Kristus. Sasaran Allah bukanlah pembenaran; melainkan Tubuh. Di dalam kitab Roma ada bagian-bagian tentang pembenaran (3:21-5:11), pengudusan (5:12-8:13), dan pemuliaan (8:14-39). Juga ada bagian tentang pengubahan (12:1-15:13). Di Roma 8:30, Paulus tidak menyinggung tentang pengudusan atau pengubahan karena keduanya telah tercakup di dalam bagian pemuliaan. Karena alasan ini, maka tidak ada bagian yang terpisah-pisah di dalam kitab ini. Di dalam ayat ini Paulus mengatakan bahwa kita telah ditakdirkan dan dipanggil oleh Allah. Sebelum dunia dijadikan, Allah telah menandai kita. Kemudian, di dalam waktu, Dia memanggil kita. Ketika Allah memanggil kita, Dia membenarkan kita. Melalui pembenaran Allah, masalah-masalah kita dengan-Nya telah dipecahkan. Namun, ini bukan berarti bahwa pembenaran adalah tanda akhir dari pemberesan Allah terhadap kita. Setelah pembenaran, kita masih perlu dikuduskan, diubah, dan akhirnya dimuliakan. Pengubahan adalah suatu perubahan metabolik yang batini, dan organik, berhubungan dengan pertumbuhan kita dalam hayat.
Dalam 2 Korintus 3:16-18 ada lima butir yang menunjukkan bagaimana kita diubah. Pertama, hati berbalik kepada Tuhan. Kedua, selubung diambil. Ketiga, Tuhan adalah Roh itu. Keempat, di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan. Akhirnya, kita diubah melalui mencerminkan dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Cara agar unsur ilahi terus-menerus ditambahkan ke dalam kita adalah melalui kita memandang dan memantulkan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Itulah sebabnya kita perlu berpenyegaran pagi setiap hari. Selanjutnya, setelah penyegaran pagi, sepanjang hari kita masih perlu memandang dan memantulkan Tuhan melalui mendoabacakan firman dan merenungkannya. Pada saat kita memandang dan memantulkan Dia, kita menerima unsur ilahi yang menghasilkan pengubahan. Puji Tuhan! Hari demi hari Kristus terus mengubah kita dengan unsur ilahi-Nya.

Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari orang itu. (2 Kor. 3:16)

25 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Kamis

Diserupakan dengan Gambar Putra Allah
Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula,...ditentukan-Nya...untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Ayat Bacaan: Rm. 8:14,16-17; Yoh. 8:28-29, 14:10; 1 Yoh. 3:10

Roma pasal delapan membicarakan tentang anak-anak Allah, putra-putra Allah, dan ahli-ahli waris Allah (ay 16, 14, dan 17). Setelah kelahiran kembali, kita menjadi anak Allah, namun kita masih perlu diserupakan dengan gambar Putra Sulung Allah (Rm. 8:29), agar pada tahap yang lebih maju kita menjadi putra-putra Allah. Bagaimanakah kita dapat diserupakan dengan gambar Putra Sulung Allah? Pertama-tama kita harus memahami bagaimana Putra sulung Allah hidup di bumi. Putra Sulung Allah adalah Manusia Allah. Sebagai seorang manusia, setiap hari Dia berada di bawah bayang-bayang salib, menyangkal dan menyalibkan diri-Nya sendiri. Yang dikatakan-Nya tidak dikatakan dari diri-Nya sendiri dan yang dilakukan-Nya tidak berasal dari kesenangan-Nya sendiri melainkan menurut kehendak Bapa (Yoh. 8:28-29; 14:10).
Hari ini, kita sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, adalah putra-putra Allah. Tetapi, hidup kita belum serupa dengan putra-putra Allah. Apakah kita hidup serupa dengan seorang putra Allah atau tidak, tergantung pada apakah kita hidup di bawah bayang-bayang salib atau tidak. Jika kita ingin mengalami diserupakan dengan gambar Putra Allah, kita perlu setiap hari diserupakan dengan kematian-Nya. Sudahkah kita mati terhadap diri sendiri ketika berhadapan dengan istri, suami, atau anak-anak kita? Ini bukanlah perihal kesabaran. Kita tidak perlu berusaha sebaik mungkin untuk bersabar; kita hanya perlu mati. Untuk itu kita perlu senantiasa berdoa. Semakin berdoa, kita semakin tahu bagaimana caranya mati terhadap diri sendiri. Ketika kita mengalami perlakuan yang tidak baik, kita dapat berkata, “O, Tuhan, Amin.” Tetapi sebaliknya jika kita membalasnya, di dalam pengalaman yang subyektif, kita bukan menjadi putra-putra Allah, tetapi putra-putra si jahat (1 Yoh. 3:10) dan kehidupan kita menjadi ekspresi putra-putra si jahat. Jika kita hidup de ngan cara ini, bagaimana mungkin Kristus menjadi yang Sulung di antara kita? Betapa kita perlu diselamatkan dari ego untuk mengemban penampilan putra-putra Allah! Saudara-saudari, setiap hari kita perlu menuntut untuk mempunyai pengalaman penyerupaan dalam kehidupan kita.

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Flp. 3:10).

24 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Rabu

Diselamatkan dalam Hayat dari Ego
Roma 5:10
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya.

Ayat Bacaan: Mat. 6:6, 16:22-24

Sumber dari segala perpecahan adalah ego. Iblis adalah realitas dari ego. Sebagaimana Kristus adalah perwujudan dan ekspresi Allah, maka ego adalah perwujudan dan ekspresi Iblis.Setiap manusia lahir dengan ego dan di dalam ego. Bahkan saat kita mengasihi, seringkali apa yang kita ekspresikan bukanlah Kristus, melainkan ego kita. Di mata Allah, se seorang yang secara alamiah mengasihi, memiliki esens yang sama dengan seseorang yang secara alamiah membenci. Asalkan kita alamiah, kita sedang mengekspresikan ego. Ego gemar menonjol, gemar disanjung dan disegani. Sekalipun amarah dan nafsu daging adalah buruk, tetapi yang paling merusak kita dalam pertumbuhan hayat kita ialah ego. Pertumbuhan yang sejati di dalam hayat ialah melalui menyangkal ego. Matius 16 menceritakan, meskipun Petrus menyatakan kasihnya kepada Tuhan, tetapi di mata Allah, pada saat itu Petrus adalah Iblis, karena kasihnya itu bersumber dari egonya. Karena itulah Tuhan berkata kepada Petrus, ”Enyahlah Iblis” (Mat.16:23).
Di atas salib, Kristus telah menghakimi ego; namun kita perlu melaksanakan penghakiman ini secara subyektif di dalam pengalaman kita. Kaum saleh yang gemar memamerkan dan menonjolkan ego tidak akan dapat bertumbuh dalam hayat. Berdoa tanpa membiarkan orang lain tahu adalah menyangkal ego dan itu berarti kita sehat dan sedang bertumbuh. Namun bila kita ingin orang lain tahu berapa banyaknya kita berdoa, berarti kita sedang berada di dalam ego kita dan tidak bertumbuh. Kita harus membunuh ego kita dalam melakukan perbuatan kebenaran, dan hidup oleh hayat Bapa kita yang tersembunyi (Mat. 6:6). J.N Darby berkata, ”Hanya yang hidup mengarah kepada Kristus dalam batin, baru dapat hidup bagi Kristus pada lahirnya. Jika tidak, semua aktivitas di lahir hanya membuat kita kehilangan Kristus dan menyuburkan diri sendiri.” Entah kita memberikan bantuan kepada kaum saleh, berdoa, berpuasa, atau melakukan sesuatu untuk menyenangkan Allah, kita harus berusaha sebisanya untuk melakukannya secara tersembunyi. Jika kita hidup oleh hayat Bapa kita yang tersembunyi, kita akan melakukan banyak perkara tanpa memamerkannya dan diselamatkan dalam hayat dari ego kita.

Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya... (Mat. 16:24)