Hitstat

28 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 2 Kamis

Berkat dan Nubuat tentang Zebulon
Kejadian 49:13
“Zebulon akan diam di tepi pantai laut, ia akan menjadi pangkalan kapal, dan batasnya akan bersisi dengan Sidon.”

Setelah memberkati Yehuda, Yakub berpaling kepada Zebulon. Kejadian 49:13 mengatakan, “Zebulon akan diam di tepi pantai laut, ia akan menjadi pangkalan kapal dan batasnya akan bersisi dengan Sidon.” Ayat ini menubuatkan bahwa Zebulon akan diam di tepi pantai laut sebagai pelabuhan kapal. Bandingkan ayat ini dengan Matius 4:15 yang mengatakan, “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain.” Kristus memulai ministri-Nya dari Zebulon yang di Galilea, dan orang-orang Galilea yang mewartakan berita gembira akan Kristus ke seluruh bumi. Murid-murid Galilea merupakan pelabuhan kapal. Mereka mewartakan kabar baik tentang Kristus ke setiap penjuru dunia yang diwakili oleh Sidon.
Ulangan 33:18 berkata, “Bersukacitalah, hai Zebulon, atas perjalanan-perjalananmu.” Menurut ayat ini, Zebulon harus pergi. Dan Zebulon telah betul-betul pergi. Semua orang Galilea pergi dengan kabar kesukaan atas kemenangan Kristus, membawakan berita Kristus yang menang, Kristus yang penuh perhentian dan berlimpah dalam hayat ilahi. Orang-orang Galilea ini pergi dengan kemenangan Kristus, kepuasan Kristus serta kelimpahan Kristus. Inilah kabar sukacita yang diberitakan murid-murid Tuhan dari Galilea – tanah Zebulon. Yesaya 52:7 mengatakan, “Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: ‘Allahmu itu Raja!’” Karena kita adalah murid-murid Tuhan (Yoh. 13:35; 15:8), maka kita pun harus berbagian dalam mewartakan kabar baik / Injil tentang Kristus ke setiap tempat (Mat. 28:19-20).

Menyalurkan Kelimpahan Kristus
Kej. 49:13; Mat. 4:15; 28:7, 16, 19-20; Kis. 1:8

Kejadian 49:13 mengatakan, “Zebulon akan diam di tepi pantai laut, ia akan menjadi pangkalan kapal dan batasnya akan bersisi dengan Sidon.” Suku Yehuda diam di bukit-bukit daerah pedalaman, di wilayah sekitar gunung Sion, di mana terletak ibukota bangsa itu – Yerusalem. Akan tetapi Zebulon berdiam di tepi pantai laut. Ini sangat bermakna. Yehuda melambangkan Kristus yang menang, yang telah meraih kemenangan bagi kerajaan-Nya, sehingga umat-Nya bisa beristirahat di dalam-Nya. Tetapi Zebulon berdiam di tepi pantai laut, di pangkalan atau pelabuhan. Melalui pelabuhanlah kelimpahan hasil bumi dikirim ke tempat yang jauh. Pada zaman kuno, kapal-kapal itu berlayar dengan kekuatan angin dari atas. Nubuat ini mengacu kepada pewartaan keluar injil Kristus. Yehuda itu ibarat pabrik yang menghasilkan Injil, sedangkan Zebulon ibarat pelabuhan yang mengirimkan kekayaan Injil yang dihasilkan Yehuda ke segala penjuru bumi.
Matius 4:15 menunjukkan bahwa Zebulon merupakan bagian dari Galilea. Dari Galilea, Tuhan Yesus memulai ministri-Nya pemberitaan Injil kerajaan. Setelah Ia bangkit, malaikat menyuruh perempuan-perempuan itu untuk memberitahukan kepada murid-murid: “Tengoklah, Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia” (Mat. 28:7). Di sana, di Galilea, Kristus yang telah bangkit itu menjumpai murid-murid-Nya serta berpesan kepada mereka agar memberitakan Injil . Murid-murid itu “berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjuk oleh Yesus kepada mereka”, dan di sana Ia bersabda kepada mereka: “Karena itu, pergi dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat. 28:16, 19). Zebulon adalah bagian dari daerah Galilea. Kisah Para Rasul 1:11 menyatakan bahwa penginjil-penginjil yang pertama ialah orang-orang dari Galilea. Dalam Kisah Para Rasul 1:8 Tuhan berkata kepada orang-orang Galilea ini: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Melalui semua ini, kita nampak bahwa Zebulon berarti pewartaan Injil. Yehuda adalah isi dari Injil yang terdiri dari Kristus yang menang, kerajaan Kristus dan perhentian di dalam menikmati kelimpahan Kristus. Inilah injil yang diwakili oleh Yehuda. Yehuda menghasilkan Injil. Setelah injil dihasilkan, maka perlu pewartaan keluar. Oleh karena itu, Zebulon datang untuk memikul amanat ini – menyalurkan Injil ke seluruh bumi. Sebagai murid-murid Tuhan, kita harus memiliki amanat agung ini, yakni mewartakan Injil Kristus kepada setiap orang. Kalau kita demikian melaksanakan misi kita, ketahuilah bahwa Tuhan akan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20).

Penerapan:
Tidak memberitakan injil adalah suatu celaka. Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika kita, ranting-ranting-Nya, tidak berbuah, kita akan dipotong. Kekurangan utama dari banyak orang Kristen adalah mereka tidak memiliki kehidupan berbuah pada waktunya. Kita harus bangkit menghasilkan buah melalui pergi memberitakan injil.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, Engkau sudah memberikan amanat kepada kami agar kami pergi memberitakan injil. Tuhan ampunilah kami jika kami kurang memberitakan kabar baik ini. Biarlah memberitakan injil ini menjadi pelayanan dan kehidupan kami sehari-hari.

27 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 2 Rabu

Menikmati Kristus sebagai Perhentian
Kejadian 49:11
“Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur.”

Kejadian 49:11 mengatakan tentang Yehuda, “Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur, dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan.” Dalam Alkitab, keledai adalah binatang yang digunakan untuk bepergian (Bil. 22:22; Mat. 21:5). Menambatkan keledai berarti perjalanan telah berakhir dan sudah tiba pada tempat tujuan. Orang-orang di dunia hari ini ibarat keledai yang bepergian, berjuang, bekerja susah-payah untuk mengejar tujuan mereka. Semua orang Kristen tanpa perkecualian adalah pula keledai-keledai yang bepergian, berjuang dan bekerja susah-payah demi mengejar tujuannya masing-masing. Apakah tujuan kita yang sebenarnya? Tempat tujuan kita ialah pohon anggur, yaitu Kristus yang hidup, yang penuh dengan hayat. Kita harus menambatkan “keledai” kita pada pohon anggur ini. Yang perlu kita lakukan bukanlah berkelana ke sana kemari, melainkan menikmati perhentian di dalam Kristus, Sang hayat ini.
Tongkat kerajaan, jabatan raja serta kerajaan semuanya adalah milik Kristus. Kita hanya perlu menikmati perhentian di dalam Dia Sang pohon anggur itu. Tambatkanlah keledai kita pada pohon anggur. Umumnya orang menambatkan keledai pada tiang atau pancang. Namun kita tidak menambatkan keledai kita pada tiang yang mati, melainkan pada pohon anggur yang penuh hayat. Kita telah berada di dalam Kristus. Alangkah tololnya kalau kita tetap berkelana di dunia, dan terus berjuang untuk tujuan-tujuan yang tidak jelas. Semua jerih-payah itu sia-sia belaka. Hanya satu hal yang perlu: menambatkan keledai kita pada pohon anggur - Kristus.

Mengalami Kristus sebagai Kepuasan Kita
Kej. 49:11-12; Why. 3:18; Yoh. 6:27

Kejadian 49:11 mengungkapkan pula tentang Yehuda, “Ia akan mencuci pakaiannya dengan arak, dan bajunya dengan darah buah anggur.” Dalam Alkitab, tindak-tanduk kita dalam hidup sehari-hari diumpamakan pakaian atau jubah (Why. 3:18). Secara kiasan, pakaian atau baju melambangkan tingkah laku kita. Pakaian mewakili sepak terjang dan perbuatan kita. Jadi, mencuci pakaian kita dengan arak dan baju kita dengan darah buah anggur berarti kita merendam tindak tanduk kita, penempuhan hidup kita tiap hari ke dalam kenikmatan akan kekayaan hayat Kristus.
Sari buah anggur terutama untuk meleraikan dahaga kita, sedangkan arak anggur membangkitkan semangat kita. Dahaga kita perlu dileraikan, dan semangat rohani kita perlu dibangkitkan. Dalam suatu pengertian, setiap orang Kristen yang menambatkan keledainya pada pohon anggur Kristus akan bergembira dan bersemangat. Di satu pihak, Kristus yang berlimpah itu membangkitkan kegairahan rohani kita. Di lain pihak, Ia meleraikan dahaga kita. Kita perlu merendam tindak tanduk kita, hidup kita dan sepak terjang kita ke dalam kenikmatan pada kelimpahan hayat Kristus. Kemudian tingkah laku kita akan diresapi dan dijenuhi oleh kenikmatan penuh atas kekayaan hayat Kristus. Kalau kita demikian menikmati Kristus, kehidupan kekristenan kita akan sangat berbeda, penuh semangat, penuh sukacita, dan penuh kepuasan.
Mungkin dulunya kita adalah orang Kristen yang selalu kurang puas, yang jarang sekali bergembira, yang selalu mengerutkan kening dan bermuka panjang, yang selalu tampak bermuram durja. O, keadaan itu sungguh kasihan! Semua yang berada di dalam kerajaan Kristus seharusnya tersenyum, girang, penuh semangat dan puas. Kuncinya adalah kita harus merendam tindak tanduk kita ke dalam kenikmatan yang berlimpah atas hayat Kristus.
Melalui tinggal di dalam kenikmatan atas kekayaan hayat Kristus, kita akan diubah. Kejadian 49:12 berbunyi, “Matanya akan merah karena arak dan giginya akan putih karena susu.” Inilah melambangkan pengubahan yang terjadi oleh hayat Kristus yang kaya. Mata yang merah karena arak melambangkan kerohanian seseorang yang sehat, sedangkan gigi yang putih menunjukkan kemampuan kita yang baik dalam hal menerima firman Allah sebagai makanan rohani serta dapat mengutarakan firman-Nya dengan kuat kepada orang lain. Hari ini tidak banyak orang Kristen yang dapat menyantap dan mencerna firman Allah secara tepat atau mengutarakannya dengan kuat. Oleh karena itu, di dalam kehidupan gereja, kita perlu menebus waktu untuk dipenuhi dan dijenuhi dengan hayat-Nya melalui menikmati Kristus sebagai minuman dan makanan kita (Yoh. 6:27).

Penerapan:
Tanpa kita menambatkan sasaran hidup kita pada menikmati Tuhan sebagai pohon anggur yang menyuplai kita, niscaya kehidupan kita terasa hambar dan kosong. Mungkin kita tetap melakukan pekerjaan kita masing-masing, tetapi di dalamnya, kita harus melatih diri kita untuk menyeru nama Tuhan, berdoa, dan menghirup Dia. Demikian kita akan disegarkan dan penuh dengan sukacita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, bawalah diriku secara riil bisa menikmati Engkau sebagai pohon anggur sebab kami mau Engkau makin memuaskan kami dan membangkitkan semangat kami dalam mengikuti Engkau.

26 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 2 Selasa

Kekuasaan dan Kerajaan Kristus
Kejadian 49:10
“Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.”

Kemenangan Kristus sekaligus mendatangkan kerajaan (Kej. 49:10). Di mana ada kemenangan, di sanalah ada kerajaan. Ketika Kristus naik ke surga, di sana ia diberi semua kekuasaan dan menerima kerajaan (Ef. 1:20-21). Kalau kita mempunyai pandangan ilahi, niscaya kita akan nampak bahwa seluruh bumi ini justru merupakan kerajaan Kristus. Hari ini bangsa-bangsa di dunia semuanya menggunakan kalender Kristus. Fakta bahwa bangsa-bangsa di dunia menggunakan kalender Kristus, menunjukkan bahwa mereka itu adalah bagian dari kerajaan-Nya. Bahkan bangsa-bangsa yang menentang Kristus pun memakai dan mengikuti sistim penanggalan-Nya. Dengan demikian secara tidak langsung, mereka justru mengakui bahwa Kristuslah Raja mereka. Kristus itulah Raja. Setiap orang adalah di bawah penguasaan-Nya. Pada akhirnya, seluruh bumi ini akan menjadi kerajaan Kristus (2 Ptr. 1:11; Why. 17:14).
Kristus telah diserahi semua kekuasaan, baik di surga maupun di bumi. Ini tak boleh hanya teori bagi kita. Kita wajib menyadari bahwa kita ini berada di bawah kekuasaan-Nya. Kejadian 49:10 mengatakan, “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya.” Dalam bahasa Ibrani tidaklah salah untuk menterjemahkan “tongkat kerajaan” dengan “kekuasaan”. Dikatakan tongkat kerajaan takkan beranjak dari Yehuda, berarti kekuasaan takkan beranjak dari Yehuda. Tongkat kerajaan di sini melambangkan kuasa kebesaran dan kerajaan. Kristus memiliki kekuasaan ini dan kita semua wajib tunduk di bawah pemerintahan-Nya. Kita, umat kerajaan, berada di bawah penguasaan surgawi Kristus.

Hidup di bawah Kekuasaan Kristus
Kel. 14:15-16; Kej. 49:10; Mat. 14:22-32

Sebagai orang Kristen, kita perlu berlatih melaksanakan kekuasaan Kristus. Tatkala kita menghadapi sesuatu kesulitan, hendaklah kita berdoa dengan melaksanakan kekuasaan. Sewaktu anak-anak Israel dikejar-kejar orang Mesir, Tuhan menyuruh Musa mengangkat tongkat dan mengulurkan tangan ke atas laut (Kel. 14:15-16), maka Musa berbuatlah demikian. Itulah pelaksanaan kekuasaan ilahi. Karena kita berada di bawah penguasaan surgawi, maka kita berkedudukan dan berhak mengatakan kepada kesulitan, kemelut dan serangan-serangan, “Enyahlah, aku tak mengizinkan kau tinggal di sini.” Kita semua wajib belajar memakai kekuasaan itu. Agar dapat menggunakan kekuasan ini, mula-mula kita harus tunduk di bawah penguasaan Kristus. Bilamana kita sendiri membangkang dan hendak memerintahkan Setan enyah, niscayalah Setan akan berkata, “Siapakah engkau?” Karena itu, kita harus menjadi umat kerajaan yang taat. Ketaatan kita memberi kita kedudukan untuk menjalankan kekuasaan Raja. Inilah kerajaan. Dalam kerajaan segala sesuatunya telah genap, setiap musuh telah dikalahkan dan setiap masalah sudah ditanggulangi.
Kejadian 49:10 mengatakan bahwa tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya sampai ia (Silo; Shiloh, KJV) datang. Silo berarti Pembawa damai. Kerajaan yang tepat adalah suatu wilayah yang damai. Kapankala kita tidak memiliki kedamaian, berarti kita tidak tengah berada dalam realitas kerajaan. Sang Raja seharusnya Pemberi damai, dan Pembawa damai. Ketika Raja kita kembali, Ia akan datang sebagai Silo agung yang membawa damai kepada seluruh bumi. Tetapi, kita tidak perlu menunggu sampai hari itu baru dapat menikmati Dia sebagai Silo kita. Kita sudah dapat menikmati Kristus sebagai Silo kita pada hari ini juga di dalam roh kita.
Renungkanlah tentang kehidupan keluarga. Dalam suatu pengertian, kehidupan keluarga bagaikan lautan yang mengamuk dan topan yang menderu. Pengalaman kita mirip dengan pengalaman murid-murid di atas laut yang bergelora karena angin topan (Mat. 14:22-23). Setelah berdoa di atas bukit, Tuhan mendatangi murid-murid-Nya dengan berjalan di atas air (Mat. 14:25). Begitu Ia naik ke perahu, anginpun redalah (Mat. 14:32). Ini sangat bermakna. Angin ribut mereda Yesus berada di sana. Angin ribut tunduk kepada Raja surgawi. Badai dapat menganggu kita, namun tak dapat mengusik Dia, karena Dia berjalan di atas gelombang. Karena itu, di tengah-tengah lautan kehidupan keluarga yang dilanda topan, kita harus belajar berdoa demikian: “Tuhan, Engkau berjalan di atas air. Engkaulah Sang Raja yang empunya kekuasaan. Kini hamba memakai kekuasaan-Mu untuk menguasai situasi yang penuh angin ribut ini.”

Penerapan:
Kita perlu belajar taat terhadap kekuasaan Kristus. Dalam kehidupan gereja, kita semua harus belajar tunduk pada wewenang Allah, belajar untuk tidak mengkririk, tidak menyalahkan orang atau situasi. Memang dahulu kita hidup seperti orang-orang durhaka, tetapi sekarang kita harus belajar hidup sebagai anak-anak terang yang dipimpin oleh Roh Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, oleh karena Engkau taat sampai mati maka kami semua hari ini bisa beroleh selamat. Tuhan ajarilah kami hari ini untuk belajar taat kepada orang tua, atasan, peraturan yang ada, seperti kami taat kepada-Mu. Amin.

25 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 2 Senin

Berkat dan Nubuat tentang Yehuda
Kejadian 49:8
“Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu.”

Selanjutnya Yakub berkata kepada Yehuda, “Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu. Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? (Kej. 49:8). Dalam nubuatan ini, jelaslah bahwa Yehuda melambangkan Kristus. Dalam Kejadian 49:9 disebutkan bahwa Yehuda itu singa. Bandingkan dengan Wahyu 5:5 di mana Kristus disebut singa dari suku Yehuda. Ini membuktikan bahwa Kejadian 49 membutuhkan Wahyu 5 bagi perkembangannya.
Dalam Perjanjian baru ada tiga hakiki utama tentang Kristus. Pertama ialah tentang kemenangan Kristus. Fakta Kristus menang itu menunjukkan bahwa ia telah mengalahkan dosa, menanggulangi masalah dunia, mematahkan Setan, mengenyahkan maut dan membasmi semua hal yang negatif. Ia telah meraih kemenangan penuh bagi penggenapan tujuan Allah. Kedua, berkaitan dengan kekuasaan Kristus, kerajaan Kristus. Kristus telah menang, maka Ia dinobatkan menjadi Tuhan di atas segalanya. Semua kekuasaan di surga maupun di bumi telah diberikan kepada-Nya, termasuk kerajaan yang kekal dan universal (Mat. 28:18). Jadi, Kristus mempunyai kekuasaan, jabatan sebagai raja dan kerajaan. Terakhir, berkenaan dengan penikmatan dan perhentian Kristus. Di dalam kemenangan-Nya Kristus telah merampungkan semuanya serta telah memperoleh kuasa dan kerajaan sehingga kita bisa beroleh kenikmatan dan perhentian di dalam Dia. Betapa besarnya berkat yang kita peroleh di dalam Kristus!

Kristus - Singa Suku Yehuda
Kej. 49:8-9; Ef. 4:8; Why. 5:5

Dalam Kejadian 49:8-9 kita nampak kemenangan Kristus. Kitab Kejadian, kitab yang ajaib ini, penuh dengan gambar-gambar. Dalam nubuatannya, Yakub menyamakan Yehuda dengan anak singa, singa tiarap dan singa betina. Anak singa guna berperang, menangkap mangsa. Ayat sembilan mengatakan, “Yehuda adalah seperti anak singa; setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku.” Kata “engkau naik” mengandung arti bahwa tadinya ia turun. Ia turun dari gunung ke dataran guna menangkap mangsanya. Setelah anak singa menangkap mangsanya, ia lalu naik lagi ke atas gunung untuk menikmatinya. Ketika Kristus di bumi dan dipaku di atas salib, adalah sebagai Anak singa yang menangkap mangsa-Nya. Mangsa itu termasuk seluruh dunia, semua orang berdosa dan bahkan Setan si ular itu. Setelah menangkap mangsa-Nya, Kristus terus naik ke atas gunung, yaitu ke sorga tingkat ketiga. Ini berarti dalam kemenangan-Nya, Ia telah naik ke surga. Efesus 4:8 menyatakan bahwa tatkala Kristus naik ke tempat yang tinggi, Ia membawa serombongan tawanan-tawanan. Kristus telah menang; tangan-Nya mencengkeram Iblis. Haleluya, Ia telah mencengkeram musuh-musuh-Nya! Sebagai Anak singa, Ia telah mengalahkan semua musuh-Nya. Kristus datang sebagai anak Singa, Ia menuju ke salib untuk menumpas mangsa-Nya dan Ia lalu naik ke atas gunung di surga tingkat ketiga.
Kejadian 49:9 mencatat pula, “Ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan.” Setelah seekor singa menikmati mangsanya dan puas, ia lantas meniarap, berbaring dan beristirahat. Gambaran singa bertiarap di dalam ayat ini mengiaskan Kristus sedang menikmati perhentian-Nya di surga. Setelah memperoleh kemenangan dan menikmati mangsa-Nya, kini Kristus menikmati perhentian di surga dengan puasnya. Kepuasan dan perhentian ini adalah hasil dari kemenangan-Nya. Hari ini, Kristus tak lagi berperang melainkan bertiarap.
Kristus juga dilambangkan sebagai Singa betina. Sebagai Singa betina, Ia telah melahirkan banyak anak singa. Bukankah melalui percaya ke dalam Dia, Kristus telah melahirkan kita kembali? Dalam pengertian ini, semua kaum beriman di dalam Kristus adalah “anak-anak singa” Kristus. Terhadap manusia, kita ini adalah domba-domba yang mengikuti Kristus – Anak domba Allah. Tetapi terhadap Iblis, kita adalah anak-anak singa. Terhadap Iblis, Kristus adalah Anak Singa (Why. 5:5), Singa jantan yang bertiarap dan Singa betina yang melahirkan, sedangkan kita adalah anak-anak singa-Nya. Itulah sebabnya Kejadian 49:8 mengatakan bahwa Kristus yang dilambangkan oleh Yehuda patut dipuji dan disembah.

Penerapan:
Kebanyakan orang Kristen hanya memperhatikan masalah dosa dan melupakan masalah Iblis. Jangan mengira pasangan kita seorang yang sulit dimengerti. Jangan meyalahkan pasangan kita, tetapi hardiklah Iblis yang bersembunyi di belakangnya. Sebagai Singa, Kristus telah menanggulangi Iblis. Hanya Dia yang dapat dan telah mengalahkan Iblis, karena itu dapat menolong kita dan membereskan semua masalah kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau adalah Singa suku Yehuda yang telah mengalahkan dosa dan Iblis. Tuhan aku membutuhkan Engkau supaya aku mau menang terhadap dosa dan Iblis. Tuhan, Engkau sumber kemenanganku.

23 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 1 Sabtu

Berkat bagi Lewi
Kejadian 49:7
“Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberangan mereka, sebab berangnya bengis. Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerakkan mereka di antara anak-anak Israel.”

Dalam 49:7 Yakub mengatakan bahwa Lewi harus diserakkan di antara umat Israel. Menurut Yosua 21, nubuat ini terkabul melalui pengundian. Oleh kesetiaan dan kemutlakan Lewi, ia terserak di antara umat Israel. Tuhan berfirman kepada Musa, “Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya dari milik pusaka kepunyaannya diberikan mereka kota-kota kepada orang Lewi untuk didiami, juga haruslah kamu memberikan kepada orang Lewi tanah-tanah penggembalaan yang di sekeliling kota-kota itu” (Bil.35:2). Keduabelas bani semua diharuskan memberi beberapa kota kepada orang Lewi. Bani Lewi akhirnya memiliki 48 kota (Bil. 35:6). Dari 48 kota ini, enam yang disediakan sebagai kota perlindungan (Bil. 35:6, Yos. 20:7-9). Kota-kota ini dilokasikan dengan tepatnya di seluruh negeri Israel. Yang tiga di sebelah timur Yordan, dan yang tiga di sebelah barat. Seseorang yang salah membunuh dapat melarikan diri dengan mudah ke salah satu kota perlindungan ini. Jadi, terseraknya Lewi menurut kutukan malahan sesungguhnya menjadi suatu berkat (Hak. 17:7-13).
Kota-kota perlindungan itu adalah lambang Kristus. Kristus itulah kota perlindungan kita. Kita harus setia, mutlak membunuh kehendak daging kita sampai kita dapat menjadi orang-orang Lewi Allah, imam Allah. Kalau demikian halnya, di manapun kita berada niscayalah akan memberikan Kristus sebagai kota pelindung bagi orang lain. Tempat kediaman kita merupakan kota pelindung di mana orang berdosa lari agar mendapatkan keselamatan. Dengan cara demikian, kita akan membawa perlindungan Allah kepada orang-orang berdosa.

Berkat bagi Lewi (2)
Kej. 49:7; Kel. 32:26, 29; Ul. 33:8

Dalam Kejadian 49:7 Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi, “Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberangan mereka, sebab berangnya bengis. Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerahkan mereka di antara anak-anak Israel.” Yakub tidak mengucapkan, “Terkutuklah Simeon dan Lewi”, tetapi berkata, “Terkutuklah kemarahan mereka.” Simeon dan Lewi memang patut menerima kutukan, tetapi Yakub tidak mengutuki mereka. Yakub mengutuki amarah mereka.
Walau Simeon dan Lewi adalah memiliki tabiat alamiah yang serupa, namun akhirnya Lewi mengambil kesempatan untuk membiarkan tabiat alamiahnya itu diubah. Pada saat umat Israel menyembah lembu emas, sifat pembunuh pada Lewi digunakan oleh Allah (Kel. 32:29). Waktu itu Musa berkata, “Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!” (Kel. 32:26). Hanya satu suku, yakni suku Lewi yang berkumpul semua seraya datang kepada Musa. Mengapa Simeon tak menggabungkan diri bersama Lewi? Tatkala Allah datang memanggil, yang satu menyahut sedang yang lain menolak. Ini menunjukkan, meski kita mempunyai tabiat yang sangat buruk, itupun masih bisa dipakai oleh Allah. Tetapi ada syarat-syaratnya tertentu. Pertama, kita harus mempersembahkan diri. Kedua, kita harus menggunakan sifat kita untuk menentang kegemaran dan kebencian alamiah kita. Ketiga, kita harus menggunakan tabiat kita dalam keadaan diperbaharui dan diubah.
Membunuh penduduk kota Sikhem itu mudah. Namun membunuh orang tua, saudara, anak-anak laki-laki serta famili yang sujud menyembah patung lembu emas, tidak begitu mudah. Simeon tidak menggabungkan diri dengan Lewi dalam melaksanakan perintah Musa karena ia tidak mau membayar harga, tidak mau berkorban. Pada saat itulah kedua bani yang bertabiat sama itu terpisah. Yang satu menggunakan sifat alamiahnya bagi Allah, bersama Allah, serta dengan cara yang baru, sedang yang lainnya tidak. Jangan mengira bahwa tabiat kita tak mungkin digunakan oleh Allah. Asal kita menggunakannya dalam cara yang baru, niscayalah dapat dipakai oleh Allah. Oleh karena sifat Lewi telah berubah, maka menjadilah suatu berkat yang besar. Tumim dan Urim Allah berada padanya (Ul. 33:8), dan ia berhak datang melayani Allah di hadirat-Nya. Sekalipun Yusuf mewarisi dua bagian atas tanah, tetapi hak memasuki hadirat Allah di dalam kemah-Nya hanya dimiliki oleh bani Lewi. Jabatan imam dapat dipandang sebagai bagian termanis daripada hak sulung, dan Lewi telah menerima bagian ini.

Penerapan:
Walaupun kita merasa tabiat kita begitu buruk, tetapi Allah masih mau memakai diri kita. Karena itu marilah kita belajar membayar harga dan mutlak bagi Tuhan dengan cara kembali mempersembahkan diri kita kepada Tuhan. Kita harus belajar menyangkal kegemaran dan kecenderungan alamiah kita, serta membiarkan diri kita diubah dan dipakai dipakai oleh Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, kuatkanlah tekadku untuk terus membiarkan Engkau berkerja mengubah tabiatku yang membencikan ini. Janganlah Kau biarkan aku menyerah terhadap diriku sendiri. Tuhan aku ingin agar Engkau dapat memakai aku.

22 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 1 Jumat

Sumber Amarah - Ego
Kejadian 49:7
“Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberangan mereka, sebab berangnya bengis. Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerakkan mereka di antara anak-anak Israel.”

Marah adalah satu kesulitan yang umum. Sangat banyak orang yang mudah marah, suka marah. Tetapi kita harus mengakui bahwa marah adalah kesulitan yang paling dangkal. Seharusnya begitu seseorang percaya Tuhan, ia segera membereskan marahnya; bukan menunggu sampai sepuluh tahun lebih baru menemukan bahwa dirinya mempunyai satu temperamen yang tidak bisa dikendalikan; tidak bisa diatasi. Mengapa begitu banyak orang mudah marah? Mengapa banyak orang Kristen belum menanggulangi temperamennya yang suka marah? Kalau masalah ini tidak dapat dibereskan dengan baik, kita tidak bisa menjadi orang Kristen yang baik. Kita harus mengerti mengapa orang mudah marah, barulah kita mengetahui bagaimana menyelesaikan kesulitan ini.
Marah adalah satu persoalan yang sangat besar, tetapi kalau kita membuka kitab Perjanjian Baru, kita tidak akan menemukan kata marah. Penyakit yang kita anggap paling umum, dalam Alkitab tidak diperhatikan. Mengapa? Karena marah bukan suatu penyakit melainkan suatu gejala penyakit. Kalau kita menganggap marah sebagai penyakit, itu salah. Tak heran kalau kita tidak mampu membereskannya.
Sebenarnya di manakah akar marah seseorang? Semua marah itu berhubungan dengan ego seseorang. Kalau seseorang tidak membereskan ego lalu ingin membereskan marahnya, itu telah salah sasaran. Semua orang marah karena egonya. Kalau ego seseorang di depan Tuhan sudah dibereskan, dengan sendirinya amarahnya akan berlalu. Sebab itu Alkitab memperhatikan ego, tidak memperhatikan amarah. Kalau masalah ego sudah dibereskan, dengan sendirinya masalah amarah bisa diselesaikan.

Beberapa Ekspresi dari Ego
Mat. 16:25

Mengenai ego, di sini kita akan sepintas lalu menyinggung beberapa aspek. Pertama, orang yang subyektif pasti orang yang penuh ego. Dia mengira pandangannya selalu benar, pendapatnya tidak bisa salah. Suatu hari, kalau ada orang lain tidak menyetujui pendapatnya, tidak melakukan menurut maksudnya, ia tidak akan tahan. Hasilnya, ia akan marah, bahkan sangat marah. Kedua, ada orang marah karena menganggap dirinya luar biasa. Ia memandang dirinya terlalu tinggi, menganggap dirinya istimewa. Dengan kata lain, ia sombong. Orang yang sombong, tidak hanya melihat dirinya tinggi, juga menghendaki orang lain memandang dia tinggi. Kalau tidak, ia akan merasa tersiksa, lalu marah! Kita perlu menyingkirkan kesombongan kita, maka kita bisa menyingkirkan amarah kita. Akar amarah adalah kesombongan. Kalau kita mau mengesampingkan diri, mau mengorbankan diri, mau menanggulangi diri, kita akan nampak bahwa beberapa hari ini kita tidak memiliki kekuatan untuk marah, kita tidak ingin marah. Di atas diri kita, marah telah kehilangan kekuatannya.
Ketiga, dalam hal meninggikan diri sendiri, ada satu konsepsi, yaitu orang lain tidak seharusnya setara dengan dirinya, senang bila melihat orang lain gagal; tidak senang melihat orang lain sukses. Konsepsi atau angan-angan demikian adalah iri hati. Orang yang iri hati, begitu melihat saudara lain gagal, ia merasa gembira; melihat seorang saudara berdiri teguh, ia malah tidak gembira. Sikap ini adalah sikap yang paling rendah. Kalau seseorang senang melihat orang lain jatuh, ini sama dengan sikap Iblis. Iblis senang kalau semua orang jatuh. Kalau kita lupa membereskan iri hati, tetapi ingin membereskan marah, itu tidak akan sukses. Kita harus mencabut iri hati dari diri kita, baru kita bisa tidak marah.
Keempat, ada orang yang egonya terekspresi dalam aspek yang lain, yaitu mengasihi diri sendiri. Yang paling ia senangi adalah diri sendiri, yang paling ia perhatikan adalah diri sendiri, yang paling ia hargai adalah dirinya sendiri. Banyak orang marah karena rasa sayang dirinya telah dilukai. Karena itu, ia tidak rela dirinya menderita sedikit kerugian, ia tidak rela menderita sengsara, ia tidak rela menderita kesulitan. Kalau ada orang melukai hatinya, ia segera merasa tidak enak, ia merasa sudah dirugikan, tidak tahan, lalu marah bahkan sangat marah.
Marah itu ada di dalam kita, bukan di dalam situasi lingkungan. Berakhirnya masalah marah itu tergantung pada berapa banyak ego kita dibereskan di depan Allah (Mat. 16:25). Setiap hari banyak perkara menimpa kita. Ketika perkara itu datang satu per satu, kalau kita di depan Tuhan telah mendapat sedikit pelajaran, kita akan tunduk dan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, semua yang Kau atur adalah yang terbaik. Engkau membereskan egoku demikian adalah yang terbaik. Aku rela, Aku taat.” Kemudian, kita akan nampak bahwa kita tidak bisa marah lagi.

Penerapan:
Jika kita tidak hidup dalam persekutuan Roh Kudus, segala usaha yang kita lakukan untuk membereskan ego adalah sia-sia belaka. Hanya Roh Kuduslah Roh kebenaran, Roh realitas. Oleh karena itu, jika kita ingin membereskan ego, kita harus belajar hidup di dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Kecuali ini, tidak ada jalan lain.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, bukalah mataku agar aku nampak bahwa aku telah turut disalibkan sewaktu Engkau disalibkan. Kesulitanku hari ini adalah aku sering turun dari salib, sehingga sering timbul masalah.Terapkanlah kematian-Mu ke atas diriku, agar egoku juga turut dimatikan.

21 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 1 Kamis

Perkataan Yakub tentang Simeon dan Lewi
Kejadian 49:5-6
“Simeon dan Lewi bersaudara; senjata mereka ialah alat kekerasan. Janganlah kiranya jiwaku turut dalam permupakatan mereka, janganlah kiranya rohku bersatu dengan perkumpulan mereka,...”

Simeon dan Lewi tidak menerima pemberkatan Yakub karena kekejaman mereka (Kej. 34:25-30). Kekejaman mereka dalam membunuh dan merampas kota Sikhem begitu menakutkan Yakub, sehingga ia tak dapat memberi mereka pemberkatan apapun. Pelampiasan amarah Simeon dan Lewi telah membuat mereka kehilangan berkat. Tidak hanya demikian, Yakub pun tidak menghendaki mereka tinggal bersama. Sebaliknya, Yakub menghakimi mereka dengan menyerakkan mereka di antara umat Israel agar mereka tidak bisa lagi berbuat kejam menurut amarah mereka yang mengerikan (Kej. 49:7).
Dalam kitab Ulangan, nama Simeon dihapuskan dari pemberkatan Musa. Menurut hukum Allah yang adil, Simeon tidak memiliki kedudukan untuk diberkati. Dihapuskan dari rekaman Allah bukanlah perkara yang sepele atau tak berarti. Simeon terlampau alamiah, tidak pernah mau mengekang amarahnya. Walaupun kita memiliki temperamen, tetapi kita tidak boleh melampiaskannya dengan sembarangan. Simeon kehilangan berkat karena pelampiasan amarahnya yang tidak terkendali. Akibatnya, keturunannya kemudian diserakkan di tengah-tengah bani Yehuda (Yos. 19:1, 9).
Setelah beroleh anugerah, perbuatan dan sikap seseorang seharusnya mengalami perubahan yang sangat besar. Di dalamnya termasuk amarahnya atau mudah marahnya, harus berubah juga. Ada orang sudah percaya Tuhan Yesus, bahkan sudah percaya beberapa tahun, tetapi sifat mudah marahnya masih tetap seperti sebelum ia percaya Tuhan Yesus. Ini sangat disayangkan dan sangat tidak memuliakan Tuhan. Kita harus segera membereskan sifat mudah marah kita. Kalau tidak, sulit sekali bagi Allah untuk memberkati kita.

Ekspresi Kehidupan Orang Kristen
Yoh. 15:12; Mat. 5:5; 21:5; 11:29; Luk. 9:23; 1 Kor. 13:7;1 Tes. 5:16; Flp. 4:7

Kehidupan orang Kristen memiliki beberapa ekspresi yang khas. Mereka yang telah percaya Tuhan Yesus seharusnya mempunyai beberapa ekspresi yang khas berikut ini. Dalam Yohanes 15:12 Tuhan berpesan kepada murid-murid-Nya, “Supaya kamu saling mengasihi.” Ekspresi kehidupan orang Kristen adalah kasih. Kita harus mengasihi orang. Kita harus mengasihi saudara, juga mengasihi semua orang. Di samping itu, ada ayat Alkitab yang juga diucapkan oleh Tuhan sendiri, “Berbahagialah orang yang lemah lembut” (Mat. 5:5) Sikap orang Kristen adalah lemah lembut, bukan keras. Kita harus belajar bersikap lemah lembut. “Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai betina, dan seekor keledai beban yang muda” (Mat. 21:5). Sikap Tuhan adalah lemah lembut, Dia dengan lemah lembut mengendarai seekor keledai.
Lukas 9:23 mengatakan, “Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Kehidupan orang Kristen adalah menyangkal diri sendiri, tidak berbicara bagi diri sendiri, tidak merebut untuk diri sendiri, tidak membangun dirinya sendiri, melainkan menyangkal atau mengorbankan diri sendiri. Surat 1 Korintus 13:7 mengatakan, “Sabar menanggung segala sesuatu.” Kehidupan orang Kristen tidak seharusnya suka gusar melainkan sabar menanggung segala sesuatu. Surat 1 Tesalonika 5:16 mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa.” Kehidupan orang Kristen seharusnya bersukacita senantiasa, tidak seharusnya membiarkan perkara apa pun mengganggu sukacitanya atau memadamkan sukacitanya.
Filipi 4:7 mengatakan, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Orang Kristen tidak seharusnya membiarkan perkara apa saja mengganggu damai sejahteranya, sehingga ia kehilangan damai sejahtera. Anak-anak Allah harus mempertahankan damai sejahtera mereka. Matius 11:29 juga sangat penting. Itulah firman Tuhan sendiri. Kata-Nya, “Aku lemah lembut dan rendah hati.” Orang Kristen seharusnya rendah hati. Sikap orang Kristen bukan berada di tempat yang tinggi, melainkan sering menaruh diri di tempat yang rendah, sering merendahkan diri.
Kasih, lemah lembut, menyangkal diri, sabar, sukacita, damai sejahtera, rendah hati, dan lain sebagainya yang dibicarakan di atas, semuanya adalah ekspresi normal dari kehidupan orang Kristen. Mudah meluapkan amarah tidaklah sesuai dengan ekspresi-ekspresi ini. Di mana ada kasih, di sana tidak ada amarah. Di tempat kasih berada, tidak ada amarah. Sebab itu, setiap anak Allah harus belajar tidak marah, tidak sembarangan meluapkan amarah.

Penerapan:
Walaupun kita memilki banyak alasan untuk marah, namun marah dapat membuat kita jatuh dalam dosa. Agar kita tidak cepat marah, marilah kita membiarkan damai sejahtera Allah memelihara dan menjaga hati dan pikiran kita. Untuk itu kita perlu menjaga persekutuan kita dengan Allah lewat doa, sebagai penyelaras dan peredam emosi kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, tambahkanlah diri-Mu ke dalam diriku sebagi damai sejahtera dan kesabaranku. Biarlah segala perkara dan peristiwa yang terjadi pada diriku tidak membuat aku kehilangan damai sejahtera dan kesabaranku. Tuhan Yesus, aku perlu diri-Mu.

20 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 1 Rabu

Perkataan Yakub tentang Ruben
Kejadian 49:3
“Ruben, engkaulah anak sulungku, kekuatanku dan permulaan kegagahanku, engkaulah yang terutama dalam keluhuran, yang terutama dalam kesanggupan.”

Dalam Kejadian 49:3 Yakub pertama-tama berkata kepada Ruben, “Ruben, engkaulah anak sulungku, kekuatanku dan permulaan kegagahanku, engkaulah yang terutama dalam keluhuran, yang terutama dalam kesanggupan.” Sebagai anak sulung, Ruben unggul dalam kehormatan dan kekuasaan. Kendati Ruben mempunyai keunggulan hak sulung, namun ia telah kehilangan hak itu akibat kecemarannya. Kejadian 49:4 berbunyi, “Engkau yang membual sebagai air, tidak lagi engkau yang terutama, sebab engkau telah menaiki tempat tidur ayahmu; waktu itu engkau telah melanggar kesuciannya. Dia telah menaiki petiduranku!” “Membual” artinya mendidih, bergolak. Ruben yang membual dengan hawa nafsu, bergolak sampai menodai tempat tidur ayahnya. Pelampiasan hawa nafsu itulah yang menyebabkan ia kehilangan hak sulung. Yakub berkata bahwa ia takkan mempunyai keunggulan lagi. Hak sulung yang unggul itu telah dialihkan daripadanya.
Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Karenanya, kita adalah ciptaan yang terhormat. Dosa-dosa lainnya takkan merusak tubuh kita, namun percabulan justru langsung merusak tubuh kita, wadah kemuliaan Allah (1 Kor. 6:18, 1 Tes. 4:4). Sejak kita dilahirkan kembali, tubuh kita adalah bait suci Roh Kudus (1 Kor. 6:19). Karena itu, kita wajib memelihara tubuh kita secara terhormat. Tak ada yang lebih merusak tubuh kita daripada percabulan. Praktek dunia hari ini sama sekali setani. Orang-orang muda saling berhubungan tanpa batas, alangkah mengerikan! Dalam kehidupan gereja yang wajar, kita harus menjaga batasan yang ketat atas hubungan kita satu sama lain agar Iblis tidak mengambil keuntungan atas kita!

Ruben Kehilangan Hak Kesulungannya
I Kor. 6:9-10, 18; Gal. 5:19-21, Ef. 5:5

Akibat dosa percabulan yang dilakukannya, Ruben kehilangan keunggulan hak sulung. Hak kesulungan ini meliputi dua bagian atas tanah, jabatan imam, dan jabatan raja. Betapa berharga dan mulianya hak kesulungan itu. Tetapi, begitu seorang melakukan dosa percabulan, dosa yang berat dan menakutkan ini, maka hilanglah hak kesulungannya. Tidak saja orang muda, tetapi mereka yang berusia setengah baya wajib pula menyadari akan bahaya dosa ini. Jangan berlaku teledor dengan lawan jenis. Berbuat demikian mengandung resiko yang besar, akan membuka pintu bagi masuknya si licik itu. Kita mungkin tidak tahu betapa licik dan jahat daging itu! Hawa nafsu tubuh daging kita sangat mengerikan! Jangan mengira diri kita tidak mungkin melakukan hal itu. Perlindungan yang terbaik ialah menghindar, melarikan diri dari pencobaan si jahat.
Dalam Perjanjian Baru berulangkali rasul Paulus memperingatkan, bahwa tidak seorang pun dari mereka yang melakukan percabulan dapat mewarisi kerajaan Allah (1 Kor. 6:9-10, Gal. 5:19-21, Ef. 5:5). Janganlah bersikap kendor dalam hal berhubungan dengan lawan jenis. Demi nama Tuhan, demi kesaksian gereja, demi perlindungan kita serta kehormatan tubuh jasmani kita, wajiblah kita mengikuti prinsip ini. Jangan berani menyendiri dengan lawan jenis. Jika kita menuruti prinsip ini, kita akan terpelihara dan terjaga. Ingatlah, dikarenakan penodaannya, maka kedudukan alamiah Ruben, yaitu status yang diterimanya dari kelahirannya telah berubah sama sekali. Patutlah kita melarikan diri dari percabulan (I Kor. 6:18).
Yusuf menerima hak sulung karena melarikan diri dari dosa percabulan (Kej. 39:7-12). Yusuf bukanlah dengan sengaja memasuki rumah untuk menyendiri dengan istri Potifar. Ia hanyalah seorang pelayan dalam rumah itu dan istri Potifar-lah yang menggodanya. Yusuf melarikan diri dari godaan ini. Bila godaan ini menimpa, melarikan diri adalah satu-satunya jalan untuk menghadapinya. Ruben kehilangan hak sulung akibat penodaannya, sedang Yusuf memperolehnya akibat kemurnian dan kesuciannya. Allah itu adil, benar dan lurus. Ruben berada di sebelah yang gelap, maka ia kehilangan. Yusuf berada di sebelah yang terang, maka ia mendapatkan. Hak sulung bukan sekedar terdiri dari dua bagian atas tanah, tetapi juga jabatan raja dan imam. Sebagai anak sulung, Ruben seharusnya mewarisi ketiga berkat itu. Namun oleh penodaannya, ia kehilangan dua bagian atas tanah, ditambah kehilangan jabatan raja dan imam. Kelak kita akan nampak bahwa dua bagian atas tanah diberikan kepada Yusuf, jabatan raja diberikan kepada Yehuda (I Taw. 5:2) dan jabatan imam diberikan kepada Lewi (Ul. 33:8-10). Ini menandakan bilamana hari ini kita membiarkan diri kita tercemar, niscayalah kita akan kehilangan dua bagian kenikmatan atas Kristus, kehilangan jabatan raja dan kehilangan jabatan imam. Sangat disayangkan!

Penerapan:
Hari ini kita telah menjadi satu dengan Kristus, karena Kristus berhuni di dalam roh kita, dan berumah di dalam hati kita, dan tubuh kita yang telah disucikan merupakan anggota-anggota-Nya (1 Kor. 6:15). Karena itu, marilah kita mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya, dan tidak memberikannya kepada percabulan. Kita harus menjaga batasan yang tegas dengan lawan jenis.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Biarlah rahmat-Mu terus ada padaku sehingga aku memiliki kekuatan melarikan diri untuk setiap godaan percabulan yang aku temui.

19 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 1 Selasa

Yakub yang Melahirkan dan Israel yang Berbicara
Kejadian 49:2
“Berhimpunlah kamu dan dengarlah, ya anak-anak Yakub, dengarlah kepada Israel, ayahmu.”

Kejadian 49:2 berbunyi, “Berhimpunlah kamu dan dengarlah, ya anak-anak Yakub, dengarlah kepada Israel, ayahmu.” Ayat ini tertulis dalam bentuk puisi Ibrani yang lazimnya ditulis ber­pasangan. Bagian pertama dari ayat ini adalah, “Berhimpunlah kamu dan dengarlah, ya anak-anak Yakub”, dan bagian keduanya ialah, “dengarlah kepada Israel, ayahmu”. Ayah yang melahirkan ialah Yakub, ayah yang berbicara ialah Israel. Keduabelas anak dilahirkan oleh Yakub, ayah jasmaniah, seorang perampas dan pembohong. Namun ayah yang memberkati dan bernubuat ini bukan lagi Yakub melainkan Israel. Pada kedudukan seorang yang alamiah, Yakub takkan dapat menuturkan perkataan nubuat. Tetapi karena ia telah diubah dan menjadi matang dalam hayat, maka ia dapat mengutarakan perkataan semacam itu. Menurut pengalaman kita, kita semua akan merasa nikmat ketika mendengarkan kesaksian mereka yang dulunya adalah Yakub namun sekarang telah diubah menjadi Israel. Hari ini kita memerlukan lebih banyak Israel, yakni mereka yang dipenuhi dan disusun oleh Allah, yang berbicara tidak saja bagi Allah, tetapi juga berbicara bersama Allah.
Dalam Kejadian 49, Yakub adalah seorang yang memiliki pengetahuan rohani. Ia mengenal Allah dan tahu persis keadaan anak-anaknya. Tambahan pula ia mempunyai kekayaan rohani yang dibutuhkan untuk menubuatkan dan memberkati. Itulah sebabnya, dalam perkataannya tidak terdapat kesalahan, kebodohan, kegelapan, kekosongan atau kesombongan. Kiranya kita mendambakan hari depan rohani yang demikian, menjadi matang dan memberkati banyak orang dengan kelimpahan Kristus.

12 Suku Israel Melambangkan Gereja
Kej. 46:27; 1 Tim. 3:15; Rm. 2:29; 1 Ptr. 2:9; Tes. 4:3-5; Kej. 1:26; Rm. 6:6

Menurut catatan kitab Kejadian, umat manusia bermula dari Adam dan berkelanjutan dengan Habel, Enos, Henokh, Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub. Akhirnya, Yakub tak lagi seorang diri, karena ia telah menjadi ayah dari keluarga yang dipilih Allah. Rumah ini, rumah Yakub (Kej. 46:27), terutama terdiri dari keduabelas anak Yakub, kemudian, keduabelas anak ini menjadi dua belas suku bangsa Israel. Ini menunjukkan bahwa maksud tujuan Allah ialah mengingini sebuah rumah, bukan masing-masing individu. Rumah Israel melambangkan gereja, yaitu rumah Allah hari ini. Dalam Perjanjian Lama terdapat sebuah rumah, yakni rumah Israel dan dalam Perjanjian Baru terdapat sebuah rumah pula, yakni gereja Allah yang hidup (1 Tim. 3:15).
Apapun yang dikatakan Alkitab tentang rumah Israel adalah sebuah lambang, gambar dan bayang-bayang dari gereja dalam Perjanjian Baru. Karena itu, kita memerlukan gambaran rumah Israel dalam Perjanjian Lama. Alkitab seringkali menggunakan lambang-lambang dan lukisan-lukisan untuk menggambarkan hal-hal rohani, karena hal-hal rohani itu misterius. Dengan menyelidiki gambar dalam Perjanjian Lama, kita dapat memahami banyak aspek tentang gereja yang diwahyukan dalam Perjanjian Baru. Jadi, apa yang diungkapkan tentang umat Israel bukanlah sebatas untuk mereka, tetapi terlebih untuk kita. Secara jasmani, kita bukan keturunan dari keduabelas suku Israel. Namun secara rohani, kita adalah keduabelas suku itu (Rm. 2:29; 1 Ptr. 2:9).
Di dalam prinsip Perjanjian Lama, realitas dari segala perkara rohani terletak pada huruf-huruf, pada peraturan-peraturan yang tertulis dan umat Allah harus melakukannya secara hurufiah. Tetapi di dalam Perjanjian Baru, realitas segala perkara rohani adalah di dalam roh. Segala apa adanya kita, apa pun yang kita lakukan, dan apa pun yang kita miliki haruslah di dalam roh. Ini akan menjaga kita dari kesia-siaan agama. Realitas segala perkara rohani tergantung pada Roh Allah, dan Roh Allah ada di dalam roh kita. Karena itu, realitas segala perkara rohani tergantung pada roh kita, bukan yang lain. Segala apa adanya Allah terhadap kita ada di dalam roh kita. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa secara rohani, kitalah umat pilihan Allah, kita tercakup dalam keduabelas suku Israel. Apa yang dinubuatkan Allah melalui Yakub kepada keduabelas anaknya adalah bagi kita – umat Perjanjian Baru Allah hari ini. Hanya apabila kita telah mengenal prinsip ini dengan baik, barulah kita dapat memiliki pemahaman yang tepat terhadap perkataan nubuat melalui pemberkatan yang diucapkan Yakub kepada keduabelas anaknya.

Penerapan:
Adalah mulia bilamana seseorang dimasa tuanya dapat memberkati orang-orang di sekelilingnya dengan berkat rohani yang tinggi seperti yang telah Yakub lakukan. Namun hal itu tidak akan datang dengan tiba-tiba, memerlukan waktu bertahun-tahun agar Allah mengubah hidup seseorang. Hari ini jika Allah memiliki kesempatan mengubah hidup kita, marilah kita bekerja sama membiarkan tangan Allah bekerja mengubah kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku meletakan hidupku hari ini ke dalam tangan pengubahan-Mu. Setiap kesempatan yang Kau berikan hari ini kepadaku, biarlah itu menjadikan aku semakin serupa dengan-Mu. Amin.

18 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 1 Senin

Manifestasi Kematangan Yakub
Kejadian 49:1
“Kemudian Yakub memanggil anak-anaknya dan berkata: ‘Datanglah berkumpul, supaya kuberitahukan kepadamu, apa yang akan kamu alami di kemudian hari.’”

Dalam Kejadian 49, kita akan melihat manifestasi lain atas kematangan Yakub dalam hayat, yaitu menyampaikan perkataan nubuat melalui memberkati. Perkataan Yakub dalam pasal ini sepenuhnya menunjukkan tingkat kematangannya dalam hayat. Kita dapat menulusuri kemajuan hayat Yakub melalui kemajuannya atas tutur katanya. Kalau kita melihat kembali ke belakang, perkataan pertama yang meluncur dari mulut Yakub adalah menyuruh Esau menjual hak kesulungannya (Kej. 25:31). Ini adalah perkataan yang licik. Lalu, Yakub mendustai ayahnya sendiri (Kej. 27:19-20, 23). Selanjutnya, perkataan Yakub dalam Kejadian 29-33 penuh dengan kegemarannya sendiri, ambisi dan kepentingan sendiri. Melalui percakapannya yang tercatat dalam pasal-pasal ini, tersingkaplah berbagai aspek ego Yakub, seolah-olah ia tidak mempunyai roh. Bila di tengah-tengah kita ada saudara yang seperti itu, niscaya kita akan sangsi apakah ia benar-benar telah dilahirkan kembali.
Tetapi sampai pada Kejadian 35, tutur kata Yakub mengalami perubahan. Sewaktu Yakub dihantar ke hadapan Firaun, ia tidaklah mengucapkan perkataan apapun selain memberkati Firaun. Hampir tidak ada percakapan, tetapi ada pemberkatan yang kuat (Kej. 47:7-10). Perkataan kita adalah bagian yang sangat besar dan penting. Tuhan Yesus berkata bahwa perkataan yang diucapkan oleh mulut meluap dari hati (Luk. 6:45). Perkataan kita menyatakan bagaimana hati kita, menyatakan apa yang terkandung dalam hati kita, dan menyingkapkan tingkat kematangan kita dalam hayat. Sekali lagi, tingkat kematangan kita dapat terlihat dengan jelas dari jenis perkataan apa yang keluar dari mulut kita.

Empat Ciri Kematangan Yakub
Flp. 3:10

Perkataan Yakub dalam Kejadian 49 amatlah berbobot. Setiap ucapan yang diutarakan di sini merupakan perkataan nubuat. Ini membuktikan bahwa pertumbuhan hayat kita akan ternyata atas tutur kata kita. Janganlah lupakan fakta bahwa pembicaraan kita akan menunjukkan di mana kita. Perkataan Yakub dalam Kejadian 49 merupakan perkataan yang tak dapat kita jumpai di lain tempat. Ini bukan sekedar perkataan ajaran, dorongan atau anjuran, melainkan perkataan nubuat melalui pemberkatan, nubuat yang dijenuhi oleh pemberkatan. Mengucapkan perkataan semacam ini tidaklah mudah. Yesaya adalah yang tertinggi di antara nabi-nabi. Namun, di antara banyak nubuat di dalam tulisannya, sulit ditemukan sebuah catatan nubuat yang disampaikan melalui pemberkatan. Yesaya bernubuat, namun ia tidak bernubuat melalui pemberkatan. Tetapi dalam Kejadian 49, Yakub tidak hanya bernubuat tetapi juga memberkati.
Kita dapat mempelajari beberapa hal yang terdapat pada diri Yakub yang membuat dia dapat bernubuat bagi anak-anaknya melalui memberkati mereka. Pertama, Yakub sangat mengenal Allah, mengenal kehendak hati Allah dan maksud tujuan Allah. Kedua, Yakub sangat mengenal anak-anaknya. Kelihatannya mudah bagi orang tua untuk mengenal anak-anak mereka; tetapi sesungguhnya banyak dari orang tua yang tak mengenal siapa sebenarnya anak-anak mereka dan di mana perkembangan mereka sebenarnya. Namun Yakub mengerti akan anak-anaknya secara menyeluruh. Setiap situasi, kondisi dan masalah yang tersembunyi dari anak-anaknya terbentang jelas dalam pandangan Yakub. Ketiga, Yakub penuh dengan kelimpahan hayat. Ia tidak hanya mengenal Allah melalui pengetahuan, terlebih ia telah mengalami Allah sendiri. Mungkin banyak orang yang tahu tentang Allah, tetapi sangat sedikit yang mengenal Allah melalui mengalami-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang dapat mengemukakan teori tentang Allah, tetapi sedikit yang telah mengalami penanggulangan dan peremukkan Allah (Flp. 3:10). Yakub adalah seorang yang telah mengalami semuanya itu sehingga menjadikan dia seorang yang berkelimpahan dalam hayat.
Disamping ketiga hal tersebut di atas, Yakub memiliki roh yang kuat dan aktif. Perkataan Yakub dalam Kejadian 49 ini diucapkan di saat ia menjelang tutup usia. Banyak orang Kristen tatkala menjelang ajalnya begitu lemah, baik tubuh, jiwa, maupun rohnya. Walau tubuh jasmani Yakub hampir mati, namun rohnya kuat perkasa dan aktif. Manusia batiniahnya telah diresapi dan dijenuhi seluruhnya oleh Allah, sehingga perkataannya bukan lagi berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari Allah. Perkataan seperti itulah yang kurang dalam gereja-gereja hari ini. Apa yang gereja butuhkan hari ini ialah perkataan dari orang-orang yang telah tersusun oleh Allah.

Penerapan:
Perkataan apakah yang sering keluar dari mulut kita? Perkataan berkat ataukah perkataan yang sia-sia? Apabila kita masih sering mengucapkan perkataan kotor, yang sembrono, yang tidak ada artinya, itu menunjukkan bahwa keadaan kita sesungguhnya masih jauh dari kematangan hayat. Kita perlu berdoa mohon Tuhan berjaga-jaga pada pintu bibir kita, agar kita dapat mengucapkan perkataan berkat.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, rahmatilah aku, penuhilah hatiku dengan segala kelimpahan-Mu, agar setiap perkataan yang keluar dari mulutku bukanlah kutuk ataupun perkataan sia-sia tetapi perkataan yang baik.

16 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 4 Sabtu

Memberkati: Membawa Orang Menikmati Allah Tritunggal (1)
Kejadian 48:15-16
“... Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini, ....”

Dalam 2 Korintus 13:13 Rasul Paulus juga memberikan sebuah contoh tentang pemberkatan. Ayat ini berbunyi, “Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” Kita tahu bahwa seorang imam membawa orang-orang kepada Allah. Akan tetapi seorang rasul membawa Allah kepada orang-orang; ia mendatangi orang-orang bersama Allah. Dalam 2 Korintus 13:13 kita melihat kunjungan anugerah Allah Tritunggal. Melalui pemberkatan Rasul Paulus, Allah Tritunggal mendatangi orang-orang untuk menjadi kenikmatan mereka.
Kenikmatan ini berupa kasih Allah sebagai anugerah Kristus melalui persekutuan Roh Kudus. Kasih, anugerah dan persekutuan bukanlah tiga hal yang terpisah-pisah, kesemuanya itu merupakan tiga aspek atau tiga tahap dari satu hal. Ketiganya adalah bagi kenikmatan kita. Kasih itu di dalam, anugerah adalah kasih yang terekspresi, sedang persekutuan merupakan penyaluran anugerah ke dalam kita. Kasih adalah sesuatu yang di dalam diri Allah. Kapankala kasih ini diekspresikan, itulah anugerah, dan anugerah ditransmisikan di dalam persekutuan. Misalkan, kita mengasihi saudara tertentu. Kasih itu ada di batin. Bagaimana kasih ini dapat diekspresikan? Kita dapat mengekspresikannya dengan misalnya memberinya sebuah Alkitab. Alkitab mewakili anugerah yang sebagai pernyataan kasih yang kita miliki di batin kita bagi saudara tersebut. Agar anugerah ini sampai kepadanya, maka kita harus benar-benar memberi Alkitab itu kepadanya. Inilah persekutuan. Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa diberkati adalah menikmati Allah Tritunggal sebagai kasih, anugerah, dan persekutuan di dalam kita.

Memberkati: Membawa Orang Menikmati Allah Tritunggal (2)
1 Tes. 5:23; Ibr. 9:14; Mat. 16:24-26; 1 Tes. 4:4; Rm. 6:6

Setelah tinggal di Betel cukup lama, Yakub berangkat dari sana (Kej. 35:16). Pada saat Yakub meneruskan perjalanan dari Betel, ia mengalami penanggulangan yang lebih dalam dan lebih pribadi: Rahel, istri kesayangannya, meninggal ketika melahirkan Benyamin, anak Yakub yang bungsu (Kej. 35:16-20). Pengalaman ini menyangkut perkara mati dan lahir, rugi dan untung. Yakub kehilangan Rahel dan memperoleh Benyamin. Rahel mewakili pilihan Yakub yang alamiah. Lea serta dua budak perempuannya bukan pilihan hati Yakub. Hati Yakub seluruhnya terletak pada Rahel; ia tidak menaruh hati pada ketiga lainnya. Setiap perkara dalam Alkitab mengandung tujuannya. Sebelum pengalaman di Betel, Allah membiarkan pilihan hati Yakub yang alamiah. Tetapi setelah pengalaman di Betel, pilihan alamiahnya telah disingkirkan darinya. Sebelum kita memasuki kehidupan gereja, kita tetap mempunyai konsepsi, pilihan dan kecenderungan alamiah. Namun setelah pengalaman di Betel, kita harus bersiap kehilangan pilihan alamiah kita. Sesudah kita mengalami kehidupan gereja, pilihan alamiah kita harus dikebelakangkan.
Kejadian 35:18 mencantumkan, “Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas —sebab ia mati kemudian — diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin.” Anak ini diberi dua nama, satu dari ibunya dan satu dari ayahnya. Ben-oni berarti “anak sengsara”. Rahel memberi nama ini karena ia menderita sengsara dan dalam kesusahan. Namun Yakub segera mengubahnya menjadi Benyamin, yang berarti “anak tangan kanan”. Di semesta jagad ini hanya ada satu yang sekaligus merangkap anak sengsara dan anak tangan kanan – yaitu Kristus. Di satu pihak, Kristus itu Ben-oni dan di pihak lain Dia itu Benyamin. Kristus itulah Sang ajaib yang beraspek dua ini. Tidak seorang pun pernah menderita sengsara sebanyak Kristus dan tidak seorang pun telah dijunjung setinggi Kristus. Yesaya 53:3 melukiskan Dia sebagai “seorang yang penuh kesengsaraan”. Kisah Para Rasul 2:33 meneterakan bahwa Ia “ditinggikan oleh tangan kanan Allah” dan Ibrani 1:3 memaktubkan bahwa Ia duduk “di sebelah kanan Yang Maha-besar”. Mula-mula Yesus sebagai anak sengsara, anak menderita. Rahel bukan satu-satunya orang yang mengalami sengsara ini; Maria, ibu Kristus, juga mengalaminya. Menurut Lukas 2:35, jiwanya ditembusi oleh pedang karena penderitaan anaknya. Tetapi setelah tiga puluh tiga setengah tahun, dalam kebangkitan dan kenaikan, Kristus telah menjadi Anak tangan kanan Allah. Sebab itu, tidak seorang dapat menyangkal bahwa Benyamin adalah sebuah lambang Kristus yang sengsara dan yang telah ditinggikan.

Penerapan:
Hawa nafsu adalah rintangan yang mencegah kita menikmati Allah. Kristus telah menebus kita dari cara hidup kita yang sia-sia (1 Ptr. 1:18-19), karena itu kita harus menjauhkan diri dari nafsu (1 Ptr. 2:11) dan tidak lagi hidup dalam daging menurut nafsu daging (1 Ptr. 4:12). Hasilnya, kita akan berbagian dalam sifat Allah, menikmati segala kelimpahan apa adanya Allah Tritunggal.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, berkatilah aku dengan kasih, anugerah, dan Roh-Mu senantiasa. Aku mau melatih diriku untuk hidup dalam persekutuan dengan-Mu, bergaul dengan-Mu, sehingga sifat kudus-Mu memenuhi aku.

15 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 4 Jumat

Memberkati: Membawa Orang kepada Allah
Kejadian 48:15-16
“... Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini, ....”

Contoh pemberkatan yang pertama dalam Alkitab ialah pemberkatan Melkisedek kepada Abraham (Kej. 14:18-20). Melkisedek adalah sebuah lambang Kristus. Jadi, kedatangan Melkisedek kepada Abraham adalah kedatangan Kristus kepada Abraham. Melkisedek mendatangi Abraham dengan roti dan anggur sama seperti Tuhan mendatangi kita dengan roti dan anggur juga. Selanjutnya Melkisedek datang sebagai imam yang kekal, dan Kristus pun menjadi imam menurut peraturan kekal Melkisedek (Ibr. 5:6). Seorang imam membawa orang-orang kepada Allah. Kalau kita mau memberkati orang-orang, maka kita haruslah sebagai imam Allah. Pemberkatan ini adalah keluapan Allah, dan keluapan ini disampaikan kepada orang-orang melalui imam-imam. Pemberkatan pertama kali diberikan melalui seorang imam. Kita semua perlu menjadi imam-imam, yang membawa orang-orang kepada Allah.
Jika kita ingin memberkati banyak orang, maka kita sendiri haruslah berdekatan dengan Allah. Kita haruslah sebagai imam-imam yang membawa orang-orang kepada Allah. Orang-orang memerlukan berkat Allah karena mereka jauh daripada-Nya. Imam justru menjembatani jarak antara Allah dan manusia; membawa mereka yang jauh itu ke hadirat Allah. Pemberkatan melenyapkan jarak yang terbentang di antara orang-orang dengan Allah. Sewaktu Melkisedek memberkati Abraham, pemberkatan tersebut membawanya ke hadapan Allah. Melkisedek berkata, “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi” (Kej. 14:19). Dengan cara seperti inilah Melkisedek membawa Abraham lebih dekat kepada Allah.

Memberkati: Menyalurkan Allah Tritunggal
Bil. 6:23-27; 2 Kor. 4:6; Yoh. 8:12; 1 Yoh. 1:5

Dalam Bilangan 6:23-27 terpapar sebuah contoh pemberkatan. Di sini Allah menyuruh imam-imam untuk memberkati orang dengan berkata kepada mereka, “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau anugerah; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Pemberkatan di sini bukannya satu atau dua ganda; melainkan tiga ganda. Pemberkatan ini berlipat tiga ganda dikarenakan berkaitan dengan perkara penyaluran Allah ke dalam manusia. Dan ini meliputi Trinitas: Bapa, Putra dan Roh. Trinitas atau Tritunggal bukanlah suatu doktrin; melainkan perkara penyaluran diri Allah ke dalam umat-Nya.
Aspek pertama dari pemberkatan dalam Kitab Bilangan 6, dipautkan dengan pemberkatan dan kuasa pelindung Allah Sang Bapa. Aspek kedua dihubungkan dengan wajah yang bersinar dari Allah Sang Putra beserta anugerah-Nya. Kata “anugerah” dalam Bilangan 6:25, bahasa Ibraninya lebih bermakna daripada kata-kata bahasa Inggris yang dituliskan memberi anugerah. Arti dalam bahasa Ibrani ialah membungkuk dengan penuh sayang kepada mereka yang lebih rendah. Ini menerangkan bahwa melalui menjadi seorang manusia, maka Sang kedua dari Trinitas, telah membungkuk dengan penuh kasih sayang-Nya kepada kita, kaum yang rendah. Ketika Ia menjelma sebagai manusia, Ia telah benar-benar membungkuk ke bawah dari segala lapisan surga. Inilah anugerah.
Selanjutnya dikatakan, “Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya.” Dua Korintus 4:6 mencantumkan kemuliaan Allah menyinari wajah Yesus Kristus. Yesus itulah terang sejati, yaitu diri Allah (Yoh. 8:12; 1 Yoh. 1:5). Diri Allah sebagai terang yang menyinari kita dari wajah Yesus Kristus. Jadi, aspek kedua dari pemberkatan yang berlipat tiga ganda itu berkaitan dengan Allah Sang Putra yang merendahkan diri-Nya dengan penuh kasih sayang dan baik hati serta mengunjungi kita agar kita beroleh anugerah.
Aspek ketiga dari pemberkatan berkaitan dengan wajah Allah Sang Roh serta damai sejahtera-Nya. Ia memberi damai sejahtera bukan hanya pada lingkungan sekitar kita, bahkan pula di dalam diri kita, di dalam hati kita, roh kita, sampai-sampai di dalam pikiran kita. Orang lain boleh saja terganggu dalam hati, pikiran, roh dan lingkungan mereka, namun kita tidak seharusnya demikian. Jadi, pemberkatan yang sebenarnya ialah membawa orang-orang ke hadapan Allah, kepada terang wajah-Nya, dan kepada pancaran wajah-Nya sehingga mereka mempunyai bagian dalam anugerah-Nya serta mempunyai damai sejahtera. Sungguh mengagumkan! Sungguh menakjubkan!

Penerapan:
Pekerjaan terpenting dari imam-imam Perjanjian Baru adalah mempersembahkan orang dosa kepada Allah pada mezbah salib. Pemberitaan Injil kita adalah membawa orang-orang dosa dan mempersembahkan mereka kepada Allah. Marilah kita keluar untuk memberitakan Injil, memberkati mereka dengan Kristus, agar mereka dapat dibawa ke hadapan Allah dan menikmati Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, pakailah keluargaku, pekerjaanku, rumahku, dan hartaku sebagai sarana bagi Injil-Mu. Aku mau menjadi imam Injil Perjanjian Baru yang setiap tahun paling tidak membawa satu orang ke hadapan-Mu.

14 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 4 Kamis

Pemberkatan Berlawanan dengan Konsepsi Manusia
Kejadian 48:14
“Tetapi Israel mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye—jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung.”

Sekarang kita sampai kepada beberapa poin yang praktis menyangkut pemberkatan. Pemberkatan Tuhan tidak bisa diatur oleh cara alamiah manusia (Kej. 48:13-20). Sewaktu Yusuf membawa putra-putranya Manasye dan Efraim ke hadapan Yakub, ia telah mengatur situasi sedemikian rupa, sehingga Manasye putranya yang sulung berada di depan tangan kanan Yakub. Sang ayah menaruh putra sulungnya di depan tangan kanan kakeknya untuk menerima pemberkatan yang pertama, dan putra yang kedua di depan tangan kiri untuk menerima berkat yang kedua. Perbuatan Yusuf ini didasari konsepsi alamiah. Menurut konsepsi alamiah, Yusuf memang benar. Tetapi ternyata Yakub menyilangkan tangannya.
Meski daya penglihatan Yakub sudah melemah, tetapi rohnya tajam dan bening. Kejadian 48:17 menuliskan, “Ketika Yusuf melihat bahwa ayahnya meletakkan tangan kanannya di atas kepada Efraim, hal itu dipandangnya tidak baik; lalu dipegangnya tangan ayahnya untuk memindahkannya dari atas kepala Efraim ke atas kepala Manasye.” Kemudian kata Yusuf, “Janganlah demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung, letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya” (Kej. 48:18). Yakub menolak seraya berkata, “Aku tahu, anakku, aku tahu” (Kej. 48:19). Jadi, pemberkatan Tuhan berlawanan dengan konsepsi alamiah manusia. Kita semua adalah Yusuf-Yusuf. Kita ingin membawa “Manasye” kita ke tangan kanan Tuhan dan “Efraim” ke tangan kiri-Nya. Akan tetapi sekali demi sekali Tuhan menyilangkan tangan-Nya. Artinya, kita memang harus membawa anak-anak kita ke hadapan Allah, tetapi kitapun harus menyerahkan mereka ke dalam tangan pengaturan-Nya.

Pemberkatan - Tergantung kepada Allah
Ibr. 1:9; Kej. 48:17-18; 1 Tim. 2; Tit. 1:4; 1 Ptr. 5:13

Catatan tentang bagaimana Yakub memberkati Efraim pasti sangat memberi dorongan kepada kita semua. Mungkin kita sering berulang kali memandang diri sendiri tidak berpengharapan dan tidak berguna. Ada banyak orang yang merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Tambahan ada pula beberapa di antara mereka yang merasakan hidup ini tanpa makna. Mereka berkata, “Aku telah percaya kepada Tuhan Yesus, aku pun telah menempuh kehidupan gereja. Aku tahu aku harus berfungsi dalam gereja, tetapi tidak ada yang memilih aku untuk berbuat sesuatu. Jelaslah tidak ada harapan bagiku. Keberadaanku mungkin tidak bermakna.” Memang, di dalam gereja, terutama gereja-gereja yang besar, ada suatu situasi yang membuat orang-orang cenderung merasa bahwa mereka tidak diperlukan. Tetapi perasaan itu tidak benar. Meskipun dalam gereja yang besar hanya sedikit yang menjadi pemimpin, namun setiap orang tetaplah penting. Tuhan tetap memberkati setiap kaum saleh di dalam gereja karena kita adalah anggota-anggota-Nya dan teman-teman sekutu-Nya (Ibr. 1:9).
Kita tahu bahwa Yusuf mencoba membalikkan tangan pemberkat ayahnya (Kej. 48:17-18). Ini menunjukkan bahwa konsepsi alamiah manusia berlawanan/bertolak belakang dengan tangan pemberkatan Tuhan. Dalam kehidupan gereja, Tuhan seringkali membangkitkan orang-orang yang tadinya kita anggap kurang rohani. Memang kita memiliki konsepsi serta kecenderungan manusiawi. Tetapi di dalam gereja, konsepsi alamiah kita harus dikesampingkan. Bukankah kita tidak tahu dari arah mana Saulus dari Tarsus akan muncul. Orang yang kita kira paling baik ternyata tidak sebaik itu. Mungkin saja di antara penentang-penentang itu ada yang akan menjadi “Rasul Paulus” hari ini. Banyak orang telah Tuhan bangunkan justru adalah mereka yang tadinya menurut konsepsi kita kurang layak. Lupakanlah seleksi atau pilihan kita. Itu tidak berlaku.
Perjanjian Baru tidak pernah memuat nama-nama keturunan para rasul, tetapi hanya memuat nama-nama anak-anak rohani mereka saja. Paulus menyebut Timotius “anaknya di dalam iman” (1 Tim. 1:2), dan Titus “anaknya yang sah menurut iman bersama” (Tit. 1:4), dan Petrus menyatakan “Markus, anakku” (1 Ptr. 5:13). Nama-nama keturunan para rasul tidak dicantumkan semuanya ini bukan tergantung pada manusia, melainkan pada tangan pemberkatan Allah. Allah yang memilih dan menentukan siapa yang akan diberkati lebih besar. Demikian pula, terhadap anak-anak kita, kita harus menyerahkan mereka kepada belas kasih dan pengaturan Allah. Namun, jangan salah paham terhadap perkataan ini sehingga kita membiarkan kerohanian anak-anak kita terlantar. Kalau demikian berarti kita teledor. Kita harus membawa anak-anak kita kepada Allah dan biarlah Dia yang membuat pilihan.

Penerapan:
Kita perlu memiliki pengenalan bahwa segala sesuatu tergantung pada Allah. Kita hanya bisa berkata, “Ya Allah, aku bukan sumbernya. Engkaulah sumber segala sesuatu, juga sumberku; tidak ada Engkau, tidak ada permulaan.” Kita harus nampak satu perkara, yaitu kita sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, segalanya tergantung kepada Allah. Dialah Bapa, Dialah permulaan segala sesuatu.

Pokok Doa:
Ya Bapa, berilah aku sebuah hati seperti hati seorang anak kecil yang polos, sepenuhnya bersandar dan percaya kepada tangan pengaturan-Mu. Berilah aku keyakinan bahwa pengaturan-Mu selalu adalah yang terbaik, baik bagiku dan baik bagi kesaksian-Mu. Amin.

13 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 4 Rabu

Yakub Memberkati Efraim dan Manasye
Kejadian 48:9
“Jawab Yusuf kepada ayahnya: ‘Inilah anak-anakku yang telah diberikan Allah kepadaku di sini.’ Maka kata Yakub: ‘Dekatkanlah mereka kepadaku, supaya kuberkati mereka.’”

Berkat adalah luapan dari kelimpahan hayat, luapan dari hayat Allah melalui seseorang yang telah matang. Kalau ingin memberkati orang lain, kita haruslah terisi hayat ilahi hingga penuh, barulah berkat bisa meluap kepada mereka. Karena Yakub memiliki luapan hayat ini, maka ia dapat memberkati Firaun dan kedua putra Yusuf (Kej. 48:8-20). Abraham meninggal tanpa memberkati anak-anaknya. Ishak memberkati dalam kebutaan, tidak mengenal siapa yang ia berkati. Tetapi ketika Yakub memberkati kedua cucu-cucunya, Efraim dan Manasye, ia sangat jelas, tegas, dan terang.
Meskipun mata jasmani Yakub kurang terang, namun rohnya jelas dan tegas (Kej. 48:10). Yusuf membawa kedua putranya kepada Yakub, dan ditempatkannya Manasye, putra sulungnya di sebelah tangan kanan Yakub, sedang Efraim di sebelah tangan kiri Yakub. Yusuf menyangka Yakub akan menumpangkan tangan kanannya ke atas kepala Manasye dan tangan kirinya ke atas kepala Efraim. Tetapi sebagai orang yang amat terang di batin akan apa yang bakal diperbuatnya, Yakub menyilangkan tangannya yang kanan ke atas kepala Efraim. Yusuf merasa kurang senang dengan keadaan ini, lalu katanya, “Janganlah demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung, letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya” (Kej. 48:18). Yakub menolak sambil membalas, “Aku tahu, anakku, aku tahu.” Yakub telah mengarahkan tangannya dengan sengaja dan penuh kesadaran. Lain dengan Ishak ayahnya; Yakub tidak mengerjakan sesuatu secara membuta. Yakub matang dan bersatu dengan Allah dalam hayat, sehingga ia mempunyai roh yang cerah. Dalam rohnya, Yakub menyadari betul bahwa Allah menghendaki Efraim berada di atas Manasye.

Pengalaman Subyektif Yakub terhadap Allah
Kej. 48:15-16

Kejadian 48:15-16 mengatakan, “Sesudah itu diberkatinyalah Yusuf, katanya: “Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini, sehingga namaku serta nama nenek dan bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh karena mereka dan sehingga mereka bertambah-tambah menjadi jumlah yang besar di bumi.” Yakub benar-benar puas dan penuh perhentian di depan Allah. Dari pengalamannya yang bertahun-tahun, ia telah mengenal bahwa nasibnya terletak di tangan Allah, bukan tergantung jerih lelahnya. Sewaktu Yakub hendak memberkati kedua putra Yusuf, ia mengatakan bahwa Allah itulah yang menggembalakan sepanjang hidupnya (Kej. 48:15-16).
Kata-kata Yakub dalam Kejadian 48:15-16 merupakan referensi tentang Allah Tritunggal. Di sini kita nampak Allah Trintunggal di dalam pengalaman Yakub, bukan di dalam doktrin. Dalam ayat-ayat ini Yakub berkata, “Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini.” Di sini kita melihat tiga kali sebutan Allah: Allah yang di hadirat-Nya Abraham dan Ishak menempuh hidupnya, Allah yang menggembalakan Yakub seumur hidupnya dan Malaikat yang telah menebusnya dari segala bahaya dan kejahatan. Allah yang di hadirat-Nya Abraham dan Ishak berjalan itu mengacu kepada Allah Bapa; Allah yang menggembalakan Yakub sepanjang hidupnya itu mengacu kepada Allah Roh; dan Malaikat yang menebusnya dari segala bahaya dan kejahatan itu mengacu kepada Allah Putra. Inilah Allah Tritunggal dalam pengalaman Yakub.
Pengalaman Yakub yang subyektif akan rawatan dan penggembalaan Allah atas dirinya, digambarkan dengan syair kidung berikut:

1. Allah itu Gembalaku, Dia merawat, Dia beri berkat;
Dia milikku, ku milik-Nya; ada Dia tak kekurangan!
2. Dia bawa ke padang rumput, agar ku kenyang selalu;
Di tepi air yang sejuk, mesra, nikmat bersekutu.
3. Dalam gelap, penuh kuatir, bagaimana ku ‘kan maju?
Tongkat-Mulah yang memimpin, dan sertaku s’panjang jalan.
4. Kasih ajaib, manis sungguh, penuhi seumur hidupku.
Karena kasih-Mu tak ubah, biarlah pujianku bertambah.

Penerapan:
Kita bisa memberkati orang lain dengan berkat Injil. Memberitakan Injil membuat manusia berbalik dari kuasa gelap kepada terang, dari Iblis kepada Allah, dan menerima berkat Roh itu (Gal. 3:14), serta berkat hidup yang kekal (Yoh. 5:24). Marilah kita belajar memberkati orang dosa dengan mengabarkan Injil kepada mereka.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah gembala yang baik, gembala yang selalu menyediakan semua keperluanku. Tuntunlah aku ke jalan yang benar, tinggal bersama dalam satu kawanan domba, menikmati suplai-Mu yang kaya di dalam gereja.

12 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 4 Selasa

Tangan Perampas Menjadi Tangan yang Memberkati
Kejadian 48:9
“Jawab Yusuf kepada ayahnya: ‘Inilah anak-anakku yang telah diberikan Allah kepadaku di sini.’ Maka kata Yakub: ‘Dekatkanlah mereka kepadaku, supaya kuberkati mereka.’”

Tangan-tangan perampas Yakub akhirnya menjadi tangan yang memberkati (Kej. 25:26, 47:10, 48:14-16). Dalam Kejadian 25, kita melihat bahwa Yakub bahkan memulai perampasannya ketika ia masih di dalam kandungan ibunya. Tetapi dalam Kejadian 47-48 kita melihat bahwa kedua tangan perampas ini menjadi tangan pemberkat yang membawa orang-orang ke hadapan Allah dan menyuplaikan Allah ke dalam orang-orang, sehingga mereka bisa menikmati Dia. Di sini kita melihat pertumbuhan dan kematangan hayat. Seorang perampas, pemegang tumit, menjadi seorang yang besar di muka bumi pada zaman itu. Dengan jalan hayat, Yakub menjadi orang yang seperti ini. Kita perlu bertumbuh dan matang dalam hayat agar kita terisi dengan Kristus sehingga dapat memberkati orang lain.
Satu Petrus 3:9 mengatakan, “Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” Kata “memberkati” mengandung petunjuk waktu dalam bahasa Yunaninya yang berarti “selalu memberkati”. Perkataan Petrus di sini sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 5:44 dan apa yang dikatakan Paulus dalam Roma 12:14. Selain itu, kita telah dipanggil untuk mewarisi berkat. Kita dipanggil untuk memberkati orang lain, maka sebagai orang yang diberkati, kita harus selalu memberkati orang lain, agar kita bisa mewarisi berkat. Berkat apa yang kita berikan kepada orang lain akan menjadi warisan kita sendiri (Mat. 10:13). Tentu saja, berkat di sini bukan hanya yang materi. Sesuai dengan konteksnya, berkat ini mengacu kepada hayat, menyatakan bahwa kita akan mewarisi hayat lebih banyak.

Segala Sesuatu Mungkin bagi Allah
Luk. 18:27; Yes. 6:8

Bagaimanakah seorang Yakub yang asalnya begitu alamiah bisa memberkati orang lain? Ini pasti bukan pekerjaan atau usaha manusia, melainkan karya Allah. Dalam Lukas 18:27 Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah. Kalau Allah dapat mengubah Yakub, Allahpun pasti dapat mengubah kita. Hari ini di dalam kita ada hayat. Karena di dalam kita ada hayat, maka Allah dapat menggenapkan tujuan-Nya di atas diri kita. Yang terpenting adalah sikap kita. Bila kita ingin diubah oleh Tuhan menjadi orang yang bisa memberkati orang lain, maka kita harus bekerjasama dengan Tuhan. Mulai hari ini, kita harus hidup bersandar pada hayat, taat kepada perasaan hayat di batin kita.
Terhadap perkara-perkara rohani, hayat tidak pernah berkata, “Aku tidak bisa.” Istilah “tidak bisa” tidak terdapat dalam kamus hayat. Hayat senantiasa berkata, “Aku bisa, aku bisa segalanya: aku dapat berfungsi, aku dapat berdoa, aku dapat bersorak-sorai, aku dapat mengatakan amin, dan aku dapat memuji-muji Tuhan.” Bila kita mengatakan, “Aku bisa,” itulah hayat. Bila kita berkata, “Aku tidak bisa,” itulah maut. Mulai sekarang, dalam hidup gereja, kita harus menghindarkan perkataan “aku tidak bisa”. Misalnya, kita diminta berbicara sedikit dalam suatu perhimpunan ibadah, kita harus menjawab, “Haleluya, Amin! Tidak ada masalah.” Inilah contoh sederhana dari seorang yang mau bekerjasama dengan Tuhan.
Sering kali, kita merasa sulit dalam hal taat kepada Tuhan, mempersembahkan diri kepada Tuhan, dan mengasihi Tuhan, apalagi memberkati orang lain. Sungguh sulit! Sangat sulit! Kita tidak berdaya melakukannya. Kita damba bisa mengasihi Tuhan dengan kasih yang sempurna, dengan segala kepolosan, tanpa penyelewengan sedikit pun, memberkati orang lain. Saudara saudari, asal kita mempunyai hati yang tulus, bersih terhadap Allah, Ia akan mengerjakan semuanya itu di dalam kita. Bagi-Nya, ini bukanlah hal yang mustahil!
Tidak ada hal yang mustahil bagi hayat. Hayat sanggup melakukan segala sesuatu. Hayat sanggup membuat saudara saudari dalam Tuhan saling mengasihi, yakni saling mengasihi dengan sempurna. Dalam Yesaya 6:8 Allah berfirman, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku”, lalu Nabi Yesaya menjawab, “Ini aku, utuslah aku.” Ketika kita mendengar Tuhan memanggil, “Siapakah yang akan Kuutus?”, janganlah kita menjawab, “Tuhan, janganlah mencari aku.” Namun kita harus menjawab, “Ya Tuhan, ini aku, utuslah aku.” Jika setiap kaum beriman dalam gereja berada dalam hayat, mau bekerjasama dengan Tuhan, maka kehidupan kekristenan kita, kehidupan gerejani kita akan lebih tinggi dan menjadi berkat yang besar bagi banyak orang.

Penerapan:
Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kita, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai perbuatan baik. Kita tidak sanggup, tetapi Allah sanggup membuat kita menjadi berkat bagi orang lain. MArilah kita belajar mengucapkan perkataan berkat , perkataan yang baik untuk membangun, dan pula perkataan kasih kepada semua orang.

Pokok Doa:
Haleluya! Tidak ada yang mustahil bagi-Mu. Kalau Engkau sanggup mengubah dan mematangkan Yakub, Engkaupun sanggup melakukan yang sama terhadapku. Tuhan, aku mau bekerjasama dengan-Mu, jadikanlah aku seorang yang selalu memberkati orang lain.

11 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 4 Senin

Prinsip dalam Memberkati
Kejadian 47:10
“Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun, sesudah itu keluarlah ia dari depan Firaun.”

Ibrani 7:7 mengatakan, “Memang tidak dapat disangkal bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.” Ayat ini menerangkan prinsip pemberkatan, yakni yang lebih tinggi memberkati yang lebih rendah. Lebih tinggi atau lebih rendah bukan karena perbedaan usia, melainkan berkaitan dengan ukuran atau kadar Kristus di dalam seseorang. Kita menjadi yang lebih tinggi atau yang lebih rendah, itu dipandang dari ukuran Kristus di batin kita. Dalam Matius 11:11 Tuhan Yesus berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripada dia.” Di sini Tuhan Yesus mengatakan Yohanes Pembaptis lebih besar daripada semua orang yang terdahulu darinya. Tetapi yang terkecil dalam Kerajaan surga lebih besar daripada Yohanes. Alasan mengapa Yohanes lebih besar daripada orang-orang yang mendahuluinya adalah karena ia sangat dekat dengan Kristus. Meski Abraham besar, namun ia belum pernah berjumpa dengan Kristus, sedangkan Yohanes bukan hanya pernah berjumpa dengan Kristus, tetapi juga sangat dekat dengan Kristus.
Kita, kaum beriman Perjanjian Baru bukanlah sekadar dekat dengan Kristus, tetapi lebih daripada itu, kita memiliki Kristus. Itulah sebabnya, yang terkecil di dalam Kerajaan surga lebih besar daripada Yohanes. Orang-orang besar dalam Perjanjian Lama dapat mengatakan bahwa Kristus akan datang, dan Yohanes Pembaptis dapat mengatakan bahwa Kristus ada di depannya. Tetapi kita semua orang yang ada dalam Kerajaan surga dapat mengatakan bahwa Kristus ada di batin kita. Bahkan kita dapat berkata pula, “Karena bagiku hidup itulah Kristus.”

Makna Pemberkatan
Kej. 47:7, 10

Kita lebih tinggi ataukah lebih rendah, tergantung seberapa ukuran Kristus yang ada di dalam kita. Lebih banyak memiliki Kristus berarti lebih tinggi. Lebih sedikit memiliki Kristus berarti lebih rendah. Dengan memiliki Kristus lebih banyak, niscaya kita menjadi lebih tinggi daripada orang lain, sehingga memenuhi syarat untuk memberkati orang-orang; karena yang lebih tinggi selalu memberkati yang lebih rendah. Kalau kita lebih banyak memiliki Kristus di dalam kita, maka barulah kita bersyarat memberkati mereka yang belum memiliki Kristus atau mereka yang baru memiliki sedikit kadar Kristus. Oleh karena itu, orang yang belum memiliki Kristus mustahil memberitakan Injil atau menyuplaikan sesuatu yang rohani, karena baik memberitakan Injil maupun meministrikan firman, keduanya adalah perkara menyuplaikan Kristus. Hanya mereka yang memiliki Kristus dengan berkelimpahan yang dapat menyuplai orang lain dengan kaya.
Dalam pengertian Perjanjian Baru, memberkati orang berarti menyuplaikan Kristus kepada mereka. Mereka yang hanya memiliki sedikit kadar Kristus memerlukan berkat dari orang-orang yang berkadar banyak. Kita memberkati mereka dengan Kristus di mana kita telah ambil bagian di dalam-Nya dan yang telah kita nikmati. Lebih banyak menikmati Kristus akan bisa lebih banyak pula menyuplaikan Kristus kepada orang-orang. Penyuplaian Kristus inilah disebut pemberkatan. Allah tidak dapat mengalirkan diri-Nya kepada orang lain tanpa melalui manusia sebagai saluran-Nya. Tanpa Kristus berinkarnasi, Allah tidak dapat mengalir kepada manusia, karena belum ada saluran. Keluapan Allah memerlukan manusia sebagai saluran-Nya.
Hanya manusia saja yang dapat dipakai Allah menjadi saluran yang dapat diresapi dan dipenuhi oleh Allah. Itulah sebabnya Yakub tidak memberkati seorang pun sebelum ia mencapai kematangan. Yakub tidak memberkati Laban ataupun Esau. Bahkan ketika ia menjumpai Esau setelah 20 tahun tinggal bersama Laban, ia pun tidak memberkatinya. Keadaan ini terus berlangsung hingga ia pergi ke Mesir di mana ia memberkati Firaun, pemerintahan tertinggi di bumi (Kej. 47:7, 10). Pada saat itu Yakub sudah “penuh” dengan Allah. Melalui pemberkatan Yakub kepada Firaun, maka berkat Allah mengalir ke atas Firaun. Kedewasaan hayat merupakan perkara dipenuhi Allah. Kapankala kita penuh dengan Allah, niscaya kita mempunyai keluapan Allah, sehingga kita mampu memberkati orang yang kita jumpai. Pemberkatan melenyapkan jarak yang terbentang di antara orang-orang dengan Allah.

Penerapan:
Kekhawatiran sekecil apa pun akan mengurangi kadar Kristus di dalam kita. Bahkan sekelumit kekhawatiran saja akan membuat kadar Kristus berkurang. Oleh karena itu, janganlah kita kuatir dengan masalah-masalah kita. Yang kita perlukan adalah meluangkan lebih banyak waktu untuk datang kepada Tuhan, terbuka kepada-Nya, dan membiarkan Dia memenuhi kita melalui kita berdoa dan menikmati firman-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, bertambahlah terus di dalamku dari hari ke hari. Jangan biarkan aku menjadi orang Kristen yang santai, teledor, atau acuh tak acuh. Waktu tidak banyak lagi, aku mau mempersembahkan lebih banyak waktu untuk dijenuhi oleh-Mu. Amin

09 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 3 Sabtu

Yakub Memberkati Firaun
Kejadian 47:7
“Yusuf membawa juga Yakub, ayahnya, menghadap Firaun. Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun.”

Perkara pertama yang dilakukan Yakub setibanya di Mesir yaitu memberkati Firaun (Kej. 47:7, 10). Firaun merupakan orang tertinggi di bumi pada waktu itu, namun di berada di bawah tangan pemberkatan Yakub. Menurut Ibrani 7:7 “yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.” Meskipun Yakub adalah ayah dari Yusuf, kuasa atas seluruh tanah Mesir, bagaimanapun dia sedikit lebih kecil daripada Firaun. Di pihak lain, Yakub adalah seorang yang melarikan diri, menghindari kelaparan, datang ke tempat Firaun, masih perlu bersandar kepada Firaun untuk mendapatkan makanan dan tempat tinggal.
Kalau Yakub ini adalah Yakub yang dulu, begitu menemui Firaun, apakah yang akan ia perbuat? Bukankah dia harus lebih menjunjung tinggi Firaun? Tetapi dia sekarang sudah berbeda dengan dulu. Begitu masuk, “Lalu Yakub memohon berkat bagi Firaun.” Ibrani 7:7 mengatakan, “Bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.” Yakub sedikitpun tidak merasakan bahwa sekarang dia adalah orang yang mengungsi, orang yang menghindari satu bala kelaparan; dia sedikitpun tidak merasakan kedudukan Firaun betapa besar dan tinggi. Saat itu, meskipun Mesir adalah satu negara yang paling kuat, Firaun adalah raja satu negara yang paling kuat ini, Firaun juga sebagai orang yang memberi budi kepada Yakub, tetapi Yakub di depan Firaun tidak kehilangan kedudukannya. Dia nampak, meskipun pada aspek duniawi kedudukan Firaun besar, tetapi di aspek rohani kedudukan Firaun adalah kecil. Sebab itu, dia bisa meminta berkat bagi Firaun. Dia berdiri pada kedudukan rohani. Yakub mengenal kedudukannya yang sejati, dan menurut kedudukannya itu ia memberkati Firaun.

Yakub Kian Bertambah Terang
Kej. 47:8-9

Kemudian bertanyalah Firaun kepada Yakub, “Sudah berapa tahun umurmu?” Jawab Yakub kepada Firaun, “Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebagai orang asing” (Kej. 47:8-9). Yakub mengenal keadaannya sendiri, sedikitpun dia tidak merasa dirinya besar atau sangat pandai. ”Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun” (Kej. 47:10). Ketika dia minta diri, dia memberi berkat lagi kepada Firaun.
Yakub tinggal di Mesir selama tujuh belas tahun. Tetapi selama tujuh belas tahun ini, dia bukannya berkarat, melainkan terus maju, sehari lewat sehari dia semakin terang, betul-betul adalah “kian bertambah. terang sampai rembang tengah hari” (Ams. 4:18). Menjelang meninggal dunia, dia bercahaya sampai puncaknya. Semoga Tuban memberi kita kesudahan yang sama dengannya.
Ketika Yakub tinggal di Mesir, belum pernah ia berkata kepada anaknya, “Kamu harus bagaimana memberiku tempat tinggal, kamu harus bagaimana memberiku keperluan kehidupan,” tetapi sekarang dia berkata kepada anaknya, “Janganlah kiranya kuburkan aku di Mesir, karena aku mau mendapat perhentian bersamasama nenek moyangku. Sebab itu angkutlah aku dari Mesir dan kuburkanlah aku dalam kubur mereka” (Kej. 47:28-30). Ketika dia di Mesir, dia tidak memperhatikan makan apa, berpakaian apa; terhadap hal-hal itu dia tidak ada masalah. Tetapi mengenai tempat penguburannya, Yakub tidak mau sembarangan. Dia tahu bahwa hal ini bersangkut paut dengan janji Allah, bersangkut paut dengan tanah yang dijanjikan Allah, bersangkut paut dengan negara yang akan didirikan oleh Allah. Dia memperhatikan persoalan setelah dia meninggal.
Dulu Yakub adalah orang yang hanya memperhatikan kepentingan dirinya sendiri, tetapi kini yang dia perhatikan tidak lagi persoalan pribadi, melainkan persoalan yang berhubungan dengan perjanjian antara Allah dengan keluarganya, yaitu persoalan kedudukan Abraham, Ishak dan Yakub dalam kesaksian Allah. Dengan lembut Yakub berkata, “Karena aku mau mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangku. Sebab itu angkutlah aku dari Mesir dan kuburkanlah aku dalam kubur mereka.” Dari perkataan-perkataan ini, kita dapat nampak, bahwa Allah telah menyusun satu karakter yang baru di atas diri Yakub.
“Lalu sujudlah Israel di sebelah kepala tempat tidurnya” (Kej. 47:31). “Di sebelah kepala tempat tidurnya” atau “menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya.” Sekarang Yakub menyembah Allah sambil bersandar pada tongkatnya, seolah dia berkata kepada Allah, “Segala yang Engkau perbuat atas diriku, adalah yang terbaik, karena itu, aku mau bersujud menyembahMu.”

Penerapan:
Ingatlah, di dunia ini, banyak orang Kristen yang telah kehilangan martabat mereka sebagai orang Kristen. Janganlah kita mau menjadi orang yang membuang kedudukan sebagai orang Kristen. Kita wajib memelihara kedudukan orang Kristen. Kita sendiri jangan sengaja mencari kesukaran, tetapi di bawah izin atau pengaturan Allah, kita harus memiliki reaksi yang wajar dan tidak boleh mundur ke belakang.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, jagalah aku agar teguh berdiri pada kedudukanku yang sorgawi. Tuhan, aku bangga menjadi anak Allah, bangga menjadi orang Kristen, karena aku memiliki kedudukan untuk memberkati orang lain. Statusku sungguh mulia!

08 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 3 Jumat

Yakub Mempersembahkan Kurban
Kejadian 46:1
“Jadi berangkatlah Israel dengan segala miliknya dan ia tiba di Bersyeba, lalu dipersembahkannya korban sembelihan kepada Allah Ishak ayahnya.“

Kejadian 46:1 berbunyi, “Jadi berangkatlah Israel dengan segala miliknya dan ia tiba di Bersyeba, lalu dipersembahkannya kurban sembelihan kepada Allah Ishak ayahnya.” Dalam Kejadian 35:1 Allah menyuruh Yakub bangkit dan menuju ke Betel serta mendirikan di sana sebuah mezbah bagi Allah. Tetapi dalam Kejadian 46:1 Yakub pergi atas inisiatifnya sendiri ke Bersyeba dan mempersembahkan kurban sembelihan. Ayat ini bukan menyinggung satu kurban persembahan belaka, melainkan “bermacam-macam kurban persembahan” (TL.). Ia mengunjungi Bersyeba dengan maksud mempersembahkan macam-macam kurban persembahan kepada Allah.
Kejadian 46:1 tidak memberitahukan kita Yakub berdoa, memuji atau bersyukur kepada Allah, melainkan dikatakan bahwa ia mempersembahkan bermacam-macam kurban persembahan. Ia berbuat demikian supaya memperoleh persekutuan yang sejati dengan Allah. Dengan istilah Perjanjian Baru, kita dapat mengatakan bahwa Yakub mempersembahkan Kristus yang telah dialaminya dalam bermacam-macam aspek supaya Allah dipuaskan. Inilah penyembahan yang Allah inginkan dari kita. Tetapi penyembahan ini bertalian erat dengan pertumbuhan hayat kita. Kapan kita sudah matang atau dewasa, dengan sendirinya kita akan sering menyembah Allah dengan cara yang demikian. Satu hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa walau Allah tidak menuntut Yakub untuk mempersembahkan kurban persembahan di Bersyeba, Yakub dengan kerelaannya sendiri mau mempersembahkan Kristus bagi kepuasan Allah. Pada titik ini, Yakub telah sangat maju dalam mengenal kehendak Allah.

Yakub Berangkat ke Mesir dan Bertemu dengan Yusuf
Kej. 46:2-4; 29-30

Kejadian 46:2 mencatat, “Berfirmanlah Allah kepada Israel dalam penglihatan-penglihatan waktu malam” (TL.). Semalaman itu di Bersyeba, Allah paling sedikit sudah dua kali memperlihatkan diri kepada Yakub, sambil berbicara kepadanya. Dalam penyembahan ini Yakub bersekutu dengan Allah, dan Allah menampakkan diri kepadanya. Ini benar-benar merupakan aspek yang lain dari manifestasi kematangan Yakub. Kita tidak dapat meniru tingkatan hayat Yakub. Tingkatan hayat kita tergantung pada pertumbuhan hayat kita. Tanpa hayat kita bertumbuh, mustahillah mempunyai tingkatan itu. Kita tidak dapat berpura-pura atau bermain sandiwara, berlaku seolah kita telah dewasa dalam hayat ilahi. Kita semua perlu bertumbuh. Kapankala kita bertumbuh sampai tingkatan tertentu, dengan sendirinya kita akan memiliki manifestasi hayat tingkatan itu.
Lalu berfirmanlah Allah kepada Yakub, “Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali; dan tangan Yusuflah yang akan mengatupkan kelopak matamu nanti” (Kej. 46:3-4). Kemudian berangkatlah Yakub dari Bersyeba beserta anak-anak dan isteri mereka, juga ternak dan harta benda yang mereka peroleh di tanah Kanaan. Lalu tibalah mereka di Mesir, yakni di tanah Gosyen. “Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen, mendapatkan Israel, ayahnya. Ketika ia bertemu dengan dia, dipeluknyalah leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya. Berkatalah Israel kepada Yusuf: ‘Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup’” (Kej. 46:29-30). Ketenangan Yakub ketika bertemu kembali dengan Yusuf adalah tanda dari kematangan hayatnya.
Setelah tiba di Mesir, Yakub tidak meminta barang sesuatu apa pun kepada Yusuf. Hal ini sangat berbeda dengan sikap pada masa mudanya. Dulu Yakub selalu mengharapkan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Tetapi dalam kematangannya ia tidak pernah minta barang sesuatu. Menurut posisinya setelah tiba di Mesir, ia seharusnya mempunyai kedudukan untuk menuntut setiap sesuatu. Tetapi ia tidak meminta barang sesuatu. Inilah tanda yang kuat daripada kematangannya. Orang yang telah matang tidak banyak meminta. Sebaliknya, Yakub malahan mengulurkan tangannya untuk memberkati orang lain. Apabila kita mengemis, meminta dan mengharapkan, ini membuktikan bahwa hayat kita masih mentah atau muda. Kita, kaum saleh, tidaklah pada tempatnya untuk saling mengharapkan sesuatu antara satu sama lain. Akan tetapi, hal ini tidak mungkin terjadi kecuali kita telah bertumbuh dalam hayat.

Penerapan:
Tatkala kita berada dalam pertemuan ibadah, kita harus menyadari kewajiban kita. Kita harus membuka mulut kita untuk bersaksi, mempersembahkan syukur, puji-pujian, dan doa. Jangan mengatakan “Oh, saya terlalu lemah!” Memang kita lemah, tetapi dalam Kristus kita tidak lemah. Jangan berkata, “Saya tidak punya apa-apa.” Ya, memang kita tidak punya apa-apa, namun di dalam Kristus kita punya segalanya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah yang membuat aku bisa berfungsi di dalam gereja. Di dalam Dikau, aku kuat, aku bisa, dan aku memiliki sesuatu untuk dilayankan kepada orang lain. Tuhan, aku tidak mau kehilangan fungsiku di dalam Tubuh. Amin

Kejadian Volume 11 - Minggu 3 Jumat

Yakub Mempersembahkan Kurban
Kejadian 46:1
“Jadi berangkatlah Israel dengan segala miliknya dan ia tiba di Bersyeba, lalu dipersembahkannya korban sembelihan kepada Allah Ishak ayahnya.“

Kejadian 46:1 berbunyi, “Jadi berangkatlah Israel dengan segala miliknya dan ia tiba di Bersyeba, lalu dipersembahkannya kurban sembelihan kepada Allah Ishak ayahnya.” Dalam Kejadian 35:1 Allah menyuruh Yakub bangkit dan menuju ke Betel serta mendirikan di sana sebuah mezbah bagi Allah. Tetapi dalam Kejadian 46:1 Yakub pergi atas inisiatifnya sendiri ke Bersyeba dan mempersembahkan kurban sembelihan. Ayat ini bukan menyinggung satu kurban persembahan belaka, melainkan “bermacam-macam kurban persembahan” (TL.). Ia mengunjungi Bersyeba dengan maksud mempersembahkan macam-macam kurban persembahan kepada Allah.
Kejadian 46:1 tidak memberitahukan kita Yakub berdoa, memuji atau bersyukur kepada Allah, melainkan dikatakan bahwa ia mempersembahkan bermacam-macam kurban persembahan. Ia berbuat demikian supaya memperoleh persekutuan yang sejati dengan Allah. Dengan istilah Perjanjian Baru, kita dapat mengatakan bahwa Yakub mempersembahkan Kristus yang telah dialaminya dalam bermacam-macam aspek supaya Allah dipuaskan. Inilah penyembahan yang Allah inginkan dari kita. Tetapi penyembahan ini bertalian erat dengan pertumbuhan hayat kita. Kapan kita sudah matang atau dewasa, dengan sendirinya kita akan sering menyembah Allah dengan cara yang demikian. Satu hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa walau Allah tidak menuntut Yakub untuk mempersembahkan kurban persembahan di Bersyeba, Yakub dengan kerelaannya sendiri mau mempersembahkan Kristus bagi kepuasan Allah. Pada titik ini, Yakub telah sangat maju dalam mengenal kehendak Allah.

Yakub Berangkat ke Mesir dan Bertemu dengan Yusuf
Kej. 46:2-4; 29-30

Kejadian 46:2 mencatat, “Berfirmanlah Allah kepada Israel dalam penglihatan-penglihatan waktu malam” (TL.). Semalaman itu di Bersyeba, Allah paling sedikit sudah dua kali memperlihatkan diri kepada Yakub, sambil berbicara kepadanya. Dalam penyembahan ini Yakub bersekutu dengan Allah, dan Allah menampakkan diri kepadanya. Ini benar-benar merupakan aspek yang lain dari manifestasi kematangan Yakub. Kita tidak dapat meniru tingkatan hayat Yakub. Tingkatan hayat kita tergantung pada pertumbuhan hayat kita. Tanpa hayat kita bertumbuh, mustahillah mempunyai tingkatan itu. Kita tidak dapat berpura-pura atau bermain sandiwara, berlaku seolah kita telah dewasa dalam hayat ilahi. Kita semua perlu bertumbuh. Kapankala kita bertumbuh sampai tingkatan tertentu, dengan sendirinya kita akan memiliki manifestasi hayat tingkatan itu.
Lalu berfirmanlah Allah kepada Yakub, “Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali; dan tangan Yusuflah yang akan mengatupkan kelopak matamu nanti” (Kej. 46:3-4). Kemudian berangkatlah Yakub dari Bersyeba beserta anak-anak dan isteri mereka, juga ternak dan harta benda yang mereka peroleh di tanah Kanaan. Lalu tibalah mereka di Mesir, yakni di tanah Gosyen. “Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen, mendapatkan Israel, ayahnya. Ketika ia bertemu dengan dia, dipeluknyalah leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya. Berkatalah Israel kepada Yusuf: ‘Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup’” (Kej. 46:29-30). Ketenangan Yakub ketika bertemu kembali dengan Yusuf adalah tanda dari kematangan hayatnya.
Setelah tiba di Mesir, Yakub tidak meminta barang sesuatu apa pun kepada Yusuf. Hal ini sangat berbeda dengan sikap pada masa mudanya. Dulu Yakub selalu mengharapkan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Tetapi dalam kematangannya ia tidak pernah minta barang sesuatu. Menurut posisinya setelah tiba di Mesir, ia seharusnya mempunyai kedudukan untuk menuntut setiap sesuatu. Tetapi ia tidak meminta barang sesuatu. Inilah tanda yang kuat daripada kematangannya. Orang yang telah matang tidak banyak meminta. Sebaliknya, Yakub malahan mengulurkan tangannya untuk memberkati orang lain. Apabila kita mengemis, meminta dan mengharapkan, ini membuktikan bahwa hayat kita masih mentah atau muda. Kita, kaum saleh, tidaklah pada tempatnya untuk saling mengharapkan sesuatu antara satu sama lain. Akan tetapi, hal ini tidak mungkin terjadi kecuali kita telah bertumbuh dalam hayat.

Penerapan:
Tatkala kita berada dalam pertemuan ibadah, kita harus menyadari kewajiban kita. Kita harus membuka mulut kita untuk bersaksi, mempersembahkan syukur, puji-pujian, dan doa. Jangan mengatakan “Oh, saya terlalu lemah!” Memang kita lemah, tetapi dalam Kristus kita tidak lemah. Jangan berkata, “Saya tidak punya apa-apa.” Ya, memang kita tidak punya apa-apa, namun di dalam Kristus kita punya segalanya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah yang membuat aku bisa berfungsi di dalam gereja. Di dalam Dikau, aku kuat, aku bisa, dan aku memiliki sesuatu untuk dilayankan kepada orang lain. Tuhan, aku tidak mau kehilangan fungsiku di dalam Tubuh. Amin