Hitstat

31 December 2016

1 Yohanes - Minggu 19 Sabtu



Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 11:29
Doa baca: 1 Kor. 11:29
Karena siapa yang makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.


Surat 1 Yohanes membahas persekutuan hayat ilahi. Pasal 1, 3, dan 5 dengan kuat menyatakan bahwa dosa adalah satu kesulitan bagi kita. Dalam pasal 1 dibahas dosa dan dosa-dosa. Menurut pasal ini, dosa merusak persekutuan kita dalam hayat ilahi.

Dalam pasal 3 Yohanes mengatakan bahwa siapa yang berbuat dosa adalah dari Iblis (ayat 8), dan setiap orang yang telah lahir dari Allah tidak berbuat dosa (ayat 9). Kemudian dalam ayat 20 Yohanes mengatakan bahwa jika hati kita menuduh kita, Allah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. Dalam ayat 21 dia selanjutnya mengatakan bahwa jika hati kita tidak menuduh kita, kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah. Kalau hati kita menuduh kita berarti kita bersalah dalam beberapa hal. Ini menyatakan bahwa dosa menyebabkan kesulitan bagi hati nurani kita. Karena itu, kita perlu mempunyai hati nurani yang tanpa pelanggaran.

Dalam pasal 5 kita nampak suatu hal yang lebih serius mengenai dosa. Dosa tidak hanya menghalangi persekutuan kita dan menyebabkan hati nurani kita tidak damai, dosa pun menyebabkan kematian jasmani. Menurut konsepsi manusia, datang ke meja Tuhan tanpa mengakui tubuh Tuhan tidaklah berarti (1 Kor. 11:29). Sebenarnya, sangatlah serius datang ke meja Tuhan dengan satu roh pemecah dan dengan demikian tidak mengakui tubuh. Karena banyak orang beriman di Korintus tidak mengakui tubuh, beberapa orang menjadi lemah. Itu adalah satu peringatan. Beberapa orang yang tidak memperhatikan peringatan ini menjadi sakit. Akhirnya, orang-orang yang tidak memperhatikan peringatan ini pun mati. Dalam opini kita, mereka tidak melakukan satu dosa yang besar. Namun, dari pandangan pemerintahan Allah, beberapa orang Korintus melakukan satu dosa yang mendatangkan maut.

Dosa-dosa, kegagalan-kegagalan, kesalahan-kesalahan, dan pelanggaran-pelanggaran dapat dipandang dari berbagai sudut yang berbeda. Dari pandangan manusia, suatu kesalahan tampak kecil. Tetapi dari pandangan Allah, khususnya dari segi pemerintahan-Nya, suatu masalah yang tidak serius dalam pandangan kita benar-benar sangat serius. Contohnya, menurut pemerintahan Allah, Musa membuat kesalahan yang besar. Dalam pandangan orang-orang Israel, apa yang dia lakukan itu kesalahan kecil. Akan tetapi, Musa membuat satu kesalahan yang serius sehubungan dengan pemerintahan Allah. Dengan ini kita nampak bahwa dosa seseorang atau kegagalan seseorang tergantung pada dari mana kita memandangnya.

Kita juga dapat belajar memperdalam persekutuan kita dengan Tuhan. Jika persekutuan kita dengan Tuhan cukup dalam, kita akan menjadi orang yang ada di dalam hati Tuhan dan mengetahui kehendak-Nya mengenai diri kita dan mengenai sesama anggota Tubuh. Kemudian kita akan dapat membantu orang-orang di sekeliling kita dan bahkan memberikan hayat kepada mereka yang berasal dari Tuhan dan oleh Roh Kudus. Ini berarti kita akan dapat menjadi satu saluran bagi hayat ilahi untuk mengalir keluar dari kita dan masuk ke dalam sesama anggota Tubuh.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 38

30 December 2016

1 Yohanes - Minggu 19 Jumat



Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 5:14-17
Doa baca: 1 Yoh. 5:14
Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.


Apa yang digambarkan dalam 1 Yohanes 5:14-17 mengenai permohonan pemberi hayat hanya dapat dialami oleh orang yang dalam (berbobot) di dalam Tuhan. Dalam ayat 14 Yohanes berbicara tentang doa yang menurut kehendak Allah. Agar dapat mengucapkan doa semacam ini, kita harus bersatu dengan Tuhan. Jika kita secara mendalam bersatu dengan Tuhan, kita akan tahu kehendak-Nya, dan kita juga akan tahu situasi orang yang berbuat dosa. Karena orang ini adalah saudara kita, seseorang yang sangat akrab dengan kita di dalam Tuhan, kita akan tahu situasinya yang sebe-narnya di hadapan Tuhan. Perkara ini sangatlah dalam.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kita yang mempunyai hayat kekal dapat menyampaikan hayat ini kepada orang lain. Ini berarti kita dapat menjadi satu saluran yang melaluinya hayat kekal disuplaikan kepada orang lain. Kita dapat menjadi saluran bagi hayat kekal yang mengalir dari kita ke dalam orang lain. Ayat 16 mengacu kepada hal ini. Dalam ayat ini orang yang berdoa juga adalah orang yang memberi hayat kepada saudara yang berbuat dosa. Ini menyatakan bahwa orang yang berdoa akan memberikan hayat kepada orang yang dia doakan. Pendoa, yang tinggal di dalam Tuhan, yang bersatu dengan Tuhan, dan yang berdoa di dalam satu roh dengan Tuhan, menjadi sarana yang melaluinya Roh pemberi hayat Allah dapat memberi hayat kepada orang yang dia doakan. Ini adalah satu perkara penyaluran hayat di dalam persekutuan hayat ilahi.

Beban saya dalam berita ini adalah menampakkan kepada Anda bahwa hayat kekal di dalam kita itu sejati dan riil. Di satu pihak, kita dapat menikmati hayat kekal di dalam kita ini. Di pihak lain, kita dapat menyampaikan hayat kekal ini kepada orang lain. Kita dapat menjadi sebuah saluran bagi hayat kekal untuk mengalir keluar dari kita, atau melalui kita, kepada orang lain. Akan tetapi, pengalaman menjadi satu saluran bagi hayat kekal untuk mengalir keluar kepada orang lain adalah satu perkara yang dalam. Ini tidak dapat dilakukan dengan cara yang dangkal. Jika kita ingin menjadi satu saluran bagi hayat kekal untuk mengalir kepada orang lain, kita harus dalam di dalam Tuhan, dan kita harus mengenal hati Tuhan dengan berada di dalam hati Tuhan. Jika kita telah masuk ke dalam Tuhan sampai suatu tingkat, dengan spontan kita akan mengetahui kehendak Tuhan mengenai seorang saudara yang akrab dengan kita, yang telah berbuat dosa. Karena kita tahu kehendak Tuhan mengenai situasi saudara itu, kita akan tahu bagaimana berdoa bagi dia.

Dalam 5:14-17 Yohanes menampakkan kepada kita bahwa hayat kekal itu riil dan dapat kita alami dengan cara yang mendalam. Dalam ayat-ayat ini kita nampak perlunya hidup di dalam hayat ilahi sampai satu tingkat, sehingga kita mutlak bersatu dengan Tuhan. Kemudian ketika kita berdoa, kita akan tahu apakah di dalam doa kita ada pengurapan. Jika ada pengurapan, kita harus terus berdoa bagi seorang saudara menurut pengurapan. Tetapi jika tidak ada pengurapan, kita mungkin berdoa di dalam diri kita sendiri. Bila kita mempunyai pengalaman seperti ini, kita tahu bahwa hayat kekal adalah sejati dan riil.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 38

29 December 2016

1 Yohanes - Minggu 19 Kamis



Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 5:16-17
Doa baca: 1 Yoh. 5:16
Kalau seseorang melihat saudara seimannya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: Tentang itu tidak kukatakan bahwa ia harus berdoa.


Kita telah nampak bahwa 1 Yohanes 5:14-17 berhubungan dengan berdoa dalam persekutuan hayat kekal. Dalam persekutuan hayat ilahi ada penanggulangan pemerintahan Allah menurut keadaan rohani masing-masing anak-Nya. Dalam penanggulangan pemerintahan Allah, beberapa anak-Nya mungkin ditetapkan untuk kematian jasmani dalam zaman ini karena suatu dosa, dan yang lain mungkin ditetapkan untuk kematian jasmani karena dosa-dosa yang lain. Suatu dosa mendatangkan maut atau tidak bergantung pada penghakiman Allah menurut kedudukan dan keadaan masing-masing orang di dalam rumah Allah.

Meskipun kita mungkin jelas mengenai masalah ini secara prinsip, bagaimana kita membedakan seorang saudara itu telah berdosa yang mendatangkan maut atau tidak? Agar dapat membedakan semacam ini, kita perlu menjadi seorang yang mutlak bersatu dengan Tuhan. Sebenarnya, hanya Tuhan sendiri yang tahu apakah suatu dosa itu mendatangkan maut. Karena itu, jika kita tidak bersatu dengan Tuhan, kita tidak dapat mengetahui seorang saudara telah berdosa yang mendatangkan maut atau tidak. Akan tetapi, jika kita bersatu dengan Tuhan secara mendalam, jika kita tinggal di dalam Tuhan, dan jika kita satu roh dengan Dia, dengan spontan kita akan tahu suatu dosa itu mendatangkan maut atau tidak. Kita tidak perlu mencoba untuk mengetahui masalah itu.

Jangan mengira suatu dosa itu serius dan mendatangkan maut dan dosa yang lain tidak serius dan tidak mendatangkan maut. Perhatikan kasus Musa dalam Bilangan 20. Musa gusar, dan sebagai akibatnya dia melakukan sesuatu yang tidak menurut kehendak Allah: dia memukul batu karang dua kali. Memukul batu karang dua kali adalah melawan prinsip dasar Allah. Batu karang melambangkan Kristus, dan Allah tidak mau Kristus dipukul dua kali. Kali pertama Musa memukul batu karang menurut firman Allah (Kel. 17:1-6). Tetapi kali kedua Musa memukul batu karang tidak menurut firman Allah. Allah menyuruh Musa berbicara kepada batu karang itu. Tetapi, karena gusar, Musa memukulnya dua kali. Karena kesalahan itu, Musa, meskipun dia sangat akrab dengan Allah, tidak diperkenankan masuk ke dalam tanah permai, “Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: ‘Karena kamu tidak percaya kepadaKu dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka’” (Bil. 20:12). Menurut Ulangan 32:48-52, Tuhan menyuruh Musa naik ke gunung dan mati karena dia dan Harun telah berdosa melawan Tuhan “di tengah-tengah orang Israel, dekat mata air Meriba di Kadesy di padang gurun Zin, dan oleh sebab kamu tidak menghormati kekudusan-Ku di tengah-tengah orang Israel” (ayat 51). Kita mungkin mengira bahwa Musa hanya membuat kesalahan kecil. Tetapi menurut penanggulangan pemerintahan Allah, ini adalah satu dosa yang mendatangkan maut. Kasus Musa melukiskan fakta bahwa di dalam diri kita sendiri, kita tidak bersyarat atau tidak dapat membedakan dosa macam apakah yang mendatangkan maut. Kita dapat mempunyai pembedaan semacam ini bila kita mutlak bersatu dengan Tuhan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 38