Hitstat

31 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 4 Sabtu

Kegagalan Hayat Alamiah
Yohanes 13:36
Simon Petrus berkata kepada Yesus: “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus: “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.”

Ayat Bacaan: Yoh. 13:36-37; 21:18-19

Pada saat Tuhan sudah bersedia menderita kematian di salib, murid-murid-Nya justru belum siap mengikuti Dia dalam penderitaan-Nya. Karenanya Tuhan berkata kepada Petrus, bahwa ia tak dapat mengikuti Dia sekarang ini (Yoh. 13:36-37), sebab Petrus belum menerima-Nya sebagai hayat kebangkitan. Tetapi Petrus akan mengikuti-Nya (Yoh. 13:36, 21:18-19) setelah Ia menyalurkan diri-Nya ke dalamnya sebagai hayat kebangkitan melalui kebangkitan-Nya. Petrus berada dalam persekutuan murni dengan Tuhan dan pembasuhan Tuhan sungguh memeliharanya dalam persekutuan ini.
Petrus ingin menetap dalam persekutuan dengan Tuhan, tetapi ia gagal, sebab kita tahu bahwa kemudian dia menyangkal Tuhan tiga kali ketika Tuhan sedang dihakimi. Petrus ingin menetap dalam persekutuan, tetapi ia tidak mempunyai kekuatan untuk melakukannya, sebab sebelum kebangkitan Tuhan, hayat kebangkitan-Nya belum dibagikan ke dalam murid-murid-Nya. Untuk tetap berada dalam persekutuan Tuhan yang dipertahankan oleh pembasuhan kaki, diperlukan kekuatan hayat kebangkitan. Kita takkan dapat melakukannya dengan manusia alamiah kita.
Siapa saja yang mau belajar hidup di hadapan Allah, wajib belajar mengenal penanggulangan salib. Tahukah Anda bahwa salib menanggulangi hayat alamiah Anda? Salib akan menanggulangi hayat alamiah kita, yaitu pikiran dan emosi alamiah kita. Jika pikiran dan emosi alamiah kita tidak ditanggulangi, sukar sekali kita hidup di dalam roh. Ingatlah, jika Anda menghadapi suatu perkara dengan pikiran atau emosi Anda, mungkin perkataan Anda yang pertama ialah, “Apa alasannya?” Anda adalah seorang yang selalu menanyakan alasan.
Hayat alamiah kita tidak dapat diandalkan, sebab itu kita pun tidak seharusnya percaya kepada diri sendiri, tidak lagi menghargai kekuatan alamiah kita. Orang yang selalu menuntut alasan adalah orang yang hidup dalam pikiran, atau orang yang hidup di dalam gerakan emosi. Tetapi orang yang hidup dalam roh, tidak berani dengan pendapat sendiri menuntut alasan-alasan dan tidak berani dengan emosinya sendiri mengeluarkan perkataan. Orang yang dipimpin oleh roh adalah orang yang memiliki pelajaran salib.

30 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 4 Jumat

Perlu Saling Mengasihi
Yohanes 13:34-35
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.

Ayat Bacaan: Yoh. 13:34-35; 15:4; 1 Yoh. 4:7, 13

Kita masing-masing harus belajar bagaimana mengasihi saudara dan saudari dengan jalan melakukan pembasuhan kaki rohaniah kepada mereka. Perintah untuk saling mengasihi ini diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri (Yoh. 13:34-35). Sebab itu, ini bukanlah satu perintah Perjanjian Lama, tetapi satu perintah Perjanjian Baru. Kita mengasihi Allah dan anak-anak-Nya jangan dengan kasih alamiah kita. Sebaliknya, kasih alamiah kita perlu diletakkan di atas salib. Kita harus mengasihi Allah dan anak-anak-Nya dengan kasih ilahi, kasih yang disampaikan kepada kita melalui firman Tuhan dan yang menjadi pengalaman dan kenikmatan kita.
Banyak orang Kristen hari ini mengerti Alkitab dalam cara yang alamiah, agamawi, atau etika. Ini benar khususnya mengenai syarat untuk mengasihi Allah, saudara-saudara, dan sesama kita. Ya, Alkitab memang mengatakan kepada kita bahwa kita harus saling mengasihi dan kita harus mengasihi sesama kita seperti kita sendiri. Akan tetapi ini bukanlah maksud Allah memerintahkan kita untuk mengasihi orang-orang lain dengan kasih alamiah kita. Sebaliknya, Allah menginginkan kita mengasihi Dia dan anak-anak-Nya dengan kasih ilahi yang telah kita nikmati.
Satu Yohanes 4:7 mengatakan, “Saudara yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, karena kasih adalah keluar dari Allah,...” Di sini Yohanes mengatakan bahwa kasih adalah keluar dari Allah. Ini menyatakan bila kita mengasihi orang lain, kasih kita haruslah sesuatu yang berasal dari Allah. Kasih kita bagi saudara-saudara janganlah sesuatu yang keluar dari diri kita sendiri; ia haruslah kasih yang keluar dari Allah. Kaum imani, yang telah diperanakkan dari Allah dan mengenal Allah, saling mengasihi secara kebiasaan dengan kasih yang keluar dari Allah sebagai ekspresi Allah.
Jika kita saling mengasihi, Allah tinggal di dalam kita. Saling mengasihi adalah satu syarat dari tinggalnya kita di dalam Allah (1 Yoh. 4:13), dan tinggalnya kita di dalam Allah adalah satu syarat dari tinggalnya Dia di dalam kita (Yoh. 15:4). Sebab itu, bila kita saling mengasihi, Allah tinggal di dalam kita, dan kasihNya dinyatakan dengan sempurna di dalam kita.

29 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 4 Kamis

Perlu Saling Membasuh Kaki
Yohanes 13:14-15
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Ayat Bacaan: Yoh. 13:14-15

Walaupun kita telah memiliki hayat ilahi dan menjadi gereja-Nya, kita masih hidup di atas bumi dalam tubuh daging yang telah jatuh ini. Hari demi hari kita bersentuhan dengan bumi dengan kaki kita. Pada zaman dahulu, orang-orang Yahudi seringkali pergi ke mana pun dengan jalan kaki, sehingga dengan sendirinya kaki mereka selalu menyentuh bumi. Bilamana mereka menyentuh tanah, kaki mereka pasti kotor. Maka dari itu, pembasuhan kaki perlu bagi mereka.
Pembasuhan kaki wajib kita lakukan tidak hanya secara jasmaniah, lebih-lebih harus secara rohaniah, demi kehidupan rohani kita. Hari ini dunia yang di dalamnya kita tinggal begitu kotor dan kita mudah sekali tercemar. Bahkan ketika Anda mengendarai kendaraan di jalan menuju sidang pun mata Anda mungkin secara tak sengaja melihat sesuatu yang menyebabkan Anda menjadi kotor. Menjadi kotor sangat dekat dengan berdosa. Kalau Anda dalam kekotoran melangkah agak jauh sedikit, Anda akan berdosa. Noda macam ini berpotensi menggagalkan persekutuan kita. Oleh sebab itu, untuk memelihara persekutuan yang indah dengan Tuhan dan dengan kaum beriman lainnya, kita memerlukan pembasuhan kaki secara rohaniah.
Saudara yang kekasih, sudahkah Anda merenungkan betapa Anda memerlukan saling membasuh kaki macam ini? Tatkala Anda sedang berjalan dan bekerja di bumi, Anda tidak saja perlu pembasuhan kaki oleh Tuhan yang langsung dilakukan di dalam roh Anda, namun juga pembasuhan kaki dari saudara dan saudari. Kita masing-masing harus belajar bagaimana mengasihi saudara dan saudari dengan jalan melakukan pembasuhan kaki rohaniah kepada mereka, seperti teladan yang Tuhan tinggalkan (Yoh. 13:14-15).
Kalau kita ingin memelihara kehidupan gereja agar tetap segar, baru, menyenangkan dan hidup, kita perlu saling membasuh kaki secara berkesinambungan. Kita dapat saling membasuh kaki dengan cara dalam kasih saling mendoakan, juga dengan saling menyuplaikan firman Tuhan. Melalui doa kita mendapatkan suplai Roh itu, melalui firman kita mendapatkan pembasuhan hayat dan suplai hayat.

28 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 4 Rabu

Mendapat Bagian di Dalam Tuhan
Yohanes 13:8
Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.”

Ayat Bacaan: Yoh. 13:1, 8, 14, 34; 15:3; 19:34; Tit. 3:5; Ef. 5:26; 1 Kor. 1:9

Tuhan membasuh kaki murid-murid untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Dia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya (Yoh. 13:1), juga untuk menyuruh mereka demikian di dalam kasih saling membasuh kaki (Yoh. 13:14, 34). Hari ini dunia itu kotor, kita yang berjalan di atasnya, mudah sekali tercemar. Demi menjaga persekutuan yang menyenangkan antara kita dengan Tuhan dan antar orang-orang kudus, kita perlu membiarkan Tuhan di dalam kasih-Nya, dan membiarkan orang-orang kudus saling di dalam kasih membasuh kaki, dengan Roh Kudus, firman, hayat. Ini mutlak kita perlukan agar kita dapat hidup di dalam persekutuan hayat ilahi.
Karena Injil ini adalah kitab tanda-tanda, maka perkara yang tercantum dalam pasal ini harus dipandang sebagai tanda yang memiliki makna rohani. Air yang dengannya Tuhan membasuh kaki murid-murid-Nya di sini melambangkan Roh Kudus (Tit. 3:5), firman (Ef. 5:26; Yoh. 15:3), dan juga hayat (Yoh. 19:34). Oleh sebab itu, makna rohani dari pembasuhan kaki adalah melalui pembasuhan oleh Roh Kudus, firman, dan hayat, kita berbagian di dalam Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan berkata, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku” (Yoh. 13:8). Berbagian di dalam Tuhan berarti tinggal di dalam persekutuan dengan-Nya.
Tinggal di dalam persekutuan dengan Tuhan adalah tujuan dari panggilan Allah atas kita. Satu Korintus 1:9 berkata, “Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.” Masuk ke dalam persekutuan dengan Yesus Kristus berarti berbagian dalam kesatuan dengan-Nya, dan bersama-sama menikmati persekutuan-Nya. Allah telah memanggil kita masuk ke dalam persekutuan ini, yakni menikmati Kristus sebagai bagian yang diberikan kepada kita.
Istilah Yunani untuk persekutuan adalah koinonia, yang berarti berpartisipasi bersama, berpartisipasi secara umum. Jadi persekutuan adalah pengaliran hayat kekal dalam semua orang beriman, yang telah menerima dan mendapatkan hayat ilahi. Lihatlah, betapa pentingnya kita tinggal di dalam persekutuan dengan Tuhan dan dengan kaum beriman melalui kita saling membasuh kaki.

27 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 4 Selasa

Menanggalkan Jubah-Nya
Yohanes 13:4-5
Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Ayat Bacaan: Yoh. 13:4; 1 Ptr. 5:5

Sebelum Tuhan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya, Ia terlebih dahulu menanggalkan jubah-Nya (Yoh. 13:4). Jubah disini dalam arti kiasan, yaitu kebajikan dan sifat Tuhan dalam ekspresi-Nya. Jadi menanggalkan jubah-Nya berarti menanggalkan apa adanya Dia dalam ekspresi-Nya. Kalau Tuhan tetap dalam apa adanya Dia, yakni dalam kebajikan dan sifat-Nya, Ia takkan dapat membasuh kaki murid-murid-Nya. Demikian pula, bilamana Anda hendak membasuh kaki orang lain, Anda perlu mengesampingkan kesuksesan Anda, kebajikan, dan sifat Anda. Inilah rendah hati yang riil, rendah diri yang murni. Kita perlu merendahkan diri kita sampai taraf demikian, supaya kita membasuh kaki orang lain.
Tatkala Tuhan menanggalkan jubah-Nya, Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya (Yoh. 13:4). Dikatakan secara kiasan, Tuhan mengikat Diri berarti terikat dan terbatas oleh kerendahan hati (1 Ptr. 5:5). Dalam kerendahan hati Ia meninggalkan kebebasan-Nya, sehingga Ia dapat melayani murid-murid-Nya. Tidak saja kita perlu menanggalkan jubah sukses kita, kita pun perlu diikat dengan kain. Ini berarti bahwa kita harus diikat, kita harus kehilangan kebebasan kita. Kaki dibasuh dengan air dan diusap kain yang telah Tuhan pakai untuk mengikat diri-Nya.
Saudara saudari kekasih, ketika kita datang bersama, kita tidak saja wajib menanggalkan sukses kita, kita pun wajib diikat dan mau kehilangan kebebasan kita. Kita melepaskan kebebasan kita semata untuk melakukan sesuatu kepada saudara dan saudari kita yang kekasih. Kita wajib mau diikat dan terikat, agar dapat membasuh kaki saudara saudari seiman.
Bilamana kita datang bersama, kita perlu menanggalkan jubah kita. Janganlah mempertahankan taraf Anda, posisi Anda. Jangan menganggap diri Anda berada di tingkat lebih tinggi daripada yang lain. Anggapan ini harus dikesampingkan. Pergunakanlah air kehidupan dan alirkanlah air itu, agar kaki orang lain terbasuh. Kita perlu pembasuhan kaki rohani untuk membersihkan kita dari sentuhan dunia dan memelihara persekutuan rohani kita dalam kondisi baik, sehingga memungkinkan kita merealisasi penghidupan gereja.

26 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 4 Senin

Pentingnya Pembasuhan Kaki
Yohanes 13:4-5
Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Ayat Bacaan: Yoh. 13:1-5

Motivasi Tuhan Yesus membasuh kaki bukan karena murid-murid itu berdosa, melainkan karena Ia mengasihi orang-orang milik-Nya; bahkan kasih ini bukan kasih yang semula, melainkan kasih yang sampai kepada kesudahannya. Dengan adanya pembasuhan ini, maka kasih-Nya terwujud dengan sempurna. Karena itu, pembasuhan kaki ini memang diperlukan. Jadi, bila kita ingin di hadapan Tuhan menempuh jalan di depan kita dengan baik, wajiblah mengetahui bagaimana menerima pembasuhan kaki dari orang lain, serta tahu pula bagaimana membasuh kaki orang lain.
Orang-orang yang tinggal di daerah Asia Kecil, umumnya tidak memakai kaos kaki. Sepatu yang mereka pakai lebih mirip sepatu sandal, sehingga kalau mereka bepergian, kaki mereka pasti tidak terhindar dari debu. Setiap kali mereka selesai bekerja dan pulang ke rumah untuk beristirahat, mereka terlebih dulu harus membasuh kaki mereka. Tuhan tidak menegur murid-murid-Nya mengapa membiarkan kakinya kotor, justru karena kasih-Nya yang sampai kepada kesudahannya itu, Ia membasuh kaki mereka.
Kaki berdebu bukan masalah dosa. Tuhan tidak pernah ceroboh terhadap masalah dosa. Orang yang mengenal Allah pasti tahu, bahwa orang Kristen tidak patut berbuat dosa. Namun, ketika orang Kristen berjalan di dunia ini, ia takkan luput dari kaki yang dikotori debu. Selama kita belum berjalan di jalan yang terbuat dari emas murni di Yerusalem Baru, tidak peduli betapa hati-hatinya kita berjalan, kaki kita tetap tidak terhindar dari debu. Akibatnya, keadaan kerohanian kita menjadi suram, tidak segar lagi. Karena alasan inilah, maka kaki kita perlu dibasuh, supaya keadaan kerohanian kita dipulihkan.
Tuhan membasuh kaki murid-murid adalah untuk menanggulangi masalah kesuraman dan ketidaksegaran rohani, bukan menanggulangi masalah dosa. Penanggulangan dosa memerlukan pembasuhan darah. Namun, itu belum cukup. Kita masih memerlukan pembasuhan air. Orang yang dibasuh dengan air, akan selalu merasa segar dan nyaman. Pembasuhan darah membuat Anda bisa berdiri di depan Allah; pembasuhan air membuat Anda merasa segar, nyaman dan penuh semangat.

25 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 4 Minggu

Mengasihi Murid- murid-Nya Sampai Kesudahannya
Yohanes 13:1
Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.

Ayat Bacaan: Yoh. 13:1-3

Karena mengasihi murid-murid-Nya sampai kepada kesudahannya, Tuhan membasuh kaki mereka. Jadi, pembasuhan kaki adalah masalah kasih, kasih yang sampai kepada kesudahan. Ini menunjukkan pentingnya pembasuhan kaki. Dalam kesembilan kasus yang terdahulu, Tuhan telah memenuhi semua kebutuhan kita. Setelah semua ini, kita masih perlu ada pembasuhan kaki.
Mengapa Tuhan membasuh kaki murid-murid-Nya? Sebab Ia tahu “Bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah” (Yoh. 13:3) Pada saat itu Tuhan menyadari tiga hal: (1) Bapa telah menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya (2) Ia datang dari Allah dan (3) Ia kembali kepada Allah. Oleh karena ketiga hal inilah Ia membasuh kaki murid-murid-Nya.
Setelah Tuhan kembali kepada Bapa, bagaimana komunikasi antara murid-murid dengan Allah dapat dipertahankan? Ini dipertahankan dengan pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki bertujuan membasuh kaki dari semua cemar yang dapat menghalang persekutuan manusia dengan Allah. Dalam melakukan itu, Tuhan menunjukkan kepada murid-murid-Nya jalan untuk mempertahankan komunikasi mereka dengan Allah di dalam-Nya.
Tujuan perbuatan jahat Iblis ialah menjauhkan orang dari hubungannya dengan Allah. Tetapi apa yang Tuhan lakukan dalam pembasuhan kaki murid-murid-Nya ialah mempertahankan komunikasi murid-murid-Nya dengan Allah di dalam-Nya. Tatkala Iblis bekerja menjauhkan orang dari hubungan ini dengan Allah, Tuhan melakukan pembasuhan kaki sebagai suatu jalan untuk mempertahankan komunikasi murid-murid-Nya dengan Allah di dalam-Nya.
Injil Yohanes secara khusus memperlihatkan kepada kita bahwa air melambangkan hayat. Dalam Yohanes 13, air tidak hanya memancar di dalam kita sehingga membuat kita puas; air bahkan dapat memberi kesegaran yang baru kepada kita, sehingga persekutuan kita dengan Allah juga dengan sesama orang beriman terpelihara. Dengan jalan demikian, Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada kita yang sampai kepada kesudahannya.

24 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 3 Sabtu

Kesaksian dan Teladan Putra
Yohanes 12:49
Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:49

Putra bersaksi bahwa perkataan-Nya bukan dari diri-Nya sendiri, melainkan apa yang Bapa perintahkan kepada-Nya untuk Dia katakan, itulah yang Dia sampaikan (Yoh. 12:49). Kehidupan jenis apakah ini? Inilah kehidupan dalam prinsip mati dan bangkit, kehidupan yang tidak menyisakan hayat jiwa, melainkan sepenuhnya berdasarkan hayat ilahi Bapa. Ketika Kristus hidup di bumi, Dia selalu menolak diri-Nya. Ia memberitahu kita, Dia tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, tetapi melakukan segala sesuatu berdasarkan Bapa.
Kesaksian Putra bahwa Dia tidak mengatakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, melainkan apa yang Dia terima dari Bapa, haruslah menjadi model atau contoh bagi kita. Tidak peduli betapa baiknya hayat alamiah kita, kita perlu menolaknya, sebaliknya belajar memperhidupkan hayat ilahi di dalam kita. Sebagaimana Kristus memperhidupkan Bapa, kita pun harus memperhidupkan Kristus.
Kita semua harus mengakui bahwa kita mengasihi hayat kita sendiri, mengasihi hayat alamiah insani kita. Mungkin kita menyatakan kita membenci hayat kita, tetapi sebenarnya kita sangat mengasihinya. Bahkan ketika Anda bersaksi tentang kebencian Anda terhadap hayat alamiah Anda, dalam lubuk batin, Anda tetap mengindahkan hayat Anda dan menganggapnya lebih baik daripada hayat orang lain. Sebagai contoh, dalam lubuk batinnya, seorang saudari mungkin merasa hayatnya lebih baik daripada hayat suaminya. Sudah tentu, saudara pun mempunyai perasaan yang serupa terhadap istrinya. Kita semua sama dalam hal menganggap tinggi hayat alamiah kita sendiri.
Satu-satunya keperluan kita ialah Kristus. Kristus hidup di dalam kita, dan kita menjadi satu roh dengan Dia. Jika kita ingin menikmati Kristus dan mengalami Dia melalui menjadi satu roh dengan-Nya, kita harus beralih dari semua standar, peraturan, ketetapan, dan prinsip yang telah kita buat bagi diri kita sendiri. Jika kita ingin mengalami Kristus dan memperhidupkan Dia, kita perlu tinggal dalam atmosfer doa. Ketika kita berdoa hingga diri kita masuk ke dalam roh, kita bersatu dengan Tuhan, kita menikmati kehadiran-Nya, dan kita dengan spontan memperhidupkan Dia.

23 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 3 Jumat

Deklarasi Hayat kepada Kaum Agamawan
Yohanes 12:40
Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:40-50; Yes. 53:1; 6:10

Tidak peduli berapa banyaknya Tuhan sebagai hayat melakukan keajaiban, mukjizat dan tanda-tanda, kaum agamawan tidak mau mengikuti Dia. Mereka semata-mata tidak mau menerima-Nya, sebaliknya mereka menolak Dia. Yesaya telah menubuatkan hal ini. Ia berkata, “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?” (Yes. 53:1). Tangan kekuasaan Tuhan adalah Tuhan Yesus sendiri. Tuhan adalah tangan kekuasaan Allah untuk berbuat dan menolong, tetapi tak seorang dalam kalangan agama dapat mengenal tangan ini. Mereka menolak Dia mentah-mentah.
Apakah akibat dari penolakan kaum agamawan? Hukuman Allah. Kebutaan dan kedegilan hati adalah hukuman Allah yang dilakukan atas mereka yang menolak Tuhan karena ketidakpercayaan (Yes. 6:10). Dalam Yohanes 12:44-50, kita nampak deklarasi hayat kepada agama yang tak percaya. Di sini Tuhan menyatakan deklarasi yang terakhir kepada kaum agamawan. Setelah deklarasi ini, Tuhan tidak berurusan lagi dengan kaum agamawan. Pertama, Tuhan memproklamirkan bahwa Dialah manifestasi Allah yang hidup (Yoh. 12:44-45). Siapa saja yang melihat Dia, melihat Allah; dan siapa saja yang menerima Dia, menerima Allah, sebab Dialah manifestasi Allah kepada manusia.
Kedua, Tuhan memproklamirkan bahwa Dia datang ke dunia sebagai sinar terang, supaya orang jangan tinggal dalam kegelapan (Yoh. 12:46, 36). Kalau orang mau menerima terang ini, mereka akan mempunyai Allah. Dialah manifestasi Allah sebagai terang, dan kalau Anda menerima Dia sebagai terang, Anda akan memiliki Allah. Kalau orang percaya kepada-Nya, Ia takkan tinggal dalam kegelapan. Tetapi, kalau Anda menolak-Nya sebagai terang, Anda berada dalam kegelapan. Ia datang sebagai terang. Kalau Anda menerima Dia, Anda akan memiliki Allah dan akan menjadi seorang anak terang.
Ketiga, Tuhan memproklamirkan bahwa ia datang kepada manusia dengan firman hidup dan barangsiapa menerima perkataan-Nya, akan mempunyai hidup kekal sekarang dan selamanya, barangsiapa menolak firman-Nya, akan dihakimi oleh firman itu pada akhir zaman (Yoh. 12:47-50).

22 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 3 Kamis

Berlangsungnya Penghakiman Atas Dunia Ini
Yohanes 12:31-32
Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.”

Ayat Bacaan: Yoh.12:31-32; Rm. 8:3; Why. 12:9; Ibr. 2:14; 1 Yoh. 5:4; 2:16; 1 Ptr. 3:10-11

Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Tuhan menghukum dunia dan melemparkan iblis, si penguasa dunia (Yoh. 12:31-32). Dunia adalah suatu sistim jahat, yang diatur oleh iblis secara sistematis. Iblis telah mengatur secara sistematis semua perkara di bumi, terutama yang bertalian dengan umat manusia dan perkara-perkara di udara, ke dalam kerajaan kegelapannya untuk menguasai dan menggagalkan orang dari tujuan Allah dan menyelewengkan mereka dari kenikmatan akan Allah. Sistim jahat ini, yaitu kerajaan kegelapan dihukum ketika iblis, si penguasa, dilemparkan oleh penyaliban Tuhan ke dalam tubuh daging.
Di atas kayu salib, Tuhan sebagai Anak Manusia (Yoh. 12:23) ditinggikan dalam bentuk ular (Yoh. 3:14), yaitu “dalam rupa dosa di dalam daging” (Rm. 8:3). Iblis, penguasa dunia ini sebagai “ular tua” (Why. 12:9, 20:2), telah menginjeksikan dirinya ke dalam tubuh manusia. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib “dalam rupa dosa di dalam daging”, Tuhan telah menghancurkan Iblis yang ada dalam tubuh daging manusia (Ibr. 2:14). Dengan menghukum Iblis secara demikian, dunia yang tergantung pada Iblis juga dihukum. Kini oleh kematian-Nya, kita ditebus, dipindahkan dan memperoleh hayat ilahi untuk mengalahkan dunia (1 Yoh. 5:4).
Apakah yang ada di dalam dunia? Satu Yohanes 2:16 mengatakan, “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” Keinginan daging adalah hawa nafsu tubuh kita; keinginan mata adalah hawa nafsu jiwa kita melalui mata; keangkuhan hidup adalah kesombongan, kebanggaan, kemuliaan sia-sia, dan pameran benda-benda material dari hidup zaman ini. Semua itu adalah komponen dunia. Saudara saudari kekasih, sadarkah Anda bahwa semua itu telah dihakimi Allah? Satu Petrus 3:10-11 menegaskan, “Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup.”

21 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 3 Rabu

Melayani Putra, Dihormati Bapa
Yohanes 12:26
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:25-26; 2 Kor. 5:15

Melayani Tuhan bukanlah perkara yang kecil. Siapa pun yang melayani Tuhan dalam prinsip kematian dan kebangkitan, ia akan dihormati Bapa. Semoga kita semua bisa nampak kemuliaan dan berkat melayani Allah. Dalam zaman Perjanjian Lama, orang-orang berebut untuk mendapatkan jabatan imam; hari ini Allah justru memberikan jabatan ini kepada kita, masihkah kita mau menolaknya? Ketika harga saham baik, kondisi perekonomian juga baik, banyak orang berusaha membeli saham. Yang mempunyai uang tentu akan mempertaruhkannya. Demikian juga, begitu seseorang nampak kemuliaan melayani Allah, ia pasti berusaha sedapatnya dan mempertaruhkan segalanya, walau harus berdesak-desak, ia akan terus datang ke hadapan-Nya, memohon agar dapat melayani Dia.
Melayani Tuhan adalah kasih karunia Tuhan, juga adalah sukacita orang Kristen. Allah mengijinkan kita mempersembahkan diri kepada-Nya, ini adalah memberi kita satu sukacita yang betapa besar! Dalam Dua Korintus 5:15 dikatakan, bahwa Tuhan telah mati bagi kita, bangkit bagi kita, supaya kita yang hidup karena Dia, tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk kita. Allah menebus kita adalah kali pertama Allah memberi kita satu kasih karunia besar, dan Dia mengijinkan kita mempersembahkan diri adalah kali kedua Allah memberi kita kasih karunia yang besar. Orang beriman yang telah menerima kasih karunia penebusan Tuhan yang besar namun sedikitpun tidak berminat hidup bagi Tuhan, berarti tidak mengenal kebesaran karunia keselamatan Allah.
Hari ini Injil tidak berkekuatan atas diri orang, ini terutama dikarenakan atas diri orang beriman telah kehilangan kekuatan. Dalam Perjanjian Lama, berkat Allah kepada imam sangatlah limpah, tetapi terlebih dulu harus ada pelayanan imam, baru kemudian ada berkat imam. Hari ini semua tanggung jawab terletak pada sikap orang beriman terhadap pelayanan. Jika di atas diri kaum beriman Tuhan tidak mendapatkan pelayanan, Dia tak berdaya membuka pintu bagi berkat. Begitu kaum beriman rela mempertaruhkan dirinya dan segala miliknya, barulah Tuhan bisa memberi gereja satu pintu yang terbuka.

20 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 3 Selasa

Syarat Untuk Menghasilkan Banyak Buah
Yohanes 12:24
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:24-25; Mrk. 4:2-3

Kristus adalah “sebutir benih gandum” yang Allah taburkan ke bumi, juga ke dalam manusia (Mrk. 4:2-3), agar menghasilkan banyak buah. Allah kita mengutus Putra-Nya datang ke bumi sebagai benih yang ditaburkan ke dalam manusia. Tuhan Yesus bukan datang untuk berkhotbah, Tuhan Yesus datang untuk menjadi firman. Tuhan bukan hanya sebagai pemberita firman, Tuhan sendiri adalah Firman itu; Tuhan bukan hanya sebagai penabur benih, Tuhan sendiri adalah Benih itu. Yang ditabur Allah bukan beberapa kata atau beberapa firman, yang ditaburkan Allah adalah satu Orang. Tuhan Yesus adalah benih yang sejati.
Tujuan Allah ialah ingin supaya sebiji gandum menghasilkan banyak butir. Allah bukan mengutus satu nabi atau banyak nabi untuk menjelaskan firman-Nya, Allah mengutus Anak-Nya sebagai sebutir biji gandum. Dia sebutir biji gandum, jatuh ke dalam tanah dan mati, lalu menghasilkan banyak butir. Bukan dengan khotbah yang jelas baru menghasilkan buah, bukan menghafalkan Alkitab dengan sangat baik baru menghasilkan buah, melainkan jatuh ke dalam tanah dan mati, lalu menghasilkan banyak butir. Inilah pekerjaan salib. Di sini Tuhan mengungkapkan semua syarat untuk menghasilkan buah, yakni mati. Tanpa mati tak mungkin menghasilkan buah, dan kecuali mati tidak ada cara lain bagi-Nya untuk berbuah. Keselamatan, kebangkitan, penyaluran hayat ilahi, dan dihasilkannya banyak buah, semuanya dimulai dengan salib.
Biji gandum dalam Yohanes 12:24 ditujukan kepada Tuhan sendiri, tetapi pada ayat selanjutnya (ay. 25), Tuhan menghendaki semua murid-Nya juga harus mengikuti jejak-Nya. Ia mengungkapkan makna biji gandum bagi orang Kristen; Ia menganggap biji gandum adalah lambang dari hayat jiwa mereka. Sebagaimana biji gandum tanpa mati tidak akan menghasilkan buah, begitu pula bila hayat jiwa tidak kehilangan dalam maut, ia juga tidak akan menghasilkan buah. Semua bakat alamiah, karunia, pengetahuan, hikmat, dan semua kekuatan yang bersumber dari hayat jiwa tidak mungkin membuat kaum beriman menghasilkan banyak buah. Sebagaimana Tuhan Yesus harus mati baru bisa berbuah, demikian pula setiap orang Kristen.

19 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 3 Senin

Biji Gandum yang Jatuh ke Tanah dan Mati
Yohanes 12:24
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Ayat Bacaan: Yoh.12:24; 1 Kor. 15:45; 1 Ptr. 1:3; Ef. 1:23; 3:10-11, 19-21; Ibr. 2:11; 1 Kor. 10:17

Uuntuk menghasilkan gereja sebagai perbanyakan dan perluasan-Nya, Kristus harus melewati proses kematian dan kebangkitan, bukannya menerima sambutan, pujian, dan sanjungan manusia. Tuhan tidak pernah mencari popularitas di kalangan orang Yahudi, melainkan Dia berkata bahwa diri-Nya datang sebagai sebutir biji gandum yang harus jatuh ke tanah dan mati. Hanya melalui proses kematian yang demikianlah, Kristus akan beroleh kemuliaan dan menghasilkan perbanyakan-Nya, yakni gereja.
Pernahkah Anda membayangkan perihal sebiji benih gandum? Tidak peduli betapa baiknya sebiji benih itu, bila ia hanya diletakkan di atas meja, tentu tidak akan menghasilkan apa-apa. Namun, apabila sebiji benih gandum itu ditaburkan ke tanah, beberapa hari kemudian kulit luarnya akan pecah dan dari dalam benih itu akan keluar tunas muda. Lewat beberapa bulan, sebatang tanaman gandum itu akan menghasilkan banyak bulir gandum.
Tuhan Yesus mengibaratkan diri-Nya sebagai sebutir benih gandum itu. Dia yang tadinya di surga turun ke bumi dan mengenakan tubuh daging (jatuh ke tanah), agar kemudian mati (kulit luar keinsanian-Nya dipecahkan di salib), sehingga melalui kematian-Nya Dia bangkit, menjadi Roh pemberi hayat dan melahirkan kembali kaum beriman-Nya, sehingga mereka menjadi perbanyakan dan perluasan-Nya (1 Kor. 15:45; 1 Ptr. 1:3), yakni Tubuh korporat-Nya (Ef. 1:23). Di dalam kebangkitan-Nya, Kristus Putra Allah mendapatkan kemuliaan. Tidak hanya Kristus Putra Allah, Allah Bapa juga mendapatkan mulia, yaitu diekspresikan sepenuhnya melalui gereja (Ef. 3:10-11, 19-21).
Melalui kebangkitan Kristus, hayat ilahi Bapa telah dibagikan ke dalam kita. Dengan demikian, kita semua telah menjadi putra-putra Allah dan saudara-saudara Kristus. Puji Tuhan karena Kristus, manusia-Allah itu, adalah kakak kita! Dia tidak malu menyebut kita saudara-saudara-Nya (Ibr. 2:11). Betapa ajaibnya! Apakah Anda menyadari siapa diri Anda? Anda adalah saudara Kristus! Banyak saudara adalah banyak biji gandum, dan banyak biji ini dibaurkan bersama untuk membentuk gereja. Oleh karena itu Satu Korintus 10:17 memberi tahu kita bahwa sekalipun banyak, kita adalah satu roti, satu Tubuh.

18 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 3 Minggu

Tuhan Yesus Berada Dalam Masa Keemasan
Yohanes12:12-13
Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, Joh mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”

Ayat Bacaan: Yoh.12:12-13, 20-25; 13:4-5; 1 Kor. 9:12

Membangkitkan Lazarus dari kematian merupakan perbuatan Yesus yang paling mencengangkan bagi orang-orang Yahudi saat itu. Tidak seorang pun pernah melakukan mujizat seperti yang baru saja Dia lakukan terhadap orang sudah mati dan dikuburkan selama empat hari. Tidak heran, banyak orang menaruh hormat dan menyambut Yesus ketika Dia sedang berjalan menuju Yerusalem. Mereka meyambut-Nya dengan berteriak, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” Yesus benar-benar berada dalam masa keemasan-Nya. Inilah saat yang paling mulia bagi Tuhan semenjak Ia berada di bumi. Semua orang memuji Dia, menyambut-Nya, menghormati-Nya dan menghargai-Nya. Bahkan orang-orang Yunani datang mencari Dia (Yoh. 12:20-22). Orang-orang Yahudi mengelu-elukan-Nya; orang kafir dan orang-orang Yunani ingin mengikuti Dia.
Bagaimanakah reaksi Tuhan Yesus tatkala Dia melihat orang banyak menyambut, memuji, dan menyanjung-Nya? Ajaib sekali, Tuhan tidak terpengaruh oleh semua sambutan dan pujian itu. Tuhan menegaskan bahwa cara agar Dia dimuliakan bukanlah dengan jalan menerima sambutan, pujian, dan sanjungan manusia, melainkan dengan jalan mati dan bangkit. Itulah sebabnya Dia berkata, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” (Yoh. 12:23-25).
Mencari kemuliaan manusia merupakan perbuatan daging. Kejatuhan penghulu malaikat justru karena menuntut kemuliaan. Gila kemuliaan merupakan perangkap yang dipasang Iblis untuk menjerat pekerja-pekerja Kristen. Ketika hidup di bumi, Tuhan Yesus lebih suka menanggalkan “jubah” kewibawaan-Nya (Yoh. 13:4-5), demikian pula rasul-rasul sebermula, mereka lebih suka tidak menggunakan haknya (1 Kor. 9:12). Siapakah yang seharusnya memuji kita? Selain Tuhan, siapa pun seharusnya tidak layak memuji kita!

17 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 2 Sabtu

Bersaksi Bagi Tuhan dan Gereja
Yohanes 12:10-11
Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:10-11

Gereja sebagai rumah Allah haruslah memiliki tiga macam fungsi rohani yaitu: melayani, bersaksi dan mengasihi Tuhan. Pelayanan, kesaksian, dan kasih kita, kita tuangkan kepada Tuhan. Ketiga fungsi ini harus terihat dalam hidup gereja. Setiap kali orang datang kepada kita, haruslah bisa merasakan bahwa di tengah-tengah kita ada pelayanan bagi Tuhan, kesaksian akan Tuhan dan kasih yang tertuang kepada Tuhan. Ketiganya ini harus kita miliki. Kita wajib mempunyai pelayanan yang berkesinambungan. Lebih dari itu, kita wajib memiliki kesaksian yang mempersaksikan bahwa Tuhan itulah hayat kebangkitan terhadap kita. Terakhir, kita harus menunjukkan kasih yang mutlak kepada Tuhan. Ada tidaknya realitas kehidupan gereja yang sejati sangat tergantung pada fungsi-fungsi ini. Inilah ekspresi yang sejati dari gereja yang normal.
Di sisi yang negatif, kehidupan gereja yang normal juga selalu mendapatkan penentangan bahkan aniaya dari kaum agama. Imam-imam agama Yahudi merancangkan siasat pembunuhan terhadap Lazarus yang memberi kesaksian atas kuat kuasa kebangkitan Tuhan (Yoh. 12:10). Karena Lazarus memiliki kesaksian yang tegas dan kuat atas kuat kuasa kebangkitan Tuhan, mereka lalu membenci dia dan bermaksud membunuh dia. Keadaan hari ini juga demikian. Semakin kuat kita bersaksi tentang Tuhan sebagai hayat kita, semakin pula kaum agamawan gusar terhadap kita.
Namun, jika kita mengasihi Tuhan Yesus sedemikian rupa (seperti Maria), kita tidak akan terpengaruh oleh penentangan dan aniaya kaum agamawan. Perhatian kita hanya terpusat pada Kristus semata. Kita perlu belajar sebuah prinsip: Kristus harus menjadi yang pertama, tidak hanya dalam perkara besar, tetapi juga dalam perkara kecil. Ketika kita mengutamakan Kristus dalam segala hal, orang lain akan melihat dan tergerak. Yang kita kuatirkan justru kita kurang mengasihi Tuhan, kurang setia melayani Dia, juga kurang memiliki pengalaman atas hayat kebangkitan-Nya. Ingatlah, awal dari kemerosotan gereja bukan karena penganiayaan, melainkan karena meninggalkan Kristus, tidak menjadikan Dia sebagai yang pertama dalam segala hal.

16 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 2 Jumat

Dinodai Oleh Yudas Iskariot
Yohanes 12:4
Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”

Ayat Bacaan: Yoh. 12:4-10; 13:2; 1 Tim. 6:10; 2 Tim. 3:2; Mat. 24:12

Kehidupan gereja adalah suatu ujian bagi setiap orang (Yoh. 12:6-10). Kehidupan gereja dapat menelanjangi keadaan seseorang yang sebenarnya, menentukan di manakah hati orang itu dan bagaimana sikap seseorang kepada Tuhan. Kehidupan gereja juga menelanjangi pikiran seseorang yang tersembunyi di dalam hatinya. Ketika Maria mencurahkan minyak urapan yang mahal harganya untuk meminyaki kaki Tuhan dan menyeka kaki Tuhan dengan rambutnya, apa yang tersembunyi di dalam hati Yudas Iskariot pun tersingkapkan.
Yudas Iskariot sama sekali tidak menghargai perbuatan Maria. Yudas berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” (Yoh. 12:5). Yudas menganggap perbuatan Maria itu adalah satu pemborosan. Bahkan Yudas berpura-pura prihatin kepada fakir miskin (Yoh. 12:6). Namun, sebenarnya dia bukannya bersimpati kepada fakir miskin, tetapi cinta uang. Cintanya kepada uang melebihi cintanya kepada Tuhan. Itulah sebabnya Yudas tidak menghargai perbuatan yang dilakukan Maria terhadap Tuhan. Cinta Yudas terhadap uang telah memberi Satan kesempatan untuk masuk ke dalamnya, dan menguasainya (Yoh. 13:2), sehingga pada akhirnya Yuda mengkhianati Tuhan!
Mungkin banyak di antara kita yang dapat bersaksi betapa sulitnya mengalahkan rasa cinta terhadap uang. Dalam Satu Timotius 6:10 Paulus berkata: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang dan karena memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman...” Kata “memburu” di sini berarti merindukan, mendambakan. Setiap orang yang merindukan kekayaan dapat menyimpang dari iman, dapat diselewengkan dari isi kepercayaan kita dan dapat disimpangkan dari kebenaran Allah.
Memang pada jaman akhir ini, banyak orang akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang (2 Tim. 3:2). Sebaliknya, kasih orang terhadap Tuhan akan semakin memudar dan menjadi dingin (Mat. 24:12). Namun, kalau kita ingin memiliki kehidupan gereja yang tepat, setiap kita perlu bangun mengasihi Tuhan, mencurahkan milik kita yang terbaik kepada-Nya.

15 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 2 Kamis

Mengasihi Tuhan dengan Menuangkan yang Terbaik
Yohanes 12:3
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:2-3; Why. 2:2-4; Luk. 15:22; 1 Yoh. 4:8, 16

Fungsi rohani yang ketiga di dalam gereja adalah mengasihi Tuhan. Dalam hal ini Maria mewakili orang-orang yang sangat mengasihi Tuhan dan yang rela menuangkan barang yang paling berharga ke atas diri Tuhan. Dalam Yohanes 12:2-3 Maria telah menuangkan minyak urapan yang mahal harganya untuk meminyaki kaki Tuhan dan menyeka kaki Tuhan dengan rambutnya. Mengapa Maria melalukan hal itu? Karena di dalam hatinya tiada yang seakrab, semustika dan semahal Tuhan. Dalam penilaiannnya Tuhan lebih berharga, lebih mustika daripada barang lain apapun. Bagi Maria, Tuhan itulah yang paling berharga dan paling layak dicintai.
Menuangkan minyak urapan yang mahal ke atas diri Tuhan Yesus adalah satu tanda dari kehidupan gereja yang tepat. Gereja di sini seolah sebuah rumah yang dipenuhi oleh kemustikaan, keharuman, dan kesegaran dari aroma minyak urapan yang telah dituang ke atas Tuhan Yesus. Ekspresi yang demikian seharusnya ada dalam kehidupan gereja. Ketika kita memasuki gereja lokal, pertama-tama yang seharusnya tercium pada kita ialah minyak urapan kasih yang dituangkan ke atas Tuhan Yesus. Bukan sekedar Maria mengasihi Tuhan, tambahan pula ia telah menuangkan miliknya yang terbaik ke atas diri Tuhan, maka inilah menjadi tanda dari kehidupan gereja yang tepat.
Dalam kehidupan gereja yang tepat, kita wajib mengasihi Tuhan seperti Maria. Ciri-ciri utama atas kehidupan gereja ialah meminyaki Tuhan dengan kasih kita yang paling baik. Kita perlu mengatasi kehilangan kasih ini. Gereja di Efesus adalah gereja yang baik. Gereja di Efesus adalah gereja yang teratur dan tertata dengan baik (Why. 2:2-3). Tentu saja, kita akan menyukai gereja semacam itu, tetapi gereja yang teratur semacam itu telah meninggalkan kasih yang semula (Why. 2:4). Kata Yunani yang diterjemahkan “semula” sama dengan kata yang diterjemahkan “terbaik” dalam Lukas 15:22. Kasih kita yang semula terhadap Tuhan haruslah kasih yang terbaik bagi-Nya. Kasih yang terbaik ini sebenarnya adalah diri Allah sendiri. Dalam Alkitab, kita diberitahu bahwa Allah adalah kasih (1 Yoh. 4:8,16). Memulihkan kasih yang terbaik berarti menempatkan Tuhan Yesus sebagai yang pertama dalam segala sesuatu.

14 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 2 Rabu

Bersaksi di Dalam Kehidupan Gereja
Yohanes 12:2
Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:2; 11:45; Flp. 3:10

Dalam kehidupan gereja, tidak saja diperlukan orang-orang yang dapat melayani urusan-urusan dengan setia layaknya Marta, tetapi juga diperlukan orang-orang yang bersaksi atas hayat kebangkitan. Fungsi kedua ini diwakili oleh Lazarus. Memang kelihatannya Lazarus tidak berbuat apa-apa. Dia hanya duduk di depan meja bersama-sama Tuhan sambil menikmati perjamuan dengan Tuhan. Namun kita harus ingat bahwa Lazarus merupakan kesaksian hidup bagi hayat kebangkitan. Dia tidak bersaksi melalui berbuat sesuatu, melainkan melalui dia hidup di dalam hayat kebangkitan. Kesaksiannya bukan terletak pada jerih payahnya atau pekerjaannya, melainkan terletak pada kenikmatannya akan hayat kebangkitan. Dia adalah suatu saksi terhadap kuat kuasa hayat kebangkitan Tuhan. Di mana ia berada, di sana ada kesaksian hayat kebangkitan.
Kesaksian Lazarus tentu sangat menarik. Banyak orang yang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus karena mereka melihat Lazarus. Yohanes 11:45 mencatat, “Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus (terhadap Lazarus), percaya kepada-Nya.” Kesaksian Lazarus ini membuat orang merasakan kuat kuasa kebangkitan, manifestasi hayat kebangkitan, dan kenikmatan atas Tuhan Yesus sebagai hayat. Ini merupakan kesaksian yang kuat bahwa Tuhan dapat membuat orang mati menjadi begitu hidup dan memungkinkan mereka berpesta bersama Dia. Di dalam gereja harus ada kesaksian hidup semacam ini, fungsi hayat semacam ini. Bukan saja perlu ada pelayanan yang menangani urusan-urusan, tetapi juga perlu ada ministri hayat.
Saudara saudari kekasih, di dalam kehidupan gereja, kita harus mengakui bahwa kebanyakan kita masih hidup dalam manusia alamiah kita. Kita seharusnya belajar hidup di dalam hayat kebangkitan Kristus, mempersaksikan kekuatan dan kelimpahan hayat kebangkitan-Nya. Dalam Filipi 3:10 Paulus berkata, kita semua perlu hidup berdasarkan kuat kuasa kebangkitan Kristus, diserupakan dengan kematian-Nya. Mengapa? Sebab gereja sebagai Tubuh Kristus sepenuhnya adalah perkara dalam hayat kebangkitan Kristus.

13 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 2 Selasa

Melayani di Dalam Kehidupan Gereja
Yohanes 12:2
Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:1-11; Luk. 10:40

Betania adalah miniatur dari kehidupan gereja hari ini. Di dalam kehidupan gereja, terdapat fungsi yang berbeda-beda. Dari Injil Yohanes 12:1-11, kita dapat menemukan setidaknya ada tiga fungsi penting yang terdapat di dalam kehidupan gereja. Ketiga jenis fungsi itu masing-masing diwakili oleh ketiga orang di dalam rumah kecil yang di Betania itu, yakni Marta, Maria, dan Lazarus.
Fungsi yang pertama adalah melayani, yang diwakili oleh Marta (Yoh. 12:2). Dari abad ke abad, Marta mendapat perlakuan yang kurang adil. Kita tak seharusnya menganggap Marta itu tidak baik, karena pasal ini mengatakan bahwa “Marta melayani”. Hal itu adalah baik. Kita harus mengubah konsepsi kita terhadapnya dan tidak meremehkan dia. Kita harus mendorong saudari-saudari menjadi Marta. Mungkin para saudari cukup rohani dan agamawi, tetapi tanpa ada pelayanan Marta maka hal itu kekurangan realitas.
Misalkan, seluruh saudari di dalam gereja adalah Maria, semua mengejar kerohanian masing-masing dan duduk diam saja. Lalu siapa yang menyediakan makanan? Siapakah yang akan membersihkan dan menyiapkan ruangan? Siapakah yang menata meja dan kursi? Kita memerlukan beberapa Marta yang rajin, cekatan, aktif, hidup, dan bertindak. Meskipun kita rohani, kita masih harus melayani dengan riil. Pelayanan Marta sangat diperlukan di dalam rumah itu. Demikian pula dalam kehidupan gereja, fungsi yang pertama ialah menangani urusan-urusan tertentu dengan hikmat.
Apabila kita sudah memiliki pelayanan yang riil dalam kehidupan gereja, maka kita perlu belajar setia. Setia berarti terus melakukan secara aktif dan berkesinambungan, tidak bosan lalu berhenti. Jika kita melayani hanya satu atau dua kali, lalu berhenti, itu tandanya kita kurang setia. Memang melayani itu tidak mudah, apa lagi kalau tidak ada orang yang membantu. Seringkali kita dapat pula bersungut-sungut seperti Marta, berharap Tuhan menyuruh Maria membantu dia (Luk. 10:40). Kalau kita mau belajar setia, kita tentu tidak akan bersungut-sungut demikian. Di dalam gereja banyak sekali keperluan, sebab itu perlu banyak kaum beriman bangkit melayani dengan setia.

12 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 2 Senin

Gereja Berlawanan Dengan Agama
Yohanes 12:1-2
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:1-2, 10; 11:53, 57

Rumah perjamuan di mana Yesus bersama-sama dengan orang-orang yang dikasihi-Nya menikmati perjamuan ternyata bukan terletak di Yerusalem, melainkan di Betania. Yerusalem adalah kota besar, pusat agama Yahudi; sehingga disebut kota kudus, dan di sana pula berdiri bait kudus. Sebaliknya, Betania adalah sebuah desa kecil di kaki bukit Zaitun, kira-kira tiga kilometer dari Yerusalem. Ke sanalah Tuhan Yesus pergi setelah kaum agamawan menolak Dia.
Penolakan agama terhadap Tuhan dimulai dari Yohanes 5:16 sampai 10:39. Dalam Yohanes pasal 11, karena Tuhan membangkitkan Lazarus dari kematian, penganut agama Yahudi lalu berunding, mencari akal untuk membunuh Dia (Yoh. 11:53, 57). Pemimpin-pemimpin Yahudi juga merencanakan pembunuhan terhadap Lazarus dengan alasan yang sama (Yoh. 12:10). Hal ini memperlihatkan bahwa agama selalu berusaha melawan Tuhan Sang Hayat, menganiaya Dia, bahkan juga ingin menghancurkan mereka yang berbagian dalam hayat-Nya.
Ketika membaca Injil Yohanes, kita harus bisa membedakan antara agama dengan Kristus Sang Hayat. Tuhan Yesus datang ke bumi di dalam inkarnasi-Nya bukan untuk menjadi pemimpin agama, melainkan untuk masuk ke dalam manusia serta menjadi hayat manusia. Agama memang mengajarkan orang mengenal Allah dan menyembah Dia, bahkan mengajarkan Alkitab. Kelihatannya tiada kejelekan apa-apa. Tetapi, kalau Tuhan membelaskasihani kita dan jika Roh-Nya membukakan mata kita, niscaya kita nampak bahwa apa yang Allah kerjakan di dalam alam semesta ini, bukan hanya menghendaki manusia menyembah Dia atau melayani Dia.
Dalam zaman ini, Allah yang terwujud di dalam Kristus ingin masuk ke dalam manusia melalui Roh-Nya dan firman-Nya, agar menjadi hayat manusia, sehingga manusia dapat hidup bersandar Dia dan menjadi gereja-Nya. Ini sama sekali bertolak belakang dengan konsepsi agama. Oleh sebab itu, kita tidak seharusnya membawa segala sesuatu selain Kristus ke dalam gereja. Gereja adalah manusia baru dan tempat tinggal Allah. Apa pun selain Kristus adalah sampah. Wahyu ini sesuai dengan firman Allah yang kudus dan murni.

11 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 2 Minggu

Tujuan Hayat: Menghasilkan Gereja (Rumah Perjamuan)
Yohanes 12:1-2
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:1-2

Prinsip hayat ialah mengubah maut menjadi hayat (Yoh. 2:1-11); tujuan hayat ialah membangun rumah Allah (Yoh. 2:12-22). Mulai dari Yohanes pasal tiga, kita melihat ada sembilan kasus yang menyatakan Kristus sebagai hayat mampu mengatasi setiap macam keperluan manusia, supaya tujuan Allah tercapai. Kesemuanya ini pada akhirnya membawa kita ke pasal 12, yakni terbentuknya miniatur kehidupan gereja. Saat manusia menerima Kristus sebagai hayat mereka, segera terbentuklah gereja. Gereja, yang dilambangkan dengan rumah perjamuan dalam pasal 12, adalah tempat di mana Tuhan mendapat perhentian dan kepuasan.
Dalam Yohanes pasal 12, kita nampak sebuah miniatur gereja. Dalam pasal 11 Tuhan membangkitkan Lazarus dari kematian. Kebangkitan itu kemudian menghasilkan miniatur kehidupan gereja. Asalnya kita semua ini adalah orang mati. Kemudian Tuhan datang membangkitkan kita. Setelah kita dibangkitkan, kita menjadilah gereja. Sebab itulah dalam pasal 11 kita nampak Lazarus dibangkitkan dan di dalam pasal 12 kita nampak bahwa orang yang telah dibangkitkan menjadi tempat di mana Tuhan dapat beristirahat dan menemui kepuasan. Inilah gereja, sebuah rumah perjamuan.
Dengan membuat diri-Nya menjadi hayat kebangkitan terhadap kaum beriman-Nya, Dia beroleh sebuah rumah. Rumah itu dapat dianggap miniatur gereja-Nya. Di satu pihak, Dia ditolak oleh Yudaisme dan Dia juga meninggalkannya; di pihak lain, Dia mendapatkan rumah di mana Dia bisa bersemayam dan beristirahat. Dia telah mempunyai tempat yang memberi kesempatan kepada-Nya untuk duduk berpesta dan mendapatkan kepuasan.
Di luaran, rumah kecil di Betania ini memang tidak menarik, akan tetapi di dalamnya penuh perjamuan, perhentian, dan kepuasan. Bukan hanya Tuhan Yesus sendiri yang berpesta dan beristirahat, tetapi juga setiap orang yang berada di sana. Kehidupan gereja seharusnyalah demikian. Kita dan Dia bersama-sama beroleh perhentian. Dia berpesta bersama kita dan kita berpesta bersama Dia. Setiap orang menikmati perhentian dan setiap orang dipuaskan. Inilah kehidupan gereja yang mustika, manis, dan mesra.

10 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 1 Sabtu

Hayat Tuhan Memenuhi Berbagai Keperluan Kita
Yohanes 11:40
Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”

Ayat Bacaan: Yoh. 11:40

Kalau kita merenungkan setiap aspek dari beberapa contoh yang tercatat dalam Injil Yohanes, kita akan nampak ini benar-benar adalah satu gambaran yang utuh, dari berbagai sudut mengilustrasikan bagaimana hayat Tuhan menyelamatkan manusia. Keadaan semula manusia benar-benar berada dalam kematian. Hidup manusia tidak puas; ingin berbuat baik tetapi tidak mempunyai kekuatan; hidup di dunia ini, dalam batin tidak ada suplai dan rawatan untuk eksistensi hidup; tidak bisa mengalahkan dosa; tambah lagi buta, berada dalam kegelapan; juga sebagai orang yang mati. Inilah keadaan yang sesungguhnya diri manusia.
Sekarang Tuhan Yesus datang. Dia adalah Allah, hayat berada di dalam-Nya. Dia telah datang, supaya kita mendapatkan hayat. Dia akan masuk ke dalam manusia, dengan hayat-Nya menyelamatkan manusia, Dia terlebih dulu masuk ke dalam manusia, melahirkan kembali manusia, supaya manusia keluar dari dalam maut dan masuk ke dalam hidup, yaitu mengalami kebangkitan. Manusia dilahirkan kembali dan bangkit dari kematian, hidup manusia menjadi puas, bermakna, lemah menjadi kuat, bisa melakukan apa yang dulu tidak bisa dilakukan, juga memiliki roti hayat dan air hayat, bersandar roti dan air hidup ini manusia hidup di hadapan Allah, bisa terlepas dari dosa, bersamaan dengan itu matanya tercelik, bisa melihat, dan sepenuhnya terlepas dari kematian. Demikianlah, manusia dengan sepenuhnya beroleh selamat. Untuk anugerah keselamatan ini, bersyukur dan memuji Tuhan!
Daniel Webster Wittle pernah menulis sebuah kidung indah yang menggambarkan bagaimana Kristus sebagai kebangkitan dan hayat menghidupkan kita. Kidung tersebut berjudul Once Far from God and Dead in Sin (Dulu Jauh dari Allah dan Mati di Dalam Dosa). Di sana dia menuliskan:

Dulu mati dalam dosa, hati gelap buta
Kini oleh firman Tuhan, ku tahu Dia dalamku
Dia di dalamku, Dia di dalamku
Oh, kurnia ini agung, Tuhan di dalamku

09 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 1 Jumat

Perlu Mengalami Kebangkitan Hayat
Yohanes 11:44
Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”

Ayat Bacaan: Yoh. 11:44; Flp. 3:10; 2 Kor. 3:17

Begitu seseorang beroleh penyelamatan hayat Tuhan, orang itu pun mendapatkan kebangkitan dan kelepasan. Begitu seseorang beroleh selamat, hasilnya adalah kebangkitan. Tuhan memberi kita hayat kebangkitan supaya batin kita hidup. Tidak saja pada hari kita beroleh selamat demikian, sampai hari ini pun, pekerjaan Tuhan di atas diri kita, semuanya berdasarkan prinsip kebangkitan. Menurut prinsip ini, kita seharusnya setiap hari menempuh kebangkitan. Bukan setiap hari memperbaiki diri, melainkan setiap hari bangkit. Kita perlu setiap hari membiarkan hayat kebangkitan bekerja di dalam kita, supaya kita terlepas dari kubur dan ikatan, terlepas dari terpendam, juga terlepas dari pengikatan yang membuat kita tidak bebas.
Kita harus belajar mempraktekkan hayat kebangkitan ini hari demi hari. Kita tidak seharusnya hidup hanya demi Tuhan sebagai hayat, bahkan harus menang demi Tuhan sebagai kebangkitan. Seringkali keadaan kita membuat kita seperti maut. Tapi puji Tuhan, bahwa semua hal, termasuk jamahan maut adalah suatu ujian, karena hal-hal tersebut membuktikan benar tidaknya Tuhan sebagai kebangkitan. Tiada sesuatu pun yang dapat mengurung kita, karena kita memiliki Tuhan sebagai hayat kebangkitan kita.
Tak peduli tekanan dan persoalan apapun yang kita tanggung, kita tidak takut, sebab kita mempunyai hayat kebangkitan. Tuhan yang kita percayai adalah kebangkitan! Suatu hari, walaupun kita semua mungkin mati, kita akan dibangkitkan. Dalam seluruh alam semesta, ini adalah kemenangan yang terbesarBahkan di dalam penghidupan kita sehari-hari kita dapat mencicipi dulu kemenangan yang terakhir daripada kebangkitan itu. Inilah sebabnya mengapa rasul Paulus berkata, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya” (Flp. 3:10).
Kuat kuasa hayat kebangkitan kini ada di dalam Roh itu, juga ada di dalam firman. Ketika maut mulai menguasai batin Anda, Anda dapat berseru kepada nama Tuhan, maka Roh itu akan menghidupkan dan membebaskan Anda dari maut (2 Kor. 3:17). Demikian pula ketika Anda menjamah firman dengan roh Anda, segera firman itu menyuplaikan hayat dan menghidupkan Anda.

08 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 1 Kamis

Firman yang Memberi Hayat
Yohanes 11:43b-44
Berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”

Ayat Bacaan: Yoh. 11:43-44; 5:25

Tuhan membangkitkan Lazarus dari kematian melalui berbicara kepadanya, berseru kepadanya. Ini menyatakan hayat kebangkitan Tuhan masuk ke dalam manusia melalui firman-Nya sebab hayat kebangkitan terkandung di dalam firman-Nya. Begitu firman-Nya menyentuh kematian di dalam manusia, segera ada satu kekuatan hayat, kekuatan kebangkitan, yang dapat menelan kematian, dan menghidupkan kita kembali. Begitu Tuhan melawat Anda, saat itu juga firman Tuhan menghidupkan Anda, sebab hayat kebangkitan Tuhan berada di dalam firman-Nya.
Jangankan orang yang bukan Kristen, kita yang sebagai orang Kristen pun sering kali batin kita dihidupkan oleh firman Tuhan. Asalnya batin kita mati, karena disentuh oleh firman Tuhan, lalu hidup. Mungkin pada pagi hari berdoa, lalu firman Tuhan datang; atau ketika membaca Alkitab, ada firman Tuhan datang; atau membaca buku rohani, ada firman Tuhan datang; atau ketika mendengarkan khotbah, ada firman Tuhan datang. Sebelum firman Tuhan datang, di dalam kita tertekan, dalam keadaan mati. Begitu firman Tuhan datang, batin kita segera hidup. Firman Tuhan bisa menghidupkan kita. Asalnya batin kita mati, begitu dinyalakan oleh firman Tuhan, menjadi hidup. Firman Tuhan adalah roh dan hayat, begitu menyentuh kita, kita pun hidup.
Yohanes 5:25 mengatakan bahwa orang-orang mati yang mendengarkan suara Anak Allah akan hidup. Pada hari itu, begitu Lazarus mendengar perkataan Tuhan, “Lazarus, marilah keluar!”, ia pun hidup kembali. Asal Anda mau mendengar firman Tuhan, Anda akan hidup. Setiap orang yang mendengar firman Tuhan, dirinya harus memikul sedikit tanggung jawab. Lihatlah Lazarus, Tuhan berkata, “Lazarus marilah keluar!” Dia harus memikul sedikit tangggung jawab, yaitu keluar. Setelah dia mendengarkan firman Tuhan, dia harus mau keluar. Demikian juga, setelah kita mendengar firman Tuhan, juga harus mau percaya. Di sini kita dapat melihat dua hal. Pertama, Tuhan berbicara, Dia berfirman. Kedua, yang mendengar suara Tuhan harus percaya firman Tuhan, inilah tanggung jawab yang harus kita pikul. Hasilnya, tidak saja batin kita dibangkitkan, kita pun mendapatkan kelepasan.

07 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 1 Rabu

Kebangkitan dan Hayat
Yohanes 11:25-26a
Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 11:25-26, 39-43

Tuhan sebagai kebangkitan memberi hayat kepada yang mati. Ia adalah kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25). Dalam kebangkitan, hayat ini diberikan kepada yang mati untuk mengangkat mereka dari kematian. Dia adalah hayat dan kebangkitan yang diperlukan oleh orang yang mati. Hanya Dia yang bisa menyelesaikan masalah kematian kita. Dia tidak saja memberi kita hayat dan kebangkitan, Dia bahkan akan masuk ke dalam kita, menjadi hayat dan kebangkitan kita. Begitu Dia masuk ke dalam kita, Dia akan menyatakan kuat kuasa kebangkitan-Nya, kuat kuasa hayat-Nya, supaya kita keluar dari kematian dan masuk ke dalam hidup.
Tuhan sanggup membangkitkan Lazarus dari kematian. Dalam Yohanes 11:39, Tuhan Yesus berkata: “Angkat batu itu!” Namun Marta beropini lagi, “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.” Jawab kemudian Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (Yoh. 11:40). Tuhan dapat membangkitkan Lazarus, tetapi Ia tidak akan dapat berbuat sesuatu apapun kalau Ia terus-menerus dihalangi oleh opini-opini manusia. Dia memerlukan kerja sama kita, memerlukan ketaatan kita. Apakah ketaatan itu? Dengan sederhana, ketaatan adalah penyerahan akan opini kita. Anda harus menyerahkan opini Anda dan membiarkan Tuhan berbicara. Ketika Ia menyuruh kita, “Angkatlah batu itu”, kita harus segera mengangkatnya.
Mengapa Tuhan yang sanggup membangkitkan orang yang mati tidak mengangkat sendiri batu itu? Ini dikarenakan kekuatan kebangkitan-Nya membutuhkan kerja sama kita. Segera setelah mereka mengangkat batu itu, Tuhan berseru dengan suara keras, “Lazarus, marilah keluar!” (Yoh. 11:41-43) dan Lazarus bangkit dari kematian. Begitu ia mendengar suara Tuhan yang hidup, ia dihidupkan dan bangkit dari kematian. Setelah Lazarus keluar dari kubur, masih perlu kerja sama dari manusia untuk membuka ikatan kain kafan yang mengikat tangan dan kaki Lazarus, juga kain peluh yang menutupi wajahnya. Ketika mereka melakukan itu, maka sempurnalah pekerjaan kebangkitan. Inilah pelajaran serius yang harus kita semua pelajari.

06 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 1 Selasa

Konsepsi Manusia Yang Menghalangi Pekerjaan Tuhan
Yohanes 11:12-13
Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.

Ayat Bacaan: Yoh. 11:11-24, 33

Dalam Yohanes 11:8-16 kita nampak opini murid-murid Tuhan. Ketika berita tentang sakitnya Lazarus datang, hati Tuhan tidak tergerak. Murid-murid-Nya tentu merasa heran, juga mungkin kecewa. Setelah berselang dua hari, tiba-tiba Tuhan menyatakan keinginan-Nya untuk melihat Lazarus. Katanya, “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya” (Yoh. 11:11). Murid-murid-Nya segera berkata kepada-Nya, “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh” (Yoh. 11:12). Begitu Tuhan menyatakan keinginan-Nya untuk pergi melihat Lazarus, semua murid-Nya mengeluarkan opini mereka.
Murid-murid juga memberitahu Tuhan betapa bahayanya jika Tuhan pergi, karena orang-orang Yahudi berusaha melempari Dia dengan batu (Yoh. 11:8). Namun, sekali Tuhan memutuskan untuk pergi melihat Lazarus, tidak ada seorang pun yang dapat mencegah-Nya. Akhirnya murid-murid-Nya setuju pergi, tetapi mereka pergi dengan sikap untuk mati martir menghadapi penganiayaan orang Yahudi. sebab itu mereka berkata, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia” (Yoh. 11:16).
Ketika Tuhan datang, Martalah yang menjumpai-Nya lebih dulu (Yoh. 11:20). Tetapi sebelum Tuhan sempat berbicara, Marta telah membuka mulutnya dan mengeluarkan opini yang lain: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (Yoh. 11:21). Ia menyesali Tuhan terlalu lambat datang. Tuhan berkata kepadanya, “Saudaramu akan bangkit” (Yoh. 11:23). Ini berarti Tuhan akan segera membangkitkannya. Tetapi Marta bahkan berkata, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman” (Yoh. 11:24). Opini Marta adalah penundaan besar terhadap perkataan ilahi!
Saudara saudari yang terkasih, tidak ada satu hal yang lebih hebat daripada opini manusia yang menentang hayat Tuhan, menentang kebangkitan Tuhan. Sering kali opini manusialah yang menghalangi Tuhan. Karena alasan inilah Tuhan mengeluh dalam hati-Nya dan sedih (Yoh. 11:33). Dia tidak mengeluh karena kematian Lazarus, tetapi karena tidak ada seorang pun dari antara mereka yang mengenal bahwa Dialah kebangkitan dan hayat.

05 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 1 Senin

Ciri-ciri Kematian
Yohanes 11:11b
Ia berkata kepada mereka: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 11:11-12; Ef. 2:5; Rm. 7:18-19

Dalam Injil Yohanes 11:11 dikatakan bahwa Lazarus “sudah mati”. Di pandangan Allah, orang mati adalah orang yang kehilangan fungsi, kehilangan perasaan dan lemah. Efesus 2:5 mengatakan bahwa kita adalah orang-orang yang telah mati karena kesalahan-kesalahan kita. Semua manusia tidak bisa keluar dari pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya, karena manusia telah mati, sudah kehilangan fungsinya. Tidak hanya itu, manusia juga telah kehilangan perasaannya akan dosa. Itulah sebabnya banyak orang yang berbuat dosa, namun tidak merasa dirinya berdosa.
Injil Yohanes ini, tidak saja mengatakan Lazarus telah mati, juga mengatakan bahwa mayatnya sudah “berbau”. Bau busuk adalah aroma kematian. Hari ini surat kabar memuat banyak catatan kenajisan, kemaksiatan, dan iklan-iklan yang tidak layak dilihat, tetapi manusia tidak merasakan itu najis. Banyak orang tidak dapat mencium bau busuk kematian itu, sebaliknya justru senang berkecimpung di dalamnya. Inilah ciri-ciri orang mati.
Setelah Lazarus mati, dia pun dikubur di dalam makam. Orang yang telah mati selayaknya dikubur. Di kubur berarti dimasukkan ke dalam kuburan dan tidak bisa melepaskan diri, tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Coba perhatikan keadaan orang-orang dunia hari ini, ada yang terkubur dalam hawa nafsunya, dalam kebiasaan jeleknya, ada yang terkubur ke dalam makan minum, ada yang terkubur ke dalam kesenangan dosa, ada yang terkubur ke dalam tempat-tempat hiburan malam, dan lain sebagainya. Semuanya ini membuktikan bahwa manusia benar-benar penuh dengan kematian.
Orang yang mati masih memiliki ciri yang keempat, yaitu terikat. Dikubur berarti tidak bisa melepaskan diri, terikat berarti tidak bisa bergerak, tidak mempunyai kebebasan, tidak bebas melakukan niat baiknya (Rm. 7:18-19). Mereka terikat oleh hawa nafsu, terikat oleh dosa. Semua inipun membuktikan bahwa manusia sudah mati. Apakah yang diperlukan oleh orang yang telah mati ini? Perlu penyembuhan? Penyembuhan tidak berguna. Perlu perbaikan kelakuan? Perbaikan kelakuan lebih tidak berguna. Yang benar-benar diperlukan oleh orang yang telah mati ini adalah hayat kebangkitan.

04 July 2009

Yohanes Volume 4 - Minggu 1 Minggu

Keperluan Orang Mati
Yohanes 11:4
Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

Ayat Bacaan: Yoh. 11:1-4; Rm. 5:12; 6:23; Ef. 2:1

Akibat dosa adalah maut (Rm. 6:23). Maut masuk ke dalam manusia melalui dosa. “Maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rm. 5:12). Asalkan seseorang telah berdosa, ia ditakdirkan untuk mati. Banyaknya keadaan dan ciri-ciri kematian pada diri manusia semuanya membuktikan bahwa semua manusia benar-benar sudah mati. Lalu apakah yang diperlukan oleh orang yang telah mati ini? Bukan penyembuhan atau perbaikan kelakuan. Yang diperlukan oleh orang yang telah mati ini adalah hayat kebangkitan. Penyembuhan tidak bisa menyelesaikan kematian, perbaikan juga tidak bisa menyelesaikan kematian. Hanya hayat kebangkitan, baru bisa menyelesaikan kematian.
Dalam kasus Lazarus, ketika ia sakit, kakak-kakaknya mengirim kabar kepada Tuhan Yesus, mengharapkan Tuhan Yesus datang menyembuhkan dia. Namun setelah Tuhan Yesus mendengarkan kabar dia sakit, Tuhan tetap tinggal di tempat dia berada selama dua hari, kemudian baru pergi ke tempat mereka. Ketika Tuhan datang, Lazarus sudah mati empat hari. Mengapa Tuhan Yesus sengaja menunda? Karena Dia akan memperlihatkan bahwa karunia keselamatan-Nya adalah untuk membangkitkan orang dari kematian, bukan menyembuhkan penyakit orang dan menyelesaikan hal yang di luar.
Semua yang dikerjakan orang di tempat penitipan jenazah adalah merias orang mati. Tidak peduli bagaimana caranya mereka merias orang mati, ia tetap mati. Sekalipun mereka merias orang mati itu dengan sangat indah, orang yang mati itu tetap mati. Mereka tidak bisa menghidupkan orang mati, juga tidak bisa membangkitkan orang mati. Pekerjaan perias itu tidak bisa menyelesaikan kesulitan orang mati. Keperluan orang mati adalah hayat, adalah kebangkitan, bukan merias atau memperbaiki. Tata rias dan perbaikan apa pun tidak bisa menyelesaikan kesulitan orang mati. Kesulitan orang mati adalah kematian. Hanya hayat kebangkitan, baru bisa menyelesaikan kematian, baru bisa menghapus kematian. Kita semua adalah Lazarus, kita sudah mati di dalam dosa dan pelangaran-pelanggaran kita (Ef. 2:1). Kita tidak memerlukan perbaikan kelakuan, kita perlu Tuhan sebagai hayat dan kebangkitan kita.

03 July 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 4 Sabtu

Aku dan Bapa Adalah Satu
Yohanes 10:30
Aku dan Bapa adalah satu.

Ayat Bacaan: Yoh. 10:30; 14:9-10; 5:43; 16:32; 2 Kor. 3:17; 1 Yoh. 2:23; Yes. 9:5

Putra dan Bapa adalah satu. Bahkan Putra adalah Bapa. Yesaya 9:5 berkata, “Seorang anak telah dilahirkan untuk kita...dan namanya akan disebut...Bapa yang Kekal.” Tuhan Yesus di dalam Yohanes 14:9-10 juga berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku ia telah melihat Bapa... Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.” Kita tidak tahu bagaimana Putra dapat sebagai Bapa juga, tetapi inilah yang dikatakan Alkitab; kita hanya perlu dengan iman yang sederhana mempercayainya.
Ketika Putra Allah berinkarnasi, Ia tidak meninggalkan Bapa di surga. Putra dan Bapa tidak dapat dipisahkan. Mereka berbeda tetapi tidak terpisah. Putra sendiri memberi tahu kita dengan jelas bahwa Ia datang dalam nama Bapa (Yoh. 5:43) dan Bapa menyertai Dia sepanjang waktu (Yoh. 16:32). Itulah sebabnya Putra dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30; 17:22).
Bila kita mengakui Putra, kita juga mempunyai Bapa (1 Yoh. 2:23). Selanjutnya, Dia juga adalah Roh (2 Kor. 3:17). Bila Dia berhuni di dalam kita, itu berarti kita juga mempunyai Bapa dan Roh. Apakah Anda memiliki Tuhan Yesus di dalam Anda? Ya. Apakah Anda juga tidak mempunyai Bapa dan Roh di dalam Anda? Ya. Ini berarti Bapa, Putra, dan Roh semuanya di dalam Anda. Kemudian, berapa banyak yang kita miliki di dalam kita? Dari pengalaman, kita tahu bahwa kita hanya mempunyai Satu di dalam kita. Satu yang berhuni di dalam kita ini adalah Allah Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh.
Perjanjian Baru memisahkan Bapa dan Putra. Khususnya dalam Injil Yohanes kita melihat bahwa Putra selalu satu dengan Bapa. Putra datang di dalam nama Bapa dan Dia tidak melakukan pekerjaan dan kehendak-Nya sendiri, Dia tidak mengatakan perkataan-Nya sendiri, Dia tidak mencari kemuliaan-Nya sendiri, dan Dia tidak menyatakan diri-Nya sendiri (Yoh.4:34; 5:30; 6:38; 7:18). Melainkan, Dia selalu melakukan pekerjaan dan kehendak Bapa, membicarakan perkataan Bapa, mencari kemuliaan Bapa, dan menyatakan Bapa. Jika kita memiliki Putra, kita memiliki Bapa (1 Yoh. 2:23). Sebaliknya, jika kita tidak memiliki Putra, kita tidak memiliki Bapa. Ini menyatakan bahwa Bapa dan Putra benar-benar satu (Yoh.10:30).

02 July 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 4 Jumat

Pasti Tidak Akan Binasa Sampai Selama-lamanya
Yohanes 10:27-28
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.

Ayat Bacaan: Yoh. 10:27-29

Hayat yang kekal diberikan hanya bagi mereka yang percaya. Namun tidak hanya demikian, mereka yang percaya juga mendapatkan perlindungan ganda. Tangan Putra sebagai tangan kekuasaan dan tangan Bapa sebagai tangan kasih senantiasa memberikan perlindungan bagi kita yang percaya (Yoh. 10:28-29). Hayat yang kekal tidak pernah habis, dan tangan Putra dan Bapa tidak pernah gagal. Karenanya kita selamanya dilindungi dan tidak akan binasa. Betapa teguhnya jaminan keselamatan kita!
Kita bukan saja mempunyai hayat yang kekal, kita pun mempunyai dua buah tangan - tangan kuasa Putra dan tangan kasih Bapa. Kedua tangan ini memeluk kita, dan oleh karenanya, Setan tak dapat merebut kita. Kita selamanya dilindungi oleh hayat ilahi, dan oleh kedua tangan ilahi. Puji Tuhan! Tangan-tangan ini selalu siap sedia, dan tidak seorangpun dapat merebut kita, apa lagi membinasakan kita. Kita memiliki hayat ilahi dan perlindungan yang mahakuasa. Kita adalah domba-domba yang selamanya dilindungi.
Dulu di Amerika ada seorang anak negro pergi mendengarkan Injil, ketika mendengarkan firman Yohanes 10:28-29, ia sangat gembira, sekembalinya ke rumah majikannya masih bergembira. Teman majikannya melihat keadaannya lalu bertanya, mengapa dia begitu bergembira? Ia menjawab, “Aku berada di tangan Tuhan, tangan Tuhan berkuasa, tidak ada seorang pun yang dapat merebutku dari tangan Tuhan, sebab itu aku sangat gembira.” Orang itu bercanda, “Kamu harus hati-hati! Jangan terlalu senang! Karena tangan Tuhan Yesus terlalu besar, sela jari-Nya juga sangat besar, dan kamu yang demikian kecil ini, kalau terlalu gembira, jangan-jangan terperosok jatuh dari sela jari-Nya.” Dia menjawab, “Mungkin Tuan bisa terperosok jatuh, tetapi aku telah mempunyai hayat-Nya, hayat-Nya berada di dalamku, aku adalah jari kecil-Nya, sebab itu selamanya aku tidak akan jatuh dari tangan-Nya!”
Sekali dilahirkan kembali, selamanya tidak binasa, sebab tidak saja ada tangan Tuhan yang berkuasa menjaga kita, juga ada tangan Bapa yang berkuasa menjaga kita. Bapa lebih besar dari segalanya. Ada tangan Bapa dan tangan Tuhan menjaga kita, siapa pun tidak bisa merebut kita.

01 July 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 4 Kamis

Menjadi Satu Kawanan
Yohanes 10:16
Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Ayat Bacaan: Yoh. 10:16-18; Ef. 2:14-16, 4:6; Mzm. 133:1

Baik gembala, hayat ilahi, maupun hayat insani, semuanya adalah untuk membentuk satu kawanan. Dalam Yohanes 10:16 Tuhan berkata, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” Siapakah domba yang bukan dari kandang Yahudi? Mereka ialah orang kafir. Dan apakah satu kawanan itu? Satu kawanan melambangkan satu gereja, satu Tubuh Kristus (Ef. 2:14-16; 4:6), yang dihasilkan oleh hayat, yang diberikan oleh Tuhan kepada anggota-anggota-Nya melalui kematian-Nya (Yoh. 10:10-18).
Sebelumnya, kandang adalah agama Yahudi, namun sekarang kawanan adalah gereja. Kandang domba ialah agama Yahudi, tetapi kawanan adalah gereja - kaum imani Yahudi dan orang-orang kafir. Tuhan membawa keduanya ke dalam satu kawanan dan di bawah satu gembala. Sekarang, satu kawanan dan satu gembala adalah satu Tubuh dan satu Kepala. Untuk dapat tinggal dalam kawanan, kita harus belajar hidup menurut hayat ilahi yang ada di dalam kita. Asal kita sedikit saja tidak hidup menurut hayat ilahi, segera kita berada di luar kawanan. “Seekor domba” adalah seorang yang dilahirkan kembali dengan hayat ilahi. Kita semua harus hidup berdasarkan hayat ilahi ini, barulah dengan demikian kita menjadi domba yang tepat, sejati dan murni.
Kawanan itu dihasilkan, dijaga, dipelihara dan dibentuk oleh hayat ilahi. Betapa baiknya apabila saudara-saudara diam bersama-sama dalam keesaan (Mzm. 133:1). Betapapun, diam bersama dalam keesaan berarti diam dalam hayat ilahi. Puji Tuhan karena di dalam hayat ilahi kita benar-benar esa dan mengasihi satu sama lain. Ini tidak mungkin terjadi di dalam hayat insani kita (psuche), tetapi hanya dapat terjadi di dalam hayat ilahi (zoe). Puji Tuhan, melalui kelahiran kembali, kita sekarang ada di dalam hayat zoe, di bawah satu gembala untuk menjadi satu kawanan. Ini bukanlah satu organisasi, ini adalah kawanan bersama di dalam hayat. Tinggal di dalam kawanan di bawah satu Gembala bukanlah masalah agama, melainkan masalah hayat.