Hitstat

31 December 2015

Ibrani - Minggu 32 Kamis



Pembacaan Alkitab: Rm. 8:29; Ibr. 2:10-11


Jika kita ingin memahami hukum hayat secara tuntas, kita harus mengerti konsepsi dasar wahyu ilahi dalam Alkitab. Konsepsi dasar dan inti dalam Alkitab ialah bahwa Allah ingin menggarapkan diri‑Nya ke dalam kita, agar kita menjadi ekspresi‑Nya yang hidup. Allah ingin menggarapkan diri‑Nya ke dalam umat pilihan‑Nya, supaya mereka terlahir oleh‑Nya, menerima‑Nya sebagai hayat, lalu menjadi ekspresi‑Nya. Inilah keinginan dan tujuan Allah. Jalan satu‑satunya bagi Allah untuk memiliki suatu ekspresi hidup yang demikian ialah menggarapkan, diri‑Nya ke dalam kita. Sasarannya ialah Allah menggarapkan diri-Nya ke dalam diri kita, agar kita dapat dilahirkan oleh-Nya dan agar Ia menjadi hayat kita. Ia menjadi Bapa kita dan kita menjadi anak-anak-Nya. Sebagai anak-anak-Nya, kita semua memiliki-Nya di dalam kita sebagai hayat kita. Pada akhirnya, hayat ini akan mengubah dan menyerupakan kita dengan gambar-Nya, membuat kita menjadi ekspresi-Nya yang hidup di dalam alam semesta ini.

Cara Allah merampungkan tujuan-Nya ialah dengan masuk ke dalam kita, agar kita dilahirkan oleh-Nya. Untuk itulah Allah masuk ke dalam kita di dalam Putra, yakni Yesus Kristus. Yesus Kristus, yang adalah Putra Allah dan Allah sendiri, adalah gambar Allah. Kolose 1:15 mengatakan bahwa Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Putra adalah gambar, ekspresi Bapa. Ketika Anda melihat Putra, berarti melihat Bapa. Pada saat kita percaya kepada-Nya, Putra Allah masuk ke dalam kita. Hal ini tidak berarti Ia memberi kita sesuatu, melainkan Ia sendiri masuk ke dalam kita. Bukannya Allah memberi kita sesuatu dan memasukkannya ke dalam kita, tidak, melainkan Yesus, Putra Allah, yakni Allah sendiri, masuk ke dalam kita sebagai hayat. Allah tidak mengaruniakan hayat-Nya kepada kita, melainkan Ia masuk ke dalam kita sebagai hayat. Betapa besarnya perbedaan ini!

Ketika Allah masuk ke dalam kita, Ia masuk dengan status-Nya sebagai Putra, bukan sebagai Bapa. Hal ini mencakup masalah tritunggal. Persona yang masuk ke dalam kita justru adalah Allah sendiri. Namun ketika Ia masuk ke dalam kita, Ia tidak masuk sebagai Bapa, melainkan sebagai Putra. Bapa ialah sumber, dan Putra ialah ekspresi sumber itu. Ekspresi dan sumber sebenarnya satu adanya.

Karena Allah masuk ke dalam diri kita sebagai Putra, maka kita dilahirkan Allah di dalam Putra dan beroleh hak keputraan (sonship). Ini berarti kita semua telah menjadi putra‑putra Allah. Kita tidak hanya menjadi orang‑orang berdosa yang diselamatkan, bahkan menjadi putra‑putra yang dilahirkan Allah. Ini bukan suatu perkara kecil. Sebelum Yesus Kristus bangkit dari kematian, Allah hanya memiliki seorang Putra, yaitu Dia, yang disebut Alkitab "Anak‑Nya yang tunggal" (Yoh. 3:16). Sebelum kebangkitan, Kristus adalah Putra Allah satu‑satunya. Tetapi setelah kebangkitan‑Nya, Ia bukan lagi Putra tunggal Allah, sebab di dalam kebangkitan Ia telah menjadi Putra sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:29).

Berapa banyak anak yang Allah miliki? Di satu pihak, Yohanes 3:16 mengatakan "Putra tunggal", tetapi di pihak lain, Ibrani 2:10 mengatakan Allah membawa banyak putra (anak) ke dalam kemuliaan, dan Roma 8:29 mengatakan bahwa Kristus ialah Putra sulung di tengah‑tengah banyak saudara. Apakah Allah mempunyai dua golongan putra, golongan pertama Anak tung­gal, golongan kedua ialah anak‑anak yang lain? Tidak, Alkitab mewahyukan kepada kita bahwa Allah hanya memiliki segolongan anak. Putra sulung itu Putra Allah dan anak-anak yang banyak itu putra‑putra Allah. Baik Putra sulung maupun putra‑putra, semua berasal dari satu Bapa yang sama (Ibr. 2:11).


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 64

30 December 2015

Ibrani - Minggu 32 Rabu



Pembacaan Alkitab: Yak. 4:6


Ketika Allah memberikan hukum Taurat kepada Musa, Ia bukan menghendaki umat‑Nya memeliharanya. Maksud pemberian hukum Taurat kepada mereka ialah untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa Ia adalah Allah yang bagaimana, dan menyatakan kepada mereka apa yang dikehendaki‑Nya. Karena Ia menghendaki manusia menjadi ekspresi‑Nya, maka Ia menghendaki mereka serupa dengan-Nya, yaitu menjadi sama seperti Dia. Walaupun Allah berkeinginan demikian, tetapi belum tergenapkan. Malahan manusia mencoba meniru Allah, mencoba membuat dirinya serupa dengan Allah. Namun manusia telah gagal. Pada suatu hari, Kristus, hukum Taurat yang sejati, hukum Taurat yang hidup, realitas kesaksian Allah itu tiba, dan kita menerima‑Nya ke dalam kita. Hasilnya, hukum Taurat yang sejati, realitas hukum ini telah tergarap ke dalam inti diri kita. Kini dalam bagian terdalam diri kita terdapat sesuatu yang ajaib, yakni Kristus sendiri sebagai realitas hukum Taurat. Telah kita lihat bahwa benda yang paling dalam di Kemah Pertemuan ialah hukum Taurat. Hari ini, benda yang paling dalam di batin kita ialah Kristus di dalam roh kita sebagai realitas hukum Taurat. Sekarang, karena kita memiliki hukum ini dalam batin kita, maka masalahnya bukan lagi bagaimana memelihara hukum Taurat, melainkan bagaimana membiarkan Kristus hidup melalui diri kita. Janganlah kita mencoba mengamalkan hukum Taurat dari luar, tetapi hendaklah kita membiarkan Kristus memperhidupkan diri‑Nya sendiri dari dalam kita.

Kehendak Allah ialah menaruh hukum Taurat ke dalam bagian kita yang terdalam dan menghendaki kita mematuhinya, bukan mencoba mengamalkannya. Walaupun kita tidak dapat mengamalkan hukum Taurat, kita tetap harus mematuhinya dan membiarkannya memperhidupkan dirinya melalui kita. Ajaran yang mengajar orang mengamalkan hukum Taurat sungguh bertentangan dengan kehendak Allah. Ketika orang Kristen membaca Alkitab, mereka sering memilih ayat‑ayat untuk diamalkan sebagai perintah. Misalnya, saudara‑saudara yang telah menikah, tetapi bukan suami yang baik, selalu memilih perintah yang mengatakan bahwa para istri harus tunduk kepada suami mereka. Tetapi para suami yang agak lebih baik memilih perintah yang mengatakan bahwa suami harus mengasihi istri. Saudara‑saudara ini berkata, "0 Tuhan, aku tidak dapat mengamalkan perintah ini. Datanglah menolongku. Tuhan, dulu aku tidak menjadi seorang suami yang mengasihi istri. Ampunilah aku, dan jadikanlah aku seorang suami yang paling baik." Walaupun Anda bisa berdoa demikian, Anda pasti tidak berhasil. Suami yang demikian harus menyadari bahwa kasih yang sejati untuk mengasihi istri adalah Kristus sendiri. Karena kasih ini ada di dalam kita, tidak perlu kita berusaha untuk mengasihi. Kita cukup dengan sederhana mematuhi kasih ini, yaitu mematuhi Kristus, dan membiarkan Dia memperhidupkan diri‑Nya dari dalam kita.

Bagaimana Kristus sebagai realitas hukum Taurat bisa menjadi riil terhadap kita? Baiklah kita lihat isi tabut sekali lagi. Benda pertama ialah manna, disusul oleh tongkat yang bertunas, dan kemudian kesaksian. Ini menunjukkan bahwa ketika kita memakan dan menikmati Kristus sebagai manna yang tersembunyi, ada sesuatu yang bertunas di dalam kita. Manna yang kita makan akhirnya akan menjadi unsur yang bertunas di dalam kita. Semakin kita makan dan menikmati Kristus, Ia akan semakin menjadi unsur pertunasan kita. Ketika unsur ini berbunga dan berbuah, itulah kesaksian dan ekspresi. Kadang‑kadang pada senja hari saya merasa letih dan perut saya kosong. Ini menunjukkan bahwa saya perlu memakan sesuatu. Setelah makan, saya merasa kenyang dan mengalami suatu perubahan yang cepat, sebab apa yang saya makan dalam santapan malam itu mulai berbunga dari diri saya, menjadi "ekspresi" dan "kesaksian" saya. Demikian pula, jika kita ingin mengalami Kristus sebagai realitas hukum Taurat, kita harus terlebih dahulu memakan manna yang tersembunyi. Begitu manna ini masuk ke dalam kita, ia akan menjadi unsur pertunasan, dan unsur pertunasan ini akan mengeluarkan buah, yakni ekspresi dan kesaksian Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 63

29 December 2015

Ibrani - Minggu 32 Selasa



Pembacaan Alkitab: Ibr. 8:10; Rm. 8:2


Hukum Taurat adalah kesaksian Allah dan ekspresi Allah. Jika Anda ingin mengetahui Allah adalah Allah yang bagaimana, Anda harus membaca hukum‑hukum yang dibuat‑Nya. Kalau Anda membaca kesepuluh perintah, Anda akan nampak bahwa Pembuat hukum‑hukum itu tentu kudus, benar, pengasih, dan terang. Jadi, kesepuluh perintah membuktikan bahwa Allah itu kudus dan benar, kasih dan terang. Allah adalah Allah yang kasih dan terang. Diri‑Nya sendiri adalah kasih dan terang (1 Yoh. 1:5; 4:8), dan Ia kudus dan benar. Hukum Taurat mempersaksikan bahwa Ia adalah Allah yang sedemikian. Namun hukum hanya sekadar kesaksian yang harfiah. Ketika Kristus tiba, kesaksian Allah menjadi hidup. Ia bukan lagi huruf, melainkan satu persona hidup. Ketika Yesus di bumi, Dialah kesaksian Allah yang hidup. Ke mana saja ia pergi, Ia selalu mengekspresikan Allah. Apa pun yang Ia lakukan, katakan, dan pikirkan, selalu mengekspresikan Allah. Karena Dialah perwujudan Allah, Dialah ekspresi dan kesaksian Allah. Kalau pada masa Perjanjian Lama Anda ingin tahu Allah adalah Allah yang bagaimana, Anda harus menghubungi hukum Taurat. Tetapi hari ini kalau Anda ingin mengetahui bagaimana keadaan Allah, Anda harus datang kepada Yesus Kristus. Kalau pada masa Perjanjian Lama hukum Taurat menjadi kesaksian Allah, maka pada hari ini, Yesus Kristus adalah kesaksian Allah yang hidup, penuh, dan memadai.

Berpegang pada konsepsi bahwa hukum Taurat adalah kesaksian Allah akan membantu kita untuk memahami Ibrani 9. Ibrani 9:4 mengatakan tentang loh‑loh perjanjian, yaitu loh-loh kesaksian hukum Taurat. Menurut Ibrani 9, loh‑loh perjanjian ialah benda paling akhir yang berkaitan dengan Kemah Pertemuan. Dalam tabut ada tiga benda yang lebih dalam daripada benda‑benda yang terdapat dalam tempat kudus. Benda‑benda dalam tempat kudus hanyalah permulaan, tetapi yang di dalam tabut adalah perampungan sempurnanya. Perampungan sempurna dari roti sajian adalah manna yang tersembunyi, perampungan sempurna dari mezbah ukupan adalah tongkat yang bertunas, dan perampungan sempurna dari kaki pelita adalah kesaksian. Di antara semua benda yang berhubungan dengan Kemah Pertemuan, loh kesaksianlah yang paling puncak. Tidak saja merupakan benda paling puncak, bahkan yang paling inti, sebab ia berada di tempat yang paling pusat dalam Kemah Pertemuan.

Mengapa Allah tidak menyuruh umat-Nya menaruh hukum Taurat di mezbah, melainkan di tabut? Jika Allah menaruh hukum Taurat di mezbah, tentu Dia keliru. Sebab Allah bukan menghendaki manusia memelihara hukum Taurat. Menurut konsepsi Allah, hukum Taurat ialah kesaksian-Nya. Karena itu, Ia menaruh hukum-Nya dalam tabut di tempat maha kudus.

Kehendak Allah tidak menyuruh kita berusaha mematuhi hukum Taurat atau mencoba mengekspresikan-Nya. Pertama-tama, Ia bermaksud menunjukkan siapa Dia. Bagaimanapun kita menyukai hukum Taurat, kita tidak akan mungkin memenuhi permintaannya. Lalu apa yang harus Allah lakukan? Kehendak Allah ialah menaruh hukum-Nya di dalam kita, yaitu bagian batin kita, bahkan dalam hati kita. Hal itu tidak berarti kita harus mengamalkan hukum Taurat. Tidak, melainkan berarti hukum itu akan menggarapkan dirinya sampai ternyata dari dalam kita. Inilah sebabnya Allah menaruh hukum di dalam tabut dan menaruh tabut di dalam tempat maha kudus. Bagaimana hukum Taurat ini dapat masuk ke dalam kita? Hanya melalui Kristus. Ketika Kristus masuk ke dalam kita, hukum itu pun masuk ke dalam kita. Hukum Taurat ada dalam Kristus, sedang Kristus ada dalam roh kita. Maka Roma 8:2 mengatakan, "Hukum Roh hayat di dalam Kristus Yesus" (Tl.). Tidak saja hukum Taurat ini ada dalam Kristus, ia pun Kristus itu sendiri. Ketika Anda percaya Kristus dan menerima‑Nya sebagai Juruselamat Anda, Anda pun menerima hukum hayat ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 63