Hitstat

29 December 2015

Ibrani - Minggu 32 Selasa



Pembacaan Alkitab: Ibr. 8:10; Rm. 8:2


Hukum Taurat adalah kesaksian Allah dan ekspresi Allah. Jika Anda ingin mengetahui Allah adalah Allah yang bagaimana, Anda harus membaca hukum‑hukum yang dibuat‑Nya. Kalau Anda membaca kesepuluh perintah, Anda akan nampak bahwa Pembuat hukum‑hukum itu tentu kudus, benar, pengasih, dan terang. Jadi, kesepuluh perintah membuktikan bahwa Allah itu kudus dan benar, kasih dan terang. Allah adalah Allah yang kasih dan terang. Diri‑Nya sendiri adalah kasih dan terang (1 Yoh. 1:5; 4:8), dan Ia kudus dan benar. Hukum Taurat mempersaksikan bahwa Ia adalah Allah yang sedemikian. Namun hukum hanya sekadar kesaksian yang harfiah. Ketika Kristus tiba, kesaksian Allah menjadi hidup. Ia bukan lagi huruf, melainkan satu persona hidup. Ketika Yesus di bumi, Dialah kesaksian Allah yang hidup. Ke mana saja ia pergi, Ia selalu mengekspresikan Allah. Apa pun yang Ia lakukan, katakan, dan pikirkan, selalu mengekspresikan Allah. Karena Dialah perwujudan Allah, Dialah ekspresi dan kesaksian Allah. Kalau pada masa Perjanjian Lama Anda ingin tahu Allah adalah Allah yang bagaimana, Anda harus menghubungi hukum Taurat. Tetapi hari ini kalau Anda ingin mengetahui bagaimana keadaan Allah, Anda harus datang kepada Yesus Kristus. Kalau pada masa Perjanjian Lama hukum Taurat menjadi kesaksian Allah, maka pada hari ini, Yesus Kristus adalah kesaksian Allah yang hidup, penuh, dan memadai.

Berpegang pada konsepsi bahwa hukum Taurat adalah kesaksian Allah akan membantu kita untuk memahami Ibrani 9. Ibrani 9:4 mengatakan tentang loh‑loh perjanjian, yaitu loh-loh kesaksian hukum Taurat. Menurut Ibrani 9, loh‑loh perjanjian ialah benda paling akhir yang berkaitan dengan Kemah Pertemuan. Dalam tabut ada tiga benda yang lebih dalam daripada benda‑benda yang terdapat dalam tempat kudus. Benda‑benda dalam tempat kudus hanyalah permulaan, tetapi yang di dalam tabut adalah perampungan sempurnanya. Perampungan sempurna dari roti sajian adalah manna yang tersembunyi, perampungan sempurna dari mezbah ukupan adalah tongkat yang bertunas, dan perampungan sempurna dari kaki pelita adalah kesaksian. Di antara semua benda yang berhubungan dengan Kemah Pertemuan, loh kesaksianlah yang paling puncak. Tidak saja merupakan benda paling puncak, bahkan yang paling inti, sebab ia berada di tempat yang paling pusat dalam Kemah Pertemuan.

Mengapa Allah tidak menyuruh umat-Nya menaruh hukum Taurat di mezbah, melainkan di tabut? Jika Allah menaruh hukum Taurat di mezbah, tentu Dia keliru. Sebab Allah bukan menghendaki manusia memelihara hukum Taurat. Menurut konsepsi Allah, hukum Taurat ialah kesaksian-Nya. Karena itu, Ia menaruh hukum-Nya dalam tabut di tempat maha kudus.

Kehendak Allah tidak menyuruh kita berusaha mematuhi hukum Taurat atau mencoba mengekspresikan-Nya. Pertama-tama, Ia bermaksud menunjukkan siapa Dia. Bagaimanapun kita menyukai hukum Taurat, kita tidak akan mungkin memenuhi permintaannya. Lalu apa yang harus Allah lakukan? Kehendak Allah ialah menaruh hukum-Nya di dalam kita, yaitu bagian batin kita, bahkan dalam hati kita. Hal itu tidak berarti kita harus mengamalkan hukum Taurat. Tidak, melainkan berarti hukum itu akan menggarapkan dirinya sampai ternyata dari dalam kita. Inilah sebabnya Allah menaruh hukum di dalam tabut dan menaruh tabut di dalam tempat maha kudus. Bagaimana hukum Taurat ini dapat masuk ke dalam kita? Hanya melalui Kristus. Ketika Kristus masuk ke dalam kita, hukum itu pun masuk ke dalam kita. Hukum Taurat ada dalam Kristus, sedang Kristus ada dalam roh kita. Maka Roma 8:2 mengatakan, "Hukum Roh hayat di dalam Kristus Yesus" (Tl.). Tidak saja hukum Taurat ini ada dalam Kristus, ia pun Kristus itu sendiri. Ketika Anda percaya Kristus dan menerima‑Nya sebagai Juruselamat Anda, Anda pun menerima hukum hayat ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 63

No comments: