Hitstat

31 October 2012

Efesus - Minggu 6 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:11-12; 14


Ayat 11 mengatakan bahwa kita telah dijadikan warisan menurut rencana kehendak Dia yang bekerja dalam segala sesuatu. Allah mengerjakan segala sesuatu menurut rencana kehendak-Nya. Kehendak Allah berbeda dengan rencana-Nya. Kehendak ditujukan kepada keinginan-Nya, sedang rencana ditujukan kepada pertimbangan-Nya. Allah mengerjakan segala sesuatu menurut pertimbangan keinginan-Nya. Pekerjaan-Nya terutama berkaitan dengan kita, keinginan-Nya terhadap kita ialah menjadikan kita warisan-Nya. Dalam rencana-Nya, Dia mempertimbangkan bagaimana caranya merampungkan hal ini; Dia tidak melakukannya tanpa pertimbangan yang teliti. Sebagai contoh: seorang saudari mungkin ingin memanggang kue yang istimewa. Sebelum memanggangnya, pasti ia mempertimbangkan dulu bagaimana melaksanakannya. Tanpa pertimbangan seperti itu, mungkin kuenya akan gagal dalam proses pemanggangan. Demikian pula, Allah dengan sangat berhati-hati dan dengan pertimbangan yang teliti menjadikan kita warisan-Nya.

Allah mengerjakan segala perkara menurut rencana keinginan-Nya, agar kita menjadi puji-pujian kemuliaan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sedang melakukan pekerjaan yang paling bagus di atas diri kita. Tidak ada satu pekerjaan yang kasar yang dapat menghasilkan pujian atau apresiasi yang tinggi. Pekerjaan yang paling baiklah yang menghasilkan apresiasi tertinggi, dan dari apresiasi itu terbit puji-pujian yang tertinggi. Karena Allah bekerja di atas diri kita dengan cara yang paling bagus, maka kita akan menjadi penyebab apresiasi yang terbesar.

Ayat 12 menerangkan bahwa kita “sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus”. Kata Yunani yang diterjemahkan “sebelumnya” dapat juga diterjemahkan “terlebih dulu”. Kata “pada” dalam bahasa aslinya adalah “dalam”. Kita, kaum beriman Perjanjian Baru, adalah orang-orang yang terlebih dulu menaruh harapan dalam Kristus, yaitu kita menaruh harapan dalam Dia pada zaman ini, sedang orang-orang Yahudi baru akan menaruh harapan mereka dalam Kristus pada zaman yang akan datang. Hari ini, kita sudah menaruh harapan dalam Kristus, tetapi orang-orang Yahudi, yang tidak menaruh harapan dalam Kristus berada dalam suatu keadaan yang sangat kasihan.

Kita telah menaruh harapan dalam Kristus sebelum kedatangan-Nya untuk mendirikan Kerajaan Mesias-Nya. Tetapi orang-orang Yahudi baru akan menaruh harapan dalam Kristus setelah kedatangan-Nya kelak. Karena kita penuh harapan dalam Kristus, maka kita dapat menjadi penyebab pujian universal dari para malaikat atas kemuliaan Allah.

Akhirnya, kita akan menjadi pujian kemuliaan Allah. Seperti telah kita lihat, Allah telah dimuliakan, diekspresikan di atas diri kaum beriman Perjanjian Baru. Ekspresi ini tidak terlihat pada hari ini, namun pada suatu hari akan tertampak. Pada masa itu ekspresi Allah melalui kaum beriman Perjanjian Baru akan membangkitkan pujian yang universal. Allah kita akan sepenuhnya diekspresikan dan dimuliakan melalui kita dan di antara kita. Setelah itu alam semesta akan memuji kemuliaan-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 11

30 October 2012

Efesus - Minggu 6 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:11-12; 14


Di bagian depan ayat 11 dikatakan, “di dalam Dia juga kami telah dijadikan warisan” (Tl.). Kata “juga” dalam ayat 11 ini mengacu kepada perihal disatukannya segala sesuatu di bawah sa-tu kepala di dalam Kristus. Segala sesuatu disatukan di bawah satu kepala di dalam Kristus, dan kita juga telah dijadikan warisan di dalam-Nya. Dalam Kristus kita telah menjadi warisan. Perhatikan baik-baik bentuk waktu (kala) yang dipakai di sini. Dalam masa yang akan datang, segala sesuatu akan disatukan di bawah satu kepala di dalam Kristus, tetapi kita telah menjadi warisan di dalam-Nya. Kata-kata Yunani yang diterjemahkan “telah dijadikan warisan” boleh juga diterjemahkan “telah beroleh warisan”. Kata kerja Yunani ini berarti memilih atau menentukan dengan cara mengundi. Maka, klausa ini dalam arti harfiahnya ialah kita diberi tanda sebagai warisan. Kita dijadikan suatu warisan untuk mewarisi warisan Allah. Di satu pihak, kita telah dijadikan warisan Allah (ayat 18), untuk kenikmatan Allah; sedang di pihak lain, kita telah mewarisi Allah sebagai warisan kita (ayat 14) untuk kenikmatan kita.

Meskipun kita telah menjadi suatu warisan, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita sudah hidup sebagai warisan Allah. Apakah Anda hidup seperti orang yang menjadi warisan Allah? Apakah Anda mirip dengan warisan Allah, atau mirip dengan segumpal tanah? Bagaimana tanah dapat menjadi warisan Allah? Dalam diri kita sendiri, kita benar-benar tidak layak menjadi warisan Allah, namun kita telah dijadikan warisan dalam Kristus sebagai kepala. Menurut alamiah kita, kita tidak layak sedikit pun, tetapi dalam Kristus yang menjadi kepala, kita telah dijadikan warisan Allah.

Melalui Allah menggarapkan diri-Nya ke dalam kita, kita tersusun menjadi suatu warisan. Hari ini Allah masih menggarapkan diri-Nya ke dalam kita. Kebanyakan kita adalah sebagian dari tanah sebagian dari emas. Bagian emas adalah yang menjadi warisan Allah. Saya bersyukur kepada Allah bahwa pada saat pemrosesan menjadi warisan Allah ini berlangsung, unsur emas di dalam kita terus bertambah, sedang unsur tanah terus berkurang.

Proses untuk menjadi warisan Allah berjalan serentak dengan disatukannya segala sesuatu di bawah satu kepala di dalam Kristus. Semakin kita mau disatukan di bawah satu kepala di dalam Kristus, maka di dalam kita akan semakin bertambah unsur emas, yaitu unsur ilahi. Inilah transformasi, ini juga pengudusan yang subyektif. Dalam pengudusan subyektif ini, diri kita akan dijenuhi oleh substansi Allah, esens Allah. Ketika unsur Allah tergarap ke dalam diri kita, kita menjadi warisan Allah. Memang benar, kita telah ditempatkan di dalam Kristus yang menjadi kepala, namun kita masih tetap berada di dalam proses untuk dijadikan warisan-Nya secara sempurna.

Untuk menjadikan kita warisan-Nya, Allah Bapa telah menentukan kita menjadi putra-putra-Nya. Proses untuk menjadikan kita warisan Allah itu berdasar pada dan menurut penentuan Allah yang bersifat kekal. Kini Allah sedang menggarap kita untuk mencapai sasaran penentuan-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 11

29 October 2012

Efesus - Minggu 6 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:11-12; 1 Tes. 2:20


Sekarang kita tiba pada masalah kaum beriman Perjanjian Baru menjadi pujian kemuliaan Allah (Ef. 1:11-12). Efesus 1:12 mengatakan, “Supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.” Ayat ini tidak berarti kita yang akan memuji Allah, melainkan karena begitu banyak yang akan dikerjakan oleh anugerah Allah yang berlimpah bagi dan di dalam kaum beriman, anak-anak Allah (yang merupakan pusat pekerjaan Allah dalam alam semesta), sehingga semua malaikat dan hal positif dalam alam semesta akan memuji dan mengapresiasi ekspresi mulia Allah. Mereka akan memuji-muji Allah sebab kita, putra-putra Allah, akan menjadi pusat, titik fokus dari operasi Allah dalam alam semesta. Kita akan seperti poros sebuah roda. Bila poros ini diambil, roda akan roboh, sebab ruji-rujinya tidak ada penyangganya. Malaikat-malaikat dan perkara-perkara yang positif dalam alam semesta seperti ruji-rujinya; sedangkan kita, putra-putra Allah, seperti porosnya. Tanpa poros yang demikian, alam semesta tidak mungkin melekat bersama. Anugerah yang melimpah di atas diri kita, untuk kita, dan di dalam kita, telah menggenapkan banyak perkara, itulah yang menjadikan kita penyebab semua pujian yang diucapkan oleh perkara yang positif dalam alam semesta. Itulah makna sebenarnya dari ayat 12.

Dalam ayat 11-12 kita nampak bahwa kaum beriman Perjanjian Baru akan menjadi penyebab puji-pujian yang universal. Pujian adalah ucapan apresiasi. Kita tidak memuji tanah, sebab kita tidak mengapresiasi tanah. Di pihak lain, kita benar-benar memuji Tuhan Yesus yang tercinta, karena kita sangat mengapresiasi Dia. Apresiasi kita menjadi puji-pujian kita. Pada suatu hari, kita, putra-putra Allah, akan diapresiasi oleh semua malaikat. Semakin memandang kita, mereka akan semakin banyak meluapkan pengutaraan untuk memuji-muji Allah. Apresiasi mereka terhadap kita akan menjadi puji-pujian mereka terhadap Allah. Mereka akan nampak bahwa apa adanya kita merupakan pekerjaan anugerah Allah yang melimpah itu. Banyaknya pujian tergantung pada banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh anugerah. Bila anugerah yang melimpah itu merampungkan lebih banyak pekerjaannya di atas diri kita, para malaikat pun akan mengapresiasikan kita lebih banyak. Alkitab mengatakan bahwa pohon-pohon pun akan bersorak-sorai (Mzm. 96:12) dan memuji Tuhan (Mzm. 148:7-9). Jika pepohonan itu tidak melihat sesuatu yang ajaib dan indah dalam alam semesta, mereka tentu tidak akan bersukacita. Namun, melihat keadaan kita, putra-putra Allah, bagi pohon-pohon itu adalah kejutan yang teramat besar. Maka pohon-pohon akan bersorak-sorai memuji-muji karena kita. Fakta kita menjadi pujian kemuliaan Allah tidak berarti kita akan memuji Allah, melainkan kita menjadi penyebab pujian yang diucapkan oleh para malaikat dan segala perkara positif dalam alam semesta ini.

Kemuliaan ialah ekspresi Allah. Pada kegenapan waktu, semua putra Allah akan dijenuhi Allah sepenuhnya dan akan mengekspresikan Allah. Allah akan diekspresikan melalui kita. Allah yang terekspresikan ini adalah kemuliaan. Semua malaikat dan perkara positif dalam alam semesta akan memuji Allah yang terekspresikan ini. Inilah arti perkataan bahwa kita akan menjadi pujian kemuliaan-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 11

27 October 2012

Efesus - Minggu 5 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Why. 22:1-2; Yoh. 1:4; 8:12


Kita menikmati suatu miniatur ekonomi yang rampung sempurna dalam hidup gereja hari ini. Dalam gereja ada aliran hayat, kita minum air hayat, dan makan pohon hayat. Inilah ekonomi Allah dalam hidup gereja. Akan tetapi, ini bukan ekonomi yang tertinggi, bukan ekonomi kegenapan waktu. Ketika saya menikmati air hayat dalam gereja, saya menunggu ekonomi yang terakhir. Kita semua akan berada dalam ekonomi yang terakhir itu; dan kita akan sepenuhnya dijenuhi oleh Allah Tritunggal.

Allah di atas takhta mengacu kepada Bapa, Anak Domba mengacu kepada Anak, dan sungai air hayat mengacu kepada Roh. Yohanes 7 mewahyukan dengan jelas bahwa sungai hayat menunjukkan Roh itu. Jadi dalam Wahyu 22 kita nampak Allah Bapa, Allah Anak sebagai Sang Penebus, dan Allah Roh mengalir bersama Allah Anak sebagai pohon hayat yang menjadi suplai hayat kita. Inilah ekonomi Allah Tritunggal, ekonomi yang paling tinggi, ekonomi kegenapan waktu.

Ekonomi ini bermula dari Habel, berkembang dari zaman ke zaman dan pada akhirnya mencapai ekonomi kegenapan waktu. Jika kita nampak hal ini, kita akan kegirangan hingga lupa diri. Rasul Paulus pun tidak sedekat kita terhadap ekonomi yang terakhir ini. Haleluya! Kita semua akan mengambil bagian dalam ekonomi yang sempurna ini! Dalam pemulihan Tuhan, dalam hidup gereja, kita memiliki suatu miniatur dari ekonomi yang akan datang itu. Alangkah ajaib!

Di mana ada hayat, di situ juga ada terang. Yohanes 1:4 mengatakan, “Dalam Dia ada hidup (hayat) dan hidup itu adalah terang manusia.” Terang ini adalah terang hayat (Yoh. 8:12). Dalam Wahyu 21 kita memiliki hayat dan terang. Karena Yerusalem Baru dijenuhi oleh terang, kota itu tidak memerlukan terang matahari. Wahyu 21:23 mengatakan, “Kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.” Dalam Yerusalem Baru kita akan memiliki kemuliaan Allah Tritunggal sebagai penerangan kita. Da-lam langit baru, bumi baru, dan Yerusalem Baru tidak akan ada lagi malam, maut, kegelapan, sebaliknya ada hayat dan terang. Hal ini akan mengakibatkan segala sesuatu bangkit dan berada dalam keadaan yang teratur.

Kita memerlukan penyaluran hayat agar hal ini dapat terwujud. Hayat yang disalurkan ke dalam kita akhirnya menjadi terang manusia. Dalam ekonomi kegenapan waktu, semua bangsa akan berjalan dalam terang kota itu. Ini berarti di situ tidak ada maut, tidak ada kegelapan, tidak ada kebobrokan, dan tidak ada kekacauan. Sebaliknya, segala sesuatu akan berada dalam keadaan teratur, disatukan di bawah satu kepala, yakni Kristus, Kepala yang unik, untuk mengekspresikan Allah Tritunggal dalam kekekalan. Penyatuan segala sesuatu di bawah satu kepala ini akan menjadi ekspresi Allah Tritunggal yang abadi. Hari ini, hidup gereja merupakan pencicipan akan hal ini, satu miniatur dari langit baru, bumi baru, dan Yerusalem Baru. Dalam miniatur ini, kita menikmati penyaluran hayat dengan terang, dan disatukan di bawah satu kepala di dalam Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 10

26 October 2012

Efesus - Minggu 5 Jumat


Pembacaan Alkitab: Why. 21:1; 22:1-2


Ekonomi Allah adalah penyaluran hayat ke dalam orang-orang yang telah mati. Walaupun Adam telah mati, Allah datang untuk menyalurkan sesuatu dari diri-Nya sendiri ke dalam Habel. Allah juga melakukan hal yang sama kepada Enos dan Henokh. Jangan mengira, dalam dirinya sendiri yang mati, Henokh dapat hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun (Kej. 5:22). Hal itu hanya mungkin terjadi melalui Allah menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalamnya. Demikian pula halnya dengan Nuh. Nuh hidup bergaul dengan Allah, dan memiliki iman yang kuat, karena Allah telah menyalurkan diri-Nya ke dalamnya. Allah menyalurkan diri-Nya, mulamula kepada Habel dan bertambah terus dalam setiap generasi. Karena itu, ekonomi pada Henokh lebih besar daripada penyaluran pada Enos; dan penyaluran pada Nuh lebih besar daripada penyaluran pada Henokh. Pada Abraham lebih besar lagi. Kisah Para Rasul 7:2 mengatakan bahwa Allah yang mulia menampakkan diri kepada Abraham. Penampakan itu sesungguhnya merupakan suatu penyaluran. Abraham dapat beriman di dalam Allah, karena Allah telah menyalurkan diri-Nya ke dalam diri Abraham.

Hal yang sama terjadi pada diri kita ketika kita mendengar Injil dan bertobat. Ketika kita bertobat dan mengaku dosa kepada Allah, Allah segera menyalurkan diri-Nya ke dalam kita, walaupun pada saat itu kita mungkin tidak menyadari penyaluran Allah. Tetapi bila kita mengenang pengalaman kita, kita tahu bahwa memang itulah yang terjadi. Pada saat saya bertobat dan mengaku dosa kepada Allah, ada sesuatu tersalur ke dalam diri saya. Saya menangis, tetapi batin saya membara. Itu adalah gerakan dari Allah, juga penyaluran-Nya. Ketika Allah datang untuk menggerakkan kita, Dia juga menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Tidak ada yang dapat mengubah kita seperti ekonomi Allah. Dia dapat mengubah seorang penyamun menjadi seorang saleh, karena ekonomi-Nya menyalurkan sifat kudus Allah ke dalam orang itu. Saya menganjuri kalian pergi menghadap Tuhan selama 30 menit untuk menerima penyaluran-Nya. Selama waktu itu, lupakanlah kesulitan dan keadaan sekitar Anda, bukalah diri Anda bagi-Nya, dan akuilah kekurangan dan ketidakbenaran Anda. Semakin Anda mengaku kepada-Nya, Anda akan semakin membuka jalan bagi-Nya untuk menyalurkan diri-Nya ke dalam Anda.

Kita telah melihat bahwa Allah telah membagikan diri-Nya ke dalam Habel, Enos, Henokh, Nuh, dan Abraham. Dia bahkan telah membagikan diri-Nya kepada Musa lebih banyak lagi, apalagi pada diri Tuhan Yesus.

Pembagian ini terus berlangsung dalam surat-surat kiriman dalam Perjanjian Baru. Pembagian Allah pada masa kini bahkan lebih besar dibanding pada masa Rasul Paulus; mungkin setelah Anda mendengar hal ini Anda merasa benar. Saya ragu, pada masa Paulus masih berada di bumi, adakah satu perhimpunan yang beruntung sehingga dapat mendengar perkataan yang kalian dengar hari ini. Hari ini ada penyaluran anugerah Allah yang lebih dalam, lebih tinggi dan lebih luas. Penyaluran ini akan berlangsung terus melalui masa seribu tahun dan mencapai kegenapan waktu. Ekonomi kegenapan waktu akan merupakan penyaluran yang paling tinggi dan luas. Ekonomi ini akan berlangsung dalam alam kekal, seperti yang diwahyukan dalam Wahyu 21-22.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 10

25 October 2012

Efesus - Minggu 5 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:10; 3:2; Yoh. 1:17


Dalam Alkitab terdapat empat zaman (masa) yang berbeda. Yohanes 1:17 mengatakan, “Sebab hukum Taurat diberikan melalui Musa, tetapi anugerah dan kebenaran datang melalui Yesus Kristus.” Di sini kita nampak bahwa hukum Taurat berkaitan dengan Musa, anugerah berkaitan dengan Yesus Kristus. Jadi di sini tersirat dua zaman: zaman hukum Taurat dan zaman anugerah. Tatkala Musa dibangkitkan, itulah permulaan zaman hukum Taurat, dan tatkala Kristus datang, itulah permulaan zaman anugerah. Roma 5 menyebut Adam dan Musa (ayat 14). Dosa berkaitan dengan Adam, dan seperti telah kita ketahui, hukum Taurat berkaitan dengan Musa. Maka, kita memiliki tiga orang — Adam, Musa, dan Kristus; dan tiga perkara — dosa, hukum Taurat, dan anugerah. Adam berkaitan dengan dosa, Musa berkaitan dengan hukum Taurat, dan Kristus berkaitan dengan anugerah. Hal ini menunjukkan bahwa dari Adam sampai kedatangan Kristus kali kedua mencakup tiga zaman: zaman dosa, zaman hukum Taurat, dan zaman anugerah.

Banyak di antara orang Kristen mengenal ajaran teologia tentang tujuh zaman, yakni zaman tanpa dosa, zaman hati nurani, zaman pemerintahan manusia, zaman perjanjian, zaman hukum Taurat, zaman anugerah, dan zaman kerajaan. Ajaran tersebut bukan tidak benar. Tetapi berdasarkan catatan Alkitab, kita dapat mengatakan bahwa sebelum masa seribu tahun hanya terdapat tiga zaman: zaman Adam, zaman Musa, dan zaman Kristus. Setelah zaman anugerah, akan tiba zaman kerajaan. Zaman kerajaan ini adalah penguasaan surgawi atas bumi selama seribu tahun. Karena itu, seluruhnya ada empat zaman: zaman dosa, zaman hukum Taurat, zaman anugerah, dan zaman kerajaan.

Keempat zaman inilah yang disebut “waktu”. Sebelum dimulainya zaman pertama, belum ada waktu, itulah kekekalan yang lampau. Setelah keempat zaman pun tidak ada waktu lagi, karena yang ada ialah kekekalan yang akan datang. Di antara kedua ujung kekekalan — kekekalan yang lampau dan kekekalan yang akan datang, terdapat empat zaman, empat masa. Zaman Adam ialah zaman dosa, zaman Musa ialah zaman hukum Taurat, zaman Kristus ialah zaman anugerah, dan zaman seribu tahun adalah zaman kerajaan. Ketika keempat masa atau zaman ini genap, itulah yang dimaksud dengan kegenapan waktu, kegenapan zaman. Zaman Adam dan zaman Musa telah genap, zaman anugerah sedang digenapkan, dan zaman seribu tahun belum dimulai. Setelah keempat zaman ini genap, akan ada satu ekonomi yang oleh Paulus disebut ekonomi kegenapan waktu.

Kini kita perlu memahami makna ekonomi. Menurut suatu ajaran, ekonomi mengacu kepada zaman. Tetapi pengertian ini tidak tepat. Ajaran lainnya mengatakan, ekonomi mengacu kepada cara Allah untuk memperlakukan umat-Nya dalam suatu periode khusus. Sebagai contoh: pada zaman tanpa dosa Allah memperlakukan manusia dengan satu cara, dan pada zaman hati nurani, Allah memperlakukan orang dengan cara lain. Demikian pula, Allah memperlakukan orang dengan cara yang berbeda dalam zaman pemerintahan manusia, zaman janji, zaman hukum Taurat, zaman anugerah, dan zaman kerajaan. Pengertian tentang ekonomi yang demikian bukan tidak benar, melainkan masih kurang memadai. Ekonomi adalah tindakan atau langkah dari suatu penyaluran, dan mengacu kepada Allah menyalurkan diri-Nya ke dalam umat pilihan-Nya. Walaupun saya telah mempelajari masalah ekonomi ini bertahun-tahun lamanya, dan pernah mempelajari banyak diagram, tetapi saya tidak pernah mendengar bahwa ekonomi Allah itu adalah penyaluran diri-Nya ke dalam umat pilihan-Nya. Kita harus melupakan semua diagram itu dan mengingat satu butir yang mendasar ini: kini Allah sedang menyalurkan diri-Nya ke dalam kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 10

24 October 2012

Efesus - Minggu 5 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:10; 3:2; 1 Tim. 3:15


Kepengurusan mencakup arti penyaluran. Sebagai contoh, seorang ibu membagikan sarapan kepada anak-anaknya setiap pagi. Ketika anak-anak duduk di depan meja, sang ibu membagikan makanan yang bergizi untuk mereka. Dalam pembagian seperti ini, suatu pengawasan yang wajar selalu dilakukan. Jika seorang anak tidak tertib, sang ibu mungkin akan berkata, “Kalau kamu tidak tertib, kamu tidak akan kuberi sarapan.” Maka, pembagian makanan merupakan suatu pengawasan yang terbaik. Saya pernah mengamati hal ini atas cucu-cucu saya sendiri. Mereka lebih menaati nenek mereka daripada saya, karena neneklah yang membagikan makanan kepada mereka. Karena nenek yang membagi, maka nenek dapat mengontrol mereka dengan mudah dan menyenangkan. Ia mengontrol mereka melalui penyaluran yang manis; penyaluran ini juga merupakan satu pemerintahan atau pelayanan yang mesra. Mempersatukan segala sesuatu di bawah satu kepala di dalam Kristus tidak terjadi oleh suatu pengaturan pemerintah. Sebaliknya, hal ini berasal dari suatu kepengurusan yang manis, oleh satu pengaturan rumah tangga yang mesra, dan oleh satu penyaluran yang menyenangkan. Hal ini terjadi melalui penyaluran suplai hayat yang melimpah dari Allah Tritunggal ke dalam kita. Paulus menyebut hal ini “ekonomi anugerah Allah” atau “penyelenggaraan anugerah Allah” (Ef. 3:2 LAI), yaitu suatu “pengaturan rumah tangga anugerah Allah”.

Setelah kejatuhan manusia, datang dan masuklah ekonomi Allah, yang dimulai dari skala kecil. Pada diri Habel kita tidak dapat melihat banyak ekonomi Allah sebagai suplai hayat kepada umat pilihan-Nya. Tetapi pada diri Henokh ada sedikit tersirat penyaluran yang demikian, hanya tidak begitu jelas. Ketika kita tiba pada Nuh, kita dapat melihat adanya penyaluran Allah sebagai suplai hayat dalam kadar yang sangat kecil. Lalu, dalam hidup Abraham, Ishak, dan Yakub kita nampak sejumlah penyaluran Allah. Selanjutnya, kita nampak adanya satu pemerintahan, kepengurusan, dan pengaturan rumah tangga yang intim dalam Musa dan tabernakel. Ini jelas tertampak pada Musa, Harun, dan para imam dengan pelayanan orang Lewi. Sampai pada Perjanjian Baru, kita nampak memiliki penyaluran hayat pada diri Tuhan Yesus. Betapa manis dan intimnya kepengurusan rumah tangga yang terdapat pada diri-Nya! Dalam seluruh ministri-Nya, Dia menyalurkan Allah sebagai suplai hayat kepada umat pilihan-Nya. Kepengurusan rumah tangga yang intim ini dilanjutkan oleh para rasul, khususnya Paulus, yang memiliki kepengurusan anugerah Allah. Dalam ministrinya, Paulus secara konstan menyalurkan Kristus sebagai hayat ke dalam kaum beriman. Ministri Paulus adalah suatu kepengurusan yang manis dan mesra, dan suatu pengaturan rumah tangga yang menyenangkan. Paulus bahkan mengajar Timotius bagaimana hidup dalam keluarga Allah (1 Tim. 3:15). Cara untuk hidup di dalam keluarga Allah ialah memiliki pengaturan rumah tangga, suatu kepengurusan yang mesra, dan menyalurkan Kristus kepada segenap anggota keluarga Allah. Bukan dengan penguasaan atau dengan suatu pengendalian pemerintahan, melainkan dengan suatu penyaluran yang manis, suatu kepengurusan yang mesra dan pengaturan rumah tangga yang penuh sayang.

Cara Allah menyatukan kita di bawah satu kepala ialah menggarapkan diri-Nya sebagai faktor hayat ke dalam kita, agar kita dapat bangkit dan melekat padu dengan orang lain. Hal ini bukan melalui suatu pengendalian pemerintahan, melainkan oleh penyaluran yang manis, kepengurusan yang mesra, dan pengaturan rumah tangga yang nyaman. Melalui ekonomi ini, faktor hayat tersuplai ke dalam segenap anggota gereja, sehingga mereka dapat bangkit dan melekat padu di dalam Tubuh. Inilah artinya mempersatukan segala sesuatu di bawah satu kepala di dalam Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 9