Pembacaan Alkitab: Ef. 1:4; 2 Ptr.
1:4
Efesus 1:4 mengatakan, “Sebab di
dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus
dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Setelah ayat 3, ayat 4-14 memberikan sebuah
daftar tentang segala berkat rohani yang digunakan Allah untuk memberkati kita.
Pemilihan Allah adalah berkat pertama yang Ia karuniakan kepada kita, dan
perkara yang pertama dari kata-kata indah Allah tentang gereja. Pemilihan Allah
berarti seleksi Allah. Dari antara orang-orang yang tak terhitung jumlahnya,
Dia memilih kita.
Pemilihan Allah bukan terjadi
dalam waktu, melainkan dalam kekekalan. Allah memilih kita sebelum dunia
dijadikan. Di antara jutaan manusia, Dia telah nampak dulu akan kita, bahkan
sebelum kita terlahir, dan memilih kita sebelum dunia dijadikan. Ungkapan
“sebelum dunia dijadikan” mencakup alam semesta, tidak hanya bumi. Ini berarti
bahwa dunia, alam semesta, diciptakan bagi keberadaan manusia untuk
menggenapkan tujuan kekal Allah. Maka manusia adalah inti dari kehendak kekal
Allah. Alam semesta dijadikan agar manusia dapat hidup, agar kehendak kekal
Allah dapat digenapkan.
Allah memilih kita supaya kita
menjadi kudus. Istilah “kudus” telah dirusak oleh ajaran-ajaran agama Kristen hari
ini. Boleh jadi pengertian Anda terhadap “kudus” juga telah dipengaruhi oleh
ajaran-ajaran tersebut. Istilah “kudus” dalam Alkitab tidak boleh kita pahami
menurut konsepsi alamiah kita. Banyak orang mengira kudus berarti keadaan tanpa
dosa. Menurut konsepsi ini, jika seseorang tidak berbuat dosa, dia adalah orang
kudus. Anggapan demikian sama sekali keliru. Kudus bukan keadaan tanpa dosa,
juga bukan kesempurnaan. Kudus bukan hanya berarti dikuduskan, disisihkan bagi
Allah, tetapi juga berbeda, terpisah dari segala sesuatu yang bersifat umum.
Hanya Allah yang berbeda, terpisah dari segala sesuatu. Karena itu, Dia yang
kudus; kudus adalah sifat-Nya.
Ia membuat kita kudus dengan
menyalurkan diri-Nya sendiri, Sang Kudus, ke dalam diri kita, sehingga seluruh
diri kita diresapi dan dijenuhi dengan sifat kudus-Nya. Bagi kita, kaum pilihan
Allah, menjadi kudus berarti mengambil bagian dalam sifat ilahi Allah (2 Ptr.
1:4), dan membiarkan seluruh diri kita diresapi dengan Allah sendiri. Ini
berbeda dengan sekadar sempurna tan-pa dosa atau murni tanpa dosa. Ini membuat
diri kita kudus dalam sifat dan karakter Allah, sama seperti Allah sendiri.
Menjadi kudus berarti terpisah
dari setiap perkara yang di luar Allah, juga berarti dibedakan dari segala yang
bukan Allah. Maka kita tidak seharusnya menjadi umum, tetapi harus berbeda.
Dalam alam semesta, hanya Allah yang kudus. Dia berbeda dengan setiap perkara
dan terpisah. Karena itu, menjadi kudus berarti menjadi satu dengan Allah.
Tanpa dosa atau sempurna tidak sa-ma dengan menjadi kudus. Untuk menjadi kudus,
kita perlu menjadi satu dengan Allah, sebab hanya Allah yang kudus (Im. 11:44;
1 Sam. 2:2).
Di mana saja, benda apa saja,
perkara apa saja, dan siapa saja, yang berkaitan dengan Allah adalah kudus,
sebab apa saja yang dari dan untuk Allah adalah kudus (Im. 20:26; Bil. 16:5;
Neh. 8:9; Kel. 30:37).
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 3
No comments:
Post a Comment