Hitstat

01 October 2012

Efesus - Minggu 2 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:4; 2 Ptr. 1:4


Efesus 1:4 mengatakan, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Setelah ayat 3, ayat 4-14 memberikan sebuah daftar tentang segala berkat rohani yang digunakan Allah untuk memberkati kita. Pemilihan Allah adalah berkat pertama yang Ia karuniakan kepada kita, dan perkara yang pertama dari kata-kata indah Allah tentang gereja. Pemilihan Allah berarti seleksi Allah. Dari antara orang-orang yang tak terhitung jumlahnya, Dia memilih kita.

Pemilihan Allah bukan terjadi dalam waktu, melainkan dalam kekekalan. Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan. Di antara jutaan manusia, Dia telah nampak dulu akan kita, bahkan sebelum kita terlahir, dan memilih kita sebelum dunia dijadikan. Ungkapan “sebelum dunia dijadikan” mencakup alam semesta, tidak hanya bumi. Ini berarti bahwa dunia, alam semesta, diciptakan bagi keberadaan manusia untuk menggenapkan tujuan kekal Allah. Maka manusia adalah inti dari kehendak kekal Allah. Alam semesta dijadikan agar manusia dapat hidup, agar kehendak kekal Allah dapat digenapkan.

Allah memilih kita supaya kita menjadi kudus. Istilah “kudus” telah dirusak oleh ajaran-ajaran agama Kristen hari ini. Boleh jadi pengertian Anda terhadap “kudus” juga telah dipengaruhi oleh ajaran-ajaran tersebut. Istilah “kudus” dalam Alkitab tidak boleh kita pahami menurut konsepsi alamiah kita. Banyak orang mengira kudus berarti keadaan tanpa dosa. Menurut konsepsi ini, jika seseorang tidak berbuat dosa, dia adalah orang kudus. Anggapan demikian sama sekali keliru. Kudus bukan keadaan tanpa dosa, juga bukan kesempurnaan. Kudus bukan hanya berarti dikuduskan, disisihkan bagi Allah, tetapi juga berbeda, terpisah dari segala sesuatu yang bersifat umum. Hanya Allah yang berbeda, terpisah dari segala sesuatu. Karena itu, Dia yang kudus; kudus adalah sifat-Nya.

Ia membuat kita kudus dengan menyalurkan diri-Nya sendiri, Sang Kudus, ke dalam diri kita, sehingga seluruh diri kita diresapi dan dijenuhi dengan sifat kudus-Nya. Bagi kita, kaum pilihan Allah, menjadi kudus berarti mengambil bagian dalam sifat ilahi Allah (2 Ptr. 1:4), dan membiarkan seluruh diri kita diresapi dengan Allah sendiri. Ini berbeda dengan sekadar sempurna tan-pa dosa atau murni tanpa dosa. Ini membuat diri kita kudus dalam sifat dan karakter Allah, sama seperti Allah sendiri.

Menjadi kudus berarti terpisah dari setiap perkara yang di luar Allah, juga berarti dibedakan dari segala yang bukan Allah. Maka kita tidak seharusnya menjadi umum, tetapi harus berbeda. Dalam alam semesta, hanya Allah yang kudus. Dia berbeda dengan setiap perkara dan terpisah. Karena itu, menjadi kudus berarti menjadi satu dengan Allah. Tanpa dosa atau sempurna tidak sa-ma dengan menjadi kudus. Untuk menjadi kudus, kita perlu menjadi satu dengan Allah, sebab hanya Allah yang kudus (Im. 11:44; 1 Sam. 2:2).

Di mana saja, benda apa saja, perkara apa saja, dan siapa saja, yang berkaitan dengan Allah adalah kudus, sebab apa saja yang dari dan untuk Allah adalah kudus (Im. 20:26; Bil. 16:5; Neh. 8:9; Kel. 30:37).


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 3

No comments: