Pembacaan Alkitab: Ef. 1:10; Yeh.
37:4-10
Allah datang untuk menggarapkan
diri-Nya ke dalam manusia, bukan ke dalam manusia ciptaan-Nya semula, melainkan
ke dalam manusia yang telah diinjeksi oleh Iblis. Karena Iblis dan Allah berada
di dalam manusia, maka manusia menjadi sebuah medan perang antara Allah dengan
Iblis. Semula, Allah berperang dengan Iblis di alam semesta, namun kini mereka
berperang di dalam manusia. Apakah Anda tahu bahwa diri Anda merupakan suatu
medan perang, dan ada suatu peperangan antara Allah dengan Iblis sedang
berlangsung dengan sengitnya di dalam Anda? Sebagai orang Kristen, dalam batin
kita terjadi satu peperangan yang seru. Faktor maut sedang berperang melawan
faktor hayat, dan faktor hayat mengalahkan, menundukkan, dan menelan faktor
maut.
Penggunaan antibiotik dapat
menerangkan hal ini. Bila antibiotik masuk ke dalam tubuh kita, ia akan
berperang melawan kuman-kuman penyakit. Yesus Kristus adalah antibiotik yang
paling ampuh. Pada saat kita menerima Dia, suatu peperangan sengit terjadi di
batin kita. Kristus, antibiotik surgawi ini, dari hari ke hari membunuhi semua
kuman penyakit. Karena racun maut telah diinjeksikan ke dalam kita, kita
menjadi tumpukan reruntuhan. Tetapi ketika Kristus masuk, faktor hayat pun
masuk bersama-Nya, dan berangsur-angsur kita mulai bangkit, tetapi bukan mengandalkan
pengajaran, melainkan demi menerima faktor hayat ke dalam diri kita. Semakin
banyak hayat yang kita terima, kita akan semakin dibangkitkan. Tetapi,
sekalipun kita telah menerima Kristus, musuh tetap mungkin menginjeksikan lagi
faktor maut ke dalam kita, dan menyebabkan kita runtuh lagi. Pada saat
demikian, kita perlu suatu injeksi lebih lanjut dari antibiotik surgawi tadi.
Keruntuhan berasal dari faktor
maut, dan kebangkitan berasal dari faktor hayat. Ketika faktor maut
mengakibatkan suatu keruntuhan, semua bagian diri kita tercerai-berai satu sama
lain. Hal ini dikiaskan oleh tulang-belulang kering dalam Yehezkiel 37. Ketika
tulangbelulang itu mati dan kering, mereka tercerai-berai. Tetapi ketika nafas
masuk ke dalam mereka, mereka menjadi hidup, bangkit, dan kemudian melekat padu
(Yeh. 37:4-10). Bangkit dan melekat padu sedemikian ini sebenarnya berarti
disatukan di bawah satu kepala. Pada mulanya, tulang-belulang itu bertumpuk
menjadi satu tumpukan, dan masing-masing terpisah dari tubuh. Tetapi ketika
nafas hayat masuk ke dalam tulang-belulang yang mati itu, pertama-tama mereka
bangkit, kemudian satu sama lain melekat padu. Setelah itu mereka menjadi satu
tubuh, bahkan menjadi sepasukan tentara. Itulah yang dimaksud disatukan di
bawah satu kepala.
Janganlah kita menganggap hal ini
hanya suatu teori belaka, tetapi perhatikanlah hal ini dalam terang pengalaman
kita. Banyak di antara kita dapat bersaksi bahwa kita tadinya tercerai-berai
dan berada dalam tumpukan yang diakibatkan oleh keruntuhan alam semesta itu.
Akan tetapi, pada suatu hari, faktor hayat masuk ke dalam kita, lalu kita
bangkit berdiri dan melekat padu. Setelah menempuh kehidupan gereja, kita
memiliki perasaan yang dalam bahwa kita telah menjadi semakin tegak dan lurus,
dan menjadi semakin melekat padu. Itulah penyatuan di bawah satu kepala di
dalam Kristus. Tetapi, kerap kali kuasa maut bekerja juga di dalam gereja,
untuk menginjeksikan faktor maut ke dalam anggota gereja. Ketika faktor maut
masuk ke dalam anggota-anggota tertentu, mereka lalu diracuni dan menyebarkan
racun maut kepada orang lain. Maka para anggota yang terkasih itu sekali lagi
runtuh menjadi tumpukan, dan karenanya terhempas jauh dari penyatuan di bawah
satu kepala. Namun puji Tuhan, pada akhirnya faktor hayat menjangkau mereka
lagi! Ketika nafas hayat dihembuskan ke dalam mereka, dan faktor hayat masuk ke
dalam mereka, mereka pun bangkit lagi, dan melekat padu kembali, serta
mengalami penyatuan di bawah satu kepala.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 9
No comments:
Post a Comment