Hitstat

10 October 2012

Efesus - Minggu 3 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:4-6; Rm. 8:19


Efesus 1:6 mengatakan bahwa Allah telah “mengaruniai kita” (dikaruniakan-Nya kepada kita). Istilah “dikaruniakan” merupakan ungkapan yang sangat tidak lazim. Allah mengaruniai kita berarti Ia menaruh kita ke dalam kedudukan anugerah, sehingga kita menjadi sasaran anugerah dan kemurahan Allah, yaitu agar kita boleh menikmati segala apa adanya Allah bagi kita. Untuk menerima sesuatu, perlu kedudukan yang tepat. Karena itu, Allah telah menaruh kita dalam anugerah-Nya. Ia telah memberi kita kedudukan dalam anugerah-Nya, agar kita menjadi sasaran anugerah. Di sini, di atas kedudukan anugerah dan sebagai sasaran anugerah, kita sepenuhnya diperkenan oleh Allah. Karena kita berada dalam kedudukan anugerah dan menjadi sasaran anugerah, maka Allah berkenan menerima kita. Perkenan-Nya ada di dalam kita, dan kita pun bersukacita dengan Dia. Pada akhirnya, terdapatlah saling menikmati: kita menikmati Dia, Dia pun menikmati kita. Di sini, dalam anugerah, Dialah sukacita dan kepuasan kita, dan kita adalah sukacita dan kepuasan-Nya. Semuanya ini tercakup dalam istilah “dikaruniakan-Nya” ini.

Hari ini kita tidak hanya berada di bawah belas kasih Allah, kita juga di atas kedudukan anugerah, menjadi sasaran anugerah-Nya. Kita menikmati-Nya dan juga menjadi kenikmatan-Nya. Maka, di sini terdapat saling menyukai, saling menikmati, dan saling memuaskan. Jangan lagi menganggap diri sendiri sebagai orang berdosa, karena kita tidak lagi terikat oleh waktu dan tempat. Sebaliknya, kita berada di surga, dan di dalam kekekalan. Kita juga tidak berada dalam kondisi kita—kita berada dalam kesukaan hati Allah. Itulah artinya kita mengatakan Allah telah mengaruniai kita. Sebab itu, kita tidak seharusnya memandang diri sendiri lagi, tetapi harus menengadah dan menatap ke surga, ke dalam kekekalan. Jangan terlalu membicarakan atau memikirkan diri sendiri, melainkan bicarakanlah anugerah Allah, dan pikirkanlah betapa Dia telah mengaruniai kita.

Terakhir, Efesus 1:6 mengatakan bahwa Allah telah mengaruniai kita di dalam Anak-Nya yang dikasihi-Nya. Di sini Paulus tidak mengatakan, “di dalam Kristus” atau “di dalam Dia”, melainkan “di dalam Dia, yang dikasihi-Nya”. “Dia, yang dikasihi-Nya” adalah Putra terkasih Allah, yang di dalam-Nya Dia berkenan (Mat. 3:17; 17:5). Sebab itu, dalam mengaruniai kita, Allah bertujuan menjadikan kita sasaran yang diperkenan-Nya. Ini mutlak adalah kesenangan bagi Allah. Dalam Kristus kita telah diberkati oleh Allah dengan segala berkat. Di dalam Dia yang dikasihi-Nya, diperkenan-Nya, kita diberi anugerah, kita menjadi sasaran kesukaan dan kesenangan hati Allah, sehingga kita menikmati Allah, dan Allah menikmati kita dalam anugerah. Di dalam Dia yang dikasihi-Nya, kita juga menjadi perkenan-Nya.

Allah berkenan kepada Dia yang dikasihi-Nya Anak-Nya — Dia pun berkenan kepada kita. Jadi, dalam ungkapan “di dalam Dia yang dikasihi-Nya” terkandung kesukaan, kepuasan, dan kenikmatan, yang dimiliki Allah Bapa di dalam kita, karena kita telah menjadi sasaran anugerah dan perkenan-Nya. Dalam pengertian ini, kita semua wajib menghargai dan menilai tinggi diri kita sendiri, karena kita adalah sasaran kesukaan Allah. Anda wajib berkata, “Karena Allah menyukai aku, aku menghargai diri sendiri. Bahkan aku menilai tinggi diriku sendiri, sebab aku telah diletakkan di atas kedudukan anugerah, dan menjadi sasaran anugerah Allah.” Kita wajib mempunyai pandangan yang sedemikian terhadap diri sendiri; bukan menurut keadaan alami kita, tetapi menu-rut fakta bahwa kita telah dipilih, ditentukan, dilahirkan kembali, dan dikaruniai. Allah berkenan kepada kita, bukan di dalam diri kita sendiri, melainkan di dalam Anak-Nya yang terkasih.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 5

No comments: