Hitstat

31 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 4 Kamis

Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?
Markus 15:34
Pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lema sabakhtani?”, yang berarti: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Ayat Bacaan: Mat. 1:20; Mrk. 15:34; 1 Ptr. 2:24; 2 Kor. 5:21; 1 Ptr. 3:18

Ketika Tuhan Yesus dikandung, Dia dikandung oleh Roh Kudus di dalam seorang perawan (Mat. 1:20). Keterkandungan-Nya adalah ilahi, karena hal itu berasal dari Roh Kudus, berasal dari Allah. Keterkandungan-Nya yang ajaib adalah keterkandungan Allah dalam manusia. Keterkandungan ini mencakup keinsanian maupun keilahian.
Tidak seperti Tuhan Yesus, kita semua dikandung dari ayah dan ibu kita. Apa yang tercakup dalam keterkandungan kita hanyalah sifat insani. Tetapi keterkandungan Tuhan Yesus adalah keterkandungan Allah dalam perawan manusia, keterkandungan yang mencakup baik keinsanian dan keilahian. Karena itu, Tuhan Yesus dilahirkan sebagai seorang manusia dengan dua sifat: sifat insani dan sifat ilahi. Hal ini memberikan kita dasar untuk berkata bahwa Dia adalah manusia-Allah. Dia dilahirkan oleh Allah dalam manusia. Dari Allah Dia menerima unsur ilahi, dan dari Maria Dia menerima unsur insani. Kedua unsur ini — keilahian dan keinsanian — membentuk Yesus sebagai Manusia-Allah
Pada waktu Tuhan Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.” (Mrk. 15:34), pada saat itu Dia sedang menanggung dosa-dosa kita (1 Ptr. 2:24), Dia dibuat berdosa karena kita (2 Kor. 5:21) dan Dia mengambil tempat orang-orang dosa (1 Ptr. 3:18). Ini berarti saat itu Allah sedang menghakimi Dia sebagai pengganti kita karena dosa-dosa kita.
Bagi Tuhan Yesus, ditinggalkan oleh Allah merupakan perkara yang paling berat, karena selama hidup-Nya Dia selalu bersama-sama dengan Bapa, bahkan bersatu dengan Bapa (Yoh. 10:30). Namun demi untuk menyelamatkan umat manusia yang berdosa, Dia rela mengalami semuanya ini. Saudara-saudari, keadaan tanpa Allah adalah satu hal yang paling menderita, penuh kekosongan dan kehampaan. Namun, apakah kita memiliki perasaan yang demikian? Seringkali pengalaman hidup kita membuktikan bahwa kita bisa hidup tanpa Allah. Ketika kita ingin melakukan sesuatu, mengatakan sesuatu, apakah kita menjadi orang yang melakukannya bersama dengan Dia? Semoga Allah mencelikkan mata rohani kita, sehingga pada akhirnya kita bisa berkata,”Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup...” (Gal. 2:20).

30 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 4 Rabu

Dikuburkan dengan Terhormat
Markus 15:46
Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengafani-Nya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan-Nya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.

Ayat Bacaan: Mrk. 15:42-47; Mat. 27:57; Yoh. 19:39; 3:1; Yes. 53:9; Luk. 23:55-56

Markus 15:42-47 berbicara tentang penguburan Hamba-penyelamat. Ayat 42 berkata, “Sementara itu hari mulai malam dan hari itu hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terpandang, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.” Setelah Tuhan menggenapkan kematian yang menebus dan menyalurkan hayat, suasana penderitaan-Nya segera berubah menjadi suasana kehormatan. Ada orang kaya bernama Yusuf (Mat. 27:57), dan seorang pejabat Yahudi bernama Nikodemus (Yoh. 19:39; 3:1), datang untuk memperhatikan penguburan Tuhan melalui merempah-rempahi tubuh-Nya dan mengafani-Nya di dalam sebuah kubur yang baru, tempat penguburan orang kaya (Yes. 53:9). Dalam kehormatan manusia dengan standar tinggi yang sedemikian, Tuhan beristirahat pada hari Sabat (Luk. 23:55-56), menunggu saatnya bangkit dari antara orang mati.
Dalam Markus 15:43 Yusuf disebut “Yusuf dari Arimatea.” Kata sandang yang pasti di sini menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang terkenal. Setelah membeli kain lenan, Yusuf mengambil Tuhan Yesus turun dari salib, membungkus Dia dengan lenan, meletakkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu (Mrk. 15:46). Ini adalah penggenapan Yesaya 53:9. Ketika kita membaca Markus 15:42-46, kita nampak bahwa Tuhan Yesus dikuburkan dengan sangat baik. Dia dikuburkan dengan lenan yang baru dibeli dan diletakkan untuk beristirahat di dalam kubur yang baru digali di dalam bukit batu.
Ada tiga hal yang dapat kita lihat dari peristiwa ini. Pertama, Allah adalah Allah yang berdaulat melalui mempersiapkan Yusuf orang Arimatea dan Nikodemus untuk mengatur penguburan Yesus. Kedua, Ini juga adalah suatu kesaksian kebangkitan yang kuat. Dengan adanya kuburan yang kosong, dengan batu yang terguling dan kain lenan yang terlipat membuktikan Tuhan Yesus telah bangkit. Ketiga, kematian Tuhan Yesus dengan tepat menggenapi semua nubuat dalam Perjanjian Lama (Yes. 53:9). Haleluya!

29 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 4 Selasa

Tirai Bait Terkoyak Menjadi Dua
Roma 6:5
Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

Ayat Bacaan: Mrk. 15:38; Yeh. 1:4-14; Why. 4:6-9; Ibr. 2:9; Gal. 2:20

Setelah Tuhan Yesus menyerahkan nyawa-Nya, “tirai Bait Suci terkoyak menjadi dua dari atas sampai ke bawah” (Mrk. 15:38). Tirai di dalam bait adalah tanda daging yang telah dikenakan oleh Kristus. Pengoyakan tirai menandakan bahwa keinsanian yang dikenakan oleh Kristus telah disalibkan. Jika kita mempelajari Alkitab dengan teliti, kita akan menyadari bahwa kerub disulam pada tirai, dan kerub adalah tanda ciptaan Allah (Yeh. 1:4-14; Why. 4:6-9). Karena itu, kerub pada tirai melambangkan ciptaan yang berkaitan dengan keinsanian Yesus. Ketika Tuhan mengenakan keinsanian kita, Dia mengenakan keinsanian yang menanggung ciptaan. Ini memberikan kita dasar yang kuat untuk mengatakan bahwa ketika Kristus menyalibkan keinsanian-Nya, Dia mengakhiri ciptaan.
Ketika tubuh Tuhan Yesus disalib, Allah menaruh seluruh makhluk ciptaan-Nya di dalam-Nya, karena itu mereka pun turut tersalib. Kematian-Nya adalah “mengalami maut bagi semua manusia” (Ibr. 2:9, ‘bagi setiap hal’ — terjemahan J.N. Darby). Jadi, segenap ciptaan lama telah usai. Bertahun-tahun lamanya kita adalah seorang yang tidak mampu berbuat baik, dan yang selalu gagal dalam kehidupan seorang Kristen, tetapi sekarang kita nampak Allah telah menyalibkan kita bersama dengan Kristus. Ketika Kristus terpaku di atas salib, segenap ciptaan lama telah tersalib, kita pun turut tersalib di sana.
Ketika Tuhan Yesus mati, tabir dalam bait suci terbelah dari atas sampai ke bawah, hal ini berarti bahwa tabir itu dibelah oleh Allah di surga. Ciptaan lama telah tersembelih, dan jalan yang baru dan yang hidup untuk masuk ke dalam ruang Maha Kudus telah dibuka oleh Allah. Sekarang melalui tabir daging yang telah terbelah dan oleh darah Yesus, kita dapat masuk ke dalam ruang Maha Kudus, yang melambangkan diri Allah sendiri.
Haleluya, jalan untuk menghampiri Allah telah terbuka melalui kematian Kristus. Dengan penuh keberanian kita dapat menghampiri takhta kasih karunia, untuk menerima rahmat dan mendapat pertolongan pada waktunya (Ibr. 4:16). Setiap pagi adalah waktu yang terbaik bagi kita untuk datang kepada takhta tersebut. Marilah kita meluangkan waktu tersebut bersama dengan Allah.

28 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 4 Senin

Diadili oleh Manusia, dan Dihakimi oleh Allah
1 Petrus 3:18a
Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk dosa-dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah

Ayat Bacaan: Mrk. 15:25, 33-34, 37

Kita telah melihat bahwa Hamba-Penyelamat berada di atas salib selama enam jam, dari jam sembilan sampai jam tiga (Mrk. 15:25, 33-34, 37). Tiga jam pertama adalah waktu penganiayaan manusia. Kita dapat mengatakan bahwa selama jam-jam itu Tuhan Yesus adalah seorang martir. Kemudian pada siang hari, ketika kegelapan datang ke seluruh bumi, Allah datang. Kegelapan ini adalah pertanda penghakiman Allah atas dosa-dosa. Manusia menganiaya Hamba-Penyelamat selama tiga jam pertama dari penyaliban-Nya, Allah datang selama tiga jam kedua untuk menghakimi Kristus sebagai pengganti kita. Dalam tiga jam ini Allah meletakkan semua dosa-dosa di atas Dia dan menganggap-Nya sebagai orang dosa untuk menggantikan kita. Karena itu, selama tiga jam terakhir, Dia adalah Penebus. Sebagai seorang martir Dia menderita penganiayaan di bawah tangan manusia. Sebagai Penebus, Dia menderita penghakiman bagi kita di bawah tangan Allah. Kegelapan adalah pertanda bahwa Allah telah datang untuk menghakimi Kristus sebagai pengganti kita bagi dosa-dosa kita.
Namun sayang sekali, banyak orang Kristen telah mengetahui kisah ini, tetapi tidak memiliki satu perasaan yang mendalam terhadap apa yang dilakukan Tuhan Yesus. Mereka telah mendengar Injil Yesus, juga sudah mengetahui bahwa Yesus mati menggantikan orang dosa, tetapi mereka tidak dengan sepenuh hati datang ke hadapan Allah, menerima Anak-Nya menjadi Juruselamatnya, juga tidak menerima dengan iman untuk bersandar kepada-Nya. Mereka telah mendengar, mengetahui, namun berhenti di sana, tidak terus mencari kasih karunia Allah, maka ajaran dan pengetahuan yang mereka dengar tidak berkhasiat di atas diri mereka. Kalau hanya di dalam otak mengetahui Injil Yesus, tetapi hati tidak percaya, apakah gunanya Injil itu terhadap kita? Sebab itu, setelah kita mengetahui perkara ketersaliban Tuhan, bagaimanakah sikap kita? Saudara-saudari, janganlah menyia-nyiakan darah yang telah Tuhan curahkan bagi kita,tetapi kita harus menghargainya dengan jalan terus mempersembahkan diri kita untuk mengasihi-Nya dan melayani-Nya.

27 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 4 Minggu

Dimahkotai Duri
Galatia 3:13
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”

Ayat Bacaan: Mrk. 15:16-41; Kej. 3:17-18; Gal. 3:13

Markus 15:16-41 merupakan suatu bagian yang membicarakan penyaliban Hamba-Penyelamat. Markus 15:17 mengatakan, “Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.” Duri adalah lambang kutukan (Kej. 3:17-18). Tuhan Yesus menjadi kutuk bagi kita di atas salib (Gal. 3:13). Dalam Markus 15:17, mahkota duri melambangkan keagungan, digunakan sebagai ejekan atas Hamba-Penyelamat (Mrk. 15:20).
Dalam Markus 15:18-19 prajurit melanjutkan ejekan mereka terhadap Tuhan Yesus. Kepala Tuhan Yesus bermahkota duri, ditambah lagi dipukul dengan buluh, bukankah duri itu akan lebih masuk ke dalam daging-Nya? Penderitaan-Nya yang menusuk tulang ini belum pernah dialami oleh Yesus Kristus yang adalah Allah. Dia, karena mengasihi manusia, mau menggantikan manusia mati di atas kayu salib, menyelamatkan manusia terlepas dari penderitaan kekal lautan api. Karena itu, Dia baru menerima penderitaan yang tidak bisa diucapkan. Serdadu-serdadu — alat-alat orang dunia yang berdosa, ikut berperan dalam penderitaan jasmani Kristus, diteruskan lagi membuat hati Tuhan sakit dengan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya (Mrk. 15:19). Setelah mereka mengolok-olok Tuhan Yesus, mereka membawa-Nya ke luar untuk disalibkan (Mrk. 15:20).
Ada prajurit yang membawa anggur yang dicampur dengan mur untuk diminum Tuhan Yesus. Anggur yang dicampur dengan mur adalah untuk pembius; sehingga setelah meminum minuman campuran itu, ketika dipaku, tidak terasa sakit. Tetapi Juruselamat kita tidak mau minum, Dia tidak mau melarikan diri dari penderitaan. Dia sepenuh hati mengasihi semua orang dosa di dunia. Dia mau menerima kematian bagi orang dosa. Dia mau menerima semua penderitaan, semua penghukuman dosa, supaya orang dosa mendapatkan hidup yang kekal. Dia sendiri menggantikan orang dosa, merasakan segala kepahitan hukuman dosa, supaya orang dosa bisa mendapatkan sukacita kebenaran-Nya. Karena itu janganlah kita memandang dengan ringan harga yang telah Tuhan bayar untuk menyelamatkan kita. Marilah kita senantiasa mengucap syukur untuk karunia keselamatan yang diberikan kepada kita, orang dosa yang tidak layak ini.

25 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 3 Sabtu

Dibaptis dalam Kematian-Nya
Roma 6:3
Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Ayat Bacaan: Mrk. 14:43-15:15; Rm. 6:3; 1 Kor. 1:30

Dalam Markus 14:43-15:15 kita nampak pengalaman Tuhan Yesus dan Petrus. Pengalaman-pengalaman ini terjadi pada waktu yang sama. Ketika Tuhan Yesus dihakimi, Petrus juga dihakimi. Pada diri Tuhan Yesus, tentunya tidak ada sesuatu yang membuat-Nya layak dihukum. Sebaliknya, Petrus penuh kesalahan, layaknya kita semua yang berdosa. Petrus perlu disalibkan, dibawa ke dalam kematian Kristus, karena dia begitu mengandalkan manusia alamiahnya. Sebagaimana Petrus, kita pun perlu disalibkan bersama Tuhan, dan pada faktanya, kita telah disalibkan dengan Dia (Rm. 6:3). Saat Kristus disalibkan, kita pun tersalib bersama Dia.
Saudara-saudari, kita perlu nampak bahwa Petrus sebenarnya mewakili kita. Ini berarti kita semua perlu masuk ke dalam kematian Tuhan. Tetapi bagaimana caranya mengalami hal tersebut? Banyak orang yang berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan diri dari hidup yang penuh dosa, namun mereka malah semakin dikuasai oleh dosa. Cara untuk menang atas dosa bukanlah dengan mencoba memperbaiki diri, melainkan dengan mengenal, bahwa Allah telah membereskan segala dosa kita dan diri kita yang alamiah ini di dalam Kristus. Itulah sebabnya rasul Paulus berkata, “Kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya” (Rm. 6:3).
Kalau Allah telah membereskan kita “di dalam Kristus Yesus”, maka kita harus berada dalam Dia supaya jalan penyelamatan itu menjadi efektif bagi kita. Jika demikian, masalah di dalam Kristus menjadilah suatu masalah yang besar. Bagaimana kita dapat “masuk ke dalam” Kristus? Kembali Allah datang menolong kita. Sebenarnya kita tidak ada jalan untuk masuk; dan yang lebih penting, kita tidak perlu mencoba untuk masuk, karena kita sudah ada di dalam Dia. Apa yang tidak dapat kita lakukan sendiri, telah Allah lakukan bagi kita. Dia telah menaruh kita di dalam Kristus. Ingatlah dalam 1 Korintus 1:30 Paulus berkata, “Kamu berada dalam Kristus Yesus.” Bagaimana kita bisa berada di dalam Kristus? “Oleh Dia (yaitu oleh Allah) kamu berada dalam Kristus Yesus.” Kini, tanggung jawab kita adalah senantiasa tinggal di dalam Kristus, tinggal di dalam firman-Nya, dan membiarkan Roh-Nya memimpin kita.

24 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 3 Jumat

Yesus Diserahkan oleh Pilatus untuk Disalibkan
Markus 15:15
Karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka, sedangkan Yesus dicambuknya lalu diserahkannya untuk disalibkan.

Ayat Bacaan: Mrk. 10:45; 14:53-65; 15:1-15

Markus 15:1 mengatakan, “Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat serta para anggota Mahkamah Agama lainnya mengadakan pertemuan. Kemudian mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus.” Di bawah kedaulatan Allah, Hamba-Penyelamat tidak hanya diadili oleh pemimpin-pemimpin Yahudi (Mrk. 14:53-65) sebagai domba di hadapan penggunting bulunya (Yes. 53:7), tetapi juga oleh penguasa Romawi (Mrk. 15:1-15). Dia diadili bagaikan seorang penjahat di hadapan penuduh-penuduh supaya Dia boleh mati untuk melayani orang-orang dosa dengan hayat-Nya sebagai suatu tebusan (Mrk. 10:45). Dia tidak hanya mati sebagai penebus untuk orang-orang Yahudi, yang diwakili oleh para pemimpin Yahudi, tetapi juga untuk orang-orang bukan Yahudi, yang diwakili oleh penguasa Romawi.
Ketika Pilatus mengadili Tuhan Yesus, ia tidak dapat menemukan satu pun kesalahan yang dilakukan oleh Tuhan (Mrk. 15:14). Tetapi demi untuk memuaskan hati orang banyak, Pilatus akhirnya membebaskan Barabas dan menyerahkan Hamba-Penyelamat untuk disalibkan (Mrk. 15:15). Ini menyingkapkan kegelapan dan ketidakadilan politik manusia.
Tindakan Pilatus yang tidak adil ini sebenarnya mewakili manusia alamiah kita sendiri. Seringkali kita sama dengan Pilatus. Kita mungkin lebih suka mendapat kemuliaan manusia daripada kemuliaan Allah. Atau kita lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah. Faktanya, memang masih ada anak-anak Allah yang malu mengakui dirinya sebagai orang Kristen, malu menyebut nama Tuhan Yesus di depan umum, atau malu kalau ketahuan hendak pergi ke persekutuan gereja. Mereka lebih suka kemuliaan manusia daripada kemuliaan Allah. Sikap yang demikian tentu patut disayangkan!
Bila kita benar-benar mengasihi Allah, kita pasti berusaha mencari perkenan Allah; dan jikalau kita benar-benar mencari perkenan Allah, maka tidak seharusnya kita mencari kemuliaan manusia lebih daripada kemuliaan Allah. Kita perlu berdoa, “Tuhan, belaskasihanlah aku. Berikanlah aku hati yang hanya mencari perkenan-Mu, hanya mencari kemuliaan-Mu.”

23 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 3 Kamis

Memikirkan Perkara Allah
Roma 8:5
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

Ayat Bacaan: 2 Ptr. 3:18; Mrk. 14:43-65

Dalam Markus 14:43-65, kita nampak bagaimana Hamba Penyelamat menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap dan kemudian Dia dibawa menghadap Imam Besar untuk dihakimi. Ketika dihakimi, Tuhan Yesus tidak mengatakan apa-apa untuk menjawab mereka yang dengan palsu bersaksi melawan Dia. Tetapi ketika Imam Besar bertanya mengenai keilahian-Nya, maka Tuhan Yesus bersaksi bahwa Dia adalah Anak Allah. Tuhan Yesus selanjutnya berkata bahwa mereka “akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa, dan datang dalam awan-awan di langit” (Mrk. 14:62). Mendengar kesaksian Tuhan, Imam Besar itu pun serta merta mengoyakkan pakaiannya dan berkata, “Ia menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawab, “Ia harus dihukum mati!” (Mrk. 14:63-64).
Mengapa mereka tidak bisa menerima kesaksian Tuhan Yesus? Mereka tidak ingin mendengar kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Allah. Mereka berpendapat, asal Dia berkata bahwa diri-Nya adalah Anak Allah, Dia sudah berdosa. Mereka tidak menginginkan suatu fakta melainkan ingin menjatuhkan hukuman. Apakah Dia benar-benar Anak Allah, mereka tidak berminat untuk mengetahuinya. Satu-satunya yang ingin mereka lakukan adalah membunuh Yesus. Mereka adalah orang-orang terkemuka dalam agama Yahudi pada masa itu, namun mereka tidak memperhatikan perkara Allah. Yang mereka perhatikan adalah kedudukan dan wibawa mereka. Kalau membiarkan Yesus ini tetap ada, kedudukan mereka akan goyah, wibawa mereka akan hancur. Sebab itu mereka berusaha ingin secepatnya menyingkirkan Yesus ini.
Saudara-saudari, bagaimana dengan kita hari ini? Adakah kita memikirkan perkara Allah setiap hari? Ataukah kita hanya memikirkan diri sendiri? Jika kita tidak pernah memikirkan perkara Allah, maka kita tidak jauh berbeda dengan mereka yang menyalibkan Tuhan Yesus. Hanya memikirkan perkara rohani seminggu sekali tidaklah cukup. Saudara saudari, kita perlu mengarahkan diri kita kepada Allah dan kehendak-Nya, menyediakan lebih banyak waktu guna membangun persekutuan yang lebih intim dengan-Nya.

22 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 3 Rabu

Berjaga-jagalah dan Berdoalah
Markus 14:38
Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.

Ayat Bacaan: Mrk. 14:37-38; Ef.6:18

Mengapa setelah Tuhan Yesus mendirikan perjamuan malam-Nya, Dia memperingatkan murid-murid akan ketersandungan mereka dan menyuruh mereka berdoa dan berjaga-jaga? Alasannya adalah kapan kala Tuhan mewahyukan sesuatu mengenai diri-Nya, Dia akan menyingkapkan keadaan kita yang sesungguhnya. Dalam taman Getsemani, Tuhan mendatangi murid-murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur. Lalu Dia berkata kepada Petrus, “Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam saja? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mrk. 14:37-38, Tl.). Berjaga-jaga dan berdoa adalah prinsip yang sangat kuat dalam kehidupan kristiani agar kita jangan jatuh ke dalam pencobaan.
Hari ini kita hidup di dunia, banyak perkara datang mencobai kita. Banyak hal dipakai oleh Iblis untuk membawa kita masuk ke dalam perangkapnya. Baik dalam perkara makanan, pakaian, pekerjaan, harta, pernikahan, dan sebagainya, Iblis selalu mencari kesempatan untuk menggoda kita. Jika kita ingin terhindar dari godaanya, tidak ada jalan lain selain harus berdoa. Dalam perkara apa saja, baik besar maupun kecil, kita harus berdoa. Dalam hal berteman, menjalani hidup pernikahan, memakai uang, bekerja, atau dalam hal membina hubungan keluarga, kita harus banyak berdoa, harus baik-baik mencari kehendak Allah, bertanya kepada Allah, apakah perkara ini boleh dilakukan atau tidak, harus bagaimana melakukan, harus melakukan sampai taraf apa. Doa yang demikian akan menyelamatkan kita dari godaan Iblis.
Pada zaman dahulu, ketika di lautan ada kabut tebal menghalangi pandangan, seringkali kapal-kapal besar membunyikan klakson panjang demi keamanan pelayaran. Kalau tidak membunyikan klakson, dapat dipastikan bahwa kapal-kapal itu berada dalam bahaya. Hari ini kita sedang berlayar di “lautan” dunia yang luas, sering menghadapi kabut yang membuat kita kehilangan arah. Pada saat demikian, kita perlu berdoa, membunyikan “klakson” kita, supaya terhindar dari bahaya dan mengetahui harus mengarah ke mana. Saudara saudari, kiranya di dalam gereja, kita menjadi orang yang berjaga-jaga dan berdoa senantiasa!

21 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 3 Selasa

Dipersembahkan Sebagai Realitas Kurban
Ibrani 9:26b
Akan tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa dengan kurban diri-Nya.

Ayat Bacaan: Mrk. 14:36; Ibr. 10:7; Yoh. 1:29; Kej. 15:9

Selama beberapa abad, banyak orang telah berbicara mengenai doa Tuhan tentang kehendak Allah. Tetapi apakah sebenarnya kehendak Allah dalam Markus 14:36? Jika kita ingin mengetahui apa kehendak Allah dalam ayat ini, kita perlu mempertimbangkan Ibrani pasal 10. Pasal ini memberitahu kita bahwa Tuhan Yesus datang untuk melakukan kehendak Allah (Ibr. 10:7). Menurut konteks Ibrani pasal 10, kehendak Allah secara khusus mengacu kepada penggantian dari kurban-kurban. Dengan kata lain, kehendak Allah adalah mengutus Kristus ke bumi untuk melaksanakan penggantian kurban-kurban dalam Perjanjian Lama dengan diri-Nya sendiri. Allah menghendaki Kristus mati di atas salib sebagai realitas kurban bagi penebusan dosa (Yoh. 1:29).
Dalam Perjanjian Lama ada beberapa persembahan atau kurban, seperti lembu betina, kambing betina, domba jantan, burung tekukur, atau anak burung merpati (Kej. 15:9). Allah mengutus anak-Nya, Yesus Kristus, untuk mati sebagai pengganti dari semua kurban persembahan ini, dan Yesus sendiri menyadari hal tersebut. Inilah sebabnya mengapa Dia berdoa, “Tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Sejak Kristus menerima kehendak Allah itu, maka tidak diperlukan kurban lagi. Sejak hari itu, Allah hanya berkenan pada satu kurban yang sejati, yaitu Kristus.
Kita harus mengumumkan dan menyiarkan kabar kesukaan ini, yakni masalah dosa kita telah beres oleh karena Kristus telah dipersembahkan sebagai kurban penghapus dosa kita. Jangan mendengarkan dusta. Bahkan pengalaman kita pun tidak dapat dipercaya. Kita semua harus mengumumkan, “Dosa telah tersingkir.” Sayang sekali banyak orang Kristen tidak percaya atau tidak menyadari bahwa dosa telah terhapus. Percayakah Anda bahwa dosa Anda telah terhapus? Sekalipun kita bisa lemah dan gagal, kita harus berkata kepada Iblis, “Hai Iblis, aku tidak percaya kepadamu. Aku hanya percaya kepada firman Allah yang mengatakan bahwa dosaku telah terhapus!” Kita harus melupakan pengalaman dan keadaan kita yang naik turun, dengan perkasa kita menerima firman Tuhan, dan mengumumkan kepada musuh dan alam semesta, “Haleluya, dosaku telah terhapus dan Allah telah dipuaskan!”

20 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 3 Senin

Memilih Kehendak Allah
Markus 14:36
Kata-Nya, “Ya Abba, ya Bapa, segala sesuatu mungkin bagi-Mu, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”

Ayat Bacaan: Mrk. 14:32-36; Kol. 3:1; Rm. 12:2

Setelah memperingatkan murid-murid bahwa mereka akan tersandung, Tuhan kemudian pergi bersama mereka ke suatu tempat bernama Getsemani (Mrk. 14:32). Di Getsemani Tuhan “mulai merasa sangat susah dan gelisah” (Mrk. 14:33). Dia berada dalam cengkeraman ketakutan yang menggentarkan saat menghadapi masa depan yang menakutkan.
Dalam ketakutan yang demikian Tuhan melakukan suatu pilihan yang paling besar dan penting. Pada waktu itu, Tuhan boleh berkata, “Aku tidak mau mati.” Tetapi Dia berkata, “Ya Abba, ya Bapa, segala sesuatu mungkin bagi-Mu, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki; melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Meskipun Dia nampak bahwa cawan itu sangat menakutkan, tetapi Dia tidak berani dengan maksud diri sendiri memutuskan sesuatu. Dia secara khusus memilih kehendak Allah, dan secara khusus menolak kehendak yang bukan dari Allah. Jika Tuhan tidak memilih kehendak Allah, maka tidak akan ada salib, tidak akan ada penebusan.
Saudara-saudari, untuk bisa taat kita memerlukan kekuatan. Jika tidak ada Allah yang terlebih dulu memuaskan kita, apapun yang kita lakukan tidak akan berhasil. Setiap hari kita harus belajar mendekati Allah, setiap hari mendapatkan suplai surgawi dari firman-Nya, agar hari demi hari kita bisa memilih kehendak Allah dan menolak yang bukan kehendak-Nya. Pada hari-hari terakhir ini, pencobaan akan semakin banyak, bencana makin besar, tipu muslihat makin dalam. Jika sejak hari ini kita tidak tahu bagaimana menolak yang bukan kehendak-Nya, maka banyak hal akan menghalangi kita dalam mengikuti Tuhan.
Pada jaman ini, Iblis akan menawarkan banyak hal yang menarik dari dunia ini untuk menipu kita. Jika kita tidak secara tegas menolak, kita tidak akan bisa menjadi pemenang. Karena itu, mulai hari ini marilah kita memperhatikan perkara-perkara yang di atas (Kol. 3:1). Apa pun yang dibentangkan di depan kita, kita bisa secara tegas memilih atau menolaknya, karena kita memiliki suplai surgawi yakni firman Tuhan. Selain itu, firman Tuhan akan memperbaharui pikiran kita, sehingga kita dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna (Rm. 12:2).

19 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 3 Minggu

Tuhan Yesus Memperingatkan Murid-murid-Nya
Markus 14:27
Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai.”

Ayat Bacaan: Mrk. 14:27-42; Mat. 26:75; 2 Tim. 2:1; Ef. 6:10

Dalam Markus 14:27-42 Tuhan Yesus memperingatkan murid-murid bahwa mereka akan tersandung, juga menyuruh mereka berjaga-jaga dan berdoa. Dia berkata kepada mereka, “Kamu semua akan terguncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai berai” (Mrk. 14:27).
Ketika Petrus mendengar perkataan Tuhan mengenai murid-murid akan tersandung, dia berkata kepada Tuhan, “Biarpun mereka semua terguncang imannya, aku tidak!” (Mrk. 14:29). Namun apakah jawaban Tuhan atas perkataan Petrus ini? Untuk mempersiapkan murid-murid-Nya bagi kematian-Nya, Tuhan berkata kepada Petrus, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Tetapi Petrus dengan penuh keberanian dan keyakinan diri berkata dengan lantang, “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau” (Mrk. 14:31).
Tak diragukan lagi, saat itu Petrus sangat yakin bahwa dirinya tidak mungkin dapat menyangkal Tuhan. Dia dengan berani berkata bahwa sampai matipun, dia tidak akan menyangkal Tuhan. Namun pada malam itu juga, dia menyangkal Tuhan tiga kali dan setelah kegagalannya yang menakutkan itu, Petrus pun menangis dengan sedihnya (Mat. 26:75).
Keadaan Petrus ini sebenarnya mencerminkan keadaan dari sebagian besar anak-anak Allah. Seringkali kita seakan tidak mengenal diri sendiri. Kita merasa lebih kuat dari orang lain. Ketika melihat yang lain lemah, dalam hati kita segera menilai betapa lemahnya mereka dan betapa kuatnya kita. Inilah Petrus. Namun suatu hari, Tuhan menyingkapkan keadaan kita yang sesungguhnya, dan menerangi kelemahan kita (Rm. 7:18). Pada saat itulah kita akan tersadar dan berdoa, “Tuhan, aku juga tidak terkecuali. Aku ini sama seperti semua saudaraku, dan aku mungkin lebih lemah daripada mereka. Tuhan, belas kasihani aku dan selamatkanlah aku.” Kita perlu berdoa agar anugerah Tuhan menguatkan kita senantiasa (2 Tim. 2:1), bukan lagi bersandar kekuatan alamiah diri sendiri, melainkan bersandar kuat kuasa Tuhan (Ef. 6:10).

18 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 2 Sabtu

Mengalami Realitas Perjamuan Tuhan
Efesus 2:14
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.

Ayat Bacaan: Ef. 2:14-15

Perjamuan Tuhan bagi kita bukanlah suatu liturgi, tradisi, atau tata cara agamawi yang mati, melainkan suatu pelaksanaan gereja yang penuh dengan realitas rohani. Oleh sebab itu, setiap kali kita menghadiri perjamuan Tuhan, kita harus banyak berdoa, bersekutu dengan Tuhan, juga belajar menerima terang dan pemberesan Tuhan.
Beberapa puluh tahun yang lalu, ada seorang Kristen muda datang menghadiri perjamuan Tuhan. Tak lama kemudian, hadir pula dalam perhimpunan itu seorang Kristen lain, yang lebih tua, yang diketahui sebagai orang yang pernah membunuh ayah dari orang Kristen muda yang datang pertama. Tadinya, anak muda ini bermaksud membalas dendam terhadap orang yang membunuh ayahnya itu. Tetapi, ternyata orang yang membunuh ayahnya itu lewat sejangka waktu telah percaya Tuhan dan menjadi salah seorang saudara di dalam Tuhan. Dia telah bertobat, pun telah beroleh selamat, karena itu ia datang untuk bersama-sama kaum beriman lain menghadiri perjamuan Tuhan.
Begitu anak muda tadi melihat orang itu, ia segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan. Sampai di luar, anak muda ini berpikir, “Aku harus mengampuni dia, atau aku harus membalas dendam? Jika ingin membalas dendam, maka malam ini aku tidak bisa makan perjamuan bersamanya.” Pada saat itulah Allah menyatakan kasih Kristus kepadanya. Dia nampak bahwa sebenarnya ia pun adalah musuh Allah, tetapi Kristus telah menyelamatkannya. Kasih Allah meluluhkan hatinya. Kemudian ia menyeka air mata dan masuk menikmati perjamuan Tuhan bersama seterunya itu. Ketika orang itu ke luar, ia tidak lagi memandangnya sebagai musuh, melainkan memandangnya sebagai seorang saudara dalam Tuhan.
Bila kita benar-benar memiliki kasih Allah, kita pasti dapat mengasihi bahkan orang yang tadinya tidak layak kita kasihi. Di hadapan perjamuan Tuhan, segala permusuhan telah dibereskan. Syukur kepada Tuhan, melalui menghadiri perjamuan-Nya, kita mendapatkan terang Allah, kasih ilahi, dan suplai hayat, sehingga kita bisa memiliki persekutuan di dalam Tubuh Kristus. Saudara saudari, realitas dari perjamuan Tuhan ini harus menjadi pengalaman kita.

17 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 2 Jumat

Sikap yang Diperlukan Ketika Menikmati Perjamuan Tuhan
1 Korintus 11:27
Jadi siapa saja dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 11:17-30

Karena gereja telah merosot dan meninggalkan praktek yang tepat dari pengajaran para rasul sebermula, maka Roh Kudus melalui Alkitab mengajar kita untuk memperhatikan dengan cermat beberapa hal dalam pelaksanaan perjamuan Tuhan. Pertama, ketika kita berkumpul untuk menikmati perjamuan Tuhan, kita harus berada di dalam keesaan dengan kaum beriman yang lainnya, artinya tidak boleh ada perpecahan (1 Kor. 11:17-19). Kalau di antara kita yang berkumpul untuk menikmati perjamuan Tuhan ada perpecahan, saling bergolong-golongan, ada perselisihan, atau ada pertikaian, maka perjamuan itu tidak sesuai dengan sifat keesaan gereja, dan akan menyebabkan orang yang mengikutinya tidak mendapatkan kebaikan, tetapi keburukan. Oleh sebab itu, kita harus menguji diri sendiri dan menguji perhimpunan kita, apakah berada di dalam perpecahan atau tidak.
Kedua, saat kita makan dan minum perjamuan Tuhan, kita tidak boleh menganggapnya biasa, layaknya makan dan minum di rumah atau di restoran. Satu Korintus 11:27 memperingati kita, “Jadi, siapa saja dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.” Kita tidak boleh menganggap perjamuan Tuhan sebagai makanan yang biasa. Kita harus menjaga sifat ilahi dari perjamuan Tuhan, menghormati makna perjamuan Tuhan yang agung. Kalau tidak, apa yang kita lakukan akan kehilangan maknanya, sia-sia, tidak saja tidak mendatangkan kebaikan, melainkan mendatangkan keburukan bagi kita.
Jadi, siapa saja yang mengadakan perpecahan dan menganggap biasa perjamuan Tuhan, tidak layak ikut perjamuan Tuhan. Kalau orang yang demikian memaksakan diri untuk menghadiri perjamuan Tuhan, maka ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan (1 Kor. 11:27). Kita tidak boleh berbuat demikian!
Kaum beriman di Korintus, karena tidak menguji diri sendiri, juga dengan cara yang tidak layak makan roti dan minum cawan Tuhan, mereka akhirnya mengalami pendisiplinan Allah. Di antara mereka banyak yang kemudian menjadi lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal (1 Kor. 11:30). Oleh sebab itu, hal ini seharusnya menjadi peringatan yang serius bagi kita!

16 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 2 Kamis

Kesaksian yang Dinyatakan Melalui Perjamuan Tuhan
1 Korintus 10:16
Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?

Ayat Bacaan: 1 Kor. 10:16, 1:9; Yoh. 14:20; 12:24

Ketika Tuhan memberikan roti dan cawan kepada murid-murid-Nya, menyuruh mereka makan dan minum, itu berarti Tuhan menghendaki mereka menerima tubuh-Nya dan darah-Nya ke dalam mereka, menjadi kenikmatan mereka. Ini menyatakan kesatuan kita (kaum beriman) dengan Tuhan. Kita makan roti Tuhan dan minum cawan Tuhan ke dalam kita, menyatakan Tuhan telah bersatu dengan kita, kita memiliki bagian dengan Dia dan segala sesuatu yang Dia genapkan bagi kita. Sebab itu, setiap kali kita berbagian dalam perjamuan Tuhan, kita selalu mempersaksikan bahwa kita dengan Dia, Dia dengan kita, sudah bersatu, berbaur menjadi satu. Kita sudah di dalam Dia dan Dia sudah di dalam kita (Yoh. 14:20). Jadi, perjamuan Tuhan mempersaksikan persekutuan kita dengan Tuhan (1 Kor. 10:16; 1:9).
Perjamuan Tuhan tidak hanya mempersaksikan kesatuan kita dengan Tuhan, juga mempersaksikan kesatuan kita dengan seluruh kaum beriman di dalam Kristus, mempersaksikan keesaan gereja. Kesatuan dengan kaum beriman adalah kesatuan dengan gereja. Inilah yang dinyatakan oleh roti yang dipecah-pecahkan dalam perjamuan Tuhan. Tuhan asalnya adalah “sebiji gandum”, mati dan bangkit kembali menghasilkan banyak butir (Yoh. 12:24). Dia menghendaki butir-butir yang banyak ini menjadi satu roti, menjadi satu Tubuh.
Satu Tubuh ini terdiri dari banyak butiran gandum (kaum beriman), yakni orang-orang yang mendapatkan hayat Tuhan dari zaman ke zaman di seluruh bumi. Kita, butir-butir yang banyak ini, bukanlah butiran gandum yang tersebar, melainkan di dalam Roh Kudus telah menjadi satu ketul roti, “menjadi satu tubuh”. Sebab itu, Rasul Paulus berkata, “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh” (1 Kor. 12:13).
Jadi, roti yang dipecah-pecahkan dalam perjamuan Tuhan mengacu kepada Tubuh Kristus, meliputi semua orang yang telah dilahirkan kembali dari zaman ke zaman di seluruh pelosok bumi. Petrus, Paulus, Yohanes, berada di dalam “roti” ini; dan kita, kaum beriman hari ini, serta orang-orang yang kelak beroleh selamat, semuanya berada di dalam “roti” ini. Haleluya! Kita ada bagian di dalam Tubuh Kristus yang universal! Kita esa dengan Tuhan, juga esa dengan Tubuh-Nya.

15 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 2 Rabu

Memberitakan Kematian Kristus Sampai Dia Datang
1 Korintus 11:26
Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 11:26

Dengan cara apakah gereja memberitakan kematian Tuhan? Menurut Satu Korintus 11:26, setiap kali kita makan roti dan minum cawan perjamuan Tuhan, sesungguhnya kita sedang memberitakan atau memproklamirkan kematian Tuhan. Perhatikanlah bahwa kita tidak hanya mengingat Persona Tuhan, tetapi juga kita memberitakan, memproklamirkan kematian-Nya. Kita mengingat Persona ini dengan memberitakan kematian-Nya kepada alam semesta; kepada roh-roh jahat, kepada malaikat-malaikat, dan kepada manusia, tanpa henti-hentinya sampai Dia datang kembali.
Mengapa roti dan cawan menyatakan kematian Tuhan? Sebab asalnya darah ada dalam daging, jika darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian. Tatkala kita nampak anggur dalam cawan, itulah darah; tatkala kita nampak roti, itulah daging. Darah Tuhan berada di sebelah sini, daging Tuhan berada di sebelah sana, darah sudah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian Tuhan. Roti terbuat dari biji gandum yang telah dihaluskan; cawan berisi sari buah anggur yang telah diperas. Hal ini memperlihatkan dengan jelas kepada kita bahwa di sini ada kematian. Bila biji-biji gandum tidak digiling, mustahil menjadi roti; bila buah-buah anggur tidak diperas, mustahil menjadi sari anggur. Sebab itu Paulus berkata, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan...” (1 Kor. 11:26)
Tuhan Yesus akan datang lagi. Perkataan ini sungguh menghibur kita. Meskipun Dia sekarang di dalam roh, tetapi untuk mengalami penyertaan-Nya yang kelihatan, kita harus menunggu sampai kedatangan-Nya yang kedua kali. Minggu demi minggu dan tahun demi tahun kita mengadakan perjamuan untuk mengingat Tuhan dan memberitakan kematian-Nya, karena kita berharap akan kedatangan-Nya kembali. Sampai Tuhan datang kembali, barulah kita tidak memakannya lagi. Ketika kita berhadapan muka dengan Tuhan, barulah perjamuan ini berakhir. Tetapi, selama Tuhan belum datang kembali, kita wajib menghadiri perjamuan Tuhan, mengingat Dia dan memberitakan kematian-Nya dengan hati yang penuh harap Dia segera datang kembali, mengenang-Nya di dalam roh dan suasana yang menantikan kedatangan-Nya.

14 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 2 Selasa

Meminum Cawan yang Melambangkan Berkat Perjanjian Baru
Markus 14:23-24
Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.”

Ayat Bacaan: 1 Kor. 10:16; Mzm. 16:5; Why. 14:10; Yoh. 18:11

Darah Tuhan adalah darah perjanjian. Darah Tuhan telah memuaskan kebenaran Allah, sekaligus mendirikan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru ini, Allah memberikan kepada kita pengampunan, hayat, keselamatan, dan semua, berkat-berkat rohani, surgawi, dan ilahi. Tuhan mencurahkan darah, Allah mendirikan perjanjian, dan kita menikmati cawan, di mana Allah dan apa adanya Allah menjadi bagian kita. Darah adalah harga yang telah Kristus bayar bagi kita, perjanjian adalah judul tindakan yang Allah buat bagi kita, dan cawan adalah bagian yang kita terima dari Allah.
Darah Tuhan menebus kita dari kondisi kita yang jatuh agar kembali kepada Allah, kembali kepada warisan yang telah hilang akibat kejatuhan Adam, kembali kepada berkat penuh Allah. Karena itu, cawan ini disebut dengan cawan berkat (1 Kor. 10:16). Dalam cawan ini semua berkat milik Allah, bahkan Allah sendiri menjadi bagian kita (Mzm. 16:5). Di dalam Adam bagian kita adalah cawan murka Allah (Why. 14:10). Tetapi Kristus telah meminum cawan bagi kita (Yoh 18:11), dan darah-Nya telah menyusun cawan keselamatan bagi kita (Mzm. 116:13), cawan berkat yang penuh melimpah (Mzm. 23:5).
Melalui berbagian dengan cawan perjanjian ini kita memiliki persekutuan dengan darah Kristus (1 Kor. 10:16). Dalam darah ini, kita ditebus, diampuni, dikuduskan, dibenarkan, berdamai dengan Allah, dan diperkenan Allah. Darah ini juga mencuci dosa kita, membersihkan hati nurani kita, supaya kita dengan berani dapat datang mendekati Allah. Darah Kristus bersaksi bagi kita di hadapan Allah, juga mengalahkan setiap dakwaan Iblis terhadap kita.
Saudara saudari kekasih, setelah nampak akan makna cawan yang Tuhan berikan kepada kita, bukankah kita adalah orang-orang yang paling diberkati di muka bumi ini? Ya. Darah Kristus telah mengembalikan kita pada kedudukan yang tepat untuk menikmati Allah dan segala berkat milik Allah, sehingga kita dapat berkata seperti Daud, “TUHAN adalah bagian dalam pialaku” (Mzm. 16:5 Tl.). Setiap kali kita datang ke dalam perjamuan Tuhan dan mengangkat cawan berkat Perjanjian Baru, hati kita seharusnya penuh dengan ucapan syukur dan apresiasi yang mendalam terhadap Kristus dan karya penebusan-Nya.

13 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 2 Senin

Memakan Roti yang Melambangkan Hayat Allah
Markus 14:22
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ”Ambillah, inilah tubuh-Ku.”

Ayat Bacaan: Mrk. 14:22; 1 Kor. 11:24, 26; Yoh. 6:33-35

Apakah cara yang terbaik untuk mengingat Tuhan? Menurut Alkitab, cara terbaik untuk mengingat Tuhan bukanlah dengan merenung atau bermeditasi di tempat yang gelap, sunyi, dan terpencil, melainkan dengan cara memakan Dia. Jalan yang tepat untuk mengingat Tuhan Yesus adalah dengan memakan Dia, makan roti dan minum cawan (1 Kor. 11:24, 26), yang adalah berbagian dan menikmati Tuhan yang telah memberikan diri-Nya sendiri kepada kita melalui kematian penebusan-Nya. Makan roti dan minum cawan adalah mengambil bagian dalam penebusan Tuhan sebagai bagian kita, sebagai hayat dan berkat kita. Ini adalah jalan yang murni untuk mengingat Dia dan memberitakan kematian-Nya.
Ketika kita dalam perjamuan Tuhan melihat atau menerima roti yang telah dipecah-pecahkan, kita wajib merenungkan bagaimana Tuhan telah menjadi daging bagi kita, bagaimana Dia telah mati bagi kita, dan bagaimana tubuh-Nya terkoyak bagi kita serta diberikan kepada kita, sehingga kita mendapatkan hayat-Nya. Dalam Alkitab, roti berkenaan dengan hayat. Tuhan berfirman, bahwa Dia adalah roti hayat yang memberikan hayat kepada dunia (Yoh. 6:33-35). Roti menandakan hayat. Tubuh Tuhan terkoyak untuk diberikan kepada kita sebagai roti, berarti Dia menyerahkan tubuh-Nya demi kita, supaya kita bisa memiliki hayat-Nya. Inilah makna yang dinyatakan oleh roti yang Tuhan pecah-pecahkan di hadapan murid-murid-Nya (Mrk. 14:22).
Puji Tuhan! Bagi kita yang berdosa, tubuh jasmani Tuhan telah terbelah di atas salib sehingga hari ini kita dapat beroleh hayat Allah, hayat yang kekal. Mendapatkan hayat Allah berarti mendapatkan diri Allah sendiri. Dahulu kita terpisah dari Allah, meninggalkan Allah, jauh dari Allah. Tetapi melalui kematian Kristus, sekarang Allah menjadi bagian kita; bukan hanya kita dapat menghampiri Allah, bahkan dapat menikmati Allah sebagai suplai hayat kita. Hal ini jauh lebih ajaib dan lebih bermakna daripada mukjizat-mukjizat yang sering didemonstrasikan oleh beberapa orang yang “berkarunia” dewasa ini. Bayangkan: Allah sendiri beserta segala milik-Nya, menjadi berkat bahagia kita sampai selama-lamanya. O, betapa ajaibnya hal ini!

12 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 2 Minggu

Makan Paskah dan Menetapkan Perjamuan Malam
Markus 14:22
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ”Ambillah, inilah tubuh-Ku.”

Ayat Bacaan: Mrk. 14:12-20; 1 Kor. 5:7; 11:24-26; Kel. 12:14,13:3

Pada malam Paskah yang terakhir, Hamba-Penyelamat makan perjamuan Paskah dengan murid-murid-Nya (Mrk. 14:12). Tuhan menyuruh dua orang murid-Nya menyiapkan apa yang diperlukan untuk perjamuan Paskah (Mrk. 14:13-16). Ini adalah perjamuan Paskah yang terakhir bagi Tuhan dan murid-murid-Nya, karena setelah perjamuan itu, Tuhan lalu mendirikan Perjamuan Malam-Nya sendiri sebagai pengganti Paskah. Hal ini dilakukan-Nya karena Dia akan menggenapi lambang itu dan menjadi Paskah yang sejati bagi kita (1 Kor. 5:7).
Setelah makan Paskah dan menyingkapkan murid yang akan menyerahkan Dia (Mrk. 14:18-20), Tuhan lalu mendirikan perjamuan malam untuk mengingat Dia. Tuhan memprakarsai praktek baru ini sebagai peringatan kaum beriman-Nya akan Dia, untuk menggantikan perjamuan Paskah, suatu praktek Perjanjian Lama yang merupakan peringatan atas keselamatan Tuhan bagi bani Israel (Kel. 12:14; 13:3). Praktek baru dari Perjanjian Baru ini adalah untuk mengingat Hamba-Penyelamat dengan memakan roti, yang melambangkan tubuh-Nya yang diberikan bagi kita, kaum beriman-Nya (1 Kor. 11:24), dan meminum cawan, yang melambangkan darah-Nya yang ditumpahkan bagi dosa-dosa kita (Mat. 26:28). Dengan melakukan ini, Tuhan secara jelas menunjukkan kepada murid-murid-Nya bahwa Dialah Paskah yang sejati.
Mengapa Tuhan menghendaki kita mengingat Dia? Pertama, karena ada kemungkinan kita melupakan Tuhan dan karya keselamatan-Nya atas diri kita. Kedua, Tuhan ingin melalui kita mengingat Dia, kita memberitakan kematian-Nya (1 Kor. 11:26). Ketiga, melalui mengingat Dia, kita beroleh persekutuan dengan tubuh dan darah-Nya, menikmati Dia sebagai hayat dan berkat kita. Banyak kaum beriman dapat bersaksi, bahwa setiap kali mereka datang ke dalam perjamuan Tuhan, hati mereka kembali dipalingkan kepada Tuhan, kasih mereka terhadap Tuhan dibarakan kembali, dan roh mereka dikenyangkan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus memegang kesempatan untuk menghadiri perjamuan Tuhan, karena Tuhan juga berpesan agar kita demikian mengingat Dia sampai Dia datang kembali (1 Kor. 11:26).

11 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 1 Sabtu

Tujuan Injil dan Hasilnya
Markus 14:8b-9
Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.

Ayat Bacaan: Mrk. 14:8-9

Cerita Injil adalah bahwa Allah mengasihi kita, dan cerita perempuan yang mengurapi Tuhan adalah bahwa dia mengasihi Allah. Kehidupan kristiani kita harus dapat mempersaksikan bagaimana Tuhan mengasihi kita dan bagaimana kita mengasihi Tuhan. Tuhan mengasihi kita adalah untuk keselamatan kita; kita mengasihi Tuhan adalah untuk persembahan diri kita kepada-Nya. Inilah tujuan pemberitaan Injil. Injil tidak hanya untuk memuaskan kita, tetapi terlebih agar Tuhan dipuaskan.
Saat kita memberitakan Injil, sering kita terlalu menekankan manfaat yang diperoleh orang dosa dan tidak begitu memperhatikan apa yang menjadi kehendak hati Tuhan. Dalam Injil memang ada berkat bagi orang dosa; Allah memenuhi keperluan manusia dan mencurahkan berkat yang berlimpah kepada manusia. Tetapi ini bukan hal yang terpenting. Yang utama adalah segala sesuatu harus menjadi kepuasan bagi Tuhan.
Hari ini Allah terus memanggil orang untuk memboroskan diri bagi Kristus! Saudara saudari, sudahkah kita melakukan apa yang dapat kita lakukan? Tuhan dapat berkata kepada perempuan itu, bahwa ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya! Yang tercurah ke atas diri Kristus, tidak ada satupun yang boros, tidak ada satupun yang sia-sia; semuanya adalah persembahan yang harum bagi Allah. Kiranya kita menjadi segolongan orang yang merasa harus mempersembahkan segala-galanya bagi Tuhan sebab nampak bahwa Tuhan patut dikasihi. Kita tidak mempedulikan untung atau rugi. Kita hanya memperhatikan bagaimana menyukakan hati Tuhan dan kita mau melakukan apa saja untuk Tuhan, sekalipun itu merugikan kita secara materi.
Hari ini Tuhan ingin gereja dipenuhi dengan orang-orang seperti Simon yang membuka rumahnya bagi Tuhan, juga dipenuhi “perempuan-perempuan” yang memboroskan dirinya bagi Tuhan. Tuhan tidak ingin seorangpun seperti Yudas yang “bijak”, penuh perhitungan untung-rugi. Di sini Tuhan telah membuat satu ketetapan yang berlaku bagi gereja untuk selamanya, yaitu prinsip kehidupan gereja bukanlah pertimbangan untung-rugi, melainkan mengasihi Kristus di atas segala-galanya. Hanya inilah yang dapat memuaskan Dia!

10 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 1 Jumat

Untuk Apakah Pemborosan Ini?
Markus 14:4-5a
Tetapi beberapa orang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: “Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.”

Ayat Bacaan: Mrk. 14:3-7

Ketika minyak narwastu yang mahal dicurahkan ke atas kepala Tuhan, ada orang yang menjadi gusar. Pada mulanya mereka hanya mencela, kemudian bangkitlah amarah mereka kepada perempuan itu (Mrk. 14:3-5). Tetapi perempuan itu tidak menyisakan minyak itu dikarenakan orang lain marah kepadanya. Botol telah dipecahkan, dan minyak pun mengalir. Selamanya tidak ada korban yang telah diletakkan di atas mezbah boleh ditarik kembali. Karena perempuan ini demikian mengasihi Tuhan, maka ia memiliki keberanian melakukan itu tanpa menghiraukan celaan dan amarah orang lain.
Orang lain menganggap perbuatan perempuan itu sebagai suatu pemborosan, terlalu berlebihan. Bagi mereka cukup dengan minyak narwastu biasa, buat apa dengan minyak narwastu murni; cukup dengan minyak narwastu murni, tidak perlu ditaruh dalam botol pualam; botol pualam sudah cukup, mengapa memakai yang berharga tiga ratus dinar lebih? Mereka mencela dia, marah kepadanya. Mereka menganggap pengurapan dan persembahan itu adalah pemborosan, tetapi Tuhan malah berkata bahwa hal itu adalah suatu perbuatan yang baik, bukan pemborosan (Mrk. 14:6-7).
Yudas benar-benar seorang ahli ekonomi. Begitu ilmu ekonomi masuk ke dalam hati kita, kasih akan segera lenyap dari dalam hati kita. Yang diperhatikan kebanyakan orang sekarang ini ialah, jika kita berbuat begini, pasti akan lebih berhasil; jika kita berbuat begitu, pasti akan lebih efisien. Namun Tuhan akan bertanya, “Apakah perkara itu untuk-Ku?” Hari ini adalah satu-satunya waktu untuk kita menyatakan kasih kepada Tuhan. Hari ini, meskipun kita tidak melihat Tuhan, namun kita mengasihi Dia, inilah yang paling indah.
Ditinjau dari sudut ilmu ekonomi dunia, memang Yudas lebih bijak daripada perempuan itu, sebab minyak mahal itu dapat disedekahkan kepada orang miskin, cukup untuk membantu mereka beberapa bulan, lebih banyak orang akan beroleh manfaat. Yudas mementingkan kegunaan dan faedah yang nyata. Tetapi tujuan keselamatan bukanlah soal bagaimana membantu orang miskin, melainkan masalah hubungan kita dengan Kristus. Persoalannya bukan orang miskin mendapatkan bantuan apa, melainkan apakah Tuhan mendapatkan sesuatu?

09 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 1 Kamis

Memustikakan Kristus dengan Mengasihi Dia
Markus 14:3
Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu botol pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher botol itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.

Ayat Bacaan: Mat. 14:3-5; Luk. 7:47

Ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat sedang sibuk menyusun rencana jahat untuk menangkap dan membunuh Yesus, seorang pengikut Hamba-Penyelamat justru mengekspresikan kasihnya kepada Tuhan dengan sepenuhnya. Markus 14:3 mencatat bahwa perempuan tersebut, yang adalah salah satu pengikut Hamba-Penyelamat, datang membawa suatu botol pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher botol itu, segera dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. Di sini terdapat pemandangan yang sungguh kontras; di Yerusalem kaum agamawan mencari kesempatan untuk membunuh Yesus, namun di tempat yang lain, seorang perempuan justru memegang kesempatan untuk mengasihi Tuhan, mengurapi Dia dengan minyak.
Alangkah mengherankan bahwa Markus tidak mencatat nama perempuan tersebut. Apakah Markus lupa mencantumkan namanya? Kita percaya bahwa tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan di dalam Alkitab. Nama perempuan itu tidak disebutkan, karena perempuan itu mewakili kita. Asalnya kita adalah orang yang berdosa, orang yang terhukum di bawah kuasa dosa. Namun pada suatu hari Tuhan menolong kita, mengampuni kita, dan melepaskan kita dari kuasa dosa dan hukuman Allah. Maka adalah sewajarnya kita mengasihi Tuhan dengan mempersembahkan yang terbaik kepada-Nya. Apa yang telah dilakukan oleh perempuan itu merupakan tindakan yang seharusnya kita lakukan hari ini.
Namun sayang, hari ini banyak orang yang telah ditolong oleh Tuhan tidak dapat melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh seorang perempuan dalam kisah di atas. Banyak orang beranggapan bahwa pertolongan Tuhan itu sudah seharusnya, tidak perlu dibesar-besarkan. Ada pula yang lebih mementingkan pelayanan sosial kepada orang-orang miskin (Mrk. 14:4-5). Saudara saudari, bagaimanakah respon kita terhadap Tuhan? Tuhan berkata bahwa barangsiapa yang dosanya banyak diampuni, ia banyak berbuat kasih (Luk. 7:47). Karena dosa kita yang banyak itu telah diampuni, maka kita harus menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya sasaran kasih kita. Asal untuk Tuhan, tidak ada persembahan yang dapat dikatakan sebagai suatu pemborosan.

08 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 1 Rabu

Yesus Diurapi di Betania
Markus 14:3
Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu botol pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher botol itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.

Ayat Bacaan: Mrk. 14:1-3, 10-11; Kol. 2:9; Ef. 2:22

Dalam Markus 14:1-11, kita dapat melihat berbagai respon orang terhadap Yesus. Di sana terdapat catatan bagaimana imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat tengah mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus (Mrk. 14:1), pula terdapat catatan mengenai rencana Yudas Iskariot untuk menyerahkan Yesus dengan imbalan sejumlah uang dari imam-imam kepala (Mrk. 14:10-11). Namun di antara dua catatan yang jahat ini, terdapat sebuah catatan yang manis, yakni bagaimana Yesus diurapi oleh seorang perempuan ketika Ia sedang makan di rumah Simon si kusta, di Betania.
Mengapa Yesus diurapi di Betania, bukan di Yerusalem? Bukankah Yerusalem adalah tempat yang istimewa karena di sanalah terdapat bait suci dan adalah pusat agama Yahudi? Ya. Yerusalem adalah kota kudus, tempat bait kudus berada. Tetapi Allah tidak lagi berada di sana. Dalam Perjanjian Baru, Allah berada di dalam suatu Persona, yaitu Yesus Kristus (Kol. 2:9). Di luar Kristus, tidak mungkin bagi seorang pun menemukan Allah. Dalam Markus 14:3, Yesus ini telah meninggalkan bait, pergi ke Betania, dan di sanalah seorang pengikut-Nya mencurahkan kasihnya yang terbaik untuk mengurapi Dia.
Untuk menyatakan kasih kita kepada Tuhan, kita perlu mengikuti Dia keluar dari ruang lingkup agama usang kita. Tuhan tidak diurapi di Yerusalem, tetapi di Betania. Artinya, Tuhan tidak dapat kita temukan di dalam praktek-praktek agamawi, melainkan hanya di dalam roh kita, karena di sanalah Kristus hari ini berada. Efesus 2:22 menegaskan bahwa roh kita adalah tempat kediaman Allah. Hanya di dalam roh kita, kita memiliki penyertaan Allah yang hidup. Tatkala kita kembali ke dalam roh kita, kita berada di tempat yang tepat untuk mengasihi Tuhan, mengurapi Dia, mencurahkan milik kita yang terbaik kepada-Nya. Di dalam agama usang, Kristus ditolak, dihina, bahkan dibunuh; namun di dalam roh kita, Kristus dicintai, bahkan diurapi sampai puncaknya.
Karena realitas dari kehidupan gereja ada di dalam roh, maka Betania juga melambangkan miniatur dari kehidupan gereja hari ini. Hanya di dalam kehidupan gereja yang tepatlah kita dapat mengesampingkan semua praktek agama usang, memiliki penyertaan Kristus yang hidup, dan mengasihi Dia sampai puncaknya.

07 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 1 Selasa

Hari Raya Roti Tidak Beragi
1 Korintus 5:8
Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.

Ayat Bacaan: Mrk. 14:1; Ul. 16:1-4; 1 Kor. 5:8; Kel. 12:15-19

Dalam Perjanjian Lama, segera setelah umat Allah merayakan Paskah, mereka mengadakan hari raya Roti Tidak Beragi. Selama perayaan ini, mereka harus menyingkirkan segala ragi dari kehidupan mereka (Ul. 16:1-4). Hal ini sungguh bermakna bagi kita. Setelah kita beroleh penebusan melalui darah Kristus, kita harus membuang “ragi” dari kehidupan kita, yakni segala dosa dan hal-hal cemar milik kehidupan kita yang lama (1 Kor. 5:8). Kalau tidak disingkirkan, maka cepat atau lambat, “ragi” itu akan merusak seluruh kehidupan kristiani kita.
Pada hari raya Paskah, anak domba itu dimakan dengan roti yang tidak beragi (Kel. 12:15). Dalam kelanjutan Paskah, makan roti tidak beragi selama tujuh hari (satu potongan waktu yang penuh) menandakan seluruh waktu hidup kristiani kita dari hari pertobatan kita sampai pada hari keterangkatan kita. Ini adalah masa perayaan yang panjang. Sejak kita menerima Kristus sebagai Paskah kita, kita harus melanjutkan kenikmatan kita akan Kristus melalui menyingkirkan segala sesuatu yang penuh dosa.
Selama tujuh hari dalam perayaan hari raya Roti Tidak Beragi, tidak boleh ada ragi yang ditemukan di dalam rumah (Kel. 15:19), dan tidak boleh ada ragi yang terlihat di antara bangsa Israel (Kel. 13:7). Ini menyatakan bahwa meskipun tidak mungkin kita sepenuhnya tanpa dosa, kita harus menyingkirkan dosa apa pun yang terlihat; yaitu, kita harus meninggalkan dosa yang kita sadari (bd. Ibr. 12:1). Menanggulangi dosa yang terlihat adalah memelihara hari raya Roti Tidak Beragi (1 Kor. 5:7-8). Jika kita bertoleransi dengan dosa yang telah disingkapkan, kita akan kehilangan kenikmatan persekutuan umat Allah (Kel. 12:19; 1 Kor. 5:13). Kristus dan dosa tidak mungkin tinggal berdampingan!
Satu-satunya jalan untuk menyingkirkan dosa adalah makan Kristus setiap hari sebagai hayat yang tersalib, yang bangkit, dan yang tanpa dosa, seperti yang dilambangkan oleh roti yang tidak beragi. Puji Tuhan! Berbagian dalam keselamatan Allah bukanlah soal bagaimana berusaha melakukan sesuatu, melainkan soal makan, berpesta, dan menikmati Kristus sebagai Roti kita. Hanya Dialah suplai hayat yang sejati dan benar, murni, dan penuh realitas.

06 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 1 Senin

Menyelesaikan Dua Ganda Masalah Manusia
Roma 5:10
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

Ayat Bacaan: Mrk. 14:1-2; Ibr. 9:22, 26; 10:1-18; 1 Ptr. 3:18; Rm. 8:3; Yoh. 1:29

Sepanjang sejarah, manusia selalu mencari berbagai cara untuk menyelamatkan dirinya dari keadaannya yang bejat. Di satu pihak, manusia menyadari bahwa perbuatannya yang bersifat luaran tidak dapat memuaskan tuntutan hati nuraninya maupun tuntutan keadilbenaran Allah. Di pihak lain, dia menyadari bahwa di dalam dirinya selalu ada kecenderungan yang membuat dirinya bernafsu, membenci, dan menentang hukum Allah. Kedua hal ini telah ada pada manusia sejak permulaan peradaban. Kedua masalah ini juga tergambar dengan jelas pada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat yang sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin dalam agama Yahudi (Mrk. 14:1-2).
Menurut Alkitab, keadilbenaran Allah menghendaki agar semua dosa dihakimi. Satu-satunya cara agar dosa dapat dihakimi secara adil-benar adalah melalui kematian. Ibrani 9:22 mengatakan bahwa “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”. Agar Allah dapat menghakimi dan kemudian mengampuni dosa-dosa kita, maka harus ada penumpahan darah. Cara penebusan apa pun yang tidak melibatkan kematian tidak dapat memenuhi tuntutan keadilbenaran Allah. Dalam Perjanjian Baru, cara penyelesaian Allah atas masalah dosa adalah dengan mengutus Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus, sebagai kurban yang unik untuk menggantikan semua kurban binatang dalam Perjanjian Lama (Ibr. 10:1-18). Dia membuat Yesus mati sebagai pengganti kita (1 Ptr. 3:18). Hanya dengan jalan demikian, dosa kita dihakimi, dan masalah dosa akhirnya terselesaikan untuk selamanya (Rm. 8:3; Ibr. 9:26).
Paskah merupakan suatu lambang atau gambaran dari pekerjaan penebusan Allah yang dirampungkan-Nya dalam Perjanjian Baru di dalam Yesus Kristus. Kristus adalah Anak domba Allah yang sejati. Dia bukan sekadar seorang guru besar atau pemimpin agama yang besar. Dia adalah Penebus umat manusia. Dia adalah “Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29). Melalui kematian-Nya, tuntutan keadilbenaran Allah dipuaskan, kita beroleh penebusan, dan hayat-Nya di dalam kita menyelamatkan kita dari sifat dan kuasa dosa. Dengan darah-Nya Dia menebus kita, dengan hayat-Nya Dia menyelamatkan kita. Dengan jalan ini kita beroleh damai sejahtera di hadapan Allah.

05 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 1 Minggu

Dipersiapkan Sebagai Kurban Paskah
Markus 14:1
Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat.

Ayat Bacaan: Mrk. 14:1; 1 Kor. 5:7; Kel. 12:3-6; Yoh. 12:1; Ibr. 9:22

Dua hari menjelang hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat berunding guna mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat. Paskah adalah lambang dari Kristus (1 Kor. 5:7). Kristus adalah Domba Allah sehingga Allah dapat melewati kita, orang dosa, sebagaimana digambarkan dalam perlambangan oleh Paskah dalam Keluaran 12. Karena itu, penting sekali bagi Anak Domba Paskah dibunuh pada hari raya Paskah bagi penggenapannya.
Menurut perlambangan, domba Paskah harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan kelayakannya selama empat hari menjelang perayaan Paskah (Kel. 12:3-6). Seturut dengan prinsip ini, sebelum penyaliban-Nya, Kristus datang ke Yerusalem pada saat terakhir, enam hari sebelum hari raya Paskah (Yoh. 12:1), dan diuji oleh pemimpin-pemimpin Yahudi. Namun ternyatalah bahwa tidak ada cacat yang ditemukan pada-Nya, dan Dia terbukti sempurna dan bersyarat menjadi Anak Domba Paskah bagi kita.
Kristus adalah Anak Domba Paskah kita yang tak bercacat. Tidak ada satu pun kesalahan atau cela dalam hidup-Nya. Namun cukupkah demikian? Tidak. Anak Domba ini harus dibunuh. Yang Allah kehendaki adalah anak domba yang tersembelih, bukan anak domba yang masih hidup. Demikian pula, Tuhan Yesus yang hidup tidak bisa menyelamatkan kita; hanya Tuhan Yesus yang telah mati yang bisa menyelamatkan kita. Setelah Dia dipaku dan mati di kayu salib, Dia baru bisa menebus kita.
Banyak orang mengatakan, “Yesus adalah teladan kita. Perilaku-Nya baik, budi pekerti-Nya pun baik, dan kekuatan-Nya besar.” Namun, tidak cukup demikian. Kebaikan-Nya tidak dapat menyelamatkan kita; sebaliknya malah akan menyatakan betapa berdosanya kita. Tujuan Yesus turun ke bumi bukan untuk menjadi teladan kita, agar kita dapat meniru Dia. Dia datang justru sebagai Anak Domba Allah untuk mati menggantikan kita yang berdosa, demi menggenapkan penebusan Allah. Jika Tuhan Yesus tidak mati, Dia tidak dapat menyelamatkan kita dari dosa. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Dan tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan” (Ibr. 9:22).

04 July 2008

Markus Volume 5 - Minggu 4 Sabtu

Berjaga-jaga, Berdoa, dan Menantikan
Markus 13:33
Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu kapan saatnya tiba.

Ayat Bacaan: Mrk. 13:28-37

Dalam Markus 13:28-37 kita memiliki perkataan mengenai berjaga-jaga, berdoa, dan menantikan Hamba-Penyelamat. Berdoa sangat penting bagi kita, agar kita hati-hati dan berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan. Dalam Alkitab Tuhan dengan jelas memberi tahu kita bahwa ia akan datang kembali, dan dengan serius berpesan kepada kita, harus berjaga-jaga menantikan kedatangan-Nya kembali. Tidak ada orang yang tahu pada hari apa, jam berapa, Dia akan datang. Sebab itu, orang yang menanti kedatangan-Nya harus berjaga-jaga. Yang bisa membuat kita berjaga-jaga ialah berdoa. Hanya orang yang berdoa yang bisa menantikan kedatangan Tuhan. Sebab itu, kalau kita mau berjaga-jaga menanti kedatangan Tuhan, tidak boleh kekurangan berdoa.
Kita tahu, setiap kali harus berjaga-jaga di dalam doa dikarenakan di depan ada bahaya. Setiap kali harus waspada, dikarenakan di depan ada musuh. Kalau tidak ada musuh dan bahaya, tidak perlu berjaga-jaga. Sebab itu kita harus berjaga-jaga memelihara waktu doa dan permohonan, perlu sekuatnya mencari waktu untuk berdoa. Kalau menunggu ada waktu yang luang baru berdoa, selamanya tidak akan ada kesempatan untuk berdoa. Semua orang yang ingin melakukan pekerjaan berdoa, semua orang yang ingin maju dalam kehidupan berdoa, semuanya harus menyediakan waktu untuk berdoa.
Karena itu kita harus menjaga waktu ini, sekuatnya memegang waktu ini. Kita harus memiliki doa yang melindungi waktu doa kita. Dengan doa memohon Allah menjaga supaya waktu itu tidak hilang. Karena kalau waktu itu hilang, tidak akan ada doa. Andrew Murray berkata, “Orang yang tidak menetapkan waktu untuk berdoa, tidak memiliki doa.” Kalau kita tidak secara khusus menyisihkan waktu untuk berdoa, selamanya kita tidak ada waktu untuk berdoa. Setiap hari mungkin bisa lima belas menit berdoa akan sangat menguatkan kita. Meskipun kita telah menetapkan waktu untuk setiap hari berdoa, tetapi masih perlu dengan doa menjaga waktu itu, dengan doa memagari waktu itu, supaya tidak direbut oleh musuh.

03 July 2008

Markus Volume 5 - Minggu 4 Jumat

Menyongsong Kedatangan Anak Manusia
2 Timotius 4:1
Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya

Ayat Bacaan: Mrk. 13:24-27; 2 Tim. 4:1

M arkus 13:24-27 membicarakan bagaimana Tuhan Yesus berbicara mengenai kedatangan-Nya. Pada kedatangan Kristus kali pertama, kekuasaan-Nya dinyatakan dalam hal mengusir setan dan menyembuhkan penyakit. Dalam kedatangan-Nya kali kedua, Dia akan melaksanakan kuasa-Nya untuk menjalankan penghakiman Allah, menghancurkan Antikristus dan pasukannya, mengikat Iblis dan kemudian mendirikan Kerajaan Allah di bumi.
Dalam Dua Timotius 4:1 Paulus berpesan kepada Timotius demi kedatangan Tuhan dan demi kerajaan-Nya. Ini menunjukkan bahwa Timotius diberi pesan untuk hidup dalam terang penyataan Tuhan dan kerajaan. Dipesankan demi kedatangan Tuhan dan Kerajaan-Nya adalah suatu hal yang besar. Jika kita dengan serius menanggapi masalah penyataan Tuhan dan kerajaan, hal-hal ini akan mempengaruhi kehidupan kita dengan hebatnya. Kedatangan Tuhan bukan hanya untuk diketahui dan dianalisa secara doktrinal, namun yang terpenting adalah apakah hal tersebut mempengaruhi sikap dan kehidupan kita.
Ada seorang Kristen, pada tahun pertama ia beroleh selamat, ia mengeluarkan banyak waktu dan tenaga untuk membaca Alkitab. Dia khusus hanya membaca satu judul, yaitu kedatangan Tuhan untuk kali kedua. Dia menganalisis dengan sangat jelas perkara tentang kedatangan Tuhan kali kedua. Setelah merasa memiliki sedikit pengetahuan, ia lalu memegahkan diri. Pada suatu hari ia bertemu dengan seorang saudari yang sangat berbobot di dalam Tuhan. Kemudian mereka berbincang-bincang tentang kedatangan Tuhan kali kedua. Saudari itu tidak seperti saudara tadi yang menganalisis dengan jelas. Saudari itu hanya memperhatikan, kita harus bagaimana menantikan kedatangan Tuhan. Hari itu, ia mendapatkan satu pelajaran, bahwa dia adalah seorang yang memberitakan tentang kedatangan Tuhan kali kedua, tetapi di sini ada satu orang yang sedang menantikan kedatangan Tuhan kali kedua. Mempersiapkan diri dalam menantikan kedatangan Tuhan kali kedua adalah sikap yang seharusnya kita miliki sebagai orang Kristen.

02 July 2008

Markus Volume 5 - Minggu 4 Kamis

Pemberitaan Injil Kerajaan
Matius 24:14
Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya

Ayat Bacaan: Mrk. 13:9-13; Mat. 24:14; Kis. 20:24; Why. 1:9

Dalam Markus 13:9-13 Tuhan berbicara mengenai pemberitaan Injil dan penganiayaan. Dalam Markus 13:10 Tuhan melanjutkan perkataanNya, “Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa.” Menurut Matius 24:14, Injil yang diberitakan kepada semua bangsa akan menjadi Injil kerajaan. Injil kerajaan yang meliputi Injil anugerah (Kis. 20:24), tidak hanya membawa manusia ke dalam keselamatan Allah, tetapi juga ke dalam Kerajaan Surga (Why. 1:9). Injil anugerah menekankan pada pengampunan dosa, penebusan Allah, dan hidup kekal; sedangkan Injil kerajaan menekankan pemerintahan surgawi Allah dan wewenang Tuhan. Injil kerajaan ini akan diberitakan di seluruh bumi sebagai kesaksian bagi semua bangsa sebelum akhir zaman ini. Kesaksian ini harus disebarkan ke seluruh bumi sebelum akhir zaman ini, sebelum kesusahan besar.
Yang diperhatikan Allah pada akhir zaman ini adalah pemusnahan Iblis dan kemenangan Anak-Nya. Jika kita tidak sehati dengan Allah dalam perkara ini, tidak memperhatikan apa yang Allah perhatikan dalam zaman ini, maka tak peduli berapa besar perkara yang telah kita kerjakan, itu belum menggenapkan kehendak kekal Allah.
Sebagai orang Kristen, kita harus tahu bahwa di dunia ini kita memikul tanggung jawab yang lebih besar daripada menyelamatkan jiwa, yaitu membawa zaman ini kepada kesudahannya, agar Kerajaan Allah didatangkan. Tugas kita yang paling besar adalah menyingkirkan musuh Allah, Iblis, beserta segala kuasa gelapnya. Kita harus nampak bahwa pekerjaan kita baru terhitung jika ini adalah sasaran akhirnya. Berdoa bukan sekadar untuk doa itu sendiri, melainkan agar Iblis dirugikan; demikian juga dengan menyelamatkan jiwa. Apa pun yang dilakukan, haruslah berketetapan agar Iblis dikalahkan. Kita tidak memandang remeh pekerjaan menyelamatkan jiwa, tetapi, jangan sewaktu menyelamatkan jiwa, kita kehilangan pandangan Kerajaan. Kita harus menjadi orang yang mendahulukan Kerajaan Allah, yaitu yang berhubungan dengan ketetapan Allah, juga musuh Allah, dengan demikian kita akan menjadi orang yang sangat berguna di tangan Allah.

01 July 2008

Markus Volume 5 - Minggu 4 Rabu

Sakit Bersalin - Kelahiran Manusia Baru
Markus 13:8
Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan. Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

Ayat Bacaan: Mrk. 13:8

Ciptaan baru Allah terutama adalah manusia baru. Menghasilkan ciptaan baru dari ciptaan lama mencakup proses kelahiran. Ungkapan “sakit bersalin” dalam Markus 13:8 mengacu kepada sakit yang berhubungan dengan kelahiran manusia baru. Penganiayaan yang ditanggung oleh kaum beriman dianggap sebagai sakit bersalin oleh Tuhan Yesus. Sakit bersalin ini dimulai dari waktu kebangkitan dan kenaikan Tuhan. Sejak hari Pentakosta, sakit bersalin ini belum berhenti dialami oleh para pengikut Tuhan.
Manusia yang diciptakan oleh Allah, manusia lama telah gagal dan menjadi tidak berguna dalam memenuhi tujuan Allah. Karena itu, melalui kematian dan kebangkitan Kristus Allah telah melahirkan satu manusia baru yang universal. Kelahiran atau persalinan manusia baru ini diawali dengan kebangkitan Tuhan, Sebagi umat yang dipanggil oleh Allah, kita semua telah dibangkitkan bersama dengan Kristus.(Ef.2:4-5)
Manusia lama adalah manusia ciptaan Allah yang telah jatuh karena dosa. Setiap orang di dalam Adam bukan hanya orang dosa di hadapan Allah, tetapi juga seorang manusia lama. Ketika orang dosa yang demikian, yaitu manusia lama, mendengar Injil dan percaya kepada Kristus dan diselamatkan, ia menjadi seorang manusia baru. Ia bukan hanya menjadi seorang manusia baru secara individual, tetapi juga dipersatukan dengan semua orang Kristen lainnya untuk menjadi satu manusia baru korporat.
Salah satu kekurangan besar di antara orang-orang Kristen hari ini ialah setiap orang ingin menjadi orang Kristen individu. Setiap orang ingin menjadi baik dan penuh semangat; setiap orang ingin duduk dan mendengarkan khotbah-khotbah. Tetapi Allah tidak hanya menginginkan kita menjadi baik secara individual, tetapi Ia lebih menginginkan sebuah bejana korporat yang akan menghancurkan Iblis dan menggenapkan rencana-Nya. Allah tidak ingin melihat orang-orang Kristen terpencar seperti pasir. Dia ingin semua orang Kristen disatukan. Inilah yang menjadi kedambaan dan tujuan kekal Allah.