Hitstat

31 October 2011

2 Korintus - Minggu 6 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:16-18


Dalam pasal 3 dan 4 kita melihat bahwa pertama-tama rasul disusun dengan Allah itu sendiri. Penyusunan itu adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan perilaku mereka. Setiap aspek dari kehidupan dan perilaku mereka berdasar pada penyusunan itu. Tidak hanya demikian, penyusunan itu memberikan suplai hayat dengan kuasa, kekuatan, kekayaan, hikmat, dan bahkan ministri kepada mereka. Mereka meministrikan dengan apa yang telah disusun ke dalam mereka.

Para rasul tidak memberitakan sesuatu yang hanya mereka dengar atau yang telah diajarkan kepada mereka. Apa yang mereka ministrikan bukanlah sesuatu yang hanya diwahyukan dalam satu penglihatan. Apa yang mereka beritakan, ajarkan, dan ministrikan benar-benar adalah apa yang telah disusun ke dalam mereka. Para rasul ini disusun dengan cara tertentu, dan menjadi orang-orang yang telah tersusun. Karena itu, apa yang mereka ministrikan adalah susunan mereka. Mereka meministrikan apa adanya mereka beserta apa jadinya (terbentuknya) mereka. Ini berarti penyusunan ulang mereka menjadi ministri mereka.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan penyusunan ini bersifat organik dan berasal dari hayat. Hayat ini adalah oleh Roh itu, perampungan akhir dari Allah yang telah melalui proses. Paulus adalah orang yang disusun dari Allah. Membicarakan dia sebagai seorang manusia-Allah saja tidaklah cukup, karena ia sebenarnya adalah seorang yang disusun dari Allah. Karena itu, ministri Paulus adalah diri manusianya. Apa yang ia beritakan dan ajarkan adalah apa adanya dirinya. Ia meministrikan ada adanya dirinya kepada orang lain. Sewaktu Paulus meministrikan dengan cara ini, Kristus disalurkan ke dalam orang lain, karena Paulus dan Kristus telah menjadi satu. Paulus adalah orang yang bersatu dengan Kristus dan disusun dari Kristus. Ministrinya adalah ministri Kristus yang telah tersusun ke dalam dirinya. Tanpa ministri semacam ini, tidak mungkin kita mendapatkan gereja yang dibangun dengan memadai atau mendapatkan mempelai perempuan yang berdandan rapi.

Alkitab menunjukkan bahwa apa yang Allah prakarsai pada mulanya, pasti akan digenapkan. Lagi pula, Allah adalah Allah kebangkitan. Sebagai Allah kebangkitan, tujuan-Nya tidak dapat gagal, dan Dia sendiri tidak dapat digagalkan. Sebaliknya, semua rintangan dan penyimpangan membuktikan keadaan-Nya yang tidak berubah, membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang tidak berubah. Apa yang telah ditentukan-Nya, akan Dia genapkan. Apa yang telah Dia rencanakan untuk dilakukan, akan Dia genapkan pada akhirnya. Dalam Perjanjian Baru Allah memulai dengan sekelompok minister. Paulus termasuk di antara mereka. Pada akhirnya, Allah juga akan memiliki sekelompok minister yang semacam itu. Di sana sini di seluruh dunia, Dia harus memiliki para minister dari perjanjian yang baru. Saya berbeban agar di antara kita akan ada banyak orang yang menjadi para minister dari perjanjian yang baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 11

29 October 2011

2 Korintus - Minggu 5 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:9-15


Ayat 8 hingga ayat 18 menggambarkan kehidupan para rasul menyatakan bahwa para rasul menempuh kehidupan tersalib dalam kebangkitan, atau memperhidupkan hayat kebangkitan di bawah pembunuhan salib, untuk menggenapkan ministri mereka.

Ayat 10 melanjutkan, "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." Membawa kepada kematian di sini berarti membunuh, mematikan; mengacu kepada pekerjaan maut, pekerjaan salib, yang diderita dan dilalui Tuhan Yesus. Ketika Tuhan di bumi, setiap hari Dia berada di bawah pembunuhan ini; hari demi hari Dia mengalami diletakkan di bawah kematian. Para rasul juga mengalami hal ini. Setiap hari mereka berada di bawah pembunuhan; setiap hari mereka diletakkan di bawah kematian.

Para rasul mengalami pekerjaan pembunuhan ini "supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." Kata "supaya" di sini juga berarti agar, hasil. Pembunuhan salib menghasilkan penyataan hayat kebangkitan. Pembunuhan sehari-hari ini adalah untuk melepaskan hayat ilahi dalam kebangkitan. Hayat dalam ayat 10 ini adalah hayat kebangkitan, yang Tuhan Yesus tempuh dan tampilkan melalui pekerjaan salib.

Penggilingan setiap hari yang terus-menerus bekerja untuk satu tujuan khusus: supaya kehidupan Yesus dapat ternyata di dalam tubuh kita. Hayat ini adalah hayat kebangkitan. Tuhan Yesus memperhidupkan hayat kebangkitan bahkan sebelum Dia tersalib. Hayat yang Dia tempuh di bumi adalah satu hayat kebangkitan. Hayat kebangkitan ini adalah satu hayat yang dapat melawan pembunuhan kematian.

Ayat 14 mengatakan, "Karena kami tahu bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Ia juga akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya." Ini menunjukkan bahwa para rasul menganggap diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang telah mati (1:9), karena untuk tujuan Tuhan, mereka selalu diserahkan kepada kematian (4:11). Satu-satunya harapan mereka ada di dalam Allah yang membangkitkan Tuhan Yesus dan yang juga akan membangkitkan mereka. Mereka hidup dengan iman yang demikian.

Kasih karunia dalam ayat 15, menurut konteksnya, adalah Kristus yang hidup di dalam rasul sebagai hayat dan suplai hayat mereka agar mereka menempuh kehidupan salib bagi penyataan hayat kebangkitan, sehingga mereka bisa menggenapkan ministri mereka bagi perjanjian Allah yang baru. Sewaktu para rasul senantiasa berada di bawah pembunuhan ini, maka hayat senantiasa disalurkan kepada orang lain, dan kasih karunia melimpah-limpah karena makin banyaknya orang yang percaya. Hasilnya, ucapan syukur pun semakin melimpah. Paulus tidak mempedulikan penderitaan-penderitaan, karena ia menyadari bahwa dengan berada di bawah pembunuhan ini, maka hayat disalurkan kepada banyak orang dan hayat ini menjadi kasih karunia bagi mereka. Akibatnya, semua orang akan mengucapkan syukur kepada Allah. Inilah kehidupan yang ditempuh oleh para rasul, kehidupan yang tersalib untuk mengekspresikan hayat kebangkitan oleh kekuatan yang unggul dari harta yang ada di dalam bejana tanah liat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 10

28 October 2011

2 Korintus - Minggu 5 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:7-8


Dua Korintus 4:7 dibuka dengan kata-kata, "Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat." Kata "tetapi" menunjukkan satu perbandingan dengan apa yang telah terjadi sebelumnya. Dalam ayat 6 Paulus berkata, "Sebab Allah yang telah berfirman, 'Dari dalam gelap akan terbit terang!', Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus." Frase "harta ini" mengacu kepada ayat 6. Karena pencahayaan Allah di dalam hati kita, maka kita memiliki harta ini, harta yang ajaib, berharga, dan menakjubkan. Namun, kita memiliki harta ini di dalam bejana tanah liat, di dalam sesuatu yang sama sekali tidak berharga. Harta ini ada di dalam bejana tanah liat, karena itu Paulus membuka ayat 7 ini dengan "tetapi".

Fakta bahwa kita adalah bejana tanah liat membuktikan bahwa kekuatan yang unggul atau melimpah-limpah ini berasal dari Allah, bukan dari diri kita. Maksud Paulus di sini ialah, "Aku hanyalah bejana tanah liat, yang hina dan tidak bernilai. Dalam diriku, aku penuh dosa, jatuh, dan hina. Bagaimanakah orang yang demikian dapat menyatakan kebenaran dan memancarkan kemuliaan Injil? Aku tidak memiliki kekuatan untuk melakukan hal ini. Kekuatan yang unggul ini bukan berasal dari diriku, melainkan berasal dari Allah. Meskipun aku adalah satu bejana tanah liat yang tidak bernilai, tetapi Allah telah memancarkan harta yang mustika ini ke dalamku. Sekarang harta ini menjadi sumber kekuatan yang menguatkan aku dan membuatku dapat memancarkan kemuliaan Allah dan menyatakan kebenaran."

Mulai 2 Korintus 4:8 kita akan melihat bahwa para rasul ini tidak menempuh satu kehidupan yang mulia, melainkan satu kehidupan yang tersalib. Menempuh kehidupan yang tersalib adalah menempuh kehidupan di bawah penggilingan. Ini seperti gandum yang berada di bawah batu gilingan. Ketika Tuhan Yesus hidup di bumi, Dia menempuh satu kehidupan di bawah penggilingan. Ibu-Nya, saudara-saudara-Nya, semua murid-Nya, juga penentang-penentang dan penganiaya-penganiaya-Nya berfungsi sebagai batu-batu gilingan. Setiap hari Tuhan Yesus berada di bawah pengilingan.

Jika Anda membaca kembali keempat kitab Injil, Anda akan melihat bahwa yang membuat Tuhan Yesus mengalami penggilingan adalah orang-orang yang dekat dengan Dia. Ketika Tuhan Yesus dianiaya, Dia tetap bersukacita. Tetapi pada suatu hari, sewaktu Dia memberitakan Injil kepada orang banyak, sahabat-sahabat-Nya berpikir bahwa Dia tidak waras lagi (Mrk. 3:21). Pada satu pihak Tuhan Yesus bahkan bertanya, "Siapakah ibu-Ku, dan siapakah saudara-saudara-Ku?" (Mat. 12:48). Kemudian Dia berkata, "Sebab siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku?" (Mat. 12:50). Hari ini kita juga mengalami penggilingan dari orang-orang yang dekat dengan kita, orang-orang yang mengasihi kita dan memperhatikan kita secara alamiah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 10

27 October 2011

2 Korintus - Minggu 5 Kamis

Pembacaan Alkitab: Kel. 30:22-25


Agar Paulus dapat menjadi seorang minister Kristus, pertama-tama ia harus dilahirkan kembali dan kemudian disusun kembali. Kelahiran kembali tidak cukup untuk membuat seseorang menjadi seorang minister dari perjanjian yang baru; orang itu juga perlu ditata ulang, diatur ulang, disusun ulang. Namun, susunan yang baru ini memerlukan unsur yang baru. Tanpa unsur baru itu sebagai esens penyusunan itu, kita tidak mungkin disusun oleh sesuatu. Penebusan Kristus membawa kita kembali kepada Allah, tetapi penebusan ini tidak mengerjakan pekerjaan penyusunan. Pekerjaan ini memerlukan beberapa unsur selain darah penebusan Kristus. Unsur ini bukan hanya hayat, atau Roh; melainkan Allah yang telah melalui proses.

Saya ingin Anda memperhatikan tahap-tahap dari proses yang dilalui Allah: inkarnasi, kehidupan insani, penyaliban, dan kebangkitan. Empat tahap utama dari proses Allah ini juga adalah unsur dari Allah yang telah melalui proses sebagai unsur yang dengannya kita disusun.

Tuhan Yesus, Persona yang ajaib dengan dua sifat, ilahi dan insani, hidup di rumah seorang tukang kayu di Nazaret selama 30 tahun. Setelah menyelesaikan ministri-Nya, Dia disalibkan. Kehidupan insani-Nya menunjukkan bahwa Dia telah melalui segala sesuatu dalam keinsanian yang berhubungan dengan ciptaan yang pertama. Ketika Dia disalibkan, Dia membawa seluruh ciptaan lama ke salib dan mengakhirinya. Karena ciptaan lama ini telah diakhiri, maka kita tidak seharusnya terganggu oleh masalah kita. Dalam pandangan Allah, semua masalah ini telah diakhiri. Allah yang duduk di takhta dapat berkata kepada Iblis, "Iblis kecil, kamu akan berbuat apa? Masihkah kamu akan membuat kesulitan? Aku akan memberikan kepadamu sedikit waktu untuk bermain. Namun, kamu harus sadar bahwa Aku telah mengakhiri kamu. Kamu, bersama ciptaan lama, telah diakhiri." Iblis dan ciptaan lama telah diakhiri, dan kita juga telah diakhiri oleh kematian Kristus di atas salib. Pengakhiran ini adalah makna penyaliban yang sesungguhnya.

Melalui kebangkitan-Nya Kristus membawa umat pilihan dan tebusan Allah ke dalam Allah. Inkarnasi membawa Allah ke dalam manusia; kebangkitan membawa manusia ke dalam Allah. Hari ini kita, umat tebusan Allah, bukan hanya memiliki Allah di dalam kita; kita juga berada di dalam Allah. Sungguh ajaib memiliki Allah di dalam kita, tetapi lebih ajaib lagi kita berada di dalam Allah.

Mungkin Anda tidak begitu menyadari fakta bahwa Anda berada di dalam Allah. Tetapi oleh belas kasihan Tuhan saya dapat bersaksi bahwa saya benar-benar memiliki perasaan, kesadaran, bahwa saya adalah seorang manusia di dalam Allah. Kelihatannya, saya adalah seorang manusia yang hidup di bumi; tetapi sebenarnya, saya adalah seorang manusia di dalam Allah. Allah ada di dalam saya, dan saya ada di dalam Dia.

Allah telah dibawa masuk ke dalam kita melalui inkarnasi, dan kita telah dibawa masuk ke dalam Allah melalui kebangkitan Kristus. Inilah Allah Tritunggal, Allah yang telah melalui proses. Allah Tritunggal yang telah melalui proses ini adalah unsur yang dengannya kita telah disusun.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 10

26 October 2011

2 Korintus - Minggu 5 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:6-7


Para rasul memberitakan Kristus sebagai Tuhan dan mereka sendiri sebagai hamba kaum beriman karena Allah yang berfirman "dari dalam gelap akan terbit terang" telah bercahaya dalam hati mereka (ay. 6). Pencahayaan-Nya dalam alam semesta menghasilkan ciptaan lama; kini Allah bercahaya di dalam hati mereka, menjadikan mereka ciptaan baru. Karena itu, mereka dapat meninggikan Kristus sebagai Tuhan di dalam pemberitaan mereka, dan merendahkan diri sendiri sebagai hamba kaum beriman dalam ministri mereka. Apa yang mereka lakukan bagi Kristus dan apa adanya mereka bagi kaum beriman adalah hasil pencahayaan Allah. Pencahayaan Allah menghasilkan para minister dari perjanjian yang baru dan ministri mereka.

Pencahayaan Allah di dalam hati kita menghasilkan terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus, yaitu penerangan yang membuat kita mengenal kemuliaan Injil Kristus. Cahaya, penerangan yang membuat kemuliaan Injil Kristus dikenal oleh kita berasal dari pencahayaan Allah di dalam hati kita.

Bila kita memiliki kontak yang demikian langsung, pribadi, dan intim dengan Tuhan, barulah kita memiliki pencahayaan yang batini. Ini berlaku bagi kita, juga bagi orang yang tidak percaya yang datang kepada Tuhan untuk kali pertama. Jika kita ingin mendapatkan pencahayaan Tuhan lagi, kita perlu memiliki kontak yang intim dengan Tuhan. Kapan saja kita berseru kepada Tuhan dengan mesra dan intim, kita berada di hadapan wajah-Nya, dan pencahayaan Allah ada di dalam hati kita. Dengan cara inilah para rasul menerima pencahayaan batini. Kemudian mereka memancarkan apa yang telah mereka terima. Inilah cara mereka berperilaku untuk memancarkan kemuliaan Injil Kristus. Kekuatan pencahayaan ini adalah yang dibicarakan dalam ayat 7.

Dalam ayat 7 Paulus berkata, "Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." Pencahayaan Allah dalam hati kita membawakan harta ke dalam kita, yaitu Kristus yang mulia sebagai perwujudan Allah, untuk menjadi hayat dan segala kita. Tetapi kita yang berisikan harta ini adalah bejana-bejana tanah liat yang tidak berharga dan getas. Harta tak ternilai ini tersimpan dalam bejana-bejana tak berharga! Ini membuat bejana-bejana tak berharga itu menjadi para minister dari perjanjian yang baru dengan ministri yang tak ternilai. Ini digenapkan oleh kekuatan ilahi di dalam kebangkitan. Kekuatan yang berlimpah-limpah ini pasti berasal dari Allah, bukan dari diri kita.

Harta ini, Kristus yang berhuni di dalam kita, bejana-bejana tanah liat, adalah sumber suplai ilahi bagi kehidupan kristiani. Berdasarkan kekuatan unggul dari harta inilah para rasul sebagai para minister dari perjanjian yang baru mampu menempuh kehidupan tersalib, supaya hayat kebangkitan Kristus yang mereka suplaikan dapat terwujud. Demikianlah mereka menyatakan kebenaran sehingga Injil dapat terpancar.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 9

25 October 2011

2 Korintus - Minggu 5 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:2-5


Kristus sebagai gambar Allah adalah cahaya kemuliaan-Nya (Ibr. 1:3). Karena itu, Injil Kristus adalah Injil kemuliaan-Nya yang bercahaya dan bersinar. Iblis, ilah zaman ini, telah membutakan pemikiran-pemikiran (angan-angan) dan pikiran-pikiran orang-orang yang tidak percaya, sehingga cahaya Injil kemuliaan Kristus tidak dapat bersinar ke dalam hati mereka. Ini seperti lensa kamera yang ditutup sehingga terang tidak dapat masuk ke dalam kamera.

Apa yang digambarkan Paulus dalam ayat 4 ini adalah semacam fotografi rohani. Kita seperti kamera-kamera dengan lensa dan tombol pemotret. Bila tombol pemotret ini ditekan maka cahaya dengan obyek, bentuk, dan gambar, bisa masuk ke dalam kamera itu dan tercetak pada film. Cahaya ini membawa bentuk gambar itu kepada film dan membentuk satu gambar padanya. Namun, jika lensa kamera itu tertutup, cahaya itu tidak bisa masuk ke dalam kamera. Kadang-kadang ketika kita memberitakan Injil kepada orang lain, mereka seperti kamera dengan lensa yang tertutup. Cahaya tidak dapat masuk ke dalamnya. Puji Tuhan, oleh belas kasihan dan kasih karunia-Nya, selubung setani itu telah disingkapkan dari pikiran kita! Kita bukan hanya memiliki muka yang tidak berselubung, tetapi juga memiliki pikiran yang tidak berselubung.

Muka yang tidak berselubung dalam 3:18 adalah pikiran yang tidak berselubung dalam pasal 4. Menurut konsep Paulus, dua hal ini adalah satu. Karena itu, memiliki muka yang tidak berselubung adalah memiliki pikiran yang tidak berselubung. Ini seperti sebuah kamera yang terbuka kepada sorotan cahaya.

Sewaktu cahaya ini masuk ke dalam kita, maka cahaya ini membawa masuk gambar Kristus. Cahaya ini bersinar ke dalam roh kita melalui pikiran kita. Roh kita dapat dibandingkan dengan film. Ketika cahaya itu masuk ke dalam kita melalui pikiran kita yang terbuka, maka cahaya itu akan mencapai roh kita dan membawa bentuk Kristus, gambar Kristus, ke dalam kita. Dalam gereja kita sedang mempraktekkan fotografi rohani dan surgawi yang demikian ini.

Ayat 5 mengatakan, "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus." "Sebab" menunjukkan apa sebabnya Injil rasul, yaitu Injil kemuliaan Kristus, seharusnya tidak berselubung: mereka tidak memberitakan atau meninggikan diri mereka sendiri, tetapi memberitakan dan meninggikan Kristus Yesus sebagai Tuhan segala sesuatu, dan mereka sendiri berperilaku sebagai hamba kaum beriman demi Yesus, seperti yang dilakukan Yesus, yang adalah Tuan, namun datang untuk melayani seperti seorang hamba (Mat. 20:26-28).

Kristus Yesus sebagai Tuhan meliputi: Kristus yang ada di atas segala sesuatu, Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya (Rm. 9:5), Firman kekal yang telah menjadi daging, menjadi manusia (Yoh. 1:14), Yesus yang tersalib sebagai manusia untuk menjadi Juruselamat kita (Kis. 4:10-12), dan yang bangkit menjadi Anak Allah (Kis. 13:33); Kristus ditinggikan menjadi Tuhan (Kis. 2:36), yaitu Tuhan semua manusia (Kis. 10:36; Rm. 10:12; Yoh 20:28; 1 Kor. 12:3), Dia adalah gambar Allah, cahaya kemuliaan Allah (Ibr. 1:3). Inilah isi Injil. Karena itu, Injil adalah Injil kemuliaan Kristus yang bercahaya, memancar, dan bersinar dalam hati manusia (ayat 6). Jika hati manusia tidak diselubungi oleh apa pun, juga tidak dibutakan oleh Iblis, ilah zaman ini, ia dapat melihat cahaya Injil (ayat 4).


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 9

24 October 2011

2 Korintus - Minggu 5 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:1


Injil yang diberitakan oleh Paulus adalah Injil kemuliaan, Injil yang penuh dengan terang dan kemuliaan. Kemuliaan ini tidak dapat disampaikan hanya dengan berbicara, atau memberitakan. Kemuliaan ini harus terekspresi melalui pancaran. Selain itu, pancaran ini harus menjadi kehidupan para minister Perjanjian Baru. Kehidupan mereka adalah pancaran dari Injil yang mereka beritakan. Bagi mereka, Injil ini bukan hanya satu doktrin. Doktrin tidak memerlukan pancaran. Tetapi Injil yang mereka beritakan, yaitu Injil kemuliaan, penuh dengan pancaran. Kemuliaan ini adalah Allah itu sendiri, Allah yang terwujud di dalam Injil yang mereka beritakan. Karena itu, Injil yang diberitakan oleh para minister dari perjanjian yang baru ini bukanlah satu teori, satu filsafat, atau doktrin belaka. Injil ini adalah perwujudan Allah Sang mulia. Injil ini tidak dapat dilaksanakan hanya melalui pemberitaan, melainkan harus ada pancaran.

Para minister yang melaksanakan Injil kemuliaan ini adalah benda-benda yang memancarkan cahaya, yakni, orang-orang yang bersinar. Sebagai benda-benda yang memancarkan cahaya, mereka sendiri tidak memiliki cahaya, tetapi mereka memiliki kemampuan untuk memantulkan cahaya yang berasal dari sumber yang lain, seperti bulan memantulkan cahaya matahari.

Injil ini dapat dibandingkan dengan Kristus yang bercahaya seperti matahari, Allah Sang mulia terwujud di dalam pekerjaan penebusan-Nya. Kita semua perlu memahami Injil dengan cara ini. Jangan menganggap Injil sebagai satu filsafat atau pengajaran. Tidak, Injil adalah perwujudan dari Allah Sang mulia. Injil ini memerlukan orang-orang yang bersinar, benda-benda yang memancarkan cahaya, untuk memantulkan cahayanya. Pantulan cahaya dari Injil kemuliaan ini adalah kehidupan semua minister dari perjanjian yang baru. Pantulan ini adalah perilaku para rasul.

Dalam ayat 4 Paulus memakai kata cahaya. Dalam lubuk rohnya, Paulus menganggap dirinya dan sekerja-sekerjanya sebagai benda-benda yang memancarkan cahaya. Hari ini kita juga perlu menjadi benda-benda yang memancarkan cahaya yang memantulkan kemuliaan Injil Kristus. Sasaran, tujuan, dan maksud dari kehidupan para minister Perjanjian Baru ini adalah untuk bercahaya secara demikian. Sasaran perilaku Paulus adalah memancarkan Injil. Ia dan para sekerjanya, yaitu para minister dari perjanjian yang baru, berperilaku untuk memancarkan Injil kemuliaan Kristus.

Dalam 4:1 Paulus berkata, "Oleh rahmat Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu, kami tidak tawar hati." Aspek pertama dari cara para rasul itu berperilaku adalah bahwa mereka tidak tawar hati. Saya dapat bersaksi bahwa karena saya juga mengambil bagian dalam ministri ini, saya tidak tawar hati. Ministri ini adalah satu pendorong dan satu motivasi. Ministri ini menguatkan saya, menopang saya, meneguhkan saya, dan membuat saya tidak tawar hati. Bahkan penentangan adalah satu tanda bahwa ministri ini berada di bawah berkat Tuhan dan bahwa ministri ini berkhasiat. Kita tidak tawar hati, tidak peduli berapa banyak penentangan yang bangkit melawan kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 9

22 October 2011

2 Korintus - Minggu 4 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:18; Rm. 8:29


Menurut ayat 18, kita seperti cermin memandang dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Memandang berarti kita sendiri melihat Tuhan; memantulkan berarti membuat orang lain melihat Tuhan melalui kita. Kita seperti cermin memandang dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Jika demikian, muka kita seharusnya mutlak tidak berselubung, supaya kita dapat melihat dengan jelas dan memantulkan dengan tepat.

Kemuliaan dalam ayat 18 ini adalah kemuliaan Tuhan yang bangkit dan terangkat; Dia adalah Allah juga manusia, yang telah melalui inkarnasi, kehidupan manusia di bumi, dan ketersaliban, masuk ke dalam kebangkitan, merampungkan penebusan yang penuh, dan menjadi Roh pemberi-hayat. Sebagai Roh pemberi-hayat, Dia berhuni di dalam kita untuk menjadikan diri-Nya dan semua yang telah Ia rampungkan, dapatkan, dan capai, riil bagi kita, supaya kita bersatu dengan-Nya dan diubah menjadi serupa dengan gambar Tuhan, dari kemuliaan ke kemuliaan.

Ketika kita dengan muka yang tidak berselubung memandang dan memantulkan kemuliaan Tuhan, Dia menginfus kita dengan unsur-unsur apa adanya Dia dan apa yang Dia kerjakan. Demikianlah, kita diubah secara metabolis untuk memiliki bentuk hayat-Nya oleh kuasa hayat-Nya, berdasarkan esens hayat-Nya, ditransfigurasikan terutama oleh pembaruan pikiran kita (Rm. 12:2), menjadi gambar-Nya. Sedang diubah menyatakan kita sedang berada dalam proses pengubahan.

Penyusunan hayat melibatkan esens hayat, kekuatan hayat, dan bentuk hayat. Setiap jenis hayat memiliki tiga hal ini -- esens, kekuatan, dan bentuk. Misalnya, bunga anyelir memiliki esens dan kekuatan. Karena itu, bunga ini memiliki bentuk tertentu. Sewaktu anyelir ini bertumbuh dengan esens hayat dan oleh kekuatan hayat, anyelir ini dibentuk menjadi satu bentuk tertentu. Ini sama dengan hayat ilahi. Hayat ini memiliki esens, kekuatan, dan bentuk. Bentuk hayat ilahi adalah gambar Kristus. Jadi, dalam ayat 18 kita memiliki pemikiran tentang diubah menjadi serupa dengan gambar yang sama. Ini berarti kita akan dibentuk menjadi serupa dengan gambar Kristus. Berdasarkan fakta ini dan berdasarkan pemakaian kata "diubah" oleh Paulus ini, kita membicarakan tentang disusun secara metabolis. Istilah ini berdasar pada konsep pengubahan menjadi serupa dengan gambar Kristus.

Gambar dalam ayat 18 ini adalah gambar dari Kristus yang bangkit dan dimuliakan. Diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya berarti diserupakan dengan Kristus yang bangkit dan dimuliakan, agar kita menjadi sama seperti Dia (Rm. 8:29).

Diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan ke kemuliaan berarti dari satu tingkat kemuliaan ke tingkat kemuliaan yang lain. Ini menunjukkan proses yang terus maju dalam kebangkitan, dalam hayat. Ini adalah "dari Tuhan Roh". "Dari" menunjukkan bahwa pengubahan berasal dari Roh itu, bukan disebabkan oleh Roh itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 8

21 October 2011

2 Korintus - Minggu 4 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:16-17


Tahukah Anda mengapa orang-orang Kristen tidak memiliki terang, tidak memiliki wahyu? Karena mereka ditutupi dengan selubung yang tebal dan berat. Tentunya, mungkin ada sedikit orang yang memalingkan hati mereka kepada Tuhan. Ketika hati mereka berpaling kepada-Nya, selubung itu akan diambil, dan mereka akan melihat terang. Hari ini banyak orang Kristen yang ditutupi dengan selubung yang tebal demikian. Inilah sebabnya hanya ada sedikit terang di antara mereka.

Banyak di antara kita dapat bersaksi bahwa ketika kita berpaling kepada Tuhan, maka kita diterangi. Kita menjadi jelas mengenai diri kita sendiri, situasi kita, dan keadaan batin kita. Dengan berpaling kepada Tuhan dan datang kepada gereja, kita menjadi lebih jelas daripada sebelumnya.

Ayat 17 mengatakan, "Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan." Begitu hati berpaling kepada Tuhan, selubung segera diambil. Selain itu, Tuhan adalah Roh itu, yang akan memberikan kita kemerdekaan. Karena Tuhan adalah Roh itu, maka begitu hati berpaling kepada-Nya, selubung itu segera diambil, dan hati kita dibebaskan dari belenggu huruf hukum Taurat.

Ada beberapa orang yang menyangkal bahwa Tuhan dalam ayat 17 ini mengacu kepada Kristus Tuhan. Mereka menyatakan bahwa ini mengacu kepada Allah secara umum. Lagi pula, dengan memakai Yohanes 4:24, mereka menuntut bahwa ayat 17 ini hanya mengatakan bahwa Allah itu Roh. Namun, jika kita melihat ayat ini menurut konteksnya, kita akan sadar bahwa Tuhan dalam ayat 17 ini pasti mengacu kepada Kristus. Karena itu, ayat ini memberi tahu kita dengan tegas bahwa Kristus Tuhan adalah Roh itu. Lagi pula, frase, "Roh Tuhan" menunjukkan bahwa Roh itu dan Tuhan adalah satu. Roh Tuhan sebenarnya adalah satu dengan Tuhan. Di mana ada Roh Tuhan, berarti Roh itu, Tuhan, ada di sana.

Roh dalam ayat 17 ini, yang adalah perwujudan akhir dari Allah Tritunggal; dalam Yohanes 7:39 belum ada, karena pada waktu itu Yesus belum dimuliakan. Sebagai wujud riil Allah, saat itu Yesus belum menyelesaikan proses yang harus Dia lalui. Setelah kebangkitan-Nya, yaitu setelah Dia menyelesaikan semua proses, seperti inkarnasi, ketersaliban, dan kebangkitan, yang harus dilalui Allah Tritunggal di dalam manusia bagi ekonomi penebusan-Nya, Dia menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45). Dalam Perjanjian Baru, Roh pemberi-hayat ini disebut "Roh itu" (Rm. 8:16, 23, 26-27; Gal. 3:2, 5, 14; 6:8; Why. 2:7; 3:22; 14:13; 22:17), yaitu Roh yang memberi kita hayat ilahi (2 Kor. 3:6; Yoh. 6:63) dan memerdekakan kita dari belenggu hukum Taurat. Roh Tuhan adalah Tuhan sendiri, ada Dia ada kemerdekaan. Kemerdekaan di sini adalah kemerdekaan dari selubung di bawah huruf hukum Taurat (Gal. 2:4; 5:1).


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 8

20 October 2011

2 Korintus - Minggu 4 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:12-15


Dalam 2 Korintus Paulus terlebih dulu membicarakan mengenai ministri kemudian mengenai para minister. Dalam 2:14 ia menyamakan ministri ini dengan perarakan kemenangan yang merayakan kemenangan Kristus. Kemudian ia selanjutnya berbicara tentang fungsi dan kemampuan ministri ini dan juga kemuliaan dan keunggulannya. Dalam 3:12--7:16 Paulus sampai kepada para minister dari perjanjian yang baru. Menurut 3:12-18, para minister ini disusun oleh dan dengan Tuhan sebagai Roh pemberi-hayat dan Roh pengubah. Kedua aspek dari Roh ini disinggung dalam ayat-ayat ini. Jika kita memahami aspek-aspek tentang Roh ini, kita akan melihat susunan dari para minister Perjanjian Baru. Para Minister ini bukan hanya dilatih atau diajar; mereka juga disusun.

Kemuliaan yang bertahan sampai selamanya dari ministri perjanjian yang baru ini adalah dasar pengharapan rasul. Dalam ministri mereka, mereka memiliki pengharapan. Jika dibandingkan, dalam ministri Musa tidak ada pengharapan. Musa mengenakan selubung pada wajahnya untuk menyembunyikan sinar itu. Bila kita membaca Keluaran 34, kita mungkin memiliki kesan yang positif tentang hal ini. Namun, dalam 2 Korintus 3, Paulus tidak menafsirkan selubung ini secara positif, melainkan secara negatif. Menurut penafsiran Paulus, Musa mengenakan selubung pada wajahnya karena ia takut bangsa Israel akan melihat pudarnya kemuliaan itu. Pudar berarti berakhir. Jadi, menurut pemahaman Paulus, Musa sadar bahwa sinar pada wajahnya itu tidak akan tahan lama. Dalam hal ini, Musa tidak memiliki pengharapan. Sebaliknya, ia takut. Tetapi dalam ayat 12 Paulus mengatakan bahwa para minister dari perjanjian yang baru memiliki pengharapan, karena sinar kemuliaan ministri dari perjanjian yang baru ini tetap ada sampai selama-lamanya.

Karena memiliki pengharapan yang demikian, para rasul bertindak dengan penuh keberanian. Jika Anda dengan teliti membaca kitab Keluaran, Anda akan melihat bahwa Musa tidak begitu berani dalam memberikan hukum Taurat, tidak seperti yang dilakukan para rasul dalam meministrikan Kristus. Semakin mereka meministrikan, semakin banyak keberanian yang mereka miliki. Semakin lama mereka meministrikan, semakin berani mereka. Keberanian mereka berasal dari kepercayaan mereka dalam kemuliaan yang kekal.

Prinsip ini sama dengan kita pada hari ini. Saya dapat bersaksi bahwa semakin saya meministrikan Kristus, saya semakin menjadi berani. Sekalipun ada penentangan terhadap ministri ini, tetapi saya tetap memiliki pengharapan. Pada akhirnya penentangan itu akan pudar. Kita memiliki keyakinan bahwa kita sedang meministrikan kebenaran yang akan membawa kemuliaan dan bahwa kemuliaan dalam kebenaran ini akan tetap ada. Orang lain mungkin tidak percaya kepada apa yang sedang kita beritakan. Tetapi pada zaman yang akan datang, atau di dalam Yerusalem Baru, mereka akan mempercayainya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 8

19 October 2011

2 Korintus - Minggu 4 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:7-9


Dalam ayat 10 Paulus melanjutkan, "Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti." Ministri perjanjian yang lama secara sementara dimuliakan dalam cahaya di wajah Musa, tetapi tidak dimuliakan dalam fakta bahwa kemuliaan ministri hukum Taurat merupakan kemuliaan sementara yang bersinar di wajah Musa. Dalam hal ini, kemuliaan itu menjadi pudar, karena kemuliaan yang melampauinya. Karena kemuliaan ministri perjanjian yang baru (yang adalah kemuliaan Allah, bahkan Allah sendiri, selamanya ternyata pada wajah Kristus, melampaui kemuliaan sementara ministri perjanjian yang lama yang bersinar pada wajah Musa), maka kemuliaan ministri hukum Taurat yang sementara memudar, dan tidak ada lagi.

Untuk memahami perbedaan yang kontras antara kemuliaan ministri perjanjian yang lama dan kemuliaan ministri perjanjian yang baru, kita dapat membandingkan cahaya lampu pijar dengan cahaya matahari. Lampu-lampu di balai sidang mungkin kelihatannya cukup terang. Tetapi jika ruangan itu dipenuhi dengan cahaya matahari, maka cahaya lampu pijar itu akan tidak terhitung sama sekali. Sama prinsipnya, bila kita membandingkan kemuliaan ministri Perjanjian Baru dengan ministri Perjanjian Lama, maka kemuliaan yang lama itu tidak lagi terhitung sebagai kemuliaan.

Dalam ayat 11 Paulus tidak mengatakan bahwa yang pudar itu memiliki kemuliaan atau dalam kemuliaan. Seperti yang telah kita tunjukkan, dalam ayat 7 ia mengatakan bahwa ministri itu datang dalam kemuliaan. Di sini ia mengatakan bahwa ministri itu melalui (Tl.) kemuliaan. Tetapi ministri perjanjian yang baru berada dalam (Tl.) kemuliaan. Yang pertama adalah melalui kemuliaan secara sementara, sedangkan yang selanjutnya tetap berada dalam kemuliaan secara permanen.

Lagi pula, kemuliaan ministri perjanjian yang lama bersinar pada wajah satu orang. Namun, kemuliaan ministri perjanjian yang baru bersinar dalam jutaan orang beriman. Kemuliaan itu hanya datang seperti satu kunjungan kepada Musa, tinggal pada wajahnya hanya untuk sejangka waktu. Tetapi sekali kemuliaan ministri perjanjian yang baru datang, maka kemuliaan ini akan tetap ada sampai selama-lamanya. Kemuliaan ini tidak akan pernah pergi. Sekalipun bersinar, kemuliaan ini tidak bersinar pada permukaan wajah kaum beriman, yaitu pada kulit wajah kita. Melainkan, kemuliaan yang baru ini bersinar dari dalam diri kita. Bukannya datang untuk mengunjungi kita, kemuliaan ini malah datang untuk memenuhi, merembesi, menyerapi, membasahi, dan menjenuhi kita. Pertama-tama kemuliaan ini datang menjenuhi kita dan kemudian bersinar dari dalam kita. Kemuliaan ministri yang lama bersinar pada wajah Musa secara individu, tetapi kemuliaan Perjanjian Baru bersinar dari banyak orang beriman.

Bila kita melihat semua butir yang berhubungan dengan kemuliaan ministri perjanjian yang baru ini, kita akan menyadari bahwa kemuliaan ini jauh lebih unggul daripada kemuliaan ministri perjanjian yang lama. Haleluya, kemuliaan ministri Perjanjian Baru ini bersinar di dalam kita semua!


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 7

18 October 2011

2 Korintus - Minggu 4 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:7-9


Paulus sangat hati-hati dalam pemakaian kata-katanya. Dalam ayat 7 ia mengatakan bahwa ministri perjanjian yang lama datang dengan kemuliaan, tetapi dalam ayat 8 ia menunjukkan bahwa ministri Roh itu berada dalam kemuliaan. Dalam ayat 7 ia mengatakan "datang"; dalam ayat 8 ia mengatakan "berada" dalam kemuliaan. Mengapa ia mengubah dari datang menjadi berada? Jika kita yang menulis Surat Kiriman ini, kita mungkin akan mengatakan bahwa ministri kepada penghukuman dan ministri Roh itu sama-sama datang dalam kemuliaan. Tetapi ada satu perbedaan di antara datang dan berada. Datang itu sementara dan juga mungkin agak dangkal. Namun, berada itu permanen dan agak dalam. Kemuliaan yang lama datang, sedangkan kemuliaan yang baru ada dan akan terus berada. Kemuliaan yang lama datang sesaat saja dan kemudian menghilang. Namun, kemuliaan yang baru, ada di sini dan akan tetap ada.

Ketika Paulus menulis Surat Kiriman ini, ia tahu bahwa kemuliaan ministri perjanjian yang lama itu sementara, sedangkan kemuliaan ministri perjanjian yang baru akan tetap ada sampai selama-lamanya. Lagi pula, dalam ayat 9 Paulus mengatakan bahwa "betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada kebenaran." Ministri rasuli perjanjian yang baru bukan hanya memiliki kemuliaan, tetapi juga berlimpah-limpah dalam kemuliaan Allah, melampaui kemuliaan ministri Musa dari perjanjian yang lama (ayat 10).

Dalam ayat 9 Paulus selanjutnya berkata, "Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran." Ministri perjanjian yang lama menjadi satu ministri yang memimpin kepada kematian (ayat 7) karena perjanjian yang lama membawa masuk penghukuman kepada kematian (Rm. 5:13, 18, 20-21). Karena itu, ministri perjanjian yang lama juga merupakan ministri yang memimpin kepada penghukuman. Ministri perjanjian yang baru adalah suatu ministri Roh yang memberi hayat (ayat 8, 6) karena perjanjian yang baru membawa masuk pembenaran Allah kepada hayat (Rm. 5:18, 21), dan hayat menghasilkan kebenaran. Karena itu, ini juga adalah ministri kebenaran.

Dalam ayat ini kita nampak bahwa ministri yang memimpin kepada penghukuman memiliki kemuliaan, sedangkan ministri kebenaran jauh lebih mulia. Istilah "betapa lebih mulianya" adalah satu ungkapan yang jauh lebih tegas daripada sekadar mulia. Agak sulit untuk dikatakan bahwa perjanjian yang lama itu memiliki kemuliaan, tetapi kita tahu bahwa perjanjian yang lama ini datang dalam kemuliaan. Datang dalam kemuliaan berbeda dengan memiliki kemuliaan. Misalnya, seseorang mungkin tidak memiliki uang, tetapi ia dapat datang kepada Anda dengan uang untuk memberikan pelayanan kepada orang lain. Memiliki uang adalah satu hal; datang dengan uang adalah hal lain lagi. Demikian juga, mengatakan perjanjian yang lama datang dalam kemuliaan itu berbeda dengan mengatakan ministri ini memiliki kemuliaan. Tetapi ministri Perjanjian Baru berlimpah-limpah dalam kemuliaan. Ministri ini ada dalam kemuliaan, dan berlimpah-limpah dalam kemuliaan. Ini berarti kemuliaan ini menyebar dan bertambah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 7

17 October 2011

2 Korintus - Minggu 4 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 2:1-17

Tulisan Paulus mengenai ministri perjanjian yang baru ini berada dalam satu
urutan yang baik. Pertama-tama ia memperlihatkan bahwa ministri perjanjian yang
baru ini menang dan berkhasiat. Ministri ini menang karena Kristus telah menang
dan mendapatkan kemenangan. Ministri ini menang juga karena para rasul telah
ditawan dan takluk kepada Kristus. Semua rasul yang sebermula telah ditaklukkan,
ditundukkan, dan ditawan oleh Kristus dan menjadi tunduk kepada-Nya. Pemberitaan
mereka adalah tanda ketundukan mereka. Lihatlah contoh Saulus dari Tarsus.
Betapa memberontaknya ia terhadap Tuhan Yesus, terhadap gereja, terhadap
administrasi Allah, dan terhadap ekonomi Perjanjian Baru Allah! Tetapi,
sekalipun ia telah begitu memberontak, ia telah ditaklukkan, ditundukkan, dan
ditawan. Kemudian ia menjadi sangat tunduk kepada Kristus hingga ia tidak ada
masalah dengan ekonomi Allah. Sebaliknya, ke mana saja ia pergi, ia memberitakan
ekonomi Perjanjian Baru Allah. Pemberitaan ini adalah satu bukti yang kuat bahwa
ia telah tunduk kepada pemerintahan dan administrasi Allah. Karena itu, Paulus
menjadi seorang tawanan Kristus yang tunduk. Ketundukannya adalah satu ekspresi
dari kemenangan Kristus.

Setiap tawanan dalam perarakan kemenangan Kristus adalah satu bukti dari
kemenangan Kristus. Perarakan ini merayakan kemenangan Kristus. Sewaktu para
rasul pawai dalam perarakan ini, mereka dapat berkata, "Hai orang Yahudi dan
orang Kafir, pandanglah kami dan sadarlah betapa menangnya Kristus ini." Inilah
konsepsi Paulus dalam 2:14. Sewaktu ia pergi melalui Efesus, Troas, dan
Makedonia, ia berada dalam perarakan kemenangan Kristus ini. Hari ini, Allah
juga sedang memimpin kita dalam satu perarakan kemenangan untuk merayakan
kemenangan Kristus. Kita semua adalah tawanan dalam perarakan ini. Kristus telah
menaklukkan kita, menundukkan kita, dan membuat kita menjadi tunduk kepada-Nya.
Puji Dia!

Ministri perjanjian yang baru ini bukan hanya menang, tetapi juga berkhasiat.
Ministri ini begitu berkhasiat hingga menghasilkan hayat kepada kehidupan, dan
bagi yang lainnya menghasilkan maut kepada kematian. Karena itu ministri ini
adalah perkara hayat dan maut.

Seperti yang telah kita tekankan, fungsi dari ministri perjanjian yang baru ini
adalah menulis, bahkan mengukir, surat-surat Kristus yang hidup. Dan kemampuan
ministri ini adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses sebagai Roh
pemberi-hayat. Kemuliaan ministri ini adalah pancarannya, ekspresinya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 7

15 October 2011

2 Korintus - Minggu 3 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:4-6


Dalam ayat 2 dan 3 Paulus menunjukkan bahwa karena orang-orang Korintus telah ternyata sebagai surat Kristus, maka mereka juga adalah surat yang dituliskan dalam hati para rasul. Maka, kedua surat ini disusun oleh satu penulisan. Satu penulisan menghasilkan hasil ganda, yaitu dalam hati para rasul dan dalam hati kaum beriman.

Para rasul tidak meministrikan sesuatu secara ringan dan dangkal. Sebaliknya, apa saja yang mereka ministrikan itu penuh dengan bobot rohani. Karena itu, ministri ini dapat dituliskan dalam hati kaum beriman dan juga dalam hati mereka sendiri. Inilah sebabnya para rasul dapat menjamin orang-orang Korintus bahwa para rasul tidak akan pernah melupakan mereka, karena kaum beriman telah ditulis dalam hati mereka. Ke mana saja para rasul pergi, mereka membawa kaum beriman bersama mereka dengan memiliki kaum beriman ini ditulis dalam hati mereka. Perkara ini sangat subyektif dan dapat dialami. Hal ini melampaui dilekatkan, karena ini melibatkan dua hati yang menjadi satu.

Allah tidak bermaksud memakai minister-minister-Nya untuk melakukan satu pekerjaan dalam skala yang besar. Ministri rasul bukanlah pekerjaan produksi massal. Kehidupan manusia tidak dihasilkan dengan cara demikian. Untuk dapat dilahirkan, seorang anak harus berada di dalam rahim ibunya selama sembilan bulan. Tidak ada cara untuk mempercepat proses ini dan menghasilkan manusia secara massal. Ini menggambarkan fakta bahwa cara Allah adalah cara hayat, bukan cara produksi massal.

Perkataan Paulus tentang penulisan surat ini menunjukkan bahwa cara Allah adalah cara hayat. Sebenarnya, kaum beriman bukan hanya ditulis dalam hatinya -- kaum beriman juga diukir dalam hatinya. Karena itu, Paulus tidak mungkin dapat melupakan mereka. Penulisan ini adalah oleh hayat, dengan Roh pemberi-hayat.

Siapakah yang layak melakukan pekerjaan penulisan surat-surat Kristus yang hidup ini? Hanya Allah yang layak melakukan hal ini. Allah di dalam kita pasti sedang menulis surat-surat ini. Dalam diri kita sendiri, kita tidak terhitung apa-apa atas perkara ini. Tidak ada tempat bagi kita jika kita berdasarkan apa adanya kita atau apa yang dapat kita lakukan di dalam diri kita sendiri. Kita memerlukan Allah Tritunggal untuk disusun ke dalam diri kita. Hanya dengan jalan ini barulah kita dapat menjadi penulis yang demikian.

Dalam ayat 4 dan 5 Paulus berkata, "Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah melalui Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggupuntuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah." Di sini kita melihat bahwa Allah yang hidup sendiri merupakan kesanggupan, kemampuan, dan kelayakan ministri para rasul; ministri ini adalah bagi ekonomi Perjanjian Baru Allah, yang menyalurkan Kristus ke dalam umat pilihan Allah bagi pembangunan Tubuh Kristus. Kita sendiri tidak terhitung apa-apa, dan apa yang dapat kita lakukan juga tidak terhitung apa-apa. Hanya Allah Tritunggal yang disusun ke dalam kita yang sanggup melaksanakan pekerjaan penulisan surat-surat Kristus yang hidup ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 6

14 October 2011

2 Korintus - Minggu 3 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:3-4


Dalam ayat 2 Paulus membicarakan tentang "surat kami". Dalam ayat 3 ia memberi tahu orang-orang Korintus, "Kamu adalah surat Kristus." Kelihatannya di sini ada dua jenis surat--surat yang dituliskan dalam hati para rasul, dan kaum beriman sebagai surat Kristus. Sebenarnya, tidak ada dua jenis surat. Secara tata bahasa, dalam ayat-ayat ini Paulus berkata, "Kamu adalah surat kami karena kamu adalah surat Kristus." "Karena telah ternyata" itu berarti sesuatu itu adalah bukti. Ini adalah bukti bahwa orang-orang Korintus, sebagai surat rasul-rasul, adalah surat Kristus. Tetapi manakah yang datang lebih dulu, surat Kristus, atau "surat kami"? Surat Kristus harus datang lebih dulu. Karena kaum beriman adalah surat Kristus, maka mereka juga adalah surat yang dituliskan dalam hati para rasul. Mereka adalah surat para rasul karena mereka lebih dulu adalah surat Kristus.

Menurut ayat 3 ini, surat Kristus "bukan ditulis dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup." Roh Allah yang hidup adalah Allah yang hidup itu sendiri, bukan alat seperti pena, tetapi sebagai unsur, seperti tinta yang digunakan dalam penulisan; dengan unsur ini para rasul menyuplaikan Kristus sebagai isi untuk penulisan surat-surat hidup yang menyampaikan Kristus. Penulis surat ini bukanlah Roh Allah; penulisnya adalah para rasul. Roh Allah yang hidup adalah "tinta," unsur, esens dari tulisan itu. Ini berarti Roh Allah yang hidup adalah unsur yang dengannya surat itu ditulis. Ini adalah satu perkara yang sangat penting.

Dalam ayat 3 Paulus mengatakan bahwa surat Kristus ditulis "bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." Hati kita terdiri atas hati nurani (bagian utama dari roh), pikiran, emosi, dan tekad, merupakan loh yang di atasnya dituliskan surat-surat Kristus yang hidup dengan Roh Allah yang hidup. Ini menyiratkan Kristus dituliskan ke dalam setiap bagian batin kita dengan Roh Allah yang hidup untuk menjadikan kita surat-surat-Nya yang hidup, supaya Dia diekspresikan di atas diri kita dan dibaca oleh orang lain.

Sebuah surat yang ditulis dengan tepat dipusatkan pada selembar kertas. Kita dapat mengatakan bahwa tulisannya ada pada hati kertas itu. Ketika Anda menulis surat, Anda tidak menulis di sudut atau di sebelah kiri dan kanan, melainkan di tengah-tengahnya. Prinsipnya sama dengan penulisan surat Kristus di dalam diri kita. Surat ini ditulis pada bagian pusat kita, yaitu pada hati kita, satu susunan yang terdiri dari jiwa dan hati nurani, bagian utama dari roh kita. Karena itu, surat Kristus ditulis pada roh kita dan jiwa kita. Ketika para rasul memberitakan Kristus atau meministrikan Kristus, mereka meministrikan Dia ke dalam hati dan roh kaum beriman. Pertama-tama Kristus sebagai Roh pemberi-hayat diministrikan ke dalam roh kaum beriman. Ini berarti Kristus ditulis di dalam roh kaum beriman itu. Kemudian melalui pelayanan lebih lanjut Kristus menyebar dari roh ke dalam pikiran, emosi, dan tekad. Pada akhirnya, Kristus akan ditulis ke dalam setiap bagian batin kita. Dalam firman dari Efesus 3, ini adalah Kristus yang menempatkan diri-Nya sendiri, atau membuat rumah-Nya, di dalam hati kita. Kristus membuat rumah-Nya di dalam hati kita sama dengan menuliskan Kristus di seluruh batin kita. Penulisan ini membuat orang beriman menjadi satu surat Kristus yang hidup. Orang yang demikian mengekspresikan Kristus dalam segala hal yang ia katakan dan lakukan. Ia menjadi satu surat Kristus yang hidup untuk dibaca oleh orang lain. Semua orang beriman seharusnya menjadi surat yang demikian.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 6

13 October 2011

2 Korintus - Minggu 3 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:1-2


Dalam berita ini kita sampai kepada fungsi dan kemampuan dari ministri perjanjian yang baru ini (3:1-6). Setelah memberikan gambaran tentang kemenangan dan hasil ministri ini kepada kita, Paulus memperlihatkan fungsi dari ministri ini dan juga kemampuannya. Pekerjaan macam apakah yang dilakukan ministri ini? Apakah fungsinya? Selain itu, siapakah yang sanggup memikul tanggung jawab yang demikian, tanggung jawab kepada hayat dan maut? Karena ministri ini menghasilkan hayat kepada kehidupan atau maut kepada kematian, maka dalam 2:16 Paulus berkata, "Siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?" Karena itu, dalam 3:1-6 ia memberikan satu gambaran kepada kita yang memperlihatkan fungsi dan kemampuan ministri ini.

Dalam 3:1 Paulus berkata, "Apakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu?" Pertanyaan-pertanyaan ini timbul karena keterusterangan dan kesetiaan perkataan rasul dalam ayat sebelumnya mengenai dirinya dan sekerja-sekerjanya. Dari apa yang ditulis Paulus dalam 1 Korintus dan juga dalam Surat Kiriman ini, orang-orang Korintus mungkin berpikir bahwa Paulus dan sekerja-sekerjanya memuji diri mereka sendiri. Karena itu, Paulus mengajukan dua pertanyaan ini dalam 3:1. Jawaban untuk kedua pertanyaan ini mutlak tidak. Mereka tidak memuji diri mereka sendiri, dan mereka juga tidak memerlukan surat pujian.

Ayat 2 mengatakan, "Kamulah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami, yang dikenal dan dapat dibaca oleh semua orang." Kaum beriman adalah buah jerih lelah para rasul, yang memperkenalkan para rasul dan ministri mereka kepada orang. Karena itu kaum beriman menjadilah surat perkenalan yang hidup dari para rasul, yang ditulis oleh para rasul dengan Kristus yang berhuni di dalam sebagai isi dalam setiap bagian batin mereka.

Paulus mengatakan bahwa orang-orang Korintus adalah surat yang "tertulis dalam hati kami." Kaum beriman Korintus adalah surat perkenalan yang hidup dari para rasul, dituliskan dalam hati para rasul, karena itu mereka dibawa oleh para rasul dan tidak dapat dipisahkan dari para rasul. Mereka berada dalam hati para rasul (7:3), dibawa ke mana-mana oleh para rasul sebagai surat perkenalan mereka.

Ayat 3 adalah kelanjutan dari ayat 2: "Karena telah ternyata bahwa kamulah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." Surat Kristus ditulis dengan Kristus sebagai isi untuk menyampaikan dan menyatakan Kristus. Semua orang yang percaya kepada Kristus seharusnya adalah surat Kristus yang hidup, agar orang lain boleh membaca dan mengenal Kristus yang ada di dalam diri mereka. Surat-surat ini ditulis oleh ministri para rasul. Para rasul dipenuhi Kristus, sehingga ministri mereka dengan sendirinya menyuplaikan Kristus kepada orang-orang yang berkontak dengan mereka, menuliskan Kristus ke dalam hati mereka, dan menjadikan mereka surat hidup yang menyampaikan Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 6

12 October 2011

2 Korintus - Minggu 3 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 2:15-17


Dalam ayat 14 Paulus menggunakan kiasan perarakan yang dilakukan untuk menghormati kemenangan seorang jenderal (perwira) Romawi untuk menggambarkan apa adanya dia dalam ministri itu. Ministri Paulus adalah perarakan kemenangan dari Jenderal yang menang, Tuhan Yesus, yang memimpin banyak tawanan. Paulus dan sekerjanya adalah tawanan dalam perarakan itu. Ini menunjukkan bahwa ministri Perjanjian Baru yang tepat adalah perarakan kemenangan yang merayakan kemenangan Kristus. Dalam batin, saya juga merasa bahwa saya adalah seorang tawanan dalam perarakan kemenangan Kristus. Sebagai tawanan semacam itu, saya adalah seorang saksi bahwa saya pernah menjadi musuh, tetapi saya telah dikalahkan, ditaklukkan, ditawan, dan ditundukkan kepada Kristus.

Ministri Perjanjian Baru adalah untuk mempersaksikan Kristus sebagai Pemenang dan Sang juara. Saya percaya bahwa sewaktu Paulus pawai dalam perarakan kemenangan Kristus, ia dapat memuji Tuhan bagi kemenangan-Nya dan dengan demikian bersaksi tentang Dia. Demikian juga, sebagai tawanan Kristus, pada hari ini saya juga bersaksi tentang Dia. Saya dapat bersaksi bahwa saya telah dikalahkan oleh-Nya, ditawan oleh-Nya, dan ditangkap oleh-Nya. Sekarang saya adalah seorang tawanan yang takluk, dan mengatakan amin kepada kemenangan-Nya dan memuji Dia. Inilah ministri kita. Kita dalam pemulihan Tuhan berada dalam perarakan yang merayakan kemenangan Kristus. Jika seseorang bertanya kepada Anda apa yang sedang Anda lakukan dalam kehidupan gereja, Anda dapat menjawab, "Kami sedang mengadakan perarakan, satu perarakan yang merayakan kemenangan Kristus. Kita semua telah dikalahkan, ditangkap, dan ditawan oleh-Nya, dan sekarang kita takluk kepada-Nya."

Dalam ayat 14 Paulus juga menyamakan dirinya dan sekerja-sekerjanya dengan pembawa ukupan yang menyebarkan keharuman pengenalan akan Kristus dalam ministri kemenangan-Nya seperti dalam suatu perarakan kemenangan. Rasul-rasul adalah pembawa ukupan dalam ministri mereka bagi Kristus juga sebagai tawanan-tawanan dalam barisan kemenangan-Nya. Mengenai frase, "keharuman pengenalan", Vincent berkata, "Menurut penggunaan bahasa Yunaninya, keharuman dan pengenalan berfungsi menerangkan, sehingga pengenalan akan Kristus dilambangkan dengan bau-bauan harum yang menyampaikan sifat dan khasiatnya melalui pekerjaan rasul." Pengenalan akan Kristus yang sempurna dari para rasul ini menjadi satu bau-bauan yang harum (ay. 15).


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 5

11 October 2011

2 Korintus - Minggu 3 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 2:12-14


Paulus memperkenalkan ministri ini dengan cara yang sangat pribadi dan intim, sedikit pun tidak doktrinal. Dalam 2:12 berkata, "Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati bahwa Tuhan telah membuka pintu untuk pekerjaan di sana. Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudara seimanku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia" (2:12-13). Walaupun di Troas, pintu telah dibukakan baginya, dan dibuka oleh Tuhan, tetapi dia tidak memiliki perhentian di dalam rohnya ketika dia tidak menemukan Titus, yang diharap-harapkannya untuk bertemu guna mendapatkan kabar tentang hasil suratnya yang pertama di antara orang-orang Korintus. Kemudian dia meninggalkan Troas dan pergi ke Makedonia (ayat 13), dengan harapan bertemu dengan Titus untuk mendapatkan berita. Ini menunjukkan kasihnya yang besar terhadap orang-orang Korintus. Perhatiannya terhadap gereja lebih besar daripada perhatiannya terhadap pemberitaan Injil.

Paulus adalah orang yang hidup dan bertindak di dalam rohnya, seperti yang ditunjukkan dalam 1 Korintus 16:18. Pintu telah dibuka baginya oleh Tuhan. Paulus dengan penuh pertimbangan menyisipkan frase "dalam Tuhan" (Tl.), untuk menunjukkan bahwa ia tidak membuka pintu melalui kemampuan atau pergerakan alamiah apa pun. Pintu ini dibuka oleh Tuhan bukan dengan usaha manusia. Tetapi sekalipun pintu telah dibuka oleh Tuhan, Paulus masih tidak memiliki perhentian dalam rohnya. Alasan Paulus tidak memiliki perhentian adalah karena ia belum menemukan Titus. Perhatiannya terutama bukan untuk pemberitaan Injil, melainkan bertemu dengan Titus untuk mengetahui situasi di antara orang-orang Korintus. Paulus menunggu Titus memberikan laporan kepadanya mengenai bagaimana reaksi kaum beriman di Korintus terhadap Surat Kirimannya. Karena itu, Paulus pergi ke Makedonia. Surat Kiriman ini ditulis di Makedonia setelah ia tinggal di Efesus pada perjalanan ministrinya kali ketiga (8:1; Kis. 20:1).

Kita telah melihat bahwa Tuhan membuka pintu, tetapi Paulus meninggalkan pintu yang terbuka itu. Kelihatannya ia tidak memperhatikan bagaimana Tuhan membuka pintu itu, melainkan memperhatikan apa yang memberikan perhentian bagi rohnya. Di sini kita menemukan jawaban untuk pertanyaan mengenai pintu yang terbuka dan perhentian dalam roh. Ketika Anda memiliki sesuatu yang telah dilakukan oleh Tuhan secara luaran, tetapi secara batini roh Anda tidak tenang, manakah yang akan Anda ikuti, situasi yang di luar atau perasaan dalam roh Anda? Paulus mengikuti perasaan dalam rohnya. Kadang-kadang Tuhan akan melakukan dua hal sekaligus: Dia akan membuka sesuatu secara luaran, tetapi secara batini Dia tidak akan memberikan perasaan yang damai kepada Anda. Hal ini membiarkan Anda berada dalam posisi perlu memilih di antara keadaan yang di luar dan perasaan yang batini. Jika dalam situasi semacam ini Anda melatih roh Anda untuk memperhatikan roh Anda, maka Anda benar-benar rohani. Ini berarti jika Anda menaati perasaan yang di dalam dan tidak memperhatikan situasi di luar yang telah terbuka, maka Anda benar-benar seorang yang rohani. Inilah kasus yang dihadapi Paulus dalam ayat-ayat ini. Ia memperhatikan apa yang memberikan perhentian bagi rohnya, berangkat ke Makedonia untuk mendapatkan informasi dari Titus mengenai kaum beriman di Korintus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 5

10 October 2011

2 Korintus - Minggu 3 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 2:12-14


Berbicara mengenai ministri, Saudara Watchman Nee mengatakan bahwa Kristus harus disulam ke dalam diri kita. Ini berarti Kristus harus disusun ke dalam kita. Ministri adalah satu perkara penyusunan. Kita perlu disusun dengan apa adanya Kristus, dengan apa yang telah digenapkan-Nya, dengan apa yang telah dicapai-Nya, dan dengan apa yang telah diperoleh-Nya. Kristus telah memperoleh takhta, kemuliaan, dan kekuasaan yang paling tinggi. Kristus juga memiliki suatu pencapaian. Pencapaian-Nya adalah hasil dari apa yang telah digenapkan-Nya, dirampungkan-Nya. Hari ini apa adanya Kristus, apa yang telah digenapkan-Nya, apa yang telah dicapai-Nya, dan apa yang telah diperoleh-Nya, semuanya ada di dalam Roh pemberi-hayat. Ini berarti Roh pemberi-hayat adalah perwujudan Kristus dalam keempat hal ini. Roh yang almuhit ini adalah perwujudan dari apa adanya Kristus, apa yang telah digenapkan-Nya, apa yang telah dicapai-Nya, dan apa yang telah diperoleh-Nya. Roh yang almuhit ini adalah satu "minuman" yang almuhit, yang mengandung banyak gizi.

Ministri dalam Perjanjian Baru itu unik. Perjanjian Baru hanya memiliki satu ministri. Paulus dan Petrus mengambil bagian dalam ministri ini. Semua rasul mengambil bagian dalam ministri ini dalam Perjanjian Baru. Ministri yang unik ini adalah ministri perjanjian yang baru. Ministri ini bukan diperoleh melalui doa dan berpuasa. Sesuatu yang diterima dengan cara itu akan menjadi satu karunia, bukan ministri. Ministri ini dihasilkan sebagai buah dari disusun dengan Roh pemberi-hayat yang almuhit. Kristus, dengan segala apa adanya Dia, apa yang dimiliki-Nya, yang telah dicapai-Nya dan yang telah diperoleh-Nya, harus disusun ke dalam setiap bagian dari diri umat pilihan dan tebusan Allah. Inilah satu-satunya jalan untuk menghasilkan satu ministri.

Beban saya bukan hanya memberitakan Injil atau mengajarkan Alkitab. Beban saya adalah melaksanakan ministri perjanjian yang baru ini dan membantu orang-orang yang dengan murni mencari Tuhan dan memperhatikan kedambaan hati-Nya untuk berbagian dalam ministri ini. Inilah ministri yang dibicarakan oleh Paulus dalam 2 Korintus, terutama dalam pasal 3, di mana kata ministri dipakai berkali-kali. Paulus membandingkan ministri ini dengan ministri perjanjian yang lama. Ministri perjanjian yang baru jauh lebih unggul daripada ministri perjanjian yang lama. Ministri perjanjian yang baru ini bukan hanya perkara hayat; bahkan satu susunan dalam hayat dan dari hayat. Karena itu, ministri ini memerlukan waktu untuk bertumbuh dan matang.

Untuk bertumbuh dan disusun dengan Allah Tritunggal diperlukan banyak waktu. Sebagai orang yang telah melalui banyak perkara selama bertahun-tahun, saya dapat bersaksi bahwa seseorang sedikitnya memerlukan enam puluh tahun agar penyusunan ini mencapai kematangan. Namun, agar hal ini terjadi pada diri seseorang menjelang usia enam puluh, maka ia harus beroleh selamat sebelum berusia dua puluh tahun. Orang yang beroleh selamat pada usia empat puluhan mungkin tidak dapat matang dalam penyusunan ilahi ini menjelang usia enam puluh tahun. Selama dua puluh tahun pertama dari kehidupan kristiani kita, kita perlu mempelajari beberapa hal. Kemudian kita memerlukan dua puluh tahun lainnya untuk disusun dengan Roh pemberi-hayat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 5

08 October 2011

2 Korintus - Minggu 2 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 2:6-11


Secara harfiah, kata Yunani yang diterjemahkan "hadapan" dalam ayat 10 berarti wajah, seperti dalam 4:6. Ini mengacu kepada bagian sekitar mata; pandangan sebagai penyataan pikiran dan perasaan batin, yang menyatakan dan memanifestasikan keseluruhan diri seseorang. Ini menunjukkan bahwa rasul adalah orang yang yang hidup dan berperilaku di hadirat Allah, menurut petunjuk keseluruhan diri-Nya yang dinyatakan dalam pandangan mata Kristus. Bagian yang pertama, 2 Korintus 1:1 sampai 2:11, merupakan pendahuluan yang panjang dari surat ini, yang menyusul surat rasul yang pertama kepada kaum beriman yang kacau di Korintus. Begitu menerima kabar bahwa mereka telah bertobat (7:6-13) setelah mereka menerima teguran-tegurannya dalam surat yang pertama, rasul terhibur dan terdorong. Karena itu, kemudian dia menulis surat ini untuk menghibur dan mendorong mereka dengan cara yang sangat pribadi, lembut, dan intim, bahkan sedemikian rupa sehingga surat ini sampai taraf tertentu dapat dianggap sebagai otobiografinya. Dalam buku ini kita nampak orang yang memperhidupkan Kristus menurut apa yang ditulisnya mengenai Kristus dalam suratnya yang pertama, dalam kontak terdekat dan terintim dengan-Nya, berperilaku menurut petunjuk mata-Nya; juga nampak orang yang satu dengan Kristus, penuh dengan Kristus, dan dijenuhi dengan Kristus; hayat alamiahnya telah diremukkan dan bahkan telah diakhiri, tekadnya lembut dan luwes, emosinya membara namun terbatasi, pikirannya bijak, jernih, dan terkuasai, rohnya murni polos terhadap kaum beriman bagi faedah mereka, supaya mereka dapat mengalami dan menikmati Kristus seperti dirinya, demi perampungan kehendak Allah dalam membangun Tubuh Kristus.

Kita telah menunjukkan bahwa kata "hadapan" di sini mengacu kepada bagian wajah sekitar mata, bagian yang merupakan pernyataan pikiran dan perasaan batin yang menyatakan keseluruhan diri seseorang. Jika Anda ingin tahu bagaimana perasaan seseorang terhadap Anda, apakah ia senang atau sedih, puas atau tidak puas, jangan memandang wajahnya secara sekilas saja, tetapi pandanglah bagian sekitar mata, yang adalah pernyataan pikiran dan perasaan batin seseorang. Ketika Paulus melupakan saudara yang berdosa itu, ia melakukannya dengan melihat petunjuk dari mata Tuhan Yesus. Jika petunjuk dari mata Tuhan menunjukkan bahwa Dia tidak senang dengan pengampunan Paulus terhadap saudara itu, maka Paulus tidak akan mengampuni dia. Ia akan sadar bahwa Tuhan tidak senang dengan apa yang sedang dilakukannya. Sewaktu Paulus mengampuni saudara itu, ia memandang kepada Tuhan Yesus dan menyadari bahwa Tuhanlah yang mendorongnya. Karena itu, Paulus dapat mengatakan bahwa ia mengampuni di hadapan Kristus. Ini menunjukkan bahwa Paulus adalah seorang yang hidup dan bertindak di hadirat Kristus.

Dalam ayat-ayat ini kita melihat bahwa Paulus itu sangat akrab, rohani, juga sangat hati-hati. Ia memperhatikan orang-orang kudus dengan akrab, ia hidup dalam petunjuk diri Kristus, dan ia berhati-hati terhadap tipu muslihat musuh yang ada di belakang layar dalam kehidupan gereja. Kita semua harus belajar dari Paulus untuk memperhatikan orang-orang kudus, memperhidupkan Kristus, dan berhati-hati terhadap kelicikan si jahat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 4

07 October 2011

2 Korintus - Minggu 2 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 2:1-5

Dalam 2:1 Paulus berkata, "Aku telah mengambil keputusan di dalam hatiku bahwa aku tidak akan datang lagi kepadamu dalam dukacita." Di satu pihak, Paulus berseru kepada Allah sebagai saksi terhadap jiwanya; di pihak lain, ia memberi tahu kita bahwa ia telah memutuskan sesuatu di dalam dirinya. Bukankah ini perkara di dalam jiwanya? Dalam 2:1 ego Paulus adalah ego yang rohani, satu jiwa yang rohani, jiwa yang berada di bawah kendali dan petunjuk roh. Secara manusia, Paulus memutuskan untuk tidak datang lagi ke Korintus dalam dukacita di dalam dirinya sendirinya. Keputusan ini bukan diilhami oleh Roh itu; ini adalah perkara insani yang diputuskan oleh Paulus di dalam dirinya sendiri. Namun, kita perlu ingat bahwa hal ini diputuskan oleh seorang yang berada di bawah kendali dan petunjuk roh. Ini adalah contoh lainnya dari prinsip inkarnasi. Prinsip ini ditemukan dalam Galatia 2:20. Prinsip inkarnasi selalu bekerja dengan cara ini. Tuhan Yesus, sebagai seorang manusia, mengadakan mujizat-mujizat, tetapi sebenarnya Allah sendiri yang melakukan mujizat-mujizat itu, bukan Tuhan Yesus sendiri. Inilah yang kita maksud dengan prinsip inkarnasi.

Dalam ayat 4 Paulus berkata, "Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan pedih dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua." Di sini Paulus menyinggung tentang dirinya sendiri. Beberapa orang yang disebut orang-orang yang rohani bersikukuh agar kita tidak membicarakan tentang diri sendiri. Selama tahun-tahun saya bersama-sama dengan Kaum Saudara (the Brethren), saya diberi tahu bahwa kaum beriman tidak boleh mengatakan sesuatu tentang dirinya sendiri. Saya mengadopsi praktek ini selama bertahun-tahun. Kemudian saya mempelajari bahwa hal ini tidak selalu benar. Apakah kita membicarakan tentang diri kita sendiri atau tidak itu tergantung pada motivasi kita. Dalam 2 Korintus Paulus berkata banyak tentang dirinya sendiri. Dalam pendahuluan ini ia bukan hanya membicarakan tentang dirinya sendiri, ia juga berargumentasi untuk dirinya dan membela dirinya. Kadang-kadang kita perlu membicarakan tentang diri kita sendiri. Kristus memerlukan saksi-saksi. Kristus adalah realitas, dan kita adalah saksi-saksi dari realitas ini. Sebagai saksi-saksi, kita tidak boleh sombong atau rendah diri. Bila waktunya tiba, kita perlu bersaksi bagi Tuhan dengan jujur dan berani. Inilah sebenarnya yang sedang dikatakan Paulus di sini, ketika ia memberi tahu orang-orang Korintus bahwa dalam Surat Kiriman yang pertama ia menulis dengan hati yang sangat cemas dan pedih kepada mereka, dan bahwa ia menulis dengan banyak cucuran air mata. Ia menulis kepada orang-orang Korintus dengan cara ini, bukan agar mereka menjadi sedih, tetapi agar mereka mengenal kasihnya terhadap mereka.

Ayat 5 mengatakan, "Tetapi jika ada orang yang menyebabkan kesedihan, maka bukan hatiku yang disedihkannya, melainkan hati kamu sekalian, atau sekurang-kurangnya hati beberapa orang di antara kamu. Aku tidak melebih-lebihkan hal ini." Paulus berhati-hati agar tidak melebih-lebihkan. Ia menulis dengan hati-hati, dengan memakai frase "beberapa orang". Kata "melebih-lebihkan" di sini dalam bahasa aslinya adalah menambah beban; berarti menekan terlalu berat, mengatakan terlalu banyak. Paulus berkata bahwa adanya orang yang berbuat dosa menyebabkan beberapa orang di dalam gereja berdukacita. Dia mengatakan "beberapa" agar jangan menekan terlalu berat atau berkata terlalu banyak. Ini menunjukkan bahwa dia adalah orang yang lembut, berhati-hati, dan penuh pertimbangan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 4

06 October 2011

2 Korintus - Minggu 2 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:23-24


Berseru kepada Allah bukan hanya berdoa kepada Allah atau meminta kepada-Nya untuk melakukan sesuatu bagi kita. Mengatakan "Ya Allah," atau, "Ya Bapa," ini bukan hanya berdoa; ini juga adalah menyeru kepada Allah. Banyak orang Kristen pada hari ini tidak memiliki roh yang menyeru, roh yang kuat untuk menyeru Allah. Jika keadaan atau situasi mengizinkan, saya ingin berseru, "Ya, Bapaku!" atau "O, Tuhan Yesus!" terus-menerus. Ada perbedaan antara berseru dan berdoa. Misalnya, seseorang mungkin berdoa seperti ini: "Allah Bapa, Engkau adalah setia. Engkau tidak pernah berubah. Tolonglah aku agar menjadi setia dan tidak berubah juga. Aku meminta hal ini dalam nama Tuhan Yesus, Amin." Meskipun ini adalah doa yang baik, namun tidak begitu hidup. Kita mungkin juga berdoa kepada Tuhan Yesus dengan sikap yang tidak begitu hidup. Kita mungkin berkata, "Tuhan Yesus, aku bersyukur bahwa Engkau mengasihi aku. Tuhan, aku juga mengasihi Engkau. Tetapi, Tuhan Engkau tahu bahwa aku lemah. Tuhan, tolonglah aku dalam kelemahanku." Banyak orang Kristen berdoa seperti ini, tetapi mereka mungkin berdoa dengan kecil hati dan dengan tidak melatih roh. Mereka mungkin bahkan tidak mengerti apa arti melatih roh dalam doa. Dalam Yohanes 4:24 Tuhan Yesus berkata, "Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Menyembah Allah meliputi berdoa kepada-Nya. Karena berdoa adalah menyembah, dan karena Tuhan Yesus mengatakan bahwa penyembahan kita terhadap Allah harus di dalam roh, maka doa kita juga harus berada di dalam roh. Kata-kata yang kita pakai untuk mengekspresikan diri kita dalam doa itu adalah perkara yang kedua. Perkara yang utama adalah kita melatih roh kita untuk mengontak Allah. Ketika kita berdoa, kita perlu berseru kepada Allah, melatih roh kita, dan berkata, "Ya Bapa! Ya Allahku, Bapaku!" Inilah berseru kepada Allah.

Dalam ayat 23 Paulus berseru kepada Allah sebagai saksi melawan jiwanya (Tl.). Ini berarti bahwa ia berseru kepada Allah untuk menjadi saksi melawan jiwanya. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Saudara-saudara di Korintus, aku tidak berperilaku dalam jiwa. Jika aku melakukan hal ini, maka Allah akan bersaksi melawan aku. Aku bukanlah orang yang hidup di dalam jiwa dan berperilaku dalam jiwa. Aku tidak membuat rencana di dalam jiwa untuk datang kepadamu. Jika keadaanku demikian, maka Allah akan menjadi saksi melawan aku."

Alasan Paulus tidak datang ke Korintus adalah karena ia ingin menyayangkan orang-orang Korintus, bukan karena ia bertindak seenaknya dan mengatakan ya dan tidak pada waktu yang sama. Paulus tidak ingin datang kepada kaum beriman di Korintus dengan tongkat untuk mendisiplin mereka; tetapi dalam kasih dan roh yang lemah lembut untuk membangun mereka. Ia berseru kepada Allah sebagai saksi baginya untuk hal ini.

Paulus adalah satu teladan yang baik untuk kita tiru. Oleh belas kasihan Tuhan, kita semua perlu belajar dari dia dan meniru dia. Paulus adalah seorang yang menakjubkan. Ia rohani, ia disusun dengan Kristus, ia berpengalaman, dan ia matang dalam kekayaan-kekayaan Kristus. Sebagai orang yang demikian, ia ingin menyayangkan orang-orang Korintus dan karena alasan ini ia tidak pergi ke Korintus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 4

05 October 2011

2 Korintus - Minggu 2 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:20-22


Dalam bahasa Yunani, "Kristus" berarti "Yang diurapi". Kristus, Yang diurapi ini, penuh dengan minyak urapan, penuh dengan pengurapan. Haleluya, Allah melekatkan para rasul bersama-sama dengan semua orang beriman kepada Dia yang diurapi ini! Karena kita telah dilekatkan kepada-Nya, maka minyak urapan ini mengalir ke atas kita.

Saya ingin Anda memperhatikan bahwa "melekatkan" dalam ayat 21 ini berbentuk kala kini (present tense), sedangkan "telah mengurapi" adalah kala purna (perfect tense). Ini sangat tidak lazim. Ini menunjukkan bahwa pengurapan itu terjadi sebelum pelekatan. Hal ini seharusnya membuat kita mengajukan pertanyaan ini: "Kapan kita diurapi?" Jawabannya adalah: kita diurapi ketika Kristus diurapi. Ketika Kepala diurapi, Tubuh juga diurapi. Mazmur 133 menggambarkan hal ini. Minyak urapan yang dicurahkan ke atas kepala Harun mengalir ke janggutnya dan kemudian ke jubahnya. Demikian juga, pengurapan itu dari atas Kepala mengalir turun ke Tubuh. Karena kita telah diurapi ketika Kristus diurapi, maka kita diurapi bahkan sebelum kita lahir. Namun, selama hidup kita, Allah melekatkan kita kepada Kristus. Allah melekatkan kita pada zaman sekarang ini, tetapi Dia mengurapi kita jauh sebelum kita lahir, yaitu ketika Kristus sendiri diurapi. Sekali lagi, sebagai anggota-anggota Tubuh, kita diurapi pada waktu yang sama ketika Kepala diurapi. Jika kita memahami hal ini, kita akan memahami mengapa kata kerja "melekatkan" dan "telah mengurapi" ini berbeda bentuk kalanya.

Kita tidak boleh menganggap bahwa pemeteraian dalam ayat 22 sebagai sesuatu yang terpisah dari pengurapan. Sebenarnya, pengurapan menyiratkan pemeteraian. Sewaktu kita diurapi, pengurapan ini menjadi pemeteraian. Dengan demikian kita menjadi berbeda dengan orang lain. Lagi pula, meterai ini membuat kita mengemban penampilan Allah. Misalnya, saya melekatkan satu tanda tertentu di atas selembar kertas dengan stempel karet dan tinta. Maka kertas itu segera dimeteraikan dan mengemban gambar stempel itu. Meterai itu adalah gambarnya. Sama prinsipnya, ketika Allah mengurapi kita, pengurapan itu adalah pemeteraian. Pengurapan membawa esens ilahi ke dalam kita, sama seperti stempel karet itu menerapkan elemen tinta kepada kertas itu. Pertama-tama Allah melalui pengurapan ini menambahkan esens diri-Nya sendiri kepada kita. Kemudian pengurapan ini memeteraikan kita dengan esens Allah dan membuat kita menjadi gambar Allah.

Allah melekatkan kita kepada Kristus menghasilkan tiga hal: pertama, pengurapan yang menyalurkan elemen Allah ke dalam kita; kedua, pemeteraian, supaya elemen-elemen ilahi terbentuk menjadi satu meterai, mengekspresikan gambar Allah; ketiga, jaminan, yang memberi kita pencicipan sebagai satu contoh dan garansi terhadap kenikmatan yang penuh akan Allah. Melalui ketiga pengalaman terhadap Roh yang mengurapi ini, bersama pengalaman salib, ministri Kristus dihasilkan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 3

04 October 2011

2 Korintus - Minggu 2 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:18-22


Dalam ayat 20 Paulus berkata, "Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh karena Dia kita mengatakan 'Amin' untuk memuliakan Allah." Kristus yang dijanjikan oleh Allah yang setia dan yang diberitakan oleh rasul yang tulus, tidak serentak ya dan tidak; Dia tidak berubah, karena di dalam Kristus ini semua janji Allah adalah ya, dan oleh Dialah, para rasul dan kaum beriman berkata "Amin" kepada Allah, bagi kemuliaan-Nya. Kristus adalah "ya", wujud, jawaban, penggenapan dari semua janji Allah kepada kita. Amin di sini adalah Amin yang kita ucapkan melalui Kristus kepada Allah (cf. 1 Kor. 14:16). Kristus adalah "Ya" itu, dan kita di hadapan Allah mengatakan "Amin" kepada "Ya" itu. Ini adalah kemuliaan bagi Allah. Ketika kita mengatakan "Amin" di hadapan Allah terhadap fakta bahwa Kristus adalah "Ya", adalah penggenapan dari semua janji Allah, Allah dimuliakan melalui kita.

Dalam ayat-ayat ini Paulus seolah-olah akan berkata, "Kalian salah, hai orang-orang Korintus. Ketika aku berencana untuk datang ke Korintus, aku tidak membuat rencana itu berdasarkan diriku atau di dalam diriku sendiri; aku membuat rencana bersama dengan Kristus Allah yang setia yang tidak berubah-ubah." Dalam pembelaannya Paulus membicarakan tentang Allah dan Kristus, yang menunjukkan kepada orang-orang Korintus yang rumit itu bahwa ia mutlak esa dengan Allah dan dengan Kristus. Allah itu setia, maka Paulus juga setia. Kristus, Putra Allah, tidak berubah-ubah, dan Paulus seorang yang bersatu dengan Kristus, juga tidak berubah-ubah. Paulus membuat rencana bukan menurut hikmat manusia, melainkan dalam keesaan dengan Allah yang setia dan Kristus yang tidak berubah-ubah. Dalam ayat-ayat ini kita memiliki satu petunjuk yang kuat bahwa Paulus mutlak hidup dalam Kristus dan dalam Allah. Ia adalah seorang yang bersatu dengan Allah dan dengan Kristus.

Surat 1 Korintus mewahyukan tentang apa yang sedang dicari Allah pada hari ini. Allah sedang mencari orang-orang yang memperhidupkan Kristus dan yang bersatu dengan Dia. Orang-orang yang demikian pada akhirnya akan menjadi gereja. Tahukah Anda apakah gereja itu? Gereja adalah kumpulan orang yang memperhidupkan Kristus dan yang bersatu dengan Allah. Mendapatkan orang-orang yang demikian adalah kedambaan hati Allah, dan ini adalah tujuan yang ditetapkan-Nya dalam kekekalan. Hal ini diwahyukan dengan singkat dalam 1 Korintus, di mana Paulus mendesak kaum beriman untuk melupakan Yudaisme, filsafat Yunani, hikmat dan kebudayaan manusia, dan menyadari bahwa yang didambakan Allah adalah sekelompok orang yang memperhidupkan Kristus dan yang bersatu dengan Allah. Kemudian dalam 2 Korintus Paulus memperlihatkan kepada mereka bahwa ia sendiri dan sekerja-sekerjanya adalah orang-orang yang demikian. Semua rasul adalah orang-orang yang bersatu dengan Allah dan memperhidupkan Kristus. Karena itu, dalam perkara yang tidak bermakna seperti berencana untuk pergi ke tempat tertentu, Paulus juga tidak merencanakan di dalam dirinya sendiri, melainkan dalam Kristus dan bersama Kristus. Ia tidak memiliki maksud yang di luar Allah atau yang terpisah dari Dia. Tidak, Paulus adalah seorang yang bersatu dengan Allah yang setia, dan ia memperhidupkan Kristus yang tidak berubah-ubah. Ketetapannya datang ke Korintus direncanakan dalam keesaan dengan Kristus Allah yang setia yang tidak berubah-ubah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 3

03 October 2011

2 Korintus - Minggu 2 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:15-20


Dua Korintus 1:15-22 adalah bagian dari pendahuluan yang panjang bagi kitab ini. Kita telah menunjukkan bahwa Paulus menulis pendahuluan yang demikian panjang untuk menenangkan kaum beriman Korintus dan menyejukkan mereka. Orang-orang Korintus yang rumit ini membicarakan tentang Paulus dan bahkan mengkritik dia. Beberapa orang mungkin berkata, "Paulus memberi tahu kita bahwa ia akan datang ke Korintus, tetapi ia belum juga datang. Paulus kelihatannya berubah-ubah; ia berkata ya pada satu hari, tetapi tidak pada hari berikutnya. Jadi, Paulus itu tidak setia, tidak dapat dipercaya. Biarlah ia mengatakan apa saja yang ia inginkan. Ia selalu mengubah perkataannya." Karena ini adalah situasi dari sedikitnya beberapa orang Korintus, maka Paulus memasukkan 1:15-22 dalam perkataan pendahuluannya.

Ayat 15 mengatakan, "Berdasarkan keyakinan ini aku pernah merencanakan untuk mengunjungi kamu dahulu, supaya kamu boleh menerima anugerah (kasih karunia) untuk kedua kalinya." Berdasarkan "keyakinan ini" Paulus mengacu kepada apa yang baru saja dikatakannya dalam ayat 12 sampai 14: kesaksian dari hati nuraninya bahwa ia dan sekerja-sekerjanya berperilaku dalam ketulusan dan kemurnian Allah, bukan dalam hikmat manusia, melainkan dalam kasih karunia Allah. Dalam keyakinan inilah Paulus bermaksud datang kepada orang Korintus. Maksud dan keputusannya mengunjungi Korintus itu tidak bersifat politis atau berubah-ubah. Paulus dan sekerja-sekerjanya tidak hidup secara begitu. Sebaliknya, mereka hidup dalam ketulusan dan kemurnian Allah. Bila mereka berkata ya itu berarti ya dan bila tidak itu berarti tidak. Mereka tidak mengatakan ya pada satu saat dan tidak pada saat lainnya.

Dalam ayat 18 Paulus menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang bersatu dengan Allah. Paulus tidak bertindak seenaknya, ia tidak mengatakan ya dan kemudian tidak. Sebaliknya, ia sama dengan Allah dalam kesetiaan. Perkataannya terhadap orang-orang Korintus, yaitu perkataan pemberitaannya, bukanlah ya dan tidak. Paulus tidak mengubah nada bicaranya. Sejak kali pertama ia datang ke Korintus sampai ia menulis Surat Kiriman ini, pemberitaannya menyatakan penuturan yang sama. Tidak ada perubahan sama sekali dalam perkataan ministri itu.

Allah adalah setia, tidak pernah berubah, terutama dalam janji-janji-Nya mengenai Kristus. Karena itu, perkataan pemberitaan rasul mengenai Kristus juga mutlak tidak berubah, karena Kristus yang Allah janjikan dalam perkataan-Nya yang setia dan yang mereka beritakan dalam Injil mereka, tidak serentak ya dan tidak. Sebaliknya, di dalam Dia hanya ada ya. Karena Kristus yang mereka beritakan menurut janji-janji Allah tidak serentak ya dan tidak, maka perkataan yang mereka beritakan mengenai Dia juga bukan serentak ya dan tidak. Bukan hanya pemberitaan mereka, bahkan kehidupan mereka pun menurut apa adanya Kristus. Mereka memberitakan Kristus, bahkan memperhidupkan Dia. Mereka bukan orang-orang yang serentak ya dan tidak, tetapi orang-orang yang sama seperti Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 3

01 October 2011

2 Korintus - Minggu 1 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:12-14


Saya persilakan Anda membandingkan Paulus dengan orang-orang Korintus. Paulus seperti Allah yang sederhana, sedangkan orang-orang Korintus itu sangat rumit. Jika Paulus tidak tulus dan sederhana, mungkin ia akan melupakan orang-orang Korintus dan tidak lagi rela melayani di antara mereka. Hati nurani Paulus bersaksi bahwa terhadap orang-orang Korintus ia dan sekerja-sekerjanya berperilaku dalam ketulusan Allah. Karena itu, mereka dapat menjadi murah hati terhadap orang-orang Korintus dan rela memberikan apa saja kepada mereka. Terhadap kaum beriman itu, Paulus dan sekerja-sekerjanya murah hati dan penuh dengan rahmat.

Paulus adalah seorang yang berperilaku dalam ketulusan Allah. Ia adalah peniru Allah yang sejati dan orang yang memperhidupkan Allah. Allah itu sederhana, Paulus juga sederhana. Allah itu murah hati, Paulus juga murah hati. Ia berperilaku dalam ketulusan Allah.

Dalam ayat 12 Paulus menyinggung hikmat daging dan kasih karunia Allah. Hikmat daging adalah hikmat manusia dalam daging. Ini sama dengan diri kita sendiri, sebagaimana kasih karunia Allah sama dengan Allah itu sendiri. Kasih karunia Allah adalah Allah bagi kenikmatan kita. Kasih karunia dalam ayat 12 adalah karunia dalam ayat 11, yang diterima oleh para rasul bagi pengalaman terhadap kebangkitan di dalam penderitaan mereka.

Menjadi sederhana dan tulus adalah satu aspek dari ekspresi hayat dalam kebangkitan. Bila kita hidup dalam kebangkitan dan oleh Allah kebangkitan, bukan oleh diri sendiri, barulah kita menjadi sederhana. Bila kita hidup dalam kebangkitan, barulah kita menjadi peniru-peniru Allah. Meskipun orang lain dapat bermain politik dengan kita, tetapi kita tidak akan berpolitik dengan mereka. Hal yang harus kita lakukan adalah berusaha menyingkirkan diri kita sendiri dari jerat kerumitan. Saya ingin meniru Paulus berperilaku dalam ketulusan dan kemurnian dari Allah. Ini adalah satu aspek dari manifestasi kebangkitan.

Dengan menempuh kehidupan dalam ketulusan dan kemurnian Allah, barulah kita dapat disusun menjadi pelayan-pelayan Kristus dan pelayan-pelayan kasih karunia. Orang-orang yang disusun secara demikian diperlukan dalam kehidupan gereja hari ini. Para penatua dan semua orang yang melayani harus menjadi orang-orang yang demikian. Jika Anda melihat sejarah pemulihan Tuhan, Anda akan melihat bahwa orang-orang yang bermain politik dan yang tidak hidup dalam ketulusan Allah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi pemulihan Tuhan dan juga bagi diri mereka sendiri. Hanya orang-orang yang benar-benar hidup dalam ketulusan Allah baru mendatangkan faedah bagi pemulihan Tuhan. Mengenai hal ini, kita telah mempelajari beberapa pelajaran penting. Hidup dalam kebangkitan adalah hidup dalam ketulusan Allah. Dalam 2 Korintus 1:12-14 kita melihat bagaimana hidup dalam kebangkitan, sebagai satu kelanjutan dari 1 Korintus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 2