Hitstat

31 March 2015

2 Timotius - Minggu 1 Selasa



Pembacaan Alkitab: 2 Tim. 1:1-14

Hayat yang disebut dalam ayat 1 termasuk kedelapan unsur dasar dari suntikan penangkal ini. Ini berarti bahwa hayat kekal mencakup hati nurani yang murni, iman yang tulus ikhlas, karunia Allah, roh yang kuat, anugerah yang kekal, hayat yang tidak binasa, perkataan sehat, dan Roh yang berhuni. Bila kita memiliki hayat ini, yang sebenarnya adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses, kita pasti memiliki hati nurani yang murni, iman yang tulus ikhlas, beserta segala persediaan suntikan penangkal ilahi lainnya.

Dalam ayat 3 Paulus berkata, "Aku mengucap syukur kepada Allah yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan aku selalu mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam." Melayani di sini adalah melayani Allah dalam penyembahan kepada-Nya (Kis. 24:14; Flp. 3:3). Paulus mengikuti jejak nenek moyangnya dalam melayani Allah dengan hati nurani yang murni. Dalam masa kemerosotan, orang memerlukan hati nurani yang murni, hati nurani yang dimurnikan dari campuran apa pun, untuk melayani Allah.

Ayat 5 mengatakan, "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu." Di sini Paulus mengingatkan Timotius akan iman yang tulus ikhlas yang berada di dalamnya. Iman ini mula-mula hidup (berhuni) di dalam nenek Timotius dan kemudian di dalam ibunya. Sekarang iman ini berhuni di dalamnya. Hari ini kita dapat memuji Tuhan bahwa iman ini juga di dalam kita. Karena kita memiliki hayat kekal, kita mempunyai iman yang tulus ikhlas.

Dalam ayat 6 Paulus meneruskan, "Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu melalui penumpangan tanganku atasmu." Perkataan ini ditulis untuk mendorong dan menguatkan Timotius dalam ministrinya bagi Tuhan, yang mungkin menjadi lemah karena dipenjarakan-Nya Paulus dan karena situasi kemerosotan gereja. Di sini Paulus seolah-olah berkata kepada Timotius, "Timotius, aku berpesan kepadamu agar mengobarkan karunia Allah yang ada di dalammu. Ada sesuatu di dalammu yang sedang menyala. Akan tetapi tidak cukup bila hanya menyala -- engkau perlu mengobarkan karunia ini. Engkau memiliki sesuatu di dalammu yang merupakan karunia Allah. Karena engkau mempunyai iman yang tulus ikhlas, aku mengingatkanmu untuk mengobarkan karunia ini."

Dalam ayat 7 Paulus melanjutkan, "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." Roh di sini mengacu kepada roh manusia, yang telah dilahirkan kembali dan dihuni oleh Roh Kudus (Yoh. 3:5-6; Rm. 8:16). Mengobarkan karunia Allah berhubungan dengan roh kita yang telah dilahirkan kembali.

Dalam ayat 8 Paulus berkata, "Jadi, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah." Di sini kita mempunyai alasan mengapa Paulus berpesan kepada Timotius dalam ayat 6-7 untuk mengobarkan karunia Allah yang ada di dalam dirinya dengan roh yang kuat. Kita hendaknya melakukan hal ini agar tidak merasa malu akan kesaksian Tuhan. Tidak malu bersaksi tentang Tuhan kita artinya berdiri melawan arus kemerosotan gereja. Kita juga harus siap menderita bersama Injil. Injil, yang dipersonifikasikan di sini, sedang menderita penganiayaan. Karena itu, Timotius tentunya akan menderita bersama-sama dengan Injil. Penderitaan kita akan aniaya bersama-sama dengan Injil haruslah sampai tingkat yang dapat ditanggung oleh kekuatan Allah, bukan oleh kekuatan alamiah kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Timotius, Berita 1

30 March 2015

2 Timotius - Minggu 1 Senin



Pembacaan Alkitab: 2 Tim. 1:1-14

Dua Timotius, Surat Kiriman terakhir yang ditulis oleh Paulus, dibuka dengan perkataan, "Dari Paulus, rasul Kristus Yesus atas kehendak Allah menurut janji hayat dalam Kristus Yesus. Kepada Timotius, anakku yang terkasih: Anugerah, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau" (Tl.). Kitab ini ditulis pada saat gereja-gereja yang didirikan melalui ministri rasul di dunia orang kafir cenderung mengalami kemerosotan, dan rasul sendiri sedang ditahan di dalam penjara yang jauh. Banyak orang meninggalkannya (1:15; 4:16), bahkan termasuk teman sekerjanya (4:10). Ini adalah keadaan yang mengecilkan hati dan mengecewakan, terutama bagi teman sekerja muda dan anak rohaninya, Timotius. Karena itu, dalam pembukaan surat yang mendorong, menguatkan, dan meneguhkan ini, Paulus menegaskan kepada Timotius bahwa ia adalah rasul Kristus bukan hanya oleh kehendak Allah, melainkan juga menurut janji hayat dalam Kristus. Ini menyiratkan bahwa walaupun gereja-gereja bisa mengalami kemerosotan dan banyak orang kudus bisa tidak setia dan mundur, tetapi hayat kekal, hayat ilahi, hayat Allah yang bukan ciptaan, yang dijanjikan oleh Allah dalam tulisan kudus-Nya dan yang diberikan kepada rasul dan semua orang beriman, tidak berubah selamanya. Dengan dan atas dasar hayat yang tak berubah inilah dasar Allah yang kuat diletakkan dan tetap berdiri teguh melewati semua kemerosotan gereja (2:19). Dengan hayat inilah orang-orang yang mencari Allah dengan hati yang murni dapat bertahan terhadap ujian kemerosotan gereja. Hayat ini, yang rasul pesankan dalam Surat 1 Timotius kepada Timotius dan yang lainnya untuk dipegang teguh (1 Tim. 6:12, 19), pastilah mendorong dan menguatkan rasul pada masa yang penuh bahaya.

Jangan menganggap Kitab 2 Timotius hanya sebagai kitab yang disebut kitab penggembalaan. Bila kita memiliki wawasan yang benar, kita akan paham bahwa pemikiran ilahi di dalam Paulus adalah untuk memberi suntikan penangkal kepada kaum beriman terhadap kemerosotan gereja. Paulus telah nampak kemerosotan ini sebelumnya. Akan tetapi, jauh di lubuk batinnya ia berbesar hati, bukan karena ia dapat mengerti perkara-perkara menurut logika, melainkan karena ia memperoleh hayat kekal yang dijanjikan Allah di dalam tulisan-tulisan kudus-Nya. Hayat yang dijanjikan oleh Allah dalam Kitab Suci tinggal di dalam Paulus. Beban Paulus dalam menulis Surat Kiriman ini adalah memberi dorongan dan menguatkan Timotius, juga menginjeksikan substansi ilahi ke dalam gereja untuk menyuntik gereja melawan kuman kemerosotan. Puji Tuhan, suntikan ini selalu berkhasiat. Tidak salah, melewati beberapa abad ini, sedikit banyak gereja telah merosot, dirusak tetapi gereja tidak musnah. Paulus mempunyai pandangan ke depan untuk memberi suntikan penangkal kepada gereja terhadap kemerosotan. Bahkan hari ini kita di dalam pemulihan Tuhan sedang menikmati manfaat dari suntikan penangkal ini.

Ayat 1 dan 2 adalah kalimat pendahuluan. Dalam ayat 1 Paulus mengatakan bahwa ia menjadi seorang rasul bukan hanya atas kehendak Allah, tetapi juga menurut janji hayat (janji tentang hidup, LAI) dalam Kristus Yesus. Ungkapan "janji hayat" bukan berarti bahwa kita hanya memiliki janjinya dan tidak memiliki hayat. Ungkapan ini berarti bahwa kita telah menerima hayat yang dijanjikan. Istilah yang serupa, "janji Roh itu" (Roh yang telah dijanjikan, LAI), dipakai dalam Galatia 3:14. Istilah ini bukan berarti bahwa kita telah menerima janjinya saja dan belum menerima Roh itu, melainkan berarti kita telah menerima Roh yang telah dijanjikan. Dalam prinsip yang sama, kata "janji hayat" menunjukkan hayat yang dijanjikan. Paulus menjadi seorang rasul menurut hayat yang telah dijanjikan Allah, yang telah diterima Paulus, dan yang berhuni di dalam dia. Paulus menjadi seorang rasul oleh hayat ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Timotius, Berita 1

28 March 2015

1 Timotius - Minggu 6 Sabtu



Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 6:11-21


Dalam ayat 17-19 Paulus memberi peringatan tambahan kepada orang-orang kaya. Ayat 17 mengatakan, "Peringatkanlah orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." Perkataan ini dapat dianggap sebagai pelengkap bagi 6:7-10.

Ayat 18-19 meneruskan, "Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam perbuatan baik, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya." Berbuat baik di sini mengacu kepada kesediaan membagikan materi kepada orang yang memerlukan dan membagikan kekayaan dengan rela kepada mereka. Menjadi kaya dalam perbuatan baik bukan hanya kaya dalam materi, lebih-lebih kaya dalam kebajikan menurut perkenan Allah (Ef. 2:10). "Di waktu yang akan datang" mengacu kepada masa yang akan datang (seperti yang dibandingkan dengan di dunia ini dalam ayat 17), yaitu zaman kerajaan, saat itu kaum saleh pemenang akan menikmati pahala Tuhan. Untuk ini kita semua perlu meletakkan dasar yang baik pada zaman ini sebagai harta untuk kita nikmati pada masa yang akan datang. Mereka yang kaya dalam zaman ini harus menggunakan kekayaan mereka sedemikian rupa sehingga mereka meletakkan dasar yang baik sebagai harta untuk masa yang akan datang.

Dalam ayat 19 Paulus berpesan kepada Timotius untuk mendorong orang-orang kaya "mencapai hidup yang sebenarnya". Hidup yang sebenarnya ini adalah hayat kekal yang disinggung dalam ayat 12. Kekayaan materi adalah untuk hayat alamiah manusia pada zaman ini, hayat ini bersifat sementara, karena itu tidak sejati. Jika kita berbuat baik dengan menggunakan materi, kita akan merampungkan sesuatu untuk hidup yang sejati, meletakkan harta bagi kenikmatan kita dalam hayat kekal pada zaman yang akan datang. Ini menuntut kita berpegang teguh pada hayat kekal Allah, yaitu hayat yang sejati itu. Kalau tidak, kita akan berpegang pada hayat alamiah insani kita dan meletakkan harta kekayaan materi pada zaman ini untuk hayat yang tidak sejati. Kita harus memperhatikan hayat kekal, bukan hayat alamiah. Ayat 12 dan ayat 19 menekankan hayat kekal Allah. Ini menunjukkan bahwa hayat Allah adalah faktor penting dan tidak boleh kurang bagi hidup kristiani kita.

Ayat 20-21 mengatakan, "Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong dan tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan, karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman." Apa yang telah dipercayakan mengacu kepada apa yang telah diserahkan kepada Timotius, yaitu perkataan sehat yang diterimanya dari Paulus. Perkataan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. "Apa yang disebut pengetahuan" adalah ajaran dari guru palsu yang disebut pengetahuan (mungkin berhubungan dengan pengetahuan Gnostik). Ajaran itu menggantikan pengetahuan yang sejati dari perkataan sehat Allah yang dipercayakan kepada Timotius. Orang-orang yang mengakui apa yang disebut pengetahuan palsu telah menyimpang dari iman. Mengenai isi obyektif kepercayaan kita, mereka seperti dalam hal menembak, tidak mengenai sasaran. Mereka telah salah sasaran terhadap ekonomi Perjanjian Baru Allah. Setelah menyampaikan perkataan lebih lanjut ini, Paulus mengakhirinya dengan berkata, "Anugerah menyertai kamu!".


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius, Berita 12