Hitstat

31 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 2 Kamis

Menafsirkan Mimpi Juru Minuman dan Juru Roti
Kejadian 40:8
“Jawab mereka kepadanya: ‘Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya.’ Lalu kata Yusuf kepada mereka: ‘Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku.’”

Kejadian 40:1-2 mengatakan, “Sesudah semuanya itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir dan juru rotinya membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu, maka murkalah Firaun kepada kedua pegawai istananya, kepala juru minuman dan kepala juru roti itu. Firaun lalu memenjarakan mereka. Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama dengan mereka untuk melayani mereka. Pada suatu kali bermimpilah baik juru minuman maupun juru roti raja Mesir sehingga mereka bersusah hati. Keesokan harinya, bertanyalah Yusuf kepada mereka, “Mengapa hari ini mukamu semuram itu?” Jawab mereka kepadanya: “Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya.” Kata Yusuf, “Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? (Kej. 40:7-8). Setelah mereka masing-masing menceritakan mimpinya kepada Yusuf, Yusuf pun segera mengartikan mimpi mereka, dan terjadilah kepada juru minuman dan juru roti itu tepat seperti apa yang ditafsirkan Yusuf itu: Juru minuman dikembalikan ke dalam jabatannya, dan juru roti dihukum gantung (Kej. 40:20-22).
Di sini, Yusuf melambangkan Kristus, sebagai orang yang dicampakkan ke dalam penjara maut bersama dua penjahat, yang satu dikembalikan dan yang lainnya dihukum (Kej. 39:20; Kis. 2:23). Meskipun mimpinya sendiri (Kej. 37:5-11) belum tergenapi, Yusuf memiliki iman dan berani menafsirkan mimpi kedua temannya. Yusuf mengakui bahwa hanya Allah yang dapat menafsirkan mimpi. Dalam 1 Korintus 2:13, Paulus mengatakan, “Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani... dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.” Dari ayat ini kita tahu, baik Yusuf maupun Paulus, keduanya pastilah orang yang dipenuhi dengan Roh Allah.

Pengujian Sebelum Penobatan
Kej. 41:1; Rm. 8:28; 1 Ptr. 1:7

Walaupun kita tidak mengetahui dengan pasti berapa lama Yusuf berada di dalam penjara, tetapi yang pasti ia berada di sana lebih dari dua tahun (Kej. 41:1). Kita mungkin berpikir bahwa Yusuf tidak seharusnya dipenjarakan, karena ia adalah orang yang murni, dan kejahatan yang dituduhkan kepadanya tidaklah benar. Ditinjau dari sudut pandang alamiah kita, hal itu memang benar. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Segala sesuatu di sini tentu saja meliputi penjara yang dialami oleh Yusuf. Penjara merupakan bagian dari pengujian yang Allah berikan kepada Yusuf, sebelum ia layak dinobatkan menjadi penguasa atas seluruh tanah Mesir. Satu Petrus 1:7 mengatakan, “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya kelak.” Alkitab memperlihatkan kepada kita, tidak ada satu iman yang tidak melalui pengujian.
Pertama, Allah menguji iman kita supaya kita bertumbuh. Tidak ada orang Kristen yang bertumbuh yang imannya tidak melalui pengujian. Semua orang Kristen di dunia ini yang bertumbuh, imannya pasti melalui pengujian iman. Kita datang ke hadapan Allah dan menerima semua anugerah Allah melalui iman. Ketika iman kita melalui pengujian, kita dengan sendirinya mengalami pertumbuhan. Kedua, Allah menguji iman kita, tidak hanya supaya kita bertumbuh, tetapi juga supaya kita memuaskan hati Allah. Kesungguhan iman kita membuat hati Allah puas. Iman yang telah melalui pengujian ini membuat nama Allah dimuliakan. Tak peduli kita telah melewati penderitaan macam apa, penganiayaan macam apa, rintangan macam apa, kegelapan macam apa, setelah kita melalui pengujian tetapi masih bisa percaya, setelah kita melalui pengujian masih tidak jatuh, iman semacam ini yang memuliakan nama Allah. Ketiga, Allah menguji iman kita, bukan hanya supaya kita bertumbuh, memuaskan hati Allah, juga supaya menyumbat mulut Iblis. Allah menguji iman kita, supaya Iblis tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ketika ia melihat kita tidak mudah kompromi, dia akan mundur. Supaya menyumbat mulut Iblis, Allah harus menguji iman kita. Terakhir, Allah menguji iman kita ialah supaya kita bisa membantu orang lain. Iman yang tidak pernah melalui pengujian tidak bisa membantu orang lain. Saudara saudari lain bisa mendapatkan bantuan kita, karena iman kita telah melewati ujian. Iman yang benar-benar telah melalui pengujian, membuat Iblis tidak berdaya, Iblis tidak bisa menjatuhkannya. Iman semacam ini yang bisa membantu gereja. O, saudara saudari, iman yang telah melalui pengujian lebih berharga daripada emas yang dapat rusak.

Penerapan:
Orang yang berhikmat dapat menjadi sempurna. Akan tetapi, jika kita tidak memiliki hikmat, kita bisa menyinggung orang lain dengan perkataan kita yang bodoh. Pembicaraan kita bisa menyatakan bahwa hikmat kita tidak memadai. Ketika kita kekurangan bikmat, kita perlu memintanya dari Allah, maka Ia akan memberikannya dengan murah hati, dengan hati yang tulus, penuh kemurahan, tanpa sisa (Rm. 12:8; 2 Kor. 8:2).

Pokok Doa:
Ya Tuhan, terima kasih atas setiap ujian yang Kau berikan demi kemajuan rohaniku. Aku bersyukur bahwa ujian-Mu tidak melampaui kekuatanku dan Engkau senantiasa menyediakan suplai yang aku butuhkan saat aku datang kepada-Mu.

30 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 2 Rabu

Yusuf Dipenjarakan
Kejadian 39:21
“Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.”

Atas kesaksian palsu isteri Potifar, Yusuf akhirnya ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana. Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf menjadi kesayangan bagi kepala penjara itu. Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.
Yusuf menempuh hidup yang berhubungan dengan penglihatan yang dia lihat dalam kedua mimpinya. Saudara-saudara Yusuf melampiaskan amarah mereka (Kej. 37:18, 31) dan mengumbar hawa nafsu mereka (Kej. 38:15-18), tetapi Yusuf menaklukkan amarahnya dan menundukkan hawa nafsunya, berperilaku sebagai berkas gandum yang penuh hayat dan bersikap seperti bintang surgawi yang bercahaya dalam kegelapan. Kehidupan Yusuf di bawah penglihatan surgawi adalah kehidupan Kerajaan Surga yang digambarkan dalam Matius pasal lima sampai tujuh. Dengan menempuh hidup yang demikian, dia sepenuhnya disiapkan untuk memerintah sebagai raja. Sebagai umat kerajaan surga, kita pun seharusnya menempuh kehidupan yang unggul seperti Yusuf, suatu kehidupan yang penuh dengan hayat dan terang Kristus, sehingga keberadaan kita memberikan dampak yang positif bagi dunia yang gelap ini.

Menjadi Terang Dunia
Mat. 5:14, 16; Ef. 5:13

Tuhan Yesus berkata, “Kamu adalah terang dunia.” (Mat. 5:14, 16). Kita perlu mengetahui makna dari terang di sini. Apakah yang dimaksud dengan terang ini? Dalam Alkitab hanya ada satu tempat yang menunjukkan makna terang, yaitu di Efesus 5:13. Di sana dikatakan, “Sebab semua yang nampak adalah terang.” Terang menyingkapkan sesuatu. Kita adalah terang dunia, berarti kita menyingkapkan orang-orang di sekitar kita berada. Misalnya, orang-orang di sekitar kita adalah peminum dan dalam sehari-harinya mereka tidak merasakan itu sebagai hal yang tidak wajar, tidak benar. Dengan hadirnya kita yang bukan seorang peminum di sana, kita akan menyingkapkan ketidakbenaran mereka. Orang-orang di sekitar kita senang bertengkar, saling caci maki, bahkan berkelahi; tetapi kita selalu ramah dan tersenyum kepada mereka, tidak bertengkar dan tidak mencaci maki orang, sehingga mereka merasa mencaci maki dan bertengkar adalah salah. Kita berada di tengah-tengah mereka dan menyingkapkan ketidakbenaran mereka, inilah yang disebut terang. Menjadi terang dunia bukan berarti kita lalu membakar alat-alat perjudian, menghukum orang-orang jahat, merombak masyarakat, atau mengubah lembaga-lembaga dalam masyarakat. Menjadi terang berarti dulu orang-orang tidak tahu bahwa yang mereka lakukan adalah jahat dan tidak benar, tetapi kehadiran kita sebagai orang Kristen menyingkapkan kejahatan mereka, mengungkapkan ketidakbenaran mereka. Terang menyingkapkan segalanya.
Dunia hari ini sepertilah kapal besar yang telah usang dan rusak/pecah. Kapal ini terbuat dari berbagai macam bahan, ada kayu, ada besi, dan logam lainnya. Tetapi semua peralatannya tidak utuh, telah rusak semua, dan kapal inipun telah karam dan berlubang besar, segera akan tenggelam. Waktu tidak banyak lagi, kita harus cepat-cepat memutuskan hendak menyelamatkan kapal atau menyelamatkan penumpangnya. Jika cukup banyak waktu, kita dapat menyelamatkan kapal dan penumpangnya. Tetapi kini tidak ada lagi waktu untuk meyelamatkan keduanya, yang mana yang akan kita selamatkan? Pandangan kita sebagai orang Kristen adalah menganggap kapal itu telah tidak berguna, telah pecah dan usang. Kalaupun kapal itu diselamatkan, itu hanya tinggal sebuah bangkai kapal yang telah rusak. Kayunya keropos, besinya karatan, mesinnya rusak total, sedikit pun tidak ada bagian yang bisa dipakai atau diperbaiki. Karena itu kita lepaskan kapal itu dan menyelamatkan penumpangnya. Selamatkanlah manusia, dan biarkan kapal itu. Di samping itu, Kristus, Pemilik kapal kita, sedang membangun sebuah kapal lain yang lebih besar, yang baru, itulah kapal sejati yang kita harapkan. Ini adalah pandangan kita yang seharusnya sebagai orang Kristen terhadap dunia.

Penerapan:
Dua Timotius 2:22 mengatakan, “Jauhilah nafsu orang muda...” Terhadap hawa nafsu, terutama hawa nafsu seksual, kita harus melarikan diri, walaupun akibatnya kita mungkin akan dijauhi oleh teman-teman dekat kita, atau malah ditinggalkan oleh mereka. Tidak mengapa. Mari kita meneguhkan iman kita dengan resiko dan harga berapun!

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, jadikanlah aku terang yang bersinar, menerangi orang-orang di sekitarku, sehingga mereka boleh nampak bahwa mereka adalah orang dosa yang memerlukan Juruselamat.

29 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 2 Selasa

Yusuf di Rumah Potifar
Kejadian 39:2
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.

Kejadian 39:1-4 mengatakan, “Adapun Yusuf telah dibawa ke Mesir; dan Potifar, seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja, membeli dia dari tangan orang Ismael yang telah membawa dia ke situ. Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf.”
Sebagai seorang wakil dari aspek memerintah dari hayat yang matang, Yusuf menikmati penyertaan Tuhan, berikut kuasa, kemakmuran, dan berkat Tuhan. Sejak Potifar memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang. Di rumah tuannya, Yusuf menjadi faktor pembawa berkat Allah. Sebagai anak-anak Allah, kita pun seharusnya menjadi berkat bagi orang lain. Namun patut disayangkan, sikap, perilaku, dan karakter kita, seringkali menjadi penghalang berkat Allah. Di atas diri Yusuf sama sekali tidak terlihat adanya penghalang berkat Allah. Kita harus belajar senantiasa hidup dalam berkat Allah. Apapun keadaan dan pekerjaan kita, kita harus belajar percaya kepada berkat Allah, harus belajar bersandar kepada berkat Allah, di samping itu juga harus belajar menyingkirkan rintangan yang menghalangi berkat Allah. Kalau tidak demikian, kita akan menderita kerugian yang besar.

Menang atas Nafsu dan Bersinar dalam Kegelapan
Kej. 39:6b-8a; 11-12; 1 Tes. 4:4-5

Kejadian 39:6b-8a mengatakan, “Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya. Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: ‘Marilah tidur dengan aku.’ Tetapi Yusuf menolak....” Yusuf berkata, “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” Yusuf adalah seorang muda yang takut akan Allah. Ia menyadari bahwa menuruti keinginan isteri majikannya adalah suatu kejahatan yang besar dan berdosa terhadap Allah.
Pada suatu hari, ketika Yusuf masuk ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada yang di rumah, berkatalah isteri Potifar sambil memegang baju Yusuf: “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar (Kej. 39:11-12). Berbeda dengan Ruben dan Yehuda, Yusuf adalah seorang yang menjaga kesuciannya. Begitu ada godaan, ia segera melarikan diri. Berlari ke luar adalah satu-satunya jalan untuk diselamatkan dari perangkap dosa, karena ia tahu bahwa jika lebih lama tinggal di sana, ia pasti akan jatuh. Banyak orang yang tadinya menganggap dirinya teguh dalam iman, pada akhirnya terjerumus ke dalam lubang dosa. Karena itu, janganlah menganggap diri kita cukup teguh. Marilah kita belajar dari pengalaman Yusuf, begitu ada godaan, segeralah melarikan diri ke luar.
Dalam 1 Tesalonika 4:4-5, rasul Paulus mengatakan, “Supaya kamu masing-masing tahu bagaimana memiliki bejananya sendiri dan hidup di dalam kekudusan dan kehormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah” (TL.). Menjaga atau melindungi bejana manusia dalam kekudusan dan kehormatan, tidak mengizinkannya melampiaskan hawa nafsu adalah pelindungan terhadap perbuatan percabulan. Kekudusan lebih mengacu kepada keadaan yang kudus di hadapan Allah; kehormatan mengacu kepada kedudukan yang dihargai di hadapan manusia. Manusia diciptakan untuk tujuan Allah dengan kedudukan yang tinggi, dan pernikahan ditetapkan Allah untuk perkembangbiakan manusia demi menggenapkan tujuan Allah. Menjauhi percabulan bukan hanya agar berada dalam keadaan yang dikuduskan di hadapan Allah, tetapi juga memegang dan menjaga kedudukan yang terhormat di hadapan manusia. Begitu seseorang melakukan percabulan, ia pasti tercemar, dan pengudusannya habis. Di samping itu, ia juga kehilangan kehormatan di hadapan manusia. Bahkan orang yang tidak beriman pun tidak menghormati orang yang melakukan percabulan. Sebab itu, kita harus tahu bagaimana memiliki, menjaga, dan melindungi tubuh kita sendiri dalam keadaan kudus terhadap Allah dan terhormat di hadapan manusia.

Penerapan:
Kita perlu memohon penyertaan Tuhan di dalam setiap hal, perkara, dan setiap aspek kehidupan sehari-hari kita. Penyertaan-Nya adalah segala-galanya bagi kita. Tanpa penyertaan-Nya, apapun yang kita lakukan, walaupun kita anggap benar, akan terasa kering.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering melanggar suara hati nuraniku demi menyenangkan orang lain. Tuhan,hari ini aku sadar bahwa penyertaan-Mu lebih penting daripada hormat manusia. Biarlah mulai kini aku menjadi orang yang mencari perkenan-Mu semata.

28 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 2 Senin

Yehuda dan Tamar (1)
Kejadian 38:6
“Sesudah itu Yehuda mengambil bagi Er, anak sulungnya, seorang isteri, yang bernama Tamar.”

Kisah dari pengalaman Yusuf yang dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya kemudian diselingi oleh Kejadian 38 yang menceritakan bagaimana Yehuda menempuh suatu kehidupan yang berkebalikan dengan Yusuf. Setelah menikahi seorang perempuan Kanaan, yakni anak Syua. Yehuda melahirkan tiga anak laki-laki, Er, Onan, dan Syela. Yehuda kemudian mengambil bagi Er seorang isteri yang bernama Tamar. Tetapi Er jahat di mata Tuhan, sehingga Tuhan membunuh dia. Lalu Yehuda menyuruh Onan untuk membangkitkan keturunan bagi kakaknya, tetapi Onan juga ternyata berlaku jahat di mata Tuhan dan Tuhan membunuh dia. Lalu berkatalah Yehuda kepada Tamar: “Tinggallah sebagai janda di rumah ayahmu, sampai anakku Syela itu besar” (Kej. 38:11). Sementara itu matilah anak Syua isteri Yehuda. Setelah Syela besar, ternyata Yehuda tidak juga memberikan Tamar kepadanya. Ketika dikabarkan kepada Tamar bahwa bapa mertuanya sedang di jalan ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya, duduklah Tamar di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna dengan bertelekung dan berselubung. Ketika Yehuda melihat Tamar, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, dan Yehuda menghampiri dia dengan bayaran seekor anak kambing.
Hawa nafsu selalu membuat orang menjadi kabur, tidak jelas, bahkan dapat membuat orang menjadi buta. Jangan mengira diri kita lebih kuat daripada Yehuda. Kalau kita lengah sedikit saja, hawa nafsu dapat menjerumuskan kita ke dalam dosa, bahkan dosa yang keji sekalipun. Kita perlu berjaga-jaga senantiasa di dalam roh yang berdoa karena lawan kita, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8).

Yehuda dan Tamar (2)
Kej. 38:24, 26; Gal. 5:19-21

Setelah menghampiri Tamar, yang ia sangka sebagai perempuan sundal, tiga bulan kemudian Yehuda mendengar kabar bahwa Tamar mengandung. Mendengar itu meluaplah amarah Yehuda dan berkata, “Bawalah perempuan itu, supaya dibakar” (Kej. 38:24). Waktu dibawa, Tamar menunjukkan barang-barang milik Yehuda, yang dititipkan kepadanya sebagai jaminan seekor anak kambing, upah persundalannya. Melihat itu, Yehuda berkata, “Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku” (Kej. 38:26).
Pada waktu Tamar hendak bersalin, nyatalah ada anak kembar dalam kandungannya. Dan ketika ia bersalin, seorang dari anak itu mengeluarkan tangannya, lalu dipegang oleh bidan, diikatnya dengan benang kirmizi serta berkata: “Inilah yang lebih dahulu keluar.” Ketika anak itu menarik tangannya kembali, keluarlah saudaranya laki-laki, dan bidan itu berkata: “Alangkah kuatnya engkau menembus ke luar,” maka anak itu dinamai Peres. Sesudah itu keluarlah saudaranya laki-laki yang tangannya telah berikat benang kirmizi itu, lalu kepadanya diberi nama Zerah. Melalui peristiwa ini, perbuatan daging Yehuda akhirnya tersingkap dengan sangat jelas.
Dalam Galatia 5:19-21, dosa-dosa daging tercantum demikian jelas, “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, kemarahan, kepentingan diri sendiri, percekcokan, perpecahan, kedengkian, bermabuk-mabukan, pesta pora, dan sebagainya.” Jika seseorang ingin mengetahui apakah dirinya bersifat daging atau tidak, ia cukup melihat apakah ada perbuatan daging itu pada dirinya atau tidak. Asalkan ia melakukan salah satu di antaranya, sudah cukup memastikan diri sebagai manusia karnal, bahkan lebih daripada cukup. Jadi, dengan satu perbuatan daging saja, cukup membuktikan adanya daging itu.
Walaupun dalam pandangan kita ada dosa yang kelihatannya keji, ada pula yang nampaknya lebih “beradab”, tetapi dalam pandangan Allah, semua dosa itu berasal dari satu akar, yaitu daging. Karena itu, tidak peduli daging yang keji atau daging yang beradab, semua sama saja. Sekarang, marilah kita berdoa di hadapan Allah, mohon Allah mencelikkan mata kita, agar kita mengenal diri kita sendiri. Semoga kita merendahkan diri karena dosa-dosa ini; semoga kita berdoa hingga mencucurkan air mata, dan berduka karena dosa-dosa itu. Semoga kita dapat berdoa sampai hati kita terbakar, dan sudi menghapus semua perkara-perkara yang bersifat daging itu, agar Allah merahmati kita.

Penerapan:
Hari ini, hubungan antar lawan jenis begitu kendor dan bebasnya, khususnya di masyarakat perkotaan yang modern. Pengaruhnya, banyak anak-anak Tuhan yang pergaulannya juga tanpa pembatasan, baik dalam pembicaraan, berpakaian, berpacaran, dan lain sebagainya, layaknya orang-orang duniawi. Sebagai umat Kerajaan Surga, kita tidak boleh memberi kesempatan kepada daging (Rm. 13:14)

Pokok Doa:
Ya Tuhan, janganlah biarkan aku jatuh ke dalam pencobaan, karena aku ini lemah adanya. Jagalah agar jalanku lurus, dan didiklah aku hidup menurut perasaan hayat di dalamku. Berilah aku tenaga untuk menjauhi dosa dan kecemaran dunia. Amin.

26 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 1 Sabtu

Kehilangan Yusuf tetapi Mendapatkan Allah
Kejadian 37:28
“Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.”

Setelah Rahel meninggal, hati Yakub kemudian tercurah kepada Yusuf. Namun tidak berselang lama, Yusuf disingkirkan darinya. Setelah Yusuf disingkirkan, Yakub benar-benar tidak memiliki semangat hidup. Itulah sebabnya selama tahun-tahun sepi itu Yakub tidak memiliki ambisi apa-apa. Ia pun tidak berminat mengerjakan sesuatu. Justru inilah waktu yang tepat bagi Allah untuk semakin banyak menggarapkan diri-Nya ke dalam Yakub.
Hanya satu hal yang mustahil disingkirkan dari Yakub, yakni hadir Allah. Karena kehilangan Yusuf, Yakub menjadi sebuah bejana yang terbuka secara mutlak terhadap Allah. Hadirnya Yusuf mungkin telah menghalangi keterbukaan Yakub terhadap Allah. Sekarang, setelah Yusuf hilang, Yakub terlepas dari segala macam halangan bahkan terbuka sama sekali terhadap Tuhan. Kehilangan Yakub telah memaksa Yakub mengarah kepada Allah serta membuka dirinya kepada Allah. Yakub merupakan sebuah bejana yang terbuka terhadap surga sehingga hujan surgawi tercurah kepadanya terus-menerus. Dalam jangka waktu ini Yakub berada di hadapan Allah, seraya diisi dengan hayat ilahi.
Seorang penulis pernah menuliskan sebuah kidung dengan syair kidung itu sebagai berikut:
Buah hatiku Kau ambil, berilah diri-Mu; Jika aku masih ragu, berilah diri-Mu;
Yesus, Juruselamatku, tambahkan diri-Mu; Taat mutlak ku mau, tambahkan diri-Mu.

Sandaranku Kau runtuhkan, berilah diri-Mu; Permohonanku Kau tolak, berilah diri-Mu.
Yesus, Juruselamatku, tambahkan diri-Mu; Taat mutlak ku mau, tambahkan diri-Mu.

Menjadi Bejana yang Terbuka
Rm. 10:12; Yoh. 6:57

Untuk mencapai kematangan dalam hayat, baik doktrin, pengajaran, dan nasihat itu tidak seberapa berguna. Satu-satunya hal yang paling berguna adalah datang kepada sumber ilahi dan membuka diri kita sendiri dari kedalaman diri kita supaya dipenuhi dengan Allah sebagai kasih karunia. Untuk dipenuhi, kita perlu memohon Tuhan menyingkirkan semua sekatan dan penghalang. Kita perlu berdoa, “Tuhan, aku rela agar setiap halangan disingkirkan. Aku ingin menjaga diriku selalu terbuka kepada-Mu. Tuhan, penuhi aku sepenuhnya dengan diri-Mu sendiri sebagai kasih karunia.” Di mana saja kita berada, tetaplah terbuka kepada Tuhan supaya dipenuhi dengan Dia sebagai kasih karunia. Kalau kita setiap hari terbuka kepada Tuhan secara demikian, kita akan menerima kelimpahan kasih karunia. Hasilnya, kita akan memerintah di dalam hayat oleh kasih karunia atas dosa, maut, dan Satan. Ketiga musuh utama ini akan sepenuhnya takluk.
Dosa, maut, dan Satan masih sedang bekerja di dalam kita. Tetapi jika kita datang kepada sumber surgawi dan membuka diri kita sepenuhnya untuk dipenuhi dengan kasih karunia, maka kita akan memerintah di dalam hayat atas mereka. Memerintah dalam hayat adalah ekspresi dari kematangan hayat. Inilah kebutuhan kita hari ini di dalam kehidupan gereja. Sasaran Allah adalah menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Selama Allah memiliki kesempatan untuk menggarapkan diri-Nya ke dalam diri kita, Dia tidak akan banyak memperhatikan apakah keadaan kita itu berkecukupan atau miskin. Ketika situasi dan keadaan kita lancar, kita mungkin tertutup bagi pekerjaan Tuhan yang batini. Ketika kita tengah berada di dalam keadaan atau situasi yang terjepit demikian, maka Allah akan dapat lebih menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita daripada ketika keadaan kita sedang baik. Alasan untuk hal ini adalah karena ketika kita berada di dalam situasi yang sulit, kita lebih terbuka kepada Tuhan, lebih rela untuk berpaling kepada-Nya, dan lebih rela membiarkan Dia menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita.
Jalan yang paling sederhana untuk terbuka terhadap Tuhan adalah belajar membuka segenap diri kita, mulai dari roh, hati, sampai ke mulut. Kita harus belajar membuka diri kita terhadap Tuhan, menyeru nama-Nya. Alkitab mengatakan, “Tuhan . . . , kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya” (Rm. 10:12). Selain itu, kita perlu belajar dengan sungguh-sungguh bersentuhan dengan firman-Nya melalui membaca dan mencernanya dalam doa kita (Yoh. 6:57). Kalau kita dengan sungguh-sungguh melakukannya, Tuhan akan dengan limpahnya memenuhi kita.

Penerapan:
Fanny J. Crosby mengalami kebutaan sejak masa kecilnya. Sankey, rekan D.L. Moody, penulis lagu “Damai p’ri Sungai”, kehilangan tiga orang anaknya dalam sebuah kecelakaan kapal laut. Tetapi mereka semua bersaksi bahwa mereka mendapatkan diri Allah lebih banyak, mereka menjadi berkat bagi banyak orang.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, wahyukanlah diri-Mu lebih banyak ke dalamku agar aku nampak segala keindahan-Mu, karena itulah kekuatan bagiku untuk mengikuti Engkau. Biarlah Engkau menjadi yang terutama di dalam hidupku, di dalam rencana-rencanaku, dan di dalam prioritasku.

25 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 1 Jumat

Yusuf Melayani Saudara-saudaranya
Kejadian 37:13
“Lalu Israel berkata kepada Yusuf: ‘Bukankah saudara-saudaramu menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau kusuruh kepada mereka.’ Sahut Yusuf: ‘Ya bapa.’”

Setelah Yusuf menceritakan mempinya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: “Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?” Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya. Pada suatu kali pergilah saudara-saudara Yusuf untuk menggembalakan kambing domba ayahnya dekat Sikhem. Kemudian Yusuf diutus ayahnya untuk melihat saudara-saudaranya (Kej. 37:13-17). Ketika saudara-saudara Yusuf “melihatnya dari jauh, sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya” (Kej. 37:18). Mereka memberi Yusuf sebuah julukan, serta berkata seorang kepada yang lain, “Lihat, tukang mimpi kita itu datang” (Kej. 37:19). Mereka telah bersepakat untuk membunuh Yusuf dan kemudian membohongi ayah mereka tentang apa yang telah terjadi (Kej. 37:20).
Kehidupan Yusuf adalah salinan kehidupan Kristus: sebagai gembala (Kej. 37:2; Yoh. 10:11-16); sebagai orang yang dikasihi bapanya (Kej. 37: 3-4; Mat. 3:17); sebagai orang yang diutus oleh bapanya untuk melayani saudara-saudaranya menurut kehendak bapanya (Kej. 37:12-17; Yoh. 6:38); sebagai orang yang dibenci, dianiaya, dan dikhianati (dijual) oleh saudara-saudaranya (Kej. 37:5, 18-36; Mat. 26:4, 14-16). Jika kita ingin melayani saudara-saudara kita, pada prinsipnya kita pun harus siap dengan berbagai perlakuan yang akan kita terima. Hanya apabila kita telah mempersenjatai diri kita dengan pikiran untuk menderita, barulah kita dapat melayani saudara-saudara kita dengan setia (1 Ptr. 4:1).

Yakub Kehilangan Buah Hatinya
Kej. 37:19-35

Kejadian 37:19-20 mencatat, “Kata mereka seorang kepada yang lain: Lihat, tukang mimpi kita itu datang! Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu!’” Ruben, saudara Yusuf yang tertua ingin meloloskan Yusuf dari tangan mereka. Ketika ia mendengar tentang siasat mereka, “Ia ingin melepaskan Yusuf dari tangan mereka, sebab itu katanya, ‘Janganlah kita bunuh dia! Janganlah tumpahkan darah, lemparkanlah dia ke dalam sumur yang ada di padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia’” (Kej. 37:21-22). Ruben bermaksud melepaskan Yusuf dari tangan mereka dan membawanya kembali kepada ayahnya.
Ketika Ruben tidak ada di tempat, Yehuda menyarankan agar lebih baik menjual Yusuf kepada kafilah Ismael (Kej. 37:25-27). Kata Yehuda, “Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita” (Kej. 37:26-27). Yusuf dijual kepada orang-orang Ismael dari Midian (Kej. 37:28). Ismael adalah putra Abraham melalui Hagar, dan Midian adalah putra Abraham dari Ketura, istrinya yang terakhir. Baik orang-orang Ismael maupun orang-orang Midian kedua-duanya mewakili daging nafsani. Kebencian itu bertalian dengan daging nafsani, dan daging nafsani bertalian dengan dunia yang diwakili oleh Mesir. Karena benci, saudara-saudara Yusuf menyerahkannya kepada daging nafsani dan daging nafsani membawanya turun ke Mesir. Tetapi Allah berkuasa atas segalanya.
Setelah kematian Rahel, hati Yakub tertambat sama sekali pada Yusuf. Siapa sangka dengan sekonyong-konyong dan sangat mengejutkan, Yusuf direnggut darinya. Putra-putra Yakub menipunya dengan meyakinkan bahwa Yusuf telah diterkam oleh binatang buas (Kej. 37:32-33). Mendengar berita ini, Yakub segera “mengoyakkan jubahnya, lalu mengenakan kain kabung pada pinganggnya dan berkabunglah ia berhari-hari lamanya karena anaknya itu” (Kej. 37:34). Tidak hanya ia diremukkan; ia bahkan telah dikupas habis-habisan sehingga tidak ada satu pun yang tinggal. Yakub menolak untuk dihibur dan berkata, “Aku akan turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati” (Kej. 37:35). Secara prinsip, cepat atau lambat, kita semua akan mengalami penanggulangan semacam ini. Janganlah takut terhadap kemungkinan ini. Yakub telah melewati jalan setapak yang pendek ini dan mengalami sengsara yang menjamah sampai di relung hatinya namun hal itu membuatnya menjadi matang. Tidak lama lagi, nasib yang mulia akan tiba!

Penerapan:
Melayani seorang akan yang lainnya seharusnya menjadi suatu bagian dari kehidupan kita bersama-sama. Praktek pelayanan kita harus menjadi seorang hamba, bahkan seorang budak. Perkara ini menurut Matius 20:26-27. Orang-orang yang besar di antara kita harus menjadi budak-budak bagi orang lain. Sedikitnya kita harus menjadi hamba-hamba bagi orang lain.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkau datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Hari aku, kupersembahkan diriku dan waktuku untuk melayani-Mu, melayani saudara-saudara seiman, juga melayani orang yang berdosa. Jadikanlah aku berkat bagi orang lain.

24 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 1 Kamis

Sebuah Kontradiksi
Kejadian 37:2
“Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun—jadi masih muda—biasa menggembalakan kambing domba,.... Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya.”

Kejadian 37:2 mencatat bahwa Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya. Bayangkan: Ruben, putra sulung di antara kesepuluh saudara ini, telah berzinah dengan gundik ayahnya (Kej. 35:22), dan Yehuda, putra yang keempat, berzinah dengan menantunya yang menyamar sebagai perempuan sundal (Kej. 38:12-16). Lewi dan Simeon bengis adanya (Kej. 34:25-29). Fakta bahwa saudara-saudara ini bermufakat untuk membunuh saudara kandungnya sendiri menunjukkan betapa berdosanya mereka itu. Sungguh sukar dipercaya bahwa mereka adalah putra-putra dari keluarga pilihan Allah, umat kudus Allah. Terdapat sebuah kontradiksi yang besar antara status mereka dengan perilaku mereka.
Dalam Perjanjian Baru, kasus yang serupa juga terjadi di dalam gereja di Korintus. Mereka memiliki berbagai hikmat dan kurnia serta tanda-tanda dan mujizat, tetapi hidup mereka penuh dengan kontradiksi dan memalukan nama Tuhan. Dalam suratnya kepada orang-orang Korintus, Paulus menulis demikian, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah, dan bahwa Roh Allah tinggal di dalam kamu?” (1 Kor. 3:16). Bagi banyak orang Kristen, Roh Kudus seolah tidak begitu nyata. Pada zaman Salomo, Allah tinggal di dalam bait yang terbuat dari batu, tetapi hari ini Allah tinggal di dalam kita. Bila kita benar-benar nampak bahwa Allah telah menjadikan kita tempat kediaman-Nya, kita pasti akan menempuh hidup ini dengan penuh takwa dan ibadah! Bila kita tahu bahwa kita adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah tinggal di dalam kita, maka semua kejahatan, kesantaian, kecerobohan, dan semua sikap negatif akan segera berakhir.

Mimpi Yusuf
Kej. 37:4-11

Kejadian 37:4 mengatakan, “Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.” Kejadian 37:5 mengatakan, “Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.” Mimpi Yusuf itu pastilah berasal dari Allah. Yusuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya demikian, “Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu.” Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: “Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku” (Kej. 37:7, 9).
Kedua mimpi tersebut menyatakan satu perkara yang sama, yaitu berkas-berkas gandum maupun bintang-bintang itu menyembah kepada Yusuf. Dalam pandangan kita, saudara-saudara Yusuf itu jahat adanya. Tetapi Yusuf dalam mimpinya melihat bahwa saudara-saudaranya adalah berkas-berkas gandum dan bintang-bintang. Berkas gandum adalah ikatan yang mengikat tangkai-tangkai gandum setelah dituai. Ini menyatakan bahwa dalam pandangan Allah, putra-putra Yakub merupakan panenan di atas bumi. Bahkan pula mereka bukannya gandum-gandum yang masih hijau; melainkan mereka telah masak dan dituai dan diikat menjadi berkas-berkas. Dalam mimpinya yang kedua anggota keluarga Yakub dinyatakan dengan matahari, bulan dan 11 bintang, kesemuanya itu merupakan benda-benda terang yang memancarkan sinar.
Matahari, bulan dan bintang yang terdapat dalam Wahyu 12 dan Kejadian 37 mewakili seluruh umat Allah. Dalam zaman Yusuf, keluarganya itu merupakan keseluruhan umat Allah di atas bumi. Menurut pandangan kita, mereka itu jahat dan buruk, namun menurut pandangan Allah, mereka itu cerah dan surgawi. Demikian juga menurut sifat/keadaan alamiah kita, kita ini jelek, jahat dan kotor. Akan tetapi kita telah dipilih, ditebus, diampuni, diperbarui dan diubah. Jadi kita ini ladang Allah, hasil ladang Allah. Akhirnya kita akan menjadi tuaian Allah; kita akan dituai oleh-Nya dan dijadikan berkas-berkas gandum. Tidak hanya demikian, kitapun akan menjadi terang surgawi. Sebagai tuaian, kita mempunyai hayat, dan sebagai benda-benda surgawi kita memiliki terang. Dalam mimpi Yusuf yang pertama ada hayat, dan dalam mimpinya yang kedua terdapat terang. Hayat dan terang adalah dua sifat khas dari umat Allah.

Penerapan:
Jika kita tidak belajar secara ketat untuk hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh (Gal. 5:16, 25), kita pasti akan hidup di dalam keinginan daging dan berbagai kejahatan, dosa, dan kecemaran. Semua hal-hal negatif itulah yang akan memimpin hidup kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus,ampunilah aku yang tanpa sengaja sering mengingkari statusku sebagai orang Kristen sehingga memalukan nama-Mu. Ajarlah aku untuk hidup dalam takut akan Allah, hidup di dalam kekudusan sehingga memuliakan nama-Mu.

23 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 1 Rabu

Yakub Berhenti di Hebron
Kejadian 37:1
“Adapun Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan.”

Dalam Kejadian 37, Yakub dapat dipastikan telah berusia cukup lanjut. Ditinjau dari sudut waktu maupun geografis, Yakub telah menempuh perjalanan yang panjang dan akhirnya tiba di Hebron, tempat Abraham dan Ishak tinggal sebagai orang asing. Di sanalah ia dan Esau menguburkan Ishak, ayah mereka, yang meninggal setelah berumur seratus delapan puluh tahun (Kej. 35:27-28). Yakub telah mengalami banyak perkara. Mungkin dalam Alkitab tidak ada seorang pun yang telah mengalami situasi yang sulit dan lengkap sebanyak Yakub. Ia telah dibereskan Allah sampai tingkat sedemikian rupa sehingga ia nyaris kehilangan semua yang ia inginkan. Sebelum memasuki Kejadian 37, Rahel telah meninggal, dan Yakub tinggal di Hebron, di rumah ayahnya. Yakub seolah-olah pensiun di Hebron, menikmati hidup yang teduh di Hebron. Akan tetapi, kehidupan rohani tidak mengenal kata pensiun. Oleh karena itu, Allah segera turun tangan untuk “mengobrak-abrik” apa yang kelihatannya sebagai masa pensiun Yakub itu.
Sering kali kita merasa letih dalam mengikuti Tuhan, menganggap apa yang telah kita alami selama ini sudah cukup. Terhadap kehendak Tuhan, mungkin kita sepertinya tidak tertarik lagi, tidak ingin melakukannya lagi, ingin istirahat. Banyak orang meminta izin untuk tidak memberitakan Injil, bahkan pensiun. Saudara saudari, kita harus tersadar. Kita sudah beristirahat terlalu lama. Kita tidak bisa tidur lagi, sekarang waktunya bangun. Dalam pekerjaan rohani, tidak ada seorang pun boleh pensiun karena tua. Tuhan Yesus berkata, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh. 5:17).

Yakub Berlaku Pilih Kasih
Luk. 23:4; 2 Kor. 5:21; Ibr. 4:15; 1 Ptr. 2:22; Kej. 37:2-3

Dalam empat belas pasal terakhir Kitab Kejadian, biografi Yakub dan Yusuf dibaurkan, menunjukkan bahwa menurut pengalaman rohani, Yakub dan Yusuf adalah satu orang. Yusuf adalah lambang Kristus sebagai Yang mutlak sempurna, tidak bercacat (Luk. 23:4; 2 Kor. 5:21; Ibr. 4:15; 1 Ptr. 2:22). Sebagai yang demikian, Yusuf mewakili aspek memerintah dari Israel yang matang, susunan Kristus dalam sifat Yakub yang matang. Sebagai seorang beriman yang matang yang tersusun dari Kristus, Yang sempurna, Yakub memerintah melalui Yusuf (Kej. 41:39-44).
Tatkala Yusuf berumur 17 tahun, ia sudah terbiasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya (Kej. 37:2). Kejadian 37: 3 mencatat, “Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia.” Yakub mengasihi Yusuf lebih dari saudaranya yang lain, dan ia telah membuatkan baginya sehelai jubah yang berwarna-warni (Kej. 37:3). Bila Yakub tidak dalam kondisi pensiun, mustahil ia ada waktu untuk membuatkan Yusuf jubah seperti ini. Seorang ayah yang sibuk mustahil meluangkan waktu untuk mengerjakan ini. Namun Yakub telah menikmati hidup dan ia mempunyai banyak waktu untuk membuatkan putra kesayangannya sebuah jubah. Ini membuktikan kalau ia telah pensiun. Sebutan dari jubah yang berwarna-warni ini ibarat sebuah jendela kecil, yang melalui ini kita dapat meneropong karakter, keinginan, maksud, sasaran dan watak Yakub.
Setelah Yakub mengalami banyak pemberesan di bawah tangan Allah, tidak ada lagi sesuatu dalam hidup manusiawi yang ingin ia capai. Ia mungkin merasa jemu terhadap perampasan, penipuan, pergulatan dan perebutan. Hidupnya sudah tenang dan ia pun sudah memiliki putra kesayangan yang merupakan mustika hatinya. Dikarenakan sikap pilih kasihnya yang dicondongkan kepada Yusuf ini, maka ia membuatkan bagi Yusuf sehelai jubah yang berwarna warni. Hati Yakub jelas pertama-tama terikat pada Yusuf dan kedua pada Benyamin. Yakub nyata-nyata pilih kasih. Kelak kita akan melihat bahwa sikap pilih kasih Yakub terhadap Yusuf ini menimbulkan sengsara atas dirinya. Sikap pilih kasih Yakub kepada Yusuf menunjukkan bahwa dia belum sepenuhnya diubah tetapi masih hidup dalam hayat alamiah. Sikap Yakub yang memihak terhadap Yusuf menyebabkan dia menderita lebih lanjut, yang menjamah sangat dalam perasaan pribadinya. Penanggulangan terakhir ini membawa dia kepada kematangan yang penuh untuk ekspresi dan kekuasaan Allah.

Penerapan:
Roma 12:11 berkata, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Kenyamanan hidup, menikmati berbagai media hiburan, pusat-pusat perbelanjaan, dapat membuat roh kita padam. Selain itu, hal-hal tersebut dapat memadamkan beban injil dan kehidupan doa kita.

Pokok Doa:
Ya Allah, Engkau adalah Bapa yang setia, tidak pernah berubah kasih setia-Mu. Tambahkanlah diri-Mu ke dalamku agar aku boleh dengan setia mengikuti Engkau dan melayani Engkau sampai akhir hidupku. Di saat aku lemah, ingatkanlah, terangi, dan bangkitkanlah aku kembali.

22 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 1 Selasa

Akibat Dosa Perzinahan
Kejadian 35: 22b-23
“Adapun anak-anak lelaki Yakub dua belas orang jumlahnya. Anak-anak Lea ialah Ruben, anak sulung Yakub, kemudian Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar dan Zebulon.”

Ruben dilahirkan sebagai anak sulung Yakub. Sebagai anak sulung, Ruben adalah pemilik dari hak kesulungan. Namun sewaktu Yakub menetap berdekatan dengan menara Eder, sewaktu Yakub sedang menempuh hidup yang nyaman, Ruben berzinah dengan gundik ayahnya. Perkara yang cemar ini menyebabkan dia kehilangan hak sulungnya (Kej. 49:3-4). Satu Tawarikh 5:1-2 dengan jelas menunjukkan bahwa hak sulung itu kemudian diberikan kepada Yusuf. Karena telah melakukan dosa yang najis, Ruben harus kehilangan hak kesulungannya. Sebaliknya, karena kemurniannya, Yusuf mendapatkan hak kesulungan (Kej. 39:7-12).
Pada zaman ini, perzinahan sudah merupakan suatu hal yang umum. Hubungan dengan lawan jenis sering melewati batas-batas kesopanan. Cobalah kita catat, dalam surat kabar, ada berapa peristiwa perzinahan dalam sehari. Sebagai umat tebusan Allah, kita harus memelihara hak kesulungan kita, memelihara tubuh kita melalui menjauhkan diri dari perzinahan. (1 Tes. 4:3-7) dan hidup dalam kekudusan dan kehormatan. Jangan memberikan anggota-anggota tubuh kita pada segala sesuatu yang berdosa. Dunia hari ini penuh dengan kecemaran dan kekotoran. Ini membuat kita sulit untuk memelihara tubuh kita. Ke mana pun kita pergi ada elemen-elemen yang cemar. Kita tidak seharusnya mencoba atau bahkan pergi pada sesuatu yang cemar. Jika kita melarikan diri dari kecemaran (2 Tim. 2:22), kita akan bertumbuh di dalam hayat, demikian kita memelihara hak kesulungan kita. Selama kita hidup di atas bumi ini, kita harus berjuang untuk memelihara tubuh kita, menjauhkan diri dari kecemaran.

Perlunya Hidup di dalam Kekudusan
1 Tes. 4:3-5; Kej. 1:26; Rm. 6:6

Satu Tesalonika 4:3-5 mengatakan, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah.” Kehendak Allah adalah agar umat tebusan-Nya, kaum beriman dalam Kristus, menempuh hidup yang kudus berdasarkan sifat kudus-Nya, sepenuhnya terpisah bagi-Nya dari segala sesuatu yang bukan diri-Nya. Untuk ini, Dia perlu menguduskan kita seluruhnya. Pada zaman Paulus, baik di Korintus maupun di Tesalonika, kemesuman dan pelampiasan hawa nafsu merupakan hal umum dalam agama kafir dan bahkan dikembangkan oleh penyembahan kafir.
Manusia dijadikan untuk mengekspresikan Allah (Kej. 1:26). Disinggung dari tujuan ini, tidak ada perkara yang lebih merusak manusia daripada percabulan. Percabulan membuat manusia tidak kudus, tidak terpisah bagi Allah, bahkan mencemari manusia sampai puncaknya sehingga manusia tidak bisa menggenapi tujuan kudus Allah. Karena itu, rasul dengan tegas menasihati orang bukan Yahudi yang baru beroleh selamat agar mereka menguduskan diri bagi Allah, menjauhi percabulan, dosa yang paling kotor/kasar dalam pandangan Allah, supaya mereka bisa terhindar dari perusakan dan pencemarannya.
Jika kita ingin memelihara tubuh kita dalam kekudusan dan penghormatan, kita harus menempuh kehidupan yang tidak lagi menuruti keinginan daging, sebaliknya harus membiarkan diri kita senantiasa dipimpin oleh Roh. Roma 6:6 mengatakan, “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” Kedua, untuk memelihara tubuh kita dalam pengudusan dan penghormatan, kita tidak boleh lagi memberikan anggota tubuh kita yang manapun untuk sesuatu yang berdosa. Sebagai contoh, kita harus menjaga mata kita terhadap gambar-gambar yang najis dan menjaga telinga kita dari hal-hal yang kotor. Banyak hal yang disiarkan melalui radio dan televisi adalah cemar. Tidak sedikit kaum beriman yang telah bersaksi bahwa mereka tidak dapat tahan mendengarkan pembicaraan tertentu diantara mereka yang berada di sekolah atau di pekerjaan, karena pembicaraan tersebut sangat najis. Banyak orang dunia dapat berbicara mengenai hal-hal dosa tanpa perasaan malu sedikitpun. Oleh karena itu, kita perlu menjaga tubuh kita untuk tidak melihat dan mendengar hal-hal yang mencemarkan, dan merusaknya. Ini adalah untuk memelihara tubuh kita dalam pengudusan.

Penerapan:
Hubungan lawan jenis di antara anak-anak Allah, haruslah ada jarak, ada batasan. Billy Graham, seorang hamba Tuhan, pernah bersaksi bahwa ketika dia berbicara dengan lawan jenis, dia selalu berada di ruang terbuka dengan diketahui oleh orang lain, dan tidak pernah di ruang tertutup. Kita perlu memiliki kesaksian yang berkebalikan dengan orang dunia pada umumnya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan,lindungilah aku dari hal-hal yang cemar. Aku tidak mau dirusak oleh cara hidup duniawi yang menyesatkan. Tariklah aku lebih dekat kepada-Mu, bergaul dengan-Mu, berjalan di dalam terang firman-Mu. Amin.

21 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 1 Senin

Tiga Tahap Pengalaman Yakub
Kejadian 35:20
“Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya (Rahel); itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang.”

Jika kita menyusuri seluruh perjalanan hidup Yakub, niscaya kita akan menemukan bahwa dalam jalan hidupnya dapat dibagi menjadi tiga tahap. Ketiga tahapan ini ditandai oleh pendirian tiga tiang/tugu. Sebenarnya Yakub telah empat kali mendirikan tiang, namun hanya didirikan pada tiga tempat — di Gilead (Galed), di Betel, dan pada jalan yang menuju ke Betlehem (Kej. 31:45; 28:18, 22; 35:14, 20). Berhubung Yakub mendirikan tiang-tiang ini pada tiga tempat, jadi dapat dikatakan bahwa selama hidupnya, Yakub hanya memiliki tiga tiang sebagai tanda atas pengalamannya. Bagian yang pertama dari kehidupannya, Yakub mengalami pengasuhan dan perawatan Allah. Sejak hari kelahirannya, ia telah berada di bawah pemeliharaan Allah. Bagian yang kedua, di Betel, Yakub mendirikan tiang yang kedua (Kej. 35:14). Tiang di Betel itu disebut rumah Allah. Di sini, Yakub mulai memperhatikan rumah Allah, kesaksian Allah. Bagian ketiga, Yakub mendirikan tiang di perjalanan menuju ke Betlehem (Kej. 35:16-20). Tiang ketiga dalam hidup Yakub ini merupakan suatu kesaksian pemberesan atau penanggulangan Allah terhadap pilihan alamiahnya.
Dalam hidup kekristenan kita, kita tidak seharusnya hanya mendambakan pengasuhan dan perawatan Allah, tetapi juga perlu memperhatikan rumah Allah. Untuk hal ini, kita perlu mengalami berbagai pemberesan atau penanggulangan Allah, khususnya terhadap pilihan alamiahnya. Kasih kita, kecenderungan kita, dan pilihan kita yang alamiah, pada suatu hari harus diakhiri dan dikuburkan. Pengalaman ini akan membantu kita mengalami kuasa kebangkitan Kristus dan pula akan memimpin banyak orang kepada Kristus.

Terjebak dalam Kenyamanan
Kej. 35:21-22; Mi. 4:8; Ibr. 12:1-2a

Setelah Yakub mendirikan tiang yang ketiga di jalan yang menuju Betlehem, “Berangkatlah ia, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal (menara) – Eder” (Kej. 35:21). Dalam bahasa Ibrani, kata Eder berarti “kawanan domba”. Di Mikha 4:8 ada ungkapan bahasa Ibrani yang sama diterjemahkan “menara kawanan domba”. Di tempat itu, terjadilah suatu peristiwa cemar yang memalukan, yaitu perkara amoral yang terjadi atas Ruben, anak sulung Yakub. Kejadian 35:22 mencatat, “Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel.”
Menara Eder, atau menara kawanan domba, menyatakan suatu kehidupan yang nyaman. Ketika melewati menara Eder, mungkin Yakub berpikir, inilah tempat yang baik untuk istirahat. Ia lalu menetap di sana. Ini berarti bahwa Yakub sudah sampai pada tempat yang baik untuk beristirahat, tempat di mana ia dapat menikmati hidup yang nyaman. Ketika ia tengah menikmati hidup yang nyaman ini, terjadilah perkara dosa. Dosa, khususnya dosa perzinahan, hampir selalu terjadi pada saat seseorang tengah berada dalam suatu kehidupan yang nyaman. Ruben melakukan perzinahan dengan gundik Yakub. Perihal ini cukup jelas menandakan bahwa Yakub tidak selayaknya menetap di sana. Yakub seharusnya langsung berangkat menuju Hebron.
Menara Eder merupakan sebuah jebakan bagi Yakub. Kita harus menyadari bahwa ketika kita bersungguh-sungguh berjalan mengikuti Tuhan, maka di sekitar kita sering terdapat jerat yang menanti kita. Bagaimanakah kita dapat menghindari jerat tersebut? Cara yang terbaik adalah dengan terus berjalan, jangan berhenti, jangan menoleh ke kanan atau ke kiri. Ibrani 12:1-2a berkata, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus,....” Tidak peduli sampai di mana tahap hidup kekristenan kita, kita harus ingat bahwa di sekeliling kita ada saja jebakan yang siap mencelakai kita. Hidup yang nyaman bagi orang yang mengikuti Tuhan Yesus selalu merupakan satu pencobaan. Setiap pengikut Tuhan mengetahui bahwa sasaran terakhir kita masih sangat jauh. Tetapi dalam mengikuti Tuhan, walau bagaimanapun letihnya, kita harus berkata, “Tuhan, tolonglah hamba-Mu ini. Berilah karunia agar hamba dapat terus berlari mengikuti Engkau tanpa henti.” Kalau kita berbuat demikian, niscayalah kita akan terlindung, tidak sampai jatuh ke dalam jerat.

Penerapan:
Kenyamanan dan kelancaran mudah membuat orang kendor; penderitaan membuat orang bersandar erat kepada Allah. Bagaimanakah reaksi kita ketika Tuhan mengijinkan kita mengecap kenyamanan? Kita perlu berdoa memohon Tuhan menyelamatkan kita dari kekendoran rohani. Kenyamanan seharusnya membuat kita lebih memperhatikan rumah Tuhan, kepentingan Tuhan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus,aku bersyukur atas rawatan dan asuhan-Mu yang tidak pernah berhenti. Tetapi bawalah aku masuk ke dalam pengalaman yang lebih tinggi lagi, yakni hidup bagi kepentingan rumah-Mu. Aku tidak mau terbuai oleh kenyamanan yang ada di sekelilingku.

19 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 4 Sabtu

Reaksi terhadap Janji Allah
Kejadian 35:14
“Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya.”

Dalam Kejadian 35:14-15, kita nampak reaksi Yakub kepada janji Allah. Setiap kali Tuhan berbicara kepada kita, kita harus bereaksi. Tidak boleh dungu, bisu, atau mati. Ketika Allah berfirman kepada Yakub, ia segera bereaksi. Ayat 14 mengatakan, “Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu.” Hal pertama yang dilakukan Yakub sebagai reaksi terhadap firman Allah yaitu mengulangi apa yang ia lakukan di Betel pada pertama kalinya — mendirikan tugu batu. Dalam batin, Yakub merasa bahwa ia telah diperoleh Allah untuk membangun bait Allah di bumi. Yakub telah berjanji mau membangun bait Allah di bumi. Akhirnya, Salomo yang mendirikan bait ini, sehingga minatnya terkabul.
Kedua, Yakub menuangkan arak persembahan ke atas tugu batu (Kej. 35:14). Sebelum ia menuangkan minyak ke atas tugu, ia menuangkan arak persembahan ke atasnya yang melambangkan kurban curahan. Terakhir, Yakub menuangkan minyak ke atas tugu. Ini berarti Allah menuangkan Roh-Nya ke atas umat pilihan-Nya pembangunan rumah-Nya. Namun penuangan minyak ke atas tugu adalah sesudah penuangan kurban curahan ke atas tugu. Ini menunjukkan bahwa penuangan diri kita sebagai kurban curahan kepada Allah menghasilkan penuangan Roh Allah bagi pembangunan-Nya.
Kejadian 35:15 mengatakan, “Yakub menamai tempat di mana Allah telah berfirman kepadanya ‘Betel’.” Semakin lama kita tinggal dalam gereja, semakin kita mengalami Kristus dalam gereja, kita pun semakin diyakinkan bahwa tempat inilah Betel. Kita dengan berani mengucapkan, “Inilah gereja dan aku di dalamnya.” Kiranya kita semua memiliki keyakinan ini.

Penanggulangan yang Lebih Dalam
Kej. 35:16-20; Yes. 53:3; Kis. 2:33; Ibr. 1:3; Luk. 2:35

Setelah tinggal di Betel cukup lama, Yakub berangkat dari sana (Kej. 35:16). Pada saat Yakub meneruskan perjalanan dari Betel, ia mengalami penanggulangan yang lebih dalam dan lebih pribadi: Rahel, istri kesayangannya, meninggal ketika melahirkan Benyamin, anak Yakub yang bungsu (Kej. 35:16-20). Pengalaman ini menyangkut perkara mati dan lahir, rugi dan untung. Yakub kehilangan Rahel dan memperoleh Benyamin. Rahel mewakili pilihan Yakub yang alamiah. Lea serta dua budak perempuannya bukan pilihan hati Yakub. Hati Yakub seluruhnya terletak pada Rahel; ia tidak menaruh hati pada ketiga lainnya. Setiap perkara dalam Alkitab mengandung tujuannya. Sebelum pengalaman di Betel, Allah membiarkan pilihan hati Yakub yang alamiah. Tetapi setelah pengalaman di Betel, pilihan alamiahnya telah disingkirkan darinya. Sebelum kita memasuki kehidupan gereja, kita tetap mempunyai konsepsi, pilihan dan kecenderungan alamiah. Namun setelah pengalaman di Betel, kita harus bersiap kehilangan pilihan alamiah kita. Sesudah kita mengalami kehidupan gereja, pilihan alamiah kita harus dikebelakangkan.
Kejadian 35:18 mencantumkan, “Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas —sebab ia mati kemudian — diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin.” Anak ini diberi dua nama, satu dari ibunya dan satu dari ayahnya. Ben-oni berarti “anak sengsara”. Rahel memberi nama ini karena ia menderita sengsara dan dalam kesusahan. Namun Yakub segera mengubahnya menjadi Benyamin, yang berarti “anak tangan kanan”. Di semesta jagad ini hanya ada satu yang sekaligus merangkap anak sengsara dan anak tangan kanan – yaitu Kristus. Di satu pihak, Kristus itu Ben-oni dan di pihak lain Dia itu Benyamin. Kristus itulah Sang ajaib yang beraspek dua ini. Tidak seorang pun pernah menderita sengsara sebanyak Kristus dan tidak seorang pun telah dijunjung setinggi Kristus. Yesaya 53:3 melukiskan Dia sebagai “seorang yang penuh kesengsaraan”. Kisah Para Rasul 2:33 meneterakan bahwa Ia “ditinggikan oleh tangan kanan Allah” dan Ibrani 1:3 memaktubkan bahwa Ia duduk “di sebelah kanan Yang Maha-besar”. Mula-mula Yesus sebagai anak sengsara, anak menderita. Rahel bukan satu-satunya orang yang mengalami sengsara ini; Maria, ibu Kristus, juga mengalaminya. Menurut Lukas 2:35, jiwanya ditembusi oleh pedang karena penderitaan anaknya. Tetapi setelah tiga puluh tiga setengah tahun, dalam kebangkitan dan kenaikan, Kristus telah menjadi Anak tangan kanan Allah. Sebab itu, tidak seorang dapat menyangkal bahwa Benyamin adalah sebuah lambang Kristus yang sengsara dan yang telah ditinggikan.

Penerapan:
Kita perlu menjadi orang yang memberikan respon terhadap panggilan Allah dengan mutlak. Tak peduli betapa lemahnya kita, kita harus cepat-cepat menjawab panggilan Allah dan meninggalkan segala yang bukan Allah. Makin cepat kita maju, makin baik. Keluarlah dari segala yang bukan Allah. Jangan mempercayai kelemahan kita, tetapi percayalah akan kuat kuasa Allah. Dialah yang memampukan kita untuk berbagian dalam pembangunan rumah-Nya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, bagiku Engkau telah mengorbankan segalanya, tetapi bagi-Mu, aku belum menuangkan diriku sedikitpun. Tuhan, berilah aku kesempatan untuk menuangkan sesuatu yang berharga dalam hidupku bagi kesaksian-Mu, bagi gereja-Mu.

18 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 4 Jumat

Menggentarkan Musuh
Kejadian 35:5
“Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar.”

Setelah Yakub dan semua orang yang bersamanya menyingkirkan berhala-berhala, seraya membersihkan diri mereka dan menukar pakaian mereka, maka kedahsyatan Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka. Pembersihan dan pengudusan mereka menggentarkan musuh-musuh. Ini menunjukkan, bila demi kehidupan gereja, kita menumpas semua dewa orang kafir serta barang-barang yang memperindah diri sendiri, dan membersihkan diri kita sambil menukar pakaian kita, niscayalah Iblis dan dosa-dosa yang membelenggu kita akan gemetar. Tidak usah berperang untuk mencapai kemenangan; musuh-musuh memang harus gemetar, dan kemenangan memang ada di pihak kita.
Pernahkah kita takut akan dosa, perjudian, kemabukan, atau pesta-pora? Mungkin kita merasa tidak berdaya mengalahkan itu semua. Ketidakberdayaan kita itu disebabkan karena kita belum menyingkirkan dewa-dewa asing, belum menguduskan diri dan menukar pakaian kita. Jika kita sudah melakukan semua ini, segala “kutu busuk”, “kalajengking”, dan “ular” pasti kabur. Melalui menempuh kehidupan gereja, menyingkirkan berhala, menguduskan diri, serta menukar pakaian kita, kita pasti akan menang dan menggentarkan dosa dan dunia. Kejadian 35:5 menuliskan bahwa orang-orang di kota itu tidak berani mengejar Yakub. Allah membuat Yakub berjalan dengan gagahnya menuju ke Betel. Kiranya kita semua mendambakan bahwa kita dan seisi rumah kita, seumur hidup kita, berada di dalam kehidupan gereja yang normal, sehingga semua “ular” dan “kalajengking” tidak dapat menjamah kita lagi.

Mendirikan Mezbah di Betel
Kej. 35:3, 6-7, 9-12; Why. 11:15

Setelah melakukan pembersihan total, Yakub dan semua orangnya terus berangkat ke Betel (Kej. 35:3, 6). Sesampainya di Betel, “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel” (Kej. 35:6-7). Perkara pertama yang dilaksanakan Yakub di Betel ialah mendirikan mezbah. Makna mezbah ialah persembahan. Mezbah didirikan untuk mempersembahkan barang-barang kepada Allah. Sebelum kita memasuki kehidupan gereja, mungkin kita sudah pernah mempersembahkan diri kepada Tuhan. Tetapi kini, setelah masuk ke dalam kehidupan gereja, kita perlu memperbarui persembahan kita. Persembahan yang diperbarui ini sama sekali berbeda dengan persembahan kita sebelumnya. Di dalam gereja, kita harus mendirikan mezbah, mempersembahkan diri kita dengan sungguh-sungguh serta mengalami Allah secara praktis. Melalui persembahan yang demikianlah, kita mengalami Allah yang diam di dalam rumah-Nya, yaitu gereja.
Setelah mendirikan mezbah, Allah kembali menampakkan diri kepada Yakub (Kej. 35:9). Sewaktu Allah menampakkan diri kepada Yakub di Betel, Ia memberkatinya. Alangkah besar berkat yang kita terima sejak tiba di Betel dan membangun mezbah! Ketika Allah menampakkan diri kepada Yakub, Ia menyebut kembali nama baru Yakub, kata-Nya, “Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu” (Kej. 35:10). Kemudian dalam Kejadian 35:11 Allah berkata, “Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak.” Di Betel, Allah berjanji kepada Yakub bahwa ia akan beranak cucu dan bertambah banyak. Allah berjanji juga kepada Yakub, kata-Nya, “Sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu, dan raja-raja akan berasal dari padamu.” Mula-mula terdapat “sekumpulan bangsa-bangsa”, berarti bertambah banyak, kemudian terdapat raja-raja, berarti kerajaan. Setelah Yakub, terdapatlah bangsa-bangsa dari keturunannya. Dan kemudian terdapat kerajaan dari keturunannya di bawah penguasaan Daud dan Salomo. Pada zaman Perjanjian Baru terdapat kerajaan di bawah keturunannya yaitu Yesus Kristus. Nanti pada zaman yang akan datang terdapat Kerajaan Seribu Tahun dan sesudah itu, kerajaan kekal dalam langit dan bumi baru. Penggenapan masalah raja-raja ini membutuhkan semua kitab berikutnya dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Wahyu 11:15 merupakan sebagian dari janji Allah kepada Yakub, “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya.” Allah juga berjanji, “Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu” (Kej. 35:12).

Penerapan:
Musuh tidak takut bila kita sekedar menjadi pengikut agama Kristen. Yang paling ditakuti oleh Iblis adalah apabila kita bangkit mengasihi Tuhan, mempersembahkan diri kepada Tuhan, dan hidup bagi pembangunan rumah-Nya, yakni gereja. Demi rumah-Nya, marilah kita tinggalkan semua hal yang tidak kudus, dan perbaruilah persembahan diri kita sekali lagi. Inilah rahasia kekuatan kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering tidak berdaya mengalahkan dosa dan godaan dunia. Aku telah melupakan persembahan diriku. Tuhan, hari ini aku mau bangkit, mengasihi-Mu, dan melayani di dalam rumah-Mu. Permalukanlah musuh-Mu.

17 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 4 Kamis

Perlu Menguduskan Diri
Kejadian 35:2
“Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: ‘Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.’”

Yakub juga menyuruh setiap orang untuk menguduskan/menahirkan dirinya (Kej. 35:2). Demi rumah Allah, kita tidak hanya harus menyingkirkan dewa-dewa asing, tetapi harus juga menguduskan diri kita seluruhnya. Dengan kata lain, seluruh orang kita, cara hidup kita, dan penampilan kita haruslah kudus. Menguduskan diri berarti kita dengan aktif memisahkan diri bagi Allah, menyapu bersih segala cemar dan nista. Seluruh diri kita harus dibersihkan dari segala yang Allah pandang sebagai pencemaran. Dalam 2 Korintus 7:1, Paulus berkata, “Saudara-saudaraku yang terkasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” Konsepsi Paulus dalam 2 Korintus pasal enam dan tujuh sama seperti konsepsi Yakub dalam Kejadian 35. Berhubung orang-orang Korintus adalah sebagai bait Allah, maka Paulus menyuruh mereka agar menyucikan diri.
Kehidupan gereja yang tepat adalah tempat pengudusan yang paling efektif. Gereja adalah “kolam “ yang besar, di mana kita semua dapat dibasuh dan dibersihkan. Kalau gereja tidak memiliki fungsi ini, tentulah itu bukan gereja. Kita memerlukan pembersihan dan pembasuhan ini. Bila kita ingin menjumpai Allah kita, kita tidak boleh menjumpai-Nya dalam keadaan yang usang dan tercemar. Kita harus dibersihkan. Pencucian ini bukanlah semata-mata usaha kita, terlebih ada pekerjaan tangan Allah atas diri kita. Begitu kita menaruh perhatian kepada Betel-Nya, dengan serta merta tangan ilahi-Nya datang membersihkan dan membasuh kita.

Menukar Pakaian dan Menanam Anting-anting
Kej. 35:2, 4; Ef. 4:22-24

Selain menyingkirkan dewa-dewa asing dan menguduskan diri, Yakub juga menyuruh seisi rumahnya dan semua orang yang mengikuti dia menukar pakaiannya (Kej. 35:2). Menurut Alkitab, mengganti pakaian berarti mengubah cara hidup kita. Efesus 4:22-24 mewahyukan bahwa corak hidup yang lama adalah sifat manusia yang telah jatuh. Sebelum percaya Tuhan, hidup kita adalah hidup ciptaan lama yang telah jatuh. Sekarang, setelah kita diselamatkan dan dilahirkan kembali, haruslah mempunyai corak hidup yang baru. Kita harus menanggalkan manusia lama seraya mengenakan manusia baru, cara hidup yang baru. Kalau demikian, maka banyak sanak famili kita, handai taulan, teman kerja serta tetangga kita dapat memberi kesaksian bahwa cara hidup kita telah mengalami perubahan besar.
Kejadian 35:4 mengatakan, “Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem.” Selain menanam berhala-berhala, mereka pun menanam anting-anting juga. Anting-anting adalah benda yang memperindah diri. Jadi, inipun harus ditumpas sama seperti berhala. Dalam pandangan Allah, anting-anting dan perhiasan kebanyakan orang sama dengan berhala. Orang-orang di dalam rumah Yakub telah menyingkirkan dewa-dewa orang kafir, pun juga melepas anting-anting mereka. Ini menunjukkan bahwa hati nurani mereka menyadari, anting-anting itu sama dibenci seperti dewa-dewa orang kafir. Kita seharusnya mempunyai kesadaran yang sama. Ini bukan sesuatu yang berkenaan dengan moral, melainkan berkenaan dengan rumah Allah.
Mengapakah Yakub menyuruh seisi rumahnya dan setiap orang yang bersama dengan dia berbuat demikian – membuang berhala, menguduskan diri, menukar pakaian, dan mengubur perhiasan mereka? Kita harus ingat bahwa rumah Allah bukan masalah individu, bukan masalah Yakub seorang. Rumah Allah seharusnya rumah Yakub yang menjadi rumah Israel. Akhirnya semua keturunan Yakub menjadi rumah Allah, Betel. Betel yang sejati bukan kemah/tabernakel, melainkan umat Israel. Demikian pula, kita harus nampak bahwa hari ini kita inilah gereja. Dan kitapun harus dikuduskan, bukan karena akan pergi ke Betel, tetapi karena kita ini akan menjadi Betel. Kita harus menyingkirkan semua dewa orang kafir dan perhiasan yang dibenci Allah, sambil menguduskan diri kita dan mengganti pakaian kita. Menyingkirkan dewa-dewa asing berarti pula menyingkirkan semua sandaran yang di luar. Demi kehidupan gereja, kita perlu dikuduskan seluruhnya, baik jasmani maupun rohani, dari segala pencemaran, ditambah harus mengubah cara hidup kita.

Penerapan:
Supaya kita kudus, Allah tidak saja di dalam kita memberi satu hayat, di luar kita juga memberi satu Alkitab. Kalau kita sering membaca Alkitab, maka kebenaran yang di dalamnya akan memberi terang kepada kita, supaya kita nampak apa yang sesuai dengan sifat kudus Allah, apa yang berlawanan dengan sifat kudus Allah, supaya kita dan tindak tanduk kita terpisah dari orang dunia, menjadi kudus, sesuai dengan sifat kudus yang di dalam kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, berilah aku minat dan kekuatan untuk setiap hari datang kepada firman-Mu agar aku boleh diterangi, dikoreksi, dibasuh dan dikuduskan di dalam firman-Mu. Tuhan, jadikanlah aku orang yang mengasihi Engkau dan firman-Mu.

16 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 4 Rabu

Reaksi Yakub terhadap Firman Allah
Kejadian 35:2
“Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: ‘Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.’”

Dalam Kejadian 35:2-7, kita melihat reaksi Yakub terhadap firman Allah. Sebelum pasal ini, tidak pernah ada catatan mengenai seseorang yang berjalan di hadirat Allah serta membersihkan seluruh dirinya berikut seisi keluarganya. Kejadian 35:2 berbunyi, “Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.” Demi menuju ke Betel, Yakub dengan setiap orang di keluarganya harus melakukan pembersihan total dan menguduskan diri mereka.
Siapa saja yang terjamah oleh Allah dan hidup bagi tempat kediaman-Nya, tentu merasa bahwa di batin ada sesuatu yang menghendaki dia membersihkan dan menguduskan dirinya. Boleh jadi kita selama ini telah membiarkan suatu kelemahan atau noda kekafiran dalam hidup kita. Namun bila kita menjamah perkara gereja dan betul-betul mau menempuh kehidupan gereja di hadapan Tuhan, di batin kita akan timbul penentangan terhadap hal-hal apa yang dibenci oleh Allah.
Segera setelah Allah menyuruh Yakub bersiap dan pergi ke Betel, Yakub menyuruh keluarganya untuk menyingkirkan dewa-dewa asing, menguduskan diri dan menukar pakaian. Meskipun Allah tidak memberitahu Yakub berbuat demikian, tetapi ada sesuatu di dalam batinnya yang menghendaki dia berbuat demikian. Jika ia disuruh pergi ke tempat yang duniawi, tentu ia tidak akan merasa perlu menguduskan diri. Tetapi di sini, Yakub memiliki perubahan yang begitu radikal, karena ia telah terjamah oleh perkara Betel, rumah Allah. Karena itu, Yakub tidak ada pilihan lain, selain membersihkan dan menguduskan dirinya, seisi rumahnya, dan semua orang yang bersama-sama dengan dia.

Menyingkirkan Dewa-dewa Asing
2 Kor. 12:9; 1 Ptr. 4:15-16

Sebagai reaksinya terhadap firman Allah, pertama-tama, Yakub memberi tahu seisi rumahnya dan semua orang yang bersama-sama dengan dia agar menyingkirkan dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah mereka (Kej. 35:2). Ketika Yakub dan keluarganya lari dari Laban, Rahel mencuri terafim dari rumahnya (31:34-35). Sebelum pasal 35, Yakub tidak pernah menyuruh Rahel menyingkirkannya. Tetapi setelah Allah menyuruhnya pergi ke Betel, setiap orang harus membuang dewa-dewa kafir atau berhala mereka. Ini merupakan suatu bayangan, suatu lambang, yang berkembang di sepanjang Alkitab. Menurut Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, hal pertama yang harus kita singkirkan demi tempat kediaman Allah adalah berhala.
Mungkin banyak yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah berhubungan dengan berhala. Mungkin kita tidak punya berhala yang materi, tetapi kita mungkin memiliki berhala secara rohani. Berhala ialah sesuatu yang menggantikan Allah. Pendidikan, ambisi, kedudukan, nama besar, hasrat, dan harapan-harapan kita dapat menggantikan Allah dalam hidup kita, sehingga menjadi berhala. Bila kita memandang perkara itu di dalam terang ini, kita harus mengakui bahwa kita memiliki dewa-dewa asing. Begitu sanak saudara atau teman kita menggantikan Allah dalam hidup kita, itulah berhala kita. Orang tua kita, pasangan kita, dan putra putri kita, semuanya bisa menjadi berhala kita.
Mengapakah manusia menyembah berhala? Selain akibat bujukan Iblis, manusia menyembah berhala agar panjang umur dan bahagia. “Bahagia” itu meliputi: uang, kedudukan, ambisi, dan nama besar. Semuanya itu dapat menggantikan Allah, dapat membuat kita senang. Dalam hal ini, Yakub berbeda dengan Rahel. Yakub tidak mempunyai berhala dalam wujud yang lahiriah. Tetapi di dalam perampasannya, terdapat beberapa berhala. Bahkan sesungguhnya perampasannya sendiri adalah suatu berhala. Hari ini, manusia telah kehilangan Allah, mencari dewa-dewa asing, menuntut kebahagian dari berhala-berhala itu. Namun bagi kita, umat tebusan Allah, sesungguhnya Allah itulah panjang umur dan kebahagiaan kita.
Di dunia ini, kita mungkin memiliki banyak hal, dan kita mungkin menjadikan kenikmatan duniawi sebagai tujuan hidup kita. Tetapi hal itu berlawanan dengan tujuan Allah. Allah ingin kita membangun Betel dan menetap di sana. Tetapi kita harus tahu bahwa rumah Allah itu kudus adanya; bukan suatu yang biasa atau umum. Tidak seorang pun dapat memasuki rumah Allah dengan membawa berhala, tercemar, serta mengenakan pakaian yang usang dan kotor. Karena itu, kita harus dengan tuntas mengesampingkan semua dewa kafir – segala bentuk berhala.

Penerapan:
Ciri khas pertama kehidupan orang Kristen ialah berbalik dari berhala-berhala kepada Allah. Ada orang menyembah pendidikan, ketenaran atau kedudukan, semuanya itu adalah berhala. Allah adalah satu-satunya obyek penyembahan yang tepat. Orang, perkara, atau benda apa pun yang kita utamakan selain Allah adalah berhala. Sebaliknya, kita harus melayani Allah yang hidup dan yang benar.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, ampunilah aku yang sering tanpa sadar “menyembah” diri sendiri, menjadikan diriku dan kesukaanku sebagai ilah bagi diri sendiri. Tuhan, biarlah seumur hidupku beribadah kepada-Mu, melayani Engkau, Allah yang hidup dan yang benar.

15 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 4 Selasa

Kehendak Allah yang Kekal
Kejadian 35:1
“Allah berfirman kepada Yakub: ‘Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu.’”

Di Betel, Yakub pernah bernazar kepada Allah, jika Allah melindungi dan memelihara dia, batu yang dia dirikan menjadi tugu akan menjadi rumah Allah (Kej. 28:20-22). Sekarang, Allah mengingatkan Yakub untuk menggenapkan bagian nazarnya (bd. Kej. 31:13). Dalam perjalanan kembalinya dari Padan-Aram, Yakub tiba di Sikhem, dan menetap di sana (Kej. 33:18-20). Namun, ini jauh dari tujuan Allah. Tujuan Allah adalah ingin mendirikan rumah-Nya di bumi. Maka, Yakub harus pergi dari Sikhem ke Betel.
Betel adalah benih yang besar dalam Alkitab, benih dari rumah Allah. Pada permulaan Perjanjian Baru, Tuhan Yesus datang untuk menjadi realitas kemah dan bait (Yoh. 1:14; 2:18-21). Kemudian, dalam Mat. 16:18, Tuhan bernubuat bahwa Dia akan membangun gereja sebagai tempat tinggal, bait Allah (Ef. 2:22; 1 Kor. 3:16-17) di atas diri-Nya sebagai batu karang dan bersama kaum berimannya sebagai batu-batu hidup (1 Kor. 3:11; 1 Ptr. 2:5). Akhirnya, Betel ini akan diperbesar untuk dirampungkan dalam Yerusalem Baru, Kemah kekal Allah (Why. 21:3, 22). Inilah kehendak Allah yang kekal, dan hari ini Allah sedang bekerja untuk ini.
Kita perlu diterangi, bahwa dalam alam semesta ini, Allah hanya melakukan satu hal, yakni membangun tempat kediaman-Nya. Semua karya Allah adalah untuk ini. Namun hari ini, hampir setiap orang Kristen justru sedang membangun “rumah kecil pribadi” mereka. Sedikit sekali yang memperhatikan pembangunan Allah. Kiranya hati dan pikiran kita bisa tergugah. Asal kita memperhatikan pembangunan Allah, maka setiap hal, termasuk karunia keselamatan, kekudusan, kemenangan, dan sukacita, menjadi milik kita.

Harus Meninggalkan Kehidupan yang Individualistis
Kej. 35:1; 1 Ptr. 2:5; 1 Kor. 12:14-36

Dalam Kejadian 35:1, Allah menyuruh Yakub meninggalkan Sikhem dan pergi ke Betel. Apakah makna perkataan ini bagi kita hari ini? Sikhem melambangkan kehidupan rohani yang individual, sedangkan Betel mewakili kehidupan yang korporat. “Betel” yang berarti “bait Allah”, “rumah Allah”, adalah sebuah bangunan yang tersusun rapi dari batu-batu hidup (1 Ptr. 2:5). Hal ini menyatakan bahwa yang Allah inginkan adalah sebuah bejana korporat, bukan bejana individu. Bejana-bejana individu tidak dapat mencapai sasaran dan rencana Allah. Hanya gereja, yang dapat merampungkan sasaran dan rencana Allah.
Yang Allah inginkan bukanlah batu-batu berserakan, melainkan sebuah rumah yang menyatakan diri-Nya. Karena itu, perlu ada gereja, bejana korporat, untuk mencapai tujuan Allah, baru bisa memuaskan hati Allah. Al­lah kita adalah Allah Betel, adalah Allah gereja. Di dalam Kristus, segala sesuatu yang individualistis dihapuskan. Jika kita ingin mengenal kehidupan Tubuh, kita perlu dilepaskan bukan hanya dari kehidupan berdosa dan hayat alamiah kita, tetapi juga dari kehidupan individualistis. Semua unsur individual harus disingkirkan, karena tidak ada satu pun yang bersifat individualistis yang dapat merampungkan sasaran Allah. Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ada perbedaan antara menjadi anggota Tubuh dengan menjadi orang Kristen. Menjadi orang Kristen bersifat individualistis, sedangkan menjadi anggota Tubuh bersifat korporat. Menjadi orang Kristen dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri, sedangkan menjadi anggota Tubuh adalah untuk Tubuh. Begitu seseorang nampak Tubuh Kristus, dia akan terlepas dari sikap individualistis; dia tidak akan hidup bagi dirinya lagi tetapi bagi Tubuh.
Tubuh Kristus bukan merupakan suatu doktrin; Tubuh Kristus adalah suatu ruang lingkup. Tubuh Kristus bukan suatu pengajaran, tetapi suatu kehidupan. Dalam Kisah Para Rasul pasal dua, ketika Petrus berdiri bersama sebelas rasul lainnya, Petrus seolah-olah memberitakan Injil sendirian dan tiga ribu orang diselamatkan melalui dia. Tetapi kita harus ingat bahwa sebelas rasul lainnya sedang berdiri di sampingnya. Saat itu Tubuh Kristus yang memberitakan Injil; itu bukan pemberitaan dari satu individu. Satu Korintus 12:14-36 membicarakan dua konsepsi yang tidak seharusnya dimiliki oleh orang Kristen: (1) “Karena aku bukan . . . aku tidak termasuk tubuh” (1 Kor. 12:15). Ini adalah memandang rendah diri sendiri dan menginginkan fungsi anggota lain. (2) “Aku tidak membutuhkan engkau” (1 Kor. 12:21). Ini adalah kesombongan diri, menganggap satu orang bisa melakukan segalanya, dan merendahkan yang lain. Kedua konsepsi ini tidak seharusnya kita miliki.

Penerapan:
Hal-hal yang buruk dengan mudah kita ingat, bahkan ingatan itu dapat bertahan sampai puluhan tahun. Tetapi hal-hal yang baik, yang berkaitan dengan kehendak Allah yang kekal, mudah sekali kita lupakan. Urusan-urusan kita yang banyak mungkin telah membuat kita acuh tak acuh terhadap rumah Allah. Kiranya mulai hari ini kita bangun, mempersembahkan diri sekali lagi bagi Tuhan, dan mulai mendoakan keperluan Tuhan, yakni pembangunan rumah-Nya.

Pokok Doa:
Terangilah aku, ya Tuhan, agar aku boleh nampak bahwa aku tidak boleh menjadi orang Kristen yang individual. Aku memerlukan anggota Tubuh yang lain, dan aku harus terbangun dengan mereka. Tanggulangi dan hancurkanlah setiap aspek dari watakku yang aneh, yang merugikan pembangunan tubuh-Mu.

14 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 4 Senin

Diingatkan oleh Allah
Kejadian 35:1
“Allah berfirman kepada Yakub: ‘Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu.’”

Dalam Kejadian 35:1 dikatakan, “Dan Allah berfirman kepada Yakub, ‘Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu’” (TL.). Kata sambung “dan” pada permulaan ayat ini menunjukkan bahwa firman Allah yang dikatakan kepada Yakub ini adalah kelanjutan dari perkara yang berlangsung dalam pasal sebelumnya. Di pasal sebelumnya, Yakub mengalami peristiwa yang berat di mana putri satu-satunya dinodai dan kedua anak laki-lakinya membunuh Sikhem dan Hemor, berikut semua laki-laki di kota mereka. Setelah Yakub mengalami peristiwa yang berat itu, maka kini ia dapat menerima firman Allah. Hatinya pasti telah dilunakkan oleh peristiwa itu. Kalau tidak ada peristiwa itu, mungkin Yakub akan tetap berkeras untuk tinggal menetap di Sikhem, lupa akan Betel.
Dalam situasi yang serba nyaman, mungkin kita tidak begitu tanggap terhadap firman Allah. Kita merasa bahwa kenyamanan itu adalah penegasan bahwa kita sudah berada di posisi yang Tuhan kehendaki. Kita tidak lagi peka terhadap kehendak dan tujuan Allah. Karena itu, tidak jarang pada suatu hari Allah akan dengan kedaulatan-Nya membawa kita ke dalam suatu peristiwa yang berat. Tujuannya bukan semata-mata agar kita menderita, melainkan agar hati kita dilembutkan kembali terhadap firman Allah. Mungkin kita sudah lama melupakan panggilan kita untuk melayani Dia, atau lupa akan persembahan diri kita. Saat itu, Allah akan mengingatkan kita melalui situasi. Allah menghendaki kita hidup bagi tujuan-Nya, bukan bagi kenyamanan diri sendiri.

Allah Menyuruh Yakub Pindah ke Betel
Kej. 35:1

Sebelum terjadi kesulitan besar dalam Kejadian 34, Allah seolah tidak berdaya menyuruh Yakub pindah ke Betel. Kalaupun Allah berbicara, belum tentu Yakub akan mendengarkannya. Namun kini, anak perempuannya telah ternoda, anak laki-lakinya menimbulkan celaka yang begitu menghebohkan, akibatnya Yakub kehilangan rasa tenteram dan aman. Di tengah kebingungannya, Allah datang bersabda, menyuruhnya pergi ke Betel. Setelah melalui peristiwa ini, barulah Yakub dapat menerima firman Allah yang menyuruhnya pergi ke Betel. Kita sering tidak dapat menerima firman Allah tanpa adanya kesulitan. Allah tidak pernah mengucapkan perkataan sia-sia kepada kita. Seringkali Ia harus menunggu kita setelah menjumpai suatu masalah, baru Ia mau berbicara kepada kita.
Allah menyuruh Yakub pergi ke Betel. Menurut segi letaknya, Betel terletak di sebelah selatan Sikhem. Pergi ke Betel berarti berjalan menuju ke selatan. Dengan sangat saksama Allah berpesan kepada Yakub, menyuruhnya ke Betel, tinggal di sana, dan mendirikan mezbah bagi Allah. Perkataan ini pendek, tetapi sangat dalam maknanya. Dengan kata lain, Allah seakan-akan berfirman kepadanya, “Yakub, apakah engkau lupa akan janjimu? Setelah mimpimu di Betel, engkau pernah berjanji untuk mendirikan bait bagi-Ku. Bagaimana sekarang? Aku menyuruh engkau kembali, menolongmu dari tangan Laban, menyelamatkan engkau dari Esau, lagipula membawa engkau kembali dengan aman ke tempat nenek moyangmu. Maksud-Ku, engkau harus bangun dan pergi menuju tempat di mana engkau bermimpi dan berjanji membangun bait bagi-Ku. Sekarang pergilah ke Betel, menetaplah di sana, serta dirikanlah mezbah bagi Allah yang telah menampakkan diri-Nya kepadamu.”
Walaupun di Sikhem Yakub mengikuti jejak nenek moyangnya menempuh hidup berkemah sebagai kaum terpanggil, berkesaksian mezbah, namun kehidupan di Sikhem masih belum mencapai taraf kehendak Allah. Maksud tujuan Allah ialah ingin memperoleh Betel yaitu rumah-Nya di bumi. Hari ini banyak orang Kristen yang mirip Yakub, tetap tinggal di Sikhem – menempuh kehidupan orang Kristen individual. Mereka maju mengikuti jejak umat saleh yang di depan, serta beroleh kekuatan. Mereka hidup berkemah, memiliki kesaksian mezbah, menempuh hidup kaum terpanggil. Namun berhubung mereka belum mencapai taraf kehendak Allah, hati Allah belum dipuaskan. Akibatnya perkara malang, satu demi satu menimpa ke atas mereka. Ini adalah untuk menyediakan hati mereka agar mau mendengarkan firman Allah, yang menyuruh mereka ke Betel – kehidupan gereja yang tepat, tinggal di sana, membangun mezbah bagi Allah.

Penerapan:
Sering kita menganggap bahwa “lupa” adalah perkara yang biasa dalam hidup kita. Tetapi menurut firman Tuhan, lupa merupakan salah satu cara yang Iblis lakukan agar firman Tuhan tidak dapat bertumbuh di atas “tanah” hati kita (Luk. 8:12). Oleh karena itu, kita harus menjaga pikiran kita dengan melatih roh kita, menghafal firman Tuhan, agar Iblis tidak ada kesempatan untuk mencuri firman yang telah tertabur ke dalam kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering melupakan rumah-Mu, melupakan keperluan-Mu. Tuhan, palingkanlah aku dan condongkanlah hatiku agar selalu tertuju kepada rencana dan tujuan-Mu. Makna hidupku bukanlah untuk kenyamanan duniawi, tetapi bagi terwujudnya tujuan kekal-Mu.

13 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 3 Sabtu

Masih Perlu Penanggulangan
Kejadian 34:5
“Kedengaranlah kepada Yakub, bahwa Sikhem mencemari Dina. Tetapi anak-anaknya ada di padang menjaga ternaknya, jadi Yakub mendiamkan soal itu sampai mereka pulang.”

Keadaan Yakub di Sikhem sudah sangat baik, namun ia masih perlu dibereskan dalam situasinya (Kej. 34:1-31), sebab ia belum kembali ke Betel. Di Sikhem, Yakub sudah cukup girang dan puas. Sikhem berarti “bahu”, melambangkan tenaga. Abraham beroleh tenaga setelah kembali ke Sikhem, begitu pula tentunya pengalaman Yakub. Di sana Yakub bahkan membeli sebidang tanah, mendirikan kemah di atasnya (Kej. 33:19). Di sana ia betul-betul beroleh tenaga dan hidup sebagai kaum yang terpanggil. Tetapi itu belum mencapai tujuan Allah. Pada suatu hari, tiba-tiba terjadi suatu kasus, Dina satu-satunya putrinya dinodai (Kej. 34:1-2). Saat itu, Yakub memiliki sebelas anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Ternodanya putri tunggal Yakub merupakan satu perkara yang amat berat. Walau peristiwa yang luar biasa ini bukan terjadi atas kehendak Allah, tetapi pasti seizin Allah. Allah menghendaki Yakub yang dipilih-Nya itu dapat disempurnakan.
Bayangkan keadaan Yakub. Sebagai orang yang dipilih dan dipanggil Allah, Yakub adalah kesaksian Allah di bumi. Ia mengikuti jejak kaum terpanggil, hidup berkemah, mendirikan mezbah dan menyembah Allah, ia adalah satu-satunya kesaksian Allah di bumi pada waktu itu. Namun peristiwa apa yang terjadi! Putri tunggalnya dinodai. Mengapa hal ini bisa terjadi pada orang yang baru mulai menempuh hidup terpanggil, berkemah, dan mendirikan mezbah? Karena Allah ingin, melalui peristiwa ini, Yakub segera meninggalkan Sikhem dan berangkat ke Betel – membangun rumah Allah. Allah sekali lagi berbicara melalui situasi kepada Yakub.

Pembalasan Simeon dan Lewi
Kej. 33:13-19; 34:25-30; 49:5-6

Anak-anak Yakub kemudian mengatur pembalasan. Mereka meniru akal bulus ayah mereka. Mereka pura-pura menerima permintaan Sikhem dan Hemor, dan sengaja mengabulkan mereka memperistri Dina, asalkan setiap laki-laki mereka disunat (Kej. 34:13-17). Mendengar hal itu, Hemor dan Sikhem girang, segera menerima usul ini dan melakukannya (Kej. 33:18-19). Maka pada hari ketiga, ketika semua laki-laki di kota itu tengah menderita kesakitan, kedua kakak Dina, Simeon dan Lewi, “masing-masing mengambil pedangnya, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki. Juga Hemor dan Sikhem, anaknya, dibunuh mereka dengan mata pedang, dan mereka mengambil Dina dari rumah Sikhem, lalu pergi” ( Kej. 34:25-26). Setelah itu, mereka menjarah pula kota itu, membawa kawanan kambing, domba, lembu, keledai, kekayaan, anak-anak dan perempuan. Bahkan seluruh yang ada di rumah-rumah pun dijadikan jarahan juga (Kej. 34:27-29). Tengoklah keadaan Yakub dalam pasal ini: anak perempuannya ternoda, anak laki-lakinya menyiasati orang-orang, membunuh mereka, sekaligus menjarah negeri mereka. Apakah ini keluarga orang yang terpanggil? Inikah satu-satunya keluarga kesaksian Allah di bumi? Mengapa perkara-perkara ini dapat menimpa pada Yakub? Dina, sebelas anak laki-laki dan semua orang yang terbunuh dijadikan korban demi menyempurnakan satu orang – Yakub.
Dalam Kejadian 34:30 Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi, “Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku.” Dengan aman dan sentosa Yakub telah datang ke Sikhem, namun kini sentosanya telah punah. Anak perempuannya telah ternoda, sekarang muncul pula malapetaka yang ditimbulkan oleh kaum putranya. Ia tidak dapat lagi tinggal di Sikhem.
Peristiwa dalam Kejadian 34 memberi kesan yang sangat dalam kepada Yakub. Pada usianya yang sudah lanjut ketika memberkati dua belas anaknya, ia masih tidak dapat melupakan perbuatan Simeon dan Lewi (Kej. 49:5-6). Yakub tidak pernah dapat melupakan hal ini, karena itulah kesulitan terbesar yang menimpa ke atasnya, yang melampaui sengketa antara ia dan Esau. Kesulitan yang disebabkan Simeon dan Lewi ini telah menjamah lubuk batinnya. Setelah kasus itu, Yakub dengan spontan menuruti firman Allah untuk berangkat ke Betel. Semenjak itu, Yakub mulai berubah.

Penerapan:
Sebelum Tuhan terpaksa memakai cara yang keras dalam membereskan kita, marilah kita belajar taat terhadap pimpinannya yang lembut. Janganlah mengeraskan hati kita terhadap teguran-teguran-Nya, dan jangan meremehkan kepentingan Tuhan. Tuhan dapat memakai segala macam cara untuk memaksa kita agar kita kembali kepada tujuan-Nya yang semula, yakni menjadikan kita Betel - rumah kediaman-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, lembutkanlah hatiku terhadap firman-Mu. Jangan biarkan hatiku keras membatu, sehingga Engkau terpaksa memukul aku dengan lengan yang teracung. Tuhan, saat ini aku terbuka terhadap-Mu. Bekerjalah di dalamku.

12 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 3 Jumat

Yakub Belum Mencapai Kehendak Allah
Kejadian 33:19-20
“Kemudian dibelinyalah dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, sebidang tanah, tempat ia memasang kemahnya, dengan harga seratus kesita. Ia mendirikan mezbah di situ dan dinamainya itu: ‘Allah Israel ialah Allah.’”

Walaupun apa yang dilakukan Yakub di Sikhem sudah jauh lebih baik daripada apa yang ia lakukan di Sukot, namun Sikhem bukanlah Betel. Kalau kita membaca Kejadian 12, kita akan nampak, bahwa setelah Abraham tiba di Sikhem, ia masih terus maju ke Betel (Kej. 12:6-8). Yakub bermimpi di Betel (Kej. 28:10-22). Ketika Allah menyuruh dia kembali ke tempat moyangnya, artinya ialah menyuruh dia kembali ke Betel untuk membayar janji serta membangun bait Allah. Kita tidak tahu apakah Yakub itu betul-betul lupa akan mimpinya atau memang enggan berkorban. Mula-mula ia pergi ke Sukot, kemudian ke Sikhem. Di Sikhem ia mulai menempuh hidup kaum yang terpanggil – mendirikan kemah dan membangun mezbah. Sebelumnya, ia tidak pernah mengalami hidup seperti ini. Hanya ketika Yakub tiba di Sikhem, barulah ia mulai hidup berkemah, serta mempunyai kesaksian mezbah.
Walau di Sikhem Yakub ada kemah dan mezbah, namun belum mencapai taraf kehendak Allah. Yakub mempunyai kemah, tetapi Allah belum mempunyai bait. Ia sudah membangun mezbah bagi Allah, namun Allah belum mempunyai bait. Menurut Perjanjian Lama, membangun mezbah selalu membimbing kita sampai kepada pembangunan bait. Dalam pembangunan kembali Bait Suci, yang pertama dipulihkan adalah mezbah (Ezr. 3:1-3). Di depan kemah dan Bait Suci adalah mezbah. Pengalaman kita pun demikian juga. Pertama-tama kita harus mempersembahkan diri kepada Allah dengan mutlak (membangun mezbah), kemudian kita harus maju ke tahap membangun gereja sebagai realitas Tubuh Kristus (membangun bait Allah).

Perlu Melaksanakan Janji dan Mewujudkan Persembahan Kita
Kej. 33:19-20

Setelah kita membaca potongan cerita ini, janganlah menganggap ini sekadar cerita Yakub belaka, tetapi kita harus menerapkannya ke atas diri kita. Kalau kita jujur, kita dapat bersaksi, bahwa kita pernah seperti Yakub, yaitu lupa akan janji dan pengabdian kita kepada Allah. Kita semua pasti pernah mempersembahkan diri kepada Tuhan, lebih-lebih ketika mengalami pencobaan atau kesukaran. Kita berjanji, “Ya, Tuhan, bila Engkau membawaku keluar dengan selamat dari kesulitan ini, maka aku akan mempersembahkan diriku kepada-Mu. Menjadikan Dikau sebagai Allahku, dan pula membangun bait di sini bagi-Mu.” Secara prinsip, kita semua pernah berjanji seperti ini. Tetapi apakah kita melaksanakan janji kita? Barangkali tidak ada satu pun yang dilaksanakan. Demikianlah kita tahu bahwa kita semua inilah Yakub. Kisah Yakub itu justru adalah kisah kita juga. Mempersembahkan kepada Allah, berjanji kepada Allah itu suatu perkara; namun melaksanakan janji dan mewujudkan persembahan kita itu, tidak mudah karena menuntut pengorbanan kita.
Hidup orang Kristen sering ditempuh di bawah badai topan. Sewaktu mulai mendengarkan Injil, kita mengira setelah menjadi orang Kristen, hidup kita akan nyaman tanpa badai topan. Boleh jadi kita menyangka bahwa kapal hidup kita di dalam Kristus selalu berlayar penuh aman sentosa, teduh laju sepanjang jalan. Namun dari pengalaman, kita tahu bahwa hidup kita seringkali di terpa badai demi badai. Akhirnya kita menyadari bahwa hidup orang Kristen penuh dengan angin ribut. Apa tujuan topan ini? Agar kita diubah untuk bangunan Allah, agar tujuan Allah tercapai.
Hidup kita penuh angin ribut, disebabkan kita keras kepala, terlampau mirip Yakub. Kita membutuhkan badai sebanyak itu karena kita belum terubah sebagai Israel. Beginilah hidup kita. Jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan, kita sendiri yang membuat-Nya susah bekerja pada diri kita. Walau kita tidak pernah berdoa, “Tuhan, berilah aku badai topan”, tetapi badai yang beraneka ragam menimpa ke atas kita. Dewasa ini, hampir semua penuntut Tuhan mempunyai keadaan seperti Yakub, memiliki hidup nyaman di Sikhem, tetapi melalaikan tujuan Allah di Betel. Namun dalam pemulihan-Nya, Ia menghendaki kita menuju ke Betel melalui Sikhem, yakni melalui hidup kita perorangan mencapai pada hidup gereja yang korporat. Kapan kita belum mencapai kehidupan gereja yang korporat, kita belum meraih tujuan Allah. Kiranya segala badai boleh mendesak kita untuk mendengarkan firman Tuhan: Meninggalkan Sikhem, menuju ke Betel, menempuh hidup gereja yang normal di dalam rumah-Nya yang di bumi.

Penerapan:
Sebagai orang Kristen, pertama-tama kita harus jelas terhadap tujuan Allah, yakni apa yang hendak Ia kerjakan melalui kita. Kedua, kita harus belajar hidup bagi tujuan Allah. Ketiga, kita harus memiliki keyakinan bahwa kita telah berada di garis yang tepat, seperti yang Tuhan kehendaki. Tanpa ketiga hal tersebut, apa pun yang kita kerjakan bagi Tuhan tidak dapat memuaskan Dia.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, buatlah aku menyadari bahwa dalam hidupku, aku memerlukan Engkau. Aku mau memulihkan persembahanku. Bawalah aku lebih maju, menjadi orang yang memperhatikan pembangunan gereja-Mu, bait kediaman-Mu.

11 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 3 Kamis

Mendirikan Rumah di Sukot
Kejadian 33:17
“Tetapi Yakub berangkat ke Sukot, lalu mendirikan rumah, dan untuk ternaknya dibuatnya gubuk-gubuk. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Sukot.“

Sesudah Yakub tertolong dari berbagai macam kesulitan, ia lalu “berangkat ke Sukot, lalu mendirikan rumah, dan untuk ternaknya dibuat gubuk-gubuk” (Kej. 33:17). Sukot terletak di sebelah timur Sungai Yordan, membuktikan bahwa Yakub belum menyeberang Sungai Yordan, belum masuk ke daerah pusat dari tanah Kanaan. Dalam pandangan Allah, tibanya Yakub di Sukot, di sana mendirikan rumah, belumlah kembali ke pusat dari tanah permai. Yakub mendirikan rumah baginya, serta menyediakan gubuk-gubuk untuk ternaknya. Hal ini menampakkan kepada kita, bahwa Yakub masih sangat alamiah, masih mementingkan dirinya sendiri. Pasti Yakub telah melupakan mimpinya di Betel, di mana ia pernah melihat sebuah tangga dari bumi menjulang ke langit dan setelah bangun ia menyiram minyak ke batu alas kepalanya sambil berkata, “Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah” (Kej. 28:22). Di Betel Yakub berjanji kepada Allah, bahwa batu itu akan dijadikan rumah Allah. Dengan kata lain, ia berjanji kepada Allah untuk membangun rumah Allah. Tetapi sekarang, hal ini tentu telah dilupakan oleh Yakub.
Perkara beroleh selamat sulit sekali kita lupakan, tetapi visi tentang pembangunan rumah Allah mudah sekali kita lupakan, mudah sekali kita abaikan. Tidak usah dikatakan yang lain, asal dalam hidup kita agak repot sedikit, mudah sekali kita lupa pelayanan kita, mudah sekali melupakan tujuan Allah yang sebenarnya. Walaupun demikian, Allah akan terus bekerja melalui segala keadaan untuk mengembalikan kita kepada tujuan-Nya yang semula – membangun rumah Allah di tempat yang telah Ia tentukan.

Menyeberangi Sungai Menuju Sikhem
Kej. 12:5-6; 33:17-20

Alkitab dengan ringkas menceritakan Yakub di Sukot. Kemudian, Yakub menemukan bahwa Sukot bukan tempat yang baik baginya tinggal bersama Allah, maka ia menyeberangi sungai dan menuju ke Sikhem. Kembali ke tanah permai, ia harus dan telah menyeberangi tiga sungai: Sungai Efrat, Sungai Yabok, dan Sungai Yordan. Yakub tiba di Sikhem, adalah menelusuri jejak-jejak Abraham nenek moyangnya (12:5-6). Ini menandakan bahwa Yakub telah tergiring ke atas jalan yang benar. Dalam Kejadian 33:18 diceritakan bahwa, “Dalam perjalanannya dari Padan-Aram sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem, di tanah Kanaan, lalu ia berkemah di sebelah timur kota itu.” Allah itu setia, dan akhirnya Yakub kembali ke Kanaan (Kej. 33:17-20). Kejadian 33:18 mencatat, “Sampailah Yakub ke Salem, suatu kota di Sikhem” (TL.). Ayat ini boleh juga diterjemahkan, “Sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem.” Yakub ternyata menyusuri jejak Abraham. Menurut Kejadian 12, ketika Abraham memasuki tanah Kanaan, kota pertama yang ia kunjungi adalah Sikhem. Yakub juga tiba dengan selamat di kota Sikhem. Ini membuktikan bahwa Allah memegang perkataan-Nya dan memenuhi janji-Nya; Dia pernah berjanji kepada Yakub bahwa Ia akan membawa ia kembali dengan selamat ke tanah air ayahnya. Bukan Yakub sendiri yang merencanakan perjalanan ini, melainkan Allah yang memimpin dia.
Di Sikhem, Yakub melaksanakan dua hal yang pernah dilakukan oleh kakeknya: memasang kemah, dan mendirikan mezbah (Kej. 33:18, 20). Ini mewahyukan bahwa ia mulai menempuh hidup berkemah, serta mempunyai kesaksian persembahan dan pengabdian. Ini jauh lebih baik daripada membangun rumah untuk dirinya sendiri dan membuat gubuk-gubuk bagi ternaknya. Di Sukot ia tidak melakukan apa-apa bagi Allah. Sebaliknya, di Sikhem ia tidak berbuat apa-apa bagi dirinya sendiri atau bagi ternaknya, malahan membangun mezbah untuk Allah, sedang ia sendiri menempuh hidup berkemah. Ia bukan semata mengikuti jejak moyangnya, bahkan pula hidup berkemah, serta mempunyai kesaksian pembangunan mezbah. Oh, alangkah baiknya! Sekarang ia mulai mempunyai kesaksian. Sepanjang 20 tahun yang silam, dia tidak ada kemah maupun mezbah, berarti ia belum ada hidup yang wajar sebagai kesaksian Allah. Sekarang, setelah kembali pada kedudukan dan tempat yang tepat, ia mempunyai hidup dengan ciri kesaksian Allah – mendirikan kemah dan membangun mezbah. Kehidupan orang Kristen seharusnya memiliki dua ciri kesaksian Allah ini. Pertama, sebagai musafir, kita tidak tertambat di dunia ini. Kedua, seluruh hidup dan milik kita, dengan sukarela kita persembahkan kepada Allah, bagi tujuan kekal-Nya.

Penerapan:
Kalau kita mau mengikuti Tuhan, kita harus belajar mutlak. Kita harus menerima kehendak Tuhan sepenuhnya, jangan setengah-setengah, yang ini dilakukan, yang itu diabaikan. Kedua, kita perlu belajar mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan Tuhan. Ketiga, kita perlu berdoa, mohon Tuhan selalu mengingatkan kita akan persembahan diri dan minat kita kepada-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering melupakan visi yang pernah aku lihat, visi tentang rumah-Mu. Engkau ingin aku berbagian di dalamnya. Tuhan, hari ini aku sekali lagi memperbarui persembahanku, pakailah aku sebagai bahan pembangunan rumah-Mu.

10 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 3 Rabu

Yakub Masih Mencurigai Esau
Kejadian 33:15
“Lalu kata Esau: ‘Kalau begitu, baiklah kutinggalkan padamu beberapa orang dari pengiringku.’ Tetapi Yakub berkata: ‘Tidak usah demikian! Biarlah aku mendapat kasih tuanku saja.’”

Setelah dengan terpaksa menerima pemberian dari Yakub, dengan baik hati Esau berkata kepada Yakub, “Baiklah kita berangkat berjalan terus; aku akan menyertai engkau” (Kej. 33:12). Tetapi Yakub masih tetap was-was terhadap Esau, tidak berani tinggal terlalu lama di depan Esau. Dengan menggunakan kepandaiannya sekali lagi ia berkata, “Tuanku maklum, bahwa anak-anak ini masih kurang kuat, dan bahwa beserta aku ada kambing domba dan lembu sapi yang masih menyusui, jika diburu-buru, satu hari saja, maka seluruh kumpulan binatang itu akan mati. Biarlah kiranya tuanku berjalan lebih dahulu dari hambamu ini dan aku mau dengan hati-hati beringsut maju menurut langkah hewan, yang berjalan di depanku dan menurut langkah anak-anak, sampai aku tiba pada tuanku di Seir” (Kej. 33:13-14).
Ketika Esau berkata, “Kalau begitu, baiklah kutinggalkan padamu beberapa orang dari pengiringku.” Tetapi Yakub menyahut, “Tidak usah demikian! Biarlah aku mendapat kasih tuanku saja” (Kej. 33:15). Esau datang dengan hati menaruh kasih, tetapi Yakub belum dapat mempercayai dia. Asalkan muka Esau atau muka orang-orangnya masih kelihatan, Yakub tidak bisa tenteram. Seringkali, meskipun suatu masalah telah lewat, namun ekor dari masalah itu tetap tinggal di dalam kita, dan kita tidak bisa melupakannya. Allah sudah membereskan masalah itu, tetapi kita masih beranggapan bahwa masalah itu belum beres. Kita terus dihantui oleh ketakutan dan kekhawatiran, kalau-kalau masalah itu datang lagi. Kalau tidak segera dibereskan, ketakutan dan kekhawatiran yang demikian akan membuat kita kehilangan damai sejahtera, bahkan berkeras hati terhadap Allah.

Hidup dalam Kekuatiran
Kej. 33:13-15

Walaupun Yakub sudah mengalami pertolongan Allah terlepas dari Esau, ketakutannya belum hilang. Ia masih hidup di dalam kekhawatiran dan kecemasan. Ia masih belum bisa mempercayai kebaikan Esau. Karena itu, ia berusaha sebisanya menolak bantuan yang Esau tawarkan (Kej. 33:13-15). Dari hal ini kita mengetahui bahwa Yakub masih belum bisa mempercayakan hidupnya beserta keluarga dan harta miliknya kepada Allah. Ia masih diliputi berbagai kekhawatiran.
Kekhawatiran merupakan gambaran totalitas kehidupan alamiah manusia. Dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam, kehidupan insani yang umum dipenuhi oleh kekhawatiran. Setiap manusia yang normal memiliki kekhawatiran. Bila pikiran kita semakin serius, kita akan semakin penuh dengan kekhawatiran. Kalau kita seorang yang berpikir panjang dan berhati-hati, kita akan memiliki sangat banyak kekhawatiran. Orang-orang yang peka lebih-lebih diganggu oleh kekhawatiran. Orang-orang yang otaknya tumpul atau tidak peka mungkin tidak banyak kekhawatiran, tetapi mereka yang peka sering banyak kekhawatiran. Sumber kekhawatiran adalah Iblis. Kekhawatiran berasal dari Iblis untuk menggagalkan terwujudnya kehendak Allah. Jangan mengira bahwa Allahlah yang memberikan kekhawatiran kepada kita. Kekhawatiran muncul dari lingkungan yang diatur dan ditetapkan Allah.
Karena manusia harus bersusah payah untuk mempertahankan eksistensinya, maka ia penuh dengan kekhawatiran. Sebenarnya tidak ada pekerjaan yang tidak membuat kita khawatir. Bahkan orang-orang yang sukses dalam profesinya juga khawatir akan usahanya. Ada sebuah cerita tentang percakapan antara dua ekor burung gereja yang membicarakan soal kesedihan dan kekhawatiran yang biasa terjadi di antara manusia. Salah satu burung gereja itu bertanya kepada temannya mengapa manusia begitu sering khawatir. Temannya itu menjawab, “Aku kira mereka tidak mempunyai seorang Bapa yang memperhatikan mereka seperti yang kita miliki. Kita tidak perlu khawatir tentang apa pun sebab Bapa kita memperhatikan kita.” Ya, Bapa kita memang memperhatikan kita. Tetapi kadangkala Ia mengirimkan kesukaran dan penderitaan kepada kita supaya kita memenuhi takdir kita untuk memperbesar Kristus. Kita dapat bebas dari kekhawatiran bukan karena Allah menjanjikan suatu kehidupan yang tanpa penderitaan, melainkan karena kita tahu bahwa semua keadaan lingkungan kita adalah diatur dan ditetapkan oleh Allah. Paulus tidak memperhatikan hidup atau mati, ia hanya memperhatikan diperbesarnya Kristus di dalam dirinya (Flp. 1:20). Ia memahami bahwa setiap keadaan berfaedah baginya.

Penerapan:
Kita tidak boleh mengikuti arus dunia hari ini. Arus ini meliputi lalu lintas duniawi, kenikmatan duniawi, dan kekhawatiran. Karena arus ini, banyak orang sulit menempuh kehidupan yang tertekan dan gelisah. Akibatnya adalah semakin khawatir, semakin kesehatan kita dirusak. Kita, orang-orang Kristen, harus terselamatkan dari arus zaman ini dan menempuh jalan lain - menempuh jalan yang bersandar Tuhan, percaya tangan kedaulatan Tuhan.

Pokok Doa:
Ya Bapa, karena segala sesuatu berada di bawah kedaulatan-Mu, dan karena segala peristiwa yang menimpa aku adalah atas seijin-Mu, maka singkirkanlah segala kekuatiran di dalam hatiku. Aku percaya bahwa Engkau mengetahui keperluanku. Aku hanya perlu menyerahkan segala kekuatiranku kepada-Mu.