Hitstat

03 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 2 Kamis

Yakub Memegang Erat Allah
Kejadian 32:26
“Lalu kata orang itu: ‘Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.’ Sahut Yakub: ‘Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.’”

Sendi pangkal paha Yakub terpelecok ketika bergulat. Yakub menjadi tidak berdaya. Tetapi ada satu hal yang ajaib sekali. Mari kita baca Kejadian 32:26, “Lalu kata orang itu: Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing. Sahut Yakub: Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku” Ketika sendi pangkal paha Yakub telah terpelecok sehingga sekujur tubuhnya menjadi lemah, mengapa orang itu masih belum bisa pergi? Orang itu berkata, “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Ini memberitahu kita, pada saat sendi pangkal paha kita terpelecok, saat itulah kita memegang Allah paling erat. Saat kita tidak berdaya, kita akan memegang erat Allah. Ketika kita lemah, saat itulah kita kuat. Ketika sendi pangkal paha kita terpelecok, kita malah bisa berkata kepada Allah, “Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi.”
Ketika kita sendiri tidak ada kekuatan, kita malah memegang erat Allah. Memegang erat ketika kita tidak ada kekuatan barulah memegang erat yang sungguh-sungguh. Orang yang memegang erat Allah selamanya tidak memakai tenaganya sendiri, melainkan demi iman. Kita perlu memiliki iman yang sejati. Sering kali kita melihat atau mendengar doa yang meriah, tetapi tidak ada susuatu yang terjadi. Tetapi adakalanya, saat kita sudah tidak ada kemampuan untuk mendekati Allah, tidak ada kekuatan memohon kepada Allah, sampai berdoa pun tidak bisa, sampai iman pun seolah-olah tidak ada lagi, justru perkara ajaib terjadi! Iman yang lemah itu, iman yang halus itu, malah menyelesaikan perkara. Hal ini terjadi karena saat kita sudah ditanggulangi oleh Allah, kekuatan kita habis, kita lalu memegang erat Allah.

Tidak Mengetahui Nama Allah
Kej. 32:27-29; 35:11

Kejadian 32:27-28 mengatakan, “Bertanyalah orang itu kepadanya: ‘Siapakah namamu?’ Sahutnya: ‘Yakub.’ Lalu kata orang itu: ‘Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.’” Orang itu memberkati Yakub, “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel”. “Israel” dalam bahasa aslinya (lbrani) berarti “mengatur bersama Allah” atau “menjadi raja bersama Allah.” Inilah titik perubahan Yakub. Di Pniel, Yakub kalah di tangan Allah, sendi pangkal pahanya telah terpelecok dan seumur hidup ia pincang. Tetapi selanjutnya Allah berkata, “Sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Ini barulah kemenangan yang sejati. Kemenangan kita adalah saat kita kalah di tangan Allah, bukan saat kita bersandar diri sendiri. Saat kita sendiri tidak berdaya, saat itu juga kita menang.
Kejadian 32:29 mengatakan, “Bertanyalah Yakub: “Katakanlah juga namamu.” Tetapi sahutnya: “Mengapa engkau menanyakan namaku?” Yakub ingin tahu siapa orang itu, ingin tahu namanya, tetapi orang itu tidak memberitahukan namanya kepada Yakub. Yakub harus menunggu sampai tiba di Betel, barulah nama itu diberitahukan kepadanya (Kej. 35:11). Orang itu adalah orang yang tidak diketahui oleh Yakub. Ketika orang itu datang, ia tidak tahu, ketika orang itu pergi, Yakub juga tidak tahu. Yakub hanya tahu namanya sendiri harus diubah menjadi Israel, Yakub tidak tahu siapa orang itu.
Kisah Yakub memberitahu kita, ketika kehidupan alamiahnya dijamah oleh Allah, ia sendiri belum jelas perkara apa itu. Sebab itu, kalau Allah menjamah kehidupan alamiah kita, saat itu kita sendiri tidak tahu. Ada seorang saudara, ketika kehidupan alamiahnya dijamah, dia tidak tahu apa yang terjadi. Dia hanya tahu, ada satu perkara yang dia tidak berani lagi lakukan. Dia tidak berani lagi bertindak seperti yang dulu. Dulunya dia berbuat sesuatu dengan yakin, sekarang sedikit keyakinan pun tidak ada. Sampai suatu hari, ketika ia membaca firman Allah, barulah ia tahu, bahwa itu adalah Allah menjamah kehidupan alamiahnya. Di sini Yakub tidak tahu nama Allah, hanya tahu satu tanda tertinggal di atas dirinya, yaitu pincang. Apa itu pincang? Yaitu sejak kini kita tidak berani berdasarkan diri sendiri, kita tidak berani bersandar diri sendiri, kita tidak berani mempercayai diri sendiri, kita tidak berani sok pintar, kita tidak berani menganggap diri kita mempunyai kecakapan, tidak berani memakai akal sendiri, kita hanya menengadah kepada Allah, kita hanya menunggu Allah, hanya bersandar Allah. Kita takut dan gemetar, kita lemah. Inilah yang disebut pincang. Inilah yang disebut sendi pangkal paha telah dijamah.

Penerapan:
Kemenangan yang sejati terjadi pada saat kita kalah di tangan Allah. Oleh karena itu, terhadap firman Allah, kita harus belajar taat dan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Jangan berkompromi dengan kelemahan-kelemahan kita. Kita harus dengan tegas menolak kesenangan dan pilihan alamiah kita. Kita perlu berdoa memohon pimpinan Tuhan, belajar hidup menuruti firman Tuhan.

Pokok Doa:
Ya, Tuhan, hari ini aku menyerahkan diriku kepada-Mu, mohon Engkau memberikan pengalaman yang baru kepadaku dimana aku bisa sepenuhnya tunduk dan menengadah kepada-Mu untuk setiap keputusan yang aku buat hari ini.

No comments: