Hitstat

31 October 2010

Roma Volume 3 - Minggu 2 Senin

Dosa Masuk ke Dalam Diri Kita dan Akibat Dosa
Roma 5:12
Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia melalui satu orang, dan melalui dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Ayat Bacaan: Rm. 5:12, 21; 6:14; 7:11, 17; Ef. 5:8; 1 Yoh. 1:9; 2:1-2; 3:1

Oleh penciptaan Allah, kita menjadi orang-orang yang baik dan benar. Namun, karena kejatuhan Adam, dosa diinjeksikan ke dalam diri kita. Dengan manusia memakan buah pohon pengetahuan, sesuatu yang jahat dan bahkan yang setani telah masuk ke dalam manusia. Melalui kejatuh-an itu, suatu elemen yang jahat dan setani telah diinjeksikan ke dalamnya. Elemen ini disebut dosa. Dosa bukan hanya perkara berdusta atau mencuri. Hal-hal itu adalah buah dari dosa, bukan dosa itu sendiri. Dosa sebenarnya adalah sifat Satan, si jahat.
Dosa itu seperti persona yang hidup: Dosa ini masuk (5:12); memerintah (5:21); dapat menjadi tuan atas kita (6:14); menipu kita (7:11); membunuh kita (7:11); dan tinggal di dalam kita (7:17). Satu kali dosa, elemen jahat Satan ini, diinjeksikan ke dalam manusia, manusia tersusun menjadi orang-orang dosa. Meskipun perbuatan-perbuatan lahiriah kita itu mungkin tidak berdosa, tetapi di dalam kita, kita memiliki sifat dosa. Dosa menghasilkan tiga hal: hukum Taurat, daging, dan maut.
Bila seorang beriman berbuat dosa, dalam batinnya pasti ada perasaan, dan ia segera merasa tidak damai, hatinya seolah-olah tertusuk duri. Ketidakdamaian itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Pada saat itulah ia seharusnya menaati pekerjaan Roh Kudus, yaitu mengakui dosa itu sebagai dosa. Jika kita mengaku dosa kita, maka ”Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Bila kita berbuat dosa, kita mengetahui dosa kita sendiri, kita pun mengakui bahwa kita mempunyai dosa ini, maka Allah akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan kita. Sebab ”Allah adalah setia”, Ia tidak dapat tidak setia, untuk menggenapkan firman dan janji-Nya; dan lagi ”Ia adalah adil”, maka Ia tak dapat tidak memenuhi dan menghitung pekerjaan dan penebusan Putra-Nya di atas salib. Dia adalah setia dan adil, maka Dia pasti mengampuni segala dosa kita, dan pasti menyucikan kita dari segala kejahatan kita. Haleluya! ”Segala dosa” dan ”segala kejahatan” kita telah diampuni dan telah disucikan.

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (1 Yoh. 1:9)

30 October 2010

Roma Volume 3 - Minggu 1 Minggu

Pengalaman Di Dalam Daging dan Di Dalam Roh
Roma 8:4, 6
Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh... Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Ayat Bacaan: Rm. 7:6,18-20, 8:4,6,11

Setelah kita sadar bahwa kita telah mati bersama dengan Kristus, kita juga harus melihat bahwa kita tidak memiliki sesuatu yang berhu-bungan dengan hukum Taurat. Karena kita telah mati, maka kita bebas, lepas, dari hukum Taurat (Rm. 7:6). Jangan kembali lagi kepada hukum Taurat. Kembali kepada hukum Taurat berarti memutuskan untuk berbuat baik. Paulus berkata, “Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat” (Rm. 7:18-19). Oleh karena itu, di dalam ayat selanjutnya dia menyimpulkan, “Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku” (Rm. 7:20). Seperti yang telah ditunjukkan, ini adalah pengalaman Paulus sebelum ia diselamatkan, tetapi hampir semua orang Kristen mengalaminya setelah mereka diselamatkan. Jika kita tidak memiliki pengalaman yang demikian, kita tidak akan disingkapkan sampai pada puncaknya dan tidak akan sadar betapa tidak ada harapannya diri kita.
Di dalam Roma 8 kita menemukan sesuatu yang sangat sederhana. Lupakan tentang memutuskan untuk berbuat baik. Kita perlu melihat bahwa kita harus secara sederhana berjalan menurut roh dan meletakkan pikiran di atas roh (Rm. 8:4,6). Ini sudah cukup. Jangan memutuskan untuk berbuat baik atau berdoa agar Tuhan membantu kita untuk berbuat baik. Lupakan semua konsep agama yang demikian. Kita perlu berjalan, bertingkah laku, dan hidup menurut roh dan secara berkesinambungan meletakkan pikiran kita di atas roh. Maka kita akan memiliki kebebasan, dan Kristus yang berhuni akan membagikan hayat ke dalam setiap bagian dari diri kita, bahkan ke dalam anggota-anggota yang lemah dari tubuh fana kita (Rm. 8:11). Kemudian seluruh diri kita akan diinfus dengan hayat ilahi. Hayat ini bahkan akan melakukan lebih banyak dari pada memenuhi tuntutan-tuntutan benar hukum Taurat. Bila kita melakukan hal ini, maka kita akan menikmati pembagian hayat oleh Kristus yang berhuni. Kita akan menikmati keselamatan Allah dan dijenuhi dengan hayat-Nya.

Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. (Rm. 8:9a)

29 October 2010

Roma Volume 3 - Minggu 1 Sabtu

Dua Fakta: Di Dalam Adam dan Di Dalam Kristus
Roma 6:3
Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Ayat Bacaan: Rm. 5:12-19, 6:3-19; Yoh. 3:15; 1 Kor. 1:30

Roma 5 berhubungan dengan fakta bahwa dahulu kita berada di dalam Adam. Di dalam Adam, kita mewarisi tiga hal utama: dosa, maut, dan tersusun menjadi orang-orang dosa (Rm. 5:12-19). Tentunya, kita juga berada di bawah penghukuman Allah. Sekalipun kita adalah orang yang paling baik, di dalam Adam kita tetap adalah orang-orang dosa yang berada di bawah penghukuman Allah. Ini adalah fakta.
Puji Tuhan bahwa kita memiliki fakta yang kedua. Roma 6 menunjukkan bahwa sekarang kita berada di dalam Kristus! Dan hasil dari berada di dalam Kristus adalah pertama, kita memiliki kasih karunia dengan kebenaran (Rm. 5:17). Kasih karunia dengan kebenaran adalah lawan dari dosa. Kedua, kita memiliki hayat yang kekal sebagai pengganti maut. Kita bahkan dapat memerintah dalam hayat yang kekal ini. Ketiga, kita tidak berada di bawah penghukuman Allah; tetapi kita berada di bawah pembenaran-Nya. Di dalam Kristus kita semua telah dibenarkan.
Lalu bagaimana kita dapat berada di dalam Kristus? Ini adalah melalui di baptis ke dalam Dia (Rm. 6:3), dan melalui percaya ke dalam Dia (Yoh. 3:15). Ketika kita percaya kepada Kristus, kita sebenarnya percaya ke dalam Dia dan dibaptis ke dalam air adalah satu tanda yang menunjukkan bahwa kita dibaptis ke dalam Kristus. Allah telah meletakkan kita ke dalam Kristus (1 Kor. 1:30), dan kita semua harus percaya fakta ini dan memperhitungkannya. Haleluya, kita berada di dalam Kristus! Kita telah ditransfer keluar dari Adam ke dalam Kristus. Dahulu di dalam Adam, sering kita berlaku kasar kepada orang lain contohnya terhadap pembantu rumah tangga kita, tetapi setelah ditransfer ke dalam Kristus, sikap kita mengalami perubahan, tidak lagi sembarangan memperlakukan orang lain. Saudara saudari, jika kita berdiri pada fakta-fakta ini, maka kita akan mempersembahkan diri kita sendiri kepada Allah sebagai hamba-hamba dan mempersembahkan anggota-anggota tubuh kita sebagai senjata kebenaran kepada pengudusan (Rm. 6:13,19), sehingga ada jalan bagi hayat ilahi untuk bekerja dengan leluasa di dalam diri kita. Hayat ilahi ini akan mentransfusikan semua sifat-sifat Allah yang kudus ke dalam diri kita.

Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. (1 Kor. 1:30)

28 October 2010

Roma Volume 3 - Minggu 1 Jumat

Dimuliakan Berdasarkan Kemuliaan Allah
Roma 8:30
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Ayat Bacaan: Rm. 8:19-20,29-30; Ibr. 2:10; Flp. 3:21; Kol. 1:27, 3:4; Why. 21:11, 23

Kemuliaan adalah Allah diekspresikan. Kita telah dilahirkan kembali oleh Allah dan kita adalah ekspresi-Nya. Kelak kita akan dimuliakan dan mengekspresikan kemuliaan Allah (Rm. 8:30). Kita telah dibenarkan dengan kebenaran Allah, kita sedang dikuduskan dengan kekudusan-Nya, dan kita akan dimuliakan dengan kemuliaan-Nya. Ibrani 2:10 mengatakan bahwa Allah memimpin banyak anak ke dalam mulia. Tahap terakhir keselamatan Allah yang besar adalah membawa anak-anak-Nya masuk ke dalam mulia. Karena itu, pekerjaan kasih karunia Allah atas diri kita dimulai dengan dipilih-Nya kita dari semula, lalu ditentukan-Nya dari semula, dipanggil, dan dibenarkan dan akan berakhir dengan pemuliaan-Nya (Rm. 8:29-30). Roma pasal delapan memberi tahu kita bahwa seluruh ciptaan sangat menantikan pernyataan pemuliaan dari anak-anak Allah, dan mengharap bahwa makhluk itu sendiri akan masuk ke dalam kebebasan kemuliaan anak-anak Allah (ay. 19-20). Ini akan dirampungkan oleh kedatangan Tuhan kembali (Flp. 3:21), pada saat itu kita akan dinyatakan bersama-Nya dalam kemuliaan (Kol. 3:4). Inilah pengharapan kita (Kol. 1:27). Pemuliaan anak-anak Allah ini, sebagai sasaran dari keselamatan Allah, akan berlangsung terus melalui kerajaan milenium dan akan dinyatakan sepenuhnya dalam Yerusalem Baru sampai selama-lamanya (Why. 21:11, 23).
Alangkah indahnya hari itu, di mana kita dinyatakan bersama Kristus, kita dalam kemuliaan! Pada waktu itu, bahkan tubuh kita yang hina akan diubah menjadi tubuh yang mulia. Tidak akan ada lagi belenggu, batasan, tekanan, atau penindasan. Sebaliknya, kita akan menikmati kebebasan penuh dan bersinar dengan kemuliaan Allah. Tetapi ketika kita menantikan hari yang indah itu, kita harus tetap tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah dan di dalam gereja. Hari ini, jika kita nampak visi pengharapan akan kemuliaan, kehidupan kita akan mengalami revolusi. Kita akan berkata, “Tuhan, sejak sekarang dan seterusnya aku tidak akan memperhatikan apa pun di luar Engkau. Tuhan, aku hanya memperhatikan Engkau. Tuhan, satu-satunya kedambaanku ialah mengalami Engkau secara demikian.”

Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. (Kol. 3:4)

27 October 2010

Roma Volume 3 - Minggu 1 Kamis

Kekudusan Allah Digarapkan ke dalam Kita
Roma 6:22
Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan...

Ayat Bacaan: Rm. 5:10-11

Kekudusan adalah sifat Allah. Setelah Allah membenarkan kita, Dia damba menguduskan kita. Allah damba membuat kita kudus, bukan hanya secara posisi atau kedudukan, melainkan juga secara watak, melalui membagikan sifat-Nya yang kudus ke dalam kita. Hari ini Kristus hidup di dalam kita, menjadi hayat kita, untuk menjenuhi kita dengan semua apa adanya Allah dan elemen-elemen kudus-Nya. Ini adalah satu proses penje-nuhan yang berkesinambungan. Kapan saja kita berbicara kepada orang lain, Kristus menjenuhi dan meresapi kita, sehingga lama kelamaan, kita tidak lagi berbicara menurut diri sendiri, melainkan menurut Kristus. Hari demi hari sifat ilahi diinfuskan ke dalam kita untuk menguduskan kita secara watak. Tetapi dalam pengalaman kita, seringkali infusi ilahi ini terlihat bersifat sementara, seperti pelangi yang muncul beberapa menit dan kemudian menghilang. Misalnya, seorang saudari mungkin sangat kudus setelah penyegaran pagi. Tetapi beberapa menit kemudian ia sudah marah-marah. Melihat ini, kita jangan putus asa! Pekerjaan penjenuhan ini berlangsung secara berkesinambungan. Kita hanya perlu bekerja sama dengan Allah, dengan setia meletakkan diri kita di bawah penjenuhan ilahi yang terus menerus.
Dulu di Elden Hall, banyak hipies yang datang bersidang dengan rambut yang panjang, pakaian yang compang-camping, berbau, dan kotor. Di sana, mereka tidak dihimbau untuk memperbaiki penampilan mereka, melainkan hanya ada pembagian firman Allah. Sungguh ajaib! Tak lama kemudian, rambut panjang itu tidak ada lagi. Kaki yang telanjang tanpa sepatu dan pakaian yang bau sudah hilang, dan tiba-tiba di tempat itu terdapat saudara-saudara yang rapi dan bersinar. Saudara saudari, ini bukan hasil pekerjaan pembenahan yang bersifat luaran, tetapi infusi ilahi melalui firman Allah. Firman itu roh dan hayat (Yoh. 6:63). Di dalam sidang, sifat Allah yang kudus dibagikan kepada kita melalui pembicaraan firman Allah. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk menghadiri setiap pertemuan ibadah. Melalui pembagian firman di dalam sidang, benih ilahi yang kudus itu hari demi hari bertumbuh di dalam kita untuk mereproduksikan hayat, dan menguduskan watak kita sepenuhnya.

Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu itulah kebenaran. (Yoh. 17:17)

26 October 2010

Roma Volume 3 - Minggu 1 Rabu

Kebenaran Allah Diperhitungkan kepada Kita
Roma 4:23-24
...sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus...

Ayat Bacaan: Ibr. 4:16; Why. 22:1; Rm. 4:22-24; Luk.15

Dalam kitab Roma, Paulus memberitahu kita bahwa Allah telah menaruh kebenaran-Nya kepada kita dan bahwa Dia telah menganggap kebenaran-Nya menjadi milik kita (Rm. 4:22-24). Bagaimana kebenaran Allah dapat diperhitungkan sebagai kebenaran kita? Yaitu melalui penebusan kematian Kristus. Melalui kematian-Nya, perbuatan-perbuatan kita yang penuh dosa telah dihapuskan dari perhitungan, dan kebenaran Allah menudungi seluruh diri kita. Syukur kepada Allah karena hari ini kita dapat berkata, “Saya benar karena saya berada dalam kebenaran Allah. Saya telah ditudungi sepenuhnya dengan kebenaran-Nya.” Dalam perumpamaan di dalam Lukas 15, bapa menyuruh hamba-hambanya untuk membawakan jubah yang terbaik dan mengenakan jubah itu kepada anak hilang yang telah kembali itu. Bapa itu adalah Allah, anak yang hilang itu adalah kita orang dosa, dan jubah itu melambangkan kebenaran Allah, yang adalah Kristus. Puji Tuhan bahwa jubah kebenaran Allah telah dikenakan-Nya kepada kita melalui penebusan kematian Kristus!
Ketika seseorang mengatakan sepatah kata yang tidak baik kepada kita, seringkali kita marah dan tersinggung. Kalau orang itu mengatakan lagi perkataan yang tidak baik kepada kita, mungkin kita akan memukul meja, mengamuk, mengomel, dan sebagainya. Tetapi setelah itu, kita pun merasa diri kita tidak benar, berdosa, dan tidak layak datang menghampiri Allah. Kita tidak dapat berdoa dan merasa sangat lemah jika mengingat dosa yang telah kita perbuat. Bila kondisi kita seperti ini, ingatlah bahwa ketika Kristus mati di kayu salib, kebenaran Allah telah dikenakan kepada kita, sehingga kita dapat berdiri di hadapan-Nya tanpa takut. Satu syair kidung mengatakan, “Kristus Allah Sang Benarku, elokku pun pakaianku; Depan takhta ku kenakan, ku mendongak nyanyi riang. Aku yakin, darah Tuhan, t’lah bereskan s’mua dosaku.” Saat kita berdoa, kita perlu mengenakan Kristus sebagai jubah kebenaran kita, dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, maka kasih karunia akan menjadi sungai yang mengalir dan menyuplai kita (Ibr. 4:16; Why. 22:1). Ketika kita berseru “O, Tuhan Yesus,” batin kita kembali dikuatkan.

Sebab itu, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya. (Ibr. 4:16)

25 October 2010

Roma Volume 3 - Minggu 1 Selasa

Tersusun Menjadi Orang Dosa
Roma 5:19
Jadi, sama seperti melalui ketidaktaatan satu orang banyak orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula melalui ketaatan satu orang banyak orang menjadi orang benar.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 15:45b; Kol. 3:10; Rm. 5:12

Saat pertama kali terang Allah datang menyoroti hati kita, kita nampak bahwa kita telah melakukan banyak dosa di hadapan-Nya, dan berseru untuk pengampunan-Nya. Tetapi setelah kita menerima pengampunan, lambat laun kita menemukan satu masalah baru. Kita nampak di dalam kita ada satu kecenderungan terhadap dosa; satu kuasa yang menarik kita untuk berbuat dosa. Kita menemukan bahwa kita memiliki tabiat dosa. Mulai dari Roma 5:12, Paulus tidak menelanjangi apa yang telah kita lakukan, melainkan menelanjangi apa adanya kita. Apa adanya kita telah tersusun menjadi orang-orang dosa, bahkan sebelum kita melakukan satu dosa pun. Sebuah pohon apel menghasilkan buah-buah apel karena apa adanya pohon itu adalah pohon apel. Demikian juga, hari ini kita berbuat dosa karena kita adalah orang dosa. Jangan berkata, “Saya bukan orang dosa, karena saya tidak berbuat jahat.” Meskipun kita merasa diri kita adalah orang baik, kita tetap adalah seorang dosa. Mungkin seringkali kita telah mengaku dosa, namun tidak lama kemudian, kita berdosa lagi. Demikianlah hidup kita dalam lingkaran ini: berdosa - diampuni - dan berdosa lagi, karena susunan kita adalah dosa.
Saudara saudari, kita memerlukan sesuatu yang lebih dari sekedar pengampunan Allah yaitu kelepasan! Kita memerlukan kelepasan dari apa adanya diri kita. Melalui kematian-Nya, darah Kristus menghapuskan dosa-dosa kita. Namun demikian, darah tidak dapat mengubah susunan kita. Untuk menanggulangi apa adanya kita, kita memerlukan salib yang menghancurkan akar kemampuan berdosa kita. Roma 5:19 mengatakan, “Melalui ketaatan satu orang, banyak orang tersusun menjadi orang benar”(Tl.). Yesus Kristus, taat sampai mati, supaya semua orang yang mendapatkan hayat-Nya tersusun menjadi orang benar. Saat kita menikmati Kristus sebagai Roh Pemberi Hayat (1 Kor.15:45b), Kristus Sang Benar itu menyusunkan diri-Nya ke dalam kita dan kita menjadi seorang manusia baru (Kol. 3:10). Seseorang yang mempercantik diri dengan kosmetik, bukanlah satu contoh susunan. Tetapi jika kita makan makanan yang sehat, kulit wajah kita akan berseri dan sehat. Maka apakah keperluan kita? Kita perlu menikmati Kristus dan tersusun oleh Kristus!

...siapa saja yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. (Yoh.6:57b)

24 October 2010

Roma Volume 3 - Minggu 1 Senin

Penyingkapan Perbuatan Kita
Roma 3:23
Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 3:4,10; Yoh. 4; Mzm. 139:2

Dalam kitab Roma pasal tiga ini, Paulus pertama-tama menelanjangi perbuatan-perbuatan yang kotor, jahat, dan gelap. Roma 3:4 me-ngatakan, “Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong…” Dalam Yohanes 4 dikisahkan Tuhan bertemu dengan seorang perempuan yang amoral dan berkata kepadanya, ”Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Mendengar Tuhan menyinggung masalah suaminya, perempuan ini merasakan dosanya, tetapi ia tidak mau mengakuinya, malahan berkata, “Aku tidak mempunyai suami.” Dengan perkataan ini ia ingin menutupi dosanya. Lalu Tuhan berkata kepadanya, ”Tepat katamu bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu…” Perkataan Tuhan ini menyingkapkan sejarah hidup perempuan berdosa itu, seolah-olah Tuhan menggantikan dia mengakui dosa-dosanya. Akhirnya, dalam Yohanes 4:29 perempuan itu berkata, “Mari, lihatlah orang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Bukankah Dia Kristus itu?” (Tl.). Ini menunjukkan bahwa perempuan ini telah menjadi percaya bahwa Yesus adalah Kristus.
Sebagaimana Tuhan mengenal perempuan yang amoral ini demikianlah Tuhan mengenal kita. Tuhan tahu perbuatan dosanya, Tuhan juga tahu perbuatan dosa kita. Di hadapan Tuhan, tidak ada satu perkara pun yang tersembunyi. Mazmur 139:2 berkata, ”Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.” Di sini kita nampak bahwa cara Tuhan menyelamatkan perempuan berdosa itu adalah dengan menyingkapkan perbuatan dosanya. Kita harus memakai prinsip ini dalam memberitakan Injil. Sewaktu memberitakan Injil, pertama-tama kita perlu menyingkapkan perbuatan mereka dengan bertanya apakah yang sedang ia lakukan pada jam sepuluh kemarin malam. Kemudian kita membimbing mereka berdoa, menuruti pimpinan Tuhan mengakui dosa-dosa mereka. Ingatlah bahwa tidak ada orang yang datang kepada Tuhan yang dosa-dosanya tidak disingkapkan-Nya terlebih dulu. Ketika seseorang mengakui dosa-dosanya, baru Tuhan memberikan keselamatan-Nya kepada dia.

Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. (Ams. 28:13)

23 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 4 Minggu

Oleh Roh Mematikan Perbuatan Tubuh, Kita akan Hidup
Roma 8:13
Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Ayat Bacaan: Rm. 8:4, 6, 13; Gal. 5:24

Kata “kamu” di dalam Roma 8:13 ini sudah tentu ditujukan kepada orang yang telah beroleh selamat. Karena itu, ayat ini sekali lagi membuktikan bahwa setiap orang yang telah beroleh selamat masih mungkin hidup menurut daging. Jika kita hidup menurut daging, kita akan mati. Tentu, itu bukan kematian jasmani, melainkan yang rohani. Jadi, jika Anda hidup menurut daging, roh Anda akan mati. Akan tetapi, jika Anda demi Roh mematikan perbuatan-perbuatan tubuh, yakni menyalibkannya, Anda akan hidup. Itu berarti Anda harus hidup di dalam roh. Ayat ini berhubungan dengan ayat 6, yang mengatakan, “meletakkan pikiran di atas daging itulah maut, tetapi meletakkan pikiran di atas roh, adalah hidup (Tl.).” Hidup menurut daging berarti meletakkan pikiran di atas daging; demikian juga, meletakkan pikiran di atas daging berarti hidup menurut daging. Untuk mematikan perbuatan-perbuatan tubuh, kita perlu meletakkan pikiran di atas roh dan hidup menurut roh.
Melalui meletakkan pikiran kita di atas roh, maka kita akan mematikan segala perbuatan tubuh kita. Itulah yang disebut “menyalibkan daging” (Gal. 5:24). Pada saat kita hendak berbelanja, baru saja kita mengangkat kaki hendak berjalan, roh kita segera berkata, “Berhentilah di persimpangan jalan.” Itulah yang dimaksud dengan mematikan atau menyalibkan perbuatan tubuh. Akhirnya kita akan mengalami kematian Kristus. Pengalaman disalib bersama Kristus yang sesungguhnya dihasilkan dari mematikan perbuatan tubuh oleh Roh. Hal itu tidak bisa dialami sekali untuk selamanya, melainkan suatu latihan yang terus-menerus, hari lepas hari. Setiap perbuatan tubuh kita perlu dimatikan, demi memalingkan pikiran kita kepada roh dan meletakkannya di atas roh. Itulah caranya untuk “hidup menurut roh” (Rm. 8:4).
Istilah “hidup” mencakup seluruh kehidupan kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan, dan ke mana kita pergi. Ketika kita terus menerus bekerja sama dengan meletakkan pikiran kita di atas roh, maka seluruh hidup kita akan menurut roh. Kehidupan demikian adalah kehidupan yang kudus, menang, dan mulia. Itulah pengalaman yang perlu kita miliki di dalam menempuh kehidupan gereja.

Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. (Gal. 5:24)

22 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 4 Sabtu

Menghidupkan Tubuh Fana oleh Roh-Nya yang Tinggal di dalam Kita
Roma 8:11
Dan jika Roh Dia,..diam di dalam kamu, maka Ia,..akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

Ayat Bacaan: Rm. 8:6, 10 -11; 1 Kor. 15:45; 2 Kor. 3:17

Dalam Roma 8:11 ini, yang dimaksud dengan Roh ialah Roh kebangkitan. Kita telah nampak bahwa roh kita ialah hayat (ayat 10), dan pikiran kita pun hayat (ayat 6). Kini kita tiba pada bagian terakhir diri kita, tubuh yang fana. Tubuh kita sedang mati. Namun hayat pun dikaruniakan kepada tubuh kita yang fana dan sedang mati. Demi Roh-Nya yang tinggal di dalam kita, tubuh kita dapat mengambil bagian dalam hayat ini; ditunjang dengan hayat ini dan disuplai oleh hayat ini. Tak perlu diragukan, Roh yang tinggal di dalam kita adalah Kristus yang telah bangkit (1 Kor. 15:45; 2 Kor. 3:17). Kristus sebagai Roh yang tinggal di dalam senantiasa mengaruniakan hayat ke setiap bagian dari diri kita.
Satu perumpamaan yang sangat baik mengenai hal ini ialah listrik. Meskipun suatu instalasi listrik telah dipasang di sebuah bangunan, namun arus listriknya bisa saja tertutup. Kristus sebagai Roh Pemberi Hayat telah terpasang di dalam diri kita, seperti listrik surgawi. Akan tetapi dalam manusia kita hanya terdapat tempat yang kecil yang dapat dilalui-Nya dengan bebas, sedang sebagian besar tempat lainnya malah sebaliknya, merintangi-Nya.
Misalkan emosi kita, mungkin sekali menjadi suatu rintangan bagi Kristus. Sebab itu Kristus sukar menyalurkan diri-Nya sebagai hayat ke dalam emosi kita. Kita perlu berdoa demikian, “Tuhan, tanggulangilah emosiku. Hancurkan emosiku agar Dikau dapat menyalurkan diri-Mu sebagai hayat ke dalamku.” Kita perlu pengalaman demikian. Jangan menganggap hal ini sebagai teori atau ajaran. Ini harus dipraktekkan. Jika kita mempraktekkannya, kita pasti mengalami betapa sekarang Kristus di dalam roh kita ialah hayat, sedang menunggu kesempatan untuk memperluaskan diri-Nya hingga mencapai setiap bagian dan pelosok diri kita. Dia sedang menanti untuk meresapi bagian-bagian batin kita yang tersembunyi. Bila kita terbuka kepada-Nya, Ia bahkan akan mengaruniakan diri-Nya sebagai hayat ke dalam tubuh kita yang fana, supaya kita menjadi orang yang dipenuhi dengan segala kelimpahan hayat-Nya. Di dalam kita, Ia akan menjadi hayat yang menghidupkan roh, pikiran, dan tubuh kita.

Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. (2 Kor. 3:17)

21 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 4 Jumat

Kristus Ada di dalam Kamu
Roma 8:10
Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.

Ayat Bacaan: Rm. 8:10; Gal. 5:16

Roma 8:10 mengatakan bahwa Kristus ada di dalam kita. Dalam ayat 9 dikatakan “Roh Allah” kemudian “Roh Kristus”, sedang dalam ayat 10 adalah “Kristus” sendiri. Ini bukti yang nyata sekali, bahwa “Kristus” adalah “Roh Allah” dan “Roh Kristus”. Dalam Roma pasal 3, Kristus ada di mana? Dia di atas salib, mencucurkan darah-Nya demi penebusan. Di manakah Ia dalam pasal 4? Ia di dalam kebangkitan. Namun dalam Roma 8, Kristus ada di dalam kita. Dalam pasal 6 kita ada di dalam Kristus, tetapi dalam pasal 8 Kristus ada di dalam kita. Pertama, kita berada di dalam Kristus, kemudian Kristus berada di dalam kita (Yoh. 15:4). Puji Tuhan! Kristus ada di dalam kita! Kristus berumah di dalam kita.
Sungguhpun Kristus telah berada di dalam kita, tubuh kita tetap mati karena dosa. Dosa yang menghuni di dalam telah mendatangkan maut bagi tubuh kita. Walaupun dosa yang ada di dalam daging kita telah dibereskan sepenuhnya oleh salib Kristus, akan tetapi bagaimana fakta itu dapat menjadi pengalaman kita? Jalannya hanya satu, yaitu di dalam Roh itu. Segala hakiki Kristus, perbuatan Kristus, dan segala yang telah dirampungkan Kristus ada di dalam Roh itu. Jadi bila kita ingin mengalami segala sesuatu yang kita miliki di dalam Kristus, kita harus hidup di dalam Roh itu secara riil dan nyata.
Lambang Roh yang terbaik ialah “udara”. Kita perlu menghirup udara setiap saat. Jangan berkata, “Pagi ini aku telah menghirup udara sebanyak-banyaknya. Sekarang aku sudah dipenuhi dengan udara segar, maka aku tidak perlu menghirup udara lagi.” Kita semua sekali-kali tidak dapat berhenti bernafas. Jika kita menghentikan nafas kita lima menit saja, kita akan mati. Mengalami Roh hayat itu serupa dengan bernafas. Seperti kita perlu bernafas dari saat ke saat demikianlah kita harus tinggal di dalam Roh Pemberi Hayat, karena begitu kita terpisah dengan-Nya, kita akan mati. Jangan berkata diri kita sudah kawakan dan sangat rohani. Tidak peduli sudah berapa lama kita beroleh selamat, kita patut hanya memperhatikan satu hal, yaitu sekarang ini apakah saya berada di dalam Roh itu? Kristus sebagai Roh Pemberi Hayat ada di dalam kita, dan kita perlu menghirup Roh Pemberi Hayat itu tanpa henti.

Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (Gal. 5:16)

20 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 4 Kamis

Meletakkan Pikiran di Atas Daging adalah Perseteruan dengan Allah
Roma 8:7
Sebab meletakkan pikiran di atas daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 8:7; Kej. 6:3

Ayat di atas menekankan bahwa daging kita berada dalam suatu keadaan yang tanpa harapan. Jika kita meletakkan pikiran kita di atas daging, maka pikiran itu akan tanpa harapan. Jangan mengira bahwa daging bisa dikuduskan, itu mustahil. Daging adalah daging, ia sama sekali tidak bisa diperbaiki. Allah telah menghukum manusia pada zaman Nuh dengan air bah, sebab manusia pada zaman itu telah menjadi daging (Kej. 6:3). Ketika manusia pada zaman itu menjadi daging, Allah menganggap mereka sudah tidak ada harapan lagi. Allah menganggap mereka tidak bisa diselamatkan, dipulihkan, atau diperbaiki. Rasul Paulus mengatakan, “Meletakkan pikiran di atas daging adalah perseteruan dengan Allah” (Rm. 8:7). Daging adalah seteru Allah, maka meletakkan pikiran di atas daging berarti berseteru dengan Allah. Pikiran yang diletakkan di atas daging tidak dapat mematuhi hukum Allah. Memang pikiran yang demikian tidak mungkin takluk kepada hukum Allah, sekalipun ia ingin patuh.
Godaan Iblis selalu menyuruh kita melakukan sesuatu. Selama tiga bulan pertama peperangan dengan Jepang, China kehilangan banyak tank, sehingga tidak berdaya menghadapi tank-tank Jepang. Akhirnya terlintaslah suatu taktik. Seorang gerilyawan China akan menembak satu kali dari tempat persembunyiannya ke arah tank Jepang. Beberapa saat kemudian, menyusul tembakan yang kedua; berhenti sejangka waktu lalu tembakan yang ketiga. Begitu seterusnya, sampai pengemudi tank itu ingin tahu sumber gangguan tersebut, mengeluarkan kepalanya sambil memandang sekelilingnya. Saat itulah tembakan berikutnya, yang dilepaskan dengan cepat dan tepat, mengakhiri hidup pengemudi tank itu. Selama dia tinggal di dalam tutup tank itu, dia benar-benar aman, tetapi ketika dia terpancing menonjolkan kepalanya, celakalah dirinya. Demikian pula, godaan Iblis mula-mula bukanlah bertujuan mendorong kita melakukan hal-hal dosa, melainkan mendorong kita bertindak dengan kekuatan kita sendiri. Sebab itu, jalan kemenangan yang Allah sediakan ialah tidak mengizinkan kita melakukan sesuatu di luar Kristus. Jalan kemenangan kita adalah dengan selalu meletakkan pikiran kita di atas roh.

Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan... (Gal. 5:17)

19 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 4 Rabu

Meletakkan Pikiran di Atas Roh adalah Hayat dan Damai Sejahtera
Roma 8:6
Karena keinginan daging (meletakkan pikiran di atas daging) adalah maut tetapi meletakkan pikiran di atas roh adalah hidup dan damai sejahtera (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 8:6

Hasil dari meletakkan pikiran di atas roh bukan hanya hayat tetapi juga damai sejahtera. Perasaan damai sejahtera dan perasaan hayat ini berdampingan. Perasaan hayat itu segar dan hidup; perasaan damai sejahtera itu wajar dan tenteram. Damai sejahtera ini (Rm. 8:6), bukanlah damai sejahtera di dalam lingkungan luaran kita, melainkan damai sejahtera di dalam kita. Pada waktu kita memiliki suatu perasaan yang demikian, kita dapat mengetahui bahwa kita sedang hidup di dalam roh dan ini berarti kita sedang mengikuti roh. Semakin kita berjalan menurut roh dan hidup di dalam roh, semakin kaya dan semakin dalam perasaan hayat dan damai sejahtera yang datang di dalam kita.
Seorang saudari melihat pakaian yang indah seharga seratus ribu di sebuah toko. Ia lalu berpikir, “Setiap bulan aku mendapatkan tiga juta rupiah. Membeli pakaian seharga seratus ribu itu tidak berarti apa-apa bagiku. Bukankah minggu lalu aku mempersembahkan dua ratus ribu untuk pembangunan balai sidang. Apa salahnya memakai seratus ribu saja? Tuhan pasti murah hati.” Namun ketika ia berpikir demikian, rohnya menjadi tertekan. Ia lalu menghibur dirinya, “Ah, tak usah terlalu fanatik. Apa yang kulakukan itu tidak salah.” Semakin ia berusaha membarakan rohnya, justru rohnya semakin tenggelam. Di sidang, walaupun ia berseru, “Haleluya!” seruannya tanpa hayat dan hampa. Minggu berikutnya, ia membeli pakaian itu. Pada saat ini, rohnya telah dimasukkan ke dalam peti, dan siap untuk dimakamkan. Ketika menghadiri sidang, ia tidak berdaya mengatakan haleluya lagi, dan hanya diam membisu.
Saudara saudari, urusan kecil seperti membeli pakaian seharga seratus ribu dapat membuat roh kita terbunuh. Bila kita memikirkan suatu perkara dan dalam roh kita tidak ada perhentian, hendaklah kita segera berhenti memikiran itu. Tanpa beralasan, palingkanlah pikiran kita dari perkara yang membuat roh kita gelisah. Kita perlu berkata, “Oh, Tuhan Yesus, tolonglah aku. Tuhan, lepaskanlah pikiranku dari pertimbangan yang mematikan aku.” Kalau kita berbuat demikian, roh kita akan segera menjadi tenang, terhibur, puas, kuat dan dipenuhi damai sejahtera.

.....supaya kamu dibaharui di dalam roh pikiranmu. (Ef. 4:23; Tl.)

18 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 4 Selasa

Tuntutan Hukum Taurat Digenapi di dalam Kita yang Hidup Menurut Roh
Roma 8:4
Supaya tuntutan kebenaran hukum Taurat digenapi di dalam kita yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut roh (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 8:4, 16; 1 Kor. 6:17

Roma 8:4 memberi tahu kita untuk berjalan, bukan menurut daging; tetapi menurut roh. Roh di sini adalah roh yang telah dibaurkan, yaitu roh kita yang dibaurkan dengan Roh Kudus (Rm. 8:16; 1 Kor. 6:17). Kita harus berjalan menurut roh kita karena hari ini Roh Kudus berada di dalam roh kita dan bahkan satu dengan roh kita. Berjalan menurut roh kita, berarti secara spontan berjalan menurut Roh Kudus, karena kedua roh itu adalah satu. Bila kita hidup dan bertindak menurut Roh itu, semua tuntutan Hukum Taurat akan digenapi di dalam kita.
Kebanyakan orang berjalan dan melakukan hal-hal menurut apa yang mereka pikirkan dan senangi. Beberapa orang yang berjalan menurut daging melakukan dosa, sementara yang lainnya mengerjakan hal-hal yang baik menurut pikiran mereka, kesenangan dan ketidaksenangan mereka. Tetapi kita orang-orang Kristen harus berjalan menurut roh. Untuk membedakan roh dari daging adalah mudah, tetapi untuk membedakan roh dari pikiran tidaklah mudah. Sebagai contoh, mungkin kita berpikir untuk mengunjungi seorang saudara, tetapi di dalam batin ada sesuatu yang mengganggu kita. Saat itu, kita tak seharusnya berjalan menurut pemikiran kita atau kesenangan dan ketidaksenangan kita, tetapi menurut “lampu merah batini” atau “lampu hijau batini”. Inilah berjalan menurut roh kita.
Beberapa saudari mungkin ingin membeli kain dengan harga murah. Hal ini memang tidak salah, tetapi Tuhan mungkin tidak menginginkan mereka membelinya. Harga murah adalah satu hal, kehendak Roh itu adalah hal lain. Pada akhirnya, ketika para saudari tersebut tetap meneruskan membeli kain-kain itu, mereka kehilangan damai sejahtera mereka. Ketika kembali ke rumah tidak dapat bersekutu dengan Tuhan, tidak dapat membaca Alkitab atau berdoa seperti biasanya selama beberapa hari. Jika kita tidak memiliki damai sejahtera terhadap sesuatu, kita harus berhenti mengerjakannya. Berhentilah mengikuti pemikiran, kesenangan atau ketidaksenangan kita dan dengan sederhana mematuhi perasaan-perasaan yang di dalam kita, sehingga roh kita semakin diterangi, dan kita sepenuhnya hidup menurut Roh.

Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. (1 Kor. 6:17)

17 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 4 Senin

Menjatuhkan Hukuman atas Dosa dalam Daging
Roma 8:3b
Dengan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 8:3, 6:6; Bil. 21:9; 2 Kor. 5:21; Ibr. 2:14, 4:15; Yoh. 12:31

Mengapa tubuh kita disebut “tubuh dosa” atau “daging dosa”? Sebab tubuh kita telah menjadi tempat kediaman dosa (Rm. 7). Meskipun kita bertekad memelihara hukum Taurat Allah, tubuh kita tidak kuat melakukannya. Tubuh kita telah lumpuh karena dosa. Lalu bagaimana tindakan Allah? Allah menanggulangi kesukaran itu dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri, di dalam daging yang serupa dengan daging dosa. Hal ini dilambangkan dengan ular tembaga yang diangkat Musa di padang gurun (Bil. 21:9). Siapakah “ular”? Itulah Iblis, dan sifat Iblis itulah yang masuk ke dalam tubuh manusia sehingga tubuh manusia menjadi daging dosa. Jadi daging dosa adalah daging yang mengandung sifat Iblis.
Roma 8:3 mengatakan bahwa Tuhan Yesus diutus “dalam daging yang serupa dengan daging dosa”. Tuhan Yesus mengambil “rupa daging”, tetapi Ia tidak memiliki sifat daging yang mengandung dosa. Ular tembaga memang mempunyai bentuk ular, namun tidak memiliki racun ular. Begitu pula Kristus hanya menjadi rupa daging dosa, namun tanpa sifat dosa (2 Kor. 5:21; Ibr. 4:15). Dalam Yohanes 12:31 Yesus berkata, “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: Sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar.” Iblis adalah penguasa dunia ini. Yang terpancang di atas salib ialah Tuhan Yesus, tetapi dalam pandangan Allah, Iblis dihakimi di sana. Iblis diganyang dan dihancurkan justru melalui daging yang dikenakan Kristus itu, karena daging itu serupa dengan bentuk ular. Ketika daging itu disalibkan, Iblis pun turut dimusnahkan. Karenanya Ibrani 2:14 mengatakan bahwa oleh kematian-Nya, Kristus telah memusnahkan dia, yaitu Iblis yang berkuasa atas maut.
Ketika kita ingin menghadiri sidang doa gereja, kita mungkin berkata, “Ah, semalam aku tidak enak tidur dan merasa sakit kepala. Aku terlalu letih untuk bersidang.” Namun, kalau ada orang yang mengajak kita nonton film, tubuh dosa kita segera menjadi kuat dan lincah. Saudara saudari, janganlah tertipu oleh kekuatan daging! Kita perlu nampak jelas, bahwa Iblis telah terperangkap dalam tubuh daging Kristus di atas salib, dan dihancurkan. Melalui salib, Allah telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.

…supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut. (Ibr. 2:14)

16 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 3 Minggu

Dimerdekakan dari Hukum Dosa dan Hukum Maut
Roma 8:2
Sebab hukum Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut.

Ayat Bacaan: Rm. 8:1-3; 9-10

Kata “dalam Kristus” berarti bukan di dalam Adam, pun bukan di dalam diri kita sendiri. Kita memiliki Roh hayat, yang adalah Kristus sendiri sebagai Roh pemberi hayat di dalam roh kita. Di dalam Kristus, roh kita telah dihidupkan, karena ada Kristus sebagai hayat. Karena kita berada di dalam Kristus, Roh hayat yang adalah Kristus sendiri, berhuni dalam roh kita dan berbaur menjadi satu roh dengan roh kita. Di dalam Kristus ada satu kekuatan yang timbul dengan spontan, yaitu hukum Roh hayat: bila kita berjalan menurut roh perbauran ini, hukum ini akan terus-menerus membebaskan kita dari hukum dosa dan maut.
Bagaimana caranya hukum Roh hayat itu memerdekakan kita? Ia memerdekakan kita dengan satu cara yang “super”. Jika kita terkepung oleh musuh, kita tidak usah berusaha menerobos kepungan itu, sebab kita memiliki satu jalan ke atas. Maka kita boleh berkata, “Bagiku mungkin sulit untuk naik ke surga, namun bagi Dia mudah sekali, sebab Dia berada di surga juga di dalamku. Iblis, aku tak usah berperang untuk menerobos, asal aku berkata, Puji Tuhan! Aku sudah berada di langit tingkat tiga.”
Jika seorang saudari ingin menaati suaminya berdasarkan ajaran Efesus 5. Ia berkata, “Firman ini sungguh manis dan suci. Aku mau menaati suamiku.” Hal itu merupakan suatu usaha menjalankan perintah dalam Efesus 5 dengan menggunakan pikirannya. Namun pada saat bertekad ingin melaksanakannya, terjadilah suatu hal yang aneh. Seolah-olah keadaan sekelilingnya berubah dan timbullah keadaan yang berlawanan dengan niatnya itu. Kalau biasanya sang suami sabar dan lemah lembut terhadapnya, tetapi entah mengapa, pagi itu justru sikapnya mendadak berubah menjadi galak, sehingga membuatnya kecewa sekali, sehingga ia tak dapat melaksanakan perintah tersebut. Iblis lalu datang menyerangnya. Setiap kali kita dikepung musuh, kita harus melupakan semua usaha kita untuk mencari jalan keluar, dan berkata, “Puji Tuhan! Amin!” Kita pasti akan segera terangkat tinggi. Mengapa bisa ada pujian dan kelepasan tanpa penghukuman? Sebab hukum Roh hayat telah memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut.

Jadi, apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka. (Yoh. 8:36)

15 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 3 Sabtu

Hukum Roh Hayat
Roma 8:2
Sebab hukum Roh yang memberi hayat telah memerdekakan kamu dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 8:1-3; Gal. 3:21

Saudara saudari, jika kita ingin memahami apakah hukum hayat itu, lihat dan amatilah burung-burung di udara. Bagaimanakah mereka dapat terbang? Mereka dapat terbang karena hayat mereka mempunyai hukum yang dapat terbang. Di dalam mereka ada hayat, di dalam hayat itu ada satu hukum, dan hukum itulah yang membuat mereka dapat terbang. Hayat itu mempunyai satu hukum yang membuat makhluk-makhluk itu dapat mengungguli gravitasi bumi sehingga mereka dapat terbang di udara. Jika pada suatu hari terjadi hujan salju yang lebat dan seekor burung gagak jatuh mati di halaman rumah kita, maka kita akan melihat betapa besarnya pengaruh gravitasi itu. Gravitasi bumilah yang menariknya ke tanah; gravitasi itu selalu ada. Jika burung itu hidup, hayatnya mempunyai satu hukum yang membuatnya unggul terhadap gravitasi bumi serta terbang di udara. Begitu hayatnya mati, hukum hayat juga mati, maka hukum gravitasi segera mengalahkannya.
Siapa yang marah terhadap orang, dalam satu jam sudah bisa reda boleh dikatakan sebagai orang yang bijak. Kita, kaum saleh yang beroleh selamat, seharusnya lebih unggul daripada orang yang bijak. Tetapi setelah kita marah, bisakah segera reda? Setelah marah, untuk kembali kepada Tuhan bagi kita tidak begitu mudah. Mungkin kita sudah banyak belajar, begitu kita kembali kepada Tuhan, marah kita segera reda; tetapi kalau kita kemudian berjumpa kembali dengan orang yang bersalah kepada kita, maka amarah kita timbul kembali. Kita boleh berkata, kayu dan batu tidak bisa marah, tetapi manusia tidak ada yang tidak marah. Hanya orang mati yang tidak marah. Tetapi saudara Witness Lee, seorang hamba Tuhan bersaksi, ”Syukur kepada Tuhan, oleh karena belas kasihan-Nya, saya boleh bersaksi kepada kalian, sekarang kalau saya marah, dalam setengah menit sudah reda, tidak marah lagi. Mengapa demikian? Ini karena hukum hayat memerdekakan saya, supaya saya tidak dikekang oleh dosa.” Syukur kepada Tuhan! Hari ini Allah telah merahmati kita dengan memberikan kita satu hayat baru dan juga satu hukum baru yang membuat hukum dosa dan hukum maut seolah-olah keberadaannya tidak ada lagi bagi kita.

Jelaslah, tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat, karena: “Orang yang benar akan hidup oleh iman.” (Gal. 3:11)

14 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 3 Jumat

Tidak Ada Lagi Penghukuman dalam Kristus Yesus
Roma 8:1
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

Ayat Bacaan: Rm. 8:1; 7:24

Banyak orang Kristen berusaha mengalahkan dosa. Ada yang mengira asalkan mau menolak dosa, tentu akan terlepas dari dosa. Mereka ingin dengan kekuatan mereka sendiri menolak godaan-godaan dosa. Ada lagi yang mengira dosa membuatnya tidak bebas. Namun semua itu hanya opini atau pendapat manusia, bukan firman Allah dan bukan ajaran Allah. Cara-cara itu tak mungkin membawa orang mencapai kemenangan.
Setiap orang yang telah diselamatkan harus nampak jalan kelepasan: Pertama, harus nampak bahwa dosa di atas diri kita adalah suatu hukum. Tanpa nampak ini, yang berikutnya tidak bisa dikatakan. Kedua, harus nampak bahwa tekad kita tidak mampu mengalahkan hukum dosa. Ketiga, kita harus nampak bahwa Roh Kudus juga suatu hukum yang dapat membebaskan kita dari hukum dosa. Bagi saudara saudari yang baru percaya, lebih cepat mengetahui jalan kelepasan ini maka akan lebih baik. Sebenarnya tidak perlu tertunda sampai beberapa tahun baru mengetahui jalan kelepasan, juga tidak perlu setelah menderita banyak luka baru bisa beroleh kelepasan. Banyak saudara saudari telah menempuh jalan yang sia-sia, banyak saudara saudari yang mengalirkan air mata karena kegagalan. Bila Anda ingin lebih sedikit mengalami kepahitan, lebih sedikit mengalirkan air mata, maka sejak semula sudah harus nampak bahwa jalan pertolongan dan kelepasan ini, ialah ”hukum Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kita dalam Kristus.” Hukum ini demikian sempurna dan berkekuatan, ia mampu menyelamatkan kita sampai kepada akhirnya; tanpa bantuan kita. Hukum ini dengan sendirinya akan melepaskan kita dari dosa, menguduskan kita dan membuat kita penuh dengan hayat.
Banyak orang Kristen sudah membereskan masalah penghukuman yang obyektif, tetapi kemudian membuat penghukuman batin bagi dirinya sendiri. Ada beberapa orang yang merasa terhukum sedemikian rupa sehingga tidak bisa makan dan tidur dengan enak. Ada saudara yang merasa bersalah karena tidak mengasihi istrinya, ada pula saudari yang merasa bersalah karena tidak baik terhadap suaminya. Orang-orang itu berada di bawah penghukuman diri yang terlampau berat, karena mereka belum nampak jalan kelepasan.

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. (Luk. 1:37)

13 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 3 Kamis

Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita
Roma 7:25
Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita!

Ayat Bacaan: Rm. 7:6, 15-20

Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus Tuhan kita, kita telah dilepaskan dari tubuh maut. Dalam Roma 7:25 ini Paulus memberi tahu kita bahwa dengan akal budinya, oleh dirinya sendiri dia melayani hukum Allah, dan dengan dagingnya dia melayani hukum dosa. Manusia telah bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa (ay.14). Dalam daging kita tidak ada satu pun yang baik (ay.18), dan kita tak mampu menang atas dosa-dosa (Rm. 7:15-20). Dalam situasi semacam ini, jika manusia mencoba memenuhi hukum Allah seperti yang Paulus lakukan, hasilnya pasti adalah kegagalan belaka. Siapa saja yang berusaha menang atas dosa niscaya menemui kegagalan demi kegagalan, karena manusia yang jatuh mengandung hukum dosa di dalam dagingnya; tidak bisa ditolong lagi; dan tidak berpengharapan. Setelah diselamatkan, kita tidak seharusnya berusaha memenuhi hukum Allah atau berbuat baik untuk menyukakan Allah. Bila kita mencobanya, kita pasti akan menjadi orang yang celaka. Namun syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita! (ay. 25 Tl.). Ayat ini memberi jawaban atas pertanyaan dalam ayat sebelumnya. Menurut ayat 25, kelepasan dari tubuh maut adalah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus.
Sebelum kita dilahirkan kembali, hati kita condong kepada dosa, mengasihi dunia dan mendambakan hal-hal yang berhubungan dengan hawa nafsu, dan sebaliknya, hati kita dingin dan keras terhadap Allah, terhadap hal-hal rohani tidak ada minat sedikitpun. Karena itu, ketika Allah melahirkan kita kembali Dia memperbaharui hati kita dan menjadikannya hati yang baru, yang memiliki kecenderungan baru, kasih sayang baru, kesenangan baru dan hasrat baru. Jadi begitu kita dilahirkan kembali dan diselamatkan, hati kita condong kepada Allah, mengasihi dan menginginkan Allah. Terhadap perkara-perkara rohani hati kita mempunyai kedambaan dan selera. Setiap kali hal-hal ini disebutkan, hati kita penuh sukacita, tanggap dan penuh semangat.
Saudara saudari, sudahkah Anda melihat hal ini? Allah memperbarui hati kita, memberi kita hati yang baru pada saat kita dilahirkan kembali, karena Ia ingin kita condong kepada-Nya dan sepenuhnya mengandalkan Dia.

Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, ... sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh ... (Rm. 7:6)

12 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 3 Rabu

Dia Yang Telah Melepaskan Aku Dari Tubuh Maut
Roma 7:24
Aku, manusia celaka! Siapa yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?

Ayat Bacaan: Rm. 6:6; 1 Kor. 11:30; 1 Tim. 4:10

Tubuh kita yang jatuh disebut tubuh dosa, juga disebut tubuh maut. Tubuh dosa kuat dalam hal berdosa dan melanggar perintah Allah, tetapi tubuh maut lemah dalam hal berbuat hal-hal yang berkenan kepada Allah. Dosa memberikan kekuatan kepada tubuh yang telah jatuh untuk berbuat dosa, tetapi maut membuat tubuh yang bobrok ini benar-benar lemah dan tidak berdaya
Paulus berseru, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” Betapa baiknya jika setiap orang menjerit seperti Paulus. Tidak ada musik yang lebih merdu daripada teriakan yang paling rohani dan alkitabiah ini. Hal ini hanya dapat dihasilkan dari orang yang telah menyadari bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa selain menyerah dan tidak bertekad lebih lanjut. Sebelumnya, setiap kali menghadapi kegagalan, ia lalu memperbarui tekadnya serta menggandakan kekuatan tekadnya. Akhirnya ia tahu, bahwa tekadnya tidak ada gunanya, dan dengan putus asa ia berteriak, “Aku, manusia celaka!” Seperti orang yang mendadak terjaga dari tidurnya dalam gedung yang terbakar, ia hanya dapat menjerit minta tolong, karena ia sudah benar-benar putus asa terhadap dirinya.
Sudahkah kita putus asa terhadap diri sendiri? Atau masihkah kita berharap melalui lebih banyak membaca Alkitab dan berdoa kita bisa menjadi orang Kristen yang lebih baik? Membaca Alkitab dan berdoa itu tidak salah; Allah pun tidak menginginkan kita mengabaikannya. Namun kita keliru jika melakukan hal itu untuk mencapai kemenangan. Satu-satunya sumber pertolongan kita terletak pada Dia; Dialah tujuan pembacaan Alkitab dan doa kita. Sandaran kita adalah Kristus semata. Di luar Kristus kita tidak mampu berbuat apa-apa. Hari ini kita perlu mengajukan pertanyaan yang bagus ini, “Siapakah yang akan melepaskan aku?” Dulu, kita mencari-cari sesuatu; sekarang kita mengharapkan Seorang untuk dapat menolong kita. Dulu kita mencari penyelesaian masalah di dalam diri kita sendiri; kini kita mencari seorang Juruselamat. Saudara saudari, agar terlepas dari tubuh maut, tidak perlu memakai kekuatan kita sendiri, tetapi arahkanlah semua harapan kita kepada Kristus!

Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia,... (1Tim. 4:10)

11 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 3 Selasa

Tiga Hukum
Roma 7:22-23
Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.

Ayat Bacaan: Rm. 6:14; 7:24; 8:1; Gal. 5:17, 24, 25; Yoh. 3:6; Rm. 8:13.

Dalam Roma 7, kita melihat tiga hukum. Pertama, hukum Allah yang menuntut dan mengajukan permintaan. Kedua, hukum kebaikan di dalam akal budi kita yang cepat memberikan reaksi yang positif terhadap hukum Allah. Ketiga, hukum dosa di dalam anggota-anggota tubuh kita, selalu siap berperang melawan hukum kebaikan di dalam akal budi kita, bahkan mengalahkan, menawan, dan memenjarakan kita.
Mungkin beberapa orang akan mengatakan bahwa mereka ingin menjadi orang yang baik dan mereka telah memutuskan untuk menjadi baik. Ini adalah hidup menurut hukum kebaikan. Lalu ada yang mengatakan bahwa jika orang lain memukul mereka, mereka pasti akan membalas dendam, dan mereka akan membalas dengan cara lebih keras dari pada pukulan yang mereka terima. Ini adalah jatuh ke dalam hukum dosa, yaitu hukum kejahatan di dalam tubuh.
Roma 7 melukiskan pengalaman pribadi Paulus sebelum ia diselamatkan. Ia berkata bahwa hukum Allah menuntut dirinya, dan hukum kebaikan di dalam akal budinya memberikan reaksi yang baik kepada hukum Allah, namun hukum dosa di dalam anggota-anggota tubuhnya yang telah jatuh berperang melawan hukum kebaikan itu, mengalahkan hukum itu dan menawannya. Kesimpulan Paulus adalah, “Aku, manusia celaka! Tubuhku adalah tubuh maut. Aku tidak dapat melepaskan diri.” Jadi, Roma 7 adalah catatan pengalaman Paulus yang membuktikan bahwa kita tidak dapat memelihara hukum Taurat, dan ia menganjuri kita agar jangan mencobanya. Inilah pengalaman kebanyakan orang Kristen setelah mereka diselamatkan. Ada seorang pemuda yang baru beroleh selamat. Ia telah bertobat dan mengaku dosa-dosanya kepada Tuhan dengan tuntas. Pada malam hari ia beroleh selamat, ia berkata kepada dirinya sendiri, “Aku tidak seharusnya melakukan kejahatan-kejahatan yang dahulu kulakukan. Malam ini aku bertekad untuk tidak lagi melakukan dosa.” Tetapi kita semua dapat bersaksi bahwa kita tidak dapat melaksanakannya sesuai dengan tekad kita. Jadi, ingatlah bahwa setiap kali kita mencoba melakukan perintah Allah dengan tekad kita sendiri, kita hanya akan menemui kegagalan. Karena itu kita tidak bisa terlepas dari Tuhan, kita perlu bersandar kepada-Nya.

Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. (Gal. 5:25)

10 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 3 Senin

Hukum Taurat Adalah Rohani, tetapi Aku Bersifat Daging
Roma. 7:12, 14
Jadi, hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. Sebab kita tahu bahwa hukum Taurat bersifat rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.

Ayat Bacaan: Rm. 6:6, 11, 14; 7:17-18; Gal. 5:16, 17, 24; 2 Kor. 7:1

Kata daging dalam Roma 7:14, 17-18 terdiri dari: “dosa” dan “aku”. Dosa ditujukan kepada kuasa dosa; sedang aku ditujukan kepada “ego”. Setiap orang Kristen yang ingin memahami kehidupan rohani, ia harus dapat membedakan kedua unsur daging ini. Keduanya tidak dapat dicampur aduk. Terhadap masalah dosa, Alkitab tidak sekali pun menyuruh kita disalibkan. Karena hal ini telah digenapkan sepenuhnya oleh Kristus. Alkitab hanya menyuruh kita untuk menghitungnya sebagai fakta ( Rm. 6:11), dengan demikian kita boleh mendapatkan khasiat kematian Kristus sehingga kita mutlak terlepas dari kekuatan dosa (Rm. 6:14). Alkitab tidak menyuruh kita agar kita disalibkan karena dosa, melainkan mengharuskan kita memikul salib untuk “ego”. Salib Kristus menanggulangi dosa, sedangkan Roh Kudus melalui salib akan menanggulangi ego. Melalui salib, Kristus membebaskan orang yang percaya dari kuasa dosa, hingga dosa tidak berkuasa lagi, sedang melalui berhuninya Roh Kudus di batin orang yang percaya, Kristus dari hari ke hari membuat mereka mengalahkan ego, hingga mereka mutlak taat kepada-Nya. Terlepas dari dosa adalah perkara yang telah genap, sedangkan menyangkal ego adalah perkara yang sedang dirampungkan setiap hari.
Ada seorang saudara pergi kepada seorang saudari tua yang sangat rohani dan berpengalaman dalam Tuhan untuk mengeluh tentang seorang saudara yang lebih tua. Meskipun saudara itu merasa benar akan keluhan-keluhannya, saudari tersebut selalu memberitahu dia untuk taat kepada saudara yang lebih tua tersebut. Bahkan dia berkata kepadanya,”Apakah saudara yang lebih tua itu salah atau tidak, itu adalah perkara lain. Ketika kamu mengadukan saudaramu, apakah kamu seperti seorang yang memikul salib?” Dosa memang telah berakar; meskipun tekad kita telah diperbarui oleh hayat kelahiran kembali, tetapi kita masih tetap bersatu dengan dosa dan ego. Jika kita malang dan gagal, hendaklah kita menghakimi diri sendiri, mengaku dosa, dan mohon pembasuhan darah Tuhan. Tidak hanya Roh Kudus dan darah adi yang bekerja, kita sendiri juga harus bekerja untuk menyucikan diri. Segala pencemaran daging harus ditanggulangi dan kemudian ego kita diserahkan kepada salib Tuhan.

Saudara-saudaraku yang terkasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging. (1 Ptr. 2:11)

09 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 2 Minggu

Melayani dalam Kebaruan Roh
Roma 7:6
Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.

Ayat Bacaan: 2 Tim. 4:22

Sebagai seorang istri, kita pun wajib melayani Tuhan dalam kebaruan roh, bukan menurut keadaan lama, dari hukum Taurat. Kebaruan roh berasal dari pembebasan kita dari Hukum Taurat dan penyatuan kita dengan Kristus yang bangkit. Istilah roh dalam ayat ini ditujukan kepada roh manusia kita yang telah dilahirkan kembali, yang di dalamnya dihuni oleh Tuhan, Roh itu (2 Tim. 4:22). Kita bisa melayani Tuhan dalam kebaruan roh, karena Allah telah memperbarui roh kita. Roh manusia kita yang telah dilahirkan kembali dan diperbarui adalah sumber dari kebaruan seluruh diri kita. Pada roh kita yang telah dilahirkan kembali itu, segala-galanya baru, bahkan semua yang berasal darinya pun baru, tidak ada keusangan. Keusangan hanya ada pada hukum Taurat usang, tata cara usang, atau huruf usang. Kita tidak melayani Tuhan dalam keusangan huruf, melainkan berada dalam kebaruan roh kita yang telah dilahirkan kembali. Hari ini kita harus melayani Tuhan dalam kebaruan roh kita. Ketika kita datang bersekutu, kita harus bersekutu dalam kebaruan roh, janganlah menggunakan pikiran kita.
Seorang hamba Tuhan membagikan pengalamannya, “Setiap kali saya ingin naik ke atas mimbar, yang paling saya takuti ialah tidak adanya kontak batin antara saya dengan Allah. Adakalanya saya cukup menggunakan tiga atau lima menit saja untuk menyiapkan berita yang akan saya sampaikan, namun untuk datang dan berkontak dengan Allah, saya sering menghabiskan waktu yang sangat panjang. Saya paling khawatir bila saya berdiri di atas mimbar, batin saya tidak berkontak dengan Allah. Itu merupakan perkara yang paling susah dan pahit bagi saya di atas mimbar. Bila batin orang Kristen terputus dengan Allah, itulah saat-saat yang paling pahit, lemah, dan payah. Bila kita dengan Allah terputus, habislah segala-galanya. Allah itu segala sesuatu kita. Apa yang kita perlukan, Dialah jawabannya. Maka kita wajib melatih roh, agar roh dapat tenang bersekutu dengan Tuhan dari waktu ke waktu. Bagi orang-orang yang melayani Allah, hal ini mutlak, tidak boleh kurang.” Saudara saudari, jika kita mau melayani Tuhan dalam kebaruan roh, kita harus selalu berada di hadapan Tuhan, hidup dalam roh.

Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. (1 Kor. 6:17)

08 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 2 Sabtu

Menjadi Milik Allah agar Kita Berbuah Bagi-Nya
Roma 7:4
Sebab itu, Saudara-saudaraku, kamu juga telah mati terhadap hukum Taurat ... supaya kamu menjadi ... milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 7:4; Yoh. 12:24

Kematian telah memutuskan hubungan pernikahan yang lama, sehingga perempuan itu, yang putus asa karena tuntutan yang terus-menerus dari suaminya yang dulu, yang tidak pernah memberikan bantuan apapun untuk melaksanakan tuntutannya, kini bebas menikah dengan Lelaki lain. Lelaki yang lain itu tidak kalah seriusnya dengan suaminya, tetapi Ia suka menolong. Lelaki yang lain itu adalah Kristus. Hukum Taurat adalah suami pertama sedangkan Kristus adalah suami yang kedua. Hukum Taurat menuntut kita untuk memenuhi tuntutannya; Kristus juga menuntut, tetapi Ia sendiri memenuhi tuntutan-Nya di dalam kita. Setiap orang yang telah dilahirkan kembali telah menikah dengan Kristus yang telah dibangkitkan itu. Karena Kristus adalah suami kita, maka ada suatu kesatuan yang ajaib antara kita dengan Kristus.
Dulu, ketika kita terkurung di bawah hukum Taurat, setiap hakiki dan perbuatan kita adalah maut. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kita adalah maut. Setiap perkara yang kita hasilkan ialah buah-buah maut dan untuk maut. Kini sebagai manusia yang telah dilahirkan kembali, yakni sebagai istri, kita berbuah bagi Allah. Semua hakiki dan setiap hal yang kita lakukan sekarang berhubungan dengan Allah. Kita berbuah bagi Allah artinya, Allah tertampilkan. Kita menghasilkan Allah dan menjadi keluapan Allah. Ada satu hukum yang umum di dunia ini, yaitu begitu seorang gadis menikah, dia segera bisa memakai nama suaminya. Saya ingin bertanya, siapakah yang bisa memakai nama saudara “X”? Saudara-saudaranya tidak bisa, anak-anaknya tidak bisa, orang tuanya juga tidak bisa. Hanya isterinya, yang bisa memiliki nama yang sama dengan dia. Banyak orang Kristen tidak nampak mustika ini, “Demi nama-Ku”. Dalam kata “demi nama-Ku”, entah berapa banyak berkatnya. Demi nama-Ku meminta apapun akan mendapatkan; demi nama-Ku dapat mengusir setan, demi namaKu mengampuni dosa, demi namaKu mengabarkan Injil; apakah maksud semuanya itu? Kita bersyukur dan memuji Allah, setiap orang Kristen dapat memakai nama Tuhan, karena kita milik Dia, maka semua milikNya juga menjadi milik kita dan kita bisa berbuah bagi Allah.

Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah. (1 Kor. 3:23)

07 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 2 Jumat

Telah Mati terhadap Hukum Taurat
Roma 7:4
Sebab itu, Saudara-saudaraku, kamu juga telah mati terhadap hukum Taurat ...

Ayat Bacaan: Yes. 54:5; Rm. 6:6, 7:2-4; Gal. 2:19; Ef. 5:23

Dalam Roma 6 kita nampak kesatuan kita dengan Kristus dan bagaimana Allah melepaskan kita dari dosa; dalam Roma 7 kita nampak bagaimana Ia melepaskan kita dari hukum Taurat melalui gambaran suami dengan istri. Hubungan antara hukum Taurat dengan orang dosa seperti hubungan suami dengan istrinya.
Gambaran pada Roma 7:1-4, menyebutkan seorang perempuan, yang berada pada kedudukan yang sulit. Ia telah menikah dengan orang yang sama sekali tidak cocok dengannya. Suaminya itu adalah orang yang sangat cermat, sedangkan yang perempuan bersifat sembarangan. Sang suami ini selalu menuntut istrinya. Namun sebagai suami, ia tidak salah, ia berhak mengharapkan sesuatu dari istrinya; dan semua permintaannya itu tidak melanggar hukum. Persoalannya adalah, ia memiliki istri yang tidak mampu melaksanakan permintaannya itu. Demikianlah perempuan yang kasihan itu sangat menderita karena semua yang dilakukannya salah.
Suami ini melambangkan hukum Taurat, dan kita adalah perempuan itu. Hukum Taurat menuntut banyak, tetapi tidak memberikan bantuan untuk melaksanakan tuntutannya. Satu-satunya jalan kelepasan bagi perempuan itu adalah kematian suaminya, demikian pula satu-satunya jalan kelepasan bagi kita adalah kematian Hukum Taurat. Tetapi firman Tuhan berkata, ”Selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Mat. 5:18). Ini menunjukkan bahwa Hukum Taurat akan terus berlaku sampai kekekalan, dan jika hukum Taurat tidak mungkin berlalu, bagaimana kita bisa terlepas dari tuntutan-tuntutannya? Mungkin kita memiliki pikiran yang sama dengan Roma 7:1-3 yaitu bahwa untuk terlepas dari tuntutan suami itu, sang suamilah yang harus mati, tetapi dalam Roma 7:4 kita nampak, ternyata si perempuanlah yang mati. Ketika ia mati, putuslah ikatan perkawinan dan ia terlepas dari hukum suaminya. Hukum Taurat tidak mati, kitalah yang mati. Jika kita telah mati, maka hukum Taurat tidak dapat lagi menuntut diri kita. Itulah jalan kelepasan dari hukum Taurat yang Allah sediakan dalam Roma 7.

… Tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. (Kol. 3:11b)

06 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 2 Kamis

Serahkanlah Anggota Tubuh Menjadi Senjata Kebenaran
Roma 6:13
Janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa ... tetapi serahkanlah dirimu ... Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.

Ayat Bacaan: Rm. 6:12-14; 1 Kor. 6:19-20

Walaupun kita sudah menerima wahyu dan memandang bahwa diri kita sudah mati bersama Kristus, namun kita perlu mengetahui bahwa dosa tetap bercokol dalam tubuh kita yang telah jatuh (Rm. 6:12). Janganlah kita berkawan lagi dengannya, melainkan kita harus menolaknya. dan bekerja sama dengan Allah. Di dalam Kristus, dosa tidak lagi dapat menguasai kita. Di dalam Kristus, kita memiliki kedudukan untuk menolak dosa dan kuasanya. Ketika dosa mengusulkan sesuatu kepada kita, kita harus berkata, “Enyahlah hai dosa, aku tak ada urusan denganmu!” Saudara saudari, sekali-kali jangan membiarkan dosa terus mengekang Anda (Rm. 6:14). Kita perlu berpaling kepada Allah dan berkata, “Ya Tuhan, Aku mau bekerja sama dengan-Mu dan menghambakan diriku kepada-Mu. Apa pun yang hendak Kau perbuat, aku mau mengikuti-Mu.”
Karena itu, bagian kita adalah menyerahkan diri dan anggota tubuh kita kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Ini adalah hasil dari menghitung fakta-fakta bahwa kita sudah disalibkan dan dibangkitkan bersama Kristus dan menghitung diri kita mati dan hidup berdasarkan fakta-fakta itu. Ketika kita mempersembahkan anggota tubuh kita kepada-Nya sebagai senjata kebenaran, dengan sendirinya hayat kekal akan bekerja di dalam kita, sehingga kita dikuduskan, dipisahkan dari setiap perkara dosa dan dunia.
Suatu hari, seorang saudara bepergian dengan kereta api dan duduk berhadapan dengan tiga orang yang bukan Kristen. Ketiga orang itu hendak mengisi waktu dengan bermain kartu. Karena kekurangan satu pemain, mereka mengajak saudara itu, tetapi saudara tersebut berkata, ”Maaf, aku tidak dapat menemani kalian bermain kartu, karena aku tidak membawa tanganku.” Saudara itu menganggap anggota-anggota tubuhnya bukan lagi miliknya sendiri, melainkan sepenuhnya milik Tuhan. Saudara saudari, Allah menghendaki kita memandang semua anggota tubuh kita sebagai milik-Nya. Kita harus mempersembahkan diri kita secara riil, melalui menolak dosa dan menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Inilah kekudusan yang sejati!

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus...dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? ...muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Kor.6:19-20)

05 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 2 Rabu

Mengetahui dan Menghitung
Roma 6:6, 11
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, ... hendaknya kamu memandangnya: Bahwa kamu telah mati terhadap dosa.

Ayat Bacaan: Rm. 6:2, 7

Roma 6:6 mewahyukan bahwa kepada kita pada saat Kristus disalibkan, manusia lama kita turut disalibkan. Ketika melihat ini, sepatutnya kita berseru, “Puji Tuhan! Ketika Ia mati di kayu salib, Ia tidak hanya mati menggantikan diriku, tetapi juga membawa diriku bersama-Nya ke atas salib, sehingga ketika Ia mati, aku pun mati!” Pengetahuan ini bukan timbul dari pikiran melainkan adalah sebuah wahyu. Setelah “mengetahui”, apa langkah selanjutnya? Wahyu ini memimpin kita kepada “memandang” (Rm. 6:11). Menurut bahasa Yunaninya, “memandang” adalah “menghitung”. Menghitung bukanlah suatu teknik, melainkan suatu tindakan percaya yang spontan yang timbul karena nampak wahyu. Hari ini, banyak orang Kristen yang menghitung dirinya mati terhadap dosa, tanpa wahyu dari Roh itu. Akibatnya ketika cobaan datang, mereka menghitung berkali-kali, “Aku sudah mati! Aku sudah mati!” Namun semakin menghitung semakin marah-marah, semakin menghitung, semakin tidak bisa mengendalikan temperamen.
Suatu kali seorang saudara berkata, “Aku masih marah-marah, sebab itu aku harus banyak memohon, supaya aku tidak marah-marah lagi.” Namun saudara yang lain berkata, “Andaikan sebuah termos air panas berdoa, ‘Tuhan, aku ingin sekali menjadi termos air panas. Jadikanlah aku sebuah termos.’ Bagaimana tanggapan Anda?” Dia berkata, “Doa yang semacam itu tentu tidak perlu, karena dia justru sebuah termos air panas.” Saudara itu menjelaskan, “Allah pun sudah meletakkan Anda di dalam Kristus: Kristus mati, Anda pun mati; Kristus bangkit, Anda pun bangkit. Jangan berkata, ‘Aku mau mati; mau tersalib,’ Tidak perlu meminta lagi, hanya perlu percaya bahwa Dia sudah mengerjakan semuanya.” Melalui perkataan ini Tuhan menerangi dia, lalu dia berkata, “Tuhan, aku memuji-Mu, Engkau telah menaruh aku ke dalam Kristus, hingga segala-Mu kini menjadi segalaku!” Saudara itu mendapatkan wahyu, mantap dalam iman dan kehidupannya berubah. Menghitung saja tidak dapat melaksanakan kematian Kristus di dalam kita. Kita perlu berdoa meminta roh hikmat dan wahyu agar kita dapat nampak bahwa apa yang sudah dirampungkan Kristus telah kita miliki dan dapat menjadi pengalaman kita (Ef 1:17).

Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? (Roma 6:2b)

04 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 2 Selasa

Hidup dalam Kebaruan Hayat dalam Rupa Kebangkitan-Nya
Roma 6:4b-5
... Demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

Ayat Bacaan: 2 Kor. 1:8-10; Rm. 8:29

Kebangkitan bukan hanya suatu keadaan di masa yang akan datang, melainkan juga proses yang sedang berlangsung pada saat ini. Kebangkitan dalam ayat 5 sama dengan hidup yang baru dalam ayat 4. Ketika Tuhan bangkit, Dia memiliki kebaruan hayat. Karena kita ada di dalam Dia dan secara organik telah bersatu dengan Dia, kita pun memiliki hayat baru dan patut hidup dalam hayat ini. Hidup dalam kebaruan hayat adalah hidup dalam ruang lingkup kebangkitan dan memerintah di dalam hayat. Ini berarti menanggulangi semua yang berasal dari Adam dalam diri kita sampai kita sepenuhnya diubah dan diserupakan dengan gambar Kristus (Rm. 8:29).
Hal ini ditunjukkan dalam Roma 6:5 yang mengatakan,“kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Kata “menjadi satu” di dalam bahasa aslinya berarti “bertumbuh bersama”. Ini menyatakan bahwa kebangkitan bukan saja suatu fakta yang telah rampung tetapi juga merupakan sebuah kesatuan organik yang di dalamnya terjadi pertumbuhan, sehingga yang satu mengambil bagian dalam hayat dan ciri khas yang lain. Ketika kita percaya Kristus, kita mengalami kesatuan organik dengan-Nya, sehingga apa yang Kristus alami menjadi sejarah hidup kita, kematian dan kebangkitan-Nya menjadi kematian dan kebangkitan kita.
Saudara Witness Lee, hamba Tuhan, mengisahkan pengalamannya. Hiburan favoritnya pada masa mudanya adalah bermain sepak bola. Pada hari Minggu, ia dan beberapa temannya bermain sepak bola dari jam tujuh pagi sampai jam tujuh malam. Namun pada suatu hari (setelah diselamatkan) saat ia sedang bermain sepakbola dan bola itu sedang mengarah kepada dia, di dalam batinnya ada suara yang mengatakan, “Berhenti! Jangan bermain lagi. Tinggalkanlah lapangan sepakbola.” Lalu seketika itu juga ia berhenti bermain dan semua pemain terkejut. Kemudian ia berjalan meninggalkan lapangan dan memberi tahu teman-temannya bahwa ia tidak akan bermain sepakbola lagi. Setelah kelahiran kembali, Roh Kudus terus bekerja di dalam kita untuk mencipta ulang kita sehingga kita dapat menjadi satu ciptaan baru, Akhirnya, pembaruan ini membuat kita terlepas dari segala milik manusia lama.

... Dia telah menyelamatkan kita ... karena rahmat-Nya melalui pemandian kelahiran kembali dan melalui pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. (Tit. 3:5)

03 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 2 Senin

Dibaptis dalam Kristus dan Kematian-Nya
Roma 6:3
Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus Yesus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Ayat Bacaan: Rm. 5:15-19, 6:5; Flp. 2:8, 3:10

Setelah Allah menciptakan Adam, Dia menempatkannya di depan pohon hayat; menghendaki agar Adam makan buah pohon tersebut. Namun Adam gagal. Ia menolak makan buah pohon hayat dan memilih makan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Akibat ketidaktaatannya, semua keturunan Adam menjadi orang-orang dosa (Rm. 5:19). Ketika Adam dihukum karena pelanggarannya, semua orang di dalam dia, juga beroleh hukuman dan mati (Rm. 5:18). Tidak peduli baik atau jahat, setiap orang memerlukan keselamatan.
Hanya dalam Kristus, semua orang diselamatkan dan beroleh pembenaran (Rm. 5:15-19). Bagaimana kita bisa berada di dalam Kristus? Pada saat kita dibaptis ke dalam Kristus, kita dipindahkan dari Adam ke dalam Kristus serta menjadi bagian-Nya. Ini adalah satu fakta yang telah Tuhan rampungkan bagi kita. Roma 6:5 mengatakan, “Kita telah bertumbuh bersama Dia dalam rupa kematian-Nya” (Tl.). Baptisan, di satu pihak meletakkan kita ke dalam maut, di pihak lainnya menumbuhkan kita. Benih yang ditaburkan ke dalam tanah, kelihatannya mati, padahal ia mulai bertumbuh. Demikian pula ketika kita dibaptis ke dalam Kristus, kita bertumbuh di dalam rupa kematian-Nya.
Kita perlu senantiasa diserupakan dengan kematian Kristus dalam hidup kita sehari-hari, sampai kematian Kristus menjadi cetakan hidup kita. Jika terlambat ke sidang namun masih berjalan tegap, apakah ini bentuk dari kematian-Nya? Ketika kita datang sidang terlambat, kita seharusnya merendahkan diri, sambil berdoa, “Ampuni saya Tuhan, karena saya datang terlambat ke sidang.” Inilah bentuk kematian Kristus. Ketika Tuhan dihadapkan pada kematian, Dia tidak mengeluh ataupun membalas orang-orang yang ingin membunuhnya. Seperti itu juga seharusnya antara suami dan istri; antara rekan sepelayanan; tidak saling menyalahkan, sebaliknya selalu saling memaafkan, sehingga kedua pihak memperhidupkan kematian Kristus. Jika tidak diserupakan dengan kematian Kristus, yang kita miliki hanyalah daging, keangkuhan, dan pertengkaran saja. Kematian Kristus perlu bertumbuh sampai tingkat yang sedemikian di dalam kita, sehingga diri kita sendiri justru adalah kematian Kristus.

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia... dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. (Flp.3:10)

02 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 1 Minggu

Kasih Karunia Berkuasa Melalui Pembenaran
Roma 5:21
Supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh pembenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (Tl.)

Ayat Bacaan: Rm. 1:17, 5:21

Kita telah mendengar bahwa kasih karunia itu berlimpah-limpah, tetapi kita mungkin tidak memiliki konsep tentang kasih karunia itu dapat memerintah. Roma 5:21 mengatakan bahwa baik dosa maupun kasih karunia dapat memerintah. Dosa memerintah di aspek negatif, sedangkan kasih karunia memerintah di aspek positif. Dosa adalah perwujudan sifat jahat Satan di dalam daging kita, dan kasih karunia adalah perwujudan Allah di dalam Kristus yang berhuni dalam roh kita. Jadi, dosa dan kasih karunia adalah dua raja yang memerintah di dalam kita. Ketika kita berada di dalam kerajaan maut, dosa menjadi raja atas kita. Tetapi ketika kita percaya dan berada dalam kerajaan hayat, kasih karunialah yang menjadi raja kita.
Mengapa kasih karunia dapat memerintah oleh pembenaran? Karena dahulu kita adalah orang-orang berdosa, maka Allah memerlukan sarana yang menjadi tumpuan dan dasar untuk menyalurkan diri-Nya kepada kita sebagai kasih karunia. Sarana itu adalah kebenaran yang memberi kita kedudukan untuk menuntut Kristus sebagai kasih karunia kita. Dengan memberikan kasih karunia kepada manusia, Allah menyatakan kebenaran-Nya (Rm. 1:17). Tidak hanya demikian, kuat kuasa kasih karunia ini bekerja di dalam batin kita, menghasilkan kebenaran yang dapat kita alami, membuat kita benar terhadap Allah, orang lain, dan diri sendiri. Kasih karunia tidak hanya menaklukkan dosa, tetapi juga mengalahkan Iblis dan maut. Jadi, kasih karunia dapat memerintah melalui pembenaran dan menghasilkan hayat yang kekal di dalam kita. Petrus bertanya kepada Tuhan, apakah yang akan didapatkan murid-murid yang telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Dia? Tuhan berjanji, bahwa mereka akan mewarisi hayat yang kekal dan zaman kerajaan. Bukan hanya demikian, para pemenang akan memakan pohon hayat dalam zaman kerajaan sebagai pahala (Why. 2:7). Hari ini Kristus sebagai hayat kita, adalah satu kasih karunia cuma-cuma. Tetapi, kelak Dia akan menjadi pahala kita. Untuk ini kita harus menjadi pemenang pada hari ini, kalau tidak, kita akan kehilangan pahala dalam kerajaan seribu tahun. Untuk pahala inilah kita perlu menikmati kasih karunia yang berkuasa oleh pembenaran.

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai rohmu! (Flp. 4:23)

01 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 1 Sabtu

Kasih Karunia, Kebenaran dan Meraja dalam Hayat
Roma 5:17
Mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Rm. 5:20

Hasil dari kita menikmati kasih karunia adalah hayat. Semakin banyak kita menanggung berbagai kesulitan dengan kasih karunia ini, kita akan semakin dipenuhi dengan hayat. “Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Rm. 5:20). Meskipun dosa sangat berkuasa, namun kasih karunia lebih berkuasa lagi. Kasih karunia lebih kuat daripada dosa. Kristus adalah sumber kasih karunia dan kasih karunia itu sendiri, yang mampu membuat kita menempuh hidup orang Kristen yang menang atas semua situasi. Para pemenang dalam Perjanjian Baru adalah raja-raja yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan karunia dari kebenaran untuk meraja di dalam hayat. Haleluya, Allah telah memberikan diri-Nya sendiri kepada kita sebagai kebenaran dan kasih karunia yang berlimpah. Kedua hal inilah yang akan menghasilkan suatu hayat bagi kita untuk memerintah sebagai raja.
Kita dapat menjadi raja-raja yang memerintah dalam hayat ilahi atas segala hal yang negatif. Contohnya, mungkin sulit untuk menguasai temperamen kita. Banyak kaum saleh tidak dapat menguasai temperamen mereka karena tidak menikmati hayat kekal. Mereka mungkin tidak kekurangan doktrin atau pengetahuan Alkitab, tetapi mereka kurang menyeru nama Tuhan dan makan Firman. Jika kita mendoa-bacakan Firman sambil menyeru nama Tuhan, kita akan menikmati Tuhan. Kerohanian kita bukan hanya terpelihara, terlebih lagi Tuhan akan menjadi Seorang yang memerintah atas segala hal di dalam kita. Bila kita mengalami pemerintahan hayat kekal di dalam kita, temperamen kita akan diletakkan pada kematian. Inilah cara yang tepat untuk memerintah di dalam hayat atas temperamen kita. Untuk itu kita perlu membuka diri kita dan memperbesar kapasitas kita untuk menerima kelimpahan kasih karunia demi kasih karunia.
Di dalam “kelimpahan kasih karunia”, kita akan dipenuhi hayat yang menguduskan, memerdekakan, mengubah dan menyerupakan kita dengan gambar Putra-Nya. Akhirnya, hayat ini akan menjadi hayat yang memuliakan kita semulia Dia. Inilah hasil dari menikmati Kristus sebagai kasih karunia.

Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. (Yoh. 1:16)