Hitstat

31 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 4 Selasa

Ditentukan Bagi Orang yang Dikuduskan-Nya
Kisah Para Rasul 20:32b
... Warisan yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.
Efesus 1:18b
... Betapa kayanya kemuliaan warisan-Nya di dalam orang-orang kudus. (Tl.)

Ayat Bacaan: Kis. 20:32; Yoh. 17:17; Ef. 5:26; 1 Tes. 5:23; Mat. 23:17, 19; Rm. 6:19, 22; 2 Tim. 3:15-17

Pada hari kita dilahirkan kembali, kita diberi hak untuk berbagian dalam suatu warisan. Warisan ini mencakup semua berkat yang berhubungan dengan hayat yang kekal. Setiap hari kita perlu memegang kepemilikan warisan ini dan menikmatinya. Warisan ini legal, tepat, dan sah, karena Kristus mati untuk membeli warisan itu bagi kita dengan membayar harga dengan darah-Nya yang mahal. Setiap hari kita dapat berbagian dalam dan menikmati warisan yang adalah milik kita pada hari ini dan sampai selama-lamanya.
Menurut perkataan Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:32, warisan ini ada di antara orang-orang yang telah dikuduskan. Untuk berbagian dalam warisan Allah, kita harus dikuduskan, dan dikuduskan memerlukan firman kasih karunia Allah. Dalam Yohanes 17:17 Tuhan Yesus berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu itulah kebenaran.” Dikuduskan (Ef. 5:26; 1 Tes. 5:23) adalah dipisahkan dari dunia dan jajahan dunia, berpaling kepada Allah dan tujuan-Nya, ini bukan hanya pengudusan atas posisi (Mat. 23:17, 19), tetapi juga pengudusan atas watak (Rm. 6:19, 22). Firman Allah yang hidup bekerja di dalam kaum beriman untuk memisahkan mereka dari segala perkara duniawi. Inilah dikuduskan dalam firman Allah, firman ini adalah kebenaran, realitas.
Hanya firman Allah yang dapat melengkapi, menyempurnakan (2 Tim. 3:15-17), dan mempertinggi moralitas kita melalui menguduskan seluruh diri dan penghidupan kita (Yoh. 17:17). Dua Timotius 3:16-17 juga berkata, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Kita tidak perlu merasa atau membayangkan sesuatu; hanya dengan menyediakan waktu untuk memasuki Firman, kita diperlengkapi, disempurnakan, dan dipertinggi. Kalau kita sering membaca Alkitab, maka kebenaran yang di dalamnya akan memberi terang kepada kita, supaya kita nampak apa yang sesuai dengan sifat kudus Allah, apa yang berlawanan dengan sifat kudus Allah, sehingga diri kita dan tindak tanduk kita terpisah dari orang dunia, menjadi kudus, sesuai dengan sifat kudus Allah dan orang lain dapat merasakan rasa Allah, yaitu merasakan rasa kudus pada diri kita.

Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air di dalam firman. (Ef. 5:26, Tl.)

30 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 4 Senin

Membangun dan Menganugerahkan Warisan
Kisah Para Rasul 20:32
Sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu warisan yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya. (Tl.)

Ayat Bacaan: Kis. 20:32; Kol. 2:9; 1:12; Rm. 8:23; Ef. 1:14; 1 Ptr. 1:4; Kej. 12:3

Dalam Kisah Para Rasul 20:32 kita melihat fungsi firman kasih karunia Allah. Pertama, firman ini dapat membangun orang-orang kudus. Membangun orang-orang kudus memerlukan pertumbuhan dalam hayat ilahi. Pertumbuhan dalam hayat ilahi ini memerlukan makanan rohani dan pembinaan rohani. Semuanya ini dapat diberikan hanya oleh kelimpahan firman kasih karunia Allah.
Kedua, firman kasih karunia Allah berfungsi untuk memberi warisan di antara semua orang yang telah dikuduskan. Warisan ilahi ini adalah Allah Tritunggal sendiri dengan segala yang Dia miliki, segala yang telah Dia kerjakan, dan segala yang akan Dia kerjakan bagi umat tebusan-Nya. Allah Tritunggal ini diwujudkan dalam Kristus yang almuhit, yang adalah bagian yang ditentukan untuk orang-orang kudus sebagai warisan mereka (Kol. 1:12; 2:9). Sedangkan Roh Kudus, yang diberikan kepada kaum saleh, adalah pencicipan, jaminan, dan garansi warisan ilahi ini (Rm. 8:23; Ef. 1:14). Hari ini kita berbagian dan menikmati warisan ini sebagai pencicipan dalam Yobel Perjanjian Baru Allah; pada zaman yang akan datang dan sampai kekekalan kita akan menikmati sepenuhnya (1 Ptr. 1:4).
Pada saat kita beroleh selamat, Allah mulai menjamin kita dengan diri-Nya sendiri. Penjaminan ini berlangsung terus-menerus dari hari ke hari. Sangat sukarlah bagi seorang Kristen di dalam roh untuk tidak mempercayai Allah beserta dengannya. Hal ini dengan mudah dan spontan kita percayai, karena dari hari ke hari kita menerima penjaminan Roh Kudus. Allah menjamin kita sepanjang waktu. Sewaktu saya lemah, Ia menjaminkan diri-Nya kepada saya dan menjadi dorongan saya. Sewaktu pengharapan saya menurun, Ia menjaminkan diriNya pada saya dan saya sekali lagi beroleh pengharapan. Ketika iman saya tampaknya akan pudar, Ia menjaminkan diri-Nya pada saya, dan iman saya segera dibangkitkan kembali. Ketika saya seakan-akan tidak memiliki kasih lagi terhadap saudara saudari, Roh Kudus menjaminkan diri-Nya, sehingga lebih banyak kasih terhadap orang beriman mengalir ke dalam saya. Puji Tuhan atas Roh-Nya yang menjadi jaminan kita.

Dan Roh Kudus itu adalah jaminan warisan kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya. (Ef. 1:14, Tl.)

29 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 4 Minggu

Firman Kasih Karunia-Nya
Kisah Para Rasul 20:32
Sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu warisan yang ditentukan bagisemua orang yang telah dikuduskan-Nya. (Tl.)

Ayat Bacaan: Kis. 20:32; Yer. 15:16; Yoh. 6:63; Ef. 6:17-18; Kis. 4:33; 11:23; Luk. 4:22

Di sini Paulus menyerahkan kaum beriman kepada Allah dan kepada firman kasih karunia-Nya. Kasih karunia adalah Allah Tritunggal yang diterima dan dinikmati oleh kaum beriman. Saya percaya bahwa selama tiga tahun Paulus berada di Efesus, ia setiap hari mengatakan firman kasih karunia Allah kepada orang-orang kudus.
Firman Allah dapat dimakan oleh kita untuk menjadi firman kasih karunia-Nya sebagai kesenangan dan sukacita hati kita (Kis. 20:32; Yer. 15:16; Yoh. 6:63; Ef. 6:17-18). Firman kasih karunia Allah adalah firman yang membawakan kepada kita kenikmatan akan Allah, ini adalah warisan kita. Dari pada hanya membaca majalah dan surat kabar, kita perlu datang kepada firman Allah setiap hari. Firman itu disebut firman kasih karunia-Nya. Seperti Yeremia, kita perlu menemukan firman dan memakannya. Kemudian firman akan menjadi kegirangan dan sukacita hati kita. Ketika kita membaca firman Allah, akan ada sukacita yang meluap-luap di dalam hati kita.
Di dalam kehidupan gereja, bila kita memiliki kasih karunia di atas kita, gereja akan terbangun dan kasih karunia yang kita terima akan terlihat (Kis. 4:33; 11:23). Di dalam pelaksanaan hidup Kristiani kita di dalam hidup gereja, kita perlu selalu di dalam kasih karunia. Ketika kita saling berbicara, kita perlu membicarakan firman kasih karunia (Luk. 4:22; Ef. 4:29). Sebagai suami dan istri dan sebagai saudara-saudari di dalam gereja, bagaimana kita saling berbicara? Apakah kita membicarakan firman kasih karunia, atau apakah kita membicarakan perkataan kritik dan perkataan penghakiman? Agar gereja terbangun, kita perlu saling membicarakan firman kasih karunia, dan kita perlu saling memiliki kasih karunia. Namun, ini tidaklah mudah di dalam hidup gereja karena kita banyak berhubungan dengan yang lain. Kita dengan mudah saling menyandung atau tersandung oleh yang lain. Ketika kita tersandung, apakah kita akan meninggalkan hidup gereja dan berkata, “Lupakan saja! Ini adalah gereja yang salah untukku,” atau apakah kita mengambil kasih karunia? Kasih karunia-Nya cukup dipakai (2 Kor. 12:9). Allah ingin kita memiliki kehidupan kasih karunia, pengalaman akan kasih karunia.

Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku. (Yer. 15:16a)

28 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 3 Sabtu

Jemaat Allah Diperoleh dengan Darah-Nya Sendiri
Kisah Para Rasul 20:28
Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri. (Tl.)

Ayat Bacaan: Kis. 20:22-25; Ef. 5:25; Rm. 12:1

Paulus mengatakan bahwa gereja Allah telah didapatkan “melalui darah-Nya sendiri” (Kis. 20:28). Ini menunjukkan bahwa kematian Kristus adalah untuk menghasilkan gereja. Efesus 5:25 mengatakan bahwa Kristus mengasihi gereja dan telah menyerahkan diri-Nya bagi gereja. Ini berbeda dengan mati untuk dosa-dosa. Kristus mati untuk kita karena kita adalah orang berdosa, tetapi Dia rela menyerahkan diri-Nya bagi kita karena kita adalah gereja, dan Dia mengasihi gereja. Hasrat hati Allah, kedambaan Allah, adalah gereja. Dalam Kisah Para Rasul 20:28 Paulus berharap para penatua dapat melihat betapa mahal dan bernilainya gereja. Allah telah memperolehnya dengan darah Putra-Nya sendiri. Sekarang Allah damba merawat gereja melalui para penilik-Nya.
Karena cintanya kepada Tuhan, kepada gereja, dan kepada saudara saudari, pada tahun 1950 Saudara Watchman Nee memutuskan untuk kembali ke Cina daratan. Seorang sekerja berkata kepadanya, “Jika kali ini Anda kembali ke Shanghai, Anda tidak akan bisa keluar lagi.” Tetapi saudara Nee berkata, “Kita telah mengeluarkan begitu banyak waktu untuk membangun gereja. Kini, bagaimana aku bisa meninggalkannya dan tidak mempedulikannya? Seorang ibu menemukan rumahnya kebakaran, dan ia sendiri sedang di luar rumah mencuci pakaian, apa yang akan ia lakukan? Tidakkah ia akan nekad menerobos ke dalam rumah? Aku tahu bahwa jika masuk, aku akan meng-hadapi banyak penderitaan, namun banyak saudara saudari masih di dalam, bagaimana mungkin aku pergi begitu saja dan tidak kembali lagi?”
Untuk mendapatkan gereja, Kristus pun telah membayar dengan darah-Nya yang mahal. Karena itu kita tidak sepatutnya bertanya apa yang dapat gereja lakukan bagi kita, tetapi kita perlu bertanya, apa yang dapat kita berikan bagi gereja. Banyak orang berkata, “Oh, aku memiliki hati bagi gereja!” Tetapi, tubuh mereka tetap di rumah dan tidak mau melayani. Saudara saudari, memiliki hati yang mengasihi gereja saja tidak cukup, kita perlu mempersembahkan tubuh kita bagi hidup gereja. Itulah persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Rm. 12:1).

Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. (Ef. 5:25 )

27 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 3 Jumat

Menggembalakan Jemaat Allah
Kisah Para Rasul 20:28
Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri. (Tl.)

Ayat Bacaan: Kis. 14:23; 1 Tim. 3:2; Kol. 1:24; 1 Ptr. 5:1-4; Mat. 20:25-27; 23:10-11; 1 Tes. 5:12; 1 Tim. 5:17

Dalam Kisah Para Rasul 20:28 Paulus memberi tahu para penatua gereja di Efesus bahwa Roh Kudus telah menempatkan mereka di antara kawanan sebagai para penilik. Ini menunjukkan Roh Kudus bersatu dengan para rasul dalam menetapkan penilik, dan para rasul me-lakukannya menurut pimpinan Roh Kudus.
Kata Yunani untuk “penilik” adalah episkopos, dari epi, berarti atas, dan skopos, berarti menilik. Penilik di gereja lokal adalah penatua (1 Tim. 3:2). Dua sebutan ini mengacu kepada orang yang sama. Penatua, menunjukkan orang yang matang, dewasa; penilik menunjukkan fungsi seorang penatua. Tanggung jawab utama para penatua sebagai penilik bukanlah menguasai melainkan menggembalakan, memberi rawatan dengan lembut dan teliti kepada kawanan domba, kepada gereja Allah. Menggembalakan kawanan domba Allah menuntut penderitaan bagi Tubuh Kristus, seperti yang diderita oleh Kristus (Kol. 1:24). Penggembalaan disertai penderitaan ini adalah untuk menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu sebagai pahala (1 Ptr. 5:4).
Seorang saudara bernama Samuel Chang mengisahkan penggembalaan saudara Nee kepadanya. Saat itu istri saudara Chang masuk rumah sakit untuk dioperasi. Setelah dioperasi, musuh Allah menuduh istrinya terus menerus di dalam pikirannya bahwa ia akan segera mati. Ketika saudara Nee mendengar kabar ini, ia datang menjenguk lalu menyampaikan firman dalam Wahyu 12:11, ”Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba…” Setelah itu dia juga mengakui bahwa kegagalannya dalam merawat saudara Chang untuk tetap dalam persekutuan dengan Tuhan telah memberikan kesempatan bagi musuh untuk menyerang istrinya. Atas kegagalan ini saudara Nee dengan rendah hati meminta maaf kepada saudara Chang dan hal itu memberi terang kepada saudara Chang bahwa ia sendiri kurang mempersembahkan diri kepada Tuhan, sehingga musuh mendapat peluang, dan ia pun bertobat. Saat itu musuh segera meninggalkan istri saudara Chang dan Tuhan memberinya damai sejahtera. Melalui penggembalaan saudara Nee, keluarga saudara Chang dibawa kembali kepada kesatuan yang sepenuhnya dengan Kristus.

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu. (Mat. 20:26-27)

26 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 3 Kamis

Tidak Lalai Memberitakan Seluruh Maksud Allah
Kisah Para Rasul 20:20a
Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu.

Kisah Para Rasul 20:27
Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.

Ayat Bacaan: Kis. 20:20; Mzm. 139:3; 1 Tes. 5:21; 1 Kor. 10:31-32

Dalam Kisah Para Rasul 20:20 Paulus mengatakan bahwa ia tidak lalai dalam memberitakan apa yang berguna bagi orang-orang kudus di Efesus, dan dalam ayat 27 ia mengatakan bahwa ia tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepada mereka.
Seluruh maksud Allah ada dalam Alkitab. Alkitab adalah buku yang sangat tepat. Tidak ada satu kata pun dalam Alkitab yang dapat disalahartikan atau digantikan. Jika seseorang itu lalai maka dia dapat kehilangan perkataan Tuhan. Semakin kita mengetahui perkataan Tuhan, semakin kita hati-hati. Orang yang ceroboh memiliki pembacaan Alkitab yang ceroboh. Segera setelah kita mendengar saudara yang berbicara tentang Alkitab, kita bisa tahu apakah orang tersebut ceroboh atau tidak. Dalam pembacaan maupun dalam menghafal ayat, banyak orang yang dapat ceroboh dengan kata-kata yang penting. Ini adalah kebiasaan yang buruk. Sangatlah mudah bagi kita untuk menjadi orang yang lalai dalam memahami Alkitab. Dalam beberapa kasus, kelalaian kita dapat menyebabkan pemahaman yang tidak tepat dalam perkataan Tuhan.
Hati Allah cermat, dengan teliti Dia memeriksa segala gerakan kita (Mzm. 139:3). Hati kita terhadap Allah juga harus cermat. Orang yang cermat baru dapat memahami dan bereaksi terhadap kehendak Allah. Membicarakan perkara tentang Kristus harus seperti Lukas, memeriksa, menulis, membicarakan de-ngan cermat, supaya orang lain dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang diajarkan sungguh benar (Luk. 1:3-4). Kita harus mengutarakan visi yang kita lihat, tidak saja harus mengutarakan, bahkan mengutarakan dengan teliti dan tuntas. Harus seperti Paulus, tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah; juga seperti Priskila dan Akwila, “dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah” (Kis. 18:26). Di hadapan Tuhan kita harus membangun kebiasaan untuk menjadi akurat. Jika kita tidak akurat, kita akan mengorbankan keakuratan Tuhan. Jika kita memiliki kebiasaan tidak akurat, kita tidak akan mendapatkan apa-apa ketika membaca Alkitab. Kita harus menyadari betapa akuratnya Alkitab. Kita harus dilatih oleh Tuhan untuk menjadi akurat.

Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku. (Rm. 15:18a)

25 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 3 Rabu

Bersaksi Tentang Injil Anugerah Allah
Kisah Para Rasul 20:24
Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.

Ayat Bacaan: Kis. 20:16-24

Paulus bukan hanya seorang yang rela mati bagi Tuhan, tetapi ia juga adalah seorang yang memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kis. 20:24). Penekanan dari injil kasih karunia adalah pada pengampunan dosa, penebusan Allah dan hayat kekal. Injil kasih karunia memberitahu orang untuk bertobat dan menerima Kristus. Sebagai orang-orang yang telah menerima kasih karunia Allah, hidup kita bagaikan sebuah lilin yang bercahaya. Terang sebatang lilin hanya dapat bertahan sampai ia terbakar habis; demikian pula, kesaksian seseorang hanya bertahan sampai ia meninggal. Kalau kita menginginkan terang sebatang lilin berlangsung terus, maka sebelum terangnya padam, ia harus menyalakan lilin yang lain.
Ada seorang muda yang hidup dalam kesenangan dunia dan dosa. Suatu hari ia terkena penyakit paru-paru cukup parah, hampir meninggal dunia. Seorang hamba Tuhan bernama Charles C. Luther memberitakan Injil kepadanya. Ia beroleh selamat dan merasa sangat gembira dan tenteram. Beberapa hari kemudian orang muda itu berkata, “Hari-hariku di dunia ini sudah hampir habis. Kalau aku berdiri di hadapan Tuhan kelak, apakah yang dapat kubawa kepada Tuhan? Tanganku sama sekali kosong. Bagaimana aku bisa menjumpai Tuhan dengan hampa tangan?” Orang tua itu berkata kepadanya, “Jangan khawatir! Saya akan mengarang sebuah nyanyian dengan memakai perkataanmu tadi.” Syair kidung itu mengatakan, “Bolehkah d’ngan hampa tangan, ku pulang jumpa Tuhan? D’ngan tak tak pernah pimpin orang menghadap pada Tuhan? Biar umat S’rani siang malam, bekerja giat untuk-Nya Seb’lum ajal kita tiba, giat selamatkan jiwa.”
Nyanyian ini akhirnya menjadi salah satu nyanyian yang termasyhur. Banyak orang tergerak karena nyanyian ini. Meski telah kehilangan hampir seluruh waktu dalam hidupnya, tetapi menjelang ajalnya, orang muda itu memiliki hati untuk Tuhan, dan Tuhan mau menggenapkan minatnya itu. Jika kita tidak pernah berdoa dan bersaksi tentang Tuhan kepada orang di sekitar kita, sanggupkah kita berjumpa dengan Tuhan dengan tangan yang hampa? Marilah kita sekuatnya bersaksi dan memimpin orang kepada Tuhan!

Karena jika aku memberitakan Injil, ... itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. (1 Kor. 9:16)

24 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 3 Selasa

Mencapai Garis Akhir dan Menyelesaikan Pelayanan
Kisah Para Rasul 20:24
Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.

Ayat Bacaan: Kis. 20:16-24; Mrk. 8:35; Why. 2:10

Setelah seseorang beroleh selamat, Allah menaruh dia pada satu jalur perlombaan untuk berlari (Ibr. 12:1). Seumur hidup orang Kristen adalah satu perlombaan lari yang harus diselesaikannya. Paulus adalah orang yang mempunyai tekad menderita dan setia sampai mati untuk menyelesaikan jalur perlombaan yang diwajibkan Allah bagi dia. Perkataannya dalam Kisah Para Rasul 20:24 menyiratkan bahwa ia merasakan bahwa dia akan mati martir. Paulus setia sampai mati dan tidak menghiraukan nyawanya, karena itu ia dapat menyelesaikan perjalanannya serta menunaikan ministri yang diamanatkan kepadanya.
Di Cina ada seorang saudara yang sangat akrab dengan Saudara Witness Lee. Ia lebih tua belasan tahun daripada Saudara Witness Lee. Ketika gereja di Cina mengalami penganiayaan, ia beberapa kali ditangkap, tetapi ia sama sekali tidak berdoa, “Ya Tuhan, selamatkanlah aku dari tangan orang-orang yang menganiaya itu. Tuhan, lindungilah aku!”. Ketika diinterogasi, orang-orang yang memeriksa juga tidak perlu banyak bertanya. Saudara itu sendiri berkata, “Aku memberi kalian tiga jalan: bila ingin membunuh aku, silakan bunuh; bila ingin memenjarakan aku, penjarakanlah; bila ingin melepaskan aku, lepaskanlah aku, dan aku akan segera memberitakan Yesus.” Penganiaya-penganiaya itu menahan dia beberapa waktu, namun sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya, sehingga kemudian melepaskannya. Di tempat lain juga ada seorang hamba Tuhan yang dipenjara 13 tahun lamanya. Ketika akan dibebaskan ia berkata, “Kalau aku tidak memberitakan Yesus lagi, sia-sialah aku dipenjarakan selama tiga belas tahun ini.”
Saudara saudari, tuntutan Alkitab ialah kita harus “setia sampai mati” (Why. 2:10). Penderitaan macam apapun harus dapat kita terima, meski sampai mati. Jika seseorang sangat memustikakan nyawanya dan selalu menggenggamnya erat-erat (Mrk. 8:35), maka orang semacam ini pasti tidak dapat berbuat banyak dalam pekerjaan Allah. Jangan ada permulaannya, tetapi tidak ada akhirnya, karena itu jangan berhenti di tengah jalan. Semua orang yang memanjakan dirinya sendiri tidak mungkin dapat melayani Tuhan.

Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. (2 Tim. 4:7)

23 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 3 Senin

Bertobat dan Percaya
Kisah Para Rasul 20:21
Aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Kis. 20:16-21; 9:1-18; 26:15-19

Dalam Kisah Para Rasul 20:21, kata “bersaksi” berbeda dengan sekedar mengajar. Bersaksi menuntut pengalaman melihat dan menikmati. Paulus memakai kata ini untuk menunjukkan bahwa ia sendiri memiliki pengalaman pertobatan kepada Allah dan iman dalam Tuhan Yesus (Kis. 9:1-18). Karena itu, ia dapat bersaksi mengenai apa yang telah ia alami. Ia bersaksi tentang hal yang telah ia tempuh dalam pengalamannya, tentang pertobatan dan iman.
Kita tidak dapat bersaksi atas perkara yang tidak kita lihat dan perkataan yang tidak kita dengar. Paulus telah melihat dengan matanya sendiri, ia pun telah mendengar dengan telinganya sendiri, kemudian Allah menyuruhnya bersaksi atas apa yang ia lihat dan yang ia dengar itu (Kis. 26:15-19). Syukur kepada Allah, kita telah percaya kepada Tuhan, telah diselamatkan, telah dilepaskan dari dosa, telah beroleh pengampunan, dan telah beroleh damai sejahtera. Karena itu, kita harus bersaksi atas pengalaman-pengalaman kita terhadap Tuhan. Ini tidak berarti kita harus berhenti bekerja dan menjadi penginjil, melainkan kita harus bersaksi atas apa yang kita lihat dan dengar kepada keluarga, teman-teman, dan semua kenalan kita serta membawa orang-orang itu ke hadapan Tuhan. Jika kita tidak bersaksi, maka injil akan berhenti sampai pada diri kita. Kita tidak seharusnya menjumpai Tuhan dengan tangan hampa, melainkan kita harus membawa banyak orang bertobat dan percaya Tuhan Yesus.
Seorang Kristen yang bernama Harvey Page, nampak bahwa walaupun dirinya tidak memiliki karunia untuk membawa banyak orang kepada Tuhan, namun ia yakin bahwa paling sedikit ia dapat membawa satu orang kepada Tuhan. Ia tak bisa melakukan pekerjaan besar dan ia hanya dapat memperhatikan satu orang; ia hanya bisa berkata, ”Aku telah diselamatkan, Anda juga harus diselamatkan.” Dengan tekun ia melaksanakan hal ini; ia mendoakan, menganjuri dan bersaksi kepada orang itu terus-menerus serta menunggu terus hingga ia beroleh selamat. Akhirnya, ketika ia meninggal dunia, ia telah menghasilkan lebih dari 100 orang yang benar-benar percaya Tuhan.

Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita … melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. (2 Tim. 1:8)

22 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 3 Minggu

Melayani Tuhan dengan Kerendahan Hati
Kisah Para Rasul 20:19a
Dengan segala kerendahan hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan.

Ayat Bacaan: Kis. 20:16-21; Mat. 20:26-27; 2 Kor. 3:5

Dari Kisah Para Rasul 20:19, kita dapat melihat teladan Paulus dalam melayani Tuhan dimana dia melayani Tuhan dengan segala ke-rendahan hati. Arti nama “Paulus” adalah “kecil”. Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun dia adalah rasul yang besar, namun dia tetap menyadari bahwa tanpa Tuhan, dirinya bukanlah apa-apa (2 Kor. 3:5). Saudara saudari jika kita nampak bahwa segalanya adalah pemberian Allah, lalu apa yang bisa kita megahkan? Kita harus nampak, bahwa kita bisa berdiri teguh sampai hari ini adalah karena belaskasihan Tuhan. Karena itu tidak ada yang patut kita megahkan. Orang yang mengenal karunia Allah tidak bisa tidak rendah hati.
Banyak orang mencari kekuasaan dan keuntungan, memperebutkan siapa yang terbesar, siapa yang teratas, dan siapa yang berkuasa. Sebaliknya dalam gereja, yang mau menjadi besar harus menjadi yang kecil, yang mau menjadi terkemuka harus menjadi hamba semua orang (Mat. 20:26-27). Apakah rendah hati itu? Rendah hati berarti tidak memberikan kedudukan bagi diri sendiri. Siapa yang berkata, “Saya mempunyai kekuasaan ini, saya seharusnya mendapatkan ini”, ia selamanya tidak bisa rendah hati.
Pada tahun 1858 di Cina, ada seorang yang terkena sakit cacar yang parah sekali. Dia tidak mempunyai keluarga yang dapat merawat dirinya dan di tempat itu tidak ada rumah sakit yang memiliki ruang I.C.U. Namun, seorang hamba Tuhan yang bernama Hudson Taylor menyanggupi untuk tinggal bersama orang sakit itu, mengobati dia siang malam dan melayaninya sampai meninggal dunia. Karena pelayanan itu, seluruh baju Hudson Taylor tertular oleh bakteri penyakit dan tidak boleh dipakai lagi, harus dibakar musnah. Tetapi ia tidak memiliki uang untuk membeli kain dan membuat pakaian baru, karena ia tidak menabung; jika uangnya lebih, ia berikan untuk menunjang sekerjanya, atau diberikan kepada orang miskin. Tepat waktu itu, seorang temannya mengirimkan kepadanya satu koper pakaian Hudson yang telah tertinggal satu tahun lebih di Siantou ke Ningpo. Sekali lagi ia mengalami “Eben-Haezer” (sampai di sini Tuhan menolong kita). Inilah teladan melayani dengan segala kerendahan hati.

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Mrk. 10:45)

21 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 2 Sabtu

Pembicaraan Paulus
Kisah Para Rasul 20:11
Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; sehabis makan ia masih berbicara lama lagi sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.

Ayat Bacaan: Kis. 20:6, 11b; Ibr. 1:1-2; Kol. 3:16

Meskipun Paulus berencana untuk pergi ke Yerusalem, tetapi ia tinggal bersama orang-orang kudus di Troas selama tujuh hari (Kis. 20:6). Pada hari Tuhan, mereka berkumpul untuk memecahkan roti dan Paulus berbicara sampai tengah malam. Setelah membangkitkan seorang muda, Eutikhus, yang terjatuh karena tertidur lelap, Paulus memecahkan roti dan makan bersama. Setelah itu Paulus “berbicara lama lagi sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat” (Kis. 20:11b). Dalam hal ini kita nampak bahwa Paulus sepenuhnya berbeban terhadap Tubuh Tuhan.
Karena Allah kita adalah Allah yang hidup, Dia adalah Allah yang berbicara (Ibr. 1:1-2). Dia berbicara setiap saat, karena Dia memiliki banyak yang harus dibicarakan. Semakin kita berada di dalam roh dan diperkaya dengan firman Allah, semakin banyak kita ingin berbicara. Sebenarnya semakin kita berada di dalam roh dan diperkaya dengan firman Allah, semakin banyak kita ingin membicarakan Allah. Kita perlu berbicara setiap saat dan di setiap tempat kepada setiap orang. Kita dapat dan harus membicarakan Kristus kepada setiap orang yang kita lihat setiap hari karena setiap orang perlu mendengar firman Allah. Pembicaraan kita kepada mereka menjadi suatu persekutuan dari Allah Tritunggal.
Saudara saudari, kita seharusnya dapat melayankan hayat kepada orang-orang melalui membicarakan firman Tuhan agar gereja terbangun. Namun, kita harus terlebih dahulu menjadi orang yang membaca firman Allah dan me-nyimpan firman Allah dengan segala kekayaan-Nya didalam hati kita. Semoga setiap orang yang telah beroleh selamat, setiap hari sedikitnya meluangkan waktu sepuluh menit untuk membaca firman Allah. Membaca firman Allah hingga masuk ke dalam kita, sampai firman Allah berbicara secara pribadi kepada kita. Jika kita mempunyai hati yang terbuka di hadapan Allah, sikap yang lembut, dan sering memikirkan firman Allah, maka mudah sekali bagi kita menghafalkan firman Allah sehingga kita bisa dengan limpah ruah menyimpan firman Allah di dalam hati kita. Akhirnya, semua pembicaraan kita akan me-ministrikan Kristus sebagai hayat kepada setiap orang yang mendengarnya.

Hendaklah perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di antara kamu… (Kol. 3:16a)

20 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 2 Jumat

Berkumpul untuk Memecahkan Roti
Kisah Para Rasul 20:7
Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat keesokan harinya.

Ayat Bacaan: Kis. 20:5-7; Why. 1:10 ; 1 Kor. 10:17; 16:2

Paulus dan teman-teman sekerjanya datang ke Troas, di situ mereka tinggal tujuh hari lamanya. “Pada hari pertama dalam minggu itu...kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti...” (Kis. 20:5-7). Hari pertama dari minggu itu adalah hari Tuhan (Why. 1:10). Menurut bahasa aslinya, istilah ”hari pertama dalam minggu itu” adalah setiap hari pertama dalam ke-tujuh hari yakni hari Minggu (hari Senin adalah hari kedua dalam satu minggu). Pada setiap hari Minggu mereka berkumpul untuk memecah-mecahkan roti untuk memperingati Tuhan. Inilah perkara yang dilakukan dengan spontan oleh semua gereja pada masa itu. Hari pertama dalam satu minggu adalah hari kebangkitan Tuhan dari kematian, hari perjumpaan kita dengan Tuhan. Inilah hari yang dipilih Tuhan. Satu perkara yang wajib kita lakukan pada hari ini adalah memperingati Tuhan.
Pemecahan roti dalam Alkitab memiliki dua makna: Pertama ialah memperingati Tuhan, kedua ialah menyatakan adanya persekutuan di antara kita dengan Allah dan sesama anak-anak Allah. Di bumi ini kita terbatas oleh ruang dan waktu. Namun setiap hari Tuhan, tidak peduli di mana saja, setiap anak Allah pasti mengambil bagian di dalam roti yang telah dipecah-pecahkan sebagai lambang tubuh Tuhan. Ini berarti kita telah bersekutu dengan semua anak-anak Allah. Di sini kita tidak saja bertemu dengan Tuhan kita, juga bertemu dengan seluruh saudara saudari kita. ”Roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh” (1 Kor. 10:17).
Semoga sejak hari pertama diselamatkan Anda dapat mengutamakan hari Tuhan ini. Kita dapat mempersembahkan hari Tuhan ini sebagai persembahan yang terbaik kepada Tuhan. Kita dapat berkata kepada Tuhan, ”Ya Tuhan, hari ini adalah hari-Mu, aku menggunakan semua waktuku untuk-Mu. Aku memecahkan roti memperingati-Mu dengan sukacita; aku persembahkan apa yang kumiliki kepada-Mu.” Bapa gereja, Tertullian berkata, ”Tiap hari Minggu kita merasa sangat sukacita. Kita memelihara hari ini, yakni hari kebangkitan Tuhan, tanpa halangan dan kekhawatiran apa pun.” Jika kita semua berbuat demikian, berkat Allah pasti akan tercurah dengan limpah dalam gereja.

Ia memecah-mecahkannya dan berkata, “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (1 Kor. 11:24b)

19 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Pengalaman Hati yang Dikuatkan
Kisah Para Rasul 20:1-2
Setelah reda keributan itu, Paulus memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka ... dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara seiman di situ.

Ayat Bacaan: Kis. 19:40; 20:1 ; 1 Tes. 3:2-5 ; Rm. 8:28

Melayani Allah, membangun gereja adalah perkara yang terbesar di dunia ini, maka kesulitan yang akan dihadapi, kemungkinan dipersulit, akan banyak. Bahkan penentangan dan penganiayaan seringkali tak tehindari. Namun, semakin ada kesulitan, semakin dapat menguji kita, sehingga membuat kita makin berkekuatan. 1 Tesalonika 3:3 mengatakan, “Supaya jangan ada orang yang goyah imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu bahwa kita ditentukan untuk itu.” Jika kita teguh dalam iman, maka segala kesulitan akan bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita sesuai dengan tujuan Allah dalam penentuan-Nya (1 Tes. 3:2; Rm. 8:28). Kalau tidak, kita bisa digoyahkan oleh si penggoda melalui berbagai kesulitan (1 Tes. 3:5). Itulah sebabnya kita sering bertanya, “Mengapa semakin mengasihi Tuhan Yesus, semakin banyak kesulitan yang aku hadapi? Kerabatku berhasil dan sukses, tetapi keadaanku kelihatannya makin lama makin buruk.” Kita perlu mengetahui bahwa semua kesulitan merupakan bagian yang diaturkan dan ditempatkan Allah bagi kita, agar dalam situasi itu kita makin disempurnakan.
Edward Cronin adalah seorang dokter gigi yang melayani Tuhan. Ia bersama ibu dan saudara perempuannya, serta beberapa saudara pergi ke Baghdad untuk perluasan injil. Di sana mereka mengalami keadaan yang sulit. Saudara perempuannya meninggal dalam perjalanan ke Bagdad karena kondisi yang tidak sehat dan kelelahan. Ibunya meninggal di Bagdad dan ia sendiri hampir mati karena dirajam batu. Namun dalam kondisi sedemikian, Cronin tetap melayani Tuhan. Bahkan di akhir hidupnya, ia tetap mengalami damai sejahtera dalam hatinya dan nama Tuhan tetap ada di bibirnya. Perkataannya yang terakhir adalah syair yang terkenal ini, “Mulia, hormat, dan kuasa bagi Anak Domba selamanya! Yesus Kristus adalah Penebusku! Haleluya! Pujilah Tuhan!” Semoga pengalaman saudara ini, mendorong kita makin setia mengikuti jalan Tuhan. Allah sebagai sumber segala kasih karunia akan menyempurnakan, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan kita dengan suplai hayat yang berlimpah ruah, melampaui semua keperluan kita.

Dan Allah, sumber segala kasih karunia...akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya (1 Ptr. 5:10)

18 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 2 Rabu

Menguatkan Hati Saudara Seiman
Kisah Para Rasul 20:2
Ia menjelajahi daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara seiman di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani.

Ayat Bacaan: Mrk. 12:30; 1 Tes. 5:14; 2 Tes. 2:17; Luk. 4:22; Ef. 4:29; Kol. 4:6; Yes. 50:4; Kid. 4:11

Ketika Paulus berada di Makedonia, dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara seiman di situ. Apakah hati? Hati mencakup pikiran, tekad, dan emosi ditambah satu bagian dari roh, yaitu hati nurani. Fungsi hati ialah mengasihi Tuhan, sebab hati ialah organ mengasihi dari manusia kita. Hati kita diciptakan untuk mengasihi Tuhan. Namun hati ini dapat menjadi tawar. Karena itu dalam 1 Tesalonika 5:14 Paulus mendorong kita untuk menghibur mereka yang tawar hati. Tawar hati dalam bahasa aslinya berarti “berjiwa kecil”, yaitu kapasitas pikiran, emosi, dan tekadnya lemah dan terbatas dalam menanggung penderitaan atau kesulitan.
Cara Paulus menguatkan hati saudara-saudara seiman adalah dengan memberikan banyak nasihat. Efesus 4:29 memberi tahu kita, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Setiap perkataan kita yang jahat perlu diakhiri. Kita perlu mengaku dosa di depan Tuhan, mohon pengampunan-Nya untuk setiap perkataan negatif yang telah kita ucapkan. Kiranya Allah mengawasi mulut dan hati kita, sehingga semua perkataan dan pikiran yang jahat dan negatif bisa dihentikan.
Perkataan kita perlu menyuplaikan kasih karunia dan menguatkan hati saudara saudari. Yesaya 50:4 berkata, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” Untuk itu kita perlu memberikan setiap pagi hari kita datang ke hadapan Tuhan. Kita berdoa, “Tuhan, bangunkanlah aku setiap pagi agar aku bisa mendengarkan Engkau, supaya aku memiliki lidah yang meneteskan madu dan susu yang segar (Kid. 4:11) untuk menguatkan saudara saudariku.” Jika kita mempraktekkan hal ini, perkataan kita tidak akan menjadi perkataan yang kosong atau melemahkan orang lain malah menyuplaikan perkataan-perkataan kasih karunia yang dapat menghibur dan menguatkan hati saudara saudari kita (2 Tes. 2:17; Ef. 4:29).

Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang (Kol. 4:6)

17 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 2 Selasa

Pemeliharaan Kedaulatan Tuhan
Kisah Para Rasul 19:40b
Dengan kata-kata itu ia membubarkan kumpulan rakyat itu.
Mazmur 121:7
TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.

Ayat Bacaan: Mat. 10:30; Rm. 4:3-5; 2 Kor. 1:3-4; 2 Tes 3:3; 1 Ptr. 5:7

Kisah Para Rasul 19:35-40 menggambarkan bagaimana huru hara yang muncul akibat pemberitaan Paulus yang kuat dapat diredakan. Panitera kota berbicara untuk menenangkan orang banyak dan membubarkan kumpulan rakyat itu. Ini adalah kedaulatan Tuhan yang melindungi rasul-Nya agar terlepas dari huru-hara Iblis. Sebesar apapun rancangan yang dibuat Iblis untuk menghancurkan para rasul dan pelayanannya, Allah sanggup melindungi hamba-hamba-Nya.
Allah itu setia dalam menjaga kita. Selama kita adalah orang yang dipanggil Allah, Dia akan memelihara kita, tidak peduli apakah kita percaya kepada-Nya atau tidak, bersandar kepada-Nya atau tidak. Matius 10:30 mengatakan, ”Rambut kepalamu pun terhitung semuanya.” Kata ”terhitung” dalam bahasa aslinya adalah ”diberi tanda”. Tidak seorang pun di antara kita yang mengetahui berapa banyak rambut kepala kita, dan siapa pun tidak dapat menghitungnya. Akan tetapi Allah telah menghitungnya, bahkan memberi tanda padanya. Jika Allah mau memperhatikan perkara yang sekecil rambut, lebih-lebih perkara-perkara yang lain!
Saudara Watchman Nee pernah difitnah bahwa ia memiliki kehidupan yang tidak kudus. Tetapi saudara Watchman Nee sangat mempercayai hati Allah. Ia berkata, “Orang yang benar-benar menderita bagi Tuhan, walaupun namanya tak dikenal manusia, Tuhan tahu. Siapapun yang menderita karena-Nya secara tersembunyi, pasti diketahui-Nya, bahkan diingat di dalam hati-Nya.” Di pihak Allah, kita tahu bahwa Dia berdaulat memelihara hidup kita. Di pihak manusia, kita perlu menjadi orang yang mempercayai Allah. Walaupun saudara Nee dipandang rendah dan disalahpahami, sampai hari ini melalui tulisan-tulisannya banyak orang Kristen yang dibangkitkan untuk mengasihi Tuhan dan mendambakan kebenaran firman-Nya. Dia berkata, “Saudara-saudara yang kekasih, kedatangan Tuhan sudah semakin dekat. Kita harus setia. Pada masa yang akan datang, kita mungkin akan menerima lebih banyak kesalahpahaman dan penentangan yang lebih keras, tetapi ini adalah takdir kita, kita harus setia sampai akhir.”

Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat (2 Tes. 3:3)

16 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 2 Senin

Huru-Hara Besar Mengenai Jalan Tuhan
Kisah Para Rasul 19:23
Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan.
Efesus 6:11
Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.

Ayat Bacaan: Kol. 1:13; Kis. 26:18; Mat. 16:18; Ef. 6:10-11

Ketika Paulus memberitakan injil di Efesus, banyak orang yang menjadi percaya, bertobat dan meninggalkan penyembahan berhala di kota itu. Ia melakukan pelayanan yang menggugah seluruh kota dan mempengaruhi masyarakat, sehingga membangkitkan reaksi dari kuasa kegelapan. Demetrius, seorang tukang perak pembuat kuil dewi Artemis menghasut tukang-tukang pembuat kuil yang lain sehingga kemarahan me-reka terhadap Paulus meluap-luap dan membuat seluruh kota Efesus menjadi kacau balau (Kis. 19:24-32). Semakin banyak penduduk Efesus yang percaya Tuhan, semakin sempit wilayah kerajaan Iblis,sehingga Iblis pun bekerja untuk menghambat pekerjaan Tuhan.
Kita perlu menyadari bahwa pemberitaan Injil yang hebat, pada akhirnya akan menjamah jantung kuasa kegelapan, dan menimbulkan reaksi dari kuasa kegelapan. Jika pemberitaan Injil kita di suatu wilayah mendapat penentangan dan serangan, kita tidak boleh mundur, tetapi seperti Paulus (Kis. 19:30), kita harus semakin terdorong dan tidak dikecewakan oleh hal-hal itu. Terjadinya penentangan malah membuktikan bahwa pemberitaan injil kita berdampak pada kerajaan kegelapan dan membuat pihak kerajaan kegelapan merasa terancam. Namun di sisi lain, kita tidak boleh bertindak berdasarkan diri sendiri untuk menimbulkan kesulitan, lalu menyangka bahwa itu membuktikan pelayanan injil kita penuh kuasa dan hebat. Berbuat demikian justru sangat berbahaya, karena hal itu akan dipakai oleh kuasa kegelapan.
Ketika panah-panah api dari musuh diarahkan kepada kita, pertama, kita perlu jelas bahwa apa pun yang kita lakukan mutlak di pihak Kerajaan Allah dan mempersembahkan diri dengan mutlak kepada-Nya. Kedua, kita harus mempercayai firman Allah. Iblis selalu menimbulkan keraguan dalam hati kita terhadap firman Allah, agar kita tawar hati dan kecewa terhadap Allah dan pelayanan kita. Namun Tuhan telah berfirman, ”Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan pintu alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18 Tl.). Pintu alam maut adalah kuasa Iblis atau kuasa kegelapan (Kol. 1:13). Iblis tidak dapat mengalahkan gereja-Nya.

Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. (Kol. 2:15)

15 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 2 Minggu

Dorongan Roh Kudus
Kisah Para Rasul 19:21
Setelah peristiwa itu, atas dorongan Roh, Paulus memutuskan untuk pergi ke Yerusalem melalui Makedonia dan Akhaya. Katanya, ”Sesudah berkunjung ke situ aku harus melihat Roma juga.”

Ayat Bacaan: Rm. 8:9,11,16, 14:8; Yoh. 3:6, 4:24; Gal. 5:25; Ef. 2:10

Dalam Kisah Para Rasul 19:21 kita melihat bahwa Paulus memutuskan untuk meneruskan perjalanannya ke Yerusalem bukanlah atas kehendaknya sendiri, melainkan atas dorongan Roh Kudus. Ketika Allah memanggil Abraham, Dia tidak memberi Abraham sebuah peta. Allah dan penyertaan-Nya itulah peta Abraham yang hidup. Namun pada saat itu, Allah masih berada di luar Abraham, sedangkan dalam zaman Perjanjian Baru, Allah adalah Roh itu yang berhuni di dalam roh Paulus. Karena itu, keputusan Paulus untuk pergi ke Yerusalem sepenuhnya menuruti pimpinan dan dorongan Roh (Gal 5:25).
Kebanyakan orang Kristen hari ini lebih suka memiliki semacam “peta” pribadi untuk memimpin hidup mereka setiap hari. Beberapa orang sibuk menempuh “peta”perjalanan hidup mereka menurut pekerjaannya, hobinya, atau keluarganya sendiri. Jika pun berdoa untuk meminta bantuan Tuhan, semuanya itu adalah untuk mencapai sasaran “peta” mereka sendiri. Itu jauh berbeda dengan memohon Tuhan memimpin kita menurut Diri-Nya dan sasaran-Nya. Perjalanan hidup kita bukan lagi menuruti kehendak Tuhan melainkan menuruti kehendak “peta” buatan kita sendiri.
Carrey, seorang penginjil, mengisahkan, ”Pada suatu pagi, saya merasa harus pergi mengunjungi seorang wanita yang pernah mendengar pemberitaan saya. Tetapi karena belum berkenalan dengannya, saya menundanya dan berkata kepada diri sendiri, nanti saja, beberapa hari lagi. Tengah harinya ada dorongan lagi yang menyuruh saya mengunjunginya untuk berbincang-bincang dengannya tentang firman Tuhan, tetapi saya kembali menundanya. Sore hari, karena ada tamu datang, hal itu pun terlupakan. Keesokan harinya saya terkejut mendengar kabar bahwa wanita itu mati bunuh diri tadi malam. Oh, alangkah menyesalnya saya saat itu.” Setiap orang Kristen adalah orang-orang milik Tuhan dan sudah sepatutnya hidup bagi Tuhan (Rm14:8). Kita perlu belajar menuruti dorongan Roh itu di dalam kita tanpa menunda-nunda. Haleluya! Roh Tuhan adalah peta sejati yang hidup di dalam kita dan yang mendorong kita untuk senantiasa mengikuti jalan Tuhan dan hidup bagi kehendak-Nya.

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah putra-putra Allah. (Rm. 8:14, Tl.)

14 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 1 Sabtu

Penyelesaian Perkara Lampau
Kisah Para Rasul 19:20
Dengan jalan ini, firman Tuhan bertumbuh dengan kuat dan makin berkuasa. (Tl.)

Ayat Bacaan: Kis. 19:19-20

Berdasarkan Kisah Para Rasul 19:19, tujuan dari pembakaran kitab-kitab sihir itu adalah untuk menyelesaian hidup mereka yang penuh dosa dan setani. Alkitab khusus mencatat nilai kitab-kitab itu untuk diperlihatkan kepada kita bahwa kaum beriman sebermula bukan membakar benda yang tidak bernilai, melainkan membakar benda yang bernilai. Dalam pemberesan benda-benda yang najis, tidak seharusnya menghitung kerugian yang diderita. Benda-benda itu tidak saja tidak bisa dipakai sendiri, juga tidak bisa diberikan kepada orang lain, lebih-lebih tidak boleh dijual, semuanya harus dibakar. Kisah Para Rasul 19:20 menyimpulkan, “Dengan jalan ini, firman Tuhan bertumbuh dengan kuat dan makin berkuasa.” Bertumbuh di sini mengacu kepada pertumbuhan dalam hayat.
Untuk bertumbuh dalam hayat kita harus bekerjasama dengan Tuhan untuk membereskan perkara-perkara lampau. Perkara-perkara lampau meliputi: 1) perkara-perkara yang tidak benar, seperti pernah menipu orang, mencuri, dll; 2) perkara-perkara yang tidak pantas, seperti perbuatan yang tidak senonoh, mabuk-mabukan, pergaulan bebas, dll; 3) perkara-perkara yang jahat dan najis, seperti mempercayai hal-hal tahayul, menyimpan jimat, menyembah berhala, dll; 4) cara hidup yang lama, misalnya, sombong, cinta uang, tamak, dll. Jika di dalam kita masih tersisa hal-hal negatif, maka pertumbuhan hayat kita tidak akan sehat. Semua unsur jahat ini menghambat pertumbuhan hayat kita.
Ada seorang saudara yang memiliki perusahaan bordir yang khusus membuat pakaian tidur dengan gambar naga (Why. 12:9, 20:2). Pada mulanya, ia kekurangan perasaan mengenai perkara-perkara ini. Tetapi, suatu hari, tiba-tiba ia berkata kepada Saudara Lee, “Saya merasa bahwa saya tidak dapat terus menjalankan pabrik saya. Saya adalah orang Kristen. Bagaimana mungkin saya terus menjual pakaian dengan gambar naga?” Ia lalu mengganti bisnisnya menurut perasaan rohnya. Pemberesan ini membuat kita leluasa untuk bersaksi dan lebih bertumbuh di dalam hayat. Inilah satu langkah riil yang harus dimiliki oleh setiap orang yang sudah beroleh selamat. Maka firman-Nya dapat bertumbuh dengan kuat dan makin berkuasa di dalam hidup kita.

Kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar (1 Tes. 1:9b)

13 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 1 Jumat

Nama Tuhan Yesus Dimasyhurkan
Kisah Para Rasul 19:17
Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.

Ayat Bacaan: Kis. 19:13-17; Flp. 2:10-11

Ketika rasul Paulus masih hidup, ia pernah mengusir banyak roh jahat (Kis. 16:18; 19:12). Ia menghardik roh-roh jahat itu, dan mengusir mereka dalam nama Tuhan Yesus. Namun, ada orang lain, yaitu ketujuh anak Skewa, juga ingin melakukan perkara itu dalam nama Tuhan. Namun roh-roh jahat itu tidak mau pergi, malahan menerkam dan menyerang mereka, hingga mereka luka-luka dan melarikan diri dengan telanjang (Kis. 19:13-16). Ketujuh anak Skewa itu tidak punya kedudukan, mereka pun tidak punya kuasa. Roh-roh jahat itu mengenal Paulus dan menuruti perintahnya, tetapi roh jahat yang merasuki orang itu malah menjawab, “Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?”
Dalam Lukas 9:37 kita juga melihat bahwa murid-murid pun tidak memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat; bukan hanya sembilan murid yang tinggal di lembah itu, tetapi juga Petrus, Yohanes, dan Yakobus yang ada bersama-sama dengan Tuhan di puncak gunung itu. Fakta bahwa Yohanes dan Yakobus memulai berdebat mengenai siapa yang terbesar menunjukkan bahwa mereka sendiri diduduki oleh Iblis dan karena itu mereka tidak dapat mengusir roh jahat itu. Kalau kondisi rohani kita normal, nama-Nya akan dipercayakan kepada kita.
Karena kuat kuasa nama Tuhan dalam berbagai mujizat dan pengusiran roh jahat maka makin masyhurlah nama Tuhan Yesus dan banyak pula yang menjadi percaya (Kis. 19:17-18). Demikianlah, sejak kenaikan Tuhan, tidak ada nama di bumi yang melebihi nama Yesus. Filipi 2:10-11 mengatakan, “Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku, ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Nama Tuhan Yesus adalah ekspresi keseluruhan dari apa adanya Dia dalam persona dan pekerjaan-Nya. Dalam nama Yesus semua lutut akan bertelut, dan segala lidah akan mengaku secara terbuka bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Bila kita berseru kepada nama Tuhan, kita akan memiliki realitas bertekuk lutut kepada-Nya. Kita dapat mengaku nama Tuhan secara terbuka melalui berseru kepada nama-Nya.

Dan segala lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp. 2:11)

12 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 1 Kamis

Firman Tuhan Terdengar sampai ke Asia
Kisah Para Rasul 19:10
Hal ini dilakukanya selama dua tahun, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.

Ayat Bacaan: Kis. 19:1-10, Gal. 3:2, 5

Dalam pelayanannya di Asia, Paulus berbicara dengan berani untuk meyakinkan orang-orang mengenai kerajaan Allah di ruang kuliah Tiranus setiap hari kepada murid-muridnya, meskipun ada beberapa orang yang keras hatinya dan tetap tidak mau diyakinkan. Tiranus mungkin adalah seorang guru, dan Paulus telah menyewa ruang kuliahnya, menggunakannya sebagai tempat pertemuan, terpisah dari rumah ibadat orang Yahudi yang menentang bahkan mengumpat jalan Tuhan. Di sana ia tetap memberitakan dan mengajarkan firman Tuhan baik kepada orang-orang Yahudi maupun kepada orang-orang Yunani selama dua tahun (Kis. 19:1-10). Gereja di Efesus sepenuhnya didirikan melalui ministri Paulus. Mereka menerima injil, pengajaran, pendidikan, pembentukan dari pelayanan Paulus. Mereka dengan tekun mendengarkan pemberitaan Paulus.
Dalam sidang-sidang gereja kita berhimpun bersama untuk mendengarkan tentang iman. Jika kita terputus dari pendengaran, kita pun akan terputus dari suplai. Jangan berhenti bersidang hanya karena Anda mengira Anda akan mendengar hal yang sama berulang-ulang. Kita harus makan pagi setiap hari sekalipun mungkin kita hampir-hampir makan makanan yang sama setiap hari. Sama prinsipnya dengan itu, kita pun harus menghadiri sidang-sidang gereja untuk menerima suplai Allah. Datang dengan tidak datang dalam sidang untuk mendengarkan tentang iman jauh sekali bedanya. Kita mungkin mendengar tentang Kristus dan gereja, tentang kematian dan kebangkitan Kristus, dan tentang bagaimana Kristus telah melalui proses menjadi Roh pemberi hayat berulang kali. Namun, setiap kali kita mendengar hal-hal ini, kita pasti akan menerima suplai dari Roh itu.
Orang-orang yang berbicara di dalam sidang juga harus menjadi pendengar, sebab mereka juga mendengar hal-hal yang mereka bicarakan itu. Mereka bersaksi bahwa semakin berbicara, mereka akan semakin mendengar. Seorang pembicara yang tepat pertama-tama berbicara kepada dirinya sendiri, baru kemudian kepada orang lain. Kalau kita adalah pembicara sejati, kita harus menjadi orang pertama yang menikmati pembicaraan kita sendiri.

Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pendengaran iman? (Gal. 3:2b, Tl.)

11 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 1 Rabu

Baptisan Yohanes dan Baptisan dalam Nama Tuhan Yesus
Kisah Para Rasul 19:4-5
Kata Paulus, “Baptisan Yohanes adalah baptisan tobat dan ia berkata kepada orang banyak bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian daripadanya, yaitu Yesus.” Ketika mereka mendengar hal itu, mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.

Ayat Bacaan: Kis. 19:1-5; Mat. 28:19; Kis. 8:16; Rm. 6:3; Gal. 3:27

Dalam Kisah Para Rasul 19, kita dapat melihat meskipun Apolos menjadi berkat bagi kaum saleh namun di sisi lain ia juga memiliki kekurangan dalam pelayanannya yakni kekurangan wahyu yang lengkap tentang ekonomi Perjanjian Baru Allah. Ini terjadi ketika Paulus memberitakan Injil di Efesus dan berjumpa dengan beberapa murid yang hanya menerima baptisan Yohanes. Mereka diselamatkan oleh pemberitaan Apolos, namun mereka belum menerima Roh Kudus, bahkan belum pernah mendengarkan adanya Roh Kudus (Kis. 19:1-3). Mereka hanya menerima baptisan Yohanes–baptisan pertobatan, mereka tidak masuk ke dalam Kristus. Maka Paulus menyuruh mereka dibaptis lagi agar mereka masuk ke dalam nama Kristus.
Dibaptis ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Mat. 28:19), atau ke dalam nama Tuhan Yesus (Kis. 8:16; Rm. 6:3; Gal. 3:27), adalah dibaptis ke dalam satu kesatuan yang rohani dengan Kristus yang almuhit, yang adalah perwujudan dari Allah Tritunggal. Nama mengacu kepada persona. Jadi dibaptis ke dalam nama Tuhan Yesus berarti dibaptis ke dalam persona Tuhan, disatukan dengan Kristus yang tersalib, bangkit, dan naik ke surga, memiliki kesatuan yang organik dengan Tuhan yang hidup. Inilah makna baptisan. Lebih jauh lagi, baptisan membawa kaum beriman ke dalam Tubuh Kristus.
Selanjutnya, Paulus juga memberi mereka penumpangan tangan. Ini menunjukkan bahwa Paulus menyatukan murid-murid ini dengan Tubuh Kristus. Dan Roh Kudus menghargai hal ini dan turun ke atas mereka, yang menandakan kesatuan mereka dengan Tubuh. Sebab itu, kita tidak saja harus membawa orang percaya dan dibaptis ke dalam Kristus, tetapi juga ke dalam persekutuan Tubuh Kristus. Kita harus menyelamatkan banyak orang dan perlu membawa mereka ke dalam Tubuh Kristus, supaya semua orang berkoordinasi, saling membantu, sehingga mempunyai fungsi dalam pelayanan Tubuh. Lagi pula tujuan kita memimpin perorangan beroleh selamat adalah untuk membangun Tubuh Kristus; kita membawa seseorang beroleh anugerah, adalah untuk pelayanan Tubuh. Inilah tujuan keselamatan Allah.

Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus (Kis. 2:38)

10 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 1 Selasa

Pengajaran tentang Jalan Tuhan dan Jalan Allah
Kisah Para Rasul 18:25-26
Ia telah menerima pengajaran tentang Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, Tetapi setelah Priskila dan Akwila membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.

Ayat Bacaan: Kis. 18:25-26; Mrk. 1:2-3; Luk. 1:17; Rm. 8:28

Apolos telah menerima pengajaran tentang Jalan Tuhan, namun “Jalan Tuhan” ini bukanlah doktrin tentang Tuhan, melainkan jalan praktis yang harus ditempuh oleh kaum beriman Perjanjian Baru. Orang pertama yang mempersiapkan Jalan Tuhan adalah Yohanes Pembaptis (Mrk. 1:2-3). Ia datang untuk mempersiapkan jalan Tuhan, meluruskan setiap bagian hati mereka melalui pertobatan agar Tuhan dapat masuk ke dalam mereka dan menjadi hayat mereka (Luk. 1:17).
Namun sebagai orang Kristen, tidaklah cukup jika kita hanya mengenal Jalan Tuhan. Kita juga perlu mengenal Jalan Allah. Itulah sebabnya ketika Priskila dan Akwila bertemu dengan Apolos, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah (Kis. 18:26). Apakah yang dimaksud dengan Jalan Allah? Jalan Allah adalah cara Allah menanggulangi kita. Jalan Allah adalah perkara yang dilakukan menurut ketentuan Allah. Jalan Allah adalah jalan yang Allah pilih di atas diri kita. Jalan Allah lebih tinggi daripada jalan kita. Allah mempunyai pilihan-Nya sendiri, tidak ada orang yang bisa menggantikan Allah memilih jalan-Nya. Allah suka memperlakukan orang ini begini, Allah suka memperlakukan orang itu begitu; Allah suka berbuat ini, Allah suka berbuat itu, inilah yang disebut jalan Allah. Mungkin ketika kita mendengar mengenai Jalan Allah, maka seluruh diri kita menjadi takut. Saudara saudari, janganlah kita tertipu. Kita perlu mengenal bahwa Allah kita bukanlah Allah yang sembarangan. Allah mengatur segala sesuatu adalah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Jalan Allah adalah supaya kita setiap kaum beriman bisa di-tanggulangi, ditransformasi, sehingga mencapai kepada kematangan hayat.
Hari ini sebagai orang-orang yang telah mengenal Jalan Tuhan, kita perlu senantiasa memberitakan Injil, membawa orang berpaling kepada Kristus, sehingga Dia dapat masuk ke dalam mereka dan menduduki mereka. Kemudian kita juga perlu menjadi orang yang senantiasa mengasihi Allah, mengasihi Firman-Nya dan dengan taat menyembah Jalan-Nya. Sebab Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Kita hanya perlu belajar taat dan percaya.

...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia...yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm. 8:28)

09 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 1 Senin

Pelayanan Apolos
Kisah Para Rasul 18:25a, 27b
Ia telah menerima pengajaran tentang Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus... Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya.

Ayat Bacaan: Kis. 18:24-27; Luk. 1:17; Yoh. 1:17b; 1 Kor. 15:10; 2 Kor. 12:19

Setiap orang Kristen mendambakan agar di dalam hidupnya, ia bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Namun bagaimanakah caranya? Melalui catatan dalam Kisah Para Rasul 18 mengenai Apolos, kita dapat melihat ada tiga perkara positif dari diri Apolos yang bisa menjadi teladan bagi kita hari ini. Ketiga perkara positif ini juga adalah jalan bagi kita supaya kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
Pertama, Apolos adalah seorang yang sangat menguasai Kitab Suci (Kis. 18:24). Syarat pertama agar kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang adalah kita perlu menguasai firman Tuhan. Kita harus melakukan yang terbaik untuk memasuki kebenaran-kebenaran dalam firman Tuhan dan men-dapatkan kebenaran-kebenaran ini tersusun ke dalam kita. Hal ini tidak dapat dicapai dalam jangka waktu yang singkat, tetapi kita perlu membangun suatu kebiasaan setiap hari dapat menyisihkan waktu (sedikitnya 30 menit) untuk mempelajari Firman Tuhan.
Kedua, Apolos adalah seorang yang mengenal Jalan Tuhan (Kis. 18:25). Yohanes Pembaptis adalah orang yang pertama memberitakan tentang Jalan Tuhan. Ia datang untuk mempersiapkan jalan Tuhan, mengubah dan memalingkan pikiran setiap orang kepada Tuhan serta meluruskan setiap bagian hati mereka (Luk. 1:17). Jika kita mau menjadi berkat bagi banyak orang, maka syarat yang kedua adalah kita perlu memberitakan Jalan Tuhan, yaitu memberitakan Injil, membawa orang berpaling kepada Tuhan agar Dia dapat masuk ke dalam mereka sebagai hayat mereka dan memiliki mereka.
Ketiga, Apolos adalah seorang yang mengenal kasih karunia (Kis. 18:27). Selain menguasai Kitab Suci, mengenal Jalan Tuhan, kita juga perlu menjadi seorang yang mengalami kasih karunia (2 Kor. 12:9). Di dalam perkara apa pun juga yang kita lakukan untuk melayani dengan praktis, kita perlu terlebih dulu menyerahkannya dalam doa dan melakukannya di dalam persekutuan dengan Tuhan. Pada saat itu, kasih karunia akan menyertai kita, dan kasih karunia ini akan keluar mencapai orang lain. Ini berarti bahwa kita melayankan kasih karunia kepada orang lain di dalam pelayanan kita.

Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan-Mu (Mzm. 21:7)

08 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 1 Minggu

Mengajarkan Firman Allah
Kisah Para Rasul 18:11
Lalu tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Allah di antara mereka.

Ayat Bacaan: Kis. 18:5-11; Ef. 4:11-12; 2:19; 1 Tim. 4:6

Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus mulai dengan sepenuhnya memberitakan firman dan bersaksi kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesuslah Mesias (Kis. 18:5). Pada waktu itu banyak dari orang-orang di Korintus yang menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis (Kis. 18:8). Kemudian Paulus tinggal di Korintus selama satu tahun enam bulan. Di sana ia mengajarkan firman Allah (Kis. 18:11).
Menjadi seorang pengajar adalah salah satu karunia yang diperlukan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan Tubuh Kristus (Ef. 4:11-12). Gereja adalah rumah Allah, yaitu rumah tangga Allah, keluarga Allah (Ef. 2:19). Membangun gereja adalah seperti membangun suatu keluarga. Orang tua, setelah merawat bayi mereka selama beberapa tahun, harus memperlengkapi mereka. Ini terutama dengan mengajar mereka, mendidik mereka. Jika seseorang hanya makan tetapi tidak pernah menerima pendidikan, orang ini akan tidak berguna dalam masyarakat. Setelah sesorang beroleh selamat, ia tidak hanya perlu dirawat, tetapi juga perlu dididik di dalam iman dan dalam ajaran sehat (1 Tim. 4:6).
Sidang-sidang kelompok adalah tempat yang terbaik untuk memperlengkapi kaum saleh. Ketika bersidang, mereka seharusnya memperhatikan seorang dengan yang lain. Mereka seharusnya menjadi sangat serius dengan sidang kelompok, memelihara sidang ini seperti diri mereka sendiri dan tidak meninggalkan sidang ini untuk hal apa pun. Sidang ini tidaklah formal, tetapi penuh dengan persekutuan dan berdoa, saling mengajar, dan memberitakan injil. Setiap kaum saleh seharusnya memulai sidang dengan jalan menyanyi, berdoa, atau bersekutu. Mereka boleh bersekutu tentang keperluan dan doa mereka. Kemudian, mereka seharusnya mengajar kebenaran satu sama lain. Di dalam sidang ini tidak seharusnya menjadi seorang pembicara, tetapi setiap orang dapat bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Semua jawaban, baik sederhana atau lengkap, adalah baik untuk mengajar satu sama lain. Akhirnya, semua kaum beriman yang menghadiri sidang yang demikian akan disempurnakan dan diperlengkapi untuk mengajar yang lain.

Dialah yang memberikan…pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Ef. 4:11-12)

07 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 6 - Minggu 4 Sabtu

Menghadapi Penentangan
Kisah Para Rasul 18:9-10
… Berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau ...

Ayat Bacaan: Mat. 5:10-12; Kis. 5:41; 13:45, 50; 2 Kor. 6:8; Rm. 3:8; 1 Ptr. 5:8-9

Dalam Matius 5:11 Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” Penganiayaan dalam Matius 5:10 adalah untuk kebenaran, karena pencarian kita akan kebenaran; sedangkan penganiayaan dalam Matius 5:11 secara langsung adalah untuk Kristus oleh karena kita mengikuti Dia.
Ketika kita memperhidupkan hayat untuk Kerajaan Surga dalam sifat rohaninya dan sesuai dengan prinsip surgawinya, kita akan dicela, dianiaya, dan difitnahkan segala yang jahat, terutama oleh umat beragama yang berpegangan kuat pada konsep agamawi tradisional mereka. Penganut agama Yahudi telah melakukan semua hal ini kepada para rasul pada zaman sebermula Kerajaan Surga (Kis. 5:41; 13:45, 50; 2 Kor. 6:8; Rm. 3:8). Jika kita menuntut Kristus dan mengikuti-Nya, banyak orang akan bangkit menentang kita. Dalam Matius 5:12 Tuhan Yesus mengatakan sebuah perkataan yang mendorong kepada mereka yang dianiaya oleh karena Dia: “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” Upah ini besar dan di surga.
Ketika beberapa orang menderita, mereka mungkin bertanya apakah itu berasal dari si Iblis. Satu Petrus 5:8-9 menunjukkan bahwa Iblis berbagian dalam penderitaan kita. Ayat 8 berkata, “Si Iblis, berjalan berkeliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” Kemudian ayat 9 berkata bahwa “Semua saudara seimanmu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” Karena itu, penderitaan yang ditanggung oleh para saudara disebabkan oleh singa yang mengaum-aum. Kita, sebagai orang Kristen, hidup di dunia yang jauh dari Allah, yang mencerca kemuliaan Allah, menolak Kristus, dan menghalangi Roh Kudus; tentu saja kita akan menghadapi penganiayaan. Jika kita ingin menjadi orang Kristen yang tepat di dalam dunia, kita akan dianiaya, baik secara fisik atau secara psikologis. Penderitaan dipergunakan untuk membuktikan iman kita sehingga ujian iman kita bisa menjadi sesuatu yang lebih lebih tahan uji dan lebih mustika.

... Ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai (2 Kor. 6:8)

06 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 6 - Minggu 4 Jumat

Memberitakan Firman dan Bersaksi
Kisah Para Rasul 18:5
Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:34, 49, 1:41; 4:25, 29; 7:41-42 9:35, 10:36, 20:31,

Yohanes 20:31 mengatakan, “Tetapi semua yang tercantun di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Alah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” Ayat ini menunjukkan tujuan dari Injil Yohanes yaitu bersaksi bahwa Yesus adalah Mesias/ Kristus (Yoh. 1:41; 4:25, 29; 7:41-42) dan Putra Allah (Yoh. 1:34, 49; 9:35; 10:36). Kristus adalah sebutan Tuhan menurut jabatan-Nya, tugas-Nya. Putra Allah adalah sebutan-Nya menurut persona-Nya. Persona-Nya adalah perkara hayat Allah, dan tugas-Nya adalah perkara pekerjaan Allah. Ia adalah Putra Allah untuk menjadi Kristus Allah.
Dahulu ada seorang perampok. Pada suatu hari ia melewati sebuah gedung Ibadah. Dalam gedung itu sedang diadakan pemberitaan Injil. Ia tidak berani masuk dengan terang-terangan. Ia hanya mendengarkan dari luar jendela. Tiba-tiba si pengkhotbah berkata: “Hai perampok! Engkau berdosa besar! Kalau engkau tidak mau bertobat dan percaya kepada Yesus, niscaya engkau akan terjerumus ke dalam neraka!” Si perampok itu terkejut dan merasa heran sekali, mengapa pengkhotbah itu tahu bahwa ia adalah seorang perampok. Dengan perlahan-lahan lalu beringsut (bergeser sedikit) ke tempat lain, tetapi tak lama lagi pengkhotbah berkata, “Hai perampok, ke mana pun engkau pergi, Allah tetap akan mencarimu!” Si perampok itu bertambah takut, dan berpikir dalam hatinya: Barangkali Allah berkata-kata kepadanya demi mulut si pengkhotbah ini. Karena itu, setelah perkumpulan selesai, ia lalu mencari si pengkhotbah dan menyatakan perasaannya. Kemudian si pengkhotbah itu mengajaknya berdoa bersama-sama, sehingga akhirnya ia diselamatkan.
Manusia tidak saja tidak bisa mengetahui perkara-perkara yang akan datang, bahkan terhadap perkara yang telah lalu pun, yang belum pernah dide-ngarnya atau dilihatnya tidak mungkin. Akan tetapi Yesus Kristus adalah Anak Allah yang kekal, maka sebelum Ia dilahirkan, sudahlah dinyatakan dengan nubuat-nubuat para nabi untuk membuktikan bahwa Ia adalah benar-benar Anak Allah; dan dikaruniakan-Nya kecakapan untuk bernubuat dan untuk membuktikan bahwa Dia Juruselamat yang diutus oleh Allah.

Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! (Mat. 16:16)

05 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 6 - Minggu 4 Kamis

Bekerjasama dengan Akwila dan Priskila
Kisah Para Rasul 18:3
Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.

Ayat Bacaan: Kis. 18:3; 1Kor. 4:12; 1 Tes. 2:9; 2 Tes. 3:8; Kis. 20:34-35; Kis. 18:3

Kisah Para Rasul 18:3 menunjukkan bahwa sewaktu Paulus melaksanakan ministri Tuhan, ia masih memiliki satu pekerjaan. Ia menunjukkan hal ini dalam 1 Korintus 4:12, “Kami melakukan pekerjaan tangan yang berat.” Lagi pula, dalam 1 Tesalonika 2:9 dan 2 Tesalonika 3:8 Paulus mengatakan bahwa ia berjerih lelah siang dan malam untuk tidak menjadi beban bagi orang-orang kudus.
Praktek Paulus berbeda dengan praktek dari banyak pekerja Kristen pada hari ini. Seringkali ketika seseorang menjadi pelayan atau misionaris, ia tidak mau lagi melakukan pekerjaan lainnya. Tetapi sewaktu Paulus melayankan firman, ia juga bekerja dengan tangannya untuk mencari nafkah. Hal ini ia lakukan tidak hanya untuk menunjang dirinya sendiri, tetapi juga untuk menunjang sekerja-sekerjanya. Mengenai hal ini ia berkata dalam Kisah Para Rasul 20:34-35, “Kamu sendiri tahu bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku. Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Sekali lagi Paulus mendirikan satu teladan yang baik.
Jika Paulus tidak menerima tunjangan keuangan yang memadai, bagaimana mungkin sekerja-sekerja mudanya dapat menerima tunjangannya? Karena perlu menunjang dirinya sendiri dan orang lain, maka Paulus terpaksa melakukan pekerjaannya membuat tenda. Ini adalah teladan yang sangat baik bagi kita pada hari ini. Butir yang kita tekankan mengenai Kisah Para Rasul 18:3 ini ialah orang-orang yang berbeban untuk melayani Tuhan, seharusnya melayani Tuhan sepenuh waktu jika lingkungan dan keuangan mengijinkan. Tetapi jika lingkungan tidak mengijinkan seseorang untuk melayani sepenuh waktu, ia tidak boleh meninggalkan bebannya. Sebaliknya, ia harus melaksanakan bebannya dan pada waktu yang sama masih harus rajin bekerja untuk memenuhi keperluannya, seperti yang dilakukan Paulus.

Sebab kamu masih ingat, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu (1 Tes. 2:9a)

04 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 6 - Minggu 4 Rabu

Allah Memerintahkan Semua Orang Bertobat
Kisah Para Rasul 17:30
Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.

Ayat Bacaan: Kis. 17:30

Karena pikiran manusia mengendalikan perbuatan manusia, bertolak belakang dengan Allah, dan tidak tertuju kepada Allah, maka manusia harus mempunyai perubahan dalam pikirannya. Dari pikiran sampai perbuatannya harus dipalingkan kepada Allah. Manusia yang berdosa bertolak belakang dengan Allah; meski ia berbuat baik, juga bertolak belakang dengan Allah. Pikirannya, perbuatannya, tidak satu pun yang tidak bertujuan, tetapi semua tujuannya tidak mengarah kepada Allah. Ia mau segalanya, tetapi tidak mau Allah. Sebab itu manusia perlu bertobat, berbalik kepada Allah; namun terlebih dulu pikirannya perlu berbalik, kemudian tindakan di luar, perbuatan di luar, bahkan seluruh hidupnya berbalik kepada Allah.
Bertobat tidak dititikberatkan pada memperbaiki kelakuan, atau terlepas dari sesuatu, melainkan dititikberatkan pada berbalik kepada Allah. Misalkan seseorang dulu senang menonton bioskop, kemudian ia merasakan ini tidak benar, lalu tidak menonton lagi. Pertobatan demikian bukan pertobatan yang dibicarakan Alkitab, tetapi pertobatan yang dibicarakan oleh dunia. Pertobatan yang dibicarakan Alkitab adalah, ia merasakan dengan menonton bioskop berarti tidak mau Allah, karena itu ia bertobat, pikirannya berbalik kepada Allah, sejak saat itu ia tidak mau menonton lagi, hanya mau Allah. Pertobatan yang tidak membuat orang berpaling kepada Allah adalah pertobatan orang dunia bukan pertobatan yang dikehendaki oleh Allah. Meskipun Anda tidak menonton bioskop, tetapi Anda mengarah kepada perkara-perkara lain (mungkin yang baik), namun pikiran Anda belum berpaling kepada Allah.
Pertobatan yang dikehendaki Allah tak lain adalah pikiran manusia berpaling kepada Allah. Memperbaiki ketidakmauannya untuk berpaling kepada Allah. Sebab itu orang yang dianggap baik dan benar oleh manusia, juga memerlukan pertobatan sedemikian. Orang yang paling baik, paling benar, bisa jadi ia juga adalah orang yang paling tidak mengarah kepada Allah. Meskipun ia tidak salah, tetapi ia tidak ada Allah; meskipun ia tidak jahat, tetapi ia tidak mau Allah. Sebab itu ia perlu bertobat, perlu dari pikiran berpaling, dari sasaran yang dulu dituju, dari kebaikan, seluruhnya berpaling kepada Allah.

… Bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu (Kis. 26:20b)

03 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 6 - Minggu 4 Selasa

Keturunan Allah
Kisah Para Rasul 17:28
Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.

Ayat Bacaan: Kis. 17:28; Luk. 3:38; Kej. 5:1-2; Yoh. 1:12-13; 3:16; 2 Ptr. 1:4; Mal. 2:10; Gal. 4:6

Menurut pujangga-pujangga yang Paulus sebut dalam ayat 28, kita adalah keturunan Allah. Manusia adalah keturunan Allah seperti halnya Adam dianggap putra Allah (Luk. 3:38). Mengatakan bahwa Adam adalah putra Allah itu bukan berarti bahwa ia lahir dari Allah dan memiliki hayat Allah. Adam hanya diciptakan oleh Allah (Kej. 5:1-2), dan Allah adalah sumbernya. Berdasarkan hal ini, ia dianggap putra Allah. Umat manusia hanya diciptakan oleh Allah, tetapi bukan dilahirkan dari Dia. Hanya kaum yang telah dilahirkan kembali dari Allah yang memiliki hayat dan sifat Allah (Yoh. 1:12-13; 3:16; 2 Ptr. 1:4). Secara alami, Allah adalah Pencipta. Ia adalah sumber dari semua umat manusia, maka Dia adalah Bapa mereka semua (Mal. 2:10). Namun, dalam arti rohaniah Dia adalah Bapa dari semua orang beriman (Gal. 4:6),yakni kaum beriman yang telah dilahirkan kembali oleh-Nya di dalam roh mereka (1 Ptr. 1:3; Yoh. 3:5-6).
Alkitab juga mewahyukan bahwa ketika kita bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus, roh kita dilahirkan dari Allah. Dihasilkan dari Allah adalah satu perkara; dilahirkan dari Allah adalah perkara lainnya. Semua manusia adalah keturunan Allah dalam arti manusia itu dihasilkan dari Allah. Tetapi kaum ber-iman adalah putra-putra Allah dalam arti mereka dilahirkan dari Allah. Tidak ada petunjuk dalam Alkitab bahwa keturunan Allah, manusia yang dihasilkan oleh Allah, memiliki hayat ilahi dengan sifat ilahi. Tetapi Perjanjian Baru mengatakan bahwa kaum beriman, yang telah dilahirkan dari Allah, memiliki hayat ilahi dan berbagian dalam sifat ilahi (2 Ptr. 1:4). Karena itu, kita harus membedakan antara keturunan Allah dan putra-putra Allah. Semua manusia adalah keturunan Allah yang dihasilkan dari Dia, tetapi kaum beriman adalah putra-putra Allah yang dilahirkan dari Dia melalui kelahiran kembali. Hal ini dengan jelas ditekankan dalam Yohanes 1:12-13: “Namun semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang dilahirkan bukan dari darah atau dari keinginan jasmani, bukan pula oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Rm. 11:36)

02 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 6 - Minggu 4 Senin

Mencari dan Menemukan Allah
Kisah Para Rasul 17:26-27
Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia...walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.

Ayat Bacaan: Kis. 17:26-27

Dalam Kisah Para Rasul 17:26 Paulus menunjukkan bahwa Allah telah menentukan musim-musim dan batas-batas kediaman dari semua bangsa. Di sini kita melihat wewenang kedaulatan Allah. Allah itu berdaulat atas seluruh bumi. Dia bukan hanya menciptakan semua bangsa dari satu orang, Adam, tetapi Dia juga menetapkan waktu-waktu dan tempat-tempat dari bangsa-bangsa itu. Migrasi-migrasi ke Amerika pada waktunya dan batas-batasnya adalah satu bukti yang kuat dari perkataan ini dan juga dari bagian pertama ayat 27. Kelihatannya Columbus yang membuka jalan dari Eropa ke Amerika; sebenarnya Allahlah yang membuka jalan itu, karena Dialah yang menetapkan musim-musim untuk penemuan tanah baru itu. Selain itu, Dialah yang menggarisi batas-batas dari semua bangsa.
Pemberitaan Paulus dalam pasal 17 ini sangat filosofis. Dari penciptaan langit dan bumi dan penyuplaian Allah bagi seluruh umat manusia, Paulus selanjutnya membicarakan tentang keberadaan umat manusia. Kita perlu belajar dari Paulus dalam memberitakan Injil. Kita dapat memulainya dengan penciptaan, tetapi kita tidak boleh tetap tinggal di sana. Sebaliknya, kita harus melanjutkan dari penciptaan membicarakan mengenai kehidupan manusia. Bila kita melakukan hal ini, kita menjamah butir yang dibutuhkan manusia. Dalam Kisah Para Rasul 17:26, Paulus dalam pemberitaannya sampai kepada kehidupan manusia di bumi.
Menurut Kisah Para Rasul 17:27, Allah membentuk bangsa-bangsa, menetapkan musim-musim mereka dan batas-batas kediaman mereka, “supaya mereka mencari Allah dan mudah-mudahan mencari-cari dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.” Karena Allah adalah Roh yang maha ada, Dia tidak jauh dari kita masing-masing. Ini berkaitan dengan Trinitas ilahi. Roh ilahi ituTritunggal. Apakah Anda mengira bahwa Roh ini adalah Roh saja dan bukan Bapa dan Putra? Allah yang tidak jauh dari kita ini benar-benar adalah Roh yang maha ada, dan Roh ini adalah Allah Tritunggal. Roh ini adalah keseluruhan Allah--Bapa, Putra, dan Roh. Hari ini Allah yang kita percayai adalah Allah yang begitu dekat dengan kita.

Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! (Yes. 55:6)

01 May 2010

Kisah Para Rasul Volume 6 - Minggu 4 Minggu

Tuhan atas Langit dan Bumi
Kisah Para Rasul 17:24
Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia.

Ayat Bacaan: Kis. 17:2, 18, 24-25; 14:15-17

Perkataan Paulus dalam Kisah Para Rasul 17 adalah suntikan imunisasi yang sangat kuat terhadap golongan Epikuros yang ateis, yang tidak mengakui Tuhan Pencipta serta pengelolaan dan pemeliharaan-Nya atas dunia; juga terhadap golongan Stoa panteis, yang menyerahkan nasib mereka kepada kehendak dewa-dewa (Kis. 17:18). Paulus membicarakan tentang Allah yang menjadikan dunia dan segala isinya. Perkataan ini ter-utama diarahkan kepada para filsuf Epikuros, yang sebagai aliran ateis, tidak percaya kepada Allah. Mereka tidak percaya kepada Sang Pencipta maupun kepada pengelolaan dan pemeliharaan-Nya. Karena itu, setelah berbicara kepada para filsuf Epikuros, Paulus selanjutnya mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan atas langit dan bumi. Dia ini benar-benar telah diabaikan oleh para filsuf Epikuros. Selain itu, Paulus menunjukkan bahwa Allah sendiri memberikan hidup, dan napas, dan segala sesuatu kepada semua makhluk. Ini adalah penyuplaian Allah. Allah menyuplaikan segala sesuatu sehingga manusia dapat hidup. Pemberitaan Paulus dalam Kisah Para Rasul 17 itu sangat baik. Ketika ia berbicara dengan orang-orang Yahudi di rumah ibadat, ia memakai Kitab Suci. Tetapi ketika ia memberitakan kepada para filsuf Epikuros, ia menyinggung penciptaan.
Dalam pasal 13 Paulus memakai Kitab Suci orang Yahudi sebagai dasar untuk memberitakan Kristus yang bangkit. Tetapi dalam pasal 14 pemberitaannya kepada bangsa bukan Yahudi adalah berdasar pada penciptaan Allah. Paulus memberi tahu bangsa bukan Yahudi bahwa “Allah yang hidup yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai perbuatan baik, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan” (Kis. 14:15-17). Di sini perkataan Paulus tidaklah filosofis, ia hanya mengumumkan bahwa ada satu Pencipta, Tuhan atas langit dan bumi, dan bahwa Dia menyuplaikan hidup, nafas, dan segala sesuatu yang diperlukan bagi kehidupan manusia di bumi.

…Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi (2 Raj. 19:15)