Hitstat

30 November 2013

Filipi - Minggu 14 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Flp. 4:5-9; 1:21


Sangat tidak logis bila setelah Paulus mengatakan pengalaman akan Kristus demikian banyaknya, kemudian dalam pasal 4 ia mengetengahkan kebajikan-kebajikan insani murni secara etis. Kebajikan-kebajikan unggul dari kehidupan kristiani yang diberikan dalam ayat-ayat ini pasti melebihi sifat-sifat insani yang alamiah, dan semua itu pasti adalah pengekspresian Kristus yang hidup dalam kita.

Seperti telah kita tunjukkan, ciri-ciri unggul ini boleh diibaratkan seperti sebuah sarung tangan yang mengekspresikan tangan, dan Kristus boleh diibaratkan seperti tangan yang sepadan dengan sarung tangan sebagai isinya. Kebajikan-kebajikan insani diciptakan oleh Allah bagaikan “sarung tangan” untuk menampung atribut ilahi sebagai realitas. Dengan kata lain, kebajikan-kebajikan insani adalah wadah untuk menampung Kristus sebagai isi ilahi. Kita memiliki kebajikan-kebajikan seperti: kebaikan hati, kebenaran, dan kehormatan. Namun semuanya itu adalah bayangan, bukan realitas; semua itu wadah atau bejana, bukan isi. Kesabaran, kebenaran, dan kehormatan ilahi barulah realitas dan hakikat kebaikan hati, kebenaran, dan kehormatan insani. Kebajikan-kebajikan kita adalah sebuah wadah kosong, sebuah sarung tangan kosong, agar Kristus masuk ke dalam kita dan menduduki setiap bagian diri kita. Tetapi, setelah Kristus menduduki batin kita, memenuhi tiap bagian batiniah kita, kemudian “sarung tangan” itu dipenuhi dengan “tangan” yang hidup. Sebuah sarung tangan yang tanpa tangan akan menjadi hampa dan tidak bernyawa; tidak saja tidak ada sesuatu yang hidup dalam sarung tangan itu, bahkan tidak ada ekspresi hidup. Namun, bila tangan telah dimasukkan ke dalam sarung tangan, sarung itu tetap sarung, tetapi sekarang ada sesuatu yang hidup di dalamnya. Setelah tangan memasuki sarung tangan, maka sarung tangan mulai memiliki ekspresi yang hidup. Pada prinsipnya, kebajikan-kebajikan kita juga demikian. Jika kebajikan-kebajikan kita tidak diduduki oleh Kristus dan mengekspresikan Dia, semuanya itu hampa dan kekurangan hayat yang sejati. Tetapi bila semua itu diduduki oleh Kristus yang hidup, semuanya itu akan dipenuhi dengan realitas dan menjadi ekspresi Kristus.

Dalam menyampaikan perkataan ini saya secara khusus berbeban terhadap kaum muda. Mungkin kaum muda tidak menyadari betapa banyaknya berkat yang mereka terima, karena mereka dapat mendengar dan menerima perkataan tentang kehidupan orang Kristen ini. Lebih dari lima puluh tahun yang lampau, banyak di antara kita menuntut Tuhan dengan ngotot, tetapi tidak ada kesempatan untuk mendengarkan perkataan yang kalian dengar hari ini. Jika kita mempunyai kesempatan itu, kita akan rela membayar harga apa pun untuk perkataan yang demikian. Tetapi tahun demi tahun berlalu, yang saya kumpulkan hanya kelongsongannya. Kaum muda, alangkah kayanya berkat yang kalian terima! Sampai-sampai mengetahui istilah “kesatuan organik” pun adalah satu berkat. Selagi saya muda, saya sama sekali tidak mengetahui apa-apa yang organik dalam kehidupan kristiani.

Alangkah indah dan bahagianya kita dapat mengenal Filipi 4:5-9 yang menunjukkan tentang ekspresi yang jelas dari kehidupan yang memperhidupkan Kristus! Dalam lukisan ini kita nampak bahwa kita harus memiliki kebaikan hati dan penawar kekhawatiran. Lagi pula, kita perlu keenam aspek pengendali dari kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Alangkah indahnya bila kita nampak hal-hal ini! Saya harap banyak di antara kita, terutama kaum muda, berdoa bagi hal-hal ini, mendoabacakan ayat-ayat yang membicarakan hal-hal ini, bersekutu tentang hal-hal ini, dan saling bersaksi tentang hal-hal ini. Dalam bagian Surat Filipi ini masih ada daerah yang luas untuk kita jelajahi, dan ada kekayaan yang tidak kunjung habis untuk kita cari dan alami.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 28

29 November 2013

Filipi - Minggu 14 Jumat



Pembacaan Alkitab: Flp. 4:5-9


Pada akhir 4:8 Paulus mengubah ungkapannya dan berkata, “Kalau ada yang disebut kebajikan, kalau ada yang patut dipuji” (Tl.). Istilah “kebajikan” di sini dalam bahasa aslinya berarti keunggulan, yaitu kekuatan etis yang ditampilkan dalam tindakan yang bersemangat. Pujian ditujukan kepada hal-hal yang layak dipuji, sebagai pendamping kebajikan. Keenam hal pertama digolongkan berdasarkan “semua yang”, sedangkan dua hal terakhir digolongkan berdasarkan “kalau ada”. Ini menunjukkan bahwa kedua hal yang disebut terakhir adalah kesimpulan dari keenam hal yang disebut terdahulu, yang mengandung sedikit kebajikan atau sifat-sifat yang unggul dan sesuatu yang patut dipuji.

Kebajikan dan pujian bukan dua aspek tambahan, melainkan sebagai nilai dari keenam aspek yang telah dikatakan di depan. Kebajikan adalah istilah umum, bukan satu aspek tertentu. Dalam kebenaran, kehormatan, kesucian, kemanisan, keadilan, dan yang sedap didengar terdapat kebajikan. Prinsipnya sama dengan pujian; dalam keenam aspek dari kehidupan kristiani ini ada sesuatu yang patut dipuji.

Dalam ayat 9 Paulus menyimpulkan, “Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” Kaum beriman bukan hanya harus memikirkan hal-hal yang disebutkan dalam ayat 8, juga harus melaksanakan hal-hal yang telah mereka pelajari, terima, dengar, dan lihat dari diri rasul. Paulus benar-benar telah hidup sedemikian rupa sehingga ia dapat mengekspresikan semua aspek yang tercantum dalam ayat 8. Jadi, kaum beriman telah belajar darinya, telah menerima darinya, telah mendengar darinya, dan telah melihat hal-hal tertentu pada dirinya. Karena itulah Paulus menyuruh mereka mengikuti dia dalam melakukan hal-hal ini.

Ayat 9 diakhiri dengan, “Dengan demikian, Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Ini adalah sebuah berkat juga janji. Allah sumber damai sejahtera adalah sumber segala hal yang disebutkan dalam ayat 8 dan 9. Melalui persekutuan kita dengan Dia dan karena Dia menyertai kita, semua kebajikan ini akan ternyata dalam hidup kita.

Dalam ayat 7 Paulus membicarakan damai sejahtera Allah, dan dalam ayat 9, Allah sumber damai sejahtera. Pertama-tama Paulus mengatakan bahwa damai sejahtera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita, kemudian mengatakan bahwa Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kita. Sesungguhnya damai sejahtera Allah dan Allah sumber damai sejahtera adalah satu. Bila Allah menyertai kita, damai sejahtera pun menyertai kita. Damai sejahtera sejati yang kita nikmati adalah Allah sendiri. Cara menikmati Allah damai sejahtera ialah melalui berdoa bersekutu dengan-Nya.

Kalau kita tidak memiliki ayat-ayat dalam Filipi 4 tentang ekspresi kehidupan yang memperhidupkan Kristus, kita tidak dapat mengetahui kehidupan macam apa ini. Teladan kehidupan semacam ini telah dirintis Tuhan Yesus selama tahun-tahun hidup-Nya di bumi. Jika Anda membaca keempat kitab Injil dengan saksama, Anda akan nampak bahwa kehidupan Tuhan Yesus mutlak berada di luar agama, budaya, dan filsafat. Selain Tuhan Yesus tidak pernah ada orang yang kehidupannya begitu murni, begitu tidak terpengaruh oleh agama, budaya, dan filsafat. Dalam kehidupan-Nya Tuhan sepenuhnya diduduki oleh Bapa. Dia sedikit pun tidak diduduki oleh unsur-unsur agama, budaya, filsafat, kebiasaan, adat istiadat, dan tradisi. Dalam jiwaNya — dalam pikiran, emosi, dan tekad-Nya — tidak ada tempat bagi agama, budaya, dan filsafat. Antero insan batiniah-Nya telah diduduki oleh Allah Bapa. Sebab itu, Tuhan dapat memperhidupkan satu kehidupan yang bebas dari pengaruh hal-hal yang agamis, budaya, dan filosofis. Kehidupan-Nya merupakan ekspresi penuh dari kehidupan ilahi. Itulah alasannya Dia dapat berkata, “Siapa saja yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9), dan “Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang tinggal di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya” (Yoh. 14:10). Dalam kehidupan-Nya di bumi, Tuhan Yesus memperhidupkan Bapa dan mengekspresikan Bapa.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 28

28 November 2013

Filipi - Minggu 14 Kamis



Pembacaan Alkitab: Flp. 4:5-9


Dalam berita terdahulu kita sudah mulai membahas beberapa kebajikan unggul dari kehidupan orang Kristen. Kita menunjukkan bahwa 4:5-9 merupakan ekspresi kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Dalam berita ini, yakni kelanjutan dari berita terdahulu, kita akan meneruskan meninjau keenam aspek pengendali dari kehidupan yang memperhidupkan Kristus.

Paulus memberi kita aspek-aspek pengendali ini dalam ayat 8, “Jadi, akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Aspek pengendali pertama dari kehidupan yang memperhidupkan Kristus ialah “semua yang benar”. Apa pun yang kita lakukan dan katakan haruslah benar. Aspek kedua ialah “semua yang mulia.” Istilah “mulia dalam bahasa aslinya berarti yang patut dihormati, layak dihormati, terhormat, disegani (1 Tim. 3:8, 11; Tit. 2:2). Aspek ketiga adalah “semua yang adil”. Ini ditujukan kepada apa yang benar di hadapan Allah dan manusia. Aspek keempat adalah “semua yang suci,” berarti tulus dalam maksud dan tindakan, tanpa campuran apa pun. Aspek kelima adalah “semua yang manis”. Istilah “manis” berarti patut dikasihi, menyenangkan, layak disayang.Aspek keenam adalah “semua yang sedap didengar.” Ini berarti semua yang bereputasi baik, menarik, memikat, dan ramah. Jika kita memperhidupkan Kristus, kehidupan kita pasti mengekspresikan semua aspek ini.

Di sini saya ingin menunjukkan bahwa semua kebajikan insani diciptakan oleh Allah. Menurut Kejadian 1:26, kita diciptakan menurut gambar Allah. Kebajikan insani kita merupakan sebuah wadah untuk menampung kebajikan ilahi. Ibarat sebuah sarung tangan dibuat menurut gambar tangan untuk menyarungi tangan. Alkitab mewahyukan bahwa gambar Allah ialah Kristus (Kol. 1:15; 2 Kor. 4:4). Karena itu, mengatakan manusia diciptakan menurut gambar Allah berarti manusia diciptakan menurut bentuk Kristus. Manusia diciptakan menurut Kristus, supaya dapat menampung Kristus dan mengekspresikan Dia. Sebuah sarung tangan dirancang menurut pola sebuah tangan, supaya dapat menyarungi tangan itu. Demikian pula, manusia dirancang oleh Allah untuk mengemban pola Kristus. Ketika Kristus masuk ke dalam seseorang, orang itu menjadi satu wadah yang menampung Kristus.

Berdasarkan perkataan Paulus, “Bagiku hidup adalah Kristus” (1:21), kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa kebajikan-kebajikan dalam 4:8 adalah aspek dari penampilan kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Karena Paulus sendiri memperhidupkan Kristus, maka ia tentu tidak mungkin menyuruh kaum saleh memperhidupkan sesuatu yang lain sebagai pengganti Kristus. Karena itu, kebajikan-kebajikan yang ia sebut dalam 4:8 pasti adalah ekspresi realitas yang diperhidupkan Paulus dan kaum saleh lainnya. Realitas ini ialah Kristus sendiri.

Tidak hanya demikian, dalam pasal 2 kita nampak Kristus sebagai teladan dan dalam pasal 3 penuntutan atas Kristus untuk mendapatkan Dia. Untuk mendapatkan Kristus, Paulus telah menganggap segala sesuatu sampah. Mana mungkin kemudian dalam pasal 4 ia menjunjung kebajikan-kebajikan insani? Ini petunjuk lain bahwa kebajikan-kebajikan dalam pasal ini bukan sesuatu yang di luar Kristus itu sendiri. Sebaliknya, kebajikan-kebajikan ini pasti adalah ekspresi Kristus yang diperhidupkan oleh kaum beriman.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 28