Hitstat

30 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Kamis

Hati Nurani Murni di hadapan Allah dan Manusia
Kisah Para Rasul 24:16
Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.

Ayat Bacaan: Kis. 24:16; 1 Tim. 1:19; 2 Tim. 3:5

Kita telah melihat bahwa perilaku Paulus dalam hati nurani yang baik di hadapan Allah adalah satu peralihan yang besar kepada Allah dari kejatuhan manusia. Paulus mengatakan perkataan ini untuk membela dirinya di hadapan orang-orang yang menuduhnya sebagai seorang pelanggar hukum dan bahkan seorang yang tercela dalam perilaku. Kesaksian Paulus dalam Kisah Para Rasul 23:1 dan 24:16 mengenai hati nuraninya memperlihatkan standar moralitasnya yang tinggi yang berlawanan dengan kemunafikan para agamawan Yahudi dan kebobrokan politisi-politisi Romawi.
Pekerjaan hati nurani adalah bersaksi terhadap kita mengenai sudahkah kita tepat terhadap Allah dan manusia? Sesuaikah semua yang kita kerjakan, pikirkan, dan ucapkan, dengan kehendak Allah, dan apakah kita tidak mengkhianati Kristus? Ketika kehidupan seorang Kristen maju, yang dipersaksikan hati nurani hampir sama dengan yang dipersaksikan Roh Kudus. Karena ketika hati nurani sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus, ketajaman hati nurani lebih maju dari hari ke hari, sehingga bisa lebih serasi dengan suara yang diberikan Roh Kudus di batin kita. Lagi pula Roh Kudus seringkali berbicara kepada orang beriman melalui hati nurani.
Kita harus memalingkan hati kita kepada Tuhan, melatih hati kita untuk percaya kepada-Nya, mentahirkan hati kita dari hati nurani yang jahat, dan memperbaruinya terus-menerus. Pembaruan hati bukanlah hal yang sekali untuk selamanya. Ketika kita bangun pagi-pagi, kita harus berdoa, “Tuhan, palingkan hatiku kepada-Mu.” Kemudian kita perlu menggunakan hati kita untuk percaya kepada Tuhan, “Tuhan, aku percaya kepada-Mu dan firman-Mu. Aku percaya penanggulangan-Mu di batin maupun di lingkunganku.” Pada butir ini kita akan merasa betapa bersalahnya kita, betapa banyaknya kekhilafan yang kita buat, dan betapa banyaknya kenajisan kita. Karena itu, kita harus mengakui segala dosa dan pelanggaran kita, agar kita dibersihkan dari hati nurani yang jahat. Setelah itu hati kita akan diperbarui sekali lagi. Demikianlah, seberapa tinggi moral kita sangat tergantung dengan kemurnian hati nurani kita.

...Sampai hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah. (Kis. 23:1)

29 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Rabu

Ada Kebangkitan Semua Orang Mati
Kisah Para Rasul 24:15
Aku menaruh pengharapan kepada Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar.

Ayat Bacaan: Kis. 24:15; Why. 20:4-6; Flp. 3:11; Dan. 12:2b; Why. 20:11-15

Kebangkitan orang benar yang adalah kebangkitan kepada hidup, juga meliputi kebangkitan yang pertama, atau yang terbaik (Why. 20:4-6). Ini bukan hanya kebangkitan kepada hayat, tetapi juga kebangkitan untuk pahala, kebangkitan yang unggul, kebangkitan yang luar biasa yang dituntut oleh Rasul Paulus (Flp. 3:11), tetapi juga orang-orang hidup yang terangkat, seperti buah sulung dalam Wahyu 14:1-5. Sedangkan kebangkitan orang-orang yang tidak benar akan terjadi setelah Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:5), yakni kebangkitan kepada penghakiman (Yoh. 5:29) bagi orang-orang yang tidak percaya setelah Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:5, 12). Semua orang tidak percaya yang mati akan dibangkitkan setelah seribu tahun untuk dihakimi di takhta putih besar (Why. 20:11-15). Maka, kebangkitan ini disebut kebangkitan penghakiman. Inilah kebangkitan yang mengenainya Rasul Paulus memperingatkan Feliks yang tidak benar dalam Kisah Para Rasul 24:15. Perkataan Paulus menunjukkan bahwa Feliks harus mempersiapkan diri sendiri untuk menghadapi kebangkitan kepada penghakiman yang akan datang.
Ada peribahasa kelompok Epikuros yang dikutip Paulus, “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati”. Jika tidak ada kebangkitan, kita kaum beriman tidak berpengharapan untuk masa depan, dan telah menjadi orang yang paling kasihan dari semua manusia (ayat 19). Hari ini banyak orang menuntut kekayaan dunia, mendambakan kemodernan dunia, ini berarti mereka sedang “pesta pora”. Mereka tenggelam di dalamnya seperti kemabukan. Hati mereka tertekan oleh kepentingan masa kini. Kita mungkin menghadiri suatu perhimpunan gereja, tetapi hati kita tidak di dalam perhimpunan karena hati kita diduduki oleh hal-hal duniawi.
Sebagai orang Kristen, kita harus sadar. Kita tidak boleh seperti orang-orang Epikuros, yang hanya ingin menikmati hidup dan tidak memperhatikan hari esok. Setiap orang yang mengatakan tidak ada kebangkitan itu tidak benar terhadap Allah dan terhadap manusia. Kita perlu berjaga-jaga setiap saat, memohon agar kita bisa menang untuk luput dari semua yang akan terjadi dan tahan berdiri di hadapan Kristus (Luk. 21:36).

Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua itu, dan tahan berdiri di hadapan Anak Manusia. (Luk. 21:36)

28 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Selasa

Percaya Segala Sesuatu yang Tertulis dalam Firman Allah
Kisah Para Rasul 24:14b
…Aku percaya kepada segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi.

Ayat Bacaan: Kis. 24:14; Ibr. 11:3; 1:3

Dalam ayat 14 Paulus juga mengatakan bahwa ia percaya kepada segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi. Di sini Paulus mengatakan bahwa ia bertindak menurut Perjanjian Lama, yang terdiri dari hukum Taurat dan para nabi. Karena itu, Paulus menegaskan dirinya sebagai seorang yang berperilaku menurut Kitab Suci. Sedikitnya ada empat sikap yang harus kita perhatikan dan lakukan saat kita membaca firman Allah.
Pertama, kita perlu menerima, menyetujui, dan percaya kepada Firman Allah dengan iman menerima Firman Allah. Misalnya, Markus 16:16 berkata, “Barangsiapa percaya dan dibaptis akan diselamatkan.” Tidak ada alasan bagi kita untuk bertanya apakah orang itu kelihatannya selamat atau merasakan apakah ia selamat. Dia diselamatkan karena Alkitab mengatakan demikian. Kedua, kita harus menyetujui Firman Allah. Misalnya, Paulus berkata di dalam Efesus 6:1, “Hai anak-anak taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena ini adalah benar.” Tetapi kita tidak dapat berpikir bahwa adalah selalu benar jika setuju dengan orang tua. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa ini adalah benar, oleh karena itu benar adanya. Ketiga, kita harus mempercayai Firman Allah. Tidak percaya dalam firman Allah adalah berasal dari suatu hati yang jahat dari ketidakpercayaan (Ibr. 3:12). Jangan pernah meragukan Firman Allah. Keempat, emiliki iman melalui mendengar firman Allah. Roma 10:17 berkata, “Jadi iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh iman Kristus.” Kita lahir tanpa iman. Kita tidak dapat menyuplai iman untuk percaya. Namun, ketika kita mendengar firman Allah, iman diinfuskan ke dalam roh kita.
Demikianlah, semakin cepat kita menyetujui Firman Allah, semakin cepat berkat kita terima. Jika kita menerima firman Tuhan dengan menyetujuinya, mempercayainya, bertindak atasnya, dan berdoa menurutnya, apapun juga yang Alkitab katakan bukan hanya menjadi suatu janji bagi kita melainkan juga suatu fakta perampungan sebagai suatu warisan bagi kita. Ketika kita mengatakan “Amin” kepada Firman Allah, semua janji Allah akan menjadi nyata bagi kita (2 Kor. 1:20). Haleluya!

…Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. (2 Tim. 3:15)

27 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Senin

Melayani Allah dengan Menganut Jalan Tuhan
Kisah Para Rasul 24:14a
Tetapi aku mengakui kepadamu bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut aliran.

Ayat Bacaan: Kis. 24:14

Dalam Kisah Para Rasul 24:14 Paulus menyaksikan bahwa menurut jalan yang disebut aliran oleh para penentang itu ia melayani Allah nenek moyang mereka. Dalam bahasa aslinya kata “melayani” adalah “melayani sebagai imam”. Cara Paulus melayani Allah adalah cara ekonomi Perjanjian Baru Allah. Karena itu, cara Paulus melayani berbeda dengan cara orang Yahudi lainnya. Melayani Allah sebagai imam berarti di hadapan Allah menangani segala sesuatu yang berhubungan dengan penyembahan kepada Allah. Hal ini menuntut kita senantiasa dekat dengan Allah dan berdiri di hadapan-Nya sehingga kita mengetahui apa yang berkenan kepada-Nya.
Janganlah kita melayani Allah berdasarkan pikiran kita, tetapi harus berdasarkan perasaan di dalam kita. Tidak saja perkaranya harus benar, jalan dan sumbernya juga harus benar. Kita mungkin masih mempunyai banyak kekurangan, namun jika sumbernya benar, jalannya benar, akhirnya masih dapat diperbaiki dan mudah dipimpin untuk mencapai taraf diperkenan Allah. Jadi, dalam melayani Tuhan, hal pertama yang harus kita perhatikan bukan urusannya, melainkan sumbernya; bukan melakukan apa, tetapi melakukan berdasarkan apa. Segala hal dalam pelayanan harus timbul dari dalam roh kita yang telah berbaur dengan Roh Allah.
Seorang dosen mengundang seseorang pejabat militer berkebangsaan Inggris ke suatu “perjamuan ikan” yang ia buat khusus untuk sahabatnya itu. Ia sendiri merasa sangat puas; karena di tempat yang sulit mendapatkan ikan, ia justru menemukan seorang “koki ahli masakan ikan” dan dapat mengadakan “perjamuan ikan”. Tetapi ada satu hal yang di luar dugaan. Dosen itu sendiri ternyata adalah seorang yang tidak makan ikan! Akibatnya, sahabat Inggrisnya itu hanya makan roti hamburger, yang lainnya sama sekali tidak dimakannya. Demikianlah, banyak kegairahan dan kegiatan orang Kristen sepertilah dosen itu. Mereka hanya menuruti kegairahan alamiah sendiri, menganjuri orang melakukan ini dan itu. Akibatnya, walaupun telah melakukan banyak, sedikit pun tidak bisa berkenan kepada Allah! Apapun yang kita lakukan haruslah seturut perkenan dan jalan Tuhan bukan jalan dan kegairahan kita sendiri.

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6)

26 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Minggu

Penyakit Sampar dan Penyebab Kekacauan
Kisah Para Rasul 24:5
Kami dapati bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari aliran Nasrani.

Ayat Bacaan: Kis. 24:5; 1 Kor. 9:22; Rm. 10:1

Tertulus adalah seorang pengacara, pembela, dan orang yang mengerti prosedur hukum Romawi, malahan menuduh Paulus sebagai penyakit sampar. Penyakit sampar artinya penuh dengan kuman-kuman jahat yang mudah menular kepada orang lain. Namun, Paulus penuh dengan “kuman-kuman yang positif” yaitu diri Kristus yang bangkit, sehingga ia dapat “menularkan” Kristus kepada orang lain bagi perkembangbiakan-Nya. Kita semua harus menjadi “penyakit sampar” yang demikian. Paulus adalah orang yang bergairah merebut jiwa orang. Ia berkata, “. . . supaya aku sedapat mungkin memenangkan (menyelamatkan) beberapa orang dari antara mereka” (1 Kor. 9:22). “Keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka (orang Israel) diselamatkan” (Rm. 10:1). Sekujur dirinya penuh dengan “kuman Injil”, dalam pandangan orang, ia seperti penyakit sampar (Kis. 24:5).
Sorang yang melayani Tuhan harus memiliki satu karakter yaitu kecintaan untuk mengontaki orang. Kontak kita dengan Tuhan adalah satu hal, dan kontak kita dengan orang adalah hal lain. Tuhan tidak pernah pergi ke mana pun tanpa mengontaki orang. Ke mana pun Dia pergi, Dia mengontaki orang. Dia mengontaki orang di setiap tempat. Dia siap sedia di segala waktu; oleh karena itu, Dia dapat memberi kasih karunia di segala waktu dan dapat mengontaki semua jenis orang. Di antara kita, kasih karunia ini tidak cukup menjalar, karena kita terlalu menyendiri.
Kita sebaiknya datang lebih awal di setiap sidang. Mengapa? Ini bermanfaat untuk mengontaki orang-orang, sekalipun hanya lima atau sepuluh menit. Jika kita mengontaki dua orang sebelum dan sesudah tiap sidang, satu minggu kita telah mengontaki paling sedikit sepuluh orang dalam lima kali sidang. Jika kita memiliki karakter ini, kita akan secara spontan senang berkontak dengan orang. Kita dapat berbincang-bincang dengan mereka, bertanya tentang pekerjaan mereka dan keadaan mereka di hadapan Tuhan. Terkadang percakapan yang sederhana ini justru dapat memberi pertolongan yang sangat besar pada orang-orang. Kita perlu kasih karunia untuk berkontak dengan orang lain dan membagikan kasih karunia yang kita nikmati kepada orang lain pula.

....Pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. (Ef. 4:29)

25 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Sabtu

Kedaulatan Penyelamatan Tuhan (2)
Kisah Para Rasul 23:23-24
Sediakan juga beberapa keledai tunggangan untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat.
Mazmur 91:14
Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya.

Ayat Bacaan: Kis. 23:16-24:27

Dalam Kisah Para Rasul 23:16-24:27 kita melihat bahwa Paulus dipindahkan kepada Feliks, gubernur Romawi di Kaisarea secara rahasia. Ketika kepala pasukan Romawi mendengar komplotan yang melawan Paulus, ia memakai kuasa dan hikmatnya untuk mengirimkan Paulus dari Yerusalem ke Kaisarea, di mana gubernur propinsi Yudea berada. Mengenai hal ini, kepala pasukan Romawi memakai kekuasaannya sedemikian rupa sehingga ia menyuruh dua ratus orang prajurit, tujuh puluh orang berkuda dan dua ratus orang bertombak untuk memindahkan Paulus dari Yerusalem ke Kaisarea. Orang-orang yang berkomplot melawan Paulus tidak pernah membayangkan bahwa kepala pasukan Romawi akan melakukan tindakan demikian. Mereka berharap membunuh Paulus pada hari berikutnya. Tetapi pada malam itu, kepala pasukan Romawi mengirimkan Paulus keluar dari Yerusalem di tengah-tengah pengawalan empat ratus tujuh puluh prajurit. Di sini kita kembali melihat kedaulatan Tuhan.
Allah itu berdaulat dan Dia mengatur segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang kita perlukan. Dalam kedaulatan-Nya, Dia membuat segala hal, segala perkara, dan semua orang untuk bekerja bersama demi kebaikan orang-orang yang mengasihi Dia dan yang telah dipanggil oleh-Nya sampai pada akhirnya mereka dapat menggenapkan tujuan-Nya. Itulah sebabnya, terhadap setiap pengaturan situasi dari Allah, kita perlu belajar untuk tidak mengeluh. Allah sejak dini sudah menetapkan tujuan hidup kita. Tetapi tujuan hidup ini tidak dapat tergenap tanpa pengaturan ilahi. Di sinilah diperlukan adanya kedaulatan Allah untuk mengatur lingkungan kita sehingga segala sesuatu dapat bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan bagi kita sesuai dengan tujuan-Nya. Kita harus berkata kepada Tuhan, “Ya Tuhan, aku bisa salah, dan sering salah, tetapi Engkau selamanya tidak pernah salah. Bahkan semua kesalahanku ada dalam tangan-Mu. Kalau Engkau tidak mengijinkan aku salah, asal Engkau menggerakkan jari-Mu dan mengubah keadaan, pasti aku tidak sampai berbuat kesalahan. Segala sesuatu ada dalam tangan-Mu”. Karena itulah kita semua harus terhibur atas tangan kedaulatan Tuhan dalam hidup kita.

....Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia...yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rm. 8:28)

24 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Jumat

Kedaulatan Penyelamatan Tuhan (1)
Kisah Para Rasul 23:16
Akan tetapi kemenakan Paulus, anak dari saudaranya perempuan mendengar tentang penghadangan itu. Ia datang ke markas dan masuk untuk memberitahukan hal itu kepada Paulus.

Ayat Bacaan: Kis. 23:9-24; 1 Tes. 5:18

Apa yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 23 memperlihatkan ke-daulatan Tuhan yang secara diam-diam menyelamatkan hidup Paulus. Walaupun Allah kelihatannya tidak di sana, sebenarnya Dia dengan kedaulatan-Nya merawat Paulus. Allah dengan kedaulatan-Nya mengatur kepala pasukan Romawi, mengambil Paulus dan membawanya ke markas ditengah-tengah keributan (Kis. 23:9-10). Kemudian Allah mengatur melalui kemenakan Paulus (anak dari saudaranya perempuan) dan kepala pasukan Romawi, menyelamatkan Paulus dari rencana pembunuhan (Kis. 23:16-24). Semua kejadian ini bukan suatu kebetulan tetapi semuanya diatur oleh Allah yang tersembunyi dalam rawatan-Nya yang rahasia bagi umat-Nya.
Dengan prinsip yang sama, dalam Perjanjian Lama, Kitab Ester, juga memperlihatkan pada kita usaha Allah yang berdaulat untuk merawat umat-Nya meskipun Dia tersembunyi. Walaupun Allah menyembunyikan diri-Nya (nama Allah bahkan tidak disebutkan dalam kitab ini) dan umat Allah tidak dapat melihat Dia, tetapi rawatan-Nya kepada mereka sangat nyata.
Allah kita Mahaada, Mahakuasa, penuh belas kasihan, dan penuh pengampunan. Dia juga Allah yang tersembunyi. Orang mungkin akan bertanya kepada kita, “Dimanakah Allahmu? Di manakah kerajaan-Nya?” Kita dapat menjawab demikian, “Allah-ku itu tersembunyi. Saya tidak dapat melihat Dia, dan Anda juga tidak dapat melihat-Nya. Tetapi Anda harus sadar bahwa cepat atau lambat Allah-ku yang tersembunyi ini akan melakukan sesuatu untuk kepentinganku dan Dia akan menanggulangi mereka yang tidak percaya kepada-Nya.” Kita perlu menyadari bahwa hari ini di dalam zaman gereja, Allah yang Mahakuasa yang kita layani masih menyembunyikan diri-Nya sendiri, terutama ketika Dia sedang membantu kita. Sering kali ketika kita menemui masa yang sulit, keli-hatannya Allah tidak ada di sana dan kita tidak melihat Dia. Tetapi sesungguhnya Dia sedang melakukan banyak hal untuk merawat kita secara diam-diam demi tujuan dan ekonomi-Nya. Kita harus memiliki iman bahwa Allah dengan diam-diam memperhatikan kita. Tidak peduli kelihatannya baik atau buruk, semua berasal dari Tuhan, dan Dia merancangkan yang terbaik di hati-Nya.

Sungguh, Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel, Juruselamat. (Yes. 45:15)

23 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Kamis

Berani Bersaksi Tentang Aku
Kisah Para Rasul 23:11
Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisinya dan berkata kepadanya: “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.

Ayat Bacaan: Kis. 23:11; 2 Tim. 1:7; Rm. 12:11

Perkataan Tuhan dalam Kisah Para Rasul 23:11 tentang Paulus dengan berani mempersaksikan Dia di Yerusalem menandakan bahwa Tuhan mengakui bahwa Paulus benar-benar memikul kesaksian tentang Dia di Yerusalem. Kesaksian berbeda dengan sekadar pengajaran. Bersaksi memerlukan pengalaman akan melihat, berbagian, dan menikmati. Inilah dasar kesaksian. Kita tidak dapat bersaksi atas perkara yang tidak kita lihat, yang tidak kita dengar, dan yang tidak kita nikmati. Paulus telah melihat dengan matanya sendiri, ia pun telah mendengar dengan telinganya sendiri, kemudian ia bersaksi atas apa yang ia lihat dan yang ia dengar itu.
Kristus ingin merampungkan ministri surgawi-Nya bagi pengembangbiakan diri-Nya supaya Kerajaan Allah dapat didirikan dan bagi pembangunan gereja-gereja sebagai kepenuhan-Nya. Kristus yang naik ke surga tidak menggunakan sekelompok pemberita yang dilatih oleh pengajaran manusia untuk melakukan pekerjaan pemberitaan, tetapi sekelompok saksi-saksi, para martir, yang memikul kesaksian hidup bagi Kristus yang menjadi daging, tersalib, bangkit, dan naik ke surga. Saksi-saksi itu memikul kesaksian yang hidup dari Kristus yang bangkit dan naik ke surga untuk menjadi hayat k. Semua rasul dan murid-murid dalam kitab Kisah Para Rasul adalah saksi-saksi Kristus yang demikian.
Hari ini, Tuhan juga meminta kita untuk berani bersaksi, berani menderita, dan berani kehilangan segala sesuatu bagi-Nya. Begitu kita mulai merasa takut bersaksi bagi Tuhan, kita harus segera sadar bahwa roh kita sudah padam. Kita harus menjaga roh kita agar selalu dalam keadaan “tidak takut” dan selalu membara (Rm. 12:11). Keberanian kita untuk bersaksi bagi-Nya berasal dari Allah. Yang Allah berikan kepada kita adalah roh yang membangkitkan kekuatan (2 Tim. 1:7). Ketika Martin Luther pergi ke Worms untuk diadili, ia pergi dengan berani. Banyak orang yang menganjuri dia untuk tidak pergi, “Di Worms...mereka bisa membakar Anda hidup-hidup,” Tetapi Martin Luther menjawab, “Meskipun di sepanjang jalan yang menuju Worms dan Wittenberg mereka menyalakan api,...aku demi nama Tuhan akan melewatinya,...dan aku tetap mengakui Tuhan Yesus Kristus.”

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (2 Tim. 1:7)

22 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Rabu

Kuatkanlah Hatimu
Kisah Para Rasul 23:11
Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisinya dan berkata kepadanya, ”Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah engkau harus bersaksi di Roma.”

Ayat Bacaan: Kis. 20:22-24; Luk. 7:20-23; Mzm. 27:14; Why. 12:11

Tuhan mendorong Paulus agar ia tetap menguatkan hatinya untuk bersaksi di Roma seperti yang telah dilakukannya di Yerusalem (Kis. 23:11). Kali ini, Tuhan memang tidak melakukan suatu keajaiban untuk membebaskan Paulus dari belenggunya, namun kondisi ini adalah kehendak Tuhan bagi Paulus. Peristiwa ini mengingatkan kita kepada kisah Yohanes Pembaptis. Tuhan tidak melakukan mujizat apapun untuk menolong Yohanes Pembaptis, meskipun Ia melakukan banyak mujizat untuk menolong orang lain (Luk. 7:21). Bahkan Dia berkata, “Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” (Luk. 7:23). Ketika kita menjumpai penderitaan, yang paling kita harapkan adalah Tuhan segera mengulurkan tangan-Nya menolong kita. Namun banyak orang, ketika nampak bahwa apa yang Tuhan kerjakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkan ternyata merupakan kehendak-Nya, hati mereka menjadi kecewa dan mulai menyalahkan Tuhan. Saudara-saudari, setelah kita menjadi orang Kristen, hati kita perlu senantiasa dikuatkan agar dalam segala keadaan, kita tetap dapat dengan teguh bersaksi bagi Tuhan. Mazmur 27:14 berkata, “Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!”
Ketika penderitaan datang dan kita mulai mencucurkan air mata untuk diri sendiri, kita akan menjadi orang-orang yang lemah, kehilangan kesaksian kita, mundur dari pekerjaan Allah dan menjadi tidak berguna. Demi melayani Allah, hati kita perlu diperlengkapi dengan tekad menderita agar hati kita menjadi kuat. Mempunyai tekad menderita berarti mempunyai senjata untuk mengatasi dan menaklukkan segala sengsara. Sehat atau sakit, cerah atau hujan, panas atau dingin, sulit, sengsara, bahkan matipun, kita tetap teguh berdiri bagi Tuhan. Tekad menderita adalah suatu senjata, dan ini membuat Iblis tak berdaya mengalahkan kita. Saudara saudari, kalau semula Tuhan pernah sekali menggerakkan kita, memerintahkan kita menempuh satu jalan, kita tidak boleh berhenti. Tuan Muller berkata, “Kunci rahasia seseorang bila ingin mendapatkan kesuksesan yang besar di hadapan Allah, tergantung pada tetap bertahan, bahkan sampai pada setengah jam yang terakhir.”

Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka, Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka... (Why. 12:11)

21 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Selasa

Mengharapkan Kebangkitan Orang Mati
Kisah Para Rasul 23:6
Karena tahu bahwa sebagian dari mereka orang Saduki dan sebagian orang Farisi, ia berseru... Saudara-saudara, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharapkan kebangkitan orang mati.

Ayat Bacaan: Kis. 16: 22-26; 2 Kor. 1:8-10; 4:8-11

Di depan Mahkamah Agama Paulus dihakimi oleh orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki. Orang-orang Saduki adalah orang-orang yang tidak percaya kepada kebangkitan dan roh, tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya. Paulus mengetahui perkara ini, dan memanfaatkannya untuk menyelamatkan nyawanya dari para penganiaya. Dengan hikmat, ia mengumumkan bahwa dirinya adalah orang Farisi dan bahwa ia dihakimi karena mengharapkan kebangkitan orang mati.
Kepercayaan Paulus akan kebangkitan, bukanlah kepercayaan yang kosong. Allah seringkali menaruh rasul Paulus ke dalam situasi maut (Kis. 14:5, 16:22-23, 21:30). Namun Allah pun membimbing rasul masuk ke dalam pengalaman kebangkitan. Dalam 2 Korintus 1:9-10 Paulus berkata, “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Ia telah dan akan menyelamatkan kami dari kematian yang begitu ngeri.”
Fakta Alkitab membuktikan Tuhan Yesus tidak berhenti pada kematian, tetapi Ia bangkit dari antara orang mati. Di dalam-Nya ada hayat kebangkitan yang lebih kuat daripada maut. Fakta ini adalah suatu prinsip yang harus dibuktikan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Ada seorang saudara yang secara alamiah sangat sabar, ramah, dan baik. Suatu hari, Allah membawanya ke dalam “situasi maut” dengan membiarkan teman-teman, sanak keluarga, dan rekan kerjanya menekan, menipu, dan melukainya, sampai dirinya tidak tahan dan mulai marah. Saat itu barulah ia nampak bahwa kesabaran dan kebaikan alamiahnya tidak mampu bertahan menghadapi maut (ujian yang besar). Ia mengangkat kepalanya dan berkata kepada Allah kebangkitan, “Ya Allah, kesabaranku telah habis; nyatakanlah kesabaran-Mu dari dalamku.” Inilah kebangkitan, yaitu ketika kita dengan takjub menemukan kesabaran di tengah-tengah situasi maut. Segala sesuatu yang kita kira dapat kita lakukan, kita tahan atau kita lawan, semuanya itu bisa gagal dan lenyap. Satu-satunya yang sanggup bertahan adalah hayat kebangkitan Kristus di dalam kita.

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. (2 Kor. 4:10)

20 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Senin

Hati Nurani yang Murni di Hadapan Allah
Kisah Para Rasul 23:1
Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata, “Saudara-saudara, sampai hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.”

Ayat Bacaan: Kis. 24:16; Mal. 3:2-31; Tim. 1:5, 19, 3:9; Tit. 1:15

Rasul Paulus mengatakan bahwa ia hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah (Kis. 23:1). Arti dari hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah adalah dalam hidupnya, Paulus memiliki hati nurani yang suci yang dibersihkan dari campuran apa pun (1 Tim. 3:9). Ia tidak memiliki motivasi yang lain selain Allah, dan Allah berkenan terhadap dirinya. Di antara rasul dan Allah tidak terdapat sekatan apapun.
Allah ingin hati nurani kita murni (1 Tim. 1:5). Setelah percaya Tuhan, setiap orang Kristen harus melatih hati nuraninya agar tetap murni di hadapan Allah. Kemurnian tidak saja menuntut penumpasan dosa dan daging, bahkan juga benda-benda, manusia, dan perkara-perkara yang bukan berasal dari Allah pun harus ditumpas.
Agar dapat mempertahankan hati nurani yang murni, pertama-tama kita perlu mempunyai kebiasaan mengaku dosa. Setiap kali hati nurani kita memberitahukan dosa-dosa kita dalam apa yang kita pikirkan, tuturkan dan lakukan, apabila kita enggan mengakui dan membereskannya, dosa-dosa itu akan bertumpuk di dalam kita sehingga hati nurani kita menjadi cemar dan tumpul (Tit. 1:15). Kedua kita perlu menanggalkan segala sesuatu yang bukan berasal dari Allah. Apa yang Allah inginkan, itu juga yang kita inginkan dan apa yang tidak Allah inginkan, kita rela menanggalkannya, karena hati kita hanya mau Allah.
Misalnya, seorang saudari bersaksi bahwa selama berdoa ia diterangi Tuhan untuk tidak lagi memakai gaun-gaun yang modis. Ia merasakan Tuhan menunjuk gaunnya yang modis itu dan memberinya perasaan bahwa ia tidak dapat memakai gaun itu lagi. Inilah penerangan Roh Kudus yang bersinar di atas dirinya, sehingga gadis itu berdoa, “Tuhan, ampuni aku, dan selamatkan aku dari gaun yang modis ini.” Bukan masalah baik atau tidak baik, melainkan murni atau tidak murni (Mal. 3:2-3). Kesulitan kita hari ini adalah kita tidak taat dalam hal penanggulangan atau tidak menanggulangi dengan serius. Seberapa murni hati nurani kita di hadapan Allah tergantung pada seberapa besar ketaatan kita terhadap Allah.

Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka. (1 Tim. 1:19)

19 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Minggu

Hati Nurani Kaum Beriman
Kisah Para Rasul 23:1
Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata, “Saudara-saudara, sampai hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.”

Ayat Bacaan: Kej. 3:23; 6:5; 9:6; 1 Yoh. 3:20-21; Ibr. 4:7

Setelah manusia jatuh dan diusir dari Taman Eden (Kej. 3:23), Allah di dalam pengaturan ekonomi-Nya menghendaki manusia bertanggung jawab kepada hati nuraninya sendiri. Tetapi manusia tidak hidup menurut hati nuraninya, malah jatuh lebih jauh ke dalam perbuatan jahat (Kej. 6:5). Karena itu, hidup dengan hati nurani yang tidak bercela di hadapan Allah, seperti yang Paulus lakukan, adalah satu perpalingan yang besar dari ke-jatuhan manusia kepada Allah.
Paulus dapat bersaksi bahwa hati nuraninya murni, tidak bercela atau tanpa tuduhan (1 Yoh. 3:20-21). Ketika kehidupan seorang Kristen maju, yang dipersaksikan hati nurani hampir sama dengan yang dipersaksikan Roh Kudus. Karena Roh Kudus berbicara kepada orang beriman melalui hati nuraninya.
Saudara saudari, maukah kita membiarkan hati nurani menurut maksud Roh Kudus menerangi segala dosa kita? Kalau kita tidak mau, dan merasa takut, ini menyatakan bahwa masih banyak perkara yang perlu dihakimi, perlu diserahkan kepada salib. Kita belum mau sepenuhnya taat kepada Allah, belum sepenuhnya hidup menurut Roh. Persekutuan kita dengan Allah pun belum sempurna, karena masih banyak sekatan di sana sini. Oleh sebab itu, kaum beriman tidak seharusnya melakukan dosa yang besar dulu baru mengaku dosa, tetapi membiarkan Roh Kudus melalui hati nurani memberitahukan dosanya kepadanya satu per satu.
Hati nurani diibaratkan seperti sebuah jendela, yaitu jendela roh kita. Dari hati nuranilah, terang surgawi dapat menyorot masuk ke dalam kita. Jika jendela hati nurani kita tidak pernah dibersihkan, satu dosa demi satu dosa terus bertumpukan, maka jendela ini makin buram dari hari ke hari, dan terang pun sulit tembus ke dalam. Demikianlah hati nurani kita menjadi tumpul dan kita pasti mengalami kemunduran rohani. Sebaliknya, jika kita senantiasa menaati teguran hati nurani, jendela kita makin lama akan makin terang, dan kita semakin mudah memahami maksud Roh Kudus di atas diri kita. Ibrani 4:7 mengatakan, “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!”

Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah. (1 Yoh. 3:21)

18 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 2 Sabtu

Pembelaan Paulus sebagai Warga Negara Roma
Kisah Para Rasul 22:29
Lalu mereka yang harus mencambuk dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah tahu bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah warga negara Roma.

Ayat Bacaan: Kis. 17:26-27; 25:11; Ef. 1:11; Why. 1:5; 19:16; Yoh. 17:2

Allah meninggikan manusia Yesus, sebagai: 1) Pemimpin yang Maha tinggi, Pangeran, Penguasa atas raja-raja untuk menguasai dunia (Why. 1:5; 19:16); dan 2) Juruselamat untuk menyelamatkan umat pilihan Allah. Pemimpin berhubungan dengan otoritas-Nya dan Juruselamat berhubungan dengan karunia keselamatan-Nya. Dia berdaulat memerintah atas bumi dengan otoritas-Nya sehingga situasinya boleh sesuai bagi umat pilihan-Nya untuk menerima karunia keselamatan (Kis. 17:26-27, Yoh. 17:2).
Setelah kebangkitan dan kenaikan Kristus, penyebaran Injil dipermudah oleh bahasa-bahasa yang umum, pemerintahan tunggal, jalan-jalan, dan peraturan-peraturan dalam negeri yang ditetapkan bangsa Romawi. Meskipun Perjanjian Baru hampir seluruhnya ditulis oleh orang Yahudi (kecuali Lukas), Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, bukan bahasa Ibrani. Saat itu warga negara Roma berada di bawah perlindungan hukum yang sepenuhnya. Paulus memanfaatkan hal ini. Ketika dia disesah, dia protes kepada perwira yang bertugas, “Bolehkah kamu menyesah seorang warga negara Roma, apalagi tanpa diadili?” (Kis. 22:25). Kepala pasukan itu takut “setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Roma” (ayat 29). Ter-akhir ketika orang-orang Yahudi, bangsanya sendiri, menuduh dia di hadapan Festus, dia menuntut haknya sebagai seorang warga negara Roma dan naik banding kepada Kaisar (Kis. 25:11).
Bangsa Romawi menyebut tanah-tanah atau negeri-negeri yang ditaklukkannya sebagai propinsi, contohnya Galatia, Asia, Akhaya, dan Makedonia. Dengan disatukannya semua propinsi ini, orang-orang bebas menyeberangi perbatasan tanpa hambatan. Situasi ini memudahkan orang untuk menyebarkan Injil. Kapal-kapal tersedia untuk menyeberangi Laut Tengah. Jalan-jalan dibangun bangsa Romawi melintasi seluruh kekaisaran. Hari ini teknologi berkembang dengan cepat, kita dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain. Atas kedaulatan Tuhan kita hidup di Indonesia, banyak orang di sekitar kita yang belum menerima karunia keselamatan. Mari kita manfaatkan situasi ini, memberitakan injil kepada orang-orang yang ada di sekitar kita.

Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia,...juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya. (Kol. 1:6)

17 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 2 Jumat

Diutus Kepada Bangsa Lain
Kisah Para Rasul 22:21
Tetapi kata Tuhan kepadaku: “Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain.”

Ayat Bacaan: Kis. 22:16; 26:19; 1 Tim. 1:12

Dalam Kisah Para Rasul 1:8 Tuhan berpesan kepada murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi-Nya di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. Menjelang akhir pasal 9, Tuhan telah melakukan banyak hal untuk mempersiapkan jalan bagi Petrus guna membuka pintu bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dia juga mempersiapkan Paulus untuk menjadi orang yang pergi memberitakan injil kepada bangsa-bangsa lain.
Dari zaman ke zaman Allah di dalam kedaulatan-Nya mempersiapkan orang untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Contohnya: Hudson Taylor. Ia lahir di Barnsley, Inggris. Pada tahun 1830 ayahnya merasakan kondisi yang kasihan atas berjuta-juta orang di Cina yang menyembah berhala. Ia berdoa supaya Allah memberinya seorang anak laki-laki yang mengabdi bagi Cina. Walau Ia tidak mengatakan apa-apa tentang keinginan khususnya pada Hudson. Ketika berumur empat atau lima tahun, Hudson sering berkata, “Kelak aku dewasa, aku ingin menjadi seorang misionaris ke Cina.” Hudson berusaha mempersiapkan dirinya sendiri bagi jenis kehidupan yang lebih keras di Cina. Ia juga mulai melakukan apa yang dikerjakan oleh orang Kristen, ia membagi-bagikan traktat, mengajar sekolah minggu, mengunjungi orang miskin dan orang sakit. Ia banyak belajar Alkitab dan berdoa. Ia dengan bersemangat belajar bahasa Cina walau tidak memiliki guru dan tidak mampu membeli buku atau kamus tata bahasa Cina. Kerja keras dan kepintarannyalah yang mengerjakan keajaiban. Dalam beberapa minggu ia dan sepupunya ada di toko dan telah menemukan arti lebih dari 500 huruf. Pada tahun 1866 ia sekeluarga dan enam belas orang lainnya menjadi kelompok pertama dari China Inland Mission (CIM). Pada tahun itu ada dua pos yang didirikan. Dan di akhir bulan Maret 1895, CIM memiliki 621 anggota dan menetap di 122 pos pusat.
Tuhan mengutus kita untuk menjadikan semua bangsa murid Tuhan (Mat. 28:19). Kita perlu memberitakan Injil kepada semua orang. Ini harus menjadi visi dan realitas kehidupan kita. Kita perlu pergi membagikan traktat, buku-buku Injil, dan memberitakan Injil kepada semua orang.

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” (Yes. 6:8)

16 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 2 Kamis

Dosa-dosa Disucikan sambil Berseru kepada Nama Tuhan
Kisah Para Rasul 22:16
Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!

Ayat Bacaan: Kis. 22:1-21; Rm. 10:8, 12

Berseru kepada nama Tuhan dalam Kisah Para Rasul 22:16 adalah sarana bagi Paulus untuk mencuci bersih dosa-dosanya yang me-nangkapi begitu banyak orang beriman yang berseru kepada nama Tuhan. Semua orang beriman tahu bahwa Paulus pernah menganggap menyeru nama Tuhan sebagai tanda orang yang seharusnya ditangkap (Kis. 9:14, 21). Sekarang dia telah berpaling kepada Tuhan dan memberi dirinya dibaptis, Ananias menyuruh dia menyeru nama yang dahulu dibencinya, secara terbuka mengakui Tuhan yang pernah dia aniaya. Melalui menyeru nama Tuhan, maka Paulus dapat membasuh dosa-dosanya yang menganiaya dan menangkapi para penyeru nama Tuhan di hadapan Allah dan semua orang beriman.
Mengajak orang-orang yang dibaptis untuk berseru kepada nama Tuhan merupakan suatu praktek yang baik. Sebagaimana kita bernafas dan makan pada waktu yang sama, demikian juga pada waktu yang sama seseorang dibaptis dan berseru kepada Tuhan. Peralihan yang terjadi melalui baptisan itu dikuatkan dengan seruan seseorang kepada nama Tuhan. Karena itu, marilah kita mengajak orang-orang yang akan kita baptis untuk berseru kepada nama Tuhan Yesus dan dengan demikian memiliki suatu pengalihan yang lebih kuat, keluar dari Adam dan masuk ke dalam Kristus.
Berseru kepada nama Tuhan adalah suatu keperluan dalam kehidupan kristiani kita. Semakin Anda berseru kepada nama Tuhan Yesus, Anda akan semakin dibawa keluar dari hal-hal yang lama ke dalam hal-hal yang baru. Ketika kita berseru kepada nama Tuhan, kita akan mengalami satu peralihan yang riil. Kita akan dibawa masuk ke dalam alam yang lain; kita akan dibawa ke dalam Kerajaan Allah. Kapan saja kita berseru kepada nama Tuhan, Dia memiliki kesempatan dan kedudukan untuk menyebarkan diri-Nya sendiri di dalam kita. Menyeru nama Tuhan juga berarti berteriak kepada-Nya dan mengalami pernafasan rohani (Rat. 3:55-56). Melalui berteriak dan bernafas kita menghembus dan menghirup. Menghirup selalu mengikuti menghembus. Melalui menyeru nama-Nya semua hal yang dosa, jahat, dan najis akan dihembuskan keluar–kekayaan Tuhan–akan dihembuskan ke dalam kalian.

Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. (Rm. 10:12b)

15 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 2 Rabu

Menjadi Saksi Terhadap Apa yang Dilihat dan Didengar
Kisah Para Rasul 22:15
Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar.

Ayat Bacaan: Kis. 22:3-15

Dasar kesaksian ialah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar. Kita tidak dapat bersaksi atas perkara yang tidak kita lihat, kita juga tidak dapat bersaksi atas perkataan yang tidak kita dengar. Paulus telah melihat dengan matanya sendiri, ia pun telah mendengar dengan te-linganya sendiri, kemudian Allah menyuruhnya bersaksi atas apa yang ia lihat dan yang ia dengar itu (Kis. 22:14-15). Melihat dan mendengar dalam pengalaman rohani adalah menjamah dan mengalami Tuhan.
Kita mungkin mempunyai banyak perkataan untuk membicarakan Allah dan bersaksi bagi Allah. Kita dapat berkata bahwa Allah begini dan Allah begitu, tetapi tanpa diri kita terlebih dulu menjamah dan mengalami Allah, maka semua perkataan kita sendiri tidak berguna. Mungkin kita dapat menghafalkan satu, sepuluh dan bahkan seratus judul perkataan (khotbah) bagi Allah. Tetapi ke-saksian bukanlah hasil perbuatan manusia, melainkan Allah yang menyatakan keadaan-Nya sendiri dan apa adanya Dia. Karena itu, jika Allah tidak berbicara, tidak ada kesaksian. Jika Allah tidak menyatakan keadaan-Nya sendiri, tidak ada seorang pun yang dapat bersaksi bagi-Nya. Bersaksi bagi Allah tergantung pada apakah kita menjamah dan mengalami Allah, sehingga ia dapat mengucapkan perkataan yang ingin diucapkan oleh Allah. Setelah Allah sendiri dikenal, dilihat dan diwahyukan, barulah kita dapat berbicara, barulah kita dapat membuka mulut untuk bersaksi bagi Allah.
Begitu seorang diselamatkan, ia seharusnya segera memberi tahu orang lain tentang peristiwa yang ia lihat dan ketahui. Kita tidak perlu mengatakan sesuatu yang kita tidak ketahui, cukup mengatakan apa yang kita ketahui saja. Ada sebuah kidung yang sangat baik ditulis oleh Rufus H. Mc Daniel setelah putranya meninggal dunia. Ini adalah kesaksian dari seorang yang telah melihat dan mendengar Tuhan, “Betapa perubahan dalam hidupku, sejak Kristus di hatiku. Ikatan dosa telah lepas dariku, sejak Kristus di hatiku. Hawa nafsuku pun terkekang dan takluk, sejak Kristus di hatiku. Dulu berkelana kini telah balik, sejak Kristus di hatiku. Perhentian yang manis puaskan hatiku, sejak Kristus di hatiku. Riang ria bergolak melanda jiwaku, sejak Kristus di hatiku.”

Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal. (1 Yoh. 1:2)

14 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 2 Selasa

Ditetapkan untuk Mengetahui Kehendak-Nya
Kisah Para Rasul 22:14
Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.

Ayat Bacaan: Kis. 22:3-15

Sebelum bertobat, Paulus adalah seorang yang mengira dirinya berpengetahuan hebat, mengetahui segala perkara tentang manusia dan Allah. Suatu hari dalam perjalanan ke Damsyik, Tuhan menjumpai dan menanggulanginya, sehingga dia menjadi buta dan bahkan harus dituntun oleh kawan-kawan seperjalanannya (Kis. 22:3-11). Di saat seperti itulah baru Paulus menyadari bahwa selama ini yang dilakukan adalah kehendaknya sendiri, bukan kehendak Tuhan.
Sebelum kita diselamatkan, segala tingkah laku kita menuruti kemauan hati kita sendiri. Akan tetapi, sekarang kita telah percaya Tuhan, kita mengakui Dia sebagai Tuhan yang kita layani dan kita adalah umat tebusan-Nya, milik-Nya, dan hamba-Nya. Jadi, setelah kita beroleh selamat, terjadilah suatu perubahan yang mendasar, yaitu semua tingkah laku dan cara hidup kita tidak lagi menuruti kesenangan diri sendiri, melainkan harus menuruti kehendak Allah. Itu berarti setelah kita percaya Tuhan, inti kehidupan kita telah berubah; intinya bukan lagi diri kita, melainkan Tuhan. Maka, setelah kita diselamatkan, perkataan kita yang pertama ialah, “Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?” Perkataan ini pernah diucapkan Paulus (Kis. 22:10) dan kita juga perlu mengucapkannya. Sewaktu kita menjumpai suatu urusan, kita harus berkata kepada Tuhan, “Tuhan, jangan menurut kemauanku, melainkan menurut kemauan-Mu saja.” Perkataan ini harus selalu kita ucapkan kepada Tuhan ketika kita hendak menentukan masa depan kita atau memilih jalan yang harus kita tempuh.
Suatu kali saudara Watchman Nee bertanya kepada Miss Barber mengenai pengalamannya dalam mematuhi kehendak Allah. Ia berkata, “Setiap kali Allah menunda untuk memberi tahu kehendak-Nya kepadaku, aku segera menyadari bahwa di dalamku masih ada hati yang tidak rela untuk mematuhi kehendak Allah. Di dalamku pasti masih ada dosa atau perkara yang tidak tepat. Aku menyadari hal ini dari banyak pengalaman.” Selain itu Miss Barber juga pernah berkata, “Rahasia untuk memahami kehendak Allah diperlukan 95% perkara taat kepada kehendak Allah dan cukup 5% saja perkara pemahaman.” Artinya, ketaatan kita kepada kehendak Allah adalah tuntutan Allah yang utama.

Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri. (Yoh. 7:17)

13 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 2 Senin

Pertanyaan Pertobatan Paulus
Kisah Para Rasul 22:8,10
Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu … Lalu kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik...

Ayat Bacaan: Kis. 22:6-11; Ef. 1:22-23; 5:30; 4:4; 2:16, 42; Rm. 12:4-5; 1012-13; 1 Kor. 12:12-27; 6:17; Gal. 5:25

Pertanyaan-pertanyaan Saulus dalam pertobatannya tentang siapakah Tuhan dan apakah yang harus ia perbuat, menjadi pengalaman yang sangat dalam bagi Paulus. Pengalaman Paulus ini pasti telah membuat satu kesan yang kuat sehingga mempengaruhi ministrinya di kemudian hari, dan meletakkan satu pondasi bagi ministrinya. Melalui pengalamannya itulah ia mengenal dua perkara yang sangat penting di alam semesta ini, yakni Kristus dan Tubuh-Nya. Mengenai Tubuh Kristus, Paulus sangat tegas di dalam pemberitaannya (Rm. 12:4-5; 1 Kor. 12:12-27; Ef. 1:22-23; 2:16; 4:4, 16). Ia adalah satu-satunya penulis dalam Perjanjian Baru yang memakai istilah “Tubuh Kristus”. Ia menanamkan penekanan yang kuat tentang Tubuh, karena pada waktu pertobatannya ia telah mendengar satu berita mengenai “Aku” yang korporat, satu berita mengenai Tubuh Kristus.
Puji Tuhan! Kristus adalah kepala dan kita adalah anggota tubuh-Nya (Ef. 1:22-23; 5:30; Rm. 12:5). Kita dengan Tuhan memiliki kesatuan yang organik melalui pemilihan Allah, penebusan Kristus, dan kelahiran kembali dari Roh itu. Bukan hanya itu saja, kita bahkan memiliki kesatuan yang organik dengan kaum beriman lainnya melalui baptisan (1 Kor. 12:13).
Setelah kita memiliki kesatuan yang sedemikian ajaib, maka kita perlu terus tinggal di dalam kesatuan ini. Jalan pertama adalah melalui senantiasa bersekutu dengan Tuhan di dalam roh (1 Kor. 6:17, Gal. 5:25). Hal ini dapat kita lakukan melalui menyeru nama Tuhan, senantiasa berdoa dan membaca Firman dengan mendoa-bacakannya (Rm. 10:12-13; Ef. 6:17-18; Yer. 15:16). Jalan kedua adalah melalui berhimpun (Kis. 2:42,46; Ibr. 10:24-25). Berhimpun bersama membuat kita saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik, membuat kita mempunyai persekutuan rohani dengan kaum beriman, serta mendapatkan suplai hayat. Sebab itu, bersidang atau berhimpun bersama bagi orang Kristen sangatlah penting. Hayat orang Kristen bukan seperti hayat kupu-kupu yang boleh berdiam sendirian dan dapat pergi sesukanya. Hayat kita adalah seperti hayat kawanan domba yang menuntut kita menempuh hidup berkelompok dan tidak bisa menyendiri.

Kristus...sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu. (Ef. 1:22-23)

12 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 2 Minggu

Pembelaan Paulus
Kisah Para Rasul 22:1
Saudara-saudara dan bapak-bapak, dengarkanlah, apa yang hendak kukatakan sekarang kepadamu sebagai pembelaan diri.

Ayat Bacaan: Kis. 22:1; 24:10; 20:24; Yes. 53:7; Mat. 26:62-63; Ef. 5:32; 3:3-6; Kol. 1:26-27; 2:19; 3:11

Cara Paulus menghadapi para penentangnya dalam Kisah Para Rasul 22:1 berbeda dengan Kristus. Untuk merampungkan penebusan-Nya. Kristus seperti domba dibawa ke pembantaian, dan seperti domba yang kelu di hadapan orang yang menggunting bulunya. Dia tidak membuka mulut-Nya ketika dihakimi manusia (Yes. 53:7; Mat. 26:62-63). Namun sebagai rasul yang setia dan berani, Paulus perlu membela diri, memakai hikmat untuk menyelamatkan nyawanya dari para penganiayanya. Hal ini dilakukannya bukan karena Paulus takut atau menghindari penderitaan, melainkan supaya ia bisa merampungkan perjalanan ministrinya. Walaupun ia rela dan siap me-ngorbankan nyawanya bagi Tuhan (Kis. 20:24; 21:13), dia tetap berusaha hidup lebih lama, supaya dia dapat sebisanya merampungkan ministri Tuhan.
Hari ini ada banyak pemberitaan Injil, pengajaran Alkitab, dan pekerjaan kekristenan, tetapi di manakah pelengkapan firman Allah? Tanpa pelengkapan firman Allah, kehendak Allah tidak dapat digenapkan, dan Kristus tidak dapat memperoleh mempelai perempuan-Nya atau kembali dengan kerajaan-Nya. Kita perlu mengalami Kristus sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit dan berdiri dengan gereja di atas tumpuan yang tepat. Tak peduli berapa banyaknya kita ditentang dan diserang, kita harus berdiri dengan gereja dan mengalami Kristus dalam kehidupan sehari-hari kita. Pelengkapan firman Allah mencakup rahasia besar Kristus dan gereja (Ef. 5:32); wahyu penuh tentang Kristus, Sang Kepala (Kol. 1:26-27; 2:19; 3:11); dan wahyu penuh tentang gereja, Tubuh (Ef. 3:3-6). Hal-hal ini tidak saja harus berkesan di dalam kita; bahkan harus terinfus ke dalam diri kita.
Semoga Tuhan membuat kita semua jelas tentang pemulihan-Nya dan tentang pergumulan bagi pelengkapan firman Allah. Jika kita mau menjadi orang yang melengkapkan firman Allah, kita harus menyuplaikan Kristus sebagai Roh pemberi-hayat dan memihak kepada gereja sebagai ekspresi Kristus yang hidup di atas tumpuan lokal yang tepat. Dan kiranya setiap hari kita memiliki pengalaman yang praktis akan Kristus dan gereja. Inilah beban kita, pelayanan kita, dan peperangan kita.

Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat. (2 Tes. 3:3)

11 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 1 Sabtu

Perlindungan Tuhan Melalui Kepala Pasukan
Kisah Para Rasul 21:32
Kepala pasukan itu segera bergerak dengan prajurit-prajurit dan perwira-perwira dan maju... Ketika mereka melihat dia dan prajurit-prajurit itu, berhentilah mereka memukul Paulus.

Ayat Bacaan: Kis. 21:32; Rm. 8:28; 2 Kor. 4:16

Meskipun Paulus dipenjara di dalam Bait, tetapi Tuhan memiliki jalan untuk membebaskannya dari penjara. Tuhan memakai orang-orang Yahudi untuk menggenapkan pembebasan ini. Tangan Tuhanlah yang berdaulat mengatur segala sesuatu untuk menyelamatkan Paulus dari situasi itu dan memelihara nyawanya. Tuhan tahu apa yang ada dalam hati Paulus. Dia juga tahu bahwa Paulus setia. Namun, Tuhan memakai kerusuhan untuk menyelamatkan Paulus. Tanpa kedaulatan Allah dalam memakai kepala pasukan Romawi untuk melindungi Paulus, ia akan terbunuh. Kedaulatan Allah yang menyelamatkan ini pula yang membuat Paulus bisa diperbarui dan dibawa maju di dalam tugas penyelenggaraan ekonomi Perjanjian Baru Allah.
Saudara saudari, kalau kita hidup dalam terang Allah, kita akan nampak, untuk jalan-Nya di bumi, Allah mengatur satu situasi menimpa kita; untuk mendapatkan sesuatu di atas diri anak-anak Allah, Ia mengatur satu situasi menimpa anak-anak-Nya. Kita jangan hanya bisa melihat satu perkara dari permukaannya saja, kita harus melihat pengaturan Allah di balik tabir. Kita tidak bisa mengatakan bahwa setiap situasi timbul karena takhta Tuhan dengan aktif mengatur, tetapi kita bisa mengatakan semuanya telah disetujui oleh takhta. Kita percaya ada takhta di surga. Setelah bangkit dari kematian, Tuhan kita duduk di atas takhta itu, dan segala sesuatu tunduk di bawah kaki-Nya.
Sebenarnya Allah memakai lingkungan untuk memperbarui kita. Tanpa lingkungan, kita tidak mungkin diperbarui. Kita akan tetap saja tidak berubah. Kadang-kadang Allah mengijinkan kita mengalami “badai” terjadi karena Dia ingin kita diperbarui. Hal yang tragis adalah bila kita menderita akibat “badai” itu, tetapi kita tetap sama, tanpa pembaruan sedikit pun. Kita harus berdoa, “Tuhan, aku tidak mau terus begini. Aku tidak mau terus-menerus demikian dari tahun ke tahun. Aku mau diperbarui dari sehari ke sehari.” Maksud Allah adalah agar kita diperbarui dari sehari ke sehari. Untuk diperbarui, kita perlu pertambahan Allah yang baru ke dalam kita hari demi hari. Setiap hari kita perlu berkontak dengan Allah, membuka diri kita kepada-Nya, dan membiarkan-Nya masuk ke dalam kita. Inilah perlindungan Tuhan yang sejati.

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (2 Kor. 4:16)

10 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 1 Jumat

Penangkapan Paulus
Kisah Para Rasul 21:27-28
Ketika masa tujuh hari itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam Bait Allah, lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia.

Ayat Bacaan: Kis. 21:27; Rm. 8:3; Gal. 3:21

Dari Kisah Para Rasul 21:27 dan seterusnya kita melihat kedaulatan Tuhan dengan cara khusus. Kita juga melihat simpati-Nya. Di satu pihak, Paulus itu setia. Di pihak lain, Paulus itu masih manusia dan tidak dapat menolong dirinya sendiri (Kis. 21). Tuhan tidak memiliki siapa pun yang lebih baik atau lebih setia daripada Paulus. Karena itu, penangkapan Paulus adalah tindakan Tuhan untuk menengahi dan menyelamatkan Paulus dari percampuran antara praktek-praktek hukum Taurat dengan ekonomi Perjanjian Baru Allah di Yerusalem dan kemudian menyelamatkannya dari orang-orang Yahudi yang berkomplot untuk membunuhnya.
Kaum beriman yang sebermula tidak jelas mengenai ekonomi Perjanjian Baru Allah dalam kaitannya dengan bait agama Yahudi, mereka tetap tinggal dalam suatu percampuran antara iman Kristen dan hukum Taurat Musa. Roma 8:3 mencantumkan bahwa kita tidak mungkin melakukan hukum Taurat, karena tubuh lahiriah kita terlalu lemah untuk melakukan hukum Taurat. Galatia 3:21 juga mengatakan bahwa hukum Taurat ttdak mampu menghidupkan, hukum Taurat hanya membuat tuntutan-tuntutan terhadap manusia; dan tidak pernah menyuplai hayat.
Gereja harus menjadi suatu rumah yang dipenuhi dengan Kristus dan tersusun oleh-Nya. Karena itu, isi gereja tidak boleh ada hal lain selain Kristus. Jika tidak, elemen-elemen kebudayaan yang baik, khususnya tradisi, filsafat dan adat istiadat, dapat menyusupi gereja dan menjenuhinya. Simpati manusia terhadap tradisi dan latar belakang selalu menghasilkan suatu campur aduk antara yang baru dengan yang lama. Hukum Taurat harus diperlakukan dengan mati, tetapi Allah harus diperhidupkan. Mati terhadap hukum Taurat dan hidup terhadap Allah. Kita hidup terhadap Allah berarti membiarkan Allah hidup. Kapan saja kita berpaling kepada Allah, saat itu juga kita hidup, dan saat yang bersamaan Allah juga hidup. Allah menghendaki kita hidup berdasarkan hayat-Nya. Jika kita ingin disusun dengan Kristus, Kristus harus ditambahkan ke dalam kita lebih banyak. Kita harus dijenuhi, diresapi dengan Kristus dan mengalami Dia tergarap ke dalam kita. Inilah ekonomi Perjanjian Baru Allah.

Sehingga oleh imanmu Kristus berumah di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. (Ef. 3:17. Tl.)

09 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 1 Kamis

Keputusan untuk Bangsa Lain yang Telah Percaya
Kisah Para Rasul 21:25
Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah percaya,...mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan.

Ayat Bacaan: Kis. 21:25; 1 Kor. 10:31; Kol. 3:4

Dalam Kisah Para Rasul 21:25 ini Yakobus yang dilatarbelakangi pe-ngaruh agama Yahudi bersama beberapa rasul mengeluarkan keputusan bahwa mereka yang percaya Tuhan Yesus harus menjauhkan diri dari empat hal, yakni makanan yang dipersembahkan kepada berhala, darah, daging binatang yang mati dicekik dan percabulan. Keputusan Yakobus ini adalah suatu tindakan pencegahan bagi mereka berdasarkan hukum Taurat. Namun kita harus mengetahui bahwa sampai zaman anugerah Perjanjian Baru, segala peraturan-peraturan dan ketentuan dalam Perjanjian Lama telah turut disalibkan bersama dengan Kristus, tidak perlu lagi dipelihara oleh orang Kristen yang berada di bawah anugerah pada hari ini. Hari ini, meskipun tidak ada hukum Taurat yang menentukan apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan, tetapi kita makan dan minum apa saja, harus untuk memuliakan Allah, dan dapat memuliakan Allah. Kita makan atau minum apa saja, harus memperhatikan jangan sampai merusak atau merugikan orang lain, jangan sampai menghalang-halangi atau merusak pekerjaan Allah. Apa saja yang bisa menyandung saudara, yang bisa merugikan pekerjaan Allah, jangan kita makan atau minum.
Rasul Paulus berkata bahwa baik kamu makan atau minum, ataupun melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1 Kor. 10:31). Setidaknya mengenai hal ini ada empat prinsip dasar yang me-ngatur perilaku kaum beriman Perjanjian Baru. Segala sesuatu diperbolehkan, tetapi apa pun yang kita lakukan harus: (1) terhadap perkara itu sendiri, harus berguna; (2) terhadap diri sendiri, tidak diperhamba oleh apa pun; (3) terhadap orang lain, harus membangun mereka; (4) terhadap Allah, harus memuliakan Dia. Kalau tidak, kita tidak seharusnya melakukan hal-hal tersebut.
Sebagai orang Kristen kita seharusnya hidup hanya menurut Kristus, karena Kristus adalah hayat kita (Kol. 3:4). Asalkan kita senantiasa bersekutu dengan Dia maka hayat dan sifat-Nya yang kudus akan terus tergarap ke dalam kita membuat kita memiliki kemampuan untuk membedakan mana kehendak Allah dan mana perbuatan yang memuliakan Allah.

Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. (Gal. 2:19b-20a)

08 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 1 Rabu

Kompromi Paulus: Tetap Memelihara Hukum Taurat
Kisah Para Rasul 21:24
Bawalah mereka bersama-sama dengan engkau, lakukanlah upacara penyucian diri bersama-sama dengan mereka...maka semua orang akan tahu...bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat.

Dalam Kisah Para Rasul pasal 21 ini kita dapat melihat bagaimana Paulus kompromi terhadap perihal memelihara hukum Taurat. Hal ini terlihat jelas karena Paulus menerima usulan dari Yakobus mengenai melakukan penyucian diri bersama dengan empat orang yang telah bernazar serta menanggung biaya mereka. Tetapi apakah Paulus memelihara hukum Taurat? Ia jelas tidak memelihara hukum Taurat. Ini adalah satu tuntutan yang serius, mengerikan, dan keliru yang diajukan oleh Yakobus dan para penatua supaya kaum beriman Yahudi melihat bahwa ia memelihara hukum Taurat. Sulit dipercayai bahwa Paulus mau melakukan hal itu setelah menulis surat kirimannya kepada orang-orang Galatia dan orang-orang Roma, tidak lama sebelum ia datang ke Yerusalem.
Menurut Kisah Para Rasul 21:26-27, Paulus berada di dalam Bait Allah menunggu berakhirnya hari-hari penyucian diri itu, sampai imam datang untuk mempersembahkan kurban-kurban baginya dan bagi empat orang lainnya. Bagaimanakah Paulus dapat tahan tinggal di dalam Bait Allah selama periode waktu itu? Paulus dapat memuji Tuhan ketika ia berada di dalam penjara di Filipi (16:23-25). Tetapi menurut Anda dapatkah ia memuji Tuhan di dalam Bait Allah di Yerusalem? Secara luaran, Bait itu adalah tempat yang jauh lebih baik daripada penjara. Namun, penjara di Filipi itu sebenarnya menjadi tempat kudus, bahkan surga bagi Paulus, sedangkan Bait di Yerusalem itu adalah penjara baginya. Paulus telah “terperangkap” di dalam situasi itu. Tetapi Tuhan memiliki jalan untuk membebaskannya dari penjara, melalui memakai keru-suhan yang dipicu oleh orang Yahudi untuk membawa Paulus keluar dari Bait itu. Meskipun Paulus berada di dalam kesulitan yang besar, tetapi ia dibebaskan bukan hanya dari Bait itu, tetapi juga dari percampuran antara kasih karunia Perjanjian Baru dengan hukum Taurat Perjanjian Lama di Yerusalem. Dalam kedaulatan-Nya, Tuhan melindungi hamba-Nya yang setia dari percampuran yang mengerikan itu. Saudara saudari, janganlah kita membiarkan diri kita berkompromi dengan segala macam hukum Taurat, karena bukannya kita dibebaskan, melainkan kita akan dipenjarakan dan terperangkap olehnya.

Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh...(Rm. 7:6)

07 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 1 Selasa

Paulus Mengajarkan untuk Melepaskan Hukum Musa
Kisah Para Rasul 21:21a
Tetapi mereka mendengar tentang engkau bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa...

Ayat Bacaan: Kis. 21:21; Gal. 2:19

Setelah menyebut beribu-ribu orang Yahudi telah percaya dan bergairah untuk hukum Taurat, Yakobus melanjutkan berkata bahwa Paulus telah mengajar semua kaum beriman perlu melepaskan hukum Musa, tidak melaksanakan sunat dan tidak hidup menurut adat istiadat mereka (Kis. 21:21). Sebenarnya ini sesuai dengan ekonomi Perjanjian Baru Allah. Mengesam-pingkan ekonomi Perjanjian Lama bukanlah suatu kemurtadan. Sebaliknya, itu adalah bagian dari pelaksanaan kebenaran. Dalam Surat Galatia Paulus dengan jelas mengatakan bahwa hukum Taurat telah disingkirkan, dan bahwa ia mati untuk hukum Taurat. “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah” (Gal. 2:19). Di sini menyinggung dua sasaran; satu adalah hukum Taurat, satu adalah Allah. Agar Allah hidup, hukum Taurat harus mati. Tanpa hukum Taurat mati, Allah tidak bisa hidup.
Sebenarnya apakah hukum Taurat? Peraturan-peraturan, huruf-huruf, kemauan, keputusan, semuanya ini adalah hukum Taurat. Misalnya, seorang saudari merasa bahwa temperamennya sangat tinggi, sikapnya sombong. Ia lalu berketetapan bahwa sejak hari ini tidak akan begitu meledak-ledak, harus seperti anak domba. Ketetapan semacam ini adalah hukum Taurat. Bukan hanya sepuluh perintah adalah hukum Taurat, bukan hanya perintah dalam Alkitab adalah hukum Taurat, bahkan semua yang kita putuskan, pikirkan, dambakan, kehidupan yang ingin kita tempuh, semuanya adalah hukum Taurat.
Lalu, bagaimana caranya kita bisa mati oleh hukum Taurat supaya kita dapat hidup untuk Allah? Kita perlu mohon Allah membelaskasihani kita, agar kita bisa mengesampingkan seluruh peraturan, kemauan, kedambaan, yang baik, yang jahat, dari kehidupan manusia kita. Kemudian kita perlu membiarkan Allah memiliki kedudukan di dalam kita, bisa berkuasa, beroperasi, membawa kita menempuh hidup, menempuh jalan yang di depan. Mati adalah putus hubungan, hidup adalah senantiasa berhubungan. Memiliki hubungan terhadap hukum Taurat, berarti memutuskan hubungan terhadap Allah. Sekarang kita harus mati terhadap hukum Taurat dan hidup terhadap Allah. Setiap hari dan setiap saat ada persekutuan terhadap Allah melalui berbicara kepada-Nya.

Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. (Gal. 2:19a)

06 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 1 Senin

Percaya dan Rajin Memelihara Hukum Taurat
Kisah Para Rasul 21:20
Mendengar itu mereka memuliakan Allah. Lalu mereka berkata kepada Paulus, “Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat.”

Ayat Bacaan: Kis. 21:20; Ul. 22:9-11

Setelah Paulus menceritakan kepada para penatua di Yerusalem semua yang dilakukan Allah di antara bangsa-bangsa lain, mereka yang men-dengarkan kesaksian itu, memuliakan Allah dan berkata kepada Paulus, “Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat.” (Kis. 21:20). Perkataan ini menunjukkan bahwa kaum beriman Yahudi di Yerusalem tetap memelihara hukum Taurat Musa, tetap tinggal dalam zaman Perjanjian Lama, berada di bawah pengaruh kuat agama Yahudi. Meskipun mereka telah diselamatkan oleh kasih karunia, namun mereka masih memelihara hukum Taurat. Ini adalah suatu pencam-puran antara ekonomi Perjanjian Baru Allah dengan ekonomi Perjanjian Lama yang sudah berlalu. Ini tidak disukai oleh Allah.
Dalam Ulangan 22:9-11 tercantum perintah tidak boleh menanam dua macam benih di dalam kebun anggur; tidak boleh membajak ladang dengan lembu bersama keledai; tidak boleh mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan bulu domba yang teranyam bersama lenan halus. Dalam pandangan Allah, campur aduk lebih keji dari pada kenajisan. Ibarat seorang gadis telah dinikahkan kepada seorang laki-laki, tetapi hatinya serong, ini adalah per-buatan yang paling menjengkelkan suaminya. Kita harus tahu bahwa Allah tidak menghendaki iman yang campur aduk, melainkan iman yang murni. Allah kita ingin menyelamatkan kita dari banyak hal selain diri Tuhan, sehingga kita hanya mendambakan diri Allah. Tuhan yang kita layani itu setia, maka yang Ia tuntut adalah hati kita yang murni dan setia. Kita harus berdoa demikian, “Tuhan, bagi diriku apa pun aku tidak ingin, aku ingin segalanya bagi-Mu. Aku ingin apa yang Kau ingini. Segala yang di luar kehendak-Mu, aku tidak mau.”
Madame Guyon pernah berkata bahwa Tuhan pernah memberi petunjuk kepadanya dengan dua tetes air dalam mimpi. Air pertama menunjukkan kemurnian, sama sekali tanpa campuran dari kasih diri atau manja diri; sedang air yang kedua penuh dengan campuran karunia dan emosi. Kemurnian dapat menghasilkan kemuliaan yang lebih banyak kepada Allah, lebih banyak memberi manfaat kepada manusia dan yang paling bisa menyenangkan Tuhan.

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! (Mzm. 139:23-24)

05 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 1 Minggu

Pekerjaan Allah di antara Bangsa-bangsa Lain
Kisah Para Rasul 21:19
Paulus memberi salam kepada mereka, lalu menceritakan dengan terperinci apa yang dilakukan Allah di antara bangsa-bangsa lain melalui pelayanannya.

Ayat Bacaan: Kis. 21:17-20; 22:15; 1 Yoh. 4:14

Kedatangan Paulus dan sekerjanya di Yerusalem adalah akhir perjalanan ministri Paulus di kali ketiga. Ketika mereka tiba di sana, semua saudara seiman menyambut mereka dengan senang hati (Kis. 21:17). Pada keesokan harinya mereka mengunjungi Yakobus dan semua penatua di Yerusalem telah hadir di situ, maka Paulus menceritakan dengan terperinci apa yang dilakukan Allah di antara bangsa-bangsa lain melalui pelayanannya (Kis. 21:18-19). Setelah mendengar hal itu, mereka memuliakan Allah (Kis. 21:20). Paulus bersaksi di depan para penatua perihal apa yang telah dia lihat dan dia dengar di dalam ministrinya (Kis. 22:15), yaitu perbuatan Allah di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dan hasilnya adalah semua orang yang mendengarnya memuliakan Allah. Inilah makna yang sejati dari bersaksi.
Dalam Kisah Para Rasul 22:15 Tuhan menyuruh Ananias memberitahu Saulus, ”Sebab Engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar.” Jadi, dasar kesaksian ialah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar. Anda tidak dapat bersaksi atas perkara yang tidak Anda lihat dan tidak Anda dengar. Satu Yohanes 4:14 menerangkan bahwa kesaksian ini ialah ”Kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.” Apa yang kita lihat, itulah yang kita saksikan. Syukur kepada Allah, Anda telah percaya kepada Tuhan, Anda telah bertemu dengan Dia, percaya kepada-Nya, menerima-Nya, dan memperoleh-Nya. Anda adalah orang yang telah diselamatkan, telah dilepaskan dari dosa, telah beroleh pengampunan, dan telah beroleh damai sejahtera. Setelah Anda percaya kepada Tuhan, Anda adalah orang yang bersukacita; sukacita semacam ini tidak pernah Anda miliki sebelumnya. Dulu pikulan dosa menekan Anda demikian beratnya, tetapi sekarang syukur kepada Allah, pikulan dosa yang berat itu telah lucut. Anda adalah orang yang telah melihat dan mendengar. Apakah yang seharusnya Anda lakukan sekarang? Hari ini, Anda harus bersaksi atas apa yang Anda lihat dan dengar kepada keluarga, teman-teman, dan semua kenalan Anda, dan membawa orang-orang itu ke hadapan Tuhan.

Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami...Aku mau memberitakan dan mengatakannya… (Mzm. 40:6)

04 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 4 Sabtu

Jadilah Kehendak Tuhan
Kisah Para Rasul 21:13-14
Paulus menjawab, “... aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem demi nama Tuhan Yesus ...”. Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata, “Jadilah kehendak Tuhan!”

Ayat Bacaan: Kis. 21:13-14; 19:21; 20:22; 21:4; 23:11

Perkara Paulus pergi ke Yerusalem adalah kehendak Tuhan. Ketika dia di Efesus, dia mendapat wahyu, sehingga rohnya sangat jelas bahwa telah ditetapkan bahwa dia harus ke Yerusalem dan ke Roma. Kisah Para Rasul 19:21 berkata bahwa Paulus memutuskan untuk pergi ke Yerusalem. Kata ’memutuskan’ bahasa aslinya adalah ‘di dalam rohnya memutuskan’, artinya perkara ini bukanlah berasal dari dagingnya, melainkan berasal dari rohnya yang mendapat petunjuk, kemudian ia memutuskan. Kemudian dalam Kisah Para Rasul 20:22 Rasul Paulus berkata, “Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ.” “Tawanan Roh” artinya bahwa di dalam rohnya tidak ada kebebasan, tidak ada pilihan, hanya tahu bahwa kehendak Tuhan menginginkan dia untuk pergi ke Yerusalem, meskipun dia masih belum tahu apa yang akan terjadi atas dirinya di sana.
Ketika para murid melihat apa yang akan terjadi pada Paulus, karena itu terus meminta Paulus supaya jangan pergi ke Yerusalem. Roh Kudus melalui nabi Agabus juga bersaksi bahwa sengsara dan belenggu menunggu dia di depan. Namun, karena Paulus di dalam rohnya telah jelas tentang kehendak Allah, maka tetap teguh untuk pergi, tidak mau menerima nasihat mereka. Pada saat itu para murid hanya berkata, “Jadilah kehendak Tuhan!” Paulus jelas akan kehendak Tuhan, karena itu sangat teguh. Dalam Kisah Para Rasul 23:11 Tuhan berkata kepadanya, “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.”
Seorang saudara mungkin berencana untuk pergi ke suatu tempat. Ia harus dapat berkata, “Aku jelas bahwa kepergianku adalah kehendak Tuhan” dan ia masih harus yakin bahwa dalam kepergiannya kali ini, Allah pergi bersamanya dan lebih banyak berbaur dengannya. Karena itu, dalam setiap perkara, tidak cukup hanya mengatakan bahwa kita sedang mengerjakan kehendak Allah. Kita juga harus dapat mengatakan bahwa ini adalah Allah yang berbaur dengan kita yang melakukan pekerjaan-Nya. Inilah kehendak Tuhan.

Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan...hendaklah kamu penuh dengan Roh. (Ef. 5:17-18)

03 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 4 Jumat

Kehidupan Tubuh
Kisah Para Rasul 21:4-5
Kami mengunjungi murid-murid dan tinggal di situ selama tujuh hari … Tetapi setelah lewat waktunya, kami berangkat meneruskan perjalanan kami.

Ayat Bacaan: Kis. 21:4-5, 7-8; 20:23

Kisah Para Rasul 21:7-8 berkata, “Dari Tirus kami tiba di Ptolemais dan di situ berakhirlah pelayaran kami. Kami memberi salam kepada saudara-saudara seiman dan tinggal satu hari di antara mereka. Keesokan harinya kami berangkat dari situ dan tiba di Kaisarea. Kami masuk ke rumah Filipus, pemberita Injil itu, yaitu salah satu dari ketujuh orang yang dipilih di Yerusalem, dan kami tinggal di rumahnya.” Ke mana pun Paulus pergi, dia selalu mengunjungi saudara-saudara dan tinggal bersama mereka (Kis. 21:4, 7). Dia dengan riil mempraktekkan kehidupan Tubuh dari gereja, hidup menurut pengajarannya tentang Tubuh Kristus.
Dalam Tubuh Kristus bukan merupakan suatu doktrin; Tubuh Kristus adalah suatu ruang lingkup (alam). Tubuh Kristus bukan suatu pengajaran, tetapi suatu kehidupan. Banyak orang Kristen berusaha mengajarkan kebenaran tentang Tubuh, namun sedikit sekali yang mengenal kehidupan Tubuh. Tubuh Kristus adalah suatu pengalaman yang sama sekali berbeda. Kita tidak memerlukan pengetahuan; sebaliknya, kita memerlukan wahyu untuk mengenal realitas Tubuh Kristus dan masuk ke dalam alam Tubuh. Hanya wahyu dari Allah yang dapat membawa kita masuk ke dalam alam Tubuh, dan hanya dengan demikian Tubuh Kristus dapat menjadi pengalaman kita.
Dalam hidup gereja, kita harus belajar memiliki perasaan Tubuh. Ketika kita bermasalah dengan saudara atau saudari, itu berarti kita bermasalah dengan Allah. Ada orang Kristen seperti kupu-kupu, mereka bertindak sendiri; ada orang Kristen seperti lebah, mereka hidup dan bergerak bersama. Seekor kupu-kupu terbang dari satu bunga ke bunga lainnya, menempuh jalan yang manis untuk diri sendiri; tetapi lebah bekerja untuk sarangnya. Kupu-kupu hidup dan bekerja sendiri-sendiri, tetapi lebah memiliki perasaan kebersamaan. Kita semua harus seperti lebah, memiliki perasaan Tubuh dan hidup bersama dengan anggota Tubuh Kristus yang lain. Di mana ada wahyu akan Tubuh, di situ ada perasaan akan Tubuh, pikiran dan tindakan individual akan tersingkir secara otomatis. Nampak Kristus menghasilkan kelepasan dari dosa; nampak Tubuh Kristus menghasilkan kelepasan dari sikap individualistis.

Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. (1 Kor. 12:27)

02 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 4 Kamis

Lebih Berbahagia Memberi daripada Menerima
Kisah Para Rasul 20:35
Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu...kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: “Lebih berbahagia memberi daripada menerima.”

Ayat Bacaan: Kis. 20:35; 2 Kor. 9:6; Luk. 6:38; 1 Kor. 16:1-2

Paulus berpesan kepada gereja, harus ingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis. 20:35). “Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor. 9:6). Inilah hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan terdapat dalam janji-Nya. Dalam pandangan manusia, mempersembahkan harta adalah mendermakan harta. Namun, dalam pandangan Allah, mempersembahkan harta seperti menabur, yang akan menghasilkan tuaian.
Cara orang Kristen mengatur keuangan bukanlah menggenggamnya dalam tangan. Semakin Anda menggenggamnya, uang itu akan semakin lenyap, ibarat air menguap. Tetapi, semakin kita memberi, ia akan semakin banyak. Bagaimanapun bila anak-anak Allah menggenggam uang dalam tangan mereka, mereka akan menjadi orang miskin. Barangsiapa selalu memegang uang di tangan, tidak mau memberi, ia takkan dipercayai Allah.
Colgate adalah pengusaha sabun, pasta gigi dan parfum yang sangat terkenal di dunia. Ketika ia hendak meninggalkan Inggris menuju Amerika, ia meminta nasihat kepada seorang hamba Tuhan. Hamba Tuhan itu mendoakan dia dan berkata, “Jadikan Tuhan sebagai kepalamu dalam segala perkara, dan Dia akan memberkatimu.” Sesampainya di Amerika, ia hanya mempunyai uang sepuluh dollar lebih sedikit. Dengan uang itu ia membuat beberapa sabun dan menjualnya. Meskipun ia miskin, ia dengan setia mempersembahkan satu dollar kepada Tuhan dari setiap sepuluh dollar yang ia hasilkan. Tuhan meningkatkan hasil produksinya. Kemudian ia mempersembahkan dua dollar dari setiap sepuluh dollar yang dihasilkannya. Akhirnya ia mempersembahkan lima dollar dari setiap sepuluh dollar yang dia hasilkan. Sampai saat ini, pasta giginya merupakan pasta gigi yang sangat terkenal di dunia. Dia memberi, karena itu Tuhan memberi kepadanya. Percayalah, jika kita mempersembahkan semua yang seharusnya diberikan kepada Tuhan, maka gereja akan tersuplai dengan limpah. Setiap hari Tuhan kita harus belajar mengumpulkan persembahan bagi kepentingan Tuhan (1 Kor. 16:1-2).

Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. (Luk. 6:38a)

01 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 7 - Minggu 4 Rabu

Dengan Tanganku Sendiri Aku Telah Bekerja
Kisah Para Rasul 20:34
Kamu sendiri tahu bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku.

Ayat Bacaan: Kis. 20:34; 2 Kor. 12:15-18

Paulus memberi tahu kita bukan hanya bagaimana ia menjaga integritasnya, tetapi juga bagaimana ia bekerja dengan kedua tangannya untuk menyuplai keperluan para sekerjanya. Ini memperlihatkan kepada kita prinsip memberi. Paulus berkata, “Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku” (Kis. 20:34). Saudara saudari, masa depan rohani kita sangat berhubungan dengan sikap kita terhadap uang. Sikap terburuk yang dapat terjadi adalah kita mengumpulkan hanya bagi diri kita sendiri dan melakukan segalanya bagi diri kita sendiri.
Dalam 2 Korintus 12:15-18 Paulus berkata, “Karena itu aku suka me-ngorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi? Memang aku telah meminta Titus untuk pergi dan bersama-sama dengan dia aku mengutus saudara yang lain itu. Adakah Titus mengambil untung dari pada kamu? Tidakkah kami berdua hidup menurut roh yang sama dan tidakkah kamu berlaku menurut cara yang sama?” Paulus adalah seorang mengorbankan miliknya dengan sukarela dan bahkan mengorbankan dirinya demi diri mereka.
Dalam mengabarkan Injil, tidak cukup diri kita dikorbankan, tetapi juga segala yang kita miliki. Merupakan suatu hal yang selalu salah jika kita menerima uang sebagai ganti Injil yang kita beritakan. Sebaliknya, kita harus siap sedia dengan rela mengorbankan uang kita bagi Injil. Jika uang kita memang digunakan dalam pengabaran Injil maka kita sedang melakukan hal yang benar dan meletakkan uang kita dalam hal yang berharga. Saat Paulus berada di antara mereka ia tidak menjadi beban bagi siapapun. Ia tidak mengambil keuntungan dari siapapun. Karena Injil itu mulia, kita seharusnya dapat mengorbankan uang kita di atas hal ini. Saudara saudari, kita harus menjadi seperti saudara kita Paulus. Kita seharusnya tidak menjadi beban bagi siapapun. Sebaliknya, diri kita harus dikorbankan demi Injil. Karena Injil adalah benar, maka tepat pula jika kita berkorban dan dikorbankan. Inilah jalan yang tepat untuk pergi memberitakan Injil Kristus.

Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan. (1 Tes. 4:11a)