Hitstat

30 September 2017

Wahyu - Minggu 34 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Why. 22:6-21
Doa baca: Why. 22:20
Ia yang bersaksi tentang semuanya ini, berfirman, "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus.


Ayat 17 adalah panggilan kepada orang yang haus untuk minum air hayat dengan cuma-cuma. Jika kita bandingkan ayat ini dengan ayat 14, akan terlihat bahwa ayat 17 adalah suatu panggilan dan ayat 14 adalah suatu janji. Sebab itu, Kitab Wahyu disimpulkan dengan janji dan panggilan. Janji adalah janji pohon hayat, panggilan adalah panggilan air hayat.

Ayat 18-19 mengatakan peringatan yang serius tentang kitab ini. Aspek pertama dari peringatan ini adalah jangan menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan nubuat kitab ini, dan aspek kedua adalah jangan mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dalam kitab nubuat ini. Siapa saja menambahkan akan menerima malapetaka-malapetaka yang dikatakan dalam kitab ini, dan siapa saja mengurangkan akan kehilangan bagian atas pohon hayat dan kota kudus. Malapetaka utama yang diungkapkan dalam Kitab Wahyu adalah tiga celaka dari kesusahan besar dan kematian kedua, yaitu kebinasaan seluruh bagian manusia -- roh, jiwa, dan tubuh -- dalam lautan api. Hal yang menonjol dari berkat yang diwahyukan dalam Kitab Wahyu adalah pohon hayat dan kota kudus. Entah seseorang akan mengalami malapetaka atau mendapat bagian dalam berkat, semuanya tergantung pada bagaimana responsnya terhadap nubuat kitab ini. Kita tidak seharusnya menambahkan sesuatu kepada nubuat ini, juga tidak seharusnya mengurangkan sesuatu dari nubuat ini. Kita harus menerimanya seperti yang tertulis di dalamnya. Jangan menambahkan konsepsi, pikiran, ide, pendapat, doktrin, ajaran, atau teologi Anda kepada kitab ini. Jangan pula mengurangkan sesuatu dari dalamnya. Kalau Anda menambahkan sesuatu ke dalam kitab ini, Anda akan menerima malapetaka; kalau Anda mengurangkan sesuatu darinya, Anda akan kehilangan berkat, khususnya kehilangan berkat atas pohon hayat dan kota kudus. Ini adalah peringatan yang serius! Kalau kita mendengar peringatan ini, kita akan menerima perkataan yang tertulis dalam kitab ini sepenuhnya.

Ayat 20 adalah kali ketiga Tuhan mengingatkan kita dalam pasal ini bahwa Dia segera datang. Bagian bawah ayat ini adalah doa Rasul Yohanes dan juga responsnya terhadap peringatan Tuhan. Ini juga adalah doa yang terakhir dalam Alkitab. Setelah mendengar perkataan kitab ini, kita semua seharusnya berdoa dan memberi respons yang sama seperti Yohanes, "Datanglah, Tuhan Yesus!" Ini adalah doa yang menyatakan pengharapan Yohanes. Karena itu, seluruh Alkitab tersimpul dengan kedambaan terhadap kedatangan Tuhan yang diwujudkan dalam doa.

Setelah diakhiri dengan doa, penulis memberi berkat kepada pembaca, katanya, "Anugerah Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin." Kita memerlukan anugerah untuk menerima, menaati, dan hidup dalam firman ini. Setelah melihat semua visi dan mendengar semua nubuat dalam kitab ini, kita masih memerlukan anugerah Tuhan. Hanya anugerah Tuhan Yesus yang mampu membuat kita hidup dan berjalan menurut visi dan nubuat ini. Bukan hanya kitab ini yang ditutup dengan anugerah, tetapi seluruh Alkitab ditutup dengan anugerah ini, yang membuat kita mampu mengalami Kristus yang almuhit dan berbagian dalam Allah Tritunggal, sehingga kita bisa menjadi ekspresi korporat-Nya yang kekal untuk menggenapkan tujuan kekal-Nya, agar Dia dan kita dapat saling menikmati kepuasan yang mutlak dan perhentian yang sempurna, sampai selama-lamanya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 67

29 September 2017

Wahyu - Minggu 34 Jumat

Pembacaan Alkitab: Why. 22:6-21
Doa baca: Why. 22:12
Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.


Tuhan yang kita layani adalah Alfa juga Omega (Why. 22:13). Dia adalah huruf pertama, huruf terakhir, dan semua huruf yang ada di antara kedua huruf itu. Artinya, Dia dapat dan bersyarat menggenapkan semua yang dikatakan kitab ini tentang Dia. Jangan memaafkan diri sendiri dan berkata, "Visi ini sungguh ajaib, tetapi terlalu tinggi bagiku. Aku tidak dapat mencapainya!" Tuhan adalah Alfa dan Omega. Dia dapat menopang dan melaksanakan firman-Nya. Kita harus percaya kepada firman-Nya dengan seluruh diri kita. Kalau kita melihat diri sendiri, kita tidak akan dapat melakukan apa pun. Sebab itu, mata kita harus berpaling kepada Dia, percaya firman-Nya. Tidak peduli berapa tinggi firman-Nya kita harus mengaminkan apa yang dikatakan-Nya. Bila kita mengaminkan firman-Nya, kita dikuatkan oleh-Nya, bahkan memiliki iman yang hidup. Iman itu bukan berasal dari kita, melainkan berasal dari Dia. Kalau kita berpaling dari segala sesuatu kepada Dia, kita akan menikmati Dia sebagai Alfa dan Omega kita, dan sebagai segala sesuatu kita. Dia pasti menggenapkan semua janji-Nya yang ada dalam kitab ini. Yang perlu kita lakukan hanyalah melatih iman kita terhadap Dia.

Pada kedatangan-Nya kembali, Kristus akan menjadi matahari yang terbit bagi umat-Nya (Mal. 4:2), ini adalah yang umum; tetapi bagi para pencinta-Nya yang berjaga-jaga, Dia adalah bintang timur (fajar—ay. 16), ini adalah yang khusus, adalah pahala bagi para pemenang (2:28). Bintang fajar tampak pada saat yang paling gelap sebelum fajar. Kesusahan besar adalah saat yang paling gelap. Sesudah itu, zaman kerajaan adalah fajar merekah. Dalam kerajaan, Kristus akan tampil secara terbuka kepada umat-Nya sebagai matahari, tetapi sebelum kesusahan besar, Dia akan tampil secara tersembunyi kepada para pemenang-Nya sebagai bintang fajar.

"Marilah" adalah respons Roh itu dan pengantin perempuan terhadap perkataan Tuhan dalam ayat 16 dan terhadap peringatan-Nya yang diucapkan-Nya berulang-ulang dalam ayat 7 dan ayat 12. Inilah pengharapan atas kedatangan Tuhan. Siapa saja yang mendengar respons ini, juga harus berkata, "Marilah!" Untuk menyatakan kedambaan yang sama atas kedatangan Tuhan. Setiap orang beriman yang mendambakan penampakan diri Tuhan (2 Tim. 4:8, merindukan kedatangan-Nya), seharusnya menyatakan kedambaan yang sama. Kata "marilah" (datang) tercantum tiga kali dalam ayat ini. Kali pertama ditujukan kepada kedatangan kembali Tuhan Yesus. Ini adalah perkataan dari Roh itu dan pengantin perempuan. Namun, orang yang mendengar Roh itu dan pengantin perempuan mengatakan perkataan ini, juga ikut mengatakan, "Marilah!" Di satu pihak, Roh itu dan pengantin perempuan mendambakan kedatangan Tuhan; di pihak lain, mengharapkan orang dosa yang haus juga datang mengambil air hayat untuk kepuasaannya. Bila kita dengan tulus hati mengharapkan kedatangan Tuhan, kita juga akan memiliki perhentian yang sungguh-sungguh terhadap keselamatan orang dosa. Sebab itu, kali ketiga dari kata "Marilah" (LAI:hendaklah ia datang) dalam ayat ini mengacu kepada kedatangan orang dosa yang bertobat. Siapa yang haus, boleh datang mengambil air hayat dengan cuma-cuma. Karena itu, ayat ini membahas tiga hal: respons dari Roh itu dan pengantin perempuan; perkataan orang yang mendengar pernyataan dari Roh itu dan pengantin perempuan; dan pengharapan terhadap orang dosa yang haus dan yang belum beroleh selamat, agar datang dan minum air hayat.



Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 67

28 September 2017

Wahyu - Minggu 34 Kamis

Pembacaan Alkitab: Why. 22:6-21
Doa baca: Why. 22:7
Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!


Wahyu 22 ayat 7, 12, dan 20 memperingatkan kita bahwa Tuhan segera datang. Dalam ayat-ayat itu Tuhan berkata, "Aku datang segera." Ini peringatan dari Tuhan. Jika kita memperhatikan peringatan ini, kita akan diberkati; jika tidak, kita akan kehilangan berkat ini. Jangan mengira, kalau Tuhan sudah sabar menunggu lebih dari 19 abad, Dia akan kembali agak lambat. Lihatlah situasi dunia hari ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa hari mendatang. Pada zaman ini, semua peristiwa terjadi dengan sangat cepat. Sebab itu, kita harus berjaga-jaga dan berdoa. Kita harus siap di dalam roh dan di dalam kehidupan kita setiap hari. Semoga Tuhan melindungi kita sehingga kita semua menjadi orang yang berjaga-jaga, berdoa, dan siap siaga.

Dalam ayat 7 Tuhan dengan jelas memberi tahu kita bahwa jika kita menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini, kita akan bahagia. Kitab ini ditulis terutama untuk memberikan berkat Allah kepada umat-Nya. Bisa atau tidaknya kita berbagian dalam berkat ini, tergantung pada bagaimana kita menghadapi perkataan yang terdapat dalam kitab ini. Kita harus menerima dan menuruti perkataan itu. Orang yang berbuat demikian pasti diberkati.

Nubuat-nubuat Daniel dimeteraikan, karena nubuat-nubuat itu diberikan jauh sebelum akhir zaman, tetapi nubuat-nubuat kitab ini tidak boleh dimeteraikan, sebab waktunya sudah dekat. Kitab Wahyu tidak boleh dimeteraikan (22:10), malah harus selalu terbuka bagi kita dan orang lain. Setelah membaca semua pelajaran-hayat ini, kita tidak dapat mengatakan bahwa Kitab Wahyu masih tertutup bagi kita. Kitab ini benar-benar telah terbuka bagi kaum saleh. Sebab itu, jangan membiarkan kitab ini tertutup bagi Anda atau orang lain; sebaliknya, usahakanlah kitab ini terus terbuka bagi Anda. Anda perlu masuk ke dalam setiap aspek dari nubuat-nubuat ini, bahkan menyelam ke dalam aliran ini. Semakin kita hidup dalam perkataan kitab ini, semakin terbukalah kitab ini untuk kita. Kalau kita berbuat demikian, Kitab Wahyu akan terus terbuka bagi kita, bagi keluarga kita, dan bagi orang-orang yang ada di sekeliling kita.

Pada zaman kitab ini ditulis, bagaimana keadaan seseorang, entah dia jahat atau benar, cemar atau kudus, adalah suatu hal yang serius. Benar berarti hidup (bergerak) menurut jalan Allah yang benar secara lahiriah, sedangkan kudus berarti hidup menurut sifat kudus Allah secara batiniah. Pada zaman kitab ini ditulis, kita harus hidup dan bertindak secara demikian agar kita dapat menerima pahala. Kalau tidak, kita akan dihakimi sebagai orang yang jahat dan cemar, dan akan menerima penghukuman pada saat Tuhan datang kembali (ayat 12).

Siapa saja mengeraskan hatinya dan tidak mau kitab ini terbuka baginya, atau dirinya tidak mau terbuka bagi kitab ini, pasti tinggal dalam keadaan yang kasihan. Jika dia jahat atau cemar, dia akan tetap jahat dan cemar. Tetapi kalau Anda benar dan kudus, dan selalu terbuka bagi kitab ini, dan kitab ini juga selalu terbuka bagi Anda, Anda akan selalu benar dan kudus. Hal ini berarti kalau Anda selalu membiarkan firman itu terbuka bagi Anda, Anda akan terus-menerus menjadi kudus dan benar. Tetapi kalau Anda tidak mau membiarkan firman ini terbuka bagi Anda, Anda akan menjadi semakin jahat dan cemar, tetap dalam keadaan yang sangat kasihan itu, sampai tiba saat penghakiman.



Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 67

27 September 2017

Wahyu - Minggu 34 Rabu

Pembacaan Alkitab: Why. 22:5
Doa baca: Why. 22:5
Malam pun tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.


Dalam kekekalan, "tidak akan ada lagi yang terkutuk". Sebaliknya, takhta Allah dan Anak Domba itu akan menjadi bagian kekal kita. Kutuk masuk melalui kejatuhan Adam (Kej. 3:17), namun telah ditanggulangi oleh penebusan Kristus (Gal. 3:13). Karena dalam langit baru dan bumi baru tidak ada lagi kejatuhan, maka kutuk pun tidak akan ada lagi.

Tidak banyak orang Kristen yang mengerti apa saja yang termasuk dalam kutuk. Hal-hal seperti kebencian, kritik, dan gosip termasuk dalam kutuk. Jika dalam gereja di Anaheim masih ada yang suka bergosip, itu berarti gereja di sana masih berada di bawah kutuk yang kecil. Jika saudara dan saudari saling mengecam, itu pun tanda bahwa gereja di tempat mereka ada di bawah kutuk. Selanjutnya, jika ada orang saleh yang lemah begitu rupa sehingga keadaannya mati, itu adalah tanda kutuk. Kalau tidak ada lagi kutuk, berarti tidak ada lagi gosip, kebencian, kritik, kelemahan, atau kematian. Bila tidak ada lagi kutuk, segalanya tenang, menyenangkan, kuat, dan hidup.

Melayani Allah dan Anak Domba (22:3) juga merupakan berkat bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Kata ganti "Dia" dalam ayat ini dan dalam ayat 4 ("Nya") mengacu kepada Allah dan Anak Domba. Dalam kekekalan, Allah dan Anak Domba adalah satu. Walaupun umat tebusan Allah akan melayani Allah dan Anak Domba dalam kekekalan, namun mereka tidak akan melayani-Nya sebagai imam. Tegasnya, di langit baru dan bumi baru tidak akan ada imam. Pelayanan tetap ada, tetapi tidak ada jabatan imam. Pelayanan imamat selalu meliputi aspek penebusan. Karena di langit baru dan bumi baru tidak akan ada lagi masalah dosa, maka tidak perlu ada pekerjaan penebusan. Sebab itu, di sana tidak ada lagi pelayanan imamat. Namun, kita tetap akan menjadi pelayan (hamba) Allah dan Anak Domba, dan kita akan melayani-Nya selama-lamanya.

Ayat 4 mengatakan, "Mereka akan melihat wajah-Nya." Ini pun adalah berkat bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. "Nya" dalam ayat ini mengacu kepada Allah dan Anak Domba. Melihat wajah-Nya berarti melihat wajah Allah dan Anak Domba.

Di dahi umat tebusan Allah akan tertulis nama Allah dan Anak Domba (ayat 4). Ini juga merupakan berkat Allah Tritunggal yang dinikmati umat tebusan Allah dalam kekekalan. Kita tidak akan memiliki dua nama, melainkan hanya memiliki satu nama, nama Allah dan Anak Domba. Ini sama dengan Matius 28:19, yang membicarakan dibaptis ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam kekekalan, Allah dan Anak Domba akan memiliki satu nama. Karena kita adalah milik-Nya, nama-Nya akan tertulis di dahi kita selama-lamanya. Kita bukan hanya akan menjadi milikNya, kita pun akan bersatu dengan-Nya.

Diterangi Tuhan Allah merupakan berkat lain bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Kita tidak akan memerlukan cahaya lampu, terang buatan manusia, juga tidak memerlukan matahari, benda terang ciptaan Allah. Allah sendiri akan menerangi kita, dan kita akan hidup di bawah terang-Nya. Memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya adalah berkat terakhir bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Itulah berkat-berkat yang akan kita nikmati di langit baru dan bumi baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 66

26 September 2017

Wahyu - Minggu 34 Selasa



Pembacaan Alkitab: Why. 22:14
Doa baca: Why. 22:14
Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.


Hal kedua yang kita nikmati dalam kekekalan adalah pohon hayat (22:14, 19). Pohon hayat sebenarnya adalah Kristus, Putra Allah, Anak Domba Penebus, sebagai suplai hayat kita. Pohon ini kaya, segar. Kita telah ditebus sehingga kita berhak datang ke pohon hayat. Wahyu 22:14 dapat dianggap sebagai suatu janji kenikmatan atas pohon hayat, yaitu Kristus dengan segala kekayaan hayat; bagian akhir ayat 17 dapat dianggap sebagai suatu panggilan untuk mengambil air hayat, yaitu Roh pemberi-hayat. Jadi, Kitab Wahyu berakhir dengan satu janji dan satu panggilan, untuk makan dan minum Kristus yang almuhit sebagai Roh pemberi-hayat.

Setelah diciptakan, manusia ditaruh di depan pohon hayat (Kej. 2:8-9), ini menunjukkan bahwa manusia mendapat hak khusus untuk berbagian dalamnya. Tetapi karena kejatuhan manusia, jalan menuju pohon hayat itu tertutup bagi manusia oleh kemuliaan, kekudusan, dan kebenaran Allah (Kej. 3:24). Melalui penebusan Kristus yang memuaskan semua tuntutan kemuliaan, kekudusan, dan kebenaran Allah, jalan menuju pohon hayat terbuka kembali bagi kaum beriman (Ibr. 10:19-20). Karena itu, setiap orang yang membasuh jubah mereka dalam darah penebusan Kristus, berhak menikmati pohon hayat sebagai bagian kekal mereka dalam kota kudus, Taman Firdaus Allah, dalam kekekalan (2:7).

Dalam ayat ini, jubah melambangkan perilaku kaum beriman. Membasuh jubah mereka berarti menjaga perilaku mereka tetap bersih melalui pembasuhan darah Anak Domba (7:14; 1 Yoh. 1:7). Ini memberi mereka hak untuk berbagian dalam pohon hayat dan hak untuk masuk ke dalam kota itu. Masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu berarti masuk ke dalam Yerusalem Baru, suatu ruang lingkup berkat kekal Allah, dengan kelahiran kembali melalui Kristus yang mengalahkan maut dan menyalurkan hayat. Pohon hayat dan kota itu akan menjadi kenikmatan mereka dalam kekekalan.

Aspek lain dari kenikmatan dan berkat umat tebusan Allah dalam kekekalan adalah air hayat (22:17; 21:6). Air hayat adalah Roh pemberi-hayat sebagai minuman kekal kita. Kita perlu makan dan minum. Kalau kita makan sesuatu tidak disertai minuman, tentu tidak begitu nyaman. Haleluya, dalam kekekalan kita akan memiliki makanan, pohon hayat, dan minuman, Roh pemberi-hayat! Ingatlah, Roh pemberi-hayat itu sebenarnya adalah Allah Tritunggal yang mengalirkan diri-Nya menjadi minuman kita.

Dalam kekekalan kita juga akan menikmati takhta Allah dan Anak Domba (22:3). Sulit dipastikan apakah takhta Allah dalam Wahyu 21 dan 22 adalah takhta kekuasaan atau takhta anugerah. Dalam Ibrani 4 terdapat takhta anugerah, tetapi takhta yang disebut dalam Wahyu 4 terutama berhubungan dengan kekuasaan. Pada akhir Alkitab, takhta yang dimaksud adalah takhta anugerah dan takhta kekuasaan. Kita tahu hal ini dari gambar yang terlukis dalam pasal 22. Dalam pasal itu, takhta Allah dan Anak Domba jelas untuk administrasi ilahi Allah. Dengan demikian, takhta itu adalah takhta kekuasaan. Namun, dari takhta itu tidak keluar kekuasaan, melainkan sungai air hayat, dengan pohon hayat sebagai suplai hayat. Itu bukan kekuasaan, melainkan anugerah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 66