Hitstat

31 October 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 2 Minggu

Melahirkan Banyak Saudara
Yohanes 20:17
Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku...”

Ayat Bacaan: Yoh. 15:14-15; Ibr. 2:10-12; 1 Ptr. 1:3; 1 Kor. 10:17; Kis.9:4-5

Dalam Injil Yohanes terdapat satu poin yang terbesar tetapi tidak banyak diketahui, yaitu sebelum kebangkitan-Nya Tuhan tidak pernah memanggil murid-murid-Nya dengan kata-kata “saudara-saudara”. Istilah yang paling akrab yang Tuhan gunakan sebelum waktu itu adalah “sahabat-sahabat” (Yoh. 15:14-15). Tetapi sekarang, setelah kebangkitan-Nya, “sahabat-sahabat-Nya” menjadi “saudara-saudara-Nya”. Banyak saudara Kristus ini adalah “banyak putra” Bapa, yang juga adalah “gereja” (Ibr. 2:10-12), menjadi ekspresi korporat Allah Bapa di dalam Putra, dan pelipatgandaan Putra di dalam hayat ilahi.
Bagaimana kita bisa menjadi “saudara-saudara”-Nya? Melalui kebangkitan-Nya, kita semua telah dilahirkan kembali dari Allah (1 Ptr. 1:3). Kematian-Nya telah melepaskan hayat ilahi yang ada di dalam-Nya, dan kebangkitan-Nya telah menyalurkan hayat ilahi ke dalam kita, sehingga kita menjadi saudara-saudara Kristus. Tuhan adalah seperti sebutir biji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati, kemudian bertumbuh dalam kebangkitan, menghasilkan banyak biji gandum untuk menghasilkan satu roti, yaitu Tubuh-Nya (1 Kor. 10:17). Kita sekarang adalah perbanyakan-Nya. Itulah sebabnya, begitu Ia bangkit, Dia segera menyebut kita saudara-saudara-Nya.
Tuhan tidak malu menyebut kita saudara-saudara-Nya (Ibr. 2:11), karena kita semua telah menerima hayat Bapa-Nya. Sekarang, baik Dia maupun kita berasal dari sumber yang sama dan mempunyai hayat yang sama dengan sifat yang sama, Dia tidak malu menyebut kita saudara. Demikian juga, seharusnya kita tidak malu menyebut saudara saudari di dalam gereja sebagai saudara saudari kita sendiri. Karena di dalam diri mereka, mereka juga memiliki hayat Tuhan yang sama dengan kita. Menghina mereka berarti menghina Tuhan yang di dalam diri mereka (Kis. 9:4-5). Hayat Tuhan yang berhuni di dalam setiap saudara saudari harus senantiasa diperhidupkan melalui saling mengasihi. Setiap orang yang mengasihi, lahir dari Alah dan mengenal Allah (1 Yoh. 4:7b). Jika kita saling mengasihi, kita akan mengekspresikan sifat Allah dalam kebajikan insani kita.

30 October 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 1 Sabtu

Dikenal melalui Wahyu oleh Pencari-Nya
Yohanes 20:16
Kata Yesus kepadanya, “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, “Rabuni!”, artinya Guru.

Ayat Bacaan: Yoh. 20:13-15; 2 Kor. 5:16; Ef. 1:17

Sejak Tuhan Yesus bangkit dari kematian hingga hari ini, pengenalan manusia terhadap-Nya dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu pengenalan dalam tubuh daging dan pengenalan dalam Roh Kudus. Tatkala Maria Magdalena berdiri di dekat kubur Tuhan Yesus sambil menangis, “Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan’” (Yoh. 20:13). Sesudah itu, ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu bahwa itu adalah Yesus.
Tuhan Yesus yang terlihat olehnya ketika ia menoleh ke belakang justru adalah Tuhan Yesus yang dikenal dan diikutinya selama bertahun-tahun, tetapi saat itu ia tidak tahu bahwa itu adalah Tuhan Yesus. Sebab Putra Allah yang berada dalam tubuh daging itu telah mati di kayu salib dan telah bangkit dari kematian. Hari ini Ia bukan hidup dalam tubuh daging, melainkan hidup dalam Roh Kudus. Yang dulu dapat dikenal berdasarkan tubuh daging manusia, yang sekarang tidak dapat dikenal berdasarkan cara yang sama.
Lalu Tuhan berkata kepada Maria, “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapa yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penjaga taman, lalu berkata kepada-Nya, “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya” (Yoh. 20:15). Kemudian kata Yesus kepadanya, “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, “Rabuni!” Begitu Tuhan menyebut namanya, Maria segera mengenal Dia, karena ia telah menerima wahyu dari Tuhan. Tuhan tidak memberi tahu apa-apa kepadanya, kecuali menyebut namanya, tetapi ia sudah jelas dan mengenal Dia dari batinnya. Inilah wahyu.
Wahyu adalah satu pengenalan yang ajaib. Paulus mengajarkan kita bahwa jalan untuk menerima wahyu adalah melalui kita berdoa (Ef. 1:17). Setiap pagi ketika kita datang kepada Firman-Nya, kita perlu berdoa meminta kepada Tuhan untuk memberikan kita Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Kita perlu memohon Allah mewahyukan Putra-Nya sendiri di dalam kita, sehingga kita jelas, mengenal, dan mengerti Dia dari dalam batin kita.

29 October 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 1 Jumat

Berada dalam Tubuh Kebangkitan
Yohanes 20:14
Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus

Ayat Bacaan: 1 Kor. 15:44; Flp. 3:21; Luk. 24:26; Rm. 6:9

Satu Korintus 15 memberitahu kita bahwa tubuh Tuhan setelah kebangkitan adalah tubuh rohani (ay. 44). Filipi 3:21 menyebutkan “tubuh-Nya yang mulia.” Inilah tubuh Kristus yang telah dibangkitkan, dijenuhi oleh Roh dan dengan kemuliaan Allah (Luk. 24:26), dan melampaui kuasa maut (Rm. 6:9). Tubuh Yesus yang dikorbankan di kayu salib adalah tubuh fisik, tetapi tubuh kebangkitan-Nya adalah tubuh rohani. Setelah kebangkitan-Nya, Dia masih memiliki tubuh, tubuh rohani. Kristus yang bangkit lebih daripada roh, Ia mempunyai tubuh yang berwujud. Kelihatannya bahwa Ia mempunyai tubuh yang sama seperti tubuh yang Ia miliki dahulu. Ketika Yesus ingin menyatakan diri, Ia segera dikenal sebagai “Yesus yang sama”. Ia dapat makan makanan sebagaimana yang Ia lakukan dengan tubuh jasmaninya. Ia dapat berjalan pada tempat-tempat yang sama seperti orang-orang lain. Namun kalau Ia mau, Ia dapat dalam sekejap mata pergi ke tempat-tempat yang jauh atau melalui pintu-pintu yang tertutup. Pada waktu kebangkitan, tubuh Kristus mengalami perubahan dasar — suatu kemuliaan. Dengan kata lain, Tuhan dapat patuh kepada hukum tubuh jasmani, tetapi Ia tidak terikat olehnya. Kristus telah menjadi Roh pada saat Ia bangkit. Kini Ia masih memiliki satu roh, satu jiwa, satu tubuh, tetapi semuanya bersifat rohani.
Apa yang disebut di dalam daging, dan apa yang disebut di dalam Roh? Ini seperti mengenakan pakaian. Di dalam tubuh daging adalah mengenakan tubuh daging, dan di dalam Roh adalah mengenakan Roh. Ketika di bumi, Kristus mengenakan tubuh daging. Ketika Ia mati, Ia menanggalkan tubuh daging, dan menggantinya dengan satu tubuh kebangkitan, memakai pakaian yang lain, yaitu Roh. Kristus yang sekarang telah mengenakan Roh. Dengan demikian, kita bisa mengenal Kristus yang ada dalam tubuh daging, dan kita pun bisa mengenal Kristus yang ada di dalam Roh. Ada orang memustikakan pengenalan terhadap Kristus dalam daging, tetapi sebenarnya mengenal Kristus dalam Roh lebih mustika. Kristus yang kini telah di dalam Roh, membuat kita dapat masuk ke dalam-Nya, juga dapat membuat Dia masuk ke dalam kita, sehingga antara kita dengan Dia terjalin satu kesatuan yang begitu erat.

28 October 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 1 Kamis

Disaksikan oleh Malaikat Allah
Yohanes 20:12
Dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring

Ayat Bacaan: Yoh. 11:25; 20:11-13

Sewaktu Tuhan Yesus masih hidup di bumi, Ia berkali-kali mengatakan perihal bangkit dari kematian ini. Ia mengatakan bagaimana rupa kita dalam kebangkitan. Ia selalu menunjukkan kepada orang bahwa kematian itu bukan akhir dari manusia. Di balik kematian masih ada kebangkitan! Dengan tegas Tuhan berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:25). Ia sendiri telah diserahkan ke tangan orang-orang jahat, mati di salib. Tetapi pada hari ketiga Ia bangkit dari kematian, keluar dari dalam kubur. Ini adalah kejadian yang baru dan ajaib bagi kita. Apakah kita tidak percaya? Namun ini satu fakta yang telah menggemparkan seluruh bumi. Fakta yang sudah menggoncangkan peradaban manusia. Fakta ini, yaitu Yesus bangkit dari kematian, sudah menyelamatkan banyak jiwa dan sudah mengubah banyak hidup manusia. Inilah satu pengharapan yang besar bagi semua manusia.
Kebangkitan Kristus bukan semata-mata ditemukan oleh orang-orang yang menuntut, tetapi juga dipersaksikan oleh malaikat-malaikat yang diutus Allah (20:11-13). Ketika Maria menjenguk ke dalam kubur, ia nampak “dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki tempat mayat Yesus terbaring sebelumnya” (20:12). Kedua malaikat ini seperti kerub di atas tutup pendamaian, yang melihat dan memperhatikan bagaimana mulianya Tuhan yang bangkit, menyelesaikan tugas yang menakjubkan, yaitu keluar dari ancaman maut. Kedua malaikat yang mengamati itu menjadi saksi yang paling kuat bahwa Tuhan Yesus telah bangkit. Kain kafan dan kain peluh merupakan kesaksian dari pihak manusia, malaikat-malaikat adalah kesaksian dari pihak Allah. Kesaksian dan kebangkitan Tuhan Yesus adalah dari dua pihak — dari manusia dan dari malaikat-malaikat sebagai suatu kesaksian dari sorga. Pujilah Tuhan Yesus bahwa manusia dan malaikat-malaikat, sorga dan bumi, telah bersama-sama menjadi suatu kesaksian bagi kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Kalau hari ini Anda percaya Yesus yang sudah bangkit dari antara orang mati, Anda akan menikmati kemuliaan kebangkitan-Nya!

27 October 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 1 Rabu

Tiga Jenis Orang yang Merespon Kebangkitan Tuhan
Yohanes 20:10-11
Lalu pulanglah murid-murid itu ke rumah. Tetapi Maria berdiri di luar kubur itu dan menangis.

Ayat Bacaan: Yoh. 20:1-18

Yohanes pasal 20 menunjukkan kepada kita tiga jenis orang yang merespon akan kebangkitan Tuhan. Jenis orang yang pertama diwakili oleh Maria. Pagi-pagi benar, Maria telah pergi ke kubur Tuhan. Ketika melihat kubur itu kosong, dia segera berlari memberitahukan kepada murid-murid Tuhan. Setelah mendengar kabar itu, maka dua orang murid langsung berlari menuju kubur itu. Dua orang murid itu adalah Petrus dan Yohanes. Inilah jenis orang yang kedua. Sedangkan murid-murid yang lain yang tidak bertindak ataupun merespon adalah jenis orang yang ketiga.
Kejadian ini menunjukkan suatu gambaran bagaimana kita mengejar Tuhan. Orang pertama yang melihat kubur adalah Maria, dan orang pertama yang masuk ke dalam kubur adalah Petrus. Di sini dua saudara ini pikirannya sangat terang dan begitu menemukan sesuatu, mereka lebih mudah percaya akan fakta daripada saudari-saudari. Setelah dua orang saudara melihat kubur yang kosong, kain kafan dan kain peluh, mereka sadar bahwa Tuhan telah bangkit. Meskipun mereka nampak akan fakta ini, menyadarinya dan mempercayainya secara obyektif, mereka tidak mengalami-Nya secara subyektif. Setelah puas dengan fakta obyektif, mereka meninggalkan kubur. Akan tetapi, Maria tetap tinggal, karena ia masih ingin menunggu, melihat dan mengharapkan Tuhan. Terhadap tuntutan tambahannya ini ia memperoleh pengalaman atas kebangkitan Tuhan. Karena Tuhan menyatakan diri kepadanya, ia bukan saja menerima fakta, tetapi juga pengalaman. Ia merupakan orang pertama yang mengalami kebangkitan Tuhan.
Saudara saudari, jika kita ingin melihat lebih banyak perihal Tuhan, kita harus mempunyai persekutuan yang lebih banyak dengan Dia. Maria melihat Tuhan pada saat pagi hari. Ini adalah penyegaran pagi yang terbaik. Dalam penyegaran pagi ini, ia berjumpa dengan Tuhan dan Tuhan menjumpainya, ia berdoa kepada Tuhan dan Tuhan berkata-kata dengan dia; ia bersekutu dengan Tuhan dan Tuhan memberikan firman-Nya dan wahyu-Nya kepadanya. Semoga kita tidak melewatkan setiap pagi hari kita tanpa berjumpa dengan Tuhan, dan Tuhan dapat menjumpai kita, memberikan firman dan wahyu-Nya kepada kita.

26 October 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 1 Selasa

Ditemukan oleh Maria Magdalena
Yohanes 20:18
Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

Ayat Bacaan: Yoh. 20:1-2, 10-18

Setelah Tuhan Yesus bangkit dari kematian, Ia ingin sekali menampakkan diri-Nya kepada Petrus yang sedang dalam kelemahan, kepada kedua murid yang telah salah jalan ke Emaus, kepada Yohanes yang dikasihi-Nya, kepada Tomas yang tidak percaya kebangkitan-Nya, serta kepada murid-murid yang lain. Tetapi Tuhan lebih mengutamakan untuk menampakkan diri pertama kali kepada Maria Magdalena. Mengapa demikian?
Maria Magdalena adalah orang terakhir yang meninggalkan Tuhan ketika Tuhan di salib. Maria Magdalena adalah orang yang paling pagi pergi ke kubur Tuhan. Memang, banyak perkara yang tidak ia pahami sehingga mungkin banyak orang mengira pikirannya kurang baik. Tetapi ia memiliki sesuatu yang paling baik yang mungkin tidak kita miliki. Sesuatu yang paling baik yang ia miliki ialah ia sangat merindukan dan mendambakan Tuhan.
Pagi-pagi buta Maria Magdalena pergi ke kubur Tuhan dan melihat kubur itu terbuka. Dalam angan-angannya, “Tuhan yang kukasihi telah mati, kalau hari ini aku bisa melihat tubuh-Nya saja, cukuplah bagiku.” Tetapi ternyata tubuh-Nya tidak ada! Maka segera ia berlari mendapatkan Petrus dan Yohanes, dan berkata kepada mereka, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan” (Yoh. 20:2). Lalu berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu (Yohanes) ke kubur. Mereka menemukan fakta bahwa Tuhan telah bangkit. Akan tetapi bagaimanakah sikap mereka melihat keadaan itu? “Lalu pulanglah murid-murid itu ke rumah” (Yoh. 20:10). Di dunia mereka masih mempunyai sebuah rumah yang lebih baik, rumah tempat mereka bisa pulang.
“Tetapi Maria berdiri di luar kubur itu dan menangis” (Yoh. 20:11). Dia tidak mempunyai tempat untuk pulang! Dia tidak bisa pergi! Dalam hati Maria merasa, “Kalian mempunyai rumah untuk pulang, tetapi aku tidak bisa demikian, karena Tuhan sudah tidak ada. Kalian mengira tanpa Tuhan tidak mengapa, tetapi aku tidak bisa. Bagaimana aku bisa pergi?” Hati yang demikianlah yang menyentuh hati Tuhan, sehingga Tuhan menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Semoga Tuhan memberikan satu keinginan di dalam kita, yang merindukan Putra Allah dan mengasihi Dia dengan setulusnya.

25 October 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 1 Senin

Meninggalkan Ciptaan Lama di dalam Kubur
Yohanes 20:6b-7
Ia melihat kain kafan terletak di tanah, sedangkan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi terlipat tersendiri di tempat yang lain.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:38-42; 20:6-7; Rm. 8:11; 1 Tes. 5:17

Sebelum Tuhan Yesus dikuburkan, Yusuf dari Arimatea bersama dengan Nikodemus mengapani tubuh-Nya dengan kain lenan (Yoh. 19:38-42). Apa yang mereka balutkan pada Tuhan menjadi sangat berguna di dalam kesaksian Tuhan. Mengapa? Sebab ketika Tuhan Yesus bangkit, Petrus yang masuk ke dalam kubur dan “melihat kain kafan terletak di tanah, sedangkan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan, tetapi terlipat tersendiri di tempat yang lain” (Yoh. 20:6-7). Ini berarti bahwa Dia pergi ke dalam kubur dengan sesuatu dari ciptaan yang lama. Lalu di dalam kebangkitan-Nya, Ia meninggalkan ciptaan lama di dalam kubur dan menjadi buah sulung, penunasan ciptaan baru Allah. Dalam pandangan Allah, segenap ciptaan lama, termasuk manusia kita yang lama dan diri kita yang lama telah terkubur di dalam kubur itu bersama Tuhan Yesus dan ditinggal di sana.
Pada akhir zaman yang akan datang semua orang yang tidak percaya yang telah mati akan dibangkitkan (Why. 20:12-13). Namun, kebangkitan itu tidak membawa mereka keluar dari ciptaan lama, dan tidak membawa mereka ke dalam Allah. Hanya kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang unggul atau yang luar biasa (Flp. 3:10-11), yang membawa kita keluar dari ciptaan lama dan membawa kita ke dalam Allah. Berada dalam kebangkitan yang unggul berarti meninggalkan setiap hal milik ciptaan lama dan dibawa ke dalam Allah.
Dalam Roma 8:11 Paulus berkata, “Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu.” Ayat ini menunjukkan bahwa kita dapat mencapai kebangkitan yang unggul pada zaman sekarang ini. Roh itu adalah realitas kebangkitan Kristus yang diam di dalam kita dan menggarapkan kebangkitan yang unggul ke dalam kita secara riil dan praktis. Untuk menerapkan hal ini kita harus senantiasa berada di dalam roh kita untuk berjumpa dengan Kristus sebagai Roh itu. Kita harus menerapkan Kristus sebagai Roh pemberi hayat hidup di dalam roh kita. Kita harus menjamah Dia setiap saat dengan berdoa senantiasa (1 Tes. 5:17).

24 October 2009

Yohanes Volume 8 - Minggu 1 Minggu

Hari Pertama dalam Minggu itu
Yohanes 20:1
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu penutupnya telah diambil dari kubur.

Ayat Bacaan: Yoh. 20:1; Mzm. 118:24; 2:7; Kis. 13:33; Ibr. 1:5; Why. 1:10

Tuhan bangkit “pada hari pertama minggu itu” (Yoh. 20:1). Frase kata “hari pertama minggu itu” menunjukkan bahwa kebangkitan Tuhan membawa masuk suatu permulaan yang baru. Tuhan menciptakan selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh. Tujuh hari ini adalah generasi ciptaan lama. Sekarang, sesudah tujuh hari, ada permulaan baru dengan hari pertama yang lain. Dengan kata lain, melalui kebangkitan Tuhan, ciptaan lama telah berlalu dan ciptaan baru telah dimulai; generasi lama telah berlalu dan generasi baru telah dimulai. Jadi hari pertama dari minggu yang lain menandakan permulaan ciptaan baru, generasi baru, dan zaman baru. Mazmur 118:24 mengatakan, “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya.” Jika kita telah membaca ayat ini di dalam konteksnya, kita akan melihat bahwa ini menerangkan hari kebangkitan Tuhan. Hari kebangkitan-Nya adalah hari yang istimewa, satu hari yang telah ditentukan Allah. Hari kebangkitan Tuhan dinubuatkan sebagai “hari ini” (Mzm 2:7; Kis. 13:33; Ibr. 1:5). Ketika Tuhan Yesus masih berkelana di atas bumi, Tuhan menubuatkan bahwa Ia akan tersalib dan kemudian akan bangkit dari kematian pada hari ketiga (Mat. 16:21, Yoh. 2:19, 22). “Hari ketiga” ini adalah hari pertama dari minggu itu. Kemudian hari ini disebut oleh orang-orang Kristen sebagai “Hari Tuhan” (Why. 1:10). Alangkah ajaibnya hari tersebut!
Saat ini seluruh dunia memakai hari Minggu terutama bukan untuk penyembahan, tetapi untuk kesenangan, olah raga, dan segala macam hiburan. Ini lebih jahat dari pada penyembahan berhala, tetapi arus ini telah menghanyutkan banyak orang Kristen.
Perkataan yang diucapkan Yohanes sangatlah indah, katanya, “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh (di dalam roh) . . .” (Why. 1:10). Semoga banyak orang dapat berkata, “Pada hari Tuhan, aku di dalam Roh.” Semoga hari ini menjadi hari Roh Kudus menggerakkan gereja-Nya dan hari kita menerima berkat-Nya. Marilah kita mementingkan dan mempersembahkan hari Tuhan ini kepada Tuhan. Jika kita semua berbuat demikian, niscaya berkat Allah akan tercurah secara besar-besaran ke dalam gereja-Nya.

23 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 4 Sabtu

Beristirahat dalam kehormatan manusia
Yohanes 19:40-41
Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:38-42; Mat. 27:57; Yoh. 3:1; Yes. 53:9

Setelah Tuhan merampungkan pekerjaan-Nya dalam kematian-Nya, Dia beristirahat (19:38-42). Dalam Yohanes 18 dan 19 kita melihat banyak hal yang jahat dan penderitaan yang menimpa Tuhan. Tetapi, bagai-manapun jahatnya peristiwa-peristiwa itu dan bagaimanapun banyaknya yang Dia derita, Dia menahannya dan melaluinya dengan penuh kemenangan. Ini menunjukkan bahwa Dia itu Hayat pemenang dan penakluk. Setelah Tuhan melaksanakan kematian untuk penebusan dan penyaluran hayat-Nya, situasi penderitaan-Nya segera berubah menjadi sesuatu yang penuh dengan ke-hormatan. Sebelum kematian-Nya, segala sesuatu jahat dan mematikan; se-telah kematian-Nya, segalanya jadi menyenangkan dan nyaman.
Yusuf dari Arimatea, seorang hartawan (Mat. 27:57) dan Nikodemus, seorang penguasa Yahudi (Yoh. 3:1) datang membawa kain lenan dan rempah-rempah yang mahal, mur dan gaharu (Yoh. 19:39-40), mempersiapkan tubuh-Nya untuk pemakaman. Bukan orang miskin yang merawat tubuh-Nya, tetapi kaum bang-sawan yang menguburkan Dia dalam sebuah kubur “bersama dengan orang kaya” (Yes. 53:9 Tl.). Dengan demikian kita melihat bahwa seluruh situasinya berubah menjadi keadaan yang mulia dan suatu lingkungan yang baru.
Pasal 18 dan 19 menyatakan bagaimana Tuhan menyerahkan diri-Nya dengan sukarela dan berani serta menaklukkan lingkungan kematian dan pengaruhnya. Hal ini membuktikan bahwa Dia adalah Hayat pemenang dan Sang kebangkitan. Dia mati agar dapat membebaskan diri-Nya sebagai hayat. Di satu pihak, Tuhan tidak dapat dihancurkan, di pihak lain, Dia sudah dihan-curkan. Sebagai hayat kebangkitan, Dia tidak dapat dihancurkan; tapi untuk tujuan pembebasan diri-Nya sebagai hayat, Dia dihancurkan. Bahwa tidak satu tulang pun daripada-Nya yang dipatahkan, membuktikan bahwa tak ada sedikit pun hayat kebangkitan-Nya yang dapat dihancurkan.
Bagaimanapun, Dia rela menderita dan ditikam agar hayat dapat dibebaskan dan disalurkan ke dalam kita. Begitu perkara ini rampung, Dia beristirahat dan menanti kebangkitan. Jadi, melalui kematian-Nya, kita telah ditebus dan men-dapatkan hayat yang Dia bebaskan dan salurkan ke dalam kita.

22 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 4 Jumat

Tulang-Nya tidak dipatahkan (2)
Mazmur 34:21
Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah.

Ayat Bacaan: Mzm. 34:21; Kej. 2:21-23; Yoh. 3:36

Dalam Kejadian 2:21-23, kita menemukan pertama kali kata tulang disebut dalam Kitab Suci, yaitu sepotong tulang rusuk yang dikeluarkan dari Adam untuk menghasilkan dan membangun Hawa sebagai jodoh Adam. Hawa melambangkan gereja yang dihasilkan dan dibangun dengan hayat kebangkitan yang dilepaskan dari Dia. Dengan kata lain, gereja berasal dari hayat kebangkitan, hayat yang tak terbinasakan dari Kristus. Hayat-Nya adalah hayat yang tidak dapat dilukai, dirusak atau dipatahkan. Jika salah satu dari tulang Tuhan dapat dipatahkan, itu berarti bahwa hayat kebangkitan Tuhan dapat dilukai dan dirusak oleh kematian.
Melalui memeriksa Kejadian 2, dengan mudah kita dapat melihat arti kata tulang — yakni melambangkan hayat kebangkitan. Satu prinsip yang Alkitabiah adalah prinsip yang disebutkan pertama kali. Menurut prinsip ini, penyebutan pertama dari suatu perkara menentukan arti perkara itu dalam seluruh Alkitab. Dengan menerapkan prinsip ini pada kata tulang dalam Injil Yohanes, kita melihat bahwa tempat pertama yang menyebutkan sesuatu tentang kata tulang adalah dalam Kejadian pasal dua, di sana dikatakan sepotong tulang rusuk dikeluarkan dari Adam untuk menghasilkan seorang mempelai perempuan. Hawa adalah lambang gereja, Adam adalah lambang Kristus, dan tulang itu adalah lambang hayat kebangkitan Kristus.
Sebagaimana Hawa berasal dari tulang Adam, demikian pula gereja berasal dari hayat kebangkitan Kristus. Hawa dibuat dari sebuah tulang, dan gereja dihasilkan oleh hayat ilahi. Jadi tulang adalah lambang hayat kebangkitan. Tulang Tuhan Yesus tidak dipatahkan membuktikan bahwa Dialah hayat ke-bangkitan yang tidak dapat dihancurkan oleh maut. Lambung Tuhan ditusuk, tetapi tidak ada satu pun tulang-Nya yang dipatahkan. Ini menandakan bahwa meskipun hayat jasmani Tuhan dibunuh, hayat kebangkitan-Nya, hayat ilahi itu, tidak dapat dilukai atau dirusak oleh apa pun. Meskipun hayat insani-Nya dirusak oleh kematian, hayat ilahi-Nya tidak dapat dihancurkan. Inilah hayat yang dipakai untuk membangun gereja, yang juga adalah hayat kekal yang kita dapatkan karena percaya ke dalam-Nya.

21 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 4 Kamis

Tulang-Nya tidak dipatahkan (1)
Yohanes 19:36
Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan.”

Ayat Bacaan: Yoh. 19:31-33, 36; 10:17-18; Zak. 12:10; 1 Ptr. 1:19-20; Kel. 12:46; Mzm. 34:21

Setiap aspek kematian Tuhan sesuai dengan kedaulatan Allah. Di bawah kedaulatan Allah, tidak satupun tulang Tuhan yang dipatahkan (Yoh. 19:31-33, 36). Orang Yahudi, tidak ingin tubuh-tubuh itu tertinggal di atas salib pada hari Sabat, lalu mereka minta kepada Pilatus agar kaki-kaki mereka dipatahkan. Kemudian para prajurit mematahkan kaki kedua penyamun yang disalibkan bersama Tuhan. Tapi ketika mereka mendatangi Yesus, mereka melihat bahwa Dia sudah mati. Karena Tuhan sudah mati, maka tidak perlu mematahkan tulang-Nya. Dalam satu pengertian, ini membuktikan bahwa di satu pihak Tuhan Yesus tidak mati karena tangan manusia, melainkan Dia mati sendiri. dan ini adalah untuk meggenapkan rencana Allah yang semula.
Meskipun Dia disalibkan, Dia mati sendiri untuk menggenapi Firman-Nya yang diucapkan dalam Yohanes 10:17 dan 18, ”Aku memberikan nyawa-Ku agar Aku menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.” Kelihatannya, Yesus terbunuh; sesungguhnya, Dia memberikan hayat jiwa-Nya, hayat psuche-Nya dan mati. Sekalipun kedua penjahat terbunuh, Yesus tidak demikian. Sebalik-nya, Dia memberikan hayat psuche-Nya untuk penebusan kita.
Karena Dia telah mati, prajurit-prajurit tidak mematahkan kaki-Nya. Ke-daulatan ini mengenapi nubuat yang mengatakan, “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan” (Yoh. 19:36). Seorang dari para prajurit itu, tidak percaya bahwa Tuhan benar-benar sudah mati, lalu menikam lambung-Nya dengan sebatang tombak. Ketika Kristus disalibkan, kaki-Nya tidak ada yang dipatahkan (Yoh. 19:33-36). Tulang-tulang Kristus yang tidak dipatahkan melambangkan hayat kekal-Nya yang tidak dapat dipatahkan dan tidak dapat binasa yang menyalurkan hayat ke dalam kita. Ini mutlak terjadi karena kedaulatan Allah dengan begitu ajaib dan bermakna. Ini juga membuktikan bahwa kematian Tuhan bukan terjadi secara kebetulan, melainkan direncana-kan Allah sebelum dunia dijadikan (1 Ptr. 1:19-20). Haleluya, atas Firman Tuhan yang tidak pernah salah, firman-Nya digenapi bagi kita.

20 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 4 Rabu

Mengalirkan air untuk membagikan hayat (2)
Yohanes 12:24
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Ayat Bacaan: Yoh. 12:24; 4:14; Why. 22:1

Air yang keluar dari rusuk-Nya melambangkan aspek penyaluran hayat dari kematian Kristus (Yoh. 12:24). Air adalah untuk penyaluran hayat (Yoh. 4:14, Why. 22:1). Kalau darah membentuk sebuah sumber untuk mencuci dosa-dosa, air menjadi sebuah sumber untuk diminum. Darah itu untuk membeli gereja, sedangkan air yang melambangkan hayat kekal itu untuk menghasilkan gereja. Aspek kedua dari kematian Tuhan ini adalah kematian yang membebaskan hayat, mengembangbiakkan hayat dan melipatgandakan hayat, juga adalah kematian yang melahirkan dan mereproduksi hayat.
Sewaktu Tuhan Yesus berkata bahwa Ia adalah sebutir biji gandum yang jatuh ke tanah; mati sehingga menghasilkan banyak butir biji gandum (Yoh. 12:24), Dia menunjukkan aspek penyaluran hayat dari kematian-Nya. Kematian dari sebutir biji gandum ini bukanlah untuk penebusan, melainkan mutlak untuk penyaluran hayat yang ada dalam gandum pertama kepada banyak butir biji gandum. Di pihak negatif, kematian Kristus menyingkirkan dosa-dosa kita, dan di pihak positif, menyalurkan hayat ilahi ke dalam kita.
Pada hari ini, begitu kita percaya kepada-Nya, dosa-dosa kita disingkirkan oleh kematian-Nya yang menebus dan hayat yang kekal disalurkan kepada kita oleh kematian-Nya yang menyalurkan hayat. Kematian yang menyalurkan hayat ini juga merupakan kematian yang membebaskan hayat, mengembang-biakkan hayat dan melipatgandakan hayat. Inilah kematian yang melahirkan dan mereproduksi hayat. Sebutir biji gandum, meski hayatnya terkurung dalam biji gandum itu namun ia penuh dengan kuasa kebangkitan.
Kematian Tuhan adalah kematian yang membebaskan hayat; bagi kita, itulah kematian yang menyalurkan hayat. Tidak hanya demikian, kematian-Nya juga mengembangbiakkan hayat, menyebabkan pelipatgandaan hayat. Kematian juga mereproduksi hayat, karena sebutir biji gandum telah direproduksi menjadi banyak butir biji gandum. Betapa perlunya kita terkesan oleh aspek-aspek yang ajaib dari kematian Kristus yang almuhit ini. Karena kematian-Nya yang almuhit inilah yang membawa kita berbagian dengan hayat kekal-Nya. Kini Dialah sumber kita yang sejati, kita adalah reproduksi hayat-Nya. Haleluya!

19 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 4 Selasa

Mengalirkan air untuk membagikan hayat (1)
Yohanes 10:10
Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hayat, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (Tl.)

Ayat Bacaan: Yoh. 10:10; 19:34; Mat. 27:45-46, 51; Mrk. 15:33; Luk. 23:44-45, 34; Kej. 2:21-23

Dalam Matius 27:45, 51, Markus 15:33, dan Lukas 23:44-45, kegelapan, simbol dari dosa muncul, juga tabir dalam Bait Suci yang memisahkan Allah dengan manusia terbelah. Semua itu adalah tanda aspek penebusan dari kematian Tuhan. Selanjutnya, kata-kata yang diucapkan Tuhan di salib dalam Lukas 23:34, “Ya Bapa, ampunilah mereka”, dan dalam Matius 27:46, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (karena saat itu Dia menanggung dosa-dosa kita). Perkataan ini juga menggambarkan aspek penebusan dari kematian Tuhan. Tetapi air yang mengalir dan tulang yang tidak diremukkan yang disebutkan oleh Yohanes dalam pasal 19:34 dan 36 ialah tanda aspek penyaluran hayat dari kematian Tuhan.
Kematian yang menyalurkan hayat ini membebaskan hayat ilahi Tuhan dari dalam diri-Nya untuk menghasilkan gereja, yaitu yang tersusun dari semua orang beriman-Nya yang ke dalam mereka hayat ilahi-Nya disalurkan. Kematian Tuhan yang menyalurkan hayat ini dilambangkan dengan tertidurnya Adam yang menghasilkan Hawa (Kej. 2:21-23), juga ditandai dengan jatuhnya sebutir biji gandum ke dalam tanah dan mati untuk menghasilkan banyak butir (Yoh. 12:24) untuk dijadikan satu roti – yang melambangkan Tubuh Kristus (1 Kor. 10:17). Jadi, kematian Tuhan juga adalah kematian yang mengembangbiakkan hayat, melipatgandakan hayat, kematian yang menghasilkan dan mereproduksi hayat.
Alkitab memperlihatkan kepada kita, tujuan Allah yang kekal adalah di dalam Anak-Nya, Tuhan Yesus, memberikan hayat kepada manusia. Sebab itu, Dia menaruh hayat-Nya di dalam Tuhan Yesus, menyuruh Tuhan Yesus ke bumi, supaya orang mendapatkan hayat-Nya (Yoh. 1:4; 10:10). Supaya orang bisa mendapatkan hayat Allah yang ada di dalam-Nya, Tuhan Yesus harus mati, tubuh-Nya harus terbelah, untuk melepaskan hayat Allah yang ada di dalam-Nya. Melalui kematian-Nya, Tuhan membagikan hayat Allah yang ada di dalam-Nya kepada kita. Inilah tujuan utama Dia menyerahkan diri mati di atas salib. Karena hal inilah, kita harus senantiasa memberitakan apa yang telah Tuhan lakukan bagi kita kepada semua orang.

18 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 4 Senin

Mengalirkan darah untuk penebusan (2)
Ibrani 9:22
Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah,dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.

Ayat Bacaan: Ibr. 9:22; 10:1-18; 1 Ptr. 3:18; Rm. 8:3; Ibr. 9:26

Menurut Alkitab, keadilbenaran Allah menghendaki agar semua dosa dihakimi. Satu-satunya cara agar dosa dapat dihakimi secara adil-benar adalah melalui kematian. Ibrani 9:22 mengata-kan bahwa tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. Agar Allah dapat menghakimi dan kemudian mengampuni dosa-dosa kita, maka harus ada penumpahan darah, yaitu perlu kematian. Cara penebusan apa pun yang tidak melibatkan kematian tidak dapat memenuhi tuntutan keadil-benaran Allah, semuanya berada di bawah standar Allah.
Dalam Perjanjian Lama, Allah menghendaki kematian binatang sebagai kurban. Ketika seseorang berdosa, dia harus mempersembahkan seekor anak domba atau seekor lembu jantan dan harus membunuh kurban itu barulah tuntutan keadilbenaran Allah dapat dipenuhi. Meskipun cara ini dapat membuat Allah melewatkan dosa-dosa manusia, tetapi tidak berarti merupakan penyelesaian akhir dari masalah dosa manusia. Dalam Perjanjian Baru, cara penyelesaian Allah atas masalah dosa adalah dengan mengirimkan Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus, sebagai kurban yang unik untuk menggantikan semua kurban binatang dalam Perjanjian Lama (Ibr. 10:1-18). Dia membuat Yesus mati sebagai ganti seluruh umat manusia (1 Ptr. 3:18). Melalui melaksanakan penghakiman-Nya atas Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah, dosa manusia dihakimi, dan masalah dosa akhirnya terselesaikan untuk selamanya (Rm. 8:3; Ibr. 9:26).
Kristus adalah kurban yang sempurna dan kekal. Tidak ada lagi yang dapat ditambahkan oleh manusia pada kurban ini untuk memperbaiki apa yang telah dilakukan oleh Allah. Itulah sebabnya, dalam Perjanjian Baru manusia tidak perlu melakukan perbuatan baik untuk menyelamatkan dirinya karena Allah telah mengerjakan semuanya untuk manusia. Sangatlah bodoh jika manusia mencoba menyalibkan dirinya sekali lagi atau meniru penderitaan Kristus. Tidak ada yang dapat ditambahkan pada apa yang telah dirampungkan oleh Allah di dalam Kristus. Penebusan adalah suatu tindakan di hadapan Allah dan hal itu telah memuaskan Allah.

17 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 4 Minggu

Mengalirkan darah untuk penebusan (1)
Yohanes 19:34
Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:34; 1:29; Ibr. 9:22; Kis. 20:28; Yoh. 12:24; 3:14-15; Ibr. 9:14

Pemikiran dalam Injil Yohanes, khususnya dalam pasal 18 dan 19, terutama dipusatkan pada Tuhan sebagai benih hayat, mati dan membebaskan diri-Nya melalui kematian dan kebangkitan. Dalam hal ini, sebutir biji gandum telah dilepaskan untuk menghasilkan banyak butir biji gandum. Pada mulanya hayat terbatas dalam sebutir biji gandum, tetapi kini melalui kematian dan kebangkitan, hayat Kristus telah dibebaskan, telah menghasilkan banyak butir biji gandum. Inilah pemikiran atas kematian Tuhan dalam Injil Yohanes.
Yohanes 19:34 mengatakan, “Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” Dari lambung Tuhan yang ditusuk mengalir keluar dua macam unsur: darah dan air. Darah adalah untuk penebusan, berkaitan dengan menanggulangi dosa-dosa (Yoh. 1:29, Ibr. 9:22) untuk membeli gereja (Kis. 20:28). Air adalah untuk menyalurkan hayat, berkaitan dengan kematian (Yoh. 12:24, 3:14-15) untuk menghasilkan gereja (Ef. 5:29-31). Di aspek negatif, kematian Tuhan me-nyingkirkan dosa-dosa kita; di aspek positif, menyalurkan hayat ke dalam kita. Kita telah dipisahkan kepada Allah oleh darah penebusan Kristus (Ibr. 9:14). Tetapi kita tidak dapat nampak kuasa darah Kristus dalam kebanyakan orang Kristen dewasa ini.
Semua orang Kristen percaya bahwa diri mereka telah ditebus, namun dalam beberapa orang di antara mereka tidak ada tanda penebusan darah. Tanda darah ialah tanda pemisahan. Bila Anda telah ditebus oleh darah, Anda pun harus membawa tanda pemisahan. Mungkin orang lain boleh dengan bebas berkata atau berbuat sesuatu, namun Anda tidak dapat. Sekalipun Anda dapat melakukan perkara itu, tetapi Anda menahan diri untuk tidak melakukannya, karena Anda telah ditebus oleh darah. Pada Anda terdapat suatu tanda bahwa Anda berbeda dan terpisah. Kalau orang lain boleh menuturkan perkataan tertentu, mengunjungi tempat tertentu, dan membeli barang tertentu, kita tidak dapat, sebab kita telah dipisahkan dan membawa tanda darah penebusan. Darah ini telah menguduskan dan memisahkan kita.

16 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Sabtu

Yesus menyerahkan nyawa-Nya
Yohanes 19:30
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:30; Mrk. 10:45; Luk. 19:10; Yoh. 10:10

Menurut Markus 10, Ia datang untuk melayani manusia bahkan sampai pada titik memberikan diri-Nya sebagai tebusan. Tujuan kedatangan-Nya adalah untuk melayani manusia. Dalam pelayanan-Nya kepada manusia, terdapat suatu keperluan bagi-Nya untuk memberikan diri-Nya sebagai tebusan, dan memang itulah yang dilakukan-Nya. Menjadi tebusan adalah tindakan-Nya yang tertinggi dan perampungan akhir dari pelayanan-Nya kepada manusia. Tuhan tidak mengatakan bahwa Anak Manusia hanya datang sebagai tebusan. Ia mengatakan Anak Manusia datang untuk “melayani”. Tujuannya adalah pelayanan. Ia tertarik pada manusia, dan Ia menganggap manusia mustika dan berharga untuk dikasihi dan dilayani. Ia melayani manusia se- demikian rupa sampai Ia memenuhi keperluan mereka melalui menjadi juru-selamat mereka. Inilah sebabnya Ia memberikan diri-Nya sebagai tebusan.
Tuhan Yesus lebih dahulu mengasihi dan melayani manusia, dan kemudian Ia memberikan diri-Nya kepada mereka. Pertama-tama adalah kasih; pengor-banan hidup datang selanjutnya. Ketika kita bekerja di antara manusia, kita tidak dapat menginjil tentang pengorbanan Tuhan tanpa memiliki kasih yang tepat lebih dulu. Kita tidak seharusnya berpikir bahwa kita dapat lebih dulu mengabarkan pengorbanan Tuhan baru kemudian mengasihi pendengarnya setelah ia menerima Tuhan.
Jika kita tidak memiliki minat terhadap manusia dan tidak menganggapnya mustika, dan jika kita tidak memiliki kesadaran bahwa kita semua adalah makhluk ciptaan Allah yang terkasih, kita tidak dapat menginjil tentang pengor-banan. Jika kita belum penah dijamah oleh kata-kata Allah menciptakan ma-nusia atau hanya memiliki sedikit sekali perasaan terhadap hal ini, kita tidak cocok untuk mengabarkan pengorbanan Kristus. Kita tidak dapat menahan kasih kita sampai mereka menerima Tuhan atau sampai mereka menjadi saudara-saudara kita. Tuhan kita lebih dahulu melayani dan membelaskasihani orang lain sebelum memberikan diri-Nya sebagai tebusan. Kita yang yang memberitakan tentang penebusan-Nya seharusnya juga mengasihi lebih dahulu baru kemudian memberitakan penebusan.

15 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Jumat

Yesus berkata: sudah selesai!
Yohanes 19:30
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 5:17,30; Kol. 1:14 ; 1 Yoh. 2:2; Rm. 5:11; Rm. 5:10; Kol. 1:20; 2 Kor. 5:18-19

Tuhan bekerja terus hingga Ia disalibkan (5:17). Tetapi bahkan ketika saat penyaliban-Nya, Tuhan masih terus bekerja. Bagaimanakah kita bisa mengetahui bahwa di atas salib Ia masih terus bekerja? Karena sebelum mati Ia berseru, “Sudah selesai!” Sewaktu Ia disalibkan, Ia masih bekerja untuk penebusan orang-orang berdosa, untuk menghancurkan ular, untuk membebaskan hayat ilahi, dan untuk menggenapkan kehendak kekal Allah. Pada detik yang terakhir, setelah segala sesuatunya digenapi, Ia memprokla-mirkan kepada alam semesta, “Sudah selesai!” Kemudian Ia mati dan masuk ke dalam perhentian. Terpujilah Tuhan Yesus! Hanya Dialah yang dapat me-lakukan hal ini. Melalui penyaliban-Nya, Ia menyelesaikan pekerjaan kematian almuhit-Nya, yang dengannya Ia merampungkan penebusan, mengakhiri ciptaan lama, dan membebaskan hayat kebangkitan-Nya untuk menghasilkan ciptaan baru, merampungkan kehendak Allah.
Dalam proses kematian-Nya, dengan tindakan-Nya Dia membuktikan kepada penentang-Nya dan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya bahwa Dia adalah hayat. Lingkungan kematian yang mengerikan sedikit pun tidak me-nakutkan Dia, malahan membentuk satu kontradiksi yang membuktikan dengan kuat bahwa Ia sebagai hayat berlawan dengan maut, sedikit pun tidak ter-pengaruh oleh maut. Karena itu, pekerjaan yang Tuhan nyatakan selesai di sini meliputi menggenapkan penebusan, mengakhiri ciptaan lama, membebas-kan hayat kebangkitan-Nya, dan menyatakan bahwa Dia adalah hayat yang tidak bisa dipengaruhi oleh maut.
Karena itu sejak kini, “tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Rm. 8:1). Itulah yang digenapkan-Nya bagi kita, dan itulah kedudukan kita dalam pandangan hukum Taurat. “Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa” (Rm. 6:7). Kita telah mati di dalam Tuhan Yesus, inilah kedudukan kita. Kini kita perlu pekerjaan Roh Kudus untuk merealisasikan fakta itu, agar fakta itu menjadi pengalaman kita. Salib menanggung hukuman bagi orang dosa, menetapkan nilai orang dosa, mematikan seluruh orang dosa, dan melepaskan hayat Tuhan Yesus.

14 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Kamis

Diejek dengan anggur asam
Yohanes 19:29
Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:29; Luk. 23:36; Luk. 16:24, Why. 21:8; Ibr. 2:9

Pada awal penyaliban-Nya, anggur yang dicampur dengan empedu diberikan kepada Tuhan sebagai minuman atau tegukan yang memabukkan, karenanya Ia tak mau meminumnya. Tetapi pada akhir penyaliban-Nya, ketika Ia merasa haus, anggur asam diberikan kepada Dia dengan cara mengolok-olokkan-Nya (Luk. 23:36). Haus adalah suatu perasaan terhadap maut (Luk. 16:24; Why. 21:8). Di atas salib Tuhan Yesus mengecap maut bagi kita (Ibr. 2:9). Dalam penyaliban-Nya, pakaian dan minuman yang menjadi hak-Nya dirampok bersamaan dengan hayat-Nya.
Karena manusia harus menerima hukuman, maka Putra Allah, Yesus Kristus yang telah menjadi manusia, telah menerima hukuman yang harus diterima oleh manusia. Manusia berbuat dosa melalui tubuh. Tubuhlah yang membuat orang melakukan dosa, dan tubuh senang akan dosa. Karena itu tubuh manusia harus menerima hukuman. Siapakah yang dapat memahami sepenuhnya penderitaan yang diderita tubuh Tuhan Yesus di atas salib?
“Mereka menusuk tangan dan kakiku” (Mzm. 22:17). Nabi mengatakan bahwa Ia akan disebut “yang telah mereka tikam” (Za. 12:10). Tangan, kaki, dahi, rusuk, dan hati-Nya pernah ditikam orang, yaitu tertikam oleh dan untuk insani kita yang berdosa. Pada saat itu, karena luka-luka-Nya dan karena tubuh-Nya tergantung di atas salib, tanpa penopang, aliran darah dalam tubuh-Nya tidak bisa normal, menyebabkan suhu tubuh-Nya sangat tinggi, dan mulut-Nya terasa sangat haus, sehingga Ia berseru, “Lidahku melekat pada langit-langit mulutku” (Mzm. 22:16), “...aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam” (Mzm. 69:22). Tangan suka berbuat dosa, maka tangan harus dipaku; mulut suka berbuat dosa, maka mulut harus menderita; kaki suka berbuat dosa, maka kaki harus dipaku; kepala (otak) suka berbuat dosa, maka kepala harus mengenakan mahkota duri. Hukuman yang seharusnya dijatuhkan ke atas tubuh manusia, semua telah dilaksanakan di atas tubuh-Nya. Kristus telah menerima hukuman karena dosa manusia, maka semua orang yang percaya kepada-Nya dihitung telah menerima hukuman; karena itu setiap orang yang percaya kepada-Nya, tidak akan dihukum.

13 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Rabu

Ibu, inilah, anakmu!
Yohanes 19:26-27
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!”

Ayat Bacaan: Yoh. 19:26-27; Luk. 23:34, 43, 46; Mat. 27:46

Sewaktu Tuhan di atas kayu salib, Ia mengucapkan tujuh buah perkataan. Pertama, Tuhan mengucapkan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:3); kedua, “Hari ini juga Engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:43); ketiga, menunjuk kepada murid-Nya, Yohanes, Tuhan berkata kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah anakmu” (Yoh. 19:26). Kemudian Ia berkata kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!“ (Yoh. 19:27). Ketiga perkataan ini diucapkan selama tiga jam pertama penyaliban Tuhan. Perkataan keempat; “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Perkataan kelima: “Aku haus!” (Yoh. 19:28); keenam: “Sudah selesai” (Yoh. 19:30); dan ketujuh: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk. 23:46).
Sewaktu disalibkan, Yesus melihat ibu-Nya dan “murid yang dikasihi-Nya berada di samping-Nya lalu berkatalah Dia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian Ia berkata kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!”. Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya” (Yoh. 19:26-27). Perkataan ini menyatakan kesatuan hayat, karena mempersaksikan bahwa Tuhan adalah hayat yang disalurkan ke dalam kaum beriman. Oleh hayat ini, murid yang dikasihi-Nya bisa menjadi satu dengan-Nya , menjadi anak dari ibu-Nya, dan ibu-Nya menjadi ibu dari murid yang dikasihi-Nya.
Melalui pengalihan hayat ini, salah seorang dari murid-murid-Nya dapat menjadi putra ibu-Nya, dan ibu-Nya dapat menjadi ibu murid ini. Ini bukan menunjukkan keselamatan, melainkan pengalihan hayat. Tuhan Yesus mati untuk membebaskan hayat dan menyalurkan diri-Nya sebagai hayat ke dalam murid-murid, yaitu menjadikan semua murid sama dengan Dia. Dengan sen-dirinya, semua murid adalah putra-putra ibu-Nya. Kematian adalah permulaan kebangkitan. Setiap kali kita memasuki kematian, kita harus tahu bahwa kita berada di ambang pintu kebangkitan. Allah yang hidup adalah kebangkitan. Kita hidup bersandar Allah yang hidup, bukan hidup bersandar diri kita sendiri. Kesatuan kita dengan-Nya dalam hayat membuat kita dapat bersekutu akrab dan mesra dengan Dia.

12 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Selasa

Para prajurit mengundi jubah-Nya
Yohanes 19:23a
Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian—dan jubah-Nya juga mereka ambil.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:29; 19:23-24; 1 Yoh. 2:2; 1 Ptr. 3:18.

Ketika mereka selesai menyalibkan Yesus, mereka mengambil jubah-Nya dan membagikan masing-masing satu bagian untuk satu prajurit. Karena jubah-Nya tidak berjahit, maka mereka membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya (Yoh. 19:23-24). Ini bukan kehendak prajurit-prajurit itu sendiri, melainkan berasal dari pengaturan Allah. Hal ini terjadi supaya nubuat dalam Mazmur 22:19 tergenapi. Melalui ini, kita mengetahui bahwa kematian Tuhan adalah rencana yang telah diatur. Jika Allah tidak mempunyai rencana ini, tidak seorang pun dapat menyerahkan hayat Tuhan kepada maut. Semuanya untuk membuktikan bahwa kematian Tuhan bukan karena kehendak manusia, melainkan karena pengaturan Allah.
Setelah hidup tiga puluh tiga setengah tahun di bumi, Kristus mati. Kematian-Nya merupakan kematian yang luar biasa. Kematian-Nya berbeda dengan kematian manusia-manusia lain di muka bumi ini. Pertama, menubuatkan kematian-Nya sebelum saatnya tiba. Kedua, dinubuatkan oleh para nabi beratus-ratus tahun sebelumnya. Ketiga, dalam Perjanjian Lama telah diberikan tanda dalam bentuk lambang mengenai saat dan cara kematian Kristus. Keempat, ketika Kristus mati, Dia berkata, “Sudah selesai!” (Yoh.19:30). Kelima, merupakan peristiwa yang menggambarkan sifat adikodrati dari kematian-Nya. Keenam, Kristus mati sebagai Pengganti bagi semua orang dosa (1 Ptr. 3:18) dan memberikan diri-Nya kepada Allah sebagai kurban untuk dosa seluruh dunia (Yoh. 1:29; 1 Yoh. 2:2).
Inilah gambaran yang hidup mengenai cara kematian Mesias. Ketika Kristus tergantung di atas salib, kedua tangan dan kaki-Nya benar-benar ditusuk. Proses dehidrasi yang terjadi dikarenakan mengalirnya darah dan air, tentu akan menyebabkan lidah-Nya melekat pada langit-langit mulut-Nya dan tulang-tulang-Nya menonjol. Jiwa dan raga-Nya bahkan semua yang ada pada-Nya telah diserahkan-Nya bagi kita. Jika kita senantiasa mengingat kematian Tuhan yang sedemikian, sepatutnyalah kita semakin mengasihi Dia dengan kasih yang senantiasa membara terhadap-Nya. Penebusan darah-Nya dan pengaliran hayat-Nya menyuplai dan menyegarkan kita selamanya.

11 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Senin

Dibunuh oleh manusia
Yohanes 19:20
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:19-22; Luk. 2:1-3; Luk. 2:4-7; Mi. 5:2; Yoh. 1:45-46

Jika Yesus hanya dibunuh oleh manusia, Ia dapat menolong diri-Nya sendiri. Selama tiga puluh tiga setengah tahun di bumi, banyak orang berusaha mencelakai diri-Nya, namun Ia terluput dari mereka. Dia tidak dapat menolong diri-Nya sendiri dikarenakan di atas salib Dia tidak hanya diolok-olok dan dibunuh oleh manusia, lebih-lebih Dia menerima penolakan dan penghakiman Allah. Dia ditolak dan dihakimi Allah karena Dia menanggung dosa manusia. Karena Dia tidak dapat menolong diri-Nya sendiri, maka Dia menjadi pengganti kita, menjadi Juruselamat kita.
Menurut pengaturan Allah, Tuhan dibunuh oleh manusia yang diperankan oleh agama Yahudi, politik Romawi, dan kebudayaan Yunani (Yoh. 19:19-22). Di bawah pengaturan kedaulatan Allah, Kaisar Agustus mengadakan sensus yang pertama di wilayah Kekaisaran Romawi (Luk. 2:1-3 ). Melalui sensus itulah Kristus dilahirkan di Betlehem (Luk. 2:4-7) untuk menggenapi nubuat tentang kelahiran-Nya (Mi. 5:2). Dia tinggal di sana sejangka waktu. Kemudian, karena penganiayaan Herodes, Dia dibawa lari ke Mesir dan setelah itu Dia dibawa kembali ke tanah Israel. Karena Arkelaus menggantikan ayahnya, Herodes, memerintah atas Yudea, Kristus dibawa ke Nazaret, kota yang terhina di Galilea (Yoh. 1:45-46), dan dibesarkan di sana.
Yohanes 19:19 mengatakan, “Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya, “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani (Yoh.19:20). Bahasa Ibrani mewakili agama Yahudi, Latin mewakili politik Romawi, dan Yunani mewakili kebudayaan Yunani. Bila ditambahkan bersama-sama, maka jumlah ketiganya ini mewakili seluruh umat manusia di dunia. Apa yang ditulis oleh Pilatus bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan di bawah kedaulatan Allah. Ini menyatakan bahwa Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah dibunuh oleh umat manusia, dan untuk semua manusia. Lihatlah, Tuhan kita telah mati untuk semua orang termasuk untuk semua orang yang telah menyalibkan Dia. Kasih-Nya benar-benar tak terbatas dan Dia tidak menyisakan sedikitpun bagi diri-Nya sendiri. Inilah kasih sejati.

10 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Minggu

Diserahkan untuk disalibkan
Yoh.19:17
Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 1:24; Rm. 8:33 34; Why. 12:10, Flp. 3:10; Kol. 3:3; Yoh. 19:17-37; Luk 23:32-33

Kristus yang disalibkan, adalah hikmat Allah (1 Kor. 1:24). Kristus tersalib agar seluruh alam semesta hening, bahkan agar kondisi alam semesta berubah menjadi murni (Rm. 8:33, 34; Why. 12:10). Hanya Kristus tersalib sebagai kekuatan dan hikmat Allah. Salib adalah pintu dan jalan memasuki segala kekayaan Kristus; kekayaan ini meliputi kebangkitan dan kenaikan-Nya (Flp. 3:10; Kol. 3:3). Kristus yang tersalib sebagai hikmat Allah, juga rencana Allah yang ditetapkan seturut dengan perkenan-Nya, bahkan seturut dengan cara Allah merampungkan kehendak-Nya.
Tuhan Sang sempurna itu, diperiksa dan dijatuhi hukuman di dalam ketidakadilan manusia. Hukuman yang tidak adil ini menunjukkan kebutaan agama dan kegelapan politik. Kaum agamawan Yahudi menolak Sang teradil dan memilih seorang perampok. Pilatus mengetahui dan menyatakan bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah, namun dia tetap menghukum-Nya mati untuk menyenangkan orang Yahudi. Agama dan politik bekerja sama dan menjatuhkan hukuman yang tidak adil kepada Kristus.
Dalam proses untuk pelipatgandaan-Nya, Tuhan Yesus di bawah pengaturan Allah dicobai oleh maut (Yoh. 19:17-37). Setelah dijatuhi hukuman dengan tidak adil, Ia disalibkan di Golgota, dalam bahasa Latin adalah Calvary, berarti Tempat Tengkorak. Yohanes 19:17 mengatakan, ”Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak.” Tempat di mana Ia disalibkan itu menunjukkan sesuatu yang nista dan memalukan.
Orang-orang menyalibkan Kristus berencana menguburkan Dia bersama dua orang fasik, yaitu orang-orang jahat (Luk. 23:32-33). Akhirnya, Allah di dalam kedaulatan-Nya membuat Kristus dikuburkan di dalam kuburan orang kaya (Mat. 27:57-60). Di Golgota, “mereka menyalibkan Dia. Bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah menyebelah, sedangkan Yesus di tengah-tengah.” Nubuat dalam Yesaya 53:12 mengatakan bahwa Mesias akan “terhitung di antara pemberontak-pemberontak”. Ia bukan hanya ditaruh dalam maut tempat nista dan memalukan, tetapi juga digolongkan dalam barisan pemberontak, dan diperlakukan sebagai seorang pemberontak.

09 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Sabtu

Puncak penolakan
Yohanes 19:15
Maka berteriaklah mereka: “Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” Kata Pilatus kepada mereka: “Haruskah aku menyalibkan rajamu?” Jawab imam-imam kepala: “Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!”

Ayat Bacaan: Yoh. 19:15; 8:23; 18:36; Luk. 23:18-24; Ul. 22:24

Pada zaman dahulu bentuk hukuman mati bagi orang Yahudi ialah dirajam dengan batu sampai mati (Ul. 22:24). Kira-kira enam puluh tahun sebelum Tuhan dilahirkan, bangsa Yahudi dijajah oleh Roma. Sebelum Tuhan dijatuhi hukuman mati dengan kayu salib oleh pemerintahan Roma, kekaisaran Roma sudah memberlakukan hukuman salib terhadap orang yang dinilai paling jahat. Demikianlah ketika orang Yahudi mencari akal membunuh Tuhan, mereka menyalibkan Dia dengan meminjam tangan pemerintahan Roma. Maka tergenaplah nubuat Allah dalam Ulangan 21:23, mengenai bagaimana Tuhan mati.
Dalam Yohanes 19:15 kita melihat bahwa orang-orang Yahudi begitu membenci Tuhan, meskipun Tuhan telah berulang-ulang kali memberitahukan kepada mereka bahwa Dia adalah Mesias, namun mereka tetap tidak mau menerima Dia. Di sini kita dapat melihat puncak penolakan dari orang-orang Yahudi. Pilatus telah berkata kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus, Raja mereka akan disalibkan, namun demikian mereka tidak mengakui bahwa Dia adalah Raja orang Yahudi. Malahan mereka menolak Dia yang tidak bersalah itu dan berteriak supaya Dia disalibkan (Luk. 23:18-24).
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini (Yoh. 8:23).” Ayat ini memberi tahu kita alasan Tuhan ditolak. Dia ditolak karena Dia bukan dari bawah (dunia). Hari ini kita pun bukan lagi berasal dari dunia ini tetapi berasal dari atas (Allah). Karena itu jika dunia hari ini membenci kita itu sudah wajar.
Ada sebuah kisah seorang hamba Tuhan, karena tidak mau menyangkal imannya maka dia difitnah sebagai musuh negara. Mereka menaruh hamba Tuhan ini di tengah lapangan, memakai puluhan ribu massa yang kebanyakan tidak percaya kepada Tuhan untuk menggugatnya. Di atas mimbar ada orang yang berteriak, “Apakah dia patut mati?” Di bawah mimbar segera bereaksi, “Dia patut mati!” Menghadapi hal ini hamba Tuhan ini tetap teguh dan dia ingat bahwa Tuhan juga mengalami hal yang sama. Inilah jalan salib yang telah Tuhan tempuh bagi kita.

08 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Jumat

Siapakah yang lebih berkuasa
Yohanes 19:11
Yesus menjawab: “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 19:11; 20:22-23; Mat 16:19

Dalam rincian pasal 19 ini, kita melihat bahwa mulai dari waktu Pilatus menyesah Tuhan Yesus sampai Dia berhenti bernafas dan menyerahkan roh-Nya, ada suatu proses yang terjadi. Sementara Dia melalui proses ini, Tuhan bersikap secara khusus. Tingkah laku-Nya dalam melewati proses kematian yang menakutkan itu adalah sebuah tanda bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25).
Tuhan mengatakan hal ini kepada Marta dalam bentuk kata kerja masa kini (present tense). Bahkan sebelum Dia bangkit dari antara orang mati, Dia adalah kebangkitan dan hidup. Dia yang melewati proses kematian ini adalah seorang persona, yaitu kebangkitan dan hidup. Fakta bahwa Tuhan Yesus tidak memiliki rasa takut terhadap kematian adalah sebuah petunjuk bahwa Dia melewati proses kematian sebagai kebangkitan dan hidup. Jika Dia takut kematian, maka Dia bukanlah kebangkitan dan hidup. Karena Tuhan adalah kebangkitan dan hidup, maka dalam tingkah laku-Nya tidak terdapat rasa takut terhadap kematian.
Menurut Yohanes 19:7, orang Yahudi berkata kepada Pilatus bahwa menurut hukum mereka Tuhan Yesus pantas untuk mati karena Dia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah. Ketika Pilatus mendengar perkataan ini, dia menjadi takut dan bertanya dari manakah Tuhan berasal (ay. 8-9). Pemerintah Romawi dikenal percaya takhayul dan takut akan berbagai macam ilah dan roh. Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya (ay. 9). Pilatus kemudian berkata kepada Tuhan, “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” (ay. 10). Di sini Pilatus sedang mengancam Tuhan dengan kematian. Tetapi tanpa rasa takut terhadap ancaman kematian ini, Tuhan menjawab, “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.” (ay. 11). Di sini kita melihat bahwa karena Tuhan adalah kebangkitan dan hidup, Dia berani dalam menghadapi ancaman kematian dan sama sekali tidak takut menyinggung Pilatus.

07 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Satu-satunya alasan kematian-Nya
Yohanes 19:7
Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.”

Ayat Bacaan: Yoh. 19:7; Luk. 22:70; Mat.10:32

Jika kita ingin mengenal siapakah Yesus itu, dan benarkah Dia adalah Anak Allah, jalan yang terbaik adalah melihat pengakuan-Nya sendiri. Lukas 22:70 berkata, “Kata mereka semua: “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah”. Cobalah kita pikirkan, andaikata sekarang ada orang yang bertanya kepada kita, “Engkau Anak Allah?” Lalu kita berkata, “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.” Apa reaksi orang itu? Mereka pasti segera menjauhkan diri dan mengatakan, “Anda sudah gila, berani mengaku sebagai Anak Allah.”
Namun Yesus telah berulang kali menyebut diri-Nya Anak Allah. Pengakuan-Nya itu dalam Injil Matius terdapat 43 kali, dan dalam Injil Yohanes terdapat 114 kali. Dia menyebut Allah itu Bapa, sebagaimana Anda menyebut ayah Anda sendiri. Dan karena Yesus mengaku diri-Nya Anak Allah, maka Dia harus mengalami sengsara, hinaan, dan dibunuh di atas kayu salib. Tidak seorang pun yang berani berbuat demikian. Tidak seorang pun yang mau mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan orang lain. Pendiri agama manapun tidak berani mengakui dirinya sebagai Anak Allah. Namun Yesus dengan tegas dan tanpa mempedulikan keselamatan jiwa-Nya mengakui diri-Nya sebagai Anak Allah.
Seperti yang tertulis di dalam Yohanes 19:7, “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.” Demikian juga dalam kehidupan Kristiani kita, kita tidak seharusnya malu mengakui bahwa kita adalah anak Allah. Pengakuan kita mungkin membuat kita sengsara dan harus sedikit berkorban, namun sengsara yang kita alami belum seberapa bila dibandingkan dengan kesengsaraan Tuhan. Dia harus menanggung sengsara itu sampai mati, sedangkan kita hanya sebatas kehilangan orang-orang terdekat, sebatas malu, mungkin kehilangan pekerjaan dan dikucilkan tapi tidak sampai mati. Saudara saudari, janganlah kita malu untuk mengakui Tuhan di hadapan manusia. Sebab jika kita malu, maka kelak Tuhan juga akan malu untuk mengakui kita di depan Bapa-Nya yang di surga (Mat. 10:32).

06 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Rabu

Terbukti tidak bersalah
Yohanes 19:4
Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: “Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 19:4; Ibr. 4:15; Luk. 23:4,47; Mat. 27:4; 1 Kor. 7:23

Tuhan Yesus adalah seorang manusia yang tanpa dosa. Dia memiliki keluarga, memiliki ayah, ibu dan saudara-saudara menurut daging. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang meragukan penyataan-Nya ini, yaitu bahwa Dia tidak memiliki dosa. Ini membuktikan bahwa Dia adalah Allah, karena hanya Allah yang tidak berbuat dosa.
Alkitab menyatakan bahwa ketika Dia hidup di bumi, Dia sama seperti kita dalam segala hal, tetapi Dia tidak memiliki dosa (Ibrani 4:15). Ketika Dia dibawa menghadap gubernur Roma, gubernur itu menyatakan bahwa dia tidak dapat menghukum-Nya menurut hukum Roma yang paling ketat karena tidak didapati satu dosa pun pada-Nya (Lukas 23:4).
Penyamun yang disalib bersama-Nya juga menyatakan bahwa Dia tidak berbuat sesuatu yang salah (Lukas 23:41). Yudas, murid yang mengkhianati-Nya, mengakui bahwa dia telah menyerahkan darah orang yang tidak bersalah (Matius 27:4), dan kepala pasukan yang menyalibkan Dia berkata, “Sungguh, orang ini tidak bersalah!” (Lukas 23:47). Sebelum kematian-Nya, Dia diadili dan diperiksa oleh sembilan kelompok orang: 1) pihak tua-tua bangsa Yahudi, 2) imam-imam kepala, 3) orang-orang Farisi yang bergairah, 4) orang-orang Saduki yang tidak percaya, 5) politisi Herodian, 6) pengacara-pengacara hukum, 7) Pilatus, gubernur Roma, 8) Herodes, dan 9) imam besar. Melalui semua pemeriksaan ini, Dia dibuktikan tidak bersalah. Kristus yang tidak memiliki dosa membuktikan bahwa Dia adalah Allah.
Karena Dia adalah Allah yang sejati dan manusia yang sempurna maka darah-Nya adalah darah yang tanpa noda dan tanpa cacat. Darah-Nya inilah yang berkhasiat membasuh kita dari dosa-dosa kita. Bila darah Habel berteriak kepada Allah untuk menuntut pembalasan maka darah Kristus berbicara lebih baik kepada Allah yakni untuk pengampunan, pembenaran, pendamaian, dan penebusan demi kepentingan kita. Darah-Nya yang mahal melayakkan kita untuk datang kepada Allah. Setiap kali kita datang ke hadapan Tuhan seharusnya kita mohon darah Tuhan ini membasuh bersih kita dari dosa-dosa kita dan mendamaikan kita dengan Allah, dan membela kita dari segala tuduhan Iblis.

05 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Selasa

Dianiaya dan dipermalukan
Yohanes 19:3
...mereka berkata: “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lalu mereka menampar muka-Nya.

Ibrani 12:2b
Yesus...yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib...

Ayat Bacaan: Yoh. 19:3; Yes. 53:4-6; Kis. 16:30-31

Sekarang karunia keselamatan kekal sudah rampung sempurna melalui Juruselamat kita, Yesus Kristus, sehingga tidak ada lagi yang perlu kita lakukan atasnya. Dia telah mengeluarkan semua harga, supaya kita bisa beroleh selamat dengan cuma-cuma, kita tidak perlu mengeluarkan harga apa pun. Dia turun dari surga, supaya kita bisa naik ke surga. Dia ditentang orang dosa, supaya kita diterima oleh Allah. Dia sementara dibuang oleh Allah, supaya kita selamanya diterima oleh Allah. Dia menjadi miskin, supaya kita menjadi kaya. Adakah kasih yang lebih besar daripada ini?
“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (Yes. 53:4-6). Ketika Tuhan di atas bumi Dia menerima banyak penentangan dari orang-orang di sekitarnya. Namun demikian Dia tidak mundur sedikitpun karena Dia begitu mengasihi kita.
Dalam Kisah Para Rasul 16, ada seorang kepala penjara yang ingin bunuh diri karena mengira bahwa para tawanan telah melarikan diri. Akan tetapi Paulus mencegah hal itu. Dan ketika kepala penjara mendapati mereka berada dalam penjara, dia gemetar dan bertanya, “Tuan-tuan, apa yang harus aku perbuat supaya aku diselamatkan? Jawab mereka, ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”’ (Kis. 16:30-31). Puji Tuhan atas kasih karunia ini, karena ada satu orang yang rela dianiaya dan dipermalukan, banyak orang mendapat keselamatan yang kekal. Hati Allah sudah mengasihi, hati kita seharusnya percaya. Tangan Allah sudah memberi, tangan kita seharusnya menerima. Allah sudah mengasihi dan memberi, kita tinggal percaya dan menerima Dia. Menerima Dia berarti menerima segala persona-Nya dan karya-Nya menjadi kekayaan kita yang sejati.

04 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Senin

Dimahkotai duri
Yohanes 19:2a
Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.

Galatia 3:13a
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita

Ayat Bacaan: Yoh. 3:16; Mrk. 15:17-19; Kej. 3:17-18; Gal. 3:13

Markus 15:17-18, “Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruh-Nya di atas kepala-Nya.” Duri adalah lambang kutukan (Kej. 3:17-18). Di kayu salib Tuhan menjadi kutuk menggantikan kita. Ini adalah sebuah penghinaan dan olokan yang diberikan orang dunia kepada Tuhan Yesus. Bukan mahkota mulia, melainkan mahkota yang dianyam dari duri. Tuhan Yesus telah menanggung kutukan demi kita, kepala-Nya bermahkotakan duri. Duri tumbuh karena kutukan terhadap orang yang berdosa. Mahkota duri itu menghunjam kepala yang tidak bercacat. Mengapa harus tertusuk demikian? Tidak lain karena Dia tahu, jika Dia tidak menderita, kitalah yang akan binasa selama-lamanya. Karena itu Ia rela mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban, menderita secara badani, memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya.
“Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh” (Mrk. 15:19). Kepala Tuhan Yesus dimahkotai duri, ditambah lagi dipukul dengan buluh, bukankah duri itu akan lebih masuk ke dalam daging-Nya? Penderitaan-Nya yang menusuk tulang ini bukan dialami oleh Yesus Kristus yang sebagai Allah. Karena Dia begitu mengasihi manusia, Ia mati sekali untuk dosa-dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar. Dia telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia (1 Ptr. 3:18).
Tatkala berada di atas salib, Juruselamat kita tidak mau minum anggur bercampur empedu (pada zaman dahulu dipakai sebagai pembius) agar Dia tidak merasa sakit. Nyatalah kepada kita bahwa Dia tidak mau melarikan diri dari penderitaan. Dia telah belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya. Atas penderitaan yang sedemikian Dia tidak pernah meronta terlebih membalas karena Dia sepenuh hati mengasihi semua orang dosa di dunia. Bahkan sampai pada hari ini kasih-Nya tidak pernah berubah atas kita. Sekali Dia mengasihi, selamanya Dia mengasihi kita. Setiap kali kita mengingat penderitaan yang telah ditanggung-Nya bagi kita, hati kita harus menyembah Dia, bersujud atas kasih karunia yang tiada bandingan. Kasih-Nya yang sedemikian besar telah menyelamatkan kita dari kutukan dan hukuman akibat dosa kita.

03 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Minggu

Disesah dan dicambuk
Yohanes 19:1
Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.

1 Petrus 2:24a
Ia sendiri telah memikul dosa kita

Ayat Bacaan: Yoh. 19:1; Mrk. 15:15; 1 Ptr. 2:24

Karena dosa kita, Allah telah mengutus Putra Tunggal-Nya yaitu Yesus Kristus datang ke dunia ini untuk menderita bagi kita. Kedatangan-Nya bukan untuk hidup melainkan untuk mati bagi kita. Dahulu kutuk dan hukuman menjadi bagian kita, namun melalui kedatangan-Nya Dia telah menggantikan kita untuk menanggung semuanya itu sehingga kita menjadi orang yang bebas dari kutuk dan hukuman.
Kematian Putra Tunggal Allah justru dimulai saat Dia berada di taman Getsemani. Di sana Yesus ditangkap oleh sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Lalu Dia dibawa mula-mula ke hadapan Imam Besar Hanas lalu kepada Kayafas. Alkitab mencatat bahwa Dia dibawa dengan tangan terbelenggu seperti seorang penjahat. Dia berdiri di atas kedudukan orang dosa, menerima apa yang seharusnya diterima oleh orang dosa, demi menyelamatkan orang dosa. Tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa Dia telah berbuat dosa. Karena dosa Anda dan sayalah, Dia berada dalam keadaan demikian.
Meskipun Pilatus menyatakan bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi akhirnya dia dengan sewenang-wenang menyalibkan Yesus di atas kayu salib. “Yesus dicambuknya lalu diserahkannya untuk disalibkan” (Mrk.15:15). Kalimat ini terdengar sangat biasa, namun betapa hebat penderitaan yang terkandung di dalamnya! Cambuk orang Romawi berupa sebuah tongkat kayu, pada ujung tongkat itu diikat beberapa tali kulit dan pada ujung-ujung tali kulit ada metal yang berat. Dengan alat cambuk sedemikianlah pelaksana pencambukan melakukan tugasnya. Tiga kali cambukan sudah cukup membuat darah dan daging orang yang dicambuk itu berhamburan. Tiap cambukan yang diterima-Nya telah mengangkat semua dosa dan pemberontakan kita. Tiap tetes darah-Nya telah membasuh semua kenajisan kita. Kristus yang mulia telah menderita kematian yang keji demi menyelamatkan kita. Allah tahu bahwa kita tidak akan sanggup menanggung semua hukuman itu. Untuk itulah “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hal ini: Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita” (Rm. 5:8).

02 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 1 Sabtu

Dihukum dalam ketidakadilan manusia
Yohanes 18:38b
Sesudah mengatakan demikian, Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 18:38b-19:16; Yoh. 1:29

Setelah Tuhan Yesus diperiksa, Sang sempurna itu, dijatuhi hukuman di dalam ketidakadilan manusia (Yoh. 18:38 -19:16). Hukuman yang tidak adil ini menunjukkan kebutaan agama dan kegelapan politik (Yoh. 18:38-19; 19:1, 4-5, 8-14, 16). Kaum agamawan Yahudi menolak Sang teradil dan memilih seorang perampok (Yoh. 18:39-40; 19:6-7, 12, 15). Betapa butanya mereka! Mereka ditudungi oleh agama mereka dan dengan kebencian mereka. Pilatus, politikus yang tidak percaya itu, mengetahui dan menyatakan bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah, namun dia tetap menghukum mati Tuhan Yesus untuk menyenangkan orang-orang Yahudi (Yoh. 18:38 -39; 19:1, 4-5, 8-14, 16).
Akan tetapi semua kejadian ini semakin kuat membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah (Yoh. 1:29). Sebab di dalam Perjanjian Lama, Domba yang dikurbankan pada waktu Paskah harus tanpa cacat dan tanpa noda. Selain itu, domba itu harus dikurung selama empat hari untuk diuji dengan teliti. Sebelum domba itu dikurbankan, harus lebih dulu diuji untuk membuktikan bahwa domba itu tanpa cacat dan tanpa noda. Ini adalah apa yang Tuhan Yesus alami di Yerusalem selama hari-hari sebelum Dia disalibkan. Hari demi hari Dia diuji oleh orang Farisi, orang Saduki, ahli Taurat, tua-tua, dan para imam. Mereka berusaha sekuatnya untuk menemukan kesalahan di atas diri-Nya. Namun, mereka tidak dapat menemukan kesalahan pada diri-Nya. Kemudian mereka menyerahkan Tuhan Yesus kepada penguasa Romawi, kepada Pilatus dan Herodes. Tetapi para penguasa Romawi itu juga tidak dapat menemukan kesalahan pada diri-Nya. Karena alasan ini, Pilatus menyatakan, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya” (Yoh. 18:38).
Saudara saudari, bila banyak perkara terjadi dalam hidup kita yang kita anggap tidak adil, yang kita rasa tidak layak kita terima, ingatlah bahwa jalan inilah yang telah lebih dahulu Tuhan tempuh bagi kita. Dia telah memikul semua ketidakadilan di atas kayu salib. Dia bahkan telah dikhianati oleh orang yang dikasihi-Nya. Hari ini, selayaknyalah kita bersyukur bahwa penderitaan yang kita rasakan hari ini tidak sebanding dengan apa yang telah Tuhan alami bagi kita. Kita sepatutnya lebih mengapresiasi karya penebusan Tuhan ini.

01 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 1 Jumat

Menyingkapkan kepalsuan dan kegelapan politik
Yohanes 18:37
Lalu kata Pilatus kepada-Nya, “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus, “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku bersaksi tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”

Ayat Bacaan: Yoh. 18:37

Sementara Pilatus menghakimi Tuhan Yesus, ia sendiri juga dihakimi oleh Tuhan di dalam kebesaran-Nya (Yoh. 18:33-38a). Sikap Pilatus sebagai seorang gubernur Kerajaan Romawi sangat takut. Meskipun ia mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, tidak beda dengan semua politikus, takut terhadap orang banyak. Pilatus tidak mendapati kesalahan pada diri Tuhan Yesus; ia mengetahui bahwa Tuhan Yesus tidak melakukan sesuatu pun yang keliru. Tetapi suara orang banyak menundukkannya; ia bukan seorang yang jujur, sungguh-sungguh atau setia.
Ketika Tuhan dibawa ke hadapan Pilatus, sekali lagi kelihatannya Pilatus yang menghakimi Dia, tetapi akhirnya Dialah yang menghakimi Pilatus. Ketika Tuhan memberi tahu Pilatus bahwa Ia datang ke dalam dunia ini untuk “memberi kesaksian tentang kebenaran” dan “setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku” (Yoh. 18:37), Pilatus berkata kepada-Nya, “Apakah kebenaran itu?” (Yoh. 18:38a). Ini menunjukkan bahwa Tuhan menghakimi Pilatus. Sebenarnya Tuhan berkata, “Engkau seorang pengurus seperti ini, namun engkau tidak mengetahui apa kebenaran itu. Karena itu engkau adalah seorang yang palsu. Engkau tidak setia.” Setelah ini Tuhan membongkar rahasia Pilatus dan mempermalukannya, sehingga Pilatus berhenti menghakimi Tuhan. Di sini kita melihat kegelapan politik.
Tuhan Yesus datang ke bumi khusus bersaksi mengenai kebenaran. Saat itu orang-orang yang munafik tidak menyenangi terang, sebaliknya, menyenangi kegelapan, mereka ingin menyingkirkan Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan Yesus tidak takluk kepada kuasa kejahatan. Cemoohan orang terhadap-Nya, fitnahan orang terhadap-Nya, sama sekali tidak dijawab-Nya. Tetapi ketika menyinggung masalah siapa diri-Nya dan apa yang dikerjakan-Nya, Ia bersaksi dengan baik untuk kebenaran. Di bumi, Tuhan Yesus menempuh sepotong perjalanan yang tidak biasa. Di pandangan manusia, Ia tidak mendapatkan apa-apa. Tetapi hari ini, Ia sudah duduk di sebelah kanan Yang Mahatinggi, dan Dia akan datang di atas awan di langit. Puji Tuhan! Siapa saja yang mengikuti-Nya, haruslah memperhatikan kesaksian-Nya, kesaksian tentang kebenaran.