Hitstat

07 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Satu-satunya alasan kematian-Nya
Yohanes 19:7
Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.”

Ayat Bacaan: Yoh. 19:7; Luk. 22:70; Mat.10:32

Jika kita ingin mengenal siapakah Yesus itu, dan benarkah Dia adalah Anak Allah, jalan yang terbaik adalah melihat pengakuan-Nya sendiri. Lukas 22:70 berkata, “Kata mereka semua: “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah”. Cobalah kita pikirkan, andaikata sekarang ada orang yang bertanya kepada kita, “Engkau Anak Allah?” Lalu kita berkata, “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.” Apa reaksi orang itu? Mereka pasti segera menjauhkan diri dan mengatakan, “Anda sudah gila, berani mengaku sebagai Anak Allah.”
Namun Yesus telah berulang kali menyebut diri-Nya Anak Allah. Pengakuan-Nya itu dalam Injil Matius terdapat 43 kali, dan dalam Injil Yohanes terdapat 114 kali. Dia menyebut Allah itu Bapa, sebagaimana Anda menyebut ayah Anda sendiri. Dan karena Yesus mengaku diri-Nya Anak Allah, maka Dia harus mengalami sengsara, hinaan, dan dibunuh di atas kayu salib. Tidak seorang pun yang berani berbuat demikian. Tidak seorang pun yang mau mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan orang lain. Pendiri agama manapun tidak berani mengakui dirinya sebagai Anak Allah. Namun Yesus dengan tegas dan tanpa mempedulikan keselamatan jiwa-Nya mengakui diri-Nya sebagai Anak Allah.
Seperti yang tertulis di dalam Yohanes 19:7, “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.” Demikian juga dalam kehidupan Kristiani kita, kita tidak seharusnya malu mengakui bahwa kita adalah anak Allah. Pengakuan kita mungkin membuat kita sengsara dan harus sedikit berkorban, namun sengsara yang kita alami belum seberapa bila dibandingkan dengan kesengsaraan Tuhan. Dia harus menanggung sengsara itu sampai mati, sedangkan kita hanya sebatas kehilangan orang-orang terdekat, sebatas malu, mungkin kehilangan pekerjaan dan dikucilkan tapi tidak sampai mati. Saudara saudari, janganlah kita malu untuk mengakui Tuhan di hadapan manusia. Sebab jika kita malu, maka kelak Tuhan juga akan malu untuk mengakui kita di depan Bapa-Nya yang di surga (Mat. 10:32).

No comments: