Hitstat

30 April 2011

1 Korintus - Minggu 7 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:11, 13-15


Ketika kita menggunakan roh untuk mengenal hal-hal yang terdapat di dalam diri manusia, kita akan dibawa ke dalam Roh Allah. Kedua roh ini: roh manusia yang dilahirkan kembali dan Roh Allah, tidak dapat dipisahkan. Inilah alasan Paulus berbicara mengenai kedua roh dalam 2:11. Pertama ia mengatakan bahwa tidak seorang pun mengetahui hal-hal manusia kecuali roh manusia yang terdapat di dalam diri manusia. Kemudian ia melanjutkan, mengatakan bahwa tidak seorang pun mengetahui hal-hal Allah kecuali Roh Allah. Jika kita hendak menjadi manusia yang wajar dan sejati, kita harus memiliki kedua roh ini. Kita harus memiliki roh manusia untuk mengenal hal-hal manusia dan Roh Allah untuk mengenal hal-hal Allah. Menurut Alkitab, hal-hal manusia berhubungan dengan hal-hal Allah. Hal ini menunjukkan pentingnya kita memiliki kedua roh ini.

Telah kita bicarakan bahwa orang yang hidup dalam roh perbauran adalah orang rohani. Manusia rohani berlawanan dengan manusia jiwani. Menurut konteks pasal-pasal ini, menjadi jiwani berarti menjadi orang Yunani dan hidup menurut kebudayaan Yunani. Para filsuf dan orang-orang yang mengagumi hikmat manusia adalah manusia-manusia jiwani. Tetapi manusia-manusia rohani adalah mereka yang melatih roh untuk berkoordinasi dengan Roh Allah. Karena mereka hidup dalam roh perbauran, mereka benar-benar rohani dan mereka memiliki pengenalan, pemahaman dan penjelasan rohani. Di sini, di dalam roh perbauran, kita menikmati Kristus bukan secara dangkal, tetapi sebagai hal-hal yang tersembunyi di dalam diri Allah dan bahkan di dalam hal-hal yang tersembunyi di dalam diri Allah. Kita menikmati Dia dengan cara yang belum terlihat oleh mata, belum terdengar oleh telinga, belum pernah timbul dalam pikiran, dan belum pernah dibayangkan dalam hati kita. Kita menikmati Kristus dengan cara yang melebihi semua yang pernah kita impikan.

Allah telah menakdirkan Kristus bagi kita. Ia telah menyediakan Kristus bagi kita, Ia telah mewahyukan Kristus kepada kita, dan Ia telah memberikan Kristus kepada kita sebagai hal-hal yang dalam dari Allah. Betapa ajaib! Kita harus berdoa lebih banyak untuk hal-hal ini, khususnya supaya kita dapat nampak visi ini dengan jelas. Kita juga perlu melatih roh perbauran supaya menjadi rohani. Kemudian kita akan dapat memahami hal-hal yang terdapat dalam diri manusia dan Allah dan menjelaskannya kepada orang lain secara rohani di dalam roh perbauran ini. Sudah pasti, jika kita mengalami roh perbauran sedemikian, kita akan mengalami Kristus lebih dalam lagi. Kita akan mengalami Dia bukan secara dangkal, melainkan sebagai hal-hal yang tersembunyi di dalam diri Allah. Kita akan mengalami Kristus setiap hari sebagai kebenaran, pengudusan, dan penebusan kita. Tetapi, kita akan mengalami Dia melampaui aspek-aspek itu, sebab kita akan mengalami Allah sendiri dengan segala hal yang tersembunyi di dalam diri Allah. Puji Tuhan! Dia adalah bagian kita melalui roh perbauran!


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 18

29 April 2011

1 Korintus - Minggu 7 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:10-11


Hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah terdapat di antara hal-hal yang ditakdirkan Allah bagi kemuliaan kita (ay. 9). Walaupun mata tidak pernah melihatnya, dan telinga belum pernah mendengarnya, dan sekalipun tidak pernah timbul di dalam hati manusia, Allah telah mewahyukannya kepada kita (ay. 10), dan memberikannya dengan cuma-cuma kepada kita (ayat 12). Hari demi hari, kita nampak sesuatu yang lebih lanjut dan lebih dalam mengenai Kristus sebagai bagian kita.

Ketika kita menikmati Kristus secara berkesinambungan, akhirnya kita akan masuk ke dalam hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Kemudian kita menyadari bahwa kita berada di dalam lubuk hati Allah yang Mahakuasa dan Dia menjadi unsur batiniah kita. Mereka yang menentang kebenaran bahwa kita yang percaya Kristus berbaur dengan Allah, akan menyebut ini bidah, sebab mereka belum mengalaminya. Namun, saya tidak dapat menyangkal fakta bahwa ketika saya menikmati Kristus, saya menjamah hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah dan Allah menjadi unsur di dalam saya.

Cara untuk mengalami semua aspek Kristus yang diwahyukan dalam pasal 1 dan 2 adalah melalui kedua roh; Roh ilahi dan roh manusia yang telah dilahirkan kembali. Jika kita ingin mengetahui hal-hal dalam diri manusia, kita harus menggunakan roh manusia kita, dan jika kita ingin mengetahui hal-hal dalam diri Allah, kita harus melakukan berdasarkan Roh Allah.

Beroleh selamat berarti dihidupkan dan dibangkitkan dalam roh kita. Semua orang yang benar-benar beroleh selamat, tidak peduli di mana mereka berada, dibangkitkan dalam roh. Ini adalah satu fakta dari pengalaman mereka, sekali pun mereka tidak menyadari hal tersebut.

Begitu roh seseorang dibangkitkan sedemikian, maka dia mulai mengenal makna hidup manusia yang sesungguhnya dan juga sumber hayat manusia. Ini berarti ia mulai mengenal hal-hal yang terdapat dalam diri manusia. Akan tetapi, setelah mereka dibangkitkan dalam roh pada waktu beroleh selamat, banyak orang Kristen yang terpengaruh untuk berpaling dari roh dan menggunakan pikiran alamiah mereka. Mungkin satu-satunya tempat untuk orang-orang Kristen hari ini mendengar berita-berita tentang pertumbuhan roh manusia yang dilahirkan kembali adalah di dalam pemulihan Tuhan. Di tempat lain, orang-orang Kristen didorong untuk mengembangkan mentalitas alamiah mereka. Pertumbuhan itu menghancurkan pengenalan yang tepat tentang hal-hal yang terdapat dalam diri manusia dan dari situasi manusia. Sekali lagi saya katakan, jika kita mau mengenal hal-hal manusia, kita harus menggunakan roh kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 18

28 April 2011

1 Korintus - Minggu 7 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:1-2, 6-7, 9-10, 12


Paulus datang ke Korintus bukan untuk memamerkan kata-kata yang muluk atau hikmat yang filosofis dalam memberitakan kesaksian Allah. Hal ini tidak berarti Paulus tidak memiliki kata-kata yang muluk atau tidak berhikmat; melainkan dengan sengaja ia menanggalkan hal-hal tersebut. Dengan sengaja Paulus memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa selain Kristus yang disalibkan. Hal ini menyiratkan bahwa Paulus datang ke Korintus sebagai seorang manusia yang disalibkan. Ia rela kelihatan tolol dan tidak berpengetahuan karena ia telah memutuskan demikian.

Kristus sebagai hikmat Allah di dalam rahasia bahkan juga adalah hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Dalam ayat 10 Paulus berkata, "Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah." Kristus sendiri adalah hal-hal yang tersembunyi dalam dari Allah. Setiap orang Kristen yang sejati mengetahui bahwa Kristus adalah Juruselamat yang telah mati di atas salib karena dosa-dosa kita. Akan tetapi, mengenal Kristus secara demikian berarti hanya mengenal perkara-perkara yang dangkal. Lalu apakah hal-hal yang dalam itu? Kristus sebagai hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah mencakup hal-hal seperti hikmat dan rahasia Allah.

Sebelum Anda beroleh selamat, tahukah Anda tujuan alam semesta, dan tahukah Anda makna hidup manusia? Tentu Anda tidak mengetahui hal-hal ini. Anda tidak mengetahui tujuan hidup Anda di bumi atau nasib Anda kelak. Baik tujuan alam semesta maupun makna hidup Anda adalah suatu rahasia. Bila kita menerima visi mengenai Kristus dan mengalami keselamatan Allah barulah kita dapat memahami rahasia alam semesta dan kehidupan kita di bumi ini. Banyak orang Kristen telah menerima keselamatan Kristus, namun mereka belum nampak visi tentang Kristus. Akibatnya, mereka tetap belum mengenal makna hidup ini. Tetapi bila kita nampak visi Kristus dalam ekonomi Allah, barulah kita mulai menyadari bahwa Kristus itulah tujuan alam semesta dan juga makna hidup kita sebagai manusia. Kita diciptakan Allah untuk Kristus, dan hari ini hidup untuk Kristus. Kristus adalah hayat kita, tujuan hayat kita, dan juga sasaran hidup kita. Lagi pula, Kristus adalah nasib kita; kita maju ke arah Dia. Bila kita menerima visi tentang kristus yang sedemikian, barulah kita mengetahui rahasia alam semesta dan rahasia hidup manusia. Dengan sendirinya, kita menjadi berhikmat, karena kita memiliki Kristus sebagai hikmat Allah. Kemudian, sedikit demi sedikit dan setahap demi setahap, kita mulai mengenal Kristus sebagai hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 18

27 April 2011

1 Korintus - Minggu 7 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:13-16


Kita semua harus belajar dari Paulus, yaitu tidak mencoba berbicara dengan ungkapan-ungkapan "umum" kepada orang lain. Ini berarti kita tidak boleh merendahkan standar pemberitaan kita kepada standar ungkapan manusia yang umum. Ungkapan manusia yang umum tidak cukup untuk menyampaikan hal-hal rohani. Begitu kita meninggalkan standar bahasa yang diajarkan oleh Roh dan memakai kata-kata yang diajarkan oleh hikmat manusia, kita akan tidak mampu lagi menyampaikan hal-hal rohani kepada orang lain.

Dalam ayat 14 Paulus menekankan fakta bahwa hal-hal dari Roh Allah hanya dapat dilihat jelas secara rohani. Jika kita ingin melihat jelas hal-hal rohani, kita harus tahu bahwa kita memiliki satu roh. Kemudian kita perlu menyadari bahwa Roh Allah berhuni di dalam roh kita dan kita mulai melatih roh kita untuk melihat jelas hal-hal rohani dengan cara yang rohani.

Dalam ayat 15 Paulus berkata, "Tetapi manusia rohani menilai (melihat jelas) segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain." Manusia rohani adalah orang yang menyangkal jiwanya dan tidak hidup oleh jiwanya, tetapi membiarkan rohnya, yaitu roh yang telah dilahirkan kembali, yang digerakkan dan diduduki Roh Allah, untuk mengendalikan antero dirinya. Lebih jauh, ia hidup oleh roh ini, bergerak dan berperilaku berdasarkan roh ini (Rm. 8:4). Orang rohani sedemikian bisa melihat jelas perkara Roh Allah, karena naluri kesadaran rohaninya bisa menyatakan daya gunanya. Mereka yang tidak melatih roh, tidak bisa melihat jelas orang yang rohani.

Ayat 16 adalah penutup dari bagian 1 Korintus ini: "Sebab: 'Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?' Tetapi kami memiliki pikiran Kristus." Karena kita bersatu secara organik dengan Kristus, maka kita memiliki segala indra yang Ia miliki. Pikiran adalah indra kecerdasan, adalah organ pemahaman. Kita memiliki organ pikiran Kristus ini, maka kita bisa mengetahui apa yang Ia ketahui. Kita bukan hanya memiliki hayat Kristus, tetapi juga memiliki pikiran Kristus. Kristus harus menjenuhi pikiran kita dari roh kita, sehingga pikiran kita menjadi satu dengan pikiran-Nya. Ketika kita menjadi satu dengan Kristus, maka pikiran-Nya akan menjadi pikiran kita. Ini tidak seharusnya hanya menjadi doktrin bagi kita, tetapi harus menjadi pengalaman dan praktek kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 17

26 April 2011

1 Korintus - Minggu 7 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:11-13


Roh manusia adalah bagian terdalam dari manusia, memiliki indra yang bisa menembus hal-hal terdalam dari diri manusia, sedang pikiran manusia hanya mampu menjangkau hal-hal permukaan saja. Demikian juga, hanya Roh Allah yang mampu mengetahui hal-hal Allah yang dalam dan tersembunyi (2:11). Sebagai orang-orang yang oleh Roh Allah dilahirkan dari Allah, kita telah menerima Roh Allah (ay. 12). Karena itu, kita bisa mengetahui hal-hal Allah yang dalam dan tersembunyi, yang Allah berikan secara cuma-cuma kepada kita untuk kenikmatan kita.

Paulus menghendaki kaum beriman di Korintus mengetahui bahwa sebagai manusia, mereka memiliki satu roh untuk mengetahui hal-hal manusia, dan sebagai kaum beriman di dalam Kristus, mereka telah menerima Roh Allah untuk mengetahui hal-hal yang dikaruniakan oleh Allah dengan cuma-cuma. Orang-orang Kristen di sana kekurangan pengetahuan yang tepat tentang kedua roh ini. Mereka mempunyai pikiran yang tajam dan jiwa yang kuat, tetapi mereka tidak menyadari bahwa mereka memiliki roh manusia. Tambahan pula, mereka mengabaikan Roh Allah yang telah mereka terima. Jadi, dalam ayat 11-12 Paulus mengingatkan mereka tentang kedua roh ini. Ia menunjukkan bahwa mereka mempunyai satu roh manusia di batin mereka dan mereka pun telah menerima Roh yang berasal dari Allah, untuk mengetahui hal-hal yang dikaruniakan Allah dengan cuma-cuma. Berdasarkan ayat 9, hal-hal ini telah disediakan Allah dan ditetapkan oleh-Nya. Semua hal tersebut bertalian dengan Kristus. Untuk mengetahui hal-hal ini, orang-orang Korintus harus memperhatikan roh manusia mereka dan Roh Allah.

Kaum beriman di Korintus membicarakan tentang Kristus bukannya dengan kata-kata rohani, melainkan dengan kata-kata filsafat dan hikmat Yunani. Sebagai akibatnya, mereka memberi kesan kepada orang lain dengan istilah-istilah filsafat, bukan dengan Kristus. Akan tetapi Paulus tidak memakai istilah-istilah filsafat ketika ia membicarakan Kristus. Sebaliknya ia membicarakan hal-hal rohani dengan perkataan rohani. Ia menggunakan perkataan rohani yang identik dengan hal-hal rohani itu sendiri. Dalam ayat 13 Paulus seolah-olah berkata kepada orang-orang Korintus, "Aku tidak bisa menggunakan perkataan hikmat Yunani untuk menyampaikan hal-hal rohani, sebab itu adalah kata-kata yang diajarkan oleh hikmat manusia. Yang demikian itu bukan perkataan rohani, dan tidak dapat digunakan untuk menerangkan hal-hal rohani. Kalau aku menggunakan kata-kata hikmat yang dikagumi oleh kalian, orang-orang Yunani, aku tidak akan sanggup membicarakan hal-hal rohani kepada kalian."


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 17

25 April 2011

1 Korintus - Minggu 7 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:7, 10


Kehendak Allah adalah membuat manusia menjadi ekspresi-Nya. Untuk menggenapkan hal ini, Allah damba masuk ke dalam manusia menjadi hayatnya, supaya manusia dapat memperhidupkan Dia. Untuk itu, Allah menjadi seorang manusia melalui inkarnasi. Pada akhirnya, Kristus, Allah yang berinkarnasi, mati di atas salib. Melalui penyaliban-Nya, Ia mengakhiri seluruh ciptaan lama. Karena itu, penyaliban Kristus tidak saja mencakup kematian Tuhan Yesus, tetapi juga mencakup pengakhiran segala sesuatu dari ciptaan lama. Dengan kematian almuhit ini, maka hayat ilahi, yang sebenarnya adalah Allah itu sendiri, telah dibebaskan dan disalurkan kepada umat Allah yang ditakdirkan, ditebus, dan dipanggil. Melalui percaya kepada Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan ini, mereka menerima hayat ilahi dan Roh ilahi. Harapan Allah ialah supaya mereka sekarang dapat hidup oleh hayat ini dan bertindak oleh Roh ini. Inilah artinya memperhidupkan Kristus untuk ekspresi Allah. Tambahan pula, kehidupan semacam ini tidak seharusnya bersifat individualistis, sebaliknya, haruslah bersifat korporat. Jadi, Allah damba umat-Nya terbangun bersama menjadi tempat kediaman-Nya, Tubuh Kristus. Inilah kehendak Allah.

Kaum beriman di Korintus yang sebagian besar adalah orang Yunani telah menerima karunia-karunia awal, yakni hayat ilahi dan Roh ilahi. Tetapi setelah menerima karunia-karunia ini, mereka tidak hidup olehnya. Mereka tidak hidup oleh hayat ilahi atau bertindak oleh Roh ilahi. Akibatnya, mereka tidak memperhidupkan Kristus sebagai hayat mereka, isi mereka, dan segala sesuatu mereka. Sebaliknya, mereka malah tetap berada dalam kebudayaan Yunani mereka dan membesar-besarkan hikmat dan filsafat mereka. Itulah situasi mereka ketika Paulus menulis Surat ini kepada mereka.

Situasi di kalangan orang Kristen hari ini mirip dengan situasi gereja di Korintus. Karena itu, semua orang Kristen, termasuk kita, memerlukan Surat Kiriman ini. Kita perlu ditolong oleh kitab ini untuk membuang segala hal yang bukan Kristus. Tidak peduli apa kebudayaan atau kebangsaan Anda, Anda perlu membuang semuanya itu. Kita semua harus meninggalkan kebudayaan, filsafat, etika, dan tradisi kita dan berpusat pada Kristus sebagai bagian kita yang unik.

Konsepsi yang mendasar dalam 1 Korintus 1 dan 2 ialah, kita harus membuang setiap hal selain Kristus. Ketika Paulus datang ke Korintus dan memberitakan Kristus, ia memutuskan untuk tidak tahu apa-apa selain Yesus Kristus dan Dia yang disalibkan. Ini dengan jelas menunjukkan bahwa ia meninggalkan segala hal selain Kristus. Ketika kita membaca 1 Korintus, kita perlu mempunyai kesan yang dalam terhadap konsepsi yang mendasar ini. Kita perlu nampak bahwa kita harus membuang setiap hal selain Kristus dan dengan sungguh-sungguh menerima Kristus sebagai segala sesuatu kita. Kristus benar-benar almuhit; Ia adalah segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi di dalam diri Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 17

23 April 2011

1 Korintus - Minggu 6 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:6-10; 6:17


Dalam ayat 6 Paulus berkata bahwa hikmat yang kita bicarakan bukan hikmat zaman ini, atau hikmat dari penguasa-penguasa zaman ini. Di dalam dirinya sendiri, manusia tidak mampu mengetahui hikmat ini. Hikmat ini harus diwahyukan melalui Roh itu. Karena itu dalam ayat 10 Paulus berkata, "Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah." Allah mewahyukan perkara-perkara yang dalam dan tersembunyi kepada kita melalui Roh itu, sebab perkara-perkara itu tidak pernah dilihat oleh mata manusia, didengar oleh telinga manusia, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia. Ini berarti manusia tidak mempunyai ide atau pikiran terhadap perkara-perkara tersebut. Semua itu benar-benar rahasia, tersembunyi di dalam Allah, dan di luar jangkauan pengertian manusia. Namun Allah telah mewahyukannya kepada kita oleh Roh itu, yang menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.

Hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah mengacu kepada perkara rahasia Allah, yaitu Kristus dalam setiap aspek menjadi bagian kekal kita, yang ditentukan, dipersiapkan, dan dikaruniakan Allah secara cuma-cuma kepada kita. Semua ini tidak pernah timbul dalam hati manusia, tetapi diwahyukan kepada kita oleh Roh Allah di dalam roh kita. Karena itu, jika kita mau berbagian atasnya, kita harus rohani. Kita harus bergerak, berperilaku, dan hidup di dalam roh, sehingga kita bisa menikmati Kristus sebagai segala sesuatu kita.

Jika kita ingin mengetahui hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah, kita harus mengetahui bahwa melalui inkarnasi Allah, pada suatu hari, menjadi manusia yang bernama Yesus. Melalui penyaliban-Nya, Tuhan Yesus telah mengakhiri ciptaan lama dan melepaskan hayat ilahi supaya hayat itu dapat dibagi-bagikan ke dalam semua orang yang percaya kepada-Nya. Kini, dalam kebangkitan, Ia adalah Roh pemberi-hayat yang berhuni di roh kita dan yang telah menjadi satu roh dengan kita. Kita mempunyai roh yang berbaur di batin kita, yakni roh insani yang dilahirkan kembali berbaur dengan Roh ilahi. Ini adalah perkara yang sangat dalam. Sayang sekali, tidak banyak orang Kristen yang mengetahui perkara-perkara yang dalam ini.

Mengetahui hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah berarti mengetahui Kristus dalam berbagai aspek sebagai bagian kekal kita. Kristus adalah inti ekonomi Allah, bagian yang diberikan Allah kepada kita untuk kita nikmati, dan hikmat rahasia yang tersembunyi di dalam Allah. Hikmat Allah yang rahasia adalah Kristus sebagai perkara-perkara Allah yang dalam. Saya menganjuri kalian untuk berdoa dan bersekutu tentang hal ini dan mencari satu pengertian yang lebih dalam tentang hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah--Kristus itu sendiri sebagai hikmat yang rahasia dan tersembunyi, fokus ekonomi Allah, dan bagian yang diberikan kepada kita oleh Allah untuk kita nikmati. Kristus, Sang almuhit dan alwasi ini benar-benar adalah hal-hal yang tersembunyi dalam diri Alah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 16

22 April 2011

1 Korintus - Minggu 6 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:30; 2:6-10


Dalam ayat 7 Paulus berkata bahwa hikmat ini telah tersembunyi dan ditakdirkan sebelum dunia dijadikan bagi kemuliaan kita. Takdir atau nasib adalah bagian terakhir dari seseorang. Sebagai orang-orang Kristen, kita mempunyai satu nasib, dan nasib ini adalah bagian terakhir dari kenikmatan kita. Hikmat Allah yang rahasia tidak saja dulu tersembunyi, tetapi juga telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi nasib kita bagi kemuliaan kita. Kemuliaan adalah nasib kita, tujuan kita. Dalam kekekalan, kita semua akan ada di dalam kemuliaan.

Menurut pengertian Paulus dalam pasal 1-2, hikmat sejati adalah hikmat rahasia yang tersembunyi di dalam Allah. Seperti telah kita tunjukkan, hikmat ini adalah Kristus itu sendiri. Allah telah menjadikan hikmat yang rahasia dan tersembunyi ini menjadi nasib kita. Ini berarti Allah telah menentukan bahwa Kristus yang rahasia dan tersembunyi ini menjadi nasib kita. Tahukah Anda, apakah nasib Anda sebagai seorang Kristen? Nasib Anda adalah Kristus yang rahasia dan tersembunyi, yaitu Dia yang adalah hikmat Allah, inti ekonomi Allah, dan bagian kita. Pernahkah Anda mendengar bahwa Kristus adalah nasib Anda? Kita semua tahu bahwa Kristus adalah Penebus, Penyelamat, Tuhan, Tuan, dan bahkan hayat kita. Tetapi boleh jadi Anda tidak pernah menyadari bahwa Kristus adalah nasib Anda. Namun fakta yang menakjubkan ini diwahyukan dalam 2:7. Di sini Paulus berkata ada satu hikmat, satu hikmat yang rahasia dan tersembunyi di dalam Allah, yakni Kristus itu sendiri. Lagi pula, Allah telah menentukan hikmat ini bagi kemuliaan kita. Ini benar-benar menunjukkan bahwa Allah telah membuat Kristus menjadi nasib kita. Terpujilah Dia bahwa Dia tidak hanya Penyelamat, Tuhan, dan hayat kita, Ia pun nasib kita! Nasib ini akhirnya akan membawa kita ke dalam kemuliaan.

Walaupun mengatakan kemuliaan adalah Kristus, itu benar, tetapi kita perlu ingat bahwa kemuliaan adalah Allah yang terekspresikan. Mengatakan kemuliaan adalah Kristus sebenarnya berarti Kristus adalah Allah yang terekspresi. Kristus, ekspresi Allah, adalah nasib kita. Alangkah indahnya nasib kita! Nasib ini akan membawa kita ke dalam kemuliaan, kemuliaan yang adalah ekspresi Allah. Jika kita nampak hal ini, kita akan bersujud di hadapan Tuhan, menyembah Dia, dan mempersembahkan syukur dan puji-pujian kita kepada-Nya.

Jika kita mau memahami dan berbagian dalam hal-hal yang dalam, rahasia, dan tersembunyi yang Allah tentukan dan sediakan bagi kita, kita bukan hanya perlu percaya kepada-Nya, tetapi juga mengasihi-Nya (ay. 9). Takwa kepada Allah, menyembah Allah, percaya Allah (yaitu menerima Allah), masih kurang; mengasihi Dia adalah hal yang tidak boleh kurang. Mengasihi Allah berarti mutlak menaruh antero diri kita -- roh, jiwa, dan tubuh -- beserta hati, akal budi, kekuatan (Mrk. 12:30) ke atas diri-Nya. Ini berarti membiarkan seluruh diri kita diduduki oleh Dia, kita hilang di dalam diri-Nya, sehingga Dia menjadi segala kita dan kita bersatu dengan Dia secara riil di dalam kehidupan sehari-hari. Demikian, kita akan memiliki persekutuan yang terakrab dan terintim dengan Allah, bisa masuk ke dalam hati-Nya, memahami segala rahasia yang terkandung dalam hati-Nya (Mzm. 73:25; 25:14). Demikianlah kita bukan hanya memahami, bahkan mengalami, menikmati, dan mutlak berbagian dalam perkara-perkara Allah yang dalam, rahasia, dan tersembunyi.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 16

21 April 2011

1 Korintus - Minggu 6 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:6-10


Dalam ayat-ayat terdahulu, Paulus berkata bahwa ia tidak datang kepada mereka dengan hikmat yang unggul dan perkataannya pun bukan perkataan muluk-muluk yang meyakinkan. Tetapi dalam ayat 6, ia berkata bahwa ia juga memberitakan hikmat di kalangan orang-orang yang matang. Tatkala Paulus menulis Surat Kiriman ini, ia benar-benar menyadari bahwa kaum beriman di Korintus masih jauh dari kematangan. Mengapa kemudian ia berkata bahwa ia juga memberitakan hikmat di kalangan orang-orang yang matang? Tujuannya berbuat demikian ialah hendak merendahkan orang-orang Korintus. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Kalian orang-orang Korintus mengira kalian telah mencapai sesuatu yang besar, padahal kalian sebenarnya masih bayi. Kami memang memberitakan hikmat, tetapi kami memberitakan hikmat di kalangan orang-orang yang matang. Lagi pula, hikmat yang kami beritakan bukan hikmat dari zaman ini, dan bukan hikmat dari penguasa-penguasa zaman ini. Orang-orang biasa tidak memiliki hikmat ini, demikian pula orang-orang yang tergolong kelas penguasa. Sesungguhnya, penguasa-penguasa zaman ini akan ditiadakan."

Berdasarkan ayat 7, hikmat Allah tersembunyi dan rahasia; ini adalah hikmat yang rahasia. Karena itu, hikmat Allah tidak seperti hikmat orang Yunani, yang terbuka dan sangat dangkal. Lagi pula, hikmat Allah adalah hikmat yang telah tersembunyi dan yang telah disediakan Allah sebelum dunia dijadikan untuk kemuliaan kita. Hikmat Allah adalah nasib kita, dan sebelumnya nasib ini telah ditentukan oleh Allah, diputuskan oleh-Nya. Allah telah menetapkan nasib kita dalam kekekalan. Ia telah menakdirkan hikmat-Nya untuk kemuliaan kita. Ini berarti dalam kekekalan, Ia telah memutuskan bahwa hikmat-Nya akan menjadi nasib dan kemuliaan kita. Nasib kita bukan hanya menikmati berkat-berkat kekal di surga. Nasib kita adalah hikmat Allah yang rahasia. Allah telah menakdirkan hikmat-Nya yang rahasia itu menjadi kemuliaan kita.

Dalam ayat 9 Paulus melanjutkan, "Tetapi seperti ada tertulis: 'Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: Semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.'" Ruang lingkup yang dapat dilihat oleh mata sangat sempit, ruang lingkup yang dapat didengar oleh telinga lebih luas, ruang lingkup yang bisa dipahami oleh hati manusia tidaklah terbatas. Di dalam hikmat-Nya, yaitu di dalam Kristus, Allah telah menetapkan dan menyediakan banyak hal yang dalam, rahasia, dan tersembunyi, seperti pembenaran, pengudusan, pemuliaan, dan lain-lainnya. Semuanya ini adalah yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul dalam hati manusia.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 16

20 April 2011

1 Korintus - Minggu 6 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:3-5; 1:24

Paulus mengingatkan orang-orang di Korintus bahwa ia telah datang kepada mereka dengan perasaan yang sangat takut dan gentar (2:3). Takut adalah perasaan di dalam, gentar adalah penampilan yang di luar. Ketika rasul menunaikan ministrinya kepada orang-orang Yunani yang mencari hikmat, di dalam batin ia merasa takut kehilangan Kristus, di luar ia gentar kalau-kalau ia terpengaruh oleh kegairahan kedambaan mereka terhadap hikmat. Karena takut dan gentar sedemikian, maka ia menurut visi surgawi, menghindari setiap penyimpangan dan dengan setia berdiri teguh dalam ministri yang Allah amanatkan kepadanya. Para agamawan Yahudi yang bergairah membanggakan agama tradisional mereka, orang-orang Yunani yang menyanjung filsafat menyombongkan hikmat duniawi mereka. Ketika melayankan Kristus kepada kedua golongan orang ini, Paulus berada dalam keadaan takut dan gentar. Betapa bedanya keadaan rasul dengan mereka!

Dalam ayat 4-5 Paulus mengulangi apa yang telah dikatakannya sebelumnya. Kata-katanya berbeda, tetapi konsepsinya sama. Paulus tidak menggunakan kata-kata hikmat yang meyakinkan, melainkan bukti Roh itu dan kekuatan (ay. 4). Kekuatan yang dibuktikan Paulus ialah Kristus yang disalibkan. Hasil dari pembuktian ini ialah supaya iman kaum beriman itu bukan bergantung pada hasil hikmat Paulus yang mengalahkan hikmat mereka, melainkan bergantung pada kekuatan Allah (ay. 5), yakni Kristus yang telah disalibkan.

Dalam pemulihan Tuhan kita harus memiliki satu visi yang jelas tentang ekonomi Allah. Kemudian kita perlu dikuasai, dikendalikan, dan dipimpin oleh visi ini. Karena saya telah nampak visi ini dan dipimpin olehnya, saya tidak pernah mengubah nada saya selama bertahun-tahun ini. Saya tahu apa yang telah saya tampak, saya tahu apa yang sedang saya ajarkan, dan saya tahu apa yang saya ministrikan kepada umat Tuhan. Jika kita nampak visi tentang ekonomi Allah, dengan otomatis kita hanya mempunyai satu pilihan, satu cita rasa, dan satu ministri. Kita hanya memperhatikan Kristus yang almuhit dan alwasi (meluas dan memenuhi semua), serta kehidupan gereja yang sejati dan wajar. Hari ini kita dalam pemulihan Tuhan harus perkasa dan tidak goyah dalam hal visi tentang ekonomi Allah, kehendak kekal Allah. Karena Paulus telah nampak visi ini dan setia pada visi ini, ia bisa menjadi sangat perkasa. Kita semua perlu menjadi perkasa dan kokoh seperti itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 15

19 April 2011

1 Korintus - Minggu 6 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:2; 12:12

Kristus yang disalibkan adalah satu-satunya pokok, sentral, isi, dan substansi dari ministri Paulus. Karena itu, ketika ia akan melayankan perkataan kesaksian Allah kepada orang-orang Yunani yang menyanjung kata-kata yang muluk dan menyanjung hikmat filsafat, ia memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa selain Kristus yang almuhit dan Dia yang disalibkan (2:2). Satu keputusan yang betapa tepat! Ini harus menjadi teladan bagi kita semua.

Sebuah gereja lokal akan selalu bermasalah bila orang-orang kudus ingin mengetahui perkara-perkara lain yang di luar Kristus. Mengetahui terlalu banyak doktrin sering menimbulkan perdebatan dan bahkan menyebabkan perpecahan. Tidak mengetahui perkara-perkara lain selain Kristus dan Kristus yang disalibkan, selalu berfaedah; dan inilah satu-satunya jalan yang aman.

Jika semua orang kudus dalam gereja lokal memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa selain Kristus Yesus, tidak akan ada problem dalam kehidupan gereja. Gereja lokal yang paling indah adalah gereja yang tersusun dari orang-orang kudus yang tidak mengetahui apa-apa selain Kristus. Bila mereka mengajukan pertanyaan, mereka menjawab bahwa mereka hanya mengetahui Kristus, menyeru nama Tuhan, berdoa, dan menikmati Tuhan Yesus. Mereka rela tampak seperti orang bodoh, karena tidak mengetahui apa-apa selain Kristus dan Dia yang disalibkan ini.

Penting sekali kita memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa dan belajar berkata, "Aku tidak tahu." Belajarlah menetapkan untuk tidak mengetahui apa-apa selain Yesus Kristus. Oh, kita semua harus memiliki roh, sikap, dan praktek yang demikian. Jika kita memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa selain Kristus, niscaya tidak akan ada problem atau perpecahan di antara kita.

Problem di Korintus ialah kaum beriman tahu terlalu banyak. Selain itu, mereka memustikakan pengetahuan, bahkan sampai taraf menjunjung tinggi pengetahuan. Karena itu, tidaklah heran kalau Paulus berniat merendahkan pengetahuan mereka dan menunjukkan Kristus yang telah disalibkan kepada mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 15

18 April 2011

1 Korintus - Minggu 6 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:1; Kol. 2:2; Ef. 3:4


Orang-orang Yunani senang akan ungkapan-ungkapan pemikiran filosofis yang indah-indah. Tetapi, Paulus datang ke Korintus tidak dengan perkataan yang indah atau hikmat (2:1). Ini menunjukkan bahwa Paulus tidak memberitakan Injil kepada orang-orang Yunani menurut cara hikmat mereka. Sebaliknya, ia menghindari praktek semacam itu.

Ketika menyampaikan Kristus dan Injil kepada orang lain, kita harus jelas bahwa cara bicara kita tidak boleh membuat pendengar meleset dari butir yang terpenting. Lebih baik perkataan kita dianggap orang aneh atau janggal daripada kita membuat orang meleset dari perkara mendasar tentang Kristus dan salib. Memberi kesan kepada orang tentang pengetahuan atau pembicaraan kita itu bukanlah sasaran kita. Sebaliknya, beban kita adalah memberi kesan kepada orang tentang Kristus. Kita harus melayankan Kristus kepada mereka dan bukan memamerkan bahasa atau pengetahuan kita.

Butir penting kedua dalam ayat 1 ialah rahasia Allah. Apa itu rahasia Allah yang Paulus katakan dalam ayat 1? Beberapa ahli pada zaman dulu mengganti rahasia dengan kesaksian. Yang diberitakan rasul sebagai kesaksian Allah adalah rahasia Allah, yaitu Kristus sebagai perwujudan Allah dan gereja sebagai ekspresi Kristus (Rm. 16:25-26; Kol. 1:26-27; 2:2; 4:3; Ef. 3:4-6, 9). Sebenarnya kesaksian Allah dan rahasia Allah adalah satu perkara. Rahasia Allah adalah kesaksian Allah. Kesaksian ini, rahasia ini, mencakup Kristus sebagai perwujudan Allah dan gereja sebagai ekspresi Kristus.

Ketika Paulus datang ke Korintus, ia menyampaikan kedua paruhan dari kesaksian Allah ini; yakni, ia memberitakan Kristus dan gereja. Ini dapat kita buktikan dari isi 1 Korintus. Dalam Surat Kiriman ini kita nampak Kepala dan Tubuh. Sebenarnya, bagian yang lebih besar dari kitab ini bertalian dengan gereja, tidak langsung bertalian dengan Kristus. Dalam kedua pasal pertama Kristus diwahyukan, tetapi pasal-pasal selebihnya terpusat pada gereja. Sebagian besar problem di antara kaum beriman di Korintus melibatkan gereja. Karena itu, Paulus menyajikan kesaksian Allah yang lengkap kepada mereka: Kristus Sang Kepala, dan gereja, Tubuh-Nya. Lagi pula, ia menyampaikan kesaksian ini dengan kata-kata yang sederhana, bukan dengan perkataan yang muluk atau dengan pemikiran-pemikiran yang filosofis.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 15

16 April 2011

1 Korintus - Minggu 5 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:30

Bila kita benar-benar menikmati Kristus dalam kehidupan sehari-hari kita dan mengalami Dia, Dia akan menjadi kebenaran kita. Ini berbeda dengan mengatakan Kristus membenarkan kita, atau Ia menjadi pembenaran kita.

Secara alamiah tidak ada seorang pun yang sungguh-sungguh benar. Bahkan suami dan istri pun tidak ada yang benar seorang terhadap yang lain. Sebaliknya, mereka sering kali tidak benar. Saudara-saudara, dapatkah Anda dengan jujur mempercayai bahwa Anda benar terhadap istri Anda? Saudari-saudari, apakah Anda benar terhadap suami Anda? Selama masa hidup pernikahan Anda, apakah Anda selalu benar terhadap pasangan Anda? Saya tidak yakin bahwa orang yang sudah menikah yang mana pun dapat bersaksi dengan jujur bahwa mereka (suami atau istri) selalu benar seorang terhadap yang lain. Penyebab kita tidak benar ialah karena kita kurang menikmati Kristus. Tetapi jika kita secara terus-menerus menikmati Kristus dalam hidup kita sehari-hari, kita akan menjadi orang-orang yang paling benar.

Kebenaran sebetulnya adalah Kristus itu sendiri. Karenanya Kristus bukan hanya menjadi kebenaran untuk masa lampau kita sehingga kita dibenarkan oleh Allah; Ia juga harus menjadi kebenaran kita pada masa kini dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika kita menikmati Kristus dalam hidup sehari-hari dan jika Ia menjadi kebenaran kita secara riil, kita akan menjadi orang-orang yang istimewa, orang-orang yang dikuduskan. Kita tidak menjadi manusia yang umum, tetapi manusia-manusia yang dipisahkan bagi Allah.

Jika kita menikmati Kristus dari hari ke hari, Ia akan menjadi kebenaran kita. Kemudian Kristus sebagai kebenaran kita akan membuat kita berbeda dengan orang lain. Kita akan dikuduskan dan dipisahkan bagi Allah oleh Kristus sebagai pengudusan kita. Secara otomatis pengudusan ini akan membawa kita kembali kepada Allah, yang dari-Nya kita telah disesatkan. Inilah pengalaman atas Kristus sebagai penebusan kita. Lagi pula, penebusan ini mengakhiri kita dan membuat kita digantikan dengan hakiki Kristus. Inilah transfigurasi. Penebusan tubuh kita di masa kelak akan menjadi transfigurasi tubuh. Tetapi hari ini kita bisa mengalami Kristus sebagai Persona yang mentransfigurasi manusia batiniah kita. Jadi, Kristus tidak saja akan menjadi transfigurasi kita pada masa kelak, tetapi juga menjadi transfigurasi, penebusan dalam diri kita pada masa kini.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 14

15 April 2011

1 Korintus - Minggu 5 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:10-12, 23-24, 30

Orang-orang Korintus telah terpecah belah karena kesukaan-kesukaan dan pilihan-pilihan mereka. Akan tetapi, Paulus menghendaki mereka menyadari bahwa mereka telah dipanggil ke dalam satu persekutuan. Ini berarti mereka telah dipanggil ke dalam satu partisipasi, satu apresiasi, satu kenikmatan, satu kesukaan, dan satu pilihan. Mereka yang berkata, "Aku dari golongan Paulus" berarti mengapresiasi Paulus dan menikmati Paulus. Demikian pula orang-orang yang berkata bahwa mereka dari golongan Apolos atau dari golongan Kefas. Tetapi persekutuan dalam 1:9 adalah partisipasi kita dalam Kristus, itulah kenikmatan dan apresiasi kita terhadap Dia dan kesukaan serta pilihan kita atas diri-Nya.

Dalam 1:23-24 Paulus berkata, "Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: Untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah." Allah telah memanggil kita ke dalam persekutuan Kristus, Persona unik ini. Persona ini adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah bagi kita yang telah dipanggil.

Satu Korintus 1:30 mengatakan, "Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita: kebenaran, pengudusan, dan penebusan (Tl.)." Allah telah menaruh kita ke dalam Kristus, dan kini kita berada di dalam Dia. Dahulu kita berada di dalam Adam, tetapi kita telah dipindahkan dari Adam ke dalam Kristus. Ini bukan suatu perpindahan luaran, melainkan perpindahan hayat yang di dalam. Di dalam hayat kita telah dipindahkan dari lingkungan yang satu kepada lingkungan yang lain, dari Adam ke dalam Kristus. Sekarang kita semua dapat mengumumkan, "Haleluya, aku sekarang ada di dalam Kristus! Alangkah gembiranya aku berada di dalam Kristus!"

Dalam 1:30 Paulus memberi tahu kita bahwa Kristus menjadi hikmat dari Allah bagi kita. Hikmat ini meliputi kebenaran, pengudusan, dan penebusan. Kebenaran berhubungan dengan substansi, sedangkan pengudusan bertalian dengan tindakan. Kita dapat mengatakan bahwa kebenaran adalah satu benda, tetapi pengudusan adalah satu perkara yang mencakup satu proses. Pengudusan mengandung arti tindakan atau perbuatan menguduskan. Penebusan juga bukan hanya suatu benda, tetapi satu perkara yang mencakup satu proses, sebab penebusan mencakup perbuatan atau tindakan menebus.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 14

14 April 2011

1 Korintus - Minggu 5 Kamis

Pembacaan Alkitab: Kis. 2:42; 1 Yoh. 1:3; 1 Kor. 1:9

Dalam 1:9 Paulus berkata, "Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia." Jangan salah paham, mengira ungkapan "persekutuan Anak-Nya" tidak berarti. Persekutuan memerlukan hayat. Tanpa hayat, kita tidak dapat bersekutu. Persekutuan adalah perkara yang di dalam, yang boleh kita lukiskan sebagai komunikasi hayati antara seseorang dengan orang lain.

Kata persekutuan untuk kali pertama dipakai dalam Kisah Para Rasul 2:42. Dalam ayat itu diterangkan bahwa orang-orang yang telah diselamatkan dan ditambahkan ke dalam gereja pada hari Pentakosta bertekun dalam pengajaran rasul dan persekutuan. Para rasul telah memberitakan Injil kepada mereka, dan pemberitaan Injil itu membawa mereka masuk ke dalam sesuatu yang oleh Alkitab disebut persekutuan.

Dalam Perjanjian Baru persekutuan melukiskan aliran antara kita dengan Tuhan maupun antar sesama kita. Satu Yohanes 1:3 mengatakan, "Apa yang telah kami lihat dan telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus." Dalam 1 Yohanes kita nampak hayat (1:1-2) dan kemudian persekutuan. Ada sebuah arus, aliran yang vertikal antara kita dengan Bapa dan Anak, dan yang horizontal antara kita dengan kaum beriman lainnya. Puji Tuhan, hari ini di bumi ada sesuatu yang disebut persekutuan, persekutuan antar anak-anak Allah dan persekutuan antara anak-anak Allah dengan Allah Tritunggal!

Sejak hari Pentakosta ada sebuah arus yang telah mengalir secara horizontal di antara kaum beriman. Arus ini melalui ruang dan waktu. Ditinjau dari segi waktu, persekutuan ini telah mengalir dari generasi ke generasi. Ditinjau dari segi tempat, persekutuan ini meluas ke seluruh dunia; mengalir di antara kaum beriman di seluruh buana. Karena kita ada di dalam satu arus ini, kita tidak dapat dipisahkan oleh ruang. Tidak peduli kita ada di mana, kita semua berada dalam arus ini; yaitu, kita semua berada dalam satu persekutuan.

Menurut perkataan Paulus dalam 1:9, kita semua telah dipanggil oleh Allah ke dalam persekutuan ini. Ilustrasi terbaik untuk persekutuan mungkin adalah sirkulasi darah dalam tubuh manusia. Saat ini juga darah sedang bersirkulasi di seluruh tubuh Anda. Dalam waktu yang sangat singkat darah telah mengelilingi tubuh Anda satu kali. Kehidupan tergantung pada sirkulasi ini. Sebagaimana dalam tubuh manusia ada sirkulasi darah, demikian pula, dalam Tubuh Kristus ada sirkulasi rohani, yang disebut persekutuan. Sangat menyedihkan bahwa di kalangan kebanyakan orang Kristen hari ini, sirkulasi ini telah diabaikan, atau bahkan sama sekali tidak ada. Karena itu penting sekali kita menyadari bahwa di dalam pemulihan Tuhan, kita sekarang dibawa kembali ke dalam aliran ini, ke dalam persekutuan ini.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 14

13 April 2011

1 Korintus - Minggu 5 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:2, 9, 24, 30

Kita telah menunjukkan bahwa semakin kita melatih roh kita untuk menyeru nama Tuhan, kita akan menjadi semakin benar. Sekarang kita perlu nampak bahwa kita tidak saja menjadi benar dan suci, tetapi juga dikuduskan. Ini berarti semakin kita melatih roh untuk menyeru nama Tuhan Yesus, kita akan semakin dipisahkan dari apa yang biasa dan dari hal-hal yang umum dalam diri kita.

Baik kebenaran maupun pengudusan adalah aspek-aspek Kristus menjadi hikmat dari Allah bagi kita. Kita telah menekankan fakta bahwa hikmat sebenarnya adalah jalan atau cara. Bagaimanakah kita bisa menerima hikmat yang kita perlukan? Hikmat ini berasal dari kenikmatan atas Kristus. Dari hari ke hari, dan dari jam ke jam, kita seharusnya tidak hidup di dalam jiwa, dalam diri sendiri, melainkan hidup di dalam roh, melatih roh kita untuk menyeru nama Tuhan Yesus. Lalu Kristus akan menjadi kenikmatan, makanan, tunjangan, dan suplai kita secara riil. Hasilnya, kita menjadi benar. Kita tidak lagi menghakimi orang lain, menyalahkan mereka, malah sebaliknya menghakimi dan menyalahkan diri kita sendiri. Kita nampak bahwa kita telah bersalah terhadap orang lain dalam banyak hal. Karena itu, kita menjadi benar dan adil. Selain itu, kita akan menjadi seorang suami yang berbeda dengan suami-suami lainnya, atau menjadi seorang istri yang berbeda dengan istri-istri lain. Kita tidak lagi menjadi orang yang umum, melainkan dipisahkan, dikuduskan, dan bahkan menjadi orang yang istimewa. Itulah pengudusan.

Penebusan juga mencakup pengakhiran. Kristus yang berhuni di dalam kita, yang menyuplai kita, dan yang menjadi makanan kita juga mengakhiri kita. Semakin kita menyeru nama Tuhan, kita akan semakin mengetahui betapa kita masih berada dalam ciptaan lama. Kita akan membenci diri kita sendiri dan mengaku bahwa kita perlu diakhiri. Pengakhiran ini adalah aspek kedua dari pengalaman Kristus sebagai penebusan kita. Pertama, penebusan membawa kita kembali kepada Allah; kedua, penebusan berarti diakhiri oleh Tuhan. Penebusan mencakup kesadaran akan keperluan kita untuk diakhiri dan kesadaran bahwa Tuhan sebenarnya sedang mengakhiri kita.

Penebusan juga mencakup penggantian kita oleh Kristus. Ketika Kristus mengakhiri kita, Ia menggantikan kita dengan diri-Nya sendiri. Ini adalah transformasi (pengubahan), juga transfigurasi (pengalihragaman). Ini melebihi pengudusan, yang memisahkan kita dan membuat kita berbeda dari orang-orang lain. Ini adalah proses transformasi yang sebenarnya di mana unsur lama kita, susunan lama kita diakhiri dan diganti dengan unsur dan susunan yang baru, yaitu Kristus sendiri dalam kebangkitan-Nya. Bila kita telah digantikan, kita ditransformasikan dan disusun kembali oleh Kristus. Bukankah ini hikmat Allah? Ketika kita mengalami Kristus sebagai kebenaran, pengudusan, dan penebusan, kita benar-benar memiliki Dia sebagai hikmat dari Allah bagi kita.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 13

12 April 2011

1 Korintus - Minggu 5 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:24, 30

Kebenaran, pengudusan, dan penebusan adalah bahan-bahan yang dipakai untuk membuat jalan bebas hambatan dalam kehidupan Kristiani kita. Pernahkah Anda sadari bahwa hikmat adalah jalan kita, jalan bebas hambatan kita dan bahwa kebenaran, pengudusan, dan penebusan adalah bahan-bahan yang dipakai untuk membuat jalan bebas hambatan ini? Demikianlah pengalaman kristiani kita. Ketika kita menikmati Kristus, aspek pertama dari pekerti ilahi, yang akan kita alami ialah Allah sebagai kebenaran kita. Ketika kita menikmati Kristus dan mengalami Dia, yang pertama kita miliki ialah Allah sebagai kebenaran kita. Ini berarti tatkala kita melatih roh kita dan menyeru nama Tuhan Yesus, kita menjadi benar. Semakin kita berseru, kita semakin menjadi benar.

Ketika kita menyeru nama Tuhan dengan melatih roh kita, kita akan menjadi benar. Ketika kita lambat laun menjadi benar dengan cara demikian, akhirnya kita akan menjadi benar dalam tutur kata kita kepada istri atau suami kita. Andaikata seorang saudari sangat benar terhadap suaminya, pada akhirnya kebenarannya akan meyakinkan dan menundukkan suaminya. Suaminya akan berkata kepada dirinya sendiri, "Dulu istriku tidak demikian. Begitu aku berbuat salah, ia pasti akan menghakimiku dengan hebat. Aku mengakui bahwa aku salah, tetapi ia bahkan lebih bersalah dalam caranya menghakimi aku." Karena penghakimannya terhadap suaminya, ia telah melukai suaminya dan menyebabkan suaminya bereaksi secara negatif. Tetapi kini ia telah benar terhadap suaminya, karena ia melatih rohnya dan menyeru nama Tuhan. Dengan cara inilah Tuhan menjadi kebenaran baginya.

Setiap kali kita menjadi benar melalui menyeru nama Tuhan, kita akan menjadi tenang. Kebenaranlah yang menenangkan kita. Alasan atau penyebab seorang suami berbantah-bantah dan cekcok dengan istrinya ialah karena kedua-duanya tidak benar. Tetapi kalau ada satu pihak benar, kebenaran ini akan membuat pihak lain tenang. Misalkan sang istri yang berpaling kepada Tuhan, menyeru nama Tuhan, dan menjadi benar dalam menghadapi suaminya, maka suaminya akan segera menyadari bahwa ia telah berubah dan ia sekarang adil dan benar dalam menghadapi suaminya.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 13

11 April 2011

1 Korintus - Minggu 5 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:24, 30

Dalam 1:24 Paulus berkata, "Tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah." Ini adalah sebuah ayat yang penting. Di sini Paulus berkata bahwa bagi orang-orang yang dipanggil, yakni orang-orang yang dipilih Allah dalam kekekalan dan yang telah percaya kepada Kristus, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah. Sebagai orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah dan berseru kepada nama Tuhan, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah bagi kita.

Dalam 1:30 Paulus selanjutnya berkata, "Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita: kebenaran, dan pengudusan, dan penebusan" (Tl.). Dalam ayat 2 Paulus mengatakan tentang bagian kita, dan dalam ayat 9 ia mengatakan bahwa kita telah dipanggil ke dalam kenikmatan atas bagian tersebut. Sekarang dalam ayat 24 dan 30 kita melihat berbagai aspek dari bagian ini untuk kenikmatan kita. Dari ayat-ayat tersebut kita memahami bahwa kita bisa menikmati Kristus sebagai hikmat Allah dan kekuatan Allah. Tambahan pula, Kristus sebagai hikmat Allah mencakup kebenaran, pengudusan, dan penebusan.

Dalam ayat 24 dan 30 hikmat Allah mengacu kepada jalan ilahi. Jika kita berhikmat, kita akan tahu cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Namun jika kita tidak berhikmat, kita akan melakukan segala hal dengan cara yang tolol. Untuk memiliki cara yang terbaik, kita perlu memiliki hikmat. Hikmat dalam ayat ini setara dengan jalan dalam Yohanes 14:6; sebuah ayat di mana Tuhan Yesus berkata, "Akulah jalan." Di luar Kristus sebagai jalan, kita tidak mempunyai jalan untuk datang ke hadirat Bapa. Karena itu, jalan Allah adalah hikmat-Nya. Jika kita ingin menikmati Dia dan mengambil bagian di dalam Dia, kita harus memiliki jalan, dan jalan ini adalah hikmat Allah.

Kita bisa mengilustrasikan hubungan antara hikmat dan jalan dengan belajar menyetir mobil. Seorang yang sedang belajar menyetir mobil mungkin merasa sukar untuk membelokkan mobilnya. Karena ia belum mempunyai hikmat yang cukup, ia tidak tahu cara membelokkan mobilnya dengan tepat. Akan tetapi seorang sopir yang trampil dan berpengalaman mempunyai hikmat untuk menguasai mobilnya. Ia memiliki cara untuk mengendalikannya, dan menjalankannya ke mana saja ia kehendaki. Cara ini adalah hikmat si sopir itu.

Sebagai hikmat dari Allah dan jalan Allah bagi kita, Kristus adalah kebenaran, pengudusan, dan penebusan. Sebenarnya, ini adalah ketiga langkah dari jalan itu. Sudah tentu pengertian ini bertalian dengan pengalaman kita.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 13

09 April 2011

1 Korintus - Minggu 4 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:17; 10:16

Karena kita memiliki roh yang dilahirkan kembali, kita dapat mengalami Kristus sebagai bagian kita dan dapat pula mengalami persekutuan Kristus ini. Kalau roh kita belum dilahirkan kembali oleh Roh itu dan belum dihuni oleh Roh itu, Kristus tidak dapat menjadi bagian kita, dan kita pun tidak mungkin berada dalam persekutuan Kristus. Sebagaimana instalasi listrik harus memiliki aliran listrik baru bisa berfungsi, demikian pula kita harus berada dalam roh jika kita ingin mengalami Kristus sebagai bagian kita dan menikmati persekutuan-Nya. Bila arus listrik itu mengalir ke dalam instalasi listrik, barulah kita dapat menikmati terang, panas, atau udara sejuk. Demikian pula, dengan menjadi satu roh dengan Tuhan, barulah kita dapat mengalami Dia sebagai Sang almuhit. Karena alasan inilah Paulus berkata bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan mengasihi Dia sudah mengikatkan dirinya pada Dia. Di dalam roh kita benar-benar telah menjadi satu dengan Dia. Kita mempunyai roh yang dilahirkan kembali, dan Kristus sekarang adalah Roh pemberi-hayat yang berhuni di dalam roh kita. Hasilnya, kita menjadi satu roh dengan Dia. Alangkah menakjubkan hal ini! Kita semua harus menyadari bahwa kita telah menjadi satu roh dengan Tuhan. Jika kita nampak hal ini kita akan berkata, "Puji Tuhan, sekarang aku menjadi satu roh dengan Tuhan! Allah telah menciptakan aku dengan satu roh manusia, dan rohku telah dilahirkan kembali oleh Dia. Hari ini Kristus yang almuhit adalah Roh pemberi-hayat yang berhuni di dalam rohku. Ia menjadi satu dengan rohku, dan aku menjadi satu dengan Dia."

Kristus adalah Tuhan mereka dan Tuhan kita, dan kita telah dipanggil ke dalam persekutuan Kristus ini. Persekutuan ini hanya dapat berlangsung di dalam roh. Puji Tuhan, karena siapa yang mengikatkan dirinya dengan Dia menjadi satu roh dengan Dia! Sebab itu, kita mempunyai satu sumber, satu mata air, dan satu waduk yang tidak kunjung asat. Sumber itu adalah Kristus, Allah Tritunggal yang telah diproses, Roh pemberi-hayat yang almuhit.

Dalam 10:16 Paulus tiba pada butir penting yang lain: "Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?" Kalau 1 Korintus 1:9 membicarakan persekutuan Putra, maka dalam 10:16 Paulus mengatakan tentang persekutuan tubuh dan darah Kristus. Persekutuan dalam 10:16 lebih riil daripada persekutuan dalam 1:9, sebab dalam 10:16 darah Kristus telah terpisah dari tubuh-Nya, menunjukkan bahwa Dia dapat kita makan. Namun, dalam 1:9 Kristus sebagai Putra Allah belum siap untuk kita miliki melalui memakan-Nya.

Alasan adanya problem dalam hal-hal tertentu ialah karena kita kurang menikmati Kristus. Kalau kita mempunyai problem dalam kehidupan gereja atau dalam kehidupan keluarga, itu dikarenakan kita kurang menikmati Kristus secara memadai. Yang kita butuhkan bukanlah Kristus yang doktrinal di dalam pikiran kita, melainkan Kristus yang ada di dalam roh kita, yang dapat kita nikmati dan alami secara riil. Jika kita nampak Kristus yang almuhit, yang berhuni di dalam roh kita sebagai Roh pemberi-hayat adalah bagian unik kita untuk kenikmatan kita, dan jika kita dari hari ke hari melatih roh kita untuk menyeru nama-Nya, kehidupan pernikahan dan kehidupan gereja kita akan penuh dengan Kristus. Hasilnya, kita tidak akan diganggu oleh apa pun dalam kehidupan pernikahan dan kehidupan gereja kita. Kita akan memperhatikan Kristus semata, dan kita tidak mempunyai citarasa dan selera lagi untuk perkara lain selain Kristus. Kita akan mendambakan Kristus dan Kristus semata, dan kita akan berpesta makan Dia dalam perjamuan Tuhan. Inilah wahyu yang terdapat dalam Surat 1 Korintus.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 12

08 April 2011

1 Korintus - Minggu 4 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:45; 1:2, 9; 6:17

Kristus yang kita miliki adalah Persona yang almuhit. Ia adalah Allah Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh. Sebagai Allah yang telah berinkarnasi, Ia hidup sebagai manusia di bumi selama tiga puluh tiga setengah tahun. Melalui kematian-Nya di atas salib, Ia menyalibkan ciptaan lama. Dengan demikian Ia membawa ciptaan kembali kepada Allah. Sekarang, karena Kristus telah mengakhiri kita di atas salib, apa yang telah Ia akhiri itu Ia gantikan dengan diri-Nya sendiri dalam kebangkitan. Dalam kebangkitan, Kristus telah menjadi Roh pemberi-hayat. Sebenarnya Roh pemberi-hayat adalah kebangkitan. Jadi kebangkitan bukan hanya suatu perkara atau suatu benda, melainkan satu Persona hidup. Dalam Yohanes 11:25 Tuhan Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup."

Hari ini Persona Kristus yang ajaib ini, Sang yang oleh-Nya segala sesuatu telah diciptakan, yang telah melalui inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan, adalah Roh pemberi-hayat yang almuhit. Roh ini adalah ekspresi Allah Tritunggal yang rampung sempurna.

Bila kita berada di dalam roh, kita pun berada dalam kebangkitan. Kebangkitan adalah hayat yang menaklukkan maut. Kalau kita benar-benar mengalami berada dalam kebangkitan, maka kita pasti segar dan lincah, sebab ada hayat yang meluap dari batin kita. Dalam keadaan demikian, kita dapat dibandingkan dengan sebuah tanaman yang hijau. Sebuah tanaman yang hidup boleh dipakai untuk mengilustrasikan kebangkitan. Jika sebuah tanaman subur dan berbunga, kita boleh mengatakan bahwa pohon itu sedang dalam kebangkitan. Tetapi bila pohon itu layu dan mati, kita tidak dapat mengatakan tanaman itu dalam kebangkitan. Demikian pula, jika kita duduk dalam sidang secara formal atau agamawi, pasti kita tidak berada dalam kebangkitan. Sebaliknya, mungkin kita masih berada di dalam kubur.

Satu Korintus 1:9 mengatakan, "Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia." Kita telah dipanggil ke dalam persekutuan Kristus yang almuhit sebagai bagian kita. Persekutuan ini tidak lain adalah Persona hidup dari Kristus yang almuhit itu. Ini berarti kita telah dipanggil ke dalam Persona ini dan ke dalam persekutuan-Nya. Allah telah memanggil kita ke dalam Kristus, menjadi bagian bersama dan kenikmatan kita.

Kita telah melihat bahwa Kristus yang almuhit adalah bagian kita dan kita telah dipanggil ke dalam persekutuan Kristus ini. Namun bagaimana Kristus yang berinkarnasi, tersalib, dan bangkit ini menjadi bagian kita untuk kita nikmati? Untuk mengerti hal ini kita perlu membahas 6:17. Dalam 1 Korintus 6:17 Paulus mengatakan, "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia." Persekutuan yang kita masuki tidak lain adalah Kristus sebagai Roh pemberi-hayat. Untuk mengalami persekutuan ini kita harus menjadi satu roh dengan Dia. Dalam roh kita, kita menjadi satu dengan Roh pemberi-hayat ini.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 12

07 April 2011

1 Korintus - Minggu 4 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:2, 9-13

Persona yang kita percayai, yang kita terima, dan yang masuk ke dalam kita seharusnya juga Persona yang nama-Nya kita serukan. Namun, kebanyakan orang Kristen hari ini tidak memperhatikan perihal menyeru nama Tuhan Yesus. Seperti telah kita lihat, Paulus menyinggung hal ini dalam 1:2, yakni ketika ia berkata, "Dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus." Di sini, kata "berseru" dalam bahasa Yunani adalah epikaleo. Kata ini berarti memanggil dengan suara keras. Berdoa dengan lembut dan diam-diam sangatlah berbeda dengan memanggil nama Tuhan Yesus dengan suara keras. Misalkan seorang berdosa mendengar pemberitaan Injil dan mau percaya kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya. Mungkin ia akan berdoa dengan tenang, "Tuhan Yesus, aku adalah orang berdosa. Aku berterima kasih karena Engkau mati untukku. Aku percaya kepada-Mu. Darah-Mu menyucikan aku. Engkau mengaruniakan hayat kekal kepadaku." Orang yang berdoa secara demikian memang bisa diselamatkan, tetapi ia tidak diselamatkan secara perkasa. Misalkan lagi ada seorang lain yang telah diyakinkan dan mau percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi ia bukan berdoa dengan tenang, melainkan berseru dengan suara keras kepada nama Tuhan, mengumumkan bahwa ia percaya kepada-Nya dan menerima-Nya. Jika ia berseru kepada Tuhan secara demikian, pengalaman-Nya atas keselamatan akan menjadi sangat kuat.

Ketika kita menyeru nama Tuhan Yesus, Persona yang kita terima, Ia segera menjadi milik kita. Ini berarti Ia menjadi bagian kita, bahkan menjadi bagian kita yang almuhit. Sebagai bagian kita, Kristus adalah hayat kita, suplai hayat kita, dan segala-gala kita. Ia adalah apa saja yang kita butuhkan: penghiburan, kesabaran, kebenaran, kekudusan, kekuatan, dan sebagainya. Lalu Ia pun menjadi hikmat kita dari Allah. Kristus ini adalah Tuhan mereka juga Tuhan kita.

Dalam 1:9 Paulus mengatakan bahwa Allah telah memanggil kita ke dalam persekutuan Putra-Nya. Makna persekutuan ini sangat dalam. Perjanjian Baru mengilustrasikan persekutuan ini sebagai suatu perjamuan. Dalam kitab-kitab Injil, Tuhan Yesus berkata bahwa suatu perjamuan telah dipersiapkan dan orang-orang pun telah diundang (Mat. 22:1-3; Luk. 14:16-17). Kita semua telah diundang untuk menghadiri perjamuan yang menakjubkan ini. Di dalam perjamuan ini kita menikmati hidangan demi hidangan. Kenikmatan perjamuan ini adalah partisipasi yang timbal balik, suatu kenikmatan bersama. Jadi, dalam persekutuan Putra Allah, kita memiliki kenikmatan. Namun kenikmatan ini bukan bersifat individual, melainkan bersifat korporat. Ketika kita menikmati perjamuan ini bersama-sama, kita akan saling bersekutu, saling berbagian.

Allah memanggil kita ke dalam persekutuan ini, yakni persekutuan Putra-Nya, Yesus Kristus Tuhan kita. Persekutuan ini mencakup Allah Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh. Ini adalah persekutuan Kristus yang berinkarnasi, tersalib, dan bangkit. Persona yang dalam kebangkitan adalah Roh pemberi-hayat. Persona almuhit inilah perjamuan (pesta) kita, dan pesta ini berarti persekutuan. Sebagai orang-orang yang telah dipanggil ke dalam persekutuan ini, kita sekarang menikmati Kristus melalui berpesta atas diri-Nya. Lagi pula, kita memiliki kenikmatan bersama dan kita kini berada dalam komunikasi seorang dengan yang lain. Persekutuan ini, kenikmatan bersama ini, adalah kehidupan gereja.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 11

06 April 2011

1 Korintus - Minggu 4 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:2; 9, Ef. 1:5; 3:9

Bagaimana mungkin Allah menyalurkan diri-Nya ke dalam kita? Pertama, Allah menciptakan langit, bumi, dan manusia. Zakharia 12:1 mengatakan bahwa TUHAN yang membentangkan langit, dan meletakkan dasar bumi, dan yang menciptakan roh dalam diri manusia. Roh manusia adalah satu organ istimewa yang diciptakan Allah bagi manusia untuk menerima Allah. Kita dapat mengibaratkan diri kita sebuah radio, dan roh kita seperti alat penerimanya. Langit untuk bumi, bumi untuk manusia, dan manusia, yang diciptakan dengan satu roh, adalah untuk Allah.

Lama setelah Allah menggenapkan pekerjaan penciptaan yang merupakan langkah pertama untuk menyalurkan diri-Nya ke dalam kita, Allah menempuh langkah kedua, yakni inkarnasi. Pada suatu hari, Allah yang tidak terbatas, yang menciptakan alam semesta, menjadi seorang manusia. Berdasarkan Yohanes 1:1 dan 14, Firman yang adalah Allah, telah menjadi daging, yakni Allah menjadi seorang manusia. Dalam perkataan Yesaya 9:5, seorang anak telah lahir untuk kita, namanya ialah Allah yang perkasa. Bayi yang lahir di palungan di Betlehem itu sebenarnya adalah Allah yang perkasa.

Melalui inkarnasi, Tuhan mengenakan sifat insani. Manusia adalah kepala dari ciptaan lama. Ketika Adam, wakil segenap ciptaan, jatuh, maka seluruh ciptaan pun jatuh dan menjadi usang. Ketika Allah mengenakan sifat insani, Ia mengenakan seluruh ciptaan lama. Jadi, ketika Kristus disalibkan, ciptaan pun turut disalibkan. Karena itu, oleh kematian-Nya di atas salib, Tuhan mengakhiri seluruh ciptaan, termasuk Anda dan saya. Melalui kematian yang ajaib dan almuhit inilah, Kristus menebus kita; Ia mengembalikan kita kepada Allah. Ia tidak saja mengakhiri kita dan mengembalikan kita kepada Allah, tetapi dalam kebangkitan Ia juga menggantikan kita dengan diri-Nya sendiri. Karena itu, Tuhan telah mengakhiri kita, membawa kita kembali kepada Allah, dan menggantikan kita dengan diri-Nya sendiri dalam kebangkitan.

Dalam Yohanes 11:25 Tuhan Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup." Sebagai kebangkitan, Tuhan adalah unsur yang menggantikan kita. Selain itu, dalam kebangkitan Kristus telah menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45). Kebangkitan sebenarnya adalah Persona Kristus yang hidup, Persona yang adalah Allah yang berinkarnasi, yang hidup di bumi sebagai seorang manusia, yang mati di atas salib untuk menebus kita, dan yang menjadi Roh pemberi-hayat dalam kebangkitan. Jadi, Kristus adalah kebangkitan juga Roh itu. Ia telah menjadi Roh itu, dan Roh itu adalah kebangkitan. Sekarang sebagai Roh itu dan kebangkitan, Ia menjadi pengganti kita.

Setelah Kristus menjadi Roh pemberi-hayat dalam kebangkitan, dapatlah Ia masuk ke dalam kita. Namun, kita perlu menerima Dia melalui bertobat, percaya kepada-Nya, dan menyeru nama-Nya. Seorang yang berdosa mungkin berdoa, "Tuhan Yesus, aku adalah orang berdosa. Tetapi Tuhan, Engkau adalah Penyelamatku. Kini kubuka diriku kepada-Mu dan menerima Engkau." Bila seseorang berdoa demikian, maka Persona yang tersayang, terindah, dan terajaib ini, yakni Persona yang adalah Roh dan kebangkitan ini akan masuk ke dalamnya. Begitu kita menerima Tuhan ke dalam kita, Ia tidak akan meninggalkan kita, meskipun adakalanya kita menyesal menjadi orang Kristen. Setelah Anda percaya kepada Tuhan Yesus, Anda tidak mungkin menghentikan kepercayaan Anda terhadap-Nya. Begitu Ia masuk ke dalam Anda, Ia tidak akan meninggalkan Anda.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 11

05 April 2011

1 Korintus - Minggu 4 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:17; 10:16

Dalam 1:2 kita nampak bahwa berdasarkan ekonomi-Nya, Allah telah memberikan Kristus kepada kita untuk menjadi bagian kita. Sebagai bagian kita, Kristus adalah milik mereka juga milik kita. Kita dapat menikmati Kristus sebagai bagian unik kita cukup dengan menyeru nama-Nya. Ketika kita menyeru nama Tuhan Yesus, kita memperoleh Persona-Nya, dan kemudian Persona ini menjadi bagian kita.

Menurut 1:9 Allah telah memanggil kita ke dalam persekutuan Putra-Nya, Yesus Kristus. Ini berarti Ia telah memanggil kita ke dalam kenikmatan dan partisipasi atas Persona Kristus sebagai bagian kita. Karena Allah telah memanggil kita ke dalam kenikmatan atas Persona yang demikian, kita sekarang harus menjadi orang-orang yang menyeru nama-Nya. Kata memanggil dalam ayat 9 adalah perkataan yang sama dalam ayat 2, di mana Paulus mengatakan tentang orang kudus yang terpanggil. Melalui Allah yang setia, kita, orang kudus yang terpanggil telah dipanggil ke dalam persekutuan, partisipasi, kenikmatan atas Anak-Nya. Dengan menyeru nama Tuhan Yesus, kita menikmati Dia sebagai Persona yang adalah milik mereka juga milik kita. Inilah hubungan dan kelanjutan antara ayat 2 dan 9.

Dengan mengetahui kita telah dipanggil ke dalam persekutuan Kristus dan kita kini harus berseru kepada Dia untuk menikmati Dia sebagai bagian kita, mungkin kita heran bagaimana kita dapat memiliki pengalaman atas Kristus secara riil. Kita dapat mengalami Kristus melalui Roh itu sebagai listrik surgawi. Kita telah berulang-ulang menunjukkan bahwa dalam 6:17 Paulus mengatakan bahwa siapa yang mengikatkan dirinya dengan Tuhan menjadi satu roh dengan Dia. Perkataan "mengikatkan diri" dalam ayat ini sinonim dengan "persekutuan" dalam 1:9. Persekutuan dan mengikatkan diri mengacu kepada perkara yang sama. Misalkan, jika Anda mengikatkan diri dengan seorang kudus, berarti Anda bersekutu dengannya. Pengikatan diri sesungguhnya berarti persekutuan. Hal ini memungkinkan kita nampak hubungan antara 1:2 dan 9 dan 6:17. Istilah dipanggil dalam 1:9 menghubungkan ayat itu dengan 1:2; dan istilah mengikatkan diri dalam 6:17 menghubungkan ayat itu dengan 1:9.

Cara untuk menikmati Tuhan dalam pengalaman adalah melalui Dia sebagai Roh itu dalam roh kita. Hari ini Kristus adalah Roh pemberi-hayat, dan kita memiliki roh insani yang telah dilahirkan kembali. Ketika kita mengikatkan diri dengan Dia, kita menjadi satu roh dengan Dia. Bila kita menjadi satu roh dengan Tuhan, kita berada dalam persekutuan Kristus. Tidak hanya demikian, tatkala kita melatih roh kita untuk menyeru nama Tuhan Yesus, kita menerapkan persekutuan ini dan menikmati Kristus. Kenikmatan ini sangatlah kaya!

Kenikmatan ini dilambangkan dengan perjamuan Tuhan dalam pasal 10. Perjamuan adalah lambang kenikmatan, sebab perjamuan adalah suatu pesta. Sudah tentu, istilah persekutuan digunakan dua kali dalam 10:16, masing-masing mengacu kepada persekutuan tubuh dan darah Tuhan. Dalam 1:9 persekutuan adalah di dalam Putra Allah, tetapi dalam 10:16 persekutuan ini menjadi persekutuan tubuh dan darah Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Kristus telah diproses melalui kematian dan kebangkitan menjadi makanan di atas meja perjamuan untuk kita nikmati.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 10

04 April 2011

1 Korintus - Minggu 4 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:2, 9

Dalam berita ini kita akan membahas empat perkara penting yang diungkapkan dalam sepuluh pasal pertama dari 1 Korintus. Perkara yang sangat penting adalah dalam 1:2, yaitu ungkapan Paulus, "Tuhan mereka dan Tuhan kita." Dalam ayat 9 Paulus selanjutnya mengatakan, "Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia." Dalam ayat ini perkara yang penting adalah persekutuan dengan Anak Allah. Menurut urutan pengalaman, hal ini menyusul butir yang penting dalam ayat 2. Perkara penting yang ketiga terdapat dalam 6:17. Di sini Paulus berkata, "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia." Dalam pengalaman kita, perkara tentang menjadi satu roh dengan Tuhan terjadi sesudah dipanggil oleh Allah ke dalam persekutuan Anak-Nya. Perkara penting yang keempat berkaitan dengan persekutuan dengan darah Kristus dan persekutuan dengan tubuh Kristus. Dalam 10:16 Paulus mengatakan tentang hal ini, "Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?" Ayat ini mengacu kepada perjamuan Tuhan. Jadi, dalam ayat-ayat ini keempat perkara yang penting ialah: Kristus yang adalah Tuhan mereka dan Tuhan kita, persekutuan Anak Allah, menjadi satu roh dengan Tuhan, dan perjamuan Tuhan.

Ketika Paulus menulis 1 Korintus, ia adalah seorang yang diinfus oleh Allah Tritunggal. Ia telah dipenuhi, dijenuhi, dan diresapi oleh Bapa, Putra dan Roh. Selain itu, Paulus telah nampak sepenuhnya visi tentang ekonomi Allah. Ia menyadari bahwa maksud Allah Tritunggal ialah menyalurkan diri-Nya ke dalam umat tebusan dan pilihan-Nya. Sebagai seorang yang ditebus Allah, Paulus telah mengalami penyaluran ini. Paulus benar-benar tahu bahwa Allah Bapa adalah sumber, Allah Putra adalah saluran, dan Allah Roh adalah aliran. Ia pun memiliki pengertian yang jelas bahwa Allah Tritunggal telah disalurkan ke dalamnya demi satu tujuan, dan tujuan ini adalah ekspresi korporat Allah. Semua perkara ini tidak saja jelas bagi Paulus, tetapi juga berada di dalamnya serta merupakan bagian dari dirinya. Jadi, Paulus adalah seorang yang diinfus dengan Allah Tritunggal dan ekonomi-Nya. Ini akan membantu kita nampak Paulus seorang yang bagaimana, apakah unsur dasar yang ada di dalam dirinya.

Dalam menanggulangi problem dalam gereja di Korintus, Paulus mencakup ayat-ayat yang kita kutip pada permulaan berita ini. Bahkan 1:2 adalah aspek penanganan Paulus atas problem ini. Dalam ayat ini Paulus menyinggung tentang orang yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus di setiap tempat, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita. Ayat ini memuat sebuah alat penting yang digunakan Paulus dalam menanggulangi problem di antara orang-orang Korintus.

Satu Korintus 1:9 seolah-olah lebih langsung berkaitan dengan problem-problem di antara orang-orang Korintus. Paulus memulai ayat ini dengan mengatakan, "Allah, adalah setia." Kemudian ia mengatakan selanjutnya bahwa melalui Allah yang setia ini kita telah dipanggil ke dalam persekutuan Putra-Nya, Yesus Kristus.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 10

02 April 2011

1 Korintus - Minggu 3 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:30-31

Bagi kita, mengetahui diri kita berada di dalam Kristus sangatlah penting dan menentukan. Kita pun harus bangga dengan fakta bahwa kita kini berada di dalam Kristus. Di samping itu, kita dapat bersaksi bahwa karena kita berada di dalam Kristus, kita tidak lagi bodoh, lemah, atau hina. Saudari-saudari, jika dalam pengalaman, kalian kuat di dalam Kristus, kalian akan mencicipi Yerusalem Baru, dan tidak begitu cepat meneteskan air mata. Di Yerusalem Baru tidak ada lagi air mata. Kadang-kadang pada perjamuan Tuhan kita bersyukur kepada-Nya karena pencicipan atas Yerusalem Baru yang akan datang. Ketika kita mengalami cita rasa sepenuhnya, tentu tidak akan ada air mata. Bukan air mata, melainkan aliran air hayat. Saudari-saudari, bila kalian hendak menangis, ingatlah perkataan Paulus: Tetapi oleh Allahlah kamu berada di dalam Kristus. Dalam Kristus Anda menjadi berhikmat dan kuat. Puji Tuhan, dalam Kristus kita terpandang, sebab kita adalah anak-anak keluarga Kerajaan Allah! Betapa agungnya status ini!

Paulus menyusun ayat 30 secara demikian untuk menunjukkan kepada kaum beriman di Korintus bahwa Kristus harus secara berkesinambungan menjadi hikmat bagi mereka oleh Allah. Sebagai hikmat, Kristus harus tiada henti-hentinya mengalir dari Allah kepada mereka. Namun, situasi mereka yang sesungguhnya berlawanan dengan ini. Kristus mungkin sudah menjadi hikmat mereka, tetapi Ia tidak pada saat ini juga mengalir kepada mereka dari Allah. Sekali lagi saya ingin menunjukkan bahwa Paulus tidak mengatakan, "Kristus adalah hikmat Allah" atau "Kristus adalah hikmatmu." Ia mengatakan, "Oleh Allah (Kristus) telah menjadi hikmat bagi kita." Ini menunjukkan Kristus harus secara berkesinambungan mengalir dari Allah kepada kita dan menjadi hikmat kita yang sekarang dan yang riil dalam pengalaman kita.

Kristus oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita sebagai tiga perkara penting dalam penyelamatan Allah: (1) kebenaran (untuk masa lampau kita), dengannya kita telah dibenarkan Allah, sehingga kita bisa dilahirkan kembali di dalam roh, mendapatkan hayat Allah (Rm. 5:18); (2) pengudusan (untuk masa kini kita), dengannya kita berangsur-angsur dikuduskan di dalam jiwa kita, yaitu berangsur-angsur diubah di dalam pikiran, emosi, dan tekad kita oleh hayat ilahi-Nya (Rm. 6:19, 22); (3) penebusan (untuk masa kelak kita), yaitu penebusan tubuh kita (Rm. 8:23), dengannya tubuh kita akan ditransfigurasikan oleh hayat ilahi-Nya, sehingga memiliki corak-Nya yang mulia (Flp. 3:21). Karena Allah, kita bisa berbagian dalam penyelamatan yang demikian lengkap dan sempurna, agar seluruh diri kita -- roh, jiwa, dan tubuh -- secara organik bersatu dengan Kristus, dan Kristus menjadi segala sesuatu kita. Semuanya ini berasal dari Allah, bukan dari diri kita, demikian kita akan bermegah dan merasa mulia di dalam Dia, tidak di dalam diri kita sendiri.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 9.

01 April 2011

1 Korintus - Minggu 3 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:26-30

Dalam pandangan manusia, orang-orang yang tidak terpandang, yang terhina, seolah-olah tidak ada. Mereka begitu dipandang rendah seolah-olah tidak ada. Sebab itu, mereka adalah "yang tidak berarti". Tetapi Allah justru menggunakan orang-orang demikian untuk meniadakan mereka yang berarti, yang terpandang, yang sangat dihargai dalam dunia. Allah telah memilih orang-orang yang tidak terpandang, orang-orang kalangan rendah, agar Ia dapat memalukan orang-orang yang terpandang, orang-orang kelas atas.

Pada satu pihak, dalam ayat 26-28, secara umum Paulus menunjuk kepada setiap orang. Pada pihak lain, ia secara khusus menunjuk kepada orang-orang Yunani. Ada orang-orang Yunani tertentu yang telah diselamatkan tetap menganggap diri mereka sebagai orang yang berhikmat. Dalam ayat-ayat ini Paulus menunjukkan bahwa sikap semacam itu tidak benar. Paulus seakan-akan berkata, "Kaum beriman di Korintus, janganlah menganggap dirimu sendiri berhikmat. Allah tidak memilih orang yang berhikmat. Jika kamu menganggap dirimu berhikmat, berarti kamu tidak dipilih oleh Allah. Demikian pula, Allah tidak memilih orang-orang yang kuat atau yang terpandang."

Penekanan dalam roh Paulus ialah kaum beriman Korintus tidak hidup seperti orang-orang yang telah beroleh selamat. Paulus seolah-olah berkata kepada mereka, "Orang-orang kudus Korintus yang terkasih, kalian adalah orang-orang yang telah beroleh selamat, yang dipilih Allah. Tetapi kalian tidak menempuh kehidupan seperti orang-orang pilihan. Sebaliknya, kalian hidup seakan-akan bukan orang-orang yang dipilih Allah. Dalam kehidupan kalian tidak ada petunjuk bahwa Allah telah memilih kalian, sebab kalian mengira diri kalian berhikmat, kuat, dan terpandang. Saudara-saudara, kalian harus tahu bahwa Allah tidak memilih orang-orang yang demikian. Jika kalian menganggap diri kalian berhikmat, itu menunjukkan Allah tidak memilih kalian. Ingatlah, Ia telah memilih orang-orang yang bodoh untuk memalukan yang berhikmat, memilih orang-orang yang lemah untuk memalukan yang kuat, dan memilih yang tidak terpandang untuk memalukan yang terpandang. Jadi, janganlah menganggap diri kalian berhikmat, kuat, dan terpandang."

Membicarakan hal tentang memperhidupkan Kristus itu mudah, tetapi mempraktekkannya itu sulit. Asalkan kita menganggap diri kita berhikmat, kita tidak memperhidupkan Kristus. Semua orang yang sungguh-sungguh memperhidupkan Kristus menganggap diri mereka bodoh, lemah, dan tidak terpandang. Mereka menganggap diri mereka tidak berarti dan menyadari bahwa keberadaan mereka di bumi tidak berarti apa-apa. Mereka dapat berkata tentang diri sendiri, "Aku ada di antara yang tidak berarti. Aku tinggal di suatu tempat, tetapi keberadaanku di sini tidak berarti apa-apa. Tetapi sekalipun aku tidak berarti, Allah memilihku." Saya ulangi, Allah tidak memilih orang yang berhikmat, kuat, dan terpandang. Jika Anda menganggap diri sendiri berhikmat, kuat, dan terpandang, itu berarti Anda menolak pilihan Allah. Cara hidup Anda membuat Anda menolak pilihan Allah. Allah memalukan orang yang berhikmat, kuat, dan terpandang. Kita semua harus dapat berkata, "Tuhan, aku mengakui bahwa aku tidak berhikmat atau berkuasa. Sebaliknya, aku sungguh bodoh, lemah, dan di antara yang terhina." Apa yang terkandung dalam roh Paulus dalam menulis bagian 1 Korintus ini merupakan penekanan atas hal ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 9.