Hitstat

30 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 4 Sabtu

Tanpa Rintangan Apa-apa
Kisah Para Rasul 28:31
Dengan terus-terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Kis. 28:30-31; Yoh. 5:17; 1 Kor. 6:17

Kisah Para Rasul tidak ada penutupnya. Setelah Kisah Para Rasul 28, masih banyak bejana Allah yang melakukan pekerjaan Allah. Pekerjaan Allah terus maju, tidak berhenti di sana. Bukan setelah Paulus bekerja di Roma dua tahun, kemudian tidak ada kelanjutannya lagi. Katakan saja riwayat hidup Paulus, setelah dia tinggal di Roma, kemudian mati martir, hal-hal itu tidak tercatat dalam Kisah Para Rasul. Petrus, Paulus dan Yohanes, tiga orang yang paling penting, kesudahan mereka tidak dimasukkan ke dalamnya. Kalau demikian, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa Kisah Para Rasul sudah selesai?
Kesaksian Allah tidak bisa habis ditulis. Kalau mau ditulis, maka akan terus ada perkara baru yang bisa dimasukkan. Meskipun perkara-perkara setelah pasal 28 tidak ditulis lagi, namun pekerjaan Allah terus berkelanjutan. Tuhan berkata, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh. 5:17). Allah masih akan terus maju. Pekerjaan Allah juga akan terus maju, sampai kerajaan, sampai langit baru dan bumi baru; Allah tetap maju, tidak berhenti di sana. Kalau kita mengetahui ini dan juga percaya ini, kita akan memuji syukur kepada Allah. Kita perlu berdoa setiap hari, “Tuhan, aku ingin Engkau tanpa rintangan apa-apa didalamku. Aku ingin Engkau tanpa rintangan apa-apa di dalam seluruh diriku sehingga Engkau bisa menggarapkan diri-Mu ke dalam setiap bagian dan memiliki jalan untuk mengalir keluar untuk melaksanakan pergerakan-Mu di bumi ini. Jadikanlah diriku bagian dari kelanjutan korporat-Mu bagi penggenapan ekonomi kekal-Mu.”
Kita semua pernah melihat lomba lari “tiga kaki”. Dalam lomba ini, yang menentukan bukanlah seberapa cepat atau lambat para pesertanya. Sebaliknya ini adalah perihal dapat tidaknya mereka dapat bekerja sama dan berkoordinasi satu dengan yang lain. Hari ini kita telah diikat bersama dengan Tuhan dalam lomba lari “tiga kaki” (1 Kor. 6:17). Tetapi, sering kali ketika Dia bergerak, kita tidak bergerak; dan ketika Tuhan tidak mau bergerak, kita malah bergerak. Jadi masa depan pelayanan Tuhan dan kemajuan gereja akan tergantung pada bagaimana kita bekerja sama dan berkoordinasi dengan Tuhan.

Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yoh. 5:17)

29 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 4 Jumat

Keselamatan Allah Disampaikan pada Bangsa lain
Kisah Para Rasul 28:28
Sebab itu kamu harus tahu bahwa keselamatan yang berasal dari Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya.

Ayat Bacaan: Kis. 28:28; Mat. 28:19; Mrk. 16:16; Rm. 10:14-15; Mat. 24:14; Rm. 11:25-26

Dalam alam semesta ini, ada seruan dari atas yang memanggil kaum beriman untuk memberitakan Injil, menyelamatkan manusia, yaitu seruan Tuhan di surga. Walaupun pesan ini ditinggalkan kepada kita sewaktu Tuhan ada di bumi, namun hari ini di surga Tuhan tetap berpesan demikian kepada kita, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” dan “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mrk. 16:15; Mat. 28:19; Rm. 10:14-15). Secara geografis, Dia menghendaki kita pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil; secara rasial (suku bangsa), Dia menghendaki kita pergi agar semua bangsa menjadi murid-Nya. Sejak Ia naik ke surga sampai hari ini, seruan dari atas ini belum pernah berhenti. Dari zaman ke zaman, selalu ada orang yang mendengar seruan-Nya dan menjawab panggilan-Nya, pergi ke seluruh dunia, memberitakan Injil-Nya.
Bahkan Ia pun menggunakan kuasa pengaturan-Nya, agar perubahan di tengah-tengah umat manusia terus berkembang sesuai dengan gerakan yang dihasilkan oleh seruan-Nya. Terutama setelah Martin Luther mengadakan reformasi, Columbus menemukan daratan luas, pelayaran menjadi lancar, maka banyak orang yang menjawab seruan-Nya, pergi ke benua Amerika, Afrika, juga ke negara-negara di Asia, serta ke pulau-pulau di Samudera Pasifik, untuk memberitakan Injil rahmat-Nya kepada tiap-tiap suku bangsa. Ia akan tetap melanjutkan seruan-Nya, memanggil orang untuk pergi memberitakan Injil ke setiap pelosok bumi.
Dampak dari pemberitaan Injil yang pertama adalah mengakhiri zaman. Dalam Matius 24:14 Tuhan mengatakan bahwa bila Injil telah diberitakan di seluruh dunia, barulah tiba kesudahannya. Sebab itu memberitakan Injil bisa mengakhiri zaman ini. Dampak yang kedua adalah mendesak kembalinya Tuhan. Roma 11:25-26 berkata bahwa bila jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain yang beroleh selamat telah masuk, Tuhan akan datang kembali. Sebab itu memberitakan Injil juga bisa mendesak kembalinya Tuhan. Semoga kita yang mendengar seruan-Nya, menjawab panggilan-Nya, dan pergi, agar zaman ini diakhiri dan Tuhan dapat datang kembali.

Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya. (Mat. 24:14)

28 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 4 Kamis

Bersaksi tentang Kerajaan Allah dan tentang Yesus
Kisah Para Rasul 28:23b
Ia menerangkan dan bersaksi kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore.

Ayat Bacaan: Kis. 1:3; 8:12; 14:22; 19:8; 20:25; 28:23, 31; 2 Kor. 5:13; Kis. 17:16, 28:30-31

Kerajaan Allah adalah subyek utama pemberitaan para rasul di dalam Kisah Para Rasul (1:3; 8:12; 14:22; 19:8; 20:25; 28:23, 31). Pada awal Kisah Para Rasul, Tuhan menampakkan diri kepada para murid dan membicarakan kepada mereka hal-hal mengenai Kerajaan (1:3). Pada akhir Kisah Para Rasul, rasul Paulus tinggal selama dua tahun di rumah yang disewanya sambil memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar hal-hal mengenai Tuhan Yesus Kristus (28:31). Jadi, Kisah Para Rasul dimulai dan diakhiri dengan Kerajaan Allah.
Paulus adalah orang yang bergairah di dalam roh. Dia tidak menguasai diri di hadapan Allah (2 Kor. 5:13). Dia menginjil dengan roh yang membara. Hatinya bertekun untuk Injil. Ia memberitakan Yesus kepada semua orang, baik kepada orang yang dijumpainya di pasar atau kepada orang-orang yang datang mengunjunginya, ia selalu berbincang dengan mereka tentang Yesus. Bahkan ketika diadili atau dipenjara, ia tetap membicarakan Yesus (Kisah Para Rasul 17:16, 28:30-31; 24:24; 26:28; 16:29-32; Filipi 1:13).
Pekerjaan pendahuluan Tuhan Yesus untuk mendirikan Kerajaan Surga adalah datang sebagai penabur (Mat. 13:1-23). Beberapa kali Tuhan disebut guru, tetapi di sini Dia mengibaratkan diri-Nya bukan sebagai guru, melainkan penabur. Penabur adalah Tuhan sendiri (Mat. 13:37). Pada hakikatnya, Tuhan bukan datang untuk mengajar melainkan menabur benih, yaitu firman kerajaan dengan raja di dalamnya sebagai hayat (Mat. 13:19) dan anak-anak umat kerajaan (Mat. 13:38). Oleh Kristus sebagai hayat firman hidup yang ditaburkan dalam diri kita, kita dijadikan anak-anak kerajaan. Sebab itu, Kerajaan Surga diwujudkan bukan oleh pengajaran atau pekerjaan melainkan oleh penaburan Kristus sebagai firman hayat ke dalam manusia. M.E. Barber datang ke Cina tidak untuk bekerja, tetapi untuk menaburkan Kristus, bahkan menabur dirinya dalam Kristus, sehingga sesuatu tumbuh dari benih itu. Visi mengenai Kristus menaburkan diri-Nya sebagai firman hayat akan mengubah pelayanan kita, sehingga kita takkan lagi mengandalkan apa yang kita lakukan, tetapi akan sepenuhnya mengandalkan pertumbuhan hayat.

Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia. (Mat. 13:37)

27 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 4 Rabu

Mengucap Syukur kepada Allah lalu Kuatlah Hatinya
Kisah Para Rasul 28:15
Saudara-saudara seiman yang di sana telah mendengar kabar tentang kami dan mereka datang menjumpai kami sampai ke Forum Apius dan Tres Taberne. Ketika Paulus melihat mereka, ia mengucap syukur kepada Allah lalu kuatlah hatinya.

Ayat Bacaan: Kis. 28:15; 23:11; 27:22-25, 33-36; Flp. 1:20

Menurut ayat 15, ketika Paulus melihat saudara-saudara, ia bersyukur kepada Allah dan dikuatkan. Ini menunjukkan bahwa rasul sangat manusiawi. Walaupun ia telah didorong oleh Tuhan secara langsung (Kis. 23:11) dan sangat berani sepanjang perjalanan pelayarannya (Kis. 27:22-25, 33-36), ia masih perlu dikuatkan oleh sambutan hangat dari saudara-saudara. Sebelum Paulus tiba di Roma, saudara-saudara di sana telah mendengar kabar tentang dia dan sekerja-sekerjanya; saudara-saudara itu datang menemui mereka sampai ke Forum Apius dan Tres Taberne. Bagaimana mereka menerima kabar tentang Paulus? Ini sulit sekali dijawab. Mungkin ada beberapa saudara dari Putioli, di mana Paulus didesak untuk tetap tinggal selama tujuh hari, yang membawa kabar kepada saudara-saudara di Roma, yang kemudian datang menyambutnya. Perkara yang penting adalah bahwa di sini kita melihat satu gambaran tentang kehidupan gereja pada zaman dulu, kehidupan gereja yang sangat nikmat. Kita perlu memiliki satu kehidupan gereja yang nikmat sedemikian pada hari ini, mengikuti teladan ini.
Dalam Satu Korintus 16:17-18 Paulus mengatakan bahwa Stefanas, Fortunatus, dan Akhaikus “menyegarkan rohku dan rohmu.” Ini pastilah dengan kekayaan-kekayaan Kristus yang dilayankan oleh roh seseorang, yang dapat menjamah roh-roh orang lain. Ini menunjukkan bahwa kontak dan hubungan kita dengan orang-orang kudus seharusnya di dalam dan dengan roh kita, bukan di dalam dan dengan emosi jiwani kita. Jika saudara-saudara ini datang kepada Paulus dengan banyak gosip, mereka tidak akan dapat menyegarkan rohnya. Fakta bahwa mereka menyegarkan roh rasul dan semua orang Korintus, menunjukkan bahwa mereka hidup dan berperilaku di dalam roh.
Kita sebaiknya datang lebih awal setiap sidang untuk menunggu orang lain. Jika sidang mulai pada jam setengah delapan, kita sebaiknya tiba pada jam tujuh. Ini bermanfaat untuk mengontaki orang-orang, sekalipun hanya lima atau sepuluh menit. Mengontaki mereka tidak hanya sebelum tapi juga setelah sidang. Ingat bahwa kadang-kadang hanya dengan percakapan yang sederhana ini memberi pertolongan yang sangat besar pada orang-orang.

Maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu. (1 Tes. 3:7)

26 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 4 Selasa

Beroleh Kehormatan dan Penghargaan
Kisah Para Rasul 28:10
Mereka sangat menghormati kami dan ketika kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu yang kami perlukan.
Filipi 1:21a
Karena bagiku hidup adalah Kristus...

Ayat Bacaan: Kis. 28:10; Flp. 1:21

Penduduk pribumi itu menyediakan segala sesuatu yang diperlukan di kapal untuk pelayaran itu. Tuhan secara berdaulat menyediakan makanan untuk dua ratus tujuh puluh enam orang. Penduduk asli pulau Malta itu memperlakukan Paulus dan sekerjanya seakan-akan mereka adalah anggota-anggota dari satu keluarga raja. Paulus adalah raja, dan Lukas adalah salah satu dari keluarga ini. Paulus menerima suplaian dari penduduk, karena ia telah menyembuhkan begitu banyak orang sakit di antara mereka. Jadi, orang-orang itu menhormati Paulus dengan menyediakan suplaian makanan di kapal yang diperlukan untuk pelayaran itu.
Kehidupan yang memperhidupkan Kristus seharusnya bermartabat, terhormat, disegani, mantap, berbobot, dan agung. Jangan mengira hanya orang tua yang seharusnya berbobot. Semua orang muda, bahkan para remaja belasan tahun pun seharusnya ada keagungan, disegani. Seorang murid Sekolah Menengah Pertama sekalipun harus memiliki keagungan, karena dalam batinnya ada Allah. Ia adalah wadah yang berisi Allah sebagai nilai, bobot, dan keagungannya. Memiliki keagungan bukan berarti berlagak serius, melainkan memperhidupkan Allah. Jika kita memperhidupkan Dia, kita akan memiliki keagungan yang sesungguhnya. Ketika orang lain yang melihat kita akan menghormati kita sedalam-dalamnya.
Ketika beberapa orang yang baru beroleh selamat mulai mencari Tuhan, mereka mungkin ingin menjadi seperti malaikat. Tetapi yang kita perlukan adalah menjadi manusia yang tepat, yaitu seorang yang dipenuhi dengan Kristus sebagai realitas dari kebajikan-kebajikan insaninya. Kristus harus menjadi kebenaran, kehormatan, keadilan, kesucian, dan setiap butir dari kebajikan insani kita (Flp. 4:8). Jadi, memperhidupkan Kristus membuat kita menjadi sangat manusiawi. Kita tidak seharusnya hanya rohani dan surgawi, kita juga harus benar, terhormat, adil, suci, patut dikasihi, dan memiliki reputasi baik. Jika kita tidak menempuh kehidupan yang terhormat, kita tidak memperhidupkan Kristus. Jika kita memperhidupkan dan memperbesar Kristus, kita pasti menempuh satu kehidupan yang terhormat.

Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia. (Rm. 14:18)

25 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 4 Senin

Menyembuhkan Orang Sakit
Kisah Para Rasul 28:8-9
Ketika itu ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Paulus masuk ke kamarnya; ia berdoa serta menumpangkan tangan ke atasnya dan menyembuhkan dia. Sesudah peristiwa itu datanglah juga orang-orang sakit lain dari pulau itu dan merekapun disembuhkan juga.

Ayat Bacaan: Kis. 27:4, 22-25; 28:3-6; 8-9; Flp. 1:20-21; Luk. 10:25-37

Selama perjalanan laut yang panjang, naas, dan terpenjara, Tuhan menjaga rasul di dalam keunggulan-Nya dan memungkinkan dia menempuh hidup yang melampaui alam kekhawatiran. Hidup demikian penuh wibawa, memiliki standar kebajikan insani yang tertinggi, mengekspresikan atribut-atribut ilahi yang terunggul, suatu hidup yang serupa dengan hidup Tuhan sendiri di bumi beberapa tahun sebelumnya. Inilah Yesus kembali hidup di bumi di dalam keinsanian-Nya yang dipenuhi oleh sifat ilahi! Inilah manusia Allah yang ajaib, unggul, dan misterius, yang dulu hidup di dalam kitab-kitab Injil, yang terus hidup di dalam Kisah Para Rasul melalui salah satu anggotanya! Inilah saksi hidup dari Kristus yang berinkarnasi, tersalib, bangkit, dan ditinggikan oleh Allah! Paulus memperhidupkan Kristus dan memperbesar Kristus dalam perjalanan pelayarannya (Flp. 1:20-21).
Di laut yang berbadai, Tuhan tidak saja membuat rasul menjadi tuan orang-orang di atas kapal (Kis. 27:4), tetapi juga penjamin hidup dan penghibur mereka (Kis. 27:22-25). Sekarang di darat, dalam keadaan damai, Tuhan berbuat lebih lanjut, bukan hanya membuat Paulus menjadi daya tarik ajaib dalam pandangan penduduk pribumi yang takhayul (Kis. 28:3-6), juga menjadi penyembuh dan sukacita mereka (Kis. 28:8-9).
Hari ini setiap manusia yang jatuh adalah sakit, banyak yang sakit jasmani, dan semuanya sakit secara rohani. Kita di dalam gereja harus belajar memberitakan Injil dan mengajarkan kebenaran seperti dokter-dokter. Ini berarti bahwa di dalam pengajaran dan pemberitaan kita, hendaklah memberikan resep surgawi dan obat ilahi untuk kesembuhan mereka. Kita hendaknya belajar memberitakan Injil dan mengajarkan kebenaran sedemikian rupa sehingga orang disembuhkan. Ketika kita mengajar dan memberitakan, kita hendaknya memberikan injeksi obat rohani yang akan menyembuhkan mereka. Sebagian besar orang Kristen hari ini menekankan penyembuhan jasmani. Akan tetapi, kita perlu lebih banyak memperhatikan penyembuhan rohani. Kita perlu diperlengkapi sehingga di dalam pemberitaan dan pengajaran kita, obat rohani dapat disuplaikan kepada orang-orang agar mereka sembuh secara rohani.

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya. (Yes. 53:4a)

24 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 4 Minggu

Menjadi Daya Tarik Ajaib
Kisah Para Rasul 28:5-6
Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu.
Markus 16:17-18
Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya:...mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka...

Ayat Bacaan: Kis. 28:5-6; Flp. 1:20-21a; 1 Kor. 2:3

Banyak orang ingin mempertontonkan firman Allah yang tercantum dalam Markus 16 tersebut, namun Allah tidak menanggapi mereka, Allah membiarkan mereka gagal. Mereka benar-benar percaya, tetapi Allah tidak menyatakannya dan membuktikannya bagi mereka. Karena Allah adalah Allah, Dia hanya mau melakukan apa yang dikehendaki-Nya, Dia tidak mau melakukan menurut kemauan manusia.
Ketika Paulus di pulau Malta, ia pernah digigit ular berbisa. Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api (Kis. 28:3-5). Meskipun tanda ajaib telah terjadi pada hari itu di atas diri Paulus, tetapi dia tidak berkata kepada orang-orang Malta, “Mari lihat, aku akan menyatakan suatu tanda ajaib yang besar.” Tidak. Ia hanya dengan diam-diam mengibaskan ular berbisa itu ke dalam api. Sedikit pun ia tidak membesarkan perbuatannya itu. Orang yang mengenal Allah pasti tidak mau membesarkan tanda ajaib, sebab itu sangat wajar.
Banyak tanda ajaib yang terjadi di atas diri Paulus, namun Paulus me-ngatakan, bahwa ia “lemah, sangat takut dan gentar” (1 Kor. 2:3). Allah mau bekerja melalui manusia, namun Ia tidak menghendaki manusia merasa bahwa dirinya bisa berbuat sesuatu. Orang yang tidak mengenal Allah baru mengatakan bahwa ia dapat melakukan perkara ini dan dapat melakukan itu. Orang yang benar-benar mengenal Allah hanya akan mengatakan, “Aku tidak tahu aku bisa berbuat apa.” Orang yang benar-benar dapat dipakai Allah tidak merasa dirinya bisa melakukan ini atau melakukan itu, ia hanya dengan wajar melakukannya. Oh, syukur kepada Allah! Kuasa-Nya begitu besar sehingga perkara apa saja dapat dilakukan-Nya sendiri. Semakin lama kita menjadi orang Kristen, kita akan makin menjadi sederhana. Siapa yang menjadi rumit atau ruwet, ia pasti berpenyakit rohani. Semakin kita mengenal Allah, kita akan semakin sederhana, sampai beriman pun tidak lagi harus ngotot seperti dulu. Kita hidup di hadapan Allah, sehari lewat sehari, kita akan menjadi makin sederhana, akhirnya kita akan berkata dari dalam hati, “Allah adalah segala-galanya, bukan aku.” Jika Anda benar-benar mengenal Allah, pasti perbuatan dan pekerjaan-Nya akan ternyata dengan sendirinya di atas diri Anda.

Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang melakukan perbuatan yang ajaib seorang diri! (Mzm. 72:18)

23 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Sabtu

Mengucap Syukur Kepada Allah
Kisah Para Rasul 27:35-36
Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. Semua orang itu kembali bersemangat, dan merekapun makan juga.

Ayat Bacaan: Kis. 27:35-44; 1 Tes. 5:18

Dalam situasi yang masih penuh bahaya dan tidak menentu, Paulus mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah, dan kemudian makan (Kis.27:35). Badai masih berkecamuk, kapal itu bergoyang-goyang, semua orang takut kehilangan nyawa mereka, dan tidak berselera untuk makan. Meskipun demikian, Paulus menyuruh mereka tetap bersema-ngat supaya tenang, dan makan untuk mendapatkan kekuatan yang mereka perlukan. Kemudian, di hadapan mereka semua, ia mempelopori makan se-hingga semua orang itu kembali bersemangat dan mereka pun makan juga.
Di dalam peristiwa ini, kita harus melihat salah satu teladan dari Paulus, yaitu dalam situasi yang paling buruk sekalipun, dia masih tetap dapat mengucap syukur kepada Allah (Kis. 27:35). Saudara saudari, seandainya rangkaian kesulitan dan ketidaknyamanan itu terjadi dalam kehidupan dan pekerjaan kita, bagaimanakah sikap kita? Sering kali sikap kita adalah sedih, kecewa, putus asa, dan merasa semuanya telah berakhir. Banyak orang Kristen yang berkeluh kesah, menggerutu, bersungut-sungut dan berbeban berat seperti ini, tidak ada hati yang mengucap syukur kepada Tuhan.
Dahulu, ada seorang Kristen yang bekerja di stasiun kereta api. Baik pada waktu sehat maupun sakit, suasana lancar atau tidak, ia senantiasa bersyukur kepada Tuhan. Karena itu rekan-rekan sekerjanya menjuluki dia sebagai “periang surga”. Suatu hari, sewaktu dia sedang memperbaiki rel, sebuah kereta api menggilas kakinya sampai patah hingga dia pingsan. Setelah sadar dari pingsannya, kembali orang-orang di sekitarnya mendengar dia memuji syukur kepada Tuhan. Mereka penasaran, bagaimana mungkin dia dapat bersyukur kepada Tuhan setelah kehilangan salah satu kakinya. Orang ini berpaling kepada mereka dan berkata, “Puji syukur kepada Tuhan, saya masih mempunyai sebuah kaki yang baik.” Dalam hal apa kita harus bersyukur? Dalam segala hal (1 Tes. 5:8). Bukan hanya pada waktu senang atau baik, tetapi juga pada waktu susah dan sengsara, kita bersyukur kepada Tuhan. Karena itu, kita harus belajar bersyukur dan berkata seperti syair yang ditulis oleh F. Brook, “Satu yang aku tahu, Allah tak pernah salah.”

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tes. 5:18)

22 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Jumat

Tidak Seorangpun Kehilangan Rambut Kepalanya
Kisah Para Rasul 27:34
Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.

Ayat Bacaan: Kis. 27:27-36; Mat. 10:30; Luk. 21:18

Seluruh orang-orang di kapal telah menghadapi badai itu selama empat belas hari dan mereka tidak berselera untuk makan sesuatu (Kis. 27:33). Sekarang Paulus mendorong mereka untuk makan, karena ini penting untuk keselamatan mereka (Kis. 27:34). Kata “keselamatan” di sini berarti bahwa tanpa makan orang-orang itu tidak akan diselamatkan dari badai. Mereka perlu makan agar mendapatkan kekuatan untuk berenang dan untuk melakukan apa yang perlu begitu mereka tiba di pulau. Selain itu, perkataan Palus mengenai, “Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.” (Kis. 27:34) sama dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 10:30 yang mengatakan, “Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya” dan dalam Lukas 21:18 yang mengatakan, “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.” Hal ini menyatakan kesetiaan dan pemeliharaan Tuhan terhadap kaum beriman-Nya.
Seorang saudara pernah bersaksi, “Pernah sekali, anakku sakit demam, berbaring di ranjang. Istriku berkata kepadanya, ”Kau ingin makan apa, nak?” Anaknya berkata, ”Bu, aku ingin makan bakpau.” Istriku berkata, ”Anakku, kalau kau suka bubur terigu, aku bisa membuatkannya bagimu. Tepung gandum kita di rumah tidak cukup untuk membuat bakpau. Kalau kau tidak suka itu, baiklah, kau tetap berbaring, lalu marilah kita berdoa bersama, mohon Tuhan memberimu bakpau.” Sore harinya, bibiku menyuruh anaknya datang dan membawakan dua buah bakpau dengan dua butir telur asin, dan berkata bahwa ibunya menyuruhnya mengantarkan bakpau untuk anakku yang sedang sakit. Ketika itu kami benar-benar hidup oleh iman, benar-benar berharap kepada Tuhan, sampai-sampai untuk makan bakpau saja harus berlutut berdoa dulu baru ada.” Saudara saudari, Allah kita itu setia dan senantiasa memelihara kita. Dia tidak pernah lalai memperhatikan dan memelihara kita. Setiap hari, ketika kita bangun pagi, berkatalah kepada Allah, “Ya, Allah, aku bersyukur kepada-Mu, kemarin Engkau telah memelihara aku, hari ini Engkau tetap memelihara. Aku tidak tahu berapa banyak pencobaan yang akan menimpaku pada hari ini, tetapi aku percaya bahwa Engkau pasti memelihara aku.”

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1 Pet. 5:7)

21 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Kamis

Aku Percaya kepada Allah
Kisah Para Rasul 27:25
Sebab itu tetaplah bersemangat, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.

Ayat Bacaan: Kis. 27:1-26; Flp. 4:6; Ibr. 3:12

Perkataan Paulus mengenai “aku percaya kepada Allah” adalah alasan baginya untuk tetap bersemangat dan mendorong orang-orang di dalam kapal agar tidak kuatir akan keselamatan mereka (Kis. 27:24-25). Paulus memiliki keyakinan yang penuh bahwa dia akan sampai di Roma untuk bersaksi bagi Tuhan, karena dia percaya kepada Allah bahwa semuanya akan terjadi sesuai firman yang diberikan-Nya (Kis. 27:24).
Percaya kepada Allah tergantung pada percaya kepada firman Allah. Kehidupan orang Kristen tidak lain adalah kehidupan yang memegang erat firman Allah, menempuh hidup berdasarkan firman Allah. Percaya kepada firman Allah berarti: Allah berkata apa, begitulah kita percaya. Kapan saja kita menemui pencobaan atau ujian, kita harus percaya bahwa firman Allah selalu lebih dapat diandalkan daripada perasaan, situasi, dan pengalaman kita. Tidak peduli betapa gelap dan sulitnya keadaan sekeliling, asal kita dengan sepenuhnya percaya kepada Allah dan firman-Nya, maka iman kita akan nampak adanya tangan Sang kekal yang bekerja untuk kita. Iman adalah satu-satunya jalan yang mengubah firman menjadi pengalaman.
Pada suatu kali, Saudara Watchman Nee menghadapi satu masalah yang tidak bisa diatasi dan tidak terpikirkan jalan keluarnya. Saat itu dia teringat firman Tuhan, “Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga” (Flp. 4:6). Setelah berdoa puluhan kali, hatinya tetap tidak merasa damai sejahtera. Ia berpikir, “Apakah ayat ini hanya bisa diberitakan kepada orang lain, tetapi tidak bisa dipraktekkan untuk diri sendiri?” Saat itulah Allah berkata kepadanya, “Aku berkata bahwa janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga, maka kamu pasti memiliki damai sejahtera. Sekarang, bagaimana mungkin kamu berkata bahwa kamu tidak memiliki damai sejahtera?” Segera dia melompat dan berkata, “Ya Allah, Engkau berkata bahwa aku memiliki damai sejahtera, aku pasti memiliki damai sejahtera, aku sendiri tidak akan berkata apa-apa lagi.” Demikianlah ia percaya, lalu pulang dan saat itu juga hatinya segera memiliki damai sejahtera. Kita harus membuang semua hati yang jahat dan tidak percaya kepada Allah yang hidup (Ibr. 3:12) dan dengan iman menerima segala janji firman-Nya.

Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat. (2 Kor. 5:7)

20 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Rabu

Semua Orang akan Selamat karena Engkau
Kisah Para Rasul 27:24
Dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.

Ayat Bacaan: Kis. 19:21; 23:11; 27:23-24; Mat. 14:16-21

Dari Kisah Para Rasul 27:23-24 kita melihat Paulus menunjukkan kepada semua orang di kapal bahwa ia adalah milik Allah dan melayani Allah. Kata “sembah” di ayat 23 dalam bahasa aslinya berarti “melayani sebagai seorang imam”. Dalam ayat 24 malaikat menjamin Paulus bahwa ia akan berdiri di hadapan Kaisar. Ini adalah untuk menggenapkan janji Tuhan (Kis. 23:11) dan mewujudkan keinginan rasul (Kis. 19:21). Menurut ayat 24, Allah telah mengaruniakan kepada Paulus semua orang yang bersama-sama dengan dia. Ini menunjukkan bahwa Allah telah memberikan mereka kepada Paulus dan bahwa mereka semua ada di bawah kuasanya. Tanpa kehadiran Paulus, mereka akan kehilangan nyawa mereka. Di sini Paulus seolah-olah akan berkata, “Karena akulah, nyawa kalian akan terpelihara. Tuhan telah memberikan kalian semua kepadaku.”
Dulu ada seorang pemuda yang baru berumur 16 tahun, ia bekerja di sebuah kontraktor bangunan. Insinyur kepala perusahaan tersebut hampir ditakuti seluruh pegawai, karena ia seorang pemarah. Setelah anak ini beroleh selamat, ia selalu mendoakan insinyur itu; meskipun ia juga takut kepadanya, tak berani memberitakan Injil kepadanya. Selang beberapa waktu, insinyur itu tiba-tiba bertanya kepadanya, ”Di antara 200 karyawan dalam perusahaan ini, aku merasa hanya engkau saja yang berbeda denganku, beritahukanlah kepadaku apakah sebabnya?” Usia insinyur itu sudah sekitar 40 sampai 50 tahun, sedangkan ia hanya 16 tahun. Jawab pemuda itu, ”Aku sudah percaya Tuhan, engkau belum percaya; itulah perbedaannya.” Pada waktu itu juga si insinyur berkata, ”Kalau begitu, baiklah aku pun ingin percaya Tuhan.” Kemudian, pemuda itu mengajaknya ke gereja, dan ia pun beroleh selamat.
Paulus dan pemuda ini adalah orang yang mempersembahkan diri mereka kepada Tuhan, maka tak heran mereka bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar mereka. Sama seperti peristiwa lima roti dan dua ikan begitu dipersembahkan kepada Tuhan, mendatangkan berkat yang sangat besar, ribuan orang dikenyangkan (Mat. 14:16-21). Semoga melalui persembahan kita, Tuhan bisa mendatangkan dan menyatakan kelimpahan berkat-Nya.

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau... (Yes 41:10a)

19 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Selasa

Tetap Bersemangat
Kisah Para Rasul 27:22
Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bersemangat, sebab tidak seorang pun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini.

Ayat Bacaan: Kis. 1:8; 27:21; Yes. 42:4; Ibr. 10:38, 12:2-3, 12-13; 2 Kor. 7:6

Di tengah-tengah badai dan semua orang dalam kapal tidak ada yang makan, Paulus bangkit berdiri dan memberikan semangat hidup kepada semua orang (Kis. 27:21-22). Walaupun Paulus adalah tawanan yang terbelenggu, perilakunya menunjukkan keunggulan dengan kewibawaan. Catatan yang ditulis oleh Lukas sebagai catatan pergerakan Tuhan di bumi, tidak menekankan doktrin tetapi kesaksian dari saksi-saksi Tuhan (Kis. 1:8). Setiap orang di kapal, termasuk perwira dan nakhoda telah putus asa dan sedang menunggu kematian. Namun, Paulus menyuruh mereka untuk tetap bersemangat, meyakinkan mereka bahwa tidak ada seorang pun yang akan binasa, kecuali kapal itu (Kis. 27:22). Di sini Paulus seolah-olah akan berkata, “Tidak ada seorang pun yang akan kehilangan nyawanya di antara kita, tetapi kapal ini akan kandas. Karena kalian tidak mendengarkan aku, maka kalian akan kehilangan kapal kalian.”
Iblis sering membuat orang putus asa, patah semangat, tetapi kita harus bersandar Tuhan berdiri teguh, tidak putus asa, tidak patah semangat, tidak terkena muslihatnya. Meskipun gagal, jangan putus asa, jangan lesu, kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, bersandar Tuhan maju terus (Ibr. 10:38, 12:12-13). Dia adalah Allah yang menghibur orang yang patah semangat (2 Kor. 7:6, Tl.), Ia bisa menghibur kita dan mendorong kita, supaya kita tidak karena kegagalan apa pun lalu patah semangat dan supaya kita menguatkan tangan yang lemah, meluruskan kaki yang penat untuk melanjutkan perjalanan kita.
Tujuan kita sudah pasti, meskipun di jalan ini ada banyak kesulitan, meski-pun jalannya semakin lama semakin sempit, tetapi pahala berada di depan kita. Salah satu kidung yang ditulis oleh M.E. Barber berbunyi, ”Tak berapa jauh lagi, lerai penat dan pedih. . . Dengar suara-Nya manis, ”Maju janganlah jeri! Sebelum fajar menyingsing, mungkin sudah berakhir.” Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan; ingatlah selalu akan Dia, supaya jangan kita menjadi lemah dan putus asa (Ibr. 12:2-3).

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. (Mat. 12:20)

18 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Senin

Serangan Iblis melalui Angin Badai
Kisah Para Rasul 27:20
Setelah beberapa hari tidak kelihatan matahari dan bintang-bintang dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami.

Ayat Bacaan:Kis. 27:4, 7, 14; Mrk. 4:37; Luk. 22:31; 2 Kor. 12:7; Ayb. 3:25; Yak. 4:7; 1 Ptr. 5:6

Dalam Kisah Para Rasul 27-28 Lukas memberikan satu narasi yang panjang tentang perjalanan Paulus dari Kaisarea ke Roma. Butir pertama yang disampaikan dalam perjalanan Paulus ini adalah serangan Iblis atas rasul. Ketika Paulus ingin melaksanakan kehendak Allah di Roma (Kis. 27:11), Iblis berada di belakang kesulitan-kesulitan, menyerang rasul Paulus (Kis. 27:4, 7, 14). Walaupun demikian Paulus tetap dapat bersukacita dan memperhidupkan Kristus.
Ketika kita melaksanakan kehendak Allah, Iblis akan tidak senang dan mulai mencoba menyerang kita. Bagaimanakah kita menghadapi serangan-serangan Iblis dalam keadaan lingkungan kita? Pertama, tunduklah kepada Allah (Yak. 4:7; 1 Ptr. 5:6). Kedua, lawanlah Iblis. Karena kita tunduk dan sikap kita di hadapan Allah sudah beres, Allah akan memperlihatkan kepada kita bahwa dalam lingkungan kita ada perkara-perkara yang tak beralasan atau tanpa penyebab dan yang menghendaki kita demikian adalah Iblis, bukan Allah; dan akhirnya kita dapat membedakan dalam batin kita pengaturan Allah atau serangan Iblis. Kalau kita sudah jelas hal ini dan melawannya, masalahnya segera berlalu. Ketiga, harus menolak ”rasa takut”. Rasa takut adalah satu kesempatan yang terbesar bagi Iblis untuk menyerang Anda. Seorang saudari yang berpengalaman pernah berkata, ”Semua perasaan takut adalah kartu nama Iblis.” Serangan-serangan Iblis dalam keadaan sekitar Anda kebanyakan berasal dari ketakutan Anda.
Kalau Iblis memberikan sebuah angan-angan kepada Anda sehingga Anda takut akan kejadian tersebut, jangan sekali-kali menerima angan-angan tersebut. Anda harus berkata, ”Tidak, aku sama sekali tidak sudi menerima kejadian atau peristiwa yang bukan Tuhan kehendaki!” Bila seseorang terlepas dari ketakutan dan menolak ketakutan, ia akan terlepas pula dari lingkungan Iblis dan pekerjaan Iblis dalam lingkungannya. Itulah makna perkataan Paulus dalam Efesus 4:27, ”Janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” Mengapa kita bisa tidak merasa takut kepada Iblis? Sebab yang diam di dalam kita lebih besar daripada yang di dunia (1 Yoh. 4:4).

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari hadapanmu! (Yak. 4:7)

17 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 JUmat

Tidak Seorangpun Kehilangan Rambut Kepalanya
Kisah Para Rasul 27:34
Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.

Ayat Bacaan: Kis. 27:27-36; Mat. 10:30; Luk. 21:18

Seluruh orang-orang di kapal telah menghadapi badai itu selama empat belas hari dan mereka tidak berselera untuk makan sesuatu (Kis. 27:33). Sekarang Paulus mendorong mereka untuk makan, karena ini penting untuk keselamatan mereka (Kis. 27:34). Kata “keselamatan” di sini berarti bahwa tanpa makan orang-orang itu tidak akan diselamatkan dari badai. Mereka perlu makan agar mendapatkan kekuatan untuk berenang dan untuk melakukan apa yang perlu begitu mereka tiba di pulau. Selain itu, perkataan Palus mengenai, “Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.” (Kis. 27:34) sama dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 10:30 yang mengatakan, “Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya” dan dalam Lukas 21:18 yang mengatakan, “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.” Hal ini menyatakan kesetiaan dan pemeliharaan Tuhan terhadap kaum beriman-Nya.
Seorang saudara pernah bersaksi, “Pernah sekali, anakku sakit demam, berbaring di ranjang. Istriku berkata kepadanya, ”Kau ingin makan apa, nak?” Anaknya berkata, ”Bu, aku ingin makan bakpau.” Istriku berkata, ”Anakku, kalau kau suka bubur terigu, aku bisa membuatkannya bagimu. Tepung gandum kita di rumah tidak cukup untuk membuat bakpau. Kalau kau tidak suka itu, baiklah, kau tetap berbaring, lalu marilah kita berdoa bersama, mohon Tuhan memberimu bakpau.” Sore harinya, bibiku menyuruh anaknya datang dan membawakan dua buah bakpau dengan dua butir telur asin, dan berkata bahwa ibunya menyuruhnya mengantarkan bakpau untuk anakku yang sedang sakit. Ketika itu kami benar-benar hidup oleh iman, benar-benar berharap kepada Tuhan, sampai-sampai untuk makan bakpau saja harus berlutut berdoa dulu baru ada.” Saudara saudari, Allah kita itu setia dan senantiasa memelihara kita. Dia tidak pernah lalai memperhatikan dan memelihara kita. Setiap hari, ketika kita bangun pagi, berkatalah kepada Allah, “Ya, Allah, aku bersyukur kepada-Mu, kemarin Engkau telah memelihara aku, hari ini Engkau tetap memelihara. Aku tidak tahu berapa banyak pencobaan yang akan menimpaku pada hari ini, tetapi aku percaya bahwa Engkau pasti memelihara aku.”

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1 Pet. 5:7)

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Minggu

Peringatan Paulus
Kisah Para Rasul 27:10
Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya, “Saudara-saudara, aku lihat bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.”

Ayat Bacaan: Kis. 27-28; Flp. 3:9, 12

Meskipun jurumudi dan nakhoda adalah orang-orang yang ahli dalam menjalankan kapal, dan tahu banyak tentang angin dan laut, tetapi mereka tidak memiliki pandangan seperti yang dimiliki Paulus. Paulus telah memperingatkan mereka akan bahaya dan kerugian yang akan mereka hadapi, “tetapi perwira itu lebih percaya kepada juru mudi dan nakhoda daripada kepada perkataan Paulus” (Kis. 27:11). Juru mudi dan nakhoda kapal itu meyakinkan perwira itu agar tidak memperhatikan perkataan Paulus. Karena itu, menurut konsepsi mereka yang salah, mereka melanjutkan pelayaran itu dan mengalami kerugian.
Seorang hamba Tuhan bernama Chapman, menarik banyak orang untuk mendengarkan Firman Tuhan. Orang yang mau mendengarkan khotbahnya makin lama makin banyak, hingga tempat perhimpunannya dibangun lebih besar. Setelah mendengar kabar tentang dirinya, D. L. Moody, seorang penginjil khusus naik kereta api datang mendengarkan pemberitaan di gedung kebaktiannya. Moody memasuki tempat itu dan dengan tenang ia duduk mendengarkan pemberitaan Chapman. Selesai sidang, Chapman segera turun dari mimbar menyambut Moody dan meminta Moody memberi komentar tentang dirinya. Moody berkata, “Saudara, yang Anda kerjakan adalah satu kegagalan, bukan kesuksesan, karena dalam hayat Anda ada yang kurang beres.” Mendengarkan perkataan ini, Chapman tidak senang. Ia berpikir, “Moody, Anda tidak mempunyai hak dan tidak seharusnya mengkritik dengan cara demikian.” Bagaimanapun Moody sudah berkata, dan ia sendiri tahu bahwa ada sesuatu yang kurang beres. Ketika ia sadar bahwa dirinya memang ada yang salah, selama tiga minggu lamanya ia merasa tidak enak! Akhirnya ia berkata kepada Allah, “Ya Allah! Aku sungguh tidak bisa. Aku mohon Engkau bekerja sampai aku bisa mengatasinya.” Sejak hari itu, ia baru mengetahui harus bagaimana ia menempuh hidup dan ia bekerja dengan penuh kuat kuasa. Ia bersaksi, “Kalau diriku bisa memberitakan Injil, bisa berkhotbah, atau ada sedikit kebaikan, aku tahu, semuanya berasal dari ketaatanku pada waktu itu.” Mari kita belajar taat, mendengarkan nasihat orang yang ada di depan kita di dalam Kristus.

Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak. (Ams. 12:15)

16 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 2 Sabtu

Hidup dan Bersaksi dengan Pertolongan Allah
Kisah Para Rasul 26:22
Tetapi dengan pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan bersaksi kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar.

Ayat Bacaan: Kis. 26:22-23; Maz. 121:6

Kata “pertolongan” dalam Kisah Para Rasul 26:22 berarti “bantuan.” Akar kata Yunani ini berarti rela bergabung dan bersatu. Ini menyiratkan bahwa rasul bersatu dengan Allah dan sadar akan bantuan Allah dalam kesatuan ini. Dan istilah “hidup” dalam ayat ini dalam bahasa aslinya adalah “berdiri”. Paulus pernah berdiri di hadapan kepala pasukan Romawi, Feliks dan Festus. Sekarang Paulus sedang berdiri di hadapan Agripa. Sewaktu Paulus berdiri di hadapan Agripa, Paulus berani, mengatakan bahwa ia bersaksi kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Paulus bersaksi kepada orang-orang besar termasuk Feliks, Festus, dan Agripa. Paulus memberi tahu Agripa bahwa ia tidak menyaksikan sesuatu yang terpisah dari hal-hal yang akan terjadi yang diberitahukan para nabi dan juga oleh Musa. Paulus mengatakan bahwa Kristus adalah yang pertama yang bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia memberitakan terang kepada umat itu dan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 26:23).
Pada tahun 1937 saudara Witness Lee harus melakukan perjalanan yang berbahaya dari Hankow ke Chefoo di saat tentara Jepang mulai menduduki Cina. Dia bersaksi, “Sepanjang perjalanan ini benar-benar butuh anugerah. Jadwal kereta tidak menentu, di mana-mana serba kacau. Dalam perjalanan sering ada peringatan atau alarm bahwa pesawat tentara Jepang sewaktu-waktu mengebom rel kereta dan semua orang harus turun dari kereta dan bersembunyi di sawah-sawah. Karena itu orang-orang seperjalanan berharap agar di siang hari jangan muncul matahari dan malam hari jangan muncul bulan, agar pesawat Jepang tidak dapat melihat dengan jelas sasaran dari pengebomannya. Tetapi di siang hari matahari bersinar terik dan di malam hari bulan bersinar terang. Karena hal itu saya sering menundukkan kepala berdoa, kemudian saya mendapat satu firman dalam Mazmur 121:6, “Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam.” Kemudian saya menggunakan firman ini untuk menghibur orang lain. Sangat ajaib, sepanjang perjalanan di siang hari dan malam hari tidak ada bunyi alarm, kita semua tiba dengan selamat karena penjagaan Tuhan yang riil.”

...Namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat. (1 Tes. 2:2)

15 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 2 Jumat

Taat kepada Penglihatan dari Sorga
Kisah Para Rasul 26:19
Sebab itu, ya Raja Agripa, kepada penglihatan yang dari surga itu tidak pernah aku tidak taat.

Ayat Bacaan: Kis. 26:19; Ef. 3:3-5; 1:17-18; Gal. 5:16

Pemakaian kata “penglihatan” oleh Paulus dalam Kisah Para Rasul 26:19 menunjukkan bahwa Paulus bukan taat kepada doktrin, teori, tata cara agama, atau teologi apa pun. Tetapi Paulus taat kepada visi surgawi, yaitu penglihatan tentang bagaimana perkara-perkara ilahi Allah Tritunggal disalurkan ke dalam orang yang telah dipilih, ditebus, dan diubah oleh-Nya. Wahyu adalah penyingkiran selubung, penyingkapan hal-hal yang tersembunyi; penglihatan adalah pemandangan, suasana yang terlihat setelah penyingkapan selubung. Banyak hal tentang ekonomi dan administrasi Allah dalam alam semesta yang tersembunyi. Di pihak Tuhan, Tuhan mewahyukan, menyingkapkan hal-hal tersembunyi ini kepada rasul; di pihak rasul, ia menerima penglihatan-penglihatan akan hal-hal tersembunyi ini. Semua pemberitaan Paulus dalam Kisah Para Rasul dan tulisan dalam keempat belas surat-surat kirimannya adalah penjelasan rinci dari visi surgawi yang dilihatnya.
Hari ini, kita memang tidak pernah menerima visi surgawi tentang Kristus dan gereja secara langsung seperti yang dialami oleh Paulus, tetapi kita dapat menerima visi surgawi secara tidak langsung di dalam roh kita melalui membaca dan mendoakan perkataan ministri Paulus (Ef. 3:3-5; 1:17-18). Setelah itu yang diperlukan adalah ketaatan dan kesetiaan kepada visi yang surgawi yang telah kita lihat. Hanya ketaatan ini yang dapat dihargai di mata Allah.
Untuk taat kepada visi surgawi ini, kita harus menyangkal diri sendiri, tidak hidup berdasarkan diri sendiri. Hanya hidup di dalam roh, baru ada kemungkinan taat. “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal. 5:16). Kita harus memulai dengan menaati perasaan yang paling lembut, begitu ada perasaan, wajiblah menaatinya. Ada seorang saudari yang pesat sekali kemajuannya dalam memahami kehendak Allah, mengatakan dengan sangat sederhana namun tegas, “Perhatikan larangan dalam batin.” Allah bisa membuat kita merasakan suara Roh Kudus yang lembut sehingga di dalam batin kita ada suatu daya tekan yang mantap namun lembut. Kita perlu berdoa mohon belas kasih Tuhan untuk menjaga kita taat dengan mutlak pada visi surgawi ini sampai pada akhirnya.

Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kis. 5:29)

14 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 2 Kamis

Memperoleh Pengampunan Dosa dan Warisan Ilahi
Kisah Para Rasul 26:18
Untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.

Ayat Bacaan: Kis. 26:18 ;Luk. 4:18-21 ;Rm. 6:19, 8:23 ;Mzm. 16:5 ; Kol. 1:12, 2:9 ; Ef. 1:13-14

Dalam Kisah Para Rasul 26:18, kita melihat isi dari amanat yang diterima Paulus yaitu membuka mata orang dan membawa mereka berpaling dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah. Ini adalah pelaksanakan penggenapan tahun Yobel Allah, tahun rahmat Tuhan, yang diproklamirkan oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 4:18-21 menurut ekonomi Perjanjian Baru Allah.
Hasil dari terbukanya mata kita dan perpalingan kita kepada Allah ada dua yaitu menerima pengampunan dosa dan menerima warisan ilahi. Saat manusia jatuh dalam dosa, manusia telah meninggalkan Allah. Dalam Roma 7:14 Paulus berkata, “Aku terjual . . . di bawah kuasa dosa.” Kita adalah orang dosa yang jatuh, kita telah kehilangan Allah dan telah menjual diri kepada dosa, menjadi budak dosa (Rm. 6:19). Karena itu, mata kita perlu terbuka dan berpaling dari kuasa Iblis kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa yang lengkap dan sempurna. Pengampunan dosa adalah dasar semua berkat dari Yobel Perjanjian Baru. Mazmur 16:5 mengatakan, “Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku.” Warisan sejati manusia bukan tanah atau rumah, bukan istri atau anak, juga bukan satu rumah surgawi. Warisan manusia adalah Allah Tritunggal sendiri dengan segala yang Dia miliki, segala yang telah Dia kerjakan, dan segala yang akan Dia kerjakan bagi umat tebusan-Nya. Allah Tritunggal ini diwujudkan di dalam Kristus yang almuhit, adalah bagian yang dibagikan kepada orang-orang kudus sebagai warisan mereka (Kol. 1:12, 2:9). Roh Kudus di dalam kita adalah pencicipan, jaminan, dan garansi warisan ilahi ini (Rm. 8:23; Ef. 1:13-14).
Di dalam pemberitaan Injil Petrus yang pertama, dia mengutip dari nabi Yoel dan mengumumkan bahwa kita dapat menikmati Kristus sebagai Yobel melalui mempraktekkan menyeru nama Tuhan dengan penuh sukacita (Kis. 2:16-18, 21; Yl. 2:28-29, 32a). Praktek menyeru nama Tuhan ini adalah satu praktek luar biasa yang menyenangkan di dalam Perjanjian Baru yang telah Allah berikan kepada kita sehingga kita bisa dibebaskan dari perbudakan dosa, menikmati warisan Allah dan masuk ke dalam kenikmatan Yobel kasih karunia.

Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. (Rm. 10:12)

13 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 2 Rabu

Membuka Mata untuk Berbalik kepada Allah
Kisah Para Rasul 26:18
Untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:4-5,9; Kis. 8:30,35; Luk. 24:32, 45

Yohanes 9 menyinggung tentang Tuhan Yesus bertemu dengan seorang yang sejak lahirnya sudah buta. Orang yang buta sejak lahir adalah orang yang tidak pernah melihat terang, bagi dia semuanya gelap. Semua orang di dunia ini, tidak peduli seseorang itu pandai, memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan bermoral baik, sejak lahir adalah orang-orang yang buta, tidak mengenal Allah dan tidak bisa memahami perkara-perkara Allah. Karena itu, agar dapat mengenal Allah, setiap orang memiliki satu ke-perluan khusus, yaitu, mata batiniahnya perlu dicelikkan. Dalam perkara rohani, tidak ada satu hal yang lebih penting daripada terceliknya mata rohani.
Bagaimana mata yang buta bisa tercelik? Buta setara dengan gelap. Hanya terang yang bisa mengalahkan gelap dan Tuhan Yesus adalah terang yang sejati itu (Yoh. 1:4), yang masuk ke dalam manusia dan menerangi batin manusia, terang ini “bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak dapat menguasainya” (Yoh. 1:5). Itulah sebabnya, Iblis, ilah dunia ini, terus membutakan manusia supaya ia tidak percaya Injil, tetap tinggal dalam kebutaan dan kegelapan (2 Kor. 4:4). Allah telah memberikan satu amanat kepada Paulus untuk membuka mata setiap orang dan memalingkan mereka dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah (Kis. 26:18).
Firman Injil adalah terang, dan Roh Kudus bekerja berdasarkan firman yang adalah terang itu. Dalam mengabarkan Injil, kita harus berjerih lelah dalam firman Tuhan, berdoa dengan tuntas, dan tidak dapat hanya bersandar perkara yang di luar. Kalau kita hanya mementingkan menggerakkan emosi orang namun tanpa firman injil yang kuat, pemberitaan injil kita tidak akan menjadi terang yang bersinar. George Whitefield pernah membicarakan api neraka, memberitakan begitu rupa, sampai pendengarnya ada yang memeluk tiang, sambil berkata, “Aku takut masuk ke dalam lautan api.” Kalau kita mengatakan ada Allah, kita harus bisa menanamkan pengenalan kita dan kesan ada Allah ini ke dalam orang. Kalau kita membicarakan hakiki dosa, kita harus dapat menyatakan perasaan dosa, supaya mata mereka terbuka, mengenal dosa, menyesali diri dan berpaling kepada Allah (Kis. 8:30, 35; Luk. 24:32, 45).

Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal. (1 Yoh. 1:2)

12 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 2 Selasa

Saksi Segala Sesuatu yang akan Diperlihatkan Tuhan
Kisah Para Rasul 26:16
Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari Aku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.

Ayat Bacaan: Kis. 1:8; Luk. 5:4-8, Yoh. 21; 1 Kor. 6:19; Why. 1:5-6; Kel. 28:2

Tuhan menetapkan Paulus bukan hanya untuk melayani Dia, tetapi juga untuk menjadi saksi. Apakah seorang saksi itu? Saksi bukan suatu pekerjaan memberitakan atau menginjil. Saksi adalah orangnya, dan kesaksian adalah hal yang dipersaksikan dari apa yang telah dilihat. Orang yang tidak melihat, tidak bisa bersaksi. Tuhan menetapkan Paulus untuk menjadi saksi bukan hanya tentang segala sesuatu yang telah dia lihat, namun juga tentang apa yang akan diperlihatkan Tuhan kepadanya. Ini menunjukkan bahwa visi itu dapat semakin jelas dan kesaksian pun berkembang.
Dalam Lukas 5 Petrus berjerih lelah menangkap ikan sepanjang malam, tetapi tidak mendapatkan seekor ikan pun. Kemudian karena perkataan Tuhan, ia berhasil menangkap sejumlah besar ikan. Petrus sujud di depan Yesus dan berkata, ”Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa” (Luk. 5:8). Kejadian ini seolah terulang dalam Yohanes 21. Penangkapan ikan dalam Lukas 5 mewahyukan kemuliaan Tuhan Yesus kepada Petrus, sehingga Petrus segera nampak keadaan dirinya yang penuh dosa dan tidak layak menerima kehadiran Tuhan. Namun dalam Yohanes 21, ketika Petrus sekali lagi nampak Tuhan, tanpa berpikir panjang, ia segera meninggalkan ikan-ikannya, dan melompat ke laut mendapati Tuhan (Yoh 21:7). Visi yang lebih jelas akan kemuliaan Tuhan membuat Petrus nampak kemustikaan-Nya, mempersaksikan kemutlakannya dalam mengikuti Tuhan.
Ketika kita diselamatkan, kita melihat bahwa diri kita adalah orang-orang berdosa yang ditebus untuk menjadi milik Tuhan (1 Kor. 6:19). Kemudian kita mengenal lebih maju bahwa setiap orang yang mendapatkan karunia keselamatan adalah imam yang dipilih Allah untuk melayani Dia (Why. 1:5-6). Orang yang melayani Allah, lalu menganggap dirinya telah memberi perlakuan yang baik kepada Allah, bukanlah orang yang mempersembahkan diri. Sebenarnya, Allahlah yang memakaikan pakaian kudus yang dikenakan imam kepada kita, untuk kemuliaan dan keelokan kita (Kel. 28:2). Kita semua wajib bersujud menyembah-Nya sambil berkata, “Ya Allah! Aku bersyukur kepada-Mu, karena Engkau membelaskasihani aku, sehingga aku boleh melayani-Mu!”

Bagi Dia, yang mengasihi kita dan telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya. (Why. 1:5b-6a)

11 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 2 Senin

Aku telah Menampakkan Diri Kepadamu
Kisah Para Rasul 26:15
Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kau aniaya itu.

Ayat Bacaan: Kis. 26:15; Flp. 4:5; Mat. 18:15-16,19-20; Ef. 1:23, 5:29

Tatkala Paulus mendapatkan sorotan terang dalam perjalanan mendekati kota Damsyik, Tuhan berkata, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Jawabnya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” “Aku”, Yesus ini berada di surga, namun menampakkan diri kepada Paulus dengan cara yang ajaib! Melalui pertanyaan “Mengapa engkau menganiaya Aku?”, Tuhan memperlihatkan kepada Saulus suatu wahyu bahwa Kristus dengan gereja, adalah satu. Ia nampak bahwa setiap orang beriman milik Tuhan adalah esa dengan Tuhan dan ketika ia menganiaya anggota-anggota Tubuh, sesungguhnya ia sedang menganiaya Sang Kepala.
Jika kita telah melihat wahyu yang dilihat oleh Paulus, maka dalam hidup gereja dan pelayanan bersama dengan banyak anggota Tubuh, kita memerlukan Kristus sebagai kebaikan hati kita. Ini adalah Kristus sebagai kebajikan unggul kita, yang membuat kita dapat memperlakukan orang dengan patut dan tenggang rasa, memperhatikan orang lain, dan tidak kaku dalam menuntut hak kita yang sah. Jika kita memiliki kebaikan hati ini, kita tidak akan bertengkar atau berdebat, namun mempertimbangkan matang-matang di depan Tuhan sebelum kita mengatakan sesuatu. Ketika seorang saudari melayani dengan tidak memadai, saudari yang melayani bersamanya setidaknya menghadapi empat pilihan: pergi meninggalkannya, melayani bersamanya dengan caranya yang tidak memadai, mengoreksinya, atau mengambil alih tugasnya. Dari keempat pilihan tersebut tidak ada satu pun yang mencakup kebaikan hati. Jika saudari itu memperlihatkan kebaikan hati, pasti ia tidak pergi meninggalkan saudari itu, namun dengan hikmat ia akan meneliti situasi saudari itu dan menentukan apakah ia harus menunggu sejangka waktu sampai akhirnya, menurut pimpinan Roh itu, ia memiliki kesempatan yang baik untuk berbicara kepadanya dalam kasih. Demikianlah jika kita memperlihatkan kebaikan hati kepada orang lain, mereka akan beroleh bantuan untuk bertumbuh. Kita perlu memiliki perasaan yang dalam bahwa ketika kita melukai anggota mana pun dari Tubuh berarti kita sedang melukai Kepala Tubuh sendiri.

Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! (Filipi 4:5)

10 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 2 Minggu

Allah Membangkitkan Orang Mati
Kisah Para Rasul 26:8
Mengapa kamu menganggap mustahil bahwa Allah membangkitkan orang mati?

Ayat Bacaan: Yoh. 10:18; Mat. 16:21; Kis. 3:15; Rm. 4:25; Mat. 12:36; Ef. 5:4, 18-19

Dalam kesaksiannya mengenai janji Allah yang dinantikan penggenapannya oleh bangsa Yahudi (Kis 26:6-7), Paulus mengatakan, “Mengapa kamu menganggap mustahil bahwa Allah membangkitkan orang mati?” (ay. 8). Kemudian di ayat 23, Paulus menjelaskan bahwa Mesias akan bangkit dari antara orang mati. Ini semua menunjukkan bahwa janji Allah yang dinantikan penggenapannya oleh orang-orang Yahudi itu adalah Kristus yang bangkit. Dalam Perjanjian Baru, kebangkitan Tuhan disinggung dalam dua cara. Pertama, kita diberi tahu bahwa Tuhan Yesus bangkit sendiri, yaitu Dia membuat diri-Nya sendiri bangkit (Yoh. 10:18). Kedua, Perjanjian Baru memberi tahu kita bahwa Dia dibangkitkan oleh Allah (Mat. 16.21; Kis. 3:15). Di satu pihak, Tuhan sendiri bangkit; di pihak lain, Dia dibangkitkan oleh Allah.
Allah membangkitkan Kristus dari antara orang mati adalah tanda pembenaran dan penegasan Allah terhadap hakiki Kristus dan apa yang telah dilakukan oleh Kristus. Cara hidup Manusia Penyelamat mutlak berbeda dengan agama, kebudayaan, dan masyarakat. Dia hidup dan bekerja dengan cara yang sangat luar biasa namun tidak dapat dimengerti oleh orang banyak. Jika Allah tidak membangkitkan Dia dari antara orang mati, ini akan berarti bahwa Allah tidak membenarkan Dia. Tetapi melalui Allah membangkitkan Kristus, kita memiliki jaminan bahwa apa yang Kristus kerjakan bagi kita di atas salib telah dibenarkan oleh Allah. Roma 4:25 berkata bahwa Kristus “diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan untuk pembenaran kita.”
Karena itu, setiap orang Kristen perlu menempuh satu kehidupan yang diperkenan Allah dan tinggal di dalam kebangkitan Kristus. Karena itu, kita perlu dibatasi dalam pembicaraan kita (Ef. 5:4) dan dilepaskan dari perkataan yang sia-sia, seperti gosip (Mat. 12:36). Semakin kita bergosip, semakin kita berada di dalam maut, kebangkitan itu lenyap, dan tidak ada Roh. Kita perlu menggantikan setiap gosip dengan doa. Kita perlu mengalami realitas kebangkitan melalui kembali ke dalam roh kita untuk berdoa, memuji, menyanyi, atau berbicara kepada Allah. Hasilnya kita akan dipenuhi oleh Roh itu sebagai realitas kebangkitan, yang membuat kita hidup di dalam kebangkitan Kristus.

Hendaklah kamu penuh dengan Roh, ... Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati (Ef. 5:18-19)

09 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 1 Sabtu

Diputuskan untuk Menghadap Kaisar
Kisah Para Rasul 25:25
Tetapi ternyata kepadaku, bahwa ia tidak berbuat sesuatupun yang setimpal dengan hukuman mati dan karena ia naik banding kepada Kaisar, aku memutuskan untuk mengirim dia menghadap Kaisar.

Ayat Bacaan: Kis. 25:25; 1 Tim. 6:12; 1 Tes. 2:2; 2 Tim. 3:11; 1 Kor. 16:13

Kita perlu memiliki kesan yang dalam terhadap fakta bahwa dalam pasal-pasal kitab Kisah Para Rasul ini, Paulus adalah seorang saksi Kristus yang sejati. Paulus berdiri seorang diri sebagai orang yang memperhidupkan Kristus. Sungguh mulia! Sungguh jaya! Suatu kemenangan bagi Tuhan dan malu bagi si musuh bahwa Paulus memberitakan Kristus dan memperhidupkan Kristus!
Paulus menganjuri Timotius, “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar” (1 Tim. 6:12a). Banyak perkara yang melawan iman yang benar akan timbul, sebab itu kita harus berperang. Bila ingin berperang, harus perkasa. Paulus adalah orang yang perkasa, dalam perjuangan yang berat memberitakan Injil Allah (1 Tes. 2:2). Ia dirajam dengan batu, setelah bangun memberitakan Injil lagi (Kis. 14:19-21). Ia menderita aniaya dan sengsara (2 Tim. 3:11), tetapi ia tidak gentar terhadap penderitaan itu. Demikianlah musuh tidak bisa menghalanginya, dan pekerjaan Tuhan bisa berkembang, bisa terus maju.
Kebenaran adalah mutlak, tidak bisa disuruh mengalah. Harus berdiri teguh di atas kebenaran. Sama seperti kayu penaga, teguh, lurus, lebih baik patah daripada bengkok. Nyawa boleh tidak dihiraukan, namun kebenaran tidak boleh dikalahkan. Paulus berperang bagi kebenaran, meskipun harus disuruh menghadap kaisar, bahkan akan dibunuh oleh orang Yahudi, ia tetap teguh, tidak takluk. Atas kebenaran kita harus menjadi tiang yang melawan arus.
Kita hanya bisa mempertahankan kebenaran Allah, tidak bisa main politik, tidak bisa memakai cara manusia untuk lunak sedikit. Kita harus hanya melihat kehendak Allah, berkata sesuai dengan apa yang harus dikatakan, melakukan sesuai dengan yang harus dilakukan. Ketika hakim menangani suatu perkara, ia harus mutlak berpegang pada hukum, yang bersalah diganjar, yang tidak bersalah dibebaskan. Tidak bisa karena orang yang diadili itu sanak keluar-ganya, atau temannya, lalu menganggap yang bersalah sebagai tidak bersalah; kalau yang diadili adalah musuhnya, tidak bersalah dinyatakan bersalah. Kebenaran Allah juga mutlak, rasa iba pribadi tidak bisa dibawa masuk. Untuk itu kita harus berdiri tegak bagi kebenaran dalam firman Tuhan.

Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat! (1 Kor. 16:13)

08 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 1 Jumat

Yesus yang Sudah Mati, tetapi Ia Hidup
Kisah Para Rasul 25:19
Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia tentang soal-soal agama mereka, dan tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup.

Ayat Bacaan: Kis. 25:19; 2 Kor. 1:8-9; 4:7; 12:9-10; Why. 1:18

Di Asia Kecil, Paulus telah mengalami penderitaan, beban yang ditanggungnya sangat besar, sehingga hampir putus asa akan hidupnya. Hal itu terjadi supaya ia tidak menaruh percaya kepada dirinya sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati (2 Kor. 1:8-9). Ia berkata, “Harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Kor. 4:7). Kapan ia lemah, maka ia kuat. Kelemahannya memberi kesempatan bagi Kristus untuk menaunginya (2 Kor. 12:9-10).
Tuhan Yesus itu benar lagi hidup, Dia justru hidup di dalam kita. Bila musim dingin tiba, banyak orang mengenakan sarung tangan. Sarung tangan dibuat persis dengan bentuk tangan, hanya saja sarung tangan itu kosong, tidak berkekuatan. Sarung tangan adalah wadah, realitas dalam sarung tangan itulah tangan. Menurut wahyu Alkitab, kita semua yang diciptakan Allah adalah wadah yang kosong. Seluruh kehidupan dan apa adanya kita, semuanya adalah suatu wadah. Realitasnya adalah Allah sendiri yang masuk ke dalam dan menjadi isi dan kekuatan kita. Hari ini, Allah yang masuk ke dalam kita tidak lain adalah Yesus Kristus, Sang Roh pemberi hayat itu. Dia adalah Allah yang riil yang dapat menjadi kekuatan kita bahkan suplai hayat kita.
Seorang saudara berkata, “Setelah Anda nampak diri Anda tidak mampu, maka Anda akan nampak Allah mampu. Jika Anda tidak dapat melihat kelemahan Anda, Anda juga tidak dapat melihat kekuatan Kristus. Anda harus bersyukur kepada Allah atas kelemahan Anda. Karena kelemahan Anda justru untuk menyatakan kekuatan Kristus.” Meskipun sejak dilahirkan, Martin Luther sudah mempunyai tekad yang kuat, tetapi ia belajar bersandar Tuhan. Pernah sekali ia merasa bahwa di depannya terdapat banyak bahaya, sehingga ha-tinya penuh duka dan kegentaran. Pada saat itu, ia sangat menyadari bahwa ia harus memegang erat kekuatan yang dari atas, baru bisa menanggulanginya. Kemudian ia dengan jarinya menulis di atas meja, “Dia hidup selama-lamanya!” Demikianlah, ia mendapatkan sukacita, batinnya memiliki kekuatan. “Dia hidup selama-lamanya!” juga adalah kekuatan kekal kita.

Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. (Why. 1:18)

07 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 1 Kamis

Paulus Naik Banding kepada Kaisar
Kisah Para Rasul 25:11
Jadi, jika aku benar-benar bersalah dan berbuat sesuatu kejahatan yang setimpal dengan hukuman mati, aku rela mati, tetapi, jika apa yang mereka tuduhkan itu terhadap aku ternyata tidak benar, tidak ada seorangpun yang berhak menyerahkan aku sebagai suatu anugerah kepada mereka. Aku naik banding kepada Kaisar!”

Ayat Bacaan: Kis. 19:21; 23:11; 25:11; Flp. 1:12-14

Untuk pembelaannya, Paulus naik banding kepada Kaisar Nero (Kis. 25:11). Tanpa naik banding ini, mungkin Paulus akan dibunuh oleh orang Yahudi melalui penanganan Festus yang tidak adil terhadapnya, dan dengan demikian nyawanya tidak dapat dipelihara untuk menyelesaikan perjalanan ministrinya. Naik banding Paulus kepada Kaisar akan memenuhi keinginannya untuk melihat Roma bagi kemajuan kesaksian Tuhan (Kis. 19:21; 23:11). Ini seperti rangkaian kereta berjalan di atas rel, ada orang menaruh barang yang menghadang di tengah jalan, untuk menghalangi kita maju. Sebab itu kita harus berhenti sejenak, membereskan jalan, baru dapat melanjutkan perjalanan. Pada zaman Paulus, caranya membereskan rintangan adalah melalui naik banding ke Kaisar; dia bukannya pergi mengadu, melainkan minta pertolongan, karena para pembesar Yahudi semuanya korupsi menyelewengkan hukum untuk kepentingan diri sendiri.
Meskipun jalan yang ditempuh Paulus untuk naik banding itu penuh derita, penderitaannya justru menghasilkan kemajuan Injil. Paulus adalah seorang perintis yang membuka jalan agar gereja sebagai pasukan Allah dapat maju ke depan. Dia mengetahui bahwa penderitaannya menyediakan jalan, bahkan jalan raya bagi kemajuan Injil. Bahkan kita hari ini pun berjalan di atas jalan yang dibuka Paulus dalam penderitaannya bagi Injil. Dari abad ke abad, banyak puing atau reruntuhan yang telah dilemparkan ke jalan raya untuk merintangi jalan yang dibuka Paulus. Hari ini kita tidak perlu membuka jalan raya lain, tetapi kita perlu membersihkan jalan yang telah dibuka oleh Paulus ini. Dalam Filipi 1:14 Paulus berkata, “Lagi pula, kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk semakin berani berkata-kata tentang firman Allah tanpa takut.” Pemenjaraan Paulus sama sekali tidak membuat saudara-saudara menjadi putus asa, melainkan mendorong mereka untuk semakin berani membicarakan firman Allah tanpa takut. Penentangan hari ini tidak seharusnya membuat kita kecil hati atau putus asa, melainkan mendorong kita untuk lebih berani memberitakan firman Allah. Semoga semua orang kudus tergerak untuk memberitakan firman Allah.

Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil. (Flp. 1:12)

06 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 1 Rabu

Kebobrokan Pemerintah Romawi
Kisah Para Rasul 25:9
Tetapi Festus yang hendak mengambil hati orang Yahudi, berkata, “Apakah engkau bersedia pergi ke Yerusalem supaya engkau dihakimi di sana di hadapanku tentang perkara ini?”

Ayat Bacaan: Kis. 25:9; 2 Kor. 7:1

Dalam Kisah Para Rasul kita juga melihat satu gambaran tentang politisi-politisi Romawi. Khususnya, kita memiliki catatan mengenai kebobrokan politik Romawi. Dalam memperlakukan Paulus, Festus bagaikan seekor rubah; ia mengusulkan agar Paulus pergi ke Yerusalem dan dihakimi di sana di hadapan Festus. Kisah Para Rasul 25:9 mengatakan bahwa alasan Festus melakukan hal ini adalah untuk mengambil hati orang Yahudi. Usulan ini menyingkapkan kebobrokan politisi Roma yang lain. Sikap yang demikian adalah sungguh memalukan. Festus lebih takut akan manusia daripada takut akan Allah.
Terhadap anak-anak-Nya, Allah mempunyai satu tuntutan kudus. Kita sepenuhnya perlu takut akan Allah. Sebab itu, dalam 2 Korintus 7:1 Paulus berkata, “Saudara-saudaraku yang terkasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” Dikuduskannya kita sangat erat hubungannya dengan kita takut akan Allah. Allah itu kudus. Semakin mendekati Dia, manusia akan makin merasa dirinya najis; makin melayani Dia, makin takut akan dirinya sendiri. Sebab itu, ketika kita mulai belajar takut akan Allah, dengan sendirinya dalam segala hal kita takut ada unsur diri sendiri di dalamnya.
Misalnya, jika ada seorang saudara meminta Anda membantu dia, kalau Anda mempunyai hati yang takut akan Allah, Anda khawatir sewaktu membantu saudara itu, ada unsur diri Anda sendiri. Bersamaan dengan itu, Anda pun takut karena ada unsur diri sendiri maka Anda tidak membantu saudara tersebut. Inilah yang disebut takut akan Allah.
Saudara saudari, kalau kita memiliki pertumbuhan hayat, kita tidak takut yang lain, kita hanya takut ada unsur diri sendiri, yaitu takut bersalah kepada Allah. Takut akan Allah adalah di depan Allah kita memiliki satu motivasi, yaitu takut ada unsur diri sendiri. Inilah motivasi manusia yang paling berharga di hadapan Tuhan. Marilah kita belajar hidup di depan Tuhan, belajar melakukan segala hal dengan sikap takut akan Allah, takut ada unsur diri sendiri.

Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. (Mzm. 25:12)

05 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 1 Selasa

Paulus Membela Diri
Kisah Para Rasul 25:8
Sebaliknya Paulus membela diri, katanya, “Aku sedikit pun tidak bersalah, baik terhadap hukum Taurat orang Yahudi maupun tehadap Bait Allah atau terhadap Kaisar.”

Ayat Bacaan: Kis. 20:24; 21:13; 25:6-8; 26:1-29; 27:1-28:31; Flp. 3:6-8

Dalam empat pasal yang terakhir dari kitab Kisah Para Rasul (Kis. 25-28), Paulus membela diri dua kali. Pertama, ia membela diri di hadapan Festus (Kis. 25:6-8), dan kemudian di hadapan Agripa (Kis. 26:1-29). Kemudian setelah pembelaannya di hadapan Agripa, Paulus me-ngadakan perjalanan yang keempat (Kis. 27:1-28:31). Jika kita melihat sikap Paulus yang demikian, mungkin di dalam benak kita akan bertanya, “Mengapa seorang rasul seperti Paulus harus membela diri? Mengapa sikapnya berkebalikan dengan sikap Tuhan Yesus ketika diadili?” Untuk memahami sikap Paulus yang demikian, kita perlu mengenal siapakah Paulus.
Paulus yang dahulu bernama Saulus adalah seorang Ibrani asli, dari suku Benyamin. Dia adalah seorang Farisi yang sangat kuat dalam pemeliharaan Hukum Taurat. Sebelum mengenal Tuhan, dia adalah seorang penganiaya jemaat (Flp. 3:6). Namun ketika ia dalam perjalanan ke Damsyik, dia bertemu dengan Tuhan. Sejak saat itu, dia yang dahulu adalah penganiaya jemaat berubah menjadi seorang pengikut Kristus yang setia. Sejak saat itu dia me-nganggap semua yang dahulu merupakan keuntungan baginya, sekarang dia anggap rugi karena pengenal akan Kristus Yesus. Bahkan dia menganggap semuanya adalah sampah supaya dia bisa memperoleh Kristus (Flp. 3:7-8).
Paulus bahkan rela dan siap mengorbankan nyawanya bagi Tuhan (Kis. 20:24; 21:13). Lalu mengapa ia harus membela diri? Alasan utamanya adalah supaya ia bisa menyelamatkan nyawanya dari para penganiayanya, dan supaya ia dapat merampungkan perjalanan ministrinya. Paulus membela diri bukan karena ia takut menderita. Juga bukan karena dia mengasihani dirinya sendiri. Paulus membela diri, karena dia peduli terhadap pekerjaan Tuhan. Saudara saudari, apakah kita memiliki sikap seperti Paulus? Ataukah kita sering membela diri karena kita merasa dirugikan, bukan karena gereja dirugikan? Marilah kita belajar meneladani rasul Paulus. Marilah kita persembahkan waktu pribadi, kesenangan, hobi, tenaga, dan harta kita hanya untuk gereja. Setiap minggu, marilah kita meluangkan sedikitnya dua jam untuk keluar merawat kaum beriman yang lemah, ataupun untuk keluar memberitakan Injil.

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku... (Kis. 20:24)

04 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 1 Senin

Fitnah Orang Yahudi
Kisah Para Rasul 25:7
Sesudah Paulus tiba di situ, semua orang Yahudi yang datang dari Yerusalem berdiri mengelilinginya dan mereka mengemukakan banyak tuduhan berat terhadap dia yang tidak dapat mereka buktikan.

Ayat Bacaan: 1 Ptr. 2:1; Why. 2:9; Mat. 12:34; Ef. 4:31; Kol. 3:8

Mengucapkan kata-kata fitnah adalah ekspresi dari kejahatan yang ada di dalam hati kita (1 Ptr. 2:1). Jika dalam hati kita penuh keja-hatan, maka ekspresi yang terakhir yang keluar dari mulut kita adalah fitnah. Mengucapkan fitnah kepada orang lain itu dosa yang sangat serius dan harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman (Mat. 12:36).
Kita harus nampak, ada perkara, ada dosa yang dengan suatu cara bisa diganti rugi; tetapi juga ada perkara, ada dosa yang tidak bisa diganti rugi. Perkataan yang sia-sia, perkataan yang menyalahi orang, fitnah, tidak bisa Anda hapuskan dengan mengganti rugi. Anda bisa saja telah minta maaf kepadanya, juga telah menarik kembali perkataan Anda itu, tetapi perkataan yang telah keluar itu tidak mungkin bisa terhapus bersih. Barang-barang yang kita curi dari orang lain bisa kita kembalikan, tetapi perkataan sia-sia yang melukai orang lain tidak bisa kita tarik kembali. Dosa ini akan terbentang di hadapan Allah. Karena itu Tuhan berkata, “Menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Mat. 12:37).
Di dalam Matius 12:34, Tuhan berkata, “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” Jika hati kita dipenuhi kejahatan, maka mulut kita akan mengucapkan yang jahat. Hati mengandung apa, mulut cepat atau lambat akan mengucapkan satu atau dua patah kata. Untuk itu, kita harus mulai membereskannya dari hati kita. Kalau hati kita tidak benar, mulut kita selamanya tidak bisa dibereskan. Karena hati kita dipenuhi dengan berbagai hal, maka mulut kita mempunyai sesuatu untuk dikatakan. Sebab itu, janganlah kita berkata, “Aku berkata demikian itu tidak berasal dari hatiku,” atau dengan kata lain, “Mulutku memang berkata begitu, tetapi hatiku tidak.” Dari perkataan Tuhan Yesus kita mengetahui bahwa hal demikian tidaklah mungkin. Kalau ada perkataan jahat berarti ada hati yang jahat; karena hati Anda jahat maka barulah mulut Anda bisa berkata jahat. Jadi, jika kita mau membereskan perkataan kita yang sia-sia, terlebih dulu kita harus membereskan hati kita. Kita harus membuang semua perkara yang jahat dari hati kita sehingga kita dapat mengucapkan perkataan baik yang membangun (Ef. 4:29, 31; Kol. 3:8).

Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. (Kol. 3:8)

03 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 1 Minggu

Kemunafikan Agama Yahudi
Kisah Para Rasul 25:2-3
Di situ imam-imam kepala dan orang-orang Yahudi yang terkemuka datang menghadap dia ... Kepadanya mereka meminta suatu anugerah, yang merugikan Paulus, yaitu untuk menyuruh Paulus datang ke Yerusalem. Sebab mereka sedang membuat rencana untuk membunuh dia di tengah jalan.

Ayat Bacaan: Kis. 25:1-3; Luk. 12:1, 4-5; Mat. 23:13-15, 23, 25, 27, 29; 1 Ptr. 2:1-2

Agama Yahudi adalah suatu agama yang dibentuk menurut firman Allah. Agama ini memiliki Kitab Suci, tanah suci, kota suci, bait suci, imamat yang suci, dan semua hal suci lainnya. Akan tetapi apa yang dilakukan oleh para agamawan Yahudi dalam kitab Kisah Para Rasul mutlak bukan berasal dari Allah melainkan dari Iblis. Mereka meminta Festus untuk menyuruh Paulus datang ke Yerusalem supaya mereka bisa membuat rencana untuk membunuh dia di tengah jalan (Kis. 25:1-3).
Selain itu, agamawan Yahudi itu berdusta dan berlaku munafik. Pada me-reka tidak ada sesuatu yang kudus atau benar. Pada mereka tidak ada yang dapat dihitung sebagai sesuatu bagi Allah. Apa yang dipraktekkan di antara agamawan-agamawan Yahudi dalam perkara Paulus ini bukan hanya bersifat daging dan penuh dosa, bahkan jahat dan kejam. Sumber perbuatan mereka adalah Iblis. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh kita waspada khususnya ter-hadap ragi orang Farisi, yaitu kemunafikan orang Farisi (Luk. 12:1). Bahkan Tuhan berkata, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,…” (Mat. 23:13-15, 23, 25, 27, 29). Mengapa Tuhan berkata celaka kepada mereka? Sebab kemunafikan agama akan berkembang menjadi penganiayaan (Luk. 12:4-5) dan akan membunuh orang dengan menyangka bahwa ia berbuat bakti kepada Allah (Yoh. 16:2). Ini selalu menjadi sumber penganiayaan terhadap para pengikut Yesus yang sejati.
Karena itu, sebagai orang telah mengecap kebaikan Tuhan, pertama-tama kita perlu waspada terhadap kemunafikan dalam agama, karena kemunafikan ini akan menjadi satu sumber penganiayaan. Kedua, kita juga perlu membuang lima perkara negatif, yaitu kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, dengki, dan fitnah. Sebab begitu ada kejahatan, maka akan muncul tipu muslihat, dan kemudian berkembang menjadi kemunafikan, dengki dan akhirnya adalah fitnah. Ketiga, kita perlu menjadi seperti bayi yang baru lahir yang selalu rindu akan air susu firman yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kita bertumbuh dan beroleh keselamatan (1 Ptr. 2:1-2). Inilah jalan kita dapat diselamatkan dari kemunafikan agama kepada penyembahan Allah yang tepat dan sejati.

Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. (1 Ptr. 2:1)

02 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Sabtu

Melengkapkan Firman Allah
Kisah Para Rasul 24:27
Tetapi sesudah genap dua tahun, Feliks digantikan oleh Perkius Festus, dan untuk mengambil hati orang Yahudi, ia membiarkan Paulus tetap dalam penjara.

Ayat Bacaan: Kis. 24:27

Menurut Kisah Para Rasul 24:27, Tuhan menyisihkan dua tahun masa Paulus ditahan di Kaisarea. Dalam tahun-tahun itu, Paulus pasti memikirkan apa yang telah terjadi dalam Kisah Para Rasul 15 dan 21. Menurut Anda, apa yang Paulus lakukan selama dua tahun ditahan di Kaisarea? Apakah setelah melalui begitu banyak huru-hara, Paulus tidak melakukan apa-apa selain membaca Kitab Suci? Paulus pasti merenungkan kembali pengalamannya dalam pasal 15 dan 21. Selama dua tahun itu pula, ia dipersiapkan oleh Tuhan untuk menulis delapan Surat Kiriman: kitab Ibrani, Efesus, Filipi, Kolose, 1 dan 2 Timotius, Titus, dan Filemon yang melengkapi ekonomi Perjanjian Baru Allah.
Dalam Perjanjian Baru, para rasul (terutama Rasul Paulus) melengkapkan firman Allah sehubungan dengan rahasia Allah yang adalah Kristus dan sehubungan dengan rahasia Kristus yang adalah gereja, untuk memberi kita wahyu yang lengkap tentang ekonomi Allah. Dengan lebih sederhana, melengkapkan firman Allah berarti mengalami Kristus secara subyektif dan menikmati Dia dalam kehidupan sehari-hari, agar hidup gereja yang tepat dapat terwujud untuk mengekspresikan Allah.
Kita semua perlu menunaikan kewajiban kita demi melengkapkan firman Allah. Orang-orang yang baru masuk ke dalam pemulihan Tuhan perlu kelengkapan firman Allah. Misalnya, seorang pendatang baru mungkin percaya dengan teguh bahwa Kristus adalah Allah, adalah Pencipta. Tetapi, dia mungkin tidak memahami kealmuhitan Kristus, juga tidak mengalami Dia sebagai Sang almuhit yang sedemikian. Ketika dia mendengar tentang aspek Kristus ini, dia mungkin bingung. Hal ini menunjukkan bahwa ada orang yang perlu melengkapkan firman Allah baginya. Dia adalah almuhit. Anda menyuplaikan kekayaan Kristus kepada orang lain, dan mereka pun menyuplaikan Kristus kepada Anda. Jika situasi kita demikian, kita semua akan terpelihara dan menikmati Kristus lebih banyak daripada yang lalu. Kemudian, melalui kepengurusan rumah tangga yang menyalurkan kekayaan Kristus, gereja akan terbangun secara riil.

Aku telah menjadi pelayan gereja itu menurut penyelenggaraan Allah yang diberikan kepadaku bagi kamu, untuk melengkapkan firman Allah. (Kol. 1:25, Tl.)

01 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Jumat

Kebenaran, Penguasaan Diri dan Penghakiman
Kisah Para Rasul 24:25
Tetapi ketika Paulus berbicara tentang kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang, Feliks menjadi takut dan berkata: “Cukuplah dahulu dan pergilah sekarang; apabila ada kesempatan baik, aku akan menyuruh memanggil engkau.”

Ayat Bacaan: Kis. 24:25-26; 10:42; 17:31; Mat. 26:41; Luk. 21:36; Ibr. 12:14

Feliks adalah seorang politisi yang sangat tidak benar. Ia berharap bahwa Paulus akan memberi uang kepadanya (Kis. 24:26). Berdasarkan fakta ini, Paulus berbicara kepadanya tentang kebenaran. Selanjutnya, Feliks juga kehilangan penguasaan diri. Karena hawa nafsu Feliks yang sudah tidak terkendali, dan untuk memperlihatkan keadaan Feliks yang penuh dosa, Paulus juga membicarakan penguasaan diri kepadanya. Terakhir, dalam pembicaraannya dengan Feliks, Paulus sampai kepada perkara penghakiman yang akan datang. Dalam pemberitaan mereka kepada orang-orang bukan Yahudi, baik Petrus dan Paulus (Kis.10:42; 17:31), menekankan penghakiman Allah yang akan datang.
Kebenaran adalah faktor utama yang menjadi dasar pelaksanaan penghakiman pemerintahan Allah atas semua makhluk dalam ciptaan lama-Nya. Pemerintahan adalah berdasarkan kebenaran. Kaum beriman seharusnyalah berjalan di jalan kebenaran, menuntut hidup dalam perdamaian (Ibr. 12:14), dan mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan dengan penghakiman-Nya. Sedangkan penguasaan diri menurut bahasa aslinya, “menguasai diri” di sini berarti “berpikiran jernih, tidak mengumbar hawa nafsu, tenang, dan tuntas tanpa gangguan”. Selain itu juga, “waspadalah, supaya dapat berdoa” berarti tenang untuk berjaga-jaga, juga berarti siap sedia. Inilah waspada dan tenang supaya dapat berdoa. Ini sama dengan firman Tuhan, “Berjaga-jagalah dan berdoalah” (Mat. 26:41; Luk. 21:36).
Kita jangan masa bodoh terhadap apa yang dikatakan Alkitab mengenai penghakiman Allah. Orang-orang Kristen hari ini banyak yang tidak tahu apa-apa tentang pendisiplinan sezaman dari Allah. Ketika mereka membaca tentang penghakiman, mereka mungkin berkata, “Oh, kami telah ditebus oleh Tuhan, dan kami tidak mungkin dihakimi.” Kita telah nampak bahwa dalam Perjanjian Baru penghakiman Allah dimulai dari rumah Allah. Ini berarti bahwa penghakiman Allah dimulai dari kita, yaitu gereja, termasuk semua orang ber-iman. Karena ada penghakiman yang akan datang, maka kita harus hidup dalam kebenaran dan penguasaan diri.

Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (2 Ptr. 3:13)