Hitstat

08 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 1 Jumat

Yesus yang Sudah Mati, tetapi Ia Hidup
Kisah Para Rasul 25:19
Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia tentang soal-soal agama mereka, dan tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup.

Ayat Bacaan: Kis. 25:19; 2 Kor. 1:8-9; 4:7; 12:9-10; Why. 1:18

Di Asia Kecil, Paulus telah mengalami penderitaan, beban yang ditanggungnya sangat besar, sehingga hampir putus asa akan hidupnya. Hal itu terjadi supaya ia tidak menaruh percaya kepada dirinya sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati (2 Kor. 1:8-9). Ia berkata, “Harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Kor. 4:7). Kapan ia lemah, maka ia kuat. Kelemahannya memberi kesempatan bagi Kristus untuk menaunginya (2 Kor. 12:9-10).
Tuhan Yesus itu benar lagi hidup, Dia justru hidup di dalam kita. Bila musim dingin tiba, banyak orang mengenakan sarung tangan. Sarung tangan dibuat persis dengan bentuk tangan, hanya saja sarung tangan itu kosong, tidak berkekuatan. Sarung tangan adalah wadah, realitas dalam sarung tangan itulah tangan. Menurut wahyu Alkitab, kita semua yang diciptakan Allah adalah wadah yang kosong. Seluruh kehidupan dan apa adanya kita, semuanya adalah suatu wadah. Realitasnya adalah Allah sendiri yang masuk ke dalam dan menjadi isi dan kekuatan kita. Hari ini, Allah yang masuk ke dalam kita tidak lain adalah Yesus Kristus, Sang Roh pemberi hayat itu. Dia adalah Allah yang riil yang dapat menjadi kekuatan kita bahkan suplai hayat kita.
Seorang saudara berkata, “Setelah Anda nampak diri Anda tidak mampu, maka Anda akan nampak Allah mampu. Jika Anda tidak dapat melihat kelemahan Anda, Anda juga tidak dapat melihat kekuatan Kristus. Anda harus bersyukur kepada Allah atas kelemahan Anda. Karena kelemahan Anda justru untuk menyatakan kekuatan Kristus.” Meskipun sejak dilahirkan, Martin Luther sudah mempunyai tekad yang kuat, tetapi ia belajar bersandar Tuhan. Pernah sekali ia merasa bahwa di depannya terdapat banyak bahaya, sehingga ha-tinya penuh duka dan kegentaran. Pada saat itu, ia sangat menyadari bahwa ia harus memegang erat kekuatan yang dari atas, baru bisa menanggulanginya. Kemudian ia dengan jarinya menulis di atas meja, “Dia hidup selama-lamanya!” Demikianlah, ia mendapatkan sukacita, batinnya memiliki kekuatan. “Dia hidup selama-lamanya!” juga adalah kekuatan kekal kita.

Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. (Why. 1:18)

No comments: