Hitstat

30 June 2012

Galatia - Minggu 11 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Gal. 4:4-7


Dalam 4:4 kita melihat Allah mengutus Putra-Nya ketika kegenapan waktunya telah tiba. Kristus datang tepat pada saatnya. Lebih dini akan terlalu cepat, lebih lambat akan terlambat. Kedatangan Kristus tepat pada waktunya. Ini dapat diilustrasikan dengan memetik buah yang matang dari pohonnya. Jika buahnya dipetik agak dini, belum ma-tang, tetapi jika dipetik lambat, terlalu matang. Kristus datang pada waktu yang telah ditetapkan. Karena alasan inilah maka kedatangan-Nya penuh dengan makna.

Dalam ayat 4 dan 6 ada dua macam pengutusan. Dalam ayat 4 Paulus mengatakan Allah mengutus PutraNya, dan dalam ayat 6 Allah mengutus Roh Putra-Nya. Berdasarkan janji dalam Kejadian 3:15, Kristus datang di bawah hukum Taurat sebagai keturunan perempuan untuk menebus orang-orang yang berada di bawah hukum Taurat, agar mereka boleh menerima hak keputraan. Sasaran penebusan Kristus bukan surga, seperti yang dipercayai kebanyakan orang Kristen, melainkan keputraan. Kristus menebus kita supaya kita boleh menerima hak keputraan Allah. Melalui penebusan-Nya, Ia telah membukakan jalan bagi kita untuk memiliki keputraan. Akan tetapi, jika Roh itu tidak datang, keputraan kita akan menjadi hampa. Keputraan itu akan hanya dalam posisi atau bentuk, bukan dalam realitasnya. Realitas keputraan yang tergantung pada hayat dan kedewasaan ini datangnya hanya melalui Roh itu. Karena itu, ayat 6 mendeklarasikan bahwa Allah telah mengutus Roh Putra-Nya ke dalam hati kita.

Dalam ayat 6 Paulus mengatakan bahwa Allah mengutus Roh Putra-Nya ke dalam hati kita. Sebenarnya, Roh Allah masuk ke dalam, roh kita pada saat kita dilahirkan kembali (Yoh. 3:6; Rm. 8:16). Karena roh kita tersembunyi dalam hati kita (I Ptr. 3:4), dan karena perkataan di sini mengacu kepada masalah yang berhubungan dengan perasaan dan pengertian kita, yang keduanya berada dalam hati kita, maka ayat 6 ini mengatakan bahwa Roh Putra Allah diutus ke dalam hati kita.

Roma 8:15 adalah satu ayat yang sejajar dengan Galatia 4:6. Roma 8:15 mengatakan bahwa kita yang telah menerima roh keputraan berseru di dalam roh ini, "Ya Abba, ya Bapa!" sedang Galatia 4:6 mengatakan bahwa Roh Putra Allah berseru dalam hati kita, "Ya Abba, ya Bapa!" Ini menunjukkan bahwa roh kita yang dilahirkan kembali berbaur menjadi satu dengan Roh Allah, dan roh kita berada dalam hati kita. Ini juga menunjukkan bahwa keputraan Allah dapat terealitaskan oleh kita melalui pengalaman subyektif kita dalam lubuk batin kita. Dalam ayat ini, Paulus menyinggung pengalaman kaum beriman Galatia untuk mendukung wahyunya. Pembahasan ini sangat meyakinkan dan menaklukkan, karena ini tidak hanya berisi doktrin obyektif, tetapi juga fakta subyektif, yang dapat dialami.

Ketika kita berseru kepada Tuhan dari dalam roh kita melalui hati kita, maka perasaan batin yang kita rasakan terutama adalah di dalam hati, bukan di dalam roh. Ini menyiratkan jika kita ingin benar-benar rohani, kita perlu emosi yang wajar. Saudara Watchman Nee pernah berkata bahwa orang yang tidak bisa tertawa atau menangis tidak dapat menjadi orang yang benar rohani. Kita bukan pa-tung-patung yang mati rasa, kita adalah umat manusia yang berperasaan. Karena itu, semakin kita menyeru, "ya Abba, ya Bapa" di dalam roh, dalam hati kita akan semakin merasa manis dan mesra.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 22

29 June 2012

Galatia - Minggu 11 Jumat



Pembacaan Alkitab: Gal. 4:1-6


Umat pilihan Allah terkurung oleh hukum Taurat di bawah pengawalannya (3:23). Kristus lahir di bawah hukum Taurat untuk menebus umat pilihan Allah dari pengawalan hukum Taurat, sehingga mereka boleh menerima keputraan dan menjadi anak-anak Allah. Karena itu, mereka tidak boleh kembali kepada pengawalan hukum Taurat dan berada di bawah perhambaannya, seperti yang dilakukan orang-orang Galatia yang tergoda, tetapi mereka harus tetap dalam status anak Allah untuk menikmati suplai hayat dari Roh itu dalam Kristus.

Berdasarkan wahyu lengkap dari Perjanjian Baru, ekonomi Allah ialah menghasilkan anak-anak. Keputraan merupakan titik inti ekonomi Allah. Ekonomi Allah adalah menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya, agar mereka menjadi anak-anak-Nya. Penebusan Kristus membuat kita menjadi anak-anak Allah, agar kita dapat menikmati hayat ilahi. Ekonomi Allah tidak membuat kita menjadi pemelihara hukum Taurat, mematuhi perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan hukum Taurat yang diberikan hanya untuk tujuan sementara. Ekonomi Allah membuat kita menjadi anak-anak Allah, yang mewarisi berkat janji Allah, yang diberikan untuk tujuan kekal-Nya. Tujuan kekal Allah adalah memiliki banyak anak untuk ekspresi korporat-Nya (Ibr. 2:10; Rm. 8:29). Karena itu, Ia menakdirkan kita menjadi anak-anak-Nya (Ef. 1:5) dan melahirkan kita kembali sebagai anak-anak-Nya (Yoh. 1:12-13). Kita harus tetap dalam keputraan-Nya agar kita bisa menjadi ahli-ahli waris-Nya untuk mewarisi semua yang telah Ia rencanakan bagi ekspresi kekal-Nya. Kita tidak seharusnya menghargai hukum Taurat dan karenanya diselewengkan kepada Yudaisme.

Untuk memberikan satu definisi yang tepat atas keputraan tidaklah mudah. Keputraan mencakup hayat, kematangan, posisi, dan hak. Selaku anak-anak Bapa, kita perlu memiliki hayat Bapa. Tetapi, kita harus maju untuk dimatangkan dalam hayat itu. Hayat dan kematangan memberi kita hak, kuasa, kedudukan untuk mewarisi semua kekayaan Bapa. Menurut Perjanjian Baru, keputraan mencakup hayat, kematangan, posisi, dan hak.

Ayat 4-6 dalam pasal ini membicarakan Allah Tritunggal yang menghasilkan banyak anak untuk penggenapan tujuan kekal-Nya. Allah Bapa mengirimkan Allah Putra untuk menebus kita dari hukum Taurat, sehingga kita bisa diterima menjadi anak; Ia juga mengirim Allah Roh untuk menyalurkan hayat-Nya ke dalam kita, sehingga kita dapat menjadi anak-anak-Nya dalam realitas.

Pada dasarnya, keputraan merupakan masalah hayat. Posisi dan hak tergantung pada hayat. Jika kita ingin menikmati hak keputraan, kita perlu Roh itu. Di luar Roh itu, tidak mungkin kita dilahirkan dari Allah dan mendapatkan hayat ilahi. Setelah kita dilahirkan oleh Roh itu, kita perlu Roh itu untuk bertumbuh dalam hayat. Tanpa Roh itu, kita tidak ada posisi, hak, atau kuasa keputraan. Semua butir penting mengenai keputraan itu tergantung pada Roh itu. Berdasarkan Roh itu, kita memiliki kelahiran ilahi dan hayat ilahi. Melalui Roh itu, kita bertumbuh dewasa. Karena Roh itu, kita memiliki posisi, hak, dan kuasa keputraan. Jadi, tanpa Roh itu keputraan akan sia-sia belaka, hanya sebuah istilah yang kosong. Tetapi, bila Roh itu tiba, keputraan menjadi riil. Kita akan memahami sepenuhnya keputraan Allah dalam hayat, kematangan, posisi, dan hak. Roh keputraan tidak dapat diganti dengan apa pun, sebaliknya setiap perkara, khususnya hukum Taurat, harus diganti dengan Roh keputraan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 22

28 June 2012

Galatia - Minggu 11 Kamis


Pembacaan Alkitab: Yoh. 3:16, 18, 36


Untuk dapat mengalami kesatuan yang organik dengan Allah Tritunggal ini perlulah kita percaya ke dalam Kristus dan dibaptis ke dalam-Nya. Percaya dan dibaptis merupakan dua bagian dari satu langkah. Pertama-tama kita percaya ke dalam Kristus, kemudian kita dibaptis ke dalam Kristus. Kata depan (preposisi) bahasa Yunani eis yang dipakai dalam Yohanes 3:16, 18, dan 36 berarti "ke dalam". Ayat-ayat itu menunjukkan bahwa kita perlu percaya ke dalam Anak. Dengan percaya ke dalam Kristus kita masuk ke dalam Kristus. Melalui percaya kita memasukkan diri kita ke dalam Kristus. Kita melihat bahwa M.R. Vincent mengatakan, preposisi ini seperti yang dipakai dalam Matius 28:19 mengandung arti kesatuan yang mistis dan rohani dengan Allah Tritunggal. Sekelompok orang China mungkin percaya kepada Konghucu, namun tidak dapat berkata bahwa mereka percaya ke dalam Konghucu. Orang-orang Yunani juga tidak dapat mengatakan mereka percaya ke dalam Plato. Orang-orang China tidak mungkin bersatu dengan Konghucu. Orang-orang Yunani juga tidak dapat masuk ke dalam suatu kesatuan yang rohani dengan Plato. Akan tetapi, ketika kita percaya ke dalam Tuhan Yesus, kita mengalami suatu kesatuan yang organik dengan Dia. Pada saat kita percaya kepada-Nya, kita percaya, ke dalam Dia, dan karena itu kita menjadi satu roh dengan-Nya. Inilah yang kita, maksud dengan ungkapan kesatuan yang organik.

Selain percaya ke dalam Kristus, yang bersifat batiniah dan subyektif, kita pun perlu dibaptis ke dalam Dia, ini merupakan suatu tindakan lahiriah yang bersifat obyektif. Kita perlu tindakan batiniah yaitu percaya dan tindakan lahiriah yaitu dibaptis. Dengan jalan inilah kita mengambil satu langkah lengkap untuk masuk ke dalam Allah Tritunggal. Dalam Galatia 3 Paulus sering berbicara tentang iman (keparcayaan) dan percaya. Namun, pada akhir pasal ini ia berbicara tentang dibaptis ke dalam Kristus. Langkah yang diawali dengan percaya ke dalam Kristus dilengkapi dengan dibaptis ke dalam Kristus. Dengan cara ini terjadilah suatu kesatuan organik yang sempurna antara orang-orang yang percaya dengan Allah Tritunggal.

Setelah dibaptis ke dalam Kristus, kini kita harus mengenakan Kristus. Mengenakan Kristus berarti memperhidupkan Kristus. Mengenal perlunya kita mengenakan Kristus dan memperhidupkan Kristus adalah perkara yang penting bagi setiap orang Kristen. Menurut Roma 13:14, kita memperhidupkan Kristus melalui mengenakan Kristus.

Mengenakan Kristus berarti menyelubungi diri kita dengan Kristus. Bila kita berbusana dengan cara tertentu, itu berarti kita ingin hidup secara itu. Demikian pula, mengenakan Kristus berarti kita hidup berdasarkan Kristus, hidup di dalam Kristus, dan hidup bersama Kristus. Pada khususnya, ini berarti kita memperhidupkan Kristus. Kristus menjadi ekspresi kehidupan kita. Begitu kita telah diletakkan di dalam Kristus dan masuk ke dalam kesatuan yang organik dengan Dia, kita harus segera memperhidupkan Kristus, mengenakan Kristus dalam kehidupan kita. Hari demi hari kita harus mengenakan Kristus dan mengekspresikan Dia melalui hidup di dalam Dia, berdasarkan Dia, dan bersama Dia.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 22

27 June 2012

Galatia - Minggu 11 Rabu


Pembacaan Alkitab: Gal. 3:27-28


Dalam Galatia 3:27 Paulus mengatakan bahwa semua orang yang dibaptis ke dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Mengenakan Kristus berarti memakaikan diri kita dengan Kristus, mengenakan Kristus sebagai jubah. Di satu pihak, dalam pembaptisan kita dicelup ke dalam Kristus; di pihak lain, dalam pembaptisan kita mengenakan Kristus. Kristus, Roh yang hidup itu adalah air hayat. Maka, dibaptis ke dalam Kristus berarti dicelup ke dalam Dia sebagai Roh itu. Ketika seseorang dicelup ke dalam Kristus, dengan otomatis ia akan mengenakan Kristus sebagai pakaiannya. Ini berarti orang yang dibaptis itu telah menjadi satu dengan Kristus, telah dicelup ke dalam Dia dan telah dijubahi dengan Kristus.

Jika Kristus bukan Roh pemberi-hayat, tidak mungkin kita dibaptis ke dalam Kristus. Bagaimana kita dapat dibaptis ke dalam Kristus jika menurut ajaran Trinitas yang tradisional, Dia hanya duduk di surga? Kalau kita ingin dibaptis ke dalam Kristus, maka Ia harus menjadi pneuma, udara, Roh yang mengelilingi kita. Jika kita menganggap Kristus hanyalah Persona yang berada jauh di surga, kita dapat mempraktekkan baptisan sebagai suatu upacara. Orang-orang dapat dibaptis tanpa memahami makna baptisan. Namun, kita tidak dapat dibaptis ke dalam Kristus yang hanya ada di surga, melainkan dibaptis ke dalam Kristus yang adalah pneuma, Roh itu. Hal ini telah dibuktikan dalam 1 Korintus 12:13, di sana dikatakan bahwa di dalam satu Roh kita telah dibaptis ke dalam satu Tubuh. Roh di sini adalah Allah Tritunggal almuhit yang telah melalui proses. Dalam Roh itu, Allah Tritunggal yang telah melalui proses, kita telah dibaptis ke dalam satu Tubuh. Karena itu, untuk dibaptis ke dalam realitas ilahi yang sedemikian ini, Kristus harus menjadi Roh pemberi-hayat. Bila kita membaptis orang lain, kita harus memberi tahu mereka bahwa Allah Tritunggal sebagai Roh pemberi-hayat yang telah melalui proses berada di sekeliling mereka, dan mereka perlu dibaptis, dicelup ke dalam realitas Persona ilahi ini.

Dalam ayat 28 Paulus mengatakan bahwa di dalam Kristus "tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." Ini menunjukkan bahwa di dalam Kristus tidak ada kedudukan bagi manusia alamiah. Karena kita telah dibaptis, manusia alamiah telah diakhiri, dikubur, dan sekarang berada di liang kubur. Segala perbedaan antara suku dan kebangsaan, tingkat sosial, dan antara jenis kelamin telah ditiadakan, dan kita semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

Istilah "satu" dalam 3:28 mengandung makna yang besar. Akan tetapi, sebagian besar dari orang Kristen hari ini tidak mengalami satu ini. Kekurangan kesatuan ini dikarenakan banyaknya orang yang tidak memiliki pengalaman yang wajar dan sejati atas baptisan yang mencelup mereka ke dalam Persona Allah Tritunggal, ke dalam Kristus sebagai Roh pemberi-hayat, ke dalam kematian Kristus, dan ke dalam Tubuh Kristus. Melalui baptisan, kita yang dibaptis adalah satu di dalam Kristus. Jika kita menerima perkataan tentang baptisan yang sedemikian ini melalui mendengarkan tentang iman, maka kita akan berkata dengan yakin bahwa kita telah berada di dalam Allah Tritunggal, di dalam Kristus, dan di dalam Tubuh Kristus. Lagi pula, kita akan mengetahui bahwa kita adalah satu dengan semua orang yang telah dibaptis ke dalam Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 21

26 June 2012

Galatia - Minggu 11 Selasa


Pembacaan Alkitab: Mat. 28:19


Injil Matius dan Injil Yohanes adalah dua kitab yang di dalamnya Trinitas ilahi diwahyukan lebih sempurna daripada semua kitab lain dari Kitab Suci, agar umat pilihan Allah dapat mengambil bagian dalam Dia dan menikmati Dia. Untuk pengalaman kita atas hayat, Yohanes menyingkapkan rahasia ke-Allahan dalam Bapa, Anak, dan Roh, khususnya dalam pasal 14-16; sedangkan untuk mendirikan kerajaan, Matius mengungkapkan realitas Trinitas Ilahi dengan memberi satu nama untuk ketiganya. Dalam pasal pembuka dari Injil Matius, Roh Kudus (1:18), Kristus (Anak - 1:18), dan Allah (Bapa - 1:23) hadir di tempat untuk menghasilkan manusia Yesus (1:21), yang sebagai Yehova Juruselamat dan Allah beserta kita, Dia adalah perwujudan Allah Tritunggal. Dalam pasal 3, Matius menyajikan suatu pemandangan yang di dalamnya Anak berdiri dalam air baptisan, di bawah langit yang terbuka, Roh seperti burung merpati turun ke atas Anak, dan Bapa berkata-kata dari langit kepada Anak (3:16-17). Dalam pasal 12, Anak, dalam persona manusia, mengusir setan dengan Roh untuk mendatangkan Kerajaan Allah Bapa (12:28). Dalam pasal 16, Bapa mewahyukan Anak kepada murid-murid untuk membangun gereja, yaitu nadi kerajaan (16:16-19). Dalam pasal 17, Anak masuk ke dalam transfigurasi (17:2) dan dipertegas dengan perkataan pujian Bapa (17:5), mendatangkan suatu pameran miniatur manifestasi kerajaan (16:28). Akhirnya, dalam pasal penutup, setelah Kristus sebagai Adam terakhir melewati proses penyaliban, masuk ke dalam kawasan kebangkitan, dan menjadi Roh pumberi-hayat, Dia kembali kepada murid-murid-Nya dalam suasana dan realitas kebangkitan-Nya untuk menyuruh mereka membuat orang kafir menjadi umat kerajaan dengan membaptis mereka ke dalam nama, persona, realitas Trinitas Ilahi. Kemudian, dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat Kiriman, diungkapkan bahwa membaptis orang ke dalam nama Bapa, Anak, dan Roh adalah membaptis mereka ke dalam nama Kristus (Kis. 8:16; 19:5), dan bahwa membaptis mereka ke dalam Kristus, persona itu (Gal.3:27, Rm.6:3), karena Kristus adalah perwujudan Allah Tritunggal, dan Dia, setelah menjadi Roh pemberi-hayat (1Kor.15:45), tersedia setiap saat dan di setiap tempat, agar orang-orang bisa dibaptis ke dalam-Nya. Menurut Matius, dibaptis ke dalam realitas Bapa, Anak, dan Roh adalah untuk mendirikan Kerajaan Surga. Berbeda dengan masyarakat dunia, Kerajaan Surga tidak dapat dibentuk dengan manusia yang terdiri dari darah dan daging (I Kor, 15-50); Kerajaan Surga dapat dibentuk hanya dengan orang-orang yang masuk ke dalam kesatuan dengan Allah Tritunggal dan yang didirikan dan dibangun dengan Allah Tritunggal yang telah digarapkan ke dalam mereka. Setiap kali kita hendak membaptis orang, kita harus memberi mereka sebuah berita yang kaya, segar, dan hidup tentang arti baptisan. Melalui mendengar berita yang sedemikian, iman mereka akan dibangkitkan dan mereka akan memiliki suatu apresiasi yang wajar atas baptisan. Jangan membaptis orang yang percaya dengan cara ritualistis, yaitu menganggap baptisan hanya sebagai tindakan memasukkan orang ke dalam air sesuai dengan ajaran Alkitab. Pembaptisan semacam itu akan kekurangan realitas kesatuan yang organik. Namun, kalau orang mendengar perkataan yang kaya tentang arti baptisan dan mendengar tentang iman, mereka akan damba dibaptis. Kemudian, ketika kita membaptis mereka, kita harus menggunakan iman, nampak bahwa kita bukan hanya membaptis mereka ke dalam air, tetapi juga ke dalam realitas rohani. Tatkala kita mencelup mereka ke dalam air, kita mencelup mereka ke dalam Allah Tritunggal sebagai Roh almuhit. Ketika seseorang dibaptis ke dalam Allah Tritunggal, ia masuk ke dalam satu kesatuan organik, yang mampu mengubah seluruh dirinya. Melalui kesatuan organik kita dengan Allah Tritunggal, kita bersatu dengan Allah Tritunggal, dan Allah Tritunggal bersatu dengan kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 21

25 June 2012

Galatia - Minggu 11 Senin


Pembacaan Alkitab: Gal. 3:28


Dalam Efesus 2:15-16 Paulus berkata, "Sebab dengan kematian-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah melalui salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu." Dalam ayat-ayat ini terdapat sebuah pemikiran, yaitu bahwa semua orang yang percaya, Yahudi atau kafir, telah diperdamaikan dengan Allah di dalam satu Tubuh, dan di dalam Kristus telah diciptakan menjadi satu manusia baru. Dalam Kolose 3:10-11 Paulus berkata, "Dan telah mengenakan manusia baru yang terusmenerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Pencipta-Nya; dalam hal ini tidak ada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu."

Kita telah nampak bahwa pada akhir Galatia 3 Paulus memberi tahu kita bagaimana kita semua telah dibaptis ke dalam Kristus. Ini adalah faktor utama kita menjadi anakanak Allah dan anak-anak Abraham. Ini juga adalah faktor tercakupnya kita dalam keturunan Abraham, dan sebagai faktor tambahan yang membawa kita ke dalam kenikmatan atas berkat janji Allah oleh iman. Karena kita telah dibaptis ke dalam Kristus, sekarang kita menikmati satu kesatuan yang organik dengan Dia.

Mengenai baptisan, Perjanjian Baru mewahyukan bahwa kita telah dibaptis ke dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Mat. 28:19), ke dalam Kristus (Gal. 3:27), ke dalam kematian Kristus (Rm. 6:3), dan ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13). Kita perlu menggunakan seluruh diri kita untuk memiliki suatu pengenalan yang tepat atas baptisan yang begitu ajaib. Sangat disayangkan, banyak orang Kristen hari ini tidak memiliki pandangan yang memadai tentang baptisan. Beberapa orang Kristen berdebat tentang metode pembaptisan atau tentang air yang dipakai untuk membaptis. Ada orang yang merendahkan baptisan sebagai upacara yang mati. Lainnya menjurus ke ekstrem lain, dan menghubungkannya dengan bahasa lidah. Di antara orang Kristen hari ini, jarang kita temukan orang yang mempraktekkan baptisan dengan cara yang wajar, sejati, dan hidup, yakni membaptis orang-orang yang percaya ke dalam nama Allah Tritunggal, ke dalam Kristus, ke dalam kematian Kristus, dan ke dalam Tubuh Kristus. Baptisan ini, suatu baptisan ke dalam nama ilahi, ke dalam satu Persona hidup, ke dalam kematian yang efektif, dan ke dalam satu organisme hidup, menempatkan orang-orang yang percaya ke dalam satu posisi di mana mereka dapat mengalami satu kesatuan yang organik dengan Kristus.

Dalam menerangkan Matius 28:19 dalam buku Word Studies in the New Testament" (Pengkajian Kata dalam Perjanjian Baru), M.R. Vincent berkata, "Dibaptis ke dalam Allah Tritunggal Kudus menyiratkan persatuan yang rohani dan misterius dengan Dia." Kata penghubung yang diterjemahkan "ke dalam" dalam bahasa Yunaninya sangat penting, sebab kata itu menunjukkan kesatuan yang rohani dan mistis (rahasia). Selain itu, Vincent mengatakan bahwa kata "nama" di sini adalah "ekspresi dari total keseluruhan Persona yang ilahi ini ... kata ini memiliki arti yang sama dengan persona-Nya." Karena itu, membaptis orang-orang yang percaya ke dalam nama Allah Tritunggal berarti membaptis mereka ke dalam diri, Persona Allah Tritunggal itu sendiri. Nama menunjukkan Persona dan Persona itu adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses dan almuhit sebagai Roh pemberi-hayat. Ketika kita membaptis orang ke dalam nama Allah Tritunggal, kita membaptis mereka ke dalam Persona ilahi yang sedemikian ini. Membaptis siapa pun ke dalam nama Sang Tritunggal berarti mencelupnya ke dalam segala apa adanya Allah Tritunggal.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 21