Pembacaan Alkitab: Gal. 3:7-9
Sebagaimana hukum Taurat merupakan prinsip
dasar yang Allah gunakan untuk memperlakukan umat-Nya dalam Perjanjian Lama,
maka iman merupakan prinsip dasar yang Allah pakai untuk memperlakukan umat-Nya
dalam Perjanjian Baru. Semua orang yang menolak percaya kepada Kristus akan
binasa, sedangkan semua orang yang percaya kepada-Nya akan diampuni dari segala
dosanya dan mendapatkan hayat yang kekal. Dalam Yohanes 16:9 kita nampak betapa
Roh itu akan menginsafkan dunia tentang dosa, karena mereka tidak percaya
kepada Anak Allah. Ini menunjukkan bahwa satu-satunya dosa yang menyebabkan orang
binasa ialah ketidakpercayaan. Perintah Allah kepada semua orang berdosa ialah:
percaya kepada Anak Allah.
Dalam Perjanjian Baru, istilah iman
bersifat almuhit. Iman mencakup aspek ilahi dan insani, karena iman mengandung
sesuatu dari Allah juga dari manusia. Pada aspek Allah, istilah
"kepercayaan" atau "iman" menyiratkan Allah telah mengutus
Anak-Nya ke bumi; Kristus telah mati di kayu salib demi merampungkan penebusan;
Ia telah dikubur, dibangkitkan; dalam kebangkitan Ia telah membebaskan hayat
ilahi serta menjadi Roh pemberi-hayat – segalanya ini bertujuan supaya Ia dapat
masuk ke dalam semua orang yang percaya kepada-Nya sebagai anugerah, hayat,
kuasa, pengudusan, dan segala sesuatu mereka. Pada aspek kita, iman
bersangkutan dengan pendengaran, apresiasi, penyeruan, penerimaan, penyambutan,
penyatuan, pengambilan bagian, dan penikmatan. Selain itu, iman mencakup pula
kegembiraan, syukur, pujian, dan keluapan. Iman mendengar dan menaruh
apresiasi. Iman menyeru, menerima, dan menyambut. Iman juga mempersatukan,
mengambil bagian, menikmati, bergembira, mengucap syukur, dan memuji. Karena
itu, iman menghasilkan keluapan hayat dari batin kita.
Jika kita tidak memiliki iman, segala yang
telah dirampungkan pada pihak Allah akan tetap obyektif dan takkan berkaitan
dengan kita secara pribadi. Kita harus memiliki iman yang berfungsi sebagai
kamera yang memotret pemandangan anugerah. Iman yang beroperasi sedemikian ini
menyiratkan bahwa kita menanggapi pemandangan ilahi melalui pendengaran,
apresiasi, penyeruan, ponerimaan, penyambutan, ucapan syukur, pujian, dan
keluapan.
Iman sebenarnya adalah Allah Tritunggal
almuhit yang terinfus ke dalam diri kita. Infusi ini terjadi ketika kita berada
di bawah pemberitaan anugerah dan mendengar kata-kata anugerah. Tatkala Allah
Tritunggal yang telah melalui proses ini terinfus ke dalam kita, Ia menjadi
iman kita. Iman ini merupakan refleksi anugerah. Karena itu, anugerah dan iman,
iman dan anugerah merupakan kedua ujung dari satu perkara.
Dalam 3:6, 7, dan 9 kita nampak bahwa iman
adalah prinsip Allah memperlakukan Abraham. Ayat 9 mengatakan, "Jadi,
mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan
Abraham yang beriman itu." Di bawah perjanjian Allah, Abraham tidak
bekerja untuk menyenangkan Allah, tetapi beriman kepada-Nya.
Galatia 3:23 dan 25 mengatakan bahwa iman
telah datang. Ini merupakan ungkapan kuat yang lain. Dulu kita dijaga di bawah
hukum Taurat, tetapi sekarang iman telah datang. Ini berarti Allah Tritunggal
yang telah melalui proses telah datang. Kedatangan iman juga mencakup
kedatangan apresiasi, penerimaan, dan kegembiraan. Inilah iman yang
menggantikan hukum Taurat!
Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 19
No comments:
Post a Comment