Hitstat

31 December 2014

1 Tesalonika - Minggu 8 Rabu



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 4:9-12


Dalam ayat 9-10 Paulus melanjutkan nasihatnya kepada kaum beriman tentang kasih persaudaraan, "Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara seiman di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, Saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya." Frase"kasih persaudaraan" diterjemahkan dari kata Yunani "philadelphia", terbentuk dari kata "phileo", mengasihi (mengacu kepada kasih secara umum, seperti menaruh kasih sayang kepada), dan "adelphos", saudara. Di sini Paulus menegaskan kembali kata-katanya dalam 3:12 tentang kasih, "Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu." Penegasan atas kasih ini menunjukkan bahwa kasih adalah faktor utama dalam kehidupan orang Kristen. Menurut Galatia 5:14 dan Roma 13:10, kasih adalah penggenapan hukum Taurat. Kalau kita mengasihi orang lain, tentu kita tidak akan melakukan percabulan, mencuri, atau berbohong.

Dalam 4:11-12 Paulus menyinggung tentang hidup yang sopan: "Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka." Dalam ayat 11 Paulus memberi kita perkataan yang baik "sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang". Orang yang cerewet sangat sulit disuruh tenang. Kalau orang semacam itu dapat tenang setengah jam saja, berarti ia sudah menang.

Yang paling merusak hidup gereja adalah percabulan, kemudian iri hati, dan setelah itu orang-orang yang usil. Orang yang usil ingin sekali mengetahui segala sesuatu, padahal ia bukan apa-apa. Sebab itu, Paulus berpesan agar orang-orang yang usil berusaha untuk hidup tenang. Ini berarti mereka perlu memiliki ambisi untuk menenangkan diri mereka. Sudah tentu saya menganjurkan kaum saleh supaya lebih banyak bersekutu. Tetapi mereka yang usil, harus dianjurkan agar mengurangi aktivitasnya dan lebih banyak tenang. Mereka tidak seharusnya berusaha menjadi meja informasi gereja atau ingin tahu urusan orang lain. Sebaliknya, seperti kata Paulus, mereka seharusnya mengurusi persoalan-persoalan sendiri. Boleh jadi mereka perlu meluangkan lebih banyak waktu untuk membersihkan rumah atau menata barang-barang mereka sendiri. Mereka perlu menghindari keingintahuan urusan orang lain yang merusak hidup gereja.

Orang muda zaman sekarang suka yang aneh-aneh. Ada yang berpendapat semakin "khas" mereka, semakin hebat mereka. Mereka ingin menarik perhatian umum dengan gaya khas mereka. Namun kita harus berperilaku secara normal, sopan, dan biasa. Tetapi, dengan berbuat demikian kita bukanlah mengikuti ketentuan atau peraturan apa pun. Saya yakin bila kita ingin mengasihi Tuhan, memperhidupkan Tuhan, hidup seturut hati-Nya, pasti di batin kita terasa ada suatu tuntutan yang menghendaki kita normal dan sopan dalam segala hal yang kita lakukan. Dalam hal mengendarai mobil, tata rambut kita, pakaian kita, dan semua hal lainnya, kita akan berusaha menjaga kesopanan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 15

30 December 2014

1 Tesalonika - Minggu 8 Selasa



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 4:4-8


Tidak ada perkara yang lebih merusak manusia daripada percabulan. Menurut perkataan Paulus dalam 1 Korintus 6, percabulan menghancurkan tubuh seseorang. Dosa-dosa lain tidak dapat merusak kita secara subyektif, namun percabulan merusak tubuh kita, mencemarkan seluruh diri kita, serta membuat kita tidak kudus sama sekali. Selain itu, percabulan digunakan seteru Allah untuk merusak manusia yang Allah ciptakan demi tercapainya maksud tujuan-Nya. Sebab itu, percabulan harus ditinggalkan seluruhnya. Inilah alasan Paulus mengatakan "menjauhi percabulan" dalam 4:3. Kata "menjauhi" sangat tegas, dan menunjukkan bahwa kita harus lari menjauhi percabulan. Allah menghendaki kita tersisih sepenuhnya bagi diri-Nya, dikuduskan seluruhnya bagi pencapaian tujuan-Nya. Hal ini menuntut kita menjauhi percabulan.

Dalam ayat 4-5 Paulus meneruskan, "Supaya kamu masing-masing tahu bagaimana memiliki bejananya sendiri dan hidup di dalam kekudusan dan kehormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah" (Tl.). Memiliki bejana di sini berarti menjaga, melindungi. Tentang penafsiran "bejana" di sini, ada dua macam pendapat, yang pertama menganggap bejana ini adalah tubuh manusia, seperti yang disebut dalam 2 Korintus 4:7; yang lain menganggap bejana ini adalah istri seseorang seperti yang disebut dalam 1 Petrus 3:7. Konteks ayat ini dan ayat berikutnya, yang meliputi frase seperti "kamu masing-masing", "dalam kekudusan dan kehormatan", dan khususnya "bukan di dalam keinginan hawa nafsu", menguatkan penafsiran pendapat pertama, bukan pendapat yang kedua. Di sini rasul menganggap tubuh manusia sebagai bejana manusia, sama seperti yang dilakukan Daud dalam 1 Samuel 21:5. Dalam perkara pemakaian tubuh, Paulus dan Daud menganggap tubuh manusia sebagai bejana. Menjaga atau melindungi bejana manusia dalam kekudusan dan kehormatan, tidak mengizinkannya melampiaskan hawa nafsu adalah pelindungan terhadap perbuatan percabulan.

Percabulan selalu berkaitan dengan pelanggaran atas peraturan hubungan pernikahan. Hubungan antara pria dengan wanita telah ditetapkan oleh Allah dan di bawah peraturan-Nya yang ketat. Karena itu, hubungan antara pria dengan wanita haruslah menurut ketentuan dan peraturan Allah. Jika tidak, pasti akan timbul pelanggaran, perusakan peraturan Allah.

Dalam ayat 7 Paulus berkata, "Allah memanggil kita bukan untuk (berdasarkan) kecemaran, melainkan dalam pengudusan" (Tl.). Kecemaran dalam ayat ini ditujukan kepada hal-hal cemar seperti percabulan dan perzinaan. Ada orang mengajarkan bahwa kecemaran di sini mengacu kepada keuntungan yang tidak sah dalam bisnis, dan bahwa ayat 6 membicarakan menipu seorang saudara dalam bisnis. Namun, ajaran semacam itu tidak dapat diterima dalam konteks bagian ini, yang dimulai dari ayat 3 dengan nasihat untuk menjauhi percabulan. Sebenarnya, ayat 7 adalah kata penutup dari nasihat ini.

Ayat 8 mengatakan, "Karena itu, siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu." Ayat ini adalah kesimpulan bagian yang dimulai dari ayat 3. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Aku telah memberi kalian suatu peringatan. Jika kalian menolaknya, kalian bukan menolak aku, melainkan menolak Allah yang telah memberikan Roh Kudus-Nya kepada kalian." Roh Kudus yang diberikan Allah kepada kita adalah Sang Kudus yang menguduskan kita, menjadikan kita kudus di hadapan Allah (Rm. 15:16; 1 Ptr. 1:2; 1 Kor. 6:11).


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 15

29 December 2014

1 Tesalonika - Minggu 8 Senin



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 4:1-5


Berita ini membahas pasal 4 dari Kitab 1 Tesalonika. Dalam pasal 1 terdapat susunan dan asal mula kehidupan yang kudus bagi hidup gereja; dalam pasal 2, ada pemeliharaan terhadap kehidupan semacam ini; dan dalam pasal 3 ada peneguhan ketiga hal yang merupakan susunan dasar kehidupan ini. Setelah mengungkapkan hal-hal ini, dalam pasal 4 Paulus menginjeksikan suatu suntikan ke dalam kaum beriman untuk mencegah kuman yang paling jahat, yang merusak hidup gereja, yakni percabulan.

Percabulan berasal dari hawa nafsu. Orang tidak akan sempat melampiaskan hawa nafsunya tanpa pergaulan sosial. Pergaulan sosial adalah ladang semai percabulan. Seseorang yang kekurangan pergaulan sosial tidak terancam bahaya percabulan. Anda yang hidup sendirian dan jarang bergaul dengan orang lain, hampir tidak mungkin melakukan percabulan. Namun hidup gereja adalah kehidupan perhimpunan, kehidupan komunal (berkelompok). Dengan kata lain, hidup gereja adalah kehidupan bermasyarakat. Untuk menempuh hidup gereja, kita tidak dapat menghindar dari kehidupan berkelompok atau kehidupan bermasyarakat, yang di dalamnya kita sering berkontak satu sama lain.

Dalam 4:3 Paulus mengatakan, "Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan." Allah menghendaki umat tebusan-Nya, kaum beriman dalam Kristus, menempuh kehidupan yang kudus menurut sifat kudus-Nya, kehidupan yang seluruhnya tersisih bagi-Nya dari segala sesuatu yang bukan Dia. Demi inilah Ia menguduskan kita seluruhnya (5:23).

Pada zaman Paulus, baik di Korintus maupun di Tesalonika, kemesuman dan pelampiasan hawa nafsu merupakan hal yang umum dalam agama kafir, bahkan dikembangkan oleh penyembahan kafir. Manusia diciptakan untuk mengekspresikan Allah (Kej. 1:26). Disinggung dari tujuan ini, tidak ada perkara yang lebih merusak manusia daripada percabulan. Percabulan membuat manusia tidak kudus, tidak terpisah bagi Allah, bahkan mencemari manusia sampai puncaknya sehingga manusia tidak bisa menggenapkan maksud tujuan kudus Allah. Karena itu, rasul dengan tegas menasihati kaum beriman bukan Yahudi yang baru beroleh selamat agar mereka menguduskan diri bagi Allah, menjauhi percabulan, dosa yang paling kotor dan kasar dalam pandangan Allah, supaya mereka bisa terhindar dari perusakan dan pencemarannya.

Dalam 1 Korintus 16:20 Paulus berkata, "Sampaikanlah salam seorang kepada yang lain dengan ciuman kudus." Paulus tidak melarang orang Korintus berhubungan satu dengan yang lain, kalau melarang itu menyimpang dari perikemanusiaan. Namun, Paulus menyuruh mereka memberi salam seorang kepada yang lain dengan ciuman kudus. Perkataan yang sedemikian dituliskan karena latar belakang situasi di Korintus. Sama halnya, percabulan dipermasalahkan juga dalam 1 Tesalonika 4, mengingat lingkungan di Tesalonika. Gereja yang muda telah dibangun di tengah-tengah lingkungan yang jahat dan asusila. Mengetahui bahwa gereja di kota itu sulit menghindari masalah percabulan, maka Paulus menyampaikan peringatan tentang hal tersebut.


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 15