Hitstat

31 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 2 Kamis

Membiarkan Kristus dan Kekayaan-Nya Memenuhi Kita
Lukas 11:25-26a
Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ.

Ayat Bacaan: Luk. 11:24-26; 1 Ptr. 3:15

Terhadap pemberitaan Injil, ada orang yang menerima, tidak sedikit pula yang menolak. Dalam pandangan Tuhan, keadaan orang-orang yang menolak Injil-Nya dan tidak mau bertobat sama seperti orang yang kerasukan setan. Mereka seperti rumah yang disapu bersih dan rapi teratur, tetapi tetap dalam keadaan kosong. Mereka memperindah diri sendiri dengan hal-hal yang baik, tetapi tidak mau menerima Kristus. Mereka tidak mengijinkan Kristus masuk ke dalam mereka dan memenuhi mereka. Akibatnya, roh jahat yang tadinya mengembara di tempat yang tandus mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya masuk dan berdiam di dalam mereka (Luk. 11:26).
Pada saat kita mendengar pemberitaan Injil dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita, Iblis terusir dari dalam kita. Sejak saat itu “rumah” hati kita dibersihkan dan ditata kembali oleh Kristus. Namun tidak cukup demikian, kita perlu membiarkan Kristus menduduki dan memenuhi setiap bagian hati kita, bahkan menjenuhi seantero jiwa kita. Kita harus menguduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita (1 Ptr. 3:15).
Saudara Watchman Nee dalam bukunya yang berjudul Manusia Rohani mengatakan bahwa sasaran terbesar roh jahat adalah membuat pikiran orang Kristen tenggelam dalam keadaan kosong. Roh jahat tahu bahwa bila pikiran orang Kristen menjadi kosong, orang itu tidak akan mampu berpikir jernih dan akan kehilangan nalar dan perasaannya. Akibatnya, ia akan menerima saja ajaran atau usul roh jahat tanpa berpikir panjang lagi. Kekosongan pikiran yang demikian memberikan tumpuan kepada roh jahat.
Saudara saudari kekasih, jangan biarkan batin kita kosong, termasuk pikiran kita. Begitu kita kosong, roh jahat dapat segera datang mengganggu dan membangun tumpuan di dalam kita. Sebaliknya, kita harus senantiasa melatih roh kita untuk berseru kepada nama Tuhan dan berdoa agar Roh Kudus memenuhi kita, menjenuhi setiap bagian jiwa kita. Kita harus pandai-pandai menggunakan waktu, menebus hari-hari kita untuk dipenuhi oleh Tuhan. Jika roh dan jiwa kita dipenuhi dengan segala kekayaan Kristus, maka roh jahat sama sekali tidak memiliki tumpuan apa pun di dalam kita.

30 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 2 Rabu

Mengusir Setan Mendatangkan Kerajaan Allah
Lukas 11:20
Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.

Ayat Bacaan: Luk. 11:14-20; Kis. 1:8, 14; 4:31; Mrk. 16:17-18; 4:26

Perihal berdoa tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan kita sehari-hari, terlebih berkaitan dengan datangnya Kerajaan Allah. Ketika Tuhan di bumi dua ribu tahun yang lalu, Dia mengusir setan dengan kuasa Allah (Luk. 11:14). Tetapi sejak hari kebangkitan-Nya, Dia menghendaki gereja berdoa dengan sungguh-sungguh (Kis. 1:14; 4:31) agar kuasa dicurahkan kepada gereja untuk mengusir setan demi meluaskan Kerajaan Allah melalui pemberitaan Injil (Kis. 1:8; Mrk. 16:17-18).
Pemberitaan Injil sesungguhnya adalah suatu peperangan rohani yang melibatkan dua kerajaan, Kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Jika kita ingin Kerajaan Allah datang, maka Iblis harus dienyahkan dari bumi, dan gereja bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan Allah untuk mendatangkan Kerajaan Allah. Saudara saudari, jika kita ingin Kerajaan Allah tiba, ingin kuasa pemerintahan Allah ternyata di dunia, ingin Iblis dan kuasanya terusir, kita harus bangun bersaksi bagi Injil Kerajaan. Kita harus mengumumkan bahwa Kristus telah menghakimi penguasa dunia ini. Kini segala kerajaan, kemuliaan, dan kekuasaan adalah milik-Nya, dan di bumi Iblis tidak lagi memiliki kedudukan.
Hari ini kita mengusir setan bukan dengan cara mencari setan ke tempat-tempat tertentu lalu kita usir, tetapi dengan cara memberitakan Injil. Saat Injil diberitakan dan orang menjadi percaya, maka setan terusir. Begitu setan terusir, Kerajaan Allah datang ke dalam orang itu, sebab Kerajaan Allah adalah Kristus sendiri sebagai benih yang tertabur ke dalam manusia (Mrk. 4:26).
Agar pemberitaan Injil kita penuh dengan kuat kuasa dan agar setan terusir, maka kita perlu sehati berdoa untuk kegairahan memberitakan Injil, berdoa untuk kekuatan Injil, berdoa untuk kebenaran Injil, berdoa untuk pimpinan pemberitaan Injil, berdoa untuk teman Injil, berdoa untuk sarana pemberitaan Injil, berdoa untuk setiap Alkitab, mohon Tuhan memberkatinya, juga mohon Tuhan memberkati setiap traktat Injil. Kita perlu berdoa untuk melawan muslihat orang kuat itu, supaya Tuhan membelenggu orang kuat itu, supaya semua jiwa yang berada di tangannya bisa mendapatkan kelepasan. Semoga dalam hal ini Tuhan menggerakkan hati kita untuk lebih banyak berdoa bagi Injil.

29 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 2 Selasa

Bapa Tidak Mungkin Salah Memberi
Lukas 11:13
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

Ayat Bacaan: Lukas 11:9, 13

Karena kita kurang mengenal Allah dan kehendak-Nya, maka dari sekian banyak doa-doa kita, mungkin ada beberapa doa yang salah. Walau demikian, Allah tahu apa yang terkandung dalam hati kita, dan Dia tidak mungkin salah dalam hal menjawab doa kita, sebab Dia adalah Allah yang penuh hikmat. Adakalanya kita salah meminta, Dia masih menjawab dengan benar. Adakalanya kita meminta batu, karena menganggapnya sebagai roti; meminta ular, karena menganggapnya sebagai ikan; tetapi Allah tetap memberi roti, memberi ikan, memberi barang yang benar, barang yang lebih baik kepada kita, bahkan memberikan Roh Kudus kepada kita (Luk. 11:13).
Adakalanya ketika kita belum berdoa, Allah sudah menjawabnya. Adakalanya ketika kita sedang berdoa, Allah menjawabnya. Adakalanya Allah menunggu lama, baru menjawab doa kita. Ketika menunggu seolah-olah Dia tidak menghiraukan doa kita, tetapi akhirnya Dia menjawab doa kita. Waktu Dia menjawab doa, berada dalam tangan-Nya. Kalau Dia melihat lebih baik cepat, lalu cepat menjawab; kalau Dia melihat lebih baik lambat, lalu lambat menjawab. Kapan DIa menjawab doa kita, itu sepenuhnya tergantung Dia.
Sering kali berdoa kalau hanya meminta masih kurang, perlu mencari; adakalanya mencari saja masih kurang, perlu juga mengetuk (Luk. 11:9). Meminta menitikberatkan pada mendapatkan berkat Tuhan, mencari diri Tuhan sendiri, mengetuk menitikberatkan pada masuk ke dalam penyertaan Tuhan. Pada permulaan, doa adalah meminta, meminta berkat Tuhan; lewat beberapa waktu yang lalu mencari, mencari Tuhan sendiri; terakhir perlu mengetuk, masuk ke dalam penyertaan Tuhan. Berdoa selalu mulai dari berkat Tuhan, menjamah diri Tuhan dan memasuki penyertaan Tuhan.
Terakhir, agar doa-doa kita dikabulkan oleh Allah, kita harus menanggulangi dosa. Dosa adalah penghalang terbesar bagi pengabulan doa kita (Mzm. 66:18). Yesaya 59:2 mengatakan, “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” Bila kita demikian menanggulangi dosa, niscaya doa-doa kita tidak terhalang.

28 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 2 Senin

Mintalah, Maka Akan Diberikan Kepadamu
Lukas 11:9
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Ayat Bacaan: Luk. 11:6-10; Yak. 4:3

Dalam mengajari murid-murid-Nya tentang hal berdoa, Tuhan mewahyukan diri-Nya sebagai seorang sahabat (Luk. 11:6-8). Tahukah Anda bahwa tatkala kita berdoa meminta sesuatu hal keperluan kita, sesungguhnya kita sedang meminta kepada seorang Sahabat? Seorang sahabat tentu tidak menakutkan, dan kita tidak perlu segan meminta sesuatu hal keperluan kepadanya. Dengan mewahyukan diri-Nya sebagai Sahabat, Tuhan ingin menunjukkan bahwa Dia selalu tersedia bagi kita, kapan pun kita bisa datang kepada-Nya, dan kita tidak perlu segan meminta apa yang kita perlukan. Kalau sahabat kita yang di dunia saja mau menolong kita, bukankah terlebih lagi Sahabat kita yang di surga?
Selanjutnya Tuhan berjanji, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” (Luk. 11:9-10). Tuhan berjanji, bila kita meminta, ia akan memberikan kepada kita. Sebab itu, doa mendapat jawaban bukan karena kita menangis sehingga hati Tuhan menjadi lunak, lalu menjawab permintaan kita; melainkan Dia sudah berjanji kepada kita akan berbuat demikian. Kita harus memegang janji-Nya sebagai dasar doa kita. Orang yang meminta menerima, yang tidak meminta tidak menerima apa-apa. Jadi, berdoa adalah syarat yang diperlukan bagi kita untuk mendapatkan anugerah dan berkat Allah.
Walau Tuhan berjanji memberi bagi mereka yang meminta, namun Tuhan tidak dapat mengabulkan doa yang salah (Yak. 4:3). Salah berdoa berarti meminta sesuatu melampaui kebutuhan kita, atau melampaui kekurangan kita yang sesungguhnya. Jika ada keperluan, kita boleh berdoa kepada Allah, tetapi kalau keperluan kita hanya sebanyak itu, kita harus meminta sebanyak itu pula. Bila kita meminta lebih dari yang kita perlukan, itu berarti kita salah berdoa. Jika kita seenaknya meminta ini dan itu, niscaya tidak akan dikabulkan oleh Allah. Setiap orang Kristen harus belajar berdoa dalam kesungguhan menurut kebutuhan mereka yang sebenarnya, bukan menuruti hawa nafsu.

27 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 2 Minggu

Tuhan, Ajarlah Kami Berdoa!
Lukas 11:1
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, ...”

Ayat Bacaan: Luk. 11:2-4; Pkh. 5:1; Yoh. 12:27-28; Ef. 1:4; 1 Ptr. 4:15-16; Rm. 14:17

Sebenarnya, tidak ada seorang pun dari kita yang bisa berdoa. Sebab itu, kita harus minta Tuhan mengajari kita berdoa (Luk. 11:1). Kita datang ke hadapan Tuhan membuka mulut berdoa, jangan menurut ketentuan kita, jangan menurut maksud hati kita, jangan menurut kecenderungan hati kita; harus menaruh diri kita di hadapan Tuhan, dengan tenang menantikan Tuhan melalui Roh-Nya mengajar kita bagaimana berdoa.
Seringkali kita tidak tahu bagaimana berdoa dan harus mendoakan apa. Namun asal kita mau melatih roh kita berseru kepada Tuhan, di dalam kita segera merasakan sesuatu, lalu berdoalah menurut apa yang kita rasakan itu. Kalau kita berdoa menurut perasaan yang di dalam ini, berarti kita berdoa menurut ajaran dan pimpinan Roh Tuhan yang diberikan kepada kita.
Doa rohani yang sejati adalah meminta Allah menggenapkan kehendak-Nya. Sebab itu kita tidak boleh berdoa menurut kehendak sendiri, harus meminta menurut kehendak Allah. Kita harus dengan tenang menunggu, menurut perasaan yang Allah berikan di dalam roh kita berdoa (Pkh. 5:1; lih. Yoh. 12:27-28).
Dalam Lukas 11:2 Tuhan memberikan teladan doa kepada kita. Pertama, kita perlu berdoa agar nama Bapa dikuduskan dan kerajaan-Nya datang (Luk. 11:2). Dikuduskan berarti dipisahkan dan berbeda dari semua yang umum (Ef. 1:4). Agar nama-Nya dikuduskan, kita harus mengekspresikan Dia dalam kehidupan kita. Caranya, setiap hari kita perlu dijenuhi dengan sifat kudus-Nya (1 Ptr. 4:15-16). Kemudian kita juga perlu berdoa agar kerajaan surgawi Bapa didatangkan ke bumi (Luk. 11:2). Kerajaan ini penuh dengan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di dalam Roh Kudus (Rm. 14:17).
Kedua, kita perlu berdoa bagi keperluan kita. Allah sebagai Bapa kita tidak ingin umat-Nya kuatir tentang hari besok ; Dia ingin kita hidup oleh iman, memiliki kehidupan yang saling mengampuni, kehidupan yang dilepaskan dari hal-hal yang jahat. Kita harus meminta kepada Bapa untuk tidak membawa kita ke dalam pencobaan tetapi dilepaskan dari yang jahat (Luk. 11:3-4). Kita perlu memiliki doa yang seimbang. Di satu aspek, kita berdoa untuk keperluan kita, di aspek lain, kita tidak boleh melupakan kehendak Tuhan.

26 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 1 Sabtu

Memilih Bagian yang Terbaik
Lukas 10:41-42
Tetapi Tuhan menjawabnya: ”Marta, Marta, Engkau kuatir dan menyusahkan dirimu dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Ayat Bacaan: 10:38-42; Yes. 30:15

Maria telah memilih bagian terbaik, yaitu bersekutu dengan Tuhan. Tuhan menghendaki Marta belajar seperti saudaranya dalam hal ketenangan yang di dalam, bukan dalam hal mengurus pekerjaan di luar. Di luaran, kita boleh jadi sibuk seperti Marta, tetapi di batin kita, harus belajar menjadi seperti Maria yaitu mutlak bersatu dengan Tuhan. Walaupun di luar kita sibuk mengerjakan hal-hal, tetapi di dalam batin kita harus senantiasa bersekutu dengan Tuhan dalam ketenangan.
Kemah Allah dalam Perjanjian Lama terbagi atas pelataran luar, ruang kudus dan ruang maha kudus. Keadaan di pelataran luar sangat sibuk, ada orang yang membawa persembahan-persembahan, ada pula orang-orang Lewi yang menyembelih kambing domba. Dalam sehari entah berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melakukan semua itu. Namun, bagaimanakah keadaan di dalam ruang maha kudus? Walaupun sepanjang hari di pelataran luar banyak orang, tetapi di ruang maha kudus sangat senyap. Di pelataran luar boleh gaduh, tetapi di ruang maha kudus sedikit pun tidak terpengaruh, sangat tenang. Tubuh kita boleh sibuk melayani atau bekerja, tetapi roh kita harus penuh perhentian dan damai sejahtera. Inilah kehidupan orang Kristen.
Kita, orang-orang Kristen, seharusnya hidup dalam suasana doa yang berkesinambungan. Bukan juga pagi-pagi bangun berdoa, kemudian ketika bekerja tidak berdoa lagi. Karena kita mau hidup di hadapan Tuhan, maka meskipun di luar sibuk bekerja, di dalam tetap mempunyai persekutuan dengan Tuhan. Memang kita perlu mempunyai doa pada waktu-waktu tertentu, membaca Alkitab pada waktu-waktu tertentu; tetapi selain waktu-waktu tersebut, roh di dalam kita haruslah tetap bersekutu dengan Tuhan.
Kita harus ingat bahwa kekuatan kehidupan kita mutlak tergantung pada persekutuan antara roh kita dengan Tuhan. Kegagalan kita dalam kehidupan ini ialah begitu kita sibuk, segera di dalam kita timbul perasaan kacau. Kita harus tahu, perhentian adalah kekuatan hidup kita. Firman Allah mengatakan, “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” (Yes. 30:15).

25 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 1 Jumat

Hanya Satu Saja yang Perlu!
Lukas 10:41-42
Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Ayat Bacaan: Luk. 10:38-42; 2 Tes. 3:10

Tuhan berkata bahwa hanya satu saja yang perlu! Marta memang telah melakukan banyak hal, tetapi Tuhan berkata bahwa hanya satu saja yang perlu, tidak banyak. Anda merencanakan ini, merencanakan itu, melakukan ini, melakukan itu, seolah-olah telah bekerja begitu banyak. Tetapi hanya satu saja yang perlu! Saudara saudari, sebenarnya apakah keperluan yang hanya satu ini? Keperluan yang hanya satu ini ialah Kristus yang telah dipilih oleh Maria. Bagaimana kita dapat memperoleh keperluan yang hanya satu ini? Caranya ialah dengan tenang dan diam di hadapan Tuhan, seperti apa yang telah dilakukan Maria.
Setiap orang Kristen harus bekerja. Alkitab menampakkan kepada kita, jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2 Tes. 3:10). Tetapi ketika kita bekerja, di dalam kita sering tidak ada perhentian, malahan seakan-akan kita telah melupakan Tuhan. Sepanjang hari sibuk, tidak dapat dengan baik-baik berdoa di hadapan Tuhan, tidak dapat dengan baik-baik membaca firman Allah. Jerih payah kita, pelayanan rohani kita, membantu saudara ini, membantu saudari itu, memang motivasi pekerjaan kita semua untuk Tuhan, tetapi akhirnya, hati kita menjadi kacau, dalam kita penuh kekhawatiran dan keresahan. Di sinilah kesulitannya, yaitu banyak hal yang dapat membuat kita lupa akan Tuhan, membuat kita kendur. Dengarlah Tuhan berkata, hanya satu saja yang perlu! Hal ini adalah “berhenti” di hadapan Tuhan, dipuaskan oleh diri Tuhan.
Dalam sejarah gereja, tercantum sebuah nama yaitu Saudara Lawrence, seorang juru masak. Sepanjang hari ia harus menyiapkan makanan untuk banyak orang. Seandainya kita dalam kedudukan Saudara Lawrence, kita tentu akan begitu sibuk sehingga mungkin kehilangan persekutuan dengan Allah. Tetapi persekutuan batiniah antara Saudara Lawrence dengan Allah sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan yang di luar. Oh, dia sungguh seorang yang mengenal bagaimana diam bersama Allah. Di luar dia selalu sibuk, tetapi di dalam dia senantiasa duduk di bawah kaki Tuhan. Di luar mungkin banyak sekali hal yang harus dikerjakan, tetapi di dalam sedikit pun tidak terganggu oleh hal-hal di luar tersebut. Inilah pengalaman rohani yang paling berharga.

24 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 1 Kamis

Duduk Dekat Kaki Tuhan dan Mendengarkan Dia
Lukas 10:39b-40a
Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani.

Ayat Bacaan: Luk. 10:38-42; Yoh. 12:1; 1 Sam. 15:22; Pkh. 5:1.

Setelah membantu seorang ahli Taurat mengenal dirinya sendiri dan mengenal siapakah Tuhan (Luk. 10:25-37), maka Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan dan tibalah mereka di sebuah kampung. Di sana seorang perempuan bernama Marta menerima Dia di dalam rumah-Nya (Luk. 10:38). Sementara Marta sibuk melayani ini dan itu, saudara Marta yang bernama Maria duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Situasi ini membuat Marta kesal dan berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku” (Luk. 10:40).
Bagaimanakah reaksi Tuhan terhadap Marta? Tuhan berkata, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya” (Luk. 10:41-42). Di sini kita nampak bahwa Tuhan lebih menyukai orang-orang yang diselamatkan-Nya dan yang mengasihi-Nya mendengarkan Dia, supaya mereka dapat mengenal keinginan-Nya, daripada melakukan banyak hal bagi-Nya tanpa mengetahui kehendak-Nya (1 Sam. 15:22; Pkh. 5:1). Itulah sebabnya Tuhan berkata bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari pada-Nya.
Setelah diselamatkan oleh Tuhan dan dibawa masuk ke dalam kehidupan gereja, biasanya reaksi alamiah kita adalah ingin melakukan ini dan itu bagi Tuhan. Kita merasa berhutang kepada Tuhan atas karunia keselamatan-Nya, lalu ingin melakukan banyak hal untuk membalas budi baik-Nya. Apakah sikap ini salah? Tidak sepenuhnya salah. Namun masalahnya, seringkali kita ingin melakukan ini dan itu bagi Tuhan menurut konsepsi kita sendiri, tanpa lebih dulu mengenal keinginan atau kehendak Tuhan bagi kita.
Tuhan ingin, sebelum kita melakukan apa pun, harus lebih dahulu menyediakan waktu duduk di dekat kaki-Nya, baik-baik mendengarkan perkataan-Nya dengan seksama, sehingga kita mengenal isi hati-Nya, mengenal kehendak-Nya, dan mengenal jalan-Nya. Pengenalan yang demikian akan membuat pelayanan kita diperkenan oleh-Nya dan bernilai di hadapan-Nya.

23 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 1 Rabu

Merawat dan Membawa Kita ke Penginapan
Lukas 10:34b
Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Ayat Bacaan: Luk. 10:34; 1 Kor. 1:7; 1 Yoh. 2:27; 2 Kor. 3:17-18; Ef. 4:23; Tit. 3:5

Minyak dan anggur yang orang Samaria tuangkan ke atas luka-luka orang yang dirampok, dipukuli, dan ditinggalkan setengah mati itu, melambangkan Roh Kudus dan hayat ilahi yang Tuhan curahkan ke dalam kita. Roh Kudus dan hayat ilahi adalah karunia awal yang diterima oleh semua kaum beriman (1 Kor. 1:7). Roh yang Tuhan curahkan juga adalah Roh yang mengurapi kita (1 Yoh. 2:27), memerdekakan kita (2 Kor. 3:17), mengubah kita (2 Kor. 3:18), memperbarui kita (Ef. 4:23; Tit. 3:5), dan menguduskan kita (1 Ptr. 1:2; 2 Tes. 2:13).
Penyelamatan orang Samaria yang murah hati itu tidak hanya berhenti pada membalut dan menyirami luka-luka dengan minyak dan anggur, tetapi juga membawa orang yang malang itu ke dalam penginapan (Luk. 10:34). Bayangkan apa jadinya bila orang yang malang itu tetap dibiarkan terbaring di pinggir jalan, bukankah dia akan kepanasan di bawah terik matahari, atau kehujanan, kedinginan, dan tanpa perlindungan? Tetapi puji Tuhan, dalam keselamatan-Nya, Tuhan tidak meninggalkan kita di pinggir jalan. Dia membawa kita ke penginapan, yang melambangkan kehidupan gereja.
Gereja adalah sebuah “penginapan” yang melaluinya Tuhan merawat kita lebih lanjut. Mengapa Dia harus membawa kita ke dalam kehidupan gereja? Sebab hanya di dalam kehidupan gerejalah kita dapat secara riil mengalami kelimpahan Roh itu yang mengurapi, memerdekakan, mengubah, memperbarui, dan menguduskan kita. Selain itu, di dalam gereja kita mendapatkan perlindungan rohani yang terbaik sampai Tuhan datang kembali.
Lukas 10:35 mengatakan, “Keesokan harinya ia mengeluarkan dua dinar dan memberikan kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.” Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan memberkati gereja, memberikan karunia kepada gereja, untuk merawat orang berdosa yang baru diselamatkan. Apabila pada zaman ini gereja “membelanjakan” lebih banyak dari apa yang Tuhan beri, maka Tuhan akan menggantinya pada waktu Dia datang kembali. Haleluya, kita patut memuji Tuhan atas karya penyelamatan-Nya yang ajaib atas kita!

22 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 1 Selasa

Membalut Luka dan Menyiraminya dengan Minyak dan Anggur
Lukas 10:34
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Ayat Bacaan: Luk. 10:34-35; Ef. 2:12; Rm. 7:9-11, 24; Mzm. 147:3; Mat. 9:17; Yoh. 2:9

Karena semua manusia telah jatuh dalam dosa dan meninggalkan Allah (Ef. 2:12), maka dapat dikatakan bahwa semua umat manusia terluka. Luka-luka ini berasal dari dosa yang menekan kita hari demi hari. Setiap dosa yang kita lakukan, tidak hanya berpotensi melukai orang lain, tetapi juga diri sendiri. Kesalahan orang lain terhadap kita juga seringkali menimbulkan luka. Bahkan, kelemahan dan kegagalan kita dalam memenuhi tuntutan hukum Taurat juga telah menyebabkan luka (Rm. 7:9-11). Sebab itu Paulus berseru, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Rm. 7:24).
Lukas 10:34 memberitahu kita bagaimana Tuhan Yesus merawat kita. Pertama-tama, Dia membalut luka-luka kita. Pemazmur mengatakan, “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (Mzm. 147:3). Tidak hanya itu, Dia pun menyirami luka-luka kita dengan minyak dan anggur yang melambangkan Roh Kudus dan hayat ilahi (Mat. 9:17; Yoh. 2:9). Tindakan Tuhan ini menunjukkan standar moralitas yang tinggi dalam kasih karunia-Nya yang menyelamatkan orang berdosa.
Adakah luka yang belum sembuh di dalam Anda? Mungkin pasangan Anda pernah melukai Anda, atau orang yang Anda percayai malah mengkhianati Anda. Selang beberapa tahun, luka itu masih belum lagi mengering sebab Anda belum bisa mengampuni orang yang bersalah kepada Anda. Ditambah lagi, dunia yang dahulu Anda harapkan, ternyata makin mengecewakan Anda. Yang paling berat, hati nurani terus-menerus menuduh Anda atas dosa-dosa, kelemahan, dan kegagalan yang pernah Anda lakukan. Lihatlah, sekujur batin Anda penuh luka. Siapakah yang mampu menyembuhkan Anda dari luka-luka sebanyak itu? Tidak ada, kecuali Tuhan sendiri.
Saudara saudari kekasih, jangan biarkan luka demi luka mendera manusia batiniah kita. Kita perlu datang kepada Tuhan dan berdoa, “Tuhan, balutlah luka-lukaku. Tuangkanlah Roh Kudus dan hayat-Mu agar aku sembuh.” Puji Tuhan, hari ini Roh Kudus dan hayat ilahi ada di dalam firman (Yoh. 6:63). Melalui rawatan firman kudus-Nya, luka-luka kita disembuhkan.

21 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 1 Senin

Siapakah Sesamaku Manusia yang Dapat Menolongku?
Lukas 10:33
Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

Ayat Bacaan: Luk. 10:30-34; 19:10

Dari perumpamaan yang Tuhan sampaikan tentang seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho (Luk. 10:30), jelaslah bahwa pertanyaan ahli Taurat tentang siapakah sesamanya manusia yang perlu ia kasihi itu salah besar. Ia tidak bisa mengasihi siapa pun, menolong dirinya sendiri pun ia tidak sanggup. Seharusnya ia sadar akan kemalangannya dan bertanya kepada Tuhan, “Siapakah sesamaku manusia yang dapat menolong aku?”
Untuk mewahyukan diri-Nya sebagai Penolong sejati, Tuhan Yesus kemudian mengisahkan, “Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan” (Luk. 10:31-32). Imam adalah orang yang seharusnya memperhatikan umat Allah dengan mengajarkan hukum Allah kepada mereka (Ul. 33:10), namun ia pun sedang “turun” ke jalan yang sama. Karenanya, ia tidak dapat memberikan bantuan apa pun kepada orang yang malang itu. Seorang Lewi seharusnya adalah orang yang menolong umat Allah dalam penyembahan mereka kepada Allah (Bil. 1:50), namun ia pun sedang berjalan “turun” ke jalan yang sama. Karena itu dia juga tidak dapat memberikan bantuan apa pun kepada orang yang hampir mati itu.
Siapakah yang dapat menolong orang yang malang dan hampir mati itu? Tuhan Yesus kemudian berkata, “Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur” (Luk. 10:33-34a). Seorang imam dan seorang Lewi hanya bisa melihat orang itu dari kejauhan tanpa bisa berbuat apa-apa, tetapi orang Samaria itu (Tuhan Yesus) tidak hanya melihat, ia bahkan berbelas kasihan dan bertindak. Dialah penolong yang sejati!
Hati yang berbelas kasihan dan perhatian yang lemah lembut dari orang Samaria ini menggambarkan perjalanan ministri Tuhan Yesus dalam mencari dan menyelamatkan orang yang berdosa (Luk. 19:10). Pelayanan-Nya yang demikian tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga menyelamatkan kita.

20 December 2008

Lukas Volume 4 - Minggu 1 Minggu

Berjalan Turun dari Yerusalem ke Yerikho
Lukas 10:30
Jawab Yesus: ”Adalah seorang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya dan sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.”

Ayat Bacaan: Luk. 10:25-37; Ibr. 7:2; Yos. 6:26; 1 Kor. 15:56; Rm. 7:11-13

Dalam pemberitaan Injil-Nya, Tuhan Yesus seringkali menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk mewahyukan perkara-perkara rohani. Dalam Lukas 10:25-37 tercatat bagaimana Tuhan menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat yang mencobai-Nya dengan perumpamaan yang menggambarkan diri-Nya sendiri sebagai orang Samaria yang murah hati dengan moralitas yang tertinggi. Ahli Taurat itu bertanya seputar apa yang harus dia lakukan agar beroleh hidup yang kekal. Walaupun ahli Taurat itu sudah tahu jawabannya (Luk. 10:27-28), namun ia berusaha membenarkan diri sendiri dan bertanya kepada Tuhan, “Dan siapakah sesamaku manusia?” (Luk. 10:29).
Tuhan Yesus kemudian menyampaikan sebuah perumpamaan, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya dan sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati” (Luk. 10:30). Seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho pastilah mengacu kepada ahli Taurat itu. Dia turun dari Yerusalem, kota damai sejahtera (Ibr. 7:2), menuju ke Yerikho, kota yang terkutuk (Yos. 6:26). Dalam perjalanan menurun itu, ia mengalami pengalaman yang mengerikan.
Sampai di sini, kita bisa mengajukan sebuah pertanyaan: Dalam pengalaman rohani kita, seberapa seringkah kita pergi meninggalkan “kota damai sejahtera” kita (tempat kediaman Allah di dalam roh) dan pergi ke “kota yang terkutuk” (dunia)? Ketahuilah bahwa dalam perjalanan menurun ini, hukum Taurat sama sekali tidak dapat menolong kita, sebaliknya malah memukul, merampok, dan mematikan kita (1 Kor. 15:56; Rm. 7:11-13).
Seringkali kita merasa kehilangan sukacita, damai sejahtera, bahkan tidak ada kekuatan rohani. Terhadap daya tarik dosa dan dunia, kita seolah tak berdaya. Mengapa? Sebab pada saat itu tanpa sadar kita sedang berjalan menurun ke “Yerikho”, yakni meninggalkan persekutuan dengan Tuhan di dalam roh kita. Saudara saudari kekasih, apa pun situasi kita, janganlah meninggalkan persekutuan kita dengan Tuhan (1 Kor. 1:9). Kediaman Allah hari ini adalah di dalam roh kita (Ef. 2:22; 1 Kor. 3:16), dan di sanalah kita harus menetap.

19 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 4 Sabtu

Walau Ditolak Namun Bergembira di Dalam Roh
Lukas 10:21
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa,
itulah yang berkenan kepada-Mu.”


Ayat Bacaan: Luk. 10:13-14, 21; Kej. 14:19 22

Walaupun dalam pemberitaan Injil-Nya Tuhan Yesus mengalami penolakan (Luk. 10:13-15), namun Dia tidak kecewa dan putus asa, melainkan bergembira di dalam Roh Kudus (Luk. 10:21). Dalam kegembiraan-Nya, Dia memuji Bapa, Tuhan langit dan bumi. Sebutan “Bapa” mengacu kepada hubungan Bapa dengan Dia (Putra), sedangkan sebutan “Tuhan langit dan bumi” mengacu kepada hubungan Allah dengan alam semesta. Ketika di bumi ada seorang manusia yang berdiri bagi Allah, maka Allah disebut sebagai Yang empunya langit dan bumi (Kej. 14:19, 22).
Selanjutnya Putra memuji Bapa karena Dia telah “menyembunyikan” semuanya itu (wahyu tentang Bapa dan Putra) dari orang bijak dan orang pandai, dan menyatakannya kepada orang kecil. “Orang bijak dan orang pandai”, mengacu kepada orang yang menganggap diri sendiri bijak dan pandai. Jika kita ingin menerima wahyu tentang Bapa dan Putra, kita tidak boleh menganggap diri sendiri bijak dan pandai. Sebaliknya, kita perlu dengan rendah hati menganggap diri sendiri seperti bayi-bayi, seperti orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan, sebab Bapa berkenan mewahyukan pengenalan akan Putra dan Bapa kepada anak-anak kecil (orang kecil, LAI).
Di satu sisi, Tuhan mengalami penolakan oleh penduduk Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum karena Injil-Nya (Luk. 10:13-14), tetapi di sisi yang lain, Dia bergembira di dalam Roh Kudus. Yang membuat Tuhan gembira bukan orang atau situasi sekitar, tetapi wahyu Bapa (Luk. 10:21). Pada saat yang paling menyulitkan, paling bisa membuat orang putus asa, Dia tetap menjunjung tinggi kehendak Allah dan bersukacita karenanya. Tuhan Yesus mendapatkan perhentian bersandarkan hubungan antara dirinya dengan Bapa.
Saudara saudari terkasih, asal ada perkenan dan pujian Bapa, cukuplah. Tidak peduli bagaimana perlakuan orang terhadap kita, tidak seharusnya mengusik batin kita. Asal kita telah melakukan kehendak Bapa seturut dengan jalan dan rencana-Nya, kesulitan apa pun tidak seharusnya menenggelamkan roh kita. Situasi di sekeliling kita bisa berubah, orang-orang juga bisa berubah, tetapi kasih setia dan rahmat Tuhan langit dan bumi mustahil berubah.

18 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 4 Jumat

Hasil Pengutusan 70 Murid
Lukas 10:17-18
Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”

Ayat Bacaan: Luk. 10:17-18; Kis. 26:18; Kol. 1:13

Apa yang dilakukan oleh murid-murid kelihatannya sederhana, yakni memberitakan Injil dari rumah ke rumah, menyembuhkan orang sakit, mengumumkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Luk. 10:5-11). Tetapi dampak dari pengutusan itu sangat dahsyat. Penginjilan yang dilakukan oleh 70 murid Tuhan telah menimbulkan kekalahan yang besar bagi musuh Allah. Tuhan berkata, “...Iblis jatuh seperti kilat dari langit” (Luk. 10:18).
Janganlah meremehkan pemberitaan Injil. Pemberitaan Injil adalah perang terbuka antara murid-murid Tuhan dengan Iblis beserta pengikutnya. Pada tahun 1949, di seluruh China daratan, hanya terdapat kurang dari empat juta orang Kristen. Ketika komunis merebut kekuasaan, mereka melakukan segala upaya untuk menentang, menghalangi, dan menganiaya setiap orang yang ingin benar-benar menjadi orang Kristen. Walaupun demikian, hari ini sedikitnya ada lebih dari lima puluh juta orang Kristen di China daratan. Ini menunjukkan kemenangan yang telah diraih oleh Injil di sana selama enam puluh tahun belakangan ini. Melalui generasi demi generasi, Injil telah maju bersama Kristus sebagai Pemenang. Karena itu, kita tidak ada alasan untuk tidak memberitakan Injil.
Karena ada peperangan antara Kerajaan Allah dengan kerajaan Iblis, maka semua pekerjaan rohani yang kita lakukan bagi Allah adalah suatu peperangan. Memberitakan Injil, menurut Kisah Para Rasul 26:18 adalah membebaskan orang dari kuasa Iblis. Kolose 1:13 juga mengatakan bahwa, “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang terkasih.” Dilepaskan dari kuasa kegelapan adalah dilepaskan dari kuasa Iblis atau kerajaan Iblis. Itulah sebabnya Iblis tidak suka kita memberitakan Injil, bahkan ia berusaha sekuatnya mencegah kita.
Tujuh puluh murid pergi memberitakan Injil, setan-setan takluk dan Iblis jatuh dari langit. Bayangkan apa yang akan terjadi jika semua orang Kristen bangun memberitakan Injil, bukankah Iblis akan hancur? Hari ini Iblis masih terlalu leluasa membelenggu dan membutakan manusia karena terlalu sedikit murid-murid Tuhan yang mau keluar memberitakan Injil. Karena itu, mari kita bangun dari tidur kita, mari kalahkan Iblis dengan keluar memberitakan Injil.

17 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 4 Kamis

Jangan Takut Ditolak
Lukas 10:16
Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.

Ayat Bacaan: Luk. 10:6, 10-16

Mengapa banyak anak-anak Allah (murid-murid Tuhan) takut atau enggan memberitakan Injil? Kalau kita bertanya kepada mereka, tentu kita akan menjumpai berbagai jenis alasan. Namun dibalik berbagai alasan tersebut, sebenarnya hanya ada satu alasan mengapa enggan memberitakan Injil, yaitu takut ditolak. Sebenarnya setiap kita memiliki masalah tersebut. Menurut pilihan alamiah kita, kita lebih senang bila orang menerima kita, mendengarkan pemberitaan kita dengan baik. Tetapi Tuhan berkata, “Barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” (Luk. 10:16b).
Dalam Lukas 10:10-16 kita nampak keseriusan hal menolak orang-orang yang diutus oleh Manusia-Penyelamat. Mengenai kota yang menolak orang-orang yang diutus oleh Tuhan, Dia berkata, “Aku berkata kepadamu: Pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.” Ini menunjukkan bahwa menolak orang-orang yang diutus Tuhan akan mendatangkan lebih banyak hukuman daripada yang ditimpakan atas Sodom.
Kalau kita memberitakan Injil dan orang menolak kita, sebenarnya mereka bukan menolak kita, tetapi menolak Tuhan sendiri karena Dialah yang mengutus kita pergi. Pemberitaan Injil adalah suatu peperangan rohani. Sebelum kita pergi memberitakan, Iblis biasanya akan menakut-nakuti kita dengan pikiran bahwa kita akan ditolak. Iblis berusaha membohongi kita dengan kekuatiran kalau-kalau orang yang kita Injili akan menolak atau memarahi kita. Iblis berusaha sekuatnya agar kita tidak jadi pergi. Saudara saudari, jangan tertipu oleh dusta Iblis ini. Ingat, di luar sana tuaian sudah menguning! Perkataan Tuhan inilah yang paling benar. Kita harus percaya perkataan Tuhan ini.
Tuhan juga berkata bahwa jika orang menolak kita, damai sejahtera yang Tuhan berikan akan kembali kepada kita (Luk. 10:6). Penolakan tidak akan mendatangkan kerugian bagi kita, malah membuat damai sejahtera Tuhan semakin melimpahi kita. Karena itu, janganlah takut memberitakan Injil, jangan takut ditolak orang. Kalau Tuhan berkata tuaian banyak dan sudah menguning, berarti memang demikian. Kita perlu dengan iman, pergi menuai tuaian itu.

16 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 4 Rabu

Diutus untuk Menuai Tuaian
Lukas 10:2
Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Ayat Bacaan: Luk. 10:1-2; Yoh. 4:35

Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya bukannya tanpa tujuan. Dia mengutus mereka untuk satu tujuan, yaitu menuai tuaian. Tetapi sebelum Tuhan mengutus mereka, Ia terlebih dahulu menyuruh mereka meminta kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Meminta di sini berarti berdoa. Sebagai murid-murid Tuhan hari ini, kita pun perlu memanjatkan doa yang sama, meminta Tuhan mengirimkan pekerja-pekerja untuk menuai tuaian. Ketahuilah, doa yang demikian pasti dijawab oleh Tuhan, karena begitu kita berdoa, Tuhan akan segera mengutus kita pergi memberitakan Injil, menuai tuaian. Prinsipnya, siapa yang berdoa meminta pekerja-pekerja, maka dialah yang diutus.
Memberitakan Injil, selain disebut menabur, juga disebut menuai. Menabur dititikberatkan pada menyebarkan Injil Tuhan; menuai dititikberatkan pada menerima jiwa-jiwa. Menerima jiwa, sebagaimana halnya menerima tuaian ke dalam lumbung. Orang yang akan ditolong oleh Tuhan, ialah tuaian yang akan dituai oleh Tuhan. Oleh sebab itu, kita seharusnya terdorong untuk memberitakan Injil, untuk menuai jiwa-jiwa. Tuhan tidak memberi amanat ini kepada malaikat-malaikat-Nya, tetapi kepada kita. Ini adalah hak kita yang istimewa!
Di bagian Alkitab yang lain Tuhan berkata, “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh. 4:35b). Jika pada saat Tuhan mengatakan perkataan itu, tuaian sudah matang, maka pada hari ini tuaian pasti sudah lebih matang. Tetapi masalahnya, siapakah yang mau diutus pergi? Benih Injil Tuhan telah ditaburkan oleh gereja selama dua ribu tahun lamanya. Di Indonesia misalnya, Injil juga telah ditaburkan selama sedikitnya seratus tahun oleh banyak penginjil dan kaum beriman. Sebab itu, sampai hari ini banyak tuaian yang sungguh-sungguh sudah matang, menunggu kita untuk menuainya!
Semoga kita dapat melihat sekeliling dan memandang ladang-ladang Tuhan yang sudah menguning dan matang, juga bersandar anugerah Tuhan dapat menjawab pengutusan Tuhan, pergi untuk menuai tuaian yang telah matang. Saudara saudari yang kekasih, marilah kita menuai di ladang Tuhan!

15 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 4 Selasa

Penunjukkan dan Pengutusan 70 Murid
Lukas 10:1
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.

Ayat Bacaan: Luk. 10:1-2; Pkh. 4:12

Dalam Lukas 10:1-24, kita melihat bahwa Tuhan menunjuk tujuh puluh murid untuk menyebarkan ministri-Nya. Sebelumnya, di Galilea, Dia telah menetapkan 12 murid untuk melayani bersama dengan Dia. Tetapi sekarang, dalam perjalanan-Nya dari Galilea ke Yerusalem melewati Samaria, Dia memerlukan lebih banyak orang berbagian dalam ministri-Nya. Mengapa demikian? Sebab Tuhan berkata, “Tuaian memang banyak....” (Luk. 10:2a). Karena tuaian banyak, maka Tuhan mengutus 70 murid.
Dari tindakan Tuhan di atas, kita dapat belajar beberapa hal. Pertama, Tuhan tidak memikul ministri-Nya seorang diri, tetapi berbagi dengan murid-murid-Nya. Bahkan sampai hari ini Tuhan masih memerlukan banyak orang, termasuk Anda, untuk menyebarkan ministri-Nya. Kedua, dengan menunjuk dan mengutus 70 murid yang lain, Tuhan sebenarnya sedang melatih atau menyempurnakan mereka dalam hal memberitakan Injil. Di sini Tuhan bukan semata-mata memberikan suatu tugas, tetapi suatu latihan atau pembelajaran bagi murid-murid. Seorang murid Tuhan harus melewati pos pelatihan semacam ini.
Ketiga, Tuhan mengutus ketujuh puluh murid itu berdua-dua. Artinya, tiap orang harus memiliki rekan rohani, rekan pelayanan. Pengkhotbah 4:12 mengatakan, “Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” Ayat ini menegaskan betapa pentingnya seorang murid Tuhan memiliki rekan rohani. Dengan adanya rekan rohani, kita dapat belajar berkoordinasi, belajar sehati sepikir, saling melengkapi, dan saling menguatkan. Jangan merasa diri sendiri kuat atau serba bisa. Sekuat apa pun kita saat ini, kita tetap memerlukan rekan rohani.
Terakhir, Tuhan memberitahu murid-murid-Nya bahwa tuaian memang banyak. Sayangnya, pandangan kita seringkali berkebalikan dengan pandangan Tuhan. Menurut pandangan kita, tuaian itu sedikit. Itulah sebabnya kita sering berkata di dalam hati, “Mana tuaiannya? Aku tidak tahu harus memberitakan Injil kepada siapa.” Tetapi dalam pandangan Tuhan, tuaian itu sangat banyak. Hampir setiap orang yang kita jumpai sehari-hari sebenarnya adalah tuaian. Masalahnya, adakah kita memiliki pandangan seperti Tuhan?

14 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 4 Senin

Syarat Mengikut Tuhan (2): Siap Membayar Harga
Lukas 9:59-60
Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah
di mana-mana.”


Ayat Bacaan: Luk. 9:59-62; Flp. 3:13; 2 Tim. 4:7

Siapa saja yang mau mengikuti Tuhan, tidak saja harus siap menderita, tetapi juga harus siap membayar harga. Menguburkan orang mati (Luk. 9:60) atau minta restu dari sanak keluarga (Luk. 9:61) menggambarkan hal-hal yang dapat menahan kita sehingga tidak dapat mengikut Tuhan dengan mutlak. Dalam Lukas 9:60 Tuhan menekankan bahwa memberitakan Kerajaan Allah jauh lebih penting daripada menguburkan orang mati, sebab memberitakan Injil Kerajaan Allah justru bertujuan menghidupkan orang mati supaya mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Terhadap orang yang mau mengikuti Tuhan tapi minta izin untuk berpamitan dulu dengan sanak keluarganya, Tuhan Yesus berkata, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 9:62). Tuhan seolah berkata “Jangan biarkan apa pun menahan engkau dari Kerajaan Allah”. Dalam membajak, seseorang perlu memusatkan seluruh perhatiannya pada jalur yang dibajak. Jangankan menoleh ke belakang, sedikit saja menyimpang dapat membuat jalur bajakan itu tidak lurus. Untuk mengikut Penyelamat, kita harus melupakan segala sesuatu di belakang kita dan maju terus bagi Kerajaan Allah (Flp. 3:13).
Mengikut Tuhan bukanlah satu hal yang mudah. Sebaliknya, jika kita ingin mengikut Dia, kita harus siap membayar harga. Mengikut Tuhan juga menuntut kita mengorbankan “penguburan ayah” kita yang telah mati, supaya kita dapat mengumumkan Kerajaan Allah. Terakhir, bila mau mengikut Tuhan, kita tidak boleh menoleh ke belakang atau ditahan oleh apa pun. Kalau mau mengikut Dia, tidak peduli ada masalah apa, harus terus maju ke depan.
Kita harus berusaha selalu belajar membayar harga, baru bisa berguna di tangan Tuhan. Bagi kita hari ini, membayar harga di sini memiliki dua aspek. Pertama, kita perlu membayar harga untuk bersekutu dengan Tuhan dan berjerih lelah atas firman-Nya. Kedua, kita perlu membayar harga dengan cara mengeluarkan waktu, tenaga, dan harta untuk melayani Tuhan, juga mengesampingkan semua hal yang di luar Allah. Dengan jalan demikian, kita dapat mengikuti Tuhan sampai akhir hayat kita (2 Tim. 4:7).

13 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 4 Minggu

Syarat Mengikut Tuhan (1): Siap Menderita
Lukas 9:57
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”

Ayat Bacaan: Luk. 9:57-58; 2:7, 12; Mzm. 84:12

Karena melihat orang banyak tertarik kepada Tuhan Yesus, maka berkatalah seseorang kepada Tuhan, “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi”. Tuhan tidak serta merta menyambut dia, melainkan berkata, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Luk. 9:58). Sepintas terkesan bahwa Tuhan di sini menolak atau setidaknya menyiramkan air dingin kepada orang yang mau mengikuti Dia, namun sebenarnya tidaklah demikian. Dengan mengatakan “Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya”, Tuhan ingin menegaskan bahwa siapa saja yang mau mengikut Dia harus siap menderita.
Meskipun banyak orang tertarik kepada-Nya, namun Tuhan harus berterus terang bahwa Dia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Ini juga menunjukkan kepada kita bahwa untuk mengikut Tuhan, kita harus rela kehilangan kenyamanan hidup, bahkan mengalami banyak penderitaan. Kehidupan insani Tuhan adalah satu kehidupan penderitaan. Saat kelahiran-Nya, tidak ada tempat di dalam penginapan bagi-Nya untuk berbaring (Luk. 2:7) Dalam ministri-Nya yang menakjubkan, juga tidak ada tempat bagi-Nya untuk beristirahat. Penderitaan adalah satu tanda dari kehidupan insani Tuhan (Luk. 2:12). Karena itu, Tuhan tidak pernah menjanjikan kenyamanan, kemewahan, atau kemakmuran materi kepada pengikut-Nya, sebaliknya mengingatkan mereka agar bersiap-siap mengalami derita.
Walaupun Tuhan tidak bermaksud agar umat-Nya menderita (Mzm. 84:12), namun siapa saja yang ingin mengikut Dia harus memiliki tekad menderita, harus siap bila sewaktu-waktu mengalami penderitaan atau kekurangan. Bila tekad itu sudah ada, ketika ujian menimpa, kita siap, sebab kita sudah menyadari sebelumnya bahwa hal tersebut memang sepatutnya. Ada makanan atau tidak ada makanan, kita tetap ikut Tuhan. Ada pakaian atau tidak, nyaman atau tidak, sehat atau sakit, cerah atau hujan, panas atau dingin, sulit, sengsara, bahkan mati pun, sikap kita tetap melayani Dia. Tekad menderita yang demikian akan membuat Iblis tak berdaya mengalahkan kita.

12 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 3 Sabtu

Ajaran Tentang Kerendahan Hati
Lukas 9:48b
Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.

Ayat Bacaan: Luk. 9:47-49; Mrk. 9:35; Yes. 14:12-15

Berambisi menjadi yang terbesar di antara saudara seiman merupakan salah satu penghalang bagi kita untuk menikmati Yobel. Hal ini juga dialami oleh murid-murid Tuhan (Luk. 9:46). Ketika mereka saling bersaing untuk menjadi yang terbesar, mereka pun mulai bertengkar. Akibatnya damai sejahtera hilang, tidak ada realitas Yobel. Kita harus sadar bahwa ambisi merupakan jebakan Iblis untuk merusak kesatuan di antara umat Allah sehingga menghalangi kita menikmati dan mengalami berkat tahun Yobel.
Dari manakah asalnya ambisi? Pertama-tama, kita harus jelas bahwa jatuhnya penghulu malaikat Allah (Lucifer) adalah karena ambisi (Yes. 14:12-14). Dia ingin naik ke langit, ingin mendirikan takhtanya mengatasi bintang-bintang Allah, ingin duduk di atas bukit pertemuan, ingin naik mengatasi ketinggian awan-awan, bahkan ingin menyamai Yang Mahatinggi! Ambisi ini akhirnya mendatangkan kehancuran baginya, karena sejak saat itu ia dibuang oleh Allah dari surga ke dalam dunia orang mati bahkan ke tempat yang paling dalam di liang kubur (Yes. 14:15). Sungguh mengerikan!
Karena di dalam kita ada benih dosa, maka kita pun memiliki sesuatu yang namanya ambisi. Namun, kita tidak boleh membiarkan ambisi ini merusak kenikmatan kita atas Yobel. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki kita memikul salib kita setiap hari dan menyangkal hayat jiwa kita, agar ambisi kita disalibkan dan diakhiri. Kalau kita mau menikmati Yobel, kita harus seperti anak kecil yang polos dan murni, tanpa ambisi sedikit pun (Luk. 9:48a).
Untuk mengajarkan kerendahan hati kepada murid-murid-Nya yang baru saja bertengkar untuk menjadi yang terbesar, Tuhan berkata, “Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar” (Luk. 9:48b). Kalau kita mau menjadi yang terbesar di dalam zaman kerajaan yang akan datang, maka pada zaman ini kita harus rela menjadi yang terkecil, bahkan menjadi pelayan dari semuanya (Mrk. 9:35). Karena itu, daripada sibuk mempersoalkan siapa yang terbesar, bukankah lebih baik kita merendahkan diri dan melayani kaum imani? Jangan mengulangi kesalahan Lucifer. Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, tetapi barangsiapa yang merendahkan diri akan ditinggikan.

11 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 3 Jumat

Jangan Malu Karena Tuhan dan Perkataan-Nya
Lukas 9:35
Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.

Ayat Bacaan: Luk. 9:27-36

Demi memperoleh sesuatu di dunia, banyak orang rela bekerja sedemikian keras, membanting tulang siang dan malam, bahkan kalau harus menanggung malu pun mereka mau. Namun Tuhan berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (Luk. 9:25). Bagi manusia pada umumnya, memperoleh seluruh dunia adalah yang terpenting. Tetapi di sini, Tuhan ingin menunjukkan kepada kita bahwa keselamatan jiwa itu jauh lebih penting daripada memperoleh seluruh dunia.
Untuk mengejar sesuatu yang sementara di dunia, banyak orang rela menanggung malu. Namun untuk berbagian dalam kemuliaan Kerajaan Surga, banyak orang tidak mau menanggung malu karena Tuhan dan karena perkataan-Nya. Hal ini sungguh menggelikan. Itulah sebabnya Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus” (Luk. 9:26). Tidak malu karena Tuhan dan karena perkataan-Nya merupakan salah satu jalan untuk menikmati tahun Yobel.
Orang yang merasa malu karena Tuhan dan karena perkataan-Nya pastilah orang yang kurang mengenal Dia. Itulah sebabnya Tuhan Yesus kemudian menampakkan diri dalam kemuliaan kepada murid-murid-Nya di atas gunung (Luk. 9:29-35), supaya mereka mengenal Dia. Tuhan kita itu mulia, bukan Tuhan yang memalukan! Lihatlah rupa wajah-Nya dan pakaian putih-Nya yang berkilau-kilauan! Dia adalah Raja alam semesta, Raja di atas segala raja!
Herannya, ada orang yang malu mengakui Tuhan di hadapan keluarganya, ada pula yang malu mengakui bahwa dirinya orang Kristen. Selain itu, banyak orang Kristen yang enggan memberitakan Injil karena malu apabila ditolak. Orang yang demikian mustahil menikmati Yobel, bahkan kelak Tuhan pun akan menolak dia, apabila Dia datang dalam kemuliaan-Nya. Kalau kita sedikit saja mengenal Tuhan kita, tentu segala perasaan malu terhadap Dia dan perkataan-Nya akan lenyap. Rasa malu kita terhadap Tuhan sungguh tidak patut!

10 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 3 Kamis

Bersatu dengan Kematian Kristus
Lukas 9:23-24
“...Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya... barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya...”

Ayat Bacaan: Luk. 9:23-24

Untuk menikmati tahun Yobel, tahun pembebasan, tidak hanya Tuhan Yesus yang harus melewati proses kematian dan kebangkitan, kita pun harus bersatu dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Oleh sebab itu, Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Luk. 9:23-24). Untuk berbagian dalam Tahun Yobel, kita perlu memikul salib kita setiap hari dan menyangkal hayat jiwa.
Salib dibuat oleh pemerintahan Romawi bukan untuk membuat seseorang menderita, tetapi untuk membunuhnya. Jadi makna salib bukanlah penderitaan, melainkan pembunuhan. Salib membunuh dan mengakhiri pendosa. Bagi kita, memikul salib berarti meletakkan diri kita di bawah pembunuhan salib, khususnya atas ego, alamiah, dan manusia lama kita. Tanpa memikul salib dan menyangkal ego, kita tidak dapat mengikuti Tuhan dan menikmati Yobel.
Misalnya, ketika di dalam kehidupan keluarga ada suatu hal yang merangsang kita untuk marah, bagaimanakah sikap kita? Kalau kita terpancing untuk marah, maka realitas Yobel segera hilang, sebab seseorang tidak mungkin marah-marah sambil bersukacita. Itu mustahil. Saat kita marah-marah pasti tidak ada sukacita dan damai sejahtera. Tetapi apabila kita mau memikul salib dan menyangkal ego kita, maka kita akan kembali ke dalam roh kita dan berkontak dengan Tuhan yang adalah Roh itu. Hasilnya, ego kita dimatikan, sukacita dan damai sejahtera pun terbit dari dalam roh kita. Inilah contoh pengalaman yang riil atas tahun Yobel melalui memikul salib dan menyangkal hayat jiwa kita.
Saudara saudari, tidak ada satu perkara pun yang boleh mengganggu damai sejahtera kita. Seharusnya dalam setiap perkara, tak peduli itu perkara apa, kita tetap dapat menikmati Yobel, tetap memiliki sukacita dan damai sejahtera. Namun jalannya bukan dengan menekan amarah atau menyiksa diri, melainkan dengan membiarkan salib itu membunuh ego, alamiah, dan manusia lama kita. Hanya kaum imani yang demikian yang dapat menikmati Yobel yang sejati!

09 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 3 Rabu

Mewahyukan Diri-Nya, Kematian dan Kebangkitan-Nya
Lukas 9:22
Dan Yesus berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”

Ayat Bacaan: Luk. 9:18-22; 1 Kor. 15:45; 2 Kor. 3:17; 1 Tes. 5:19; 2 Tim. 1:6

Agar Yobel dapat diterapkan sepenuhnya ke atas kita, umat Perjanjian Baru Allah, maka Kristus perlu mewahyukan diri-Nya sebagai Mesias yang akan melewati kematian dan kebangkitan. Oleh sebab itu, setelah memberi makan orang banyak sampai kenyang (Luk. 9:16-17), Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah” (Luk. 9:20). Selanjutnya Tuhan berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Luk.9:22). Yesus tahu dengan jelas bahwa tanpa Dia melewati proses kematian dan kebangkitan, Yobel tidak dapat dialami oleh murid-murid-Nya.
Berkat Yobel, seperti penebusan, pengampunan, pembenaran, pendamaian, dan pengudusan, semuanya hanya dapat kita peroleh melalui kematian Kristus. Demikian pula dengan hayat, kasih, terang, dan kebenaran, hanya dapat kita peroleh melalui kebangkitan Kristus. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus kini menjadi Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45), dan di dalam Roh itulah kita hari ini dapat menikmati realitas Yobel. Itulah sebabnya Paulus berkata, “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor. 3:17). Hanya di dalam Roh itu kita benar-benar merdeka!
Karena Kristus telah melewati kematian dan kebangkitan, maka untuk menikmati Yobel, kita harus melatih roh insani kita agar berkontak dengan Roh itu. Cara yang paling sederhana namun berkhasiat adalah dengan menyeru nama Tuhan dengan lantang. Kita dapat berseru, “O, Tuhan Yesus, Engkau adalah Tuhan! O, Tuhan Yesus, Engkau sudah menang! O, Tuhan Yesus, Iblis sudah kalah! O, Tuhan Yesus, di dalam Engkau, aku telah merdeka!” Dengan berseru lantang demikian, roh kita dibangunkan dan segala kelimpahan Allah sebagai realitas Yobel segera menjadi pengalaman kita.
Jangan biarkan Iblis menipu kita sehingga roh kita terbelenggu. Setiap hari kita perlu mengalami kelepasan dan suplai hayat. Sebab itu, jangan padamkan roh kita (1 Tes. 5:19), sebaliknya barakanlah selalu roh kita dengan berseru kepada nama Tuhan dan mengumumkan kemenangan-Nya (2 Tim. 1:6).

08 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 3 Selasa

Mengenyangkan Orang yang Lapar dengan Suplai Hayat
Lukas 9:13
Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Kamu harus memberi mereka makan!” Mereka menjawab, “Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini.”

Ayat Bacaan: Luk. 9:10-17; Mzm. 90:14

Pemberitaan Injil Kerajaan tidak saja membuat orang berdosa diampuni dan dilepaskan dari penawanan musuh, tetapi juga membuat mereka menerima Tuhan sebagai suplai hayat. Menerima Tuhan sebagai suplai hayat berarti mendapatkan Tuhan yang hidup sebagai kepuasan dan segala sesuatu kita. Injil ini tidak menyuruh kita melakukan ini dan itu untuk Allah, melainkan menyuruh kita menikmati Kristus sebagai roti hidup.
Karena pemberitaan Injil Kerajaan Allah adalah untuk membawa orang menikmati Kristus sebagai suplai hayat, maka Lukas memuat catatan tentang Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang (Luk. 9:10-17). Hal ini menunjukkan bahwa dalam tahun Yobel, tidak seorang pun yang akan kekurangan; tidak ada seorang pun yang kehabisan, dan tidak akan ada kemiskinan. Sebaliknya, semua orang akan dikenyangkan oleh Allah.
Ketika orang banyak berkumpul untuk menerima pelayanan Manusia Penyelamat dan hari sudah mulai malam, berkatalah murid-murid Tuhan kepada-Nya, “Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi” (Luk. 9:12). Jika saja Tuhan menyetujui usul murid-murid-Nya, maka semua orang yang mengikuti Dia akan kelaparan dan tidak akan ada Yobel.
Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada mereka: “Kamu harus memberi mereka makan!” (Luk. 9:13). Namun, dapatkah murid-murid memberi mereka makan? Tidak. Sang Pemberi suplai adalah Tuhan sendiri. Murid-murid hanyalah saluran berkat-Nya, yang membagi-bagikan makanan. Saat Dia memberi orang banyak itu makan, maka setiap orang dikenyangkan, bahkan ada sisa yang berlimpah (Luk. 9:16-17). Inilah penerapan Yobel yang lengkap!
Mengapa banyak orang Kristen yang masih suka mencari hiburan duniawi, sering bertengkar, atau tidak bisa bersukacita? Karena lapar! Kalau batiniah kita lapar, maka tidak ada Yobel. Oleh sebab itu kita perlu berdoa seperti pemazmur, “Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami” (Mzm. 90:14).

07 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 3 Senin

Pergi Memberitakan Injil Kerajaan Allah
Lukas 9:6
Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi desa-desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.

Ayat Bacaan: Luk. 9:1-2, 6; 24:49; Kis. 1:4-5; 5:12-16; 16:18; Rm. 10:14-15.

Setelah Tuhan memberikan tenaga dan kuasa atas setan-setan dan penyakit kepada kedua belas murid-Nya (Luk. 9:1), mereka lalu pergi mengelilingi desa-desa sambil memberitakan Injil (Luk. 9:6), dan Injil ini adalah Injil Kerajaan Allah (Luk. 9:2). Hasil dari pemberitaan Injil Kerajaan Allah adalah Iblis terusir, orang sakit disembuhkan, dan orang dosa yang tertawan dibebaskan. Jadi, tujuan kepergian kita untuk memberitakan Injil adalah untuk menerapkan Yobel ke atas orang berdosa yang sakit dan tertawan.
Setiap manusia yang jatuh dalam dosa sebenarnya adalah orang yang sakit. Beberapa dari mereka sakit secara jasmani, namun semuanya sakit secara rohani. Oleh sebab itu, kita yang telah diselamatkan harus belajar memberitakan Injil dan mengajarkan kebenaran kepada setiap orang. Dalam pengajaran dan pemberitaan Injil kita, yang terpenting adalah memberikan “resep dan obat” surgawi untuk kesembuhan mereka. Resep dan obat surgawi ini tidak lain adalah Kristus yang hidup, Kristus yang bangkit, bukan doktrin apa pun.
Agar dapat menyembuhkan orang dari sakit (dosa) mereka dan membawa mereka kepada Allah, maka dalam pemberitaan Injil kita harus ada firman (Rm. 10:14-15) dan Roh (Luk. 24:49, Kis.1:4-5). Kita tidak boleh memberitakan sesuatu yang di luar firman, karena kalau demikian, kita akan terjerumus ke dalam kategori orang yang memberitakan Injil yang lain (2 Kor. 11:4; Gal. 1:6, 9). Sebaliknya, firman yang hidup akan membawa suplai hayat, sedangkan Roh itu mendatangkan kuat kuasa pengusiran setan dan penyembuhan (Kis. 5:12-16, 16:18). Pemberitaan yang demikian akan penuh dengan kuat kuasa, dan pelayanan Injil kita akan hidup dan berhasil.
Hari ini tidak sedikit juga orang Kristen yang memberitakan Injil. Namun Injil apakah yang mereka beritakan? Apakah mereka memberitakan Injil Kerajaan Allah ataukah sekedar menawarkan janji-janji berkat dan kemakmuran materi? Ketahuilah, Allah menginginkan manusia untuk hanya mencari dan mendapatkan Allah sendiri tanpa “embel-embel” berkat atau kemakmuran materi, dan Allah menghendaki agar manusia hanya mencari Dia untuk kesempurnaan oleh hayat-Nya, bukan untuk kesalehan agamis semata (1 Taw. 16:11).

06 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 3 Minggu

Memberikan Tenaga dan Kuasa kepada Murid-murid
Lukas 9:1
Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.

Ayat Bacaan: Luk. 9:1-2; 10:19; 1 Yoh. 5:19; Rm. 7:14; Ef. 1:19; Why. 12:11; Flp. 2:9

Setiap manusia yang jatuh dalam dosa, pada hakikatnya telah tertawan oleh Iblis, berada di bawah kuasa Iblis (1 Yoh. 5:19), sehingga menjadi budak dosa dan terjual di bawah kuasa dosa (Rm. 7:14). Karena setiap manusia perlu dibebaskan, maka Tuhan mengutus murid-murid-Nya dan memberikan mereka tenaga dan kuasa atas setan-setan dan penyakit-penyakit (Luk. 9:1-2). Ketika Tuhan menyatakan diri-Nya di bumi, tidak saja Dia membinasakan perbuatan Iblis, Dia pun mengaruniakan kuasa kepada murid-murid-Nya, agar mereka juga dapat mengusir setan demi nama-Nya (Luk. 10:19). Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan memberikan kuasa ini kepada gereja-Nya.
Hari ini Iblis memang masih memiliki sedikit kekuatan untuk menipu umat Allah, tetapi kita memiliki kekuasaan atau otoritas. Kekuasaan atau otoritas yang Tuhan berikan kepada kita dapat mengalahkan segala kekuatan Iblis. Berapapun besarnya kekuatan Iblis, selamanya tidak mungkin mengungguli kekuasaan yang dimiliki oleh gereja Allah (Ef. 1:19). Tuhan telah menyerahkan nama-Nya kepada gereja, dan nama itu mewakili kekuasaan. Karena itu, di dalam nama Tuhan yang berkuasa, gereja mampu mengusir setan.
Para pemenang harus sering mengumumkan kemenangan Kristus. Iblis merasa paling takut jika fakta ini terus-menerus diulang. Adalah fakta bahwa Kerajaan Surga akan datang; bahwa Tuhan itu Raja; bahwa Kristus menang untuk selama-lamanya; bahwa Iblis dikalahkan; bahwa orang kuat itu telah diikat dan dihukum; bahwa Kristus telah menghancurkan semua pekerjaan Iblis di atas salib. Jika kita mengumumkan semua fakta ini, Iblis tidak berdaya.
Iblis tidak takut jika kita beralasan dengannya, ia takut jika kita mengumumkan fakta kemenangan Kristus. Iblis tidak takut jika kita berbicara tentang teologi, Iblis tidak takut jika kita menafsirkan Alkitab, ia takut jika kita dengan iman mengumumkan fakta bahwa Yesus adalah Tuhan. Yang ditakutkan Iblis bukanlah khotbah atau teologi, tetapi perkataan kesaksian kita (Why. 12:11). Oleh sebab itu, dalam pemberitaan Injil, kita harus sering-sering mengumumkan kemenangan Kristus atas Iblis dan memproklamirkan nama-Nya yang ada di atas segala nama (Flp. 2:9).

05 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 2 Sabtu

“Imanmu telah Menyelamatkan Engkau”
Lukas 8:48
Lalu kata-Nya kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan damai!”

Ayat Bacaan: Luk. 8:40-56

Seluruh umat manusia hari ini sebenarnya sedang menderita suatu penyakit fatal yang sama, yakni membocorkan hayat (berbuat dosa), yang dilambangkan dengan pendarahan yang diderita oleh seorang perempuan dalam Lukas 8:43. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan oleh siapa pun dan akan berujung pada kematian, yang dilambangkan dengan matinya putri Yairus, seorang kepala rumah ibadat (Luk. 8:41-42, 49).
Yairus datang menghampiri Yesus, sambil tersungkur di depan kaki-Nya memohon supaya Dia berkenan datang ke rumahnya sebab putrinya yang berusia 12 tahun hampir mati. Namun di tengah perjalanan-Nya ke sana, tiba-tiba seorang perempuan lain yang telah menderita pendarahan selama 12 tahun mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya (Luk. 8:44). Setelah menyadari apa yang terjadi, Yesus berkata kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” (Luk. 8:48).
Belum lagi Yesus selesai berbicara, datanglah seorang memberitahukan bahwa putri Yairus sudah mati. Tetapi Yesus berkata kepada Yairus, “Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat” (Luk. 8:50). Setibanya Yesus di rumah Yairus, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: “Hai anak bangunlah!” Maka serta merta kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri (Luk. 8:54-55).
Dalam kisah yang pertama, Yairus datang kepada Tuhan agar Dia melakukan sesuatu bagi putrinya yang hampir mati. Namun dalam kisah yang kedua, ada seorang perempuan dewasa yang dengan iman maju menjamah Tuhan. Perempuan ini tidak minta ini dan itu, tetapi dia langsung menjamah Tuhan. Meminta Tuhan melakukan sesuatu bagi kita memang baik, namun alangkah lebih baiknya bila kita sendiri mau datang ke hadapan-Nya untuk menjamah Dia. Hari ini banyak orang Kristen berdoa minta ini dan itu, tetapi sangat jarang yang secara intim berdoa untuk menjamah Tuhan. Saudara saudari, menjamah Tuhan tidak hanya membuat penyakit kita disembuhkan, tetapi yang terpenting, membuat kita mendapatkan diri Tuhan sendiri.

04 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 2 Jumat

Ceritakanlah Segala Perbuatan Allah Atasmu!
Lukas 8:39
Pulanglah ke rumahmu dan ceritakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah kepadamu. Orang itu pun pergi ke seluruh kota dan memberitahukan segala sesuatu yang telah diperbuat Yesus atas dirinya.

Ayat Bacaan: Luk. 8:26-39

Karena perjalanan Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya ke seberang danau adalah untuk mengusir setan-setan, maka tidak heran di tengah pelayaran mereka, setan-setan itu berusaha menghambat bahkan mencelakakan mereka (Luk. 8:19-21). Namun tidak peduli bagaimana kerasnya setan-setan itu berusaha menghalangi, Tuhan dan murid-murid-Nya sampai juga di daerah Gerasa yang terletak di seberang Galilea (Luk. 8:26).
Setibanya Yesus dan murid-murid-Nya di Gerasa datanglah seorang laki-laki yang kerasukan setan-setan. Yesus pun memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu. Lalu setan-setan itu memohon kepada-Nya untuk memperkenankan mereka merasuki rombongan babi yang sedang mencari makan di lereng gunung. Yesus pun mengabulkan permintaan mereka dan keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas (Luk. 8:27-33). Orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu pun duduk di kaki Yesus, dan ketika orang banyak datang untuk melihat apa yang telah terjadi, mereka menjumpai bahwa dia telah berpakaian dan sudah waras.
Sebelum Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka meninggalkan daerah itu, Dia pun berpesan kepada orang yang telah diselamatkan-Nya itu, “Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.” Maka orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya (Luk. 8:39). Apa yang dia lakukan itu seharusnya menjadi contoh bagi kita hari ini. Kita sudah dibebaskan, sudah diselamatkan, dan kini kita harus bersaksi kepada orang lain tentang apa yang telah Tuhan perbuat atas kita.
Setelah kita menerima kasih karunia Tuhan, Dia menghendaki kita memberitahukan kepada orang-orang bahwa kita telah beroleh selamat, memberitahukan pula kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat Tuhan atas kita dan bagaimana Ia telah mengasihani kita. Dengan berbuat demikian, keselamatan tidak berhenti pada diri kita saja, melainkan dapat dilanjutkan terus kepada orang lain.

03 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 2 Kamis

Di Manakah Kepercayaanmu?
Lukas 8:24-25a
Lalu... murid-murid-Nya membangunkan Dia, “Guru, Guru, kita binasa!” Ia pun bangun, membentak angin dan air... Angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh. Lalu kata-Nya kepada mereka, “Di manakah kepercayaanmu?”

Ayat Bacaan: Luk. 8:22-25

Firman Tuhan bukanlah perkataan yang kosong, tetapi perkataan yang penuh dengan kuasa dan kekuatan. Hal ini terbukti ketika Tuhan menghardik taufan dan gelombang dengan firman-Nya. Dalam Lukas 8:22 Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya “Marilah kita bertolak ke seberang danau.” Lalu mereka berangkat menurut firman-Nya. Namun ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga air itu bergejolak dan masuk ke dalam perahu.
Menyadari bahwa mereka sedang berada dalam bahaya, murid-murid Tuhan ketakutan dan bergegas membangunkan Dia, “Guru, Guru, kita binasa!” Lalu Yesus pun bangun dan menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Segera angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh kembali (Luk. 8:24). Lihatlah betapa berkuasanya firman Tuhan! Roh-roh jahat di udara dan roh-roh najis di dalam air takluk kepada firman-Nya yang penuh kuasa.
Setelah meredakan taufan dan air yang mengamuk itu, Tuhan menegur murid-murid dengan bertanya kepada mereka, “Di manakah kepercayaanmu?” Sebelumnya Tuhan telah memberikan firman kepada murid-murid-Nya “Marilah kita bertolak ke seberang danau” (Luk. 8:22). Karena Tuhan telah mengucapkan firman ini, Dia pasti akan menggenapinya. Murid-murid seharusnya berpegang kepada firman Tuhan, bukannya terpengaruh oleh situasi yang bergejolak di luar, apalagi mereka memiliki penyertaan Tuhan pada waktu itu. Walaupun firman Tuhan berkuasa dan penuh kekuatan, namun untuk mengalaminya, kita perlu berpegang teguh pada firman-Nya dengan penuh iman.
Dalam perjalanan kita mengikuti Tuhan, cepat atau lambat badai (masalah) pasti akan datang. Namun jika kita memiliki firman Tuhan, kita memiliki dasar untuk iman kita. Bila kita menyadari bahwa Tuhan dapat dipercayai, maka batin kita akan penuh dengan damai sejahtera walau keadaan sekeliling bergejolak. Dalam salah satu syair kidungnya, John H. Sammis menuliskan, “Tiada awan gelap, tiada bayang kelam, yang dapat menutup senyum-Nya; Tiada hati tawar, tiada air mata, bila ku taat dan percaya.” Kiranya inilah sikap yang kita miliki terhadap firman Tuhan dalam perjalanan kita mengikuti Dia.

02 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 2 Rabu

Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya
Lukas 8:21
Tetapi Ia menjawab mereka, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”

Ayat Bacaan: Luk. 8:19-21; Yak. 1:21-22; Ef.6:18; Flp. 2:14; Mzm. 119:11

Firman Allah yang Tuhan taburkan bukan hanya untuk kita dengar dan jadikan pengetahuan, melainkan untuk kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk mengalami firman Allah, pertama-tama kita perlu menerimanya dengan hati yang lemah lembut (Yak. 1:21) dan dengan segala doa (Ef. 6:18). Firman yang kita terima dalam segala doa akan menjadi firman hidup (rhema) yang terus berbicara di dalam kita. Selanjutnya, kita perlu belajar menerapkan atau melakukan firman Allah dalam setiap segi kehidupan kita (Yak. 1:22) tanpa berbantah-bantah atau bersungut-sungut (Flp. 2:14).
Dalam Lukas 8:21, Tuhan Yesus berkata, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” Bila kita demikian menerima dan melakukan firman Allah, tidak saja hayat ilahi di dalam kita akan bertumbuh dan bercahaya, tetapi Tuhan akan mengakui kita sebagai sanak keluarga-Nya yang sejati. Melalui ministri-Nya, Manusia-Penyelamat membuat orang-orang dosa yang percaya menjadi sanak keluarga rohani-Nya, menjadi banyak saudara-Nya di dalam rumah Allah, dan banyak anggota-Nya bagi pembangunan Tubuh-Nya untuk melakukan kehendak Allah.
Kita perlu memperhatikan firman Allah dengan tepat. Jika kita memperhatikan firman itu, berarti kita berhubungan dengan firman-Nya dan membuat diri kita menjadi satu dengan Dia dan Dia akan menyatukan diri-Nya dengan kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata dalam Lukas 8:21 bahwa sanak keluarga-Nya adalah orang-orang yang mendengar firman Allah dan melakukannya. Tuhan menempuh satu kehidupan menurut firman Allah, dan sekarang kita pun seharusnya menempuh kehidupan yang menuruti firman-Nya.
Sebagai anak-anak Allah, kita harus menerima firman Allah yang tertanam di dalam kita dengan penuh ketaatan. Apa pun yang Allah katakan, haruslah kita terima dengan mengatakan, “Amin.” Bila kita demikian menuruti dan melakukan firman Allah, maka firman itu sendiri akan menjaga kita dari dosa (Mzm. 119:11), memisahkan kita dari dunia bagi Allah (Yoh. 17:16-17) dan akan merawat kita serta membuat kita bersukacita (Yer. 15:16; Mat. 4:4). Semoga Allah merahmati kita sehingga firman-Nya dapat tergenap di atas diri kita.

01 December 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 2 Selasa

Menjadi Pelita yang Bercahaya
Lukas 8:16
Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ...dapat melihat cahayanya.

Ayat Bacaan: Luk. 8:16-18; Ef. 2:1-5; Ams. 20:27; Flp. 2:15-16

Ministri Manusia-Penyelamat bukan hanya menaburkan hayat ke dalam kita, tetapi juga menerangi kita bahkan menjadikan kita sebagai pelita yang memancarkan terang. Itulah sebabnya dalam Lukas 8:16 Tuhan beralih dari membicarakan masalah penaburan benih kepada perumpamaan tentang pelita. Menurut perumpamaan tentang penabur, kita perlu bertumbuh. Menurut perumpamaan tentang pelita, kita perlu bercahaya.
Dahulu, karena dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran kita, roh insani kita telah mati terhadap Allah sehinga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Ef. 2:1). Namun pada waktu kita percaya Tuhan dan dilahirkan kembali, pelita kita yang adalah roh insani kita telah dinyalakan kembali oleh Allah (Ams. 20:27; Ef. 2:5) sehingga di dalam kita kini memiliki terang (2 Kor. 4:6). Pelita ini seharusnya makin terang benderang, menerangi setiap kegelapan di dalam batin kita, bahkan juga menerangi orang lain di sekitar kita.
Walau di dalam setiap orang Kristen sudah ada “pelita” yang telah dinyalakan oleh Allah (roh insani yang telah dilahirkan kembali), namun dalam realitasnya tidak semua orang Kristen dapat memancarkan cahaya terang. Mengapa? Dalam Lukas 8:16 Tuhan setidaknya menyebutkan dua penyebab. Pertama, pelitanya ditutupi dengan tempayan; atau kedua, pelitanya diletakkan di bawah tempat tidur. Baik tempayan maupun tempat tidur, keduanya melambangkan selubung yang dapat menghalangi memancarnya cahaya terang di dalam kita. Kekuatiran akan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan pekerjaan dapat menjadi selubung yang tebal bagi kita.
Dalam Filipi 2:15-16 Paulus mengingatkan kita agar bercahaya di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan. Agar dapat bercahaya demikian, Tuhan berkata, “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar” (Luk. 8:18). Kita bukan hanya sekedar mendengarkan firman tetapi juga harus menyimpannya di dalam hati kita dan menerapkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga terang yang ada di dalam kita dapat memancar keluar dan menerangi orang-orang yang berada dalam kegelapan.

30 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 2 Senin

Jangan Mengikuti Arus Zaman Ini!
Lukas 8:14
Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.

Ayat Bacaan: Luk. 8:7-8, 14; 1 Yoh. 2:15-17

Benih yang Tuhan taburkan tidak hanya jatuh ke atas tanah yang di pinggir jalan dan ke atas tanah yang berbatu-batu, tetapi sebagian juga ke atas tanah yang ditumbuhi oleh semak duri (Luk. 8:7) dan ke atas tanah yang baik (Luk. 8:8). Tanah yang ditumbuhi oleh semak duri melambangkan hati manusia yang dipenuhi dengan kekuatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup. Di zaman yang modern seperti hari ini, kebanyakan orang mengejar kekayaan dan kenikmatan hidup sehingga hati mereka penuh dengan kekuatiran, kecemasan, dan kegelisahan. Akibatnya firman Tuhan akan terhimpit dan tidak dapat menghasilkan buah yang matang (Luk. 8:14).
Dalam dunia hari ini kita menghadapi banyak bahaya — bahaya amoral, bahaya kekuatiran, dan bahaya kenikmatan pelesiran. Semakin kita ingin memiliki kenikmatan pelesiran, semakin banyak kekuatiran hidup kita, dan kita akan semakin menderita. Tetapi jika kita rela menempuh suatu kehidupan yang sederhana, kita tidak akan memiliki banyak kekuatiran. Kita tidak boleh mengikuti arus dunia hari ini (1 Yoh. 2:15-17). Arus zaman ini meliputi lalu lintas duniawi, kenikmatan pelesiran, dan kekuatiran hidup. Bila kita mengejarnya dan membiarkan diri kita terhanyut, maka berapapun firman yang ditaburkan ke dalam kita, tidak akan menghasilkan buah yang matang.
Sebagai anak-anak Allah, kita harus diselamatkan dari arus zaman ini. Jika kita tidak menempuh jalan dunia ini dengan segala kesibukkan, kekhawatiran, dan kenikmatannya, maka kita akan memiliki hati yang baik. Hati yang baik yang dilambangkan dengan tanah yang baik adalah hati yang hanya diduduki oleh Kristus. Hati yang demikian jauh dari lalu lintas duniawi, hati yang tidak memiliki dosa-dosa yang tersembunyi, dan hati yang tanpa kekuatiran zaman ini serta tanpa tipu daya kekayaan.
Hati yang baik memberikan semua bagiannya untuk menerima firman itu sehingga firman itu bertumbuh, menghasilkan buah, dan bahkan menghasilkan buah sampai seratus kali lipat (Luk. 8:8, 15). Melalui perumpamaan ini Tuhan sekali lagi menunjukkan kepada kita betapa pentingnya memiliki hati yang tepat bagi pertumbuhan benih ilahi di dalam kita.

29 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 2 Minggu

Menanggulangi Hati Kita Demi Pertumbuhan Benih
Lukas 8:13
Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

Ayat Bacaan: Luk. 8:5-13; Yoh. 6:63; Yak. 1:2, 12; 1 Ptr. 1:6

Pengampunan Tuhan atas dosa-dosa kita sungguh ajaib dan indah, karena tidak saja membuat kita mengasihi Dia dan hidup dalam damai sejahtera, tetapi juga menjadikan hati kita sebagai “tanah” bagi pertumbuhan hayat-Nya di dalam kita. Dalam Lukas 8:5-15, pembicaraan Tuhan telah beralih dari masalah pengampunan ke masalah pertumbuhan benih ilahi. Benih ini adalah firman Allah dengan Tuhan sendiri di dalamnya sebagai hayat (Luk. 8:11; Yoh. 6:63). Sang Penabur adalah Tuhan sendiri (Mat. 13:37), dan tanah yang ke atasnya benih itu tertabur adalah hati kita (Mat. 13:19).
Pada waktu Tuhan menaburkan benih firman, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan sebagian jatuh di tanah yang baik. Empat macam tanah tersebut melambangkan empat macam kondisi hati manusia. Tanah yang di pinggir jalan melambangkan hati yang telah menjadi keras karena lalu lintas duniawi, khususnya oleh hal-hal yang berkaitan dengan pencarian nafkah. Karena terlalu disibukkan oleh pekerjaannya, banyak orang hari ini tidak dapat duduk tenang mendengarkan Injil sehingga Iblis dengan mudah mencuri firman dari dalam mereka supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan (Luk. 8:12).
Tanah yang berbatu-batu melambangkan hati yang dangkal, hati yang masih menyimpan dosa-dosa yang tersembunyi, keinginan pribadi, dan rasa iba diri. Akibatnya, walau orang yang demikian senang mendengarkan firman Allah, namun karena tidak berakar, begitu pencobaan datang mereka menjadi murtad (Luk. 8:13). Murtad di sini berarti berkelit atau menyimpang dari jalan iman yang bersumber pada firman Allah kepada hal-hal di luar Allah demi mendapatkan keuntungan pribadi dan demi kepentingan diri sendiri.
Saudara saudari, hati kita mungkin tidak sekeras tanah yang di pinggir jalan, tetapi mungkin pula tidak lebih baik daripada tanah yang berbatu-batu. Kalau kita ingin membiarkan Tuhan bertumbuh di dalam kita, maka kita harus menggali keluar “batu-batu” di dalam kita melalui doa pengakuan dosa yang tuntas. Tanpa penanggulangan yang tuntas demikian, mustahil kita dapat bertahan dari berbagai pencobaan dan ujian (Yak. 1:2, 12; 1 Ptr. 1:6).

28 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 1 Sabtu

Mempersembahkan Harta Benda untuk Melayani Tuhan
2 Korintus 9:7
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Ayat Bacaan: Luk. 8:2-3; Kel. 30:11-16; Ef. 2:22; 1 Kor. 3:16-17; Mat. 16:26

Perempuan-perempuan yang disebutkan dalam Lukas 8:2-3 itu melayani Tuhan dan kedua belas murid-Nya dengan harta milik mereka. Ini menunjukkan bahwa setelah kita mengalami pengampunan dosa, mulai mengasihi Tuhan dan hidup dalam damai sejahtera, kita seharusnya mengikuti Tuhan dan melayani Tuhan dengan segenap diri kita.
Dalam Perjanjian Lama, Allah ingin setiap umat-Nya mempersembahkan uang tebusan nyawa kepada-Nya. Persembahan itu dipakai untuk pembangunan dan pemeliharaan tempat kediaman Allah, yakni Kemah Pertemuan dan Bait (Kel. 30:11-16). Hari ini, gereja adalah kemah Allah yang sejati (Ef. 2:22) dan bait yang sejati (1 Kor. 3:16-17). Oleh sebab itu, sebagai umat tebusan-Nya, kita juga wajib mempersembahkan harta kita kepada Allah (2 Kor. 9:7) untuk memenuhi berbagai keperluan gereja demi kemajuan Injil.
Jika kita mau hidup bagi Allah dan mempersembahkan harta benda kita bagi kepentingan-Nya, maka Allah akan membalasnya menurut takaran yang baik (Luk. 6:38). Tetapi manusia yang telah tertipu oleh Iblis dalam hal harta benda, selalu ingin menerima, tidak rela memberi. Sikap yang hanya mau menerima tanpa mau memberi merupakan tipuan Iblis, agar kita kehilangan berkat Allah. Oleh sebab itu kita harus menolak tipuan Iblis ini!
Orang yang takut mempersembahkan diri dan miliknya kepada Tuhan, bagaimanapun ia berkata bahwa ia mengasihi Tuhan, tidak akan berhasil. Sebaliknya, orang yang mempersembahkan harta-Nya bagi Tuhan bukan hanya makin mengasihi Tuhan, mengasihi kaum imani, tetapi juga membuatnya mengasihi orang dosa. Ketika kita memegang erat harta, kita mungkin rela bertengkar untuk beberapa rupiah, dan tega membiarkan jiwa manusia masuk ke neraka. Tetapi ketika kita mengendorkan cengkeraman kita terhadap harta, hati kita dengan sendirinya bisa mengasihi orang dosa, kita akan merasakan setiap jiwa itu berharga. Tuhan berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat.16:26). Sesungguhnya, mengeluarkan semua harta kita di dunia ini demi menyelamatkan satu jiwa, itu pun masih layak.

27 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 1 Jumat

Berbagian dalam Pelayanan Injil dengan Harta
Lukas 8:2a,3b
Dan ada beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh jahat dan berbagai penyakit...Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan harta milik mereka.

Ayat Bacaan: Luk. 8:1-3; Kis. 4:35

Salah satu tanda bahwa kita mengasihi Tuhan adalah kita mau dengan sukarela melayani Dia. Kita dapat melayani Tuhan dengan apa yang kita miliki, termasuk dengan harta kita, seperti yang dilakukan oleh beberapa perempuan dalam Lukas 8:1-3. Mereka adalah Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana istri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Beberapa dari mereka telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan berbagai penyakit. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan Tuhan dengan harta milik mereka.
Setelah kita diselamatkan oleh Allah, bagaimanakah kita memperlakukan harta benda yang pernah dipergunakan oleh Iblis pada masa lalu untuk menyimpangkan manusia? Sejak kita diselamatkan oleh Tuhan, maka sudah selayaknya kita menggunakan harta kita bagi kepentingan Tuhan, khususnya bagi kemajuan penyebaran Injil-Nya. Perkara yang paling diberkati dan diperkenan Tuhan ialah mempersembahkan diri dan harta bagi Injil-Nya.
Melalui teladan Rasul Paulus, kita dapat mengetahui bahwa seorang yang mempunyai roh Injil tidak akan ragu untuk mengorbankan harta dan tenaganya demi keselamatan jiwa orang lain. Pengorbanan yang demikianlah yang bisa membuat orang lain mendapatkan Injil dengan cuma-cuma. Orang yang dipenuhi dengan roh Injil tidak akan mencintai harta benda, sebaliknya ia akan mempersembahkan segala miliknya demi Injil. Menyayangi diri sendiri dan mencintai harta benda merupakan penghalang terbesar bagi kaum beriman untuk berbagian dalam memajukan Injil.
Tanpa mengeluarkan harta bendanya, persembahan seseorang masih mengambang, tak berwujud, mudah ditarik kembali. Sebab itu Alkitab mencatat bahwa murid-murid dalam gereja sebermula meletakkan semua miliknya di depan kaki rasul-rasul (Kis. 4:35). Sayang, hari ini terlalu banyak persembahan kaum beriman yang abstrak, hanya di bibir berkata aku mau mempersembahkan segalanya untuk Tuhan. Hari ini keperluan Tuhan sangat besar. Kalau gereja di tempat kita mau kuat, maka seluruh kaum imani perlu mempertaruhkan segala milik mereka untuk menunjang keperluan Injil.

26 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 1 Kamis

Iman, Kasih dan Damai Sejahtera
Lukas 7:50
Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu, ”Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan damai!”

Ayat Bacaan: Luk. 7:42, 50; 1 Ptr. 1:8

Iman, kasih, dan damai sejahtera adalah tiga kebajikan penting dalam mengalami dan menikmati keselamatan Allah. Iman dihasilkan dari pengenalan kita terhadap Penyelamat dalam kuasa dan kebajikan-Nya yang menyelamatkan. Kasih berasal dari iman, dan kasih mendatangkan damai sejahtera. Hasilnya, kita dapat mengikuti Tuhan.
Ketika kita mengalami pengampunan Tuhan yang murah hati, dengan sendirinya kita akan mengasihi Dia. Walau kita semua mengasihi Tuhan, namun kadar kasih kita kepada-Nya tergantung pada berapa banyak kita mengalami pengampunan-Nya. Inilah sebabnya Tuhan berkata kepada Simon, “Tetapi orang yang sedikit diampuni sedikit juga ia mengasihi” (Luk. 7:47). Banyaknya perbuatan kasih yang dilakukan oleh perempuan itu adalah bukti bahwa banyak dosanya yang telah diampuni. Sebaliknya, sedikitnya perbuatan kasih yang dilakukan oleh Simon membuktikan bahwa dia hanya sedikit diampuni.
Perkataan Tuhan tentang kasih dalam Lukas 7:42 menunjukkan dengan jelas bahwa kasih adalah hasil dari pengampunan. Kasih kepada Tuhan muncul setelah ada pengampunan. Lalu apakah yang menyebabkan datangnya pengampunan? Iman. Karena iman kepada Kristus dan karya-Nya, maka dosa-dosa kita diampuni. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada perempuan itu, “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan damai” (Luk. 7:50). Dosa-dosa kita diampuni bukan karena kasih kita, tetapi karena iman kita. Oleh sebab itu, iman menghasilkan pengampunan, pengampunan menghasilkan kasih, dan kasih mendatangkan damai sejahtera.
Karena kita telah percaya kepada-Nya, maka kita mengasihi-Nya. Hasilnya, timbullah sukacita, yang sangat besar, mulia, dan tak terkatakan (1 Ptr. 1:8). Jika kita ingat betapa dosa kita telah diampuni, maka tak dapat tidak kita mengasihi Tuhan. Pada suatu hari, Tuan Evan Robert menangis karena salib Tuhan tidak dapat menggerakkan hatinya untuk mengasihi Tuhan. Dia terus menangis di hadapan Tuhan dan baru berhenti setelah salib itu menggerakkan hatinya lagi. Akhirnya, melalui dialah Tuhan membangkitkan kebangunan rohani yang terkenal dalam sejarah, yaitu kebangunan di Wales (1904-1906).

25 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 1 Rabu

Banyak Diampuni, Banyak Berbuat Kasih
Lukas 7:47-48
Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.”

Ayat Bacaan: Luk. 7:36-50; 1 Kor. 11:15; 2 Kor. 5:14

Setelah menguatkan dan memuji pelopor-Nya (Luk. 7:24-35), Tuhan Yesus diundang oleh seorang Farisi untuk makan di rumahnya. Dengan menerima undangan orang Farisi itu untuk datang makan ke rumahnya, Tuhan Yesus memberi satu kesempatan berharga bagi seorang perempuan berdosa yang telah diampuni untuk menyatakan kasihnya kepada Tuhan.
Lukas 7:37-38 mencatat, “Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.” Rambut adalah kemuliaan bagi seorang perempuan (1 Kor. 11:15). Melalui menyeka kaki Tuhan dengan rambutnya, perempuan itu mengasihi Dia dengan kemuliaannya.
Karunia pengampunan Allah tidak saja membuat kita takwa kepada-Nya, juga membuat kita lebih cinta kepada-Nya. Setelah perempuan itu mendapatkan pengampunan Tuhan, bukan saja ia tidak berdosa lagi, bahkan dengan segala yang dimilikinya, ia menyatakan kasihnya kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan yang Tuhan katakan, “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih” (Luk. 7:47).
Kasih kita kepada Tuhan adalah hasil dari pengampunan-Nya atas dosa-dosa kita. Orang yang telah diampuni sewajarnya mengasihi Tuhan. Kalau tidak demikian, sungguh keterlaluan. Namun sayang, hari ini banyak orang berlaku seperti Simon, merasa diri sendiri tidak berdosa dan tidak merasa perlu akan pengampunan (Luk. 7:39). Tetapi kalau Tuhan menerangi kita, barulah kita mengetahui betapa banyaknya hutang dosa kita kepada Tuhan dan kita tidak mungkin sanggup membayarnya. Namun oleh belas kasih-Nya, hutang dosa kita telah dihapuskan. Sekarang, sepatutnyalah kita mengasihi Dia, melayani Dia, bahkan mencurahkan seluruh diri kita kepada-Nya, bukan karena paksaan melainkan karena dorongan kasih-Nya di dalam kita (2 Kor. 5:14).

24 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 1 Selasa

Tidak Tersandung Karena Tuhan
Lukas 7:22b-23
“Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”

Ayat Bacaan: Luk. 7:19-23; Yoh. 1:26-36; Mat. 11:2; Mrk. 6:25-28

Kabar tentang perbuatan Tuhan dalam membangkitkan seorang anak muda yang mati di Nain ternyata tersebar luas dan terdengar pula oleh Yohanes pembaptis (Luk. 7:18). Pada saat itu ia sedang dipenjarakan oleh Herodes (Mat. 11:2), dan murid-muridnya melaporkan semua peristiwa yang terjadi itu kepadanya. Mungkin murid-murid Yohanes bertanya-tanya di dalam hati, “Mengapa Tuhan yang memiliki kuasa dan simpati dalam menyembuhkan dan membangkitkan orang mati, justru melupakan pelopor-Nya yang sedang dipenjarakan?”
Setelah mendengar kabar itu, Yohanes mengutus dua orang muridnya untuk bertanya kepada Yesus, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” (Luk. 7:19). Pertanyaan Yohanes Pembaptis di sini seakan-akan meragukan status Kristus, tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Yohanes tahu dengan jelas bahwa Yesus adalah Mesias atau Kristus (Yoh. 1:26-36). Namun sekarang, Yohanes mengutus muridnya untuk bertanya demikian kepada Tuhan untuk menarik perhatian Tuhan supaya segera datang membebaskan dia dari penjara. Tetapi bagaimanakah reaksi Tuhan terhadap permintaan Yohanes? Dari catatan Alkitab kita mengetahui bahwa Tuhan tidak melakukan upaya apa-apa untuk membebaskan Yohanes, sebaliknya “membiarkan” dia di sana sampai akhir ajalnya (Mrk. 6:25-28).
Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari peristiwa ini? Tuhan berkata, “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku” (Luk. 7:23). Tatkala kita berada dalam kesulitan atau penderitaan, kita boleh berdoa kepada Tuhan. Tetapi kita harus tahu satu hal bahwa kita tidak dapat memaksa Tuhan untuk melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya. Kalau Tuhan mau menolong kita keluar dari kesulitan, itu adalah karena rahmat-Nya. Tetapi bila Tuhan tidak segera menolong kita, karena Dia memang mengizinkan kesulitan itu menimpa kita demi suatu maksud tertentu, itu adalah hak-Nya. Kita tidak seharusnya menjadi kecewa atau tersandung karena Tuhan. Tuhan tidak mungkin salah, dan Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Asal kita mengasihi Dia, peristiwa apa pun akan mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm. 8:28).

23 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 1 Senin

Membangkitkan Orang Mati dengan Kuasa-Nya
Lukas 7:13-14
Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya,..., Ia berkata, ”Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”

Ayat Bacaan: Luk. 7:11-17; 19:10; Ef. 2:1; Yoh. 11:25; Why. 20:15

Setelah menyembuhkan seorang hamba perwira dengan perkataan-Nya yang penuh kuasa, Yesus dengan murid-murid-Nya kemudian pergi ke suatu kota yang bernama Nain (Luk. 7:11). Ketika mereka mendekati pintu gerbang kota, mereka menjumpai serombongan orang yang sedang mengusung orang mati. Orang yang mati itu adalah seorang anak laki-laki, anak tunggal dari seorang janda. Ketika Tuhan melihat janda itu berduka, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” (Luk. 7:13). Perkataan Tuhan di sini penuh dengan simpati.
Kemudian Lukas 7:14-15 mencatat, “Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata. ‘Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!’ Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.” Walau Tuhan Yesus tidak diminta untuk melakukan apa-apa, namun Dia telah memperlihatkan simpati, kasih, dan kemurahan-Nya dengan membangkitkan anak muda yang mati itu. Sebagaimana sebelumnya Yesus dengan perkataan-Nya yang penuh kuasa menyembuhkan hamba perwira yang hampir mati, sekarang dengan kuasa firman-Nya pula Dia membangkitkan anak muda yang benar-benar telah mati. Tindakan Tuhan di sini menunjukkan bahwa Dia datang untuk menyelamatkan orang dosa yang hilang (Luk.19:10).
Di pandangan Allah, semua orang telah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa (Ef. 2:1). Tetapi Tuhan berkata, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:25b). Hari ini banyak orang yang berduka karena kematian jasmani yang dialami oleh sanak keluarga mereka, tetapi sangat sedikit yang berduka akibat kematian rohani. Saudara saudari, kematian jasmani tidak seberapa menakutkan dibandingkan dengan kematian rohani. Bila roh seseorang tidak pernah dihidupkan dan dibangkitkan oleh Tuhan, maka ia akan mengalami kebinasaan kekal (Why. 20:15). Fakta ini seharusnya membuat kita berduka tatkala melihat orang-orang yang belum percaya Tuhan. Kita seharusnya berdoa bagi mereka dan mencari kesempatan untuk “mengusung” mereka kepada Tuhan agar roh mereka dihidupkan.

22 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 1 Minggu

Percaya pada Firman Tuhan yang Penuh Kuasa
Lukas 7:6b-7
“Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”

Ayat Bacaan: Luk. 7:1-10; Mzm. 84:12; Mat. 6:25-33

Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika mendengar tentang Yesus, perwira ini menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. Mereka berkata kepada Yesus, “Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami” (Luk. 7:1-5).
Lukas 7:6 mencatat, “Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka.” Catatan ini menunjukkan bahwa Yesus mengabulkan permintaan perwira itu untuk menyembuhkan hambanya yang sakit keras dan hampir mati. Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela (Mzm. 84:12). Ketika Yesus tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (Luk. 7:6-7).
Ajaib sekali, meskipun perwira itu bukan orang Yahudi, namun ia sangat mengenal makna dari perkataan yang berkuasa. Itulah sebabnya ia berpesan kepada Yesus, “Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Perwira itu menyadari bahwa di dalam perkataan Tuhan terkandung kuasa untuk menyembuhkan orang yang hampir mati sekalipun. Karena iman perwira itu, Yesus menjadi heran dan berkata, “Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” (Luk. 7:9). Karena imannya terhadap perkataan Tuhan, hamba perwira itu telah sehat kembali (Luk. 7:10).
Kita betul-betul memerlukan pengenalan yang memadai atas firman Tuhan. Misalnya, karena kurang mengenal firman, tanpa disadari kita lebih mempercayai kekuatiran kita daripada kuasa pemeliharaan Bapa (Mat. 6:25-33). Kondisi ini tidak normal. Seandainya kita mengenal kuasa Allah dalam firman-Nya, tentu segala macam “penyakit” kekuatiran akan tersingkir dari pikiran kita.