Hitstat

31 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 3 Senin

Stefanus Melihat Kemuliaan Allah
Kisah Para Rasul 7:55
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah

Ayat Bacaan: Kis. 7:2, 55-58; Mat. 26:64; Ibr. 1:3, 13

Dari pembicaraan Stefanus dalam pasal 7 kita dapat menyadari bahwa ia adalah seorang guru besar. Pengutaraannya yang panjang menunjukkan bahwa ia berpengetahuan dalam firman Allah. Dia memang bersyarat untuk mengajarkan Kitab Suci. Ajaran Stefanus itu kaya, penuh kuasa, dan penuh makna. Ia memang seorang guru yang hebat. Meskipun Stefanus memiliki karunia-karunia khusus, ketika dipilih untuk melayani meja, ia dengan rela melayani. Di sini kita memiliki satu teladan yang baik.
Dalam 7:55 Stefanus secara esensial penuh dengan Roh itu di dalam. Ini mengacu kepada hayat, bukan kepada pekerjaan. Peristiwa Stefanus melihat kemuliaan Allah adalah satu pengakuan dan dorongan yang sangat besar bagi orang yang dianiaya. Stefanus juga melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Dalam hal kenaikan Tuhan, biasanya disebut duduk di sebelah kanan Allah (Mat. 26:64; Ibr. 1:3, 13). Tetapi Stefanus melihat Dia sedang berdiri. Ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat memperhatikan orang-orang yang dianiaya bagi-Nya. Dalam 7:2 Stefanus mengatakan bahwa Allah yang mulia menampakkan diri kepada Abraham. Sekarang kita diberi tahu bahwa Stefanus melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Bumi menolak Stefanus dan tertutup baginya, tetapi langit terbuka kepadanya, menunjukkan bahwa surga beserta dia dan untuk dia.
Sama seperti Stefanus kita juga harus senantiasa penuh dengan roh untuk dapat menghadapi berbagai penganiayaan atau penderitaan. Hasilnya adalah kita dapat melihat kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah adalah ekspresi Allah. Kita tidak perlu menunggu hingga di alam kekal baru melihat ekspresi Allah, bahkan hari ini pun kita dapat melihatnya. Setelah mengalami penderitaan, asalkan kita senantiasa penuh roh, maka kemuliaan Allah akan terpancar dari kita. Jalan paling baik untuk senantiasa penuh dengan roh adalah dengan menyeru nama Tuhan seperti yang Stefanus lakukan. Menyeru nama Tuhan akan membawa masuk persona Allah yang mulia itu menjadi kemuliaan kita. Saat menyeru nama Tuhan maka Allah terekspresi.

30 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 3 Minggu

Allah Mahamulia Menampakkan Diri kepada Abraham
Kisah Para Rasul 7:2
Jawab Stefanus: “Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran."

Ayat Bacaan: Kis. 7:2-3; Yos. 24:3; Kel. 29:43; Kej. 12:1-4; Flp. 3:20; Gal. 3:7-9; Rm. 4:6-17; 2 Ptr. 1:3

Setelah manusia sepenuhnya jatuh di bawah hasutan Satan, seluruh umat manusia berada dalam pemberontakan melawan Allah. Ini berarti Allah telah disingkirkan keluar dari bumi. Tetapi setelah Satan melakukan yang terhebat untuk merusak manusia yang diciptakan Allah, Allah yang tujuan-Nya tidak berubah, datang untuk mendapat permulaan yang baru! Allah yang mulia menampakkan diri kepada Abraham di Ur-Kasdim dan memanggilnya keluar dari negeri berhala.
Awalnya, Abraham enggan untuk menaati panggilan Allah, untuk keluar dari negerinya dan keluarganya dan masuk ke dalam tanah permai. Ia perlu dikuatkan dengan penampakan Allah untuk menaati panggilan Allah, untuk keluar dari negeri berhala. Walaupun secara umum Abraham diterima sebagai bapa iman, namun ia lemah seperti kita, ia masih memerlukan kekuatan yang hanya dapat diberikan oleh penampakan Allah. Allah memanggil Abraham dengan menampakkan diri-Nya sebagai Allah yang Maha mulia (Kis. 7:2-3). Allah memanggilnya bukan hanya dengan kata-kata. Dia memanggilnya dengan kemuliaan-Nya, sehingga Abraham melihat dan tertarik oleh kemuliaan Allah.
Pengalaman kita juga demikian. Dalam makna tertentu, kita juga telah melihat kemuliaan Allah. Ketika kita mendengarkan Injil dan Injil itu masuk ke dalam kita, kita melihat kemuliaan Allah. Apakah Anda tidak melihat kemuliaan Allah pada saat Anda beroleh selamat? Awalnya kita tidak berniat menerima Allah, namun ketika Injil masuk ke dalam kita, tidak tertahan lagi kita berkata, “Ya Allah, hamba mau Engkau!” Tak dapat kita sangkal bahwa kemuliaan Allah telah tertampak oleh kita. Pengalaman yang demikian tidak dapat diutarakan. Tak seorang pun yang mampu menjelaskannya dengan jelas. Ketika Injil masuk ke dalam kita, kita hanya dapat berkata bahwa Allah yang Maha mulia telah menampakkan diri kepada kita, menarik kita, serta memanggil kita. Seperti Abraham, kita juga dipanggil oleh Allah yang Maha mulia.Tak peduli betapa lemahnya kita, kita harus cepat-cepat menjawab panggilan Allah dan meninggalkan segala sesuatu yang bukan Allah. Makin cepat kita maju, makin baik. Bergegaslah, keluarlah dari segala sesuatu yang bukan Allah.

29 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 2 Sabtu

Peralihan Zaman Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru
Kisah Para Rasul 6:14
Sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita

Ayat Bacaan: Mat. 11:13, 23:37-39, 24:2; Kis. 11:1-3, 15:1-5, 21:18-26

Menurut ayat 14, para penentang menuduh Stefanus mengatakan bahwa Yesus akan menghancurkan bait dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa. Ini menunjukkan bahwa pasti ada perkataan yang tersebar di antara kaum beriman tentang peruntuhan bait, seperti yang dinubuatkan Tuhan dalam Matius 23:37-39 dan 24:2, dan perkataan tentang pengakhiran zaman hukum Taurat, seperti yang dibicarakan Tuhan dalam Matius 11:13. Tak diragukan lagi, penentangan orang-orang Yahudi itu adalah hasutan Iblis untuk menghalangi ekonomi Perjanjian Baru Allah, dan dasar yang dipakai Iblis untuk menimbulkan penentangan ini adalah perubahan zaman, yang berlawanan dengan tradisi Yahudi. Ekonomi Perjanjian Baru Allah adalah untuk mendapatkan satu zaman baru yang mutlak terpisah dari Yudaisme. Ini melanggar tradisi-tradisi yang telah mereka warisi dari generasi ke generasi, karena itu orang-orang Yahudi marah dan bangkit menentang. Pada masa itu pergerakan Perjanjian Baru Tuhan sedang melalui masa transisi.
Menurut catatan Lukas dalam kitab ini, gereja di tengah-tengah orang-orang Yahudi, termasuk para rasul sebermula, tidak bisa dengan sukses melalui transisi ini, karena pengaruh latar belakang Yahudi yang masih ada dan tentangan yang menjerat dari kerabat Yahudi mereka. Dalam kitab ini, masalah ini terus-menerus mengganggu mereka (11:1-3; 15:1-5; 21:18-26). Bahkan Rasul Paulus pun dalam bahaya dibawa kembali kepada praktek-praktek Yahudi pada kunjungannya yang terakhir ke Yerusalem (21:20-26).
Hari ini kita juga berada dalam suatu masa transisi. Kita harus belajar untuk tidak memperhatikan tradisi apa pun dan tidak berada di dalam pengaruh agama mana pun. Kita perlu tepat dan mutlak bagi peralihan Tuhan supaya kita dibawa keluar dari tradisi dan dibawa kembali kepada ekonomi Perjanjian Baru Allah yang murni. Apakah ekonomi Perjanjian Baru Allah itu? Tidak lain Yesus Kristus, manusia Allah, sebagai segala sesuatu bagi kita. Dia adalah hukum kita, bait kita, dan segala sesuatu kita. Kiranya kita semua dibantu oleh Tuhan untuk melihat terang dari kebenaran-kebenaran ilahi dalam Alkitab, supaya kita dapat sepenuhnya dibawa masuk ke dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah.

28 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 2 Jumat

Penentangan Kaum Agamawan Yahudi
Kisah Para Rasul 6:9-10
Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara

Ayat Bacaan: Kis. 4:1-31, 5:17-42, 6:8-8:3; Mat. 26:59; Yoh. 2:19

Sewaktu kita membaca kitab Kisah Para Rasul, kita melihat bahwa seiring dengan makin bertumbuhnya firman dan bertambah banyaknya murid maka perlawanan, penentangan, dan serangan dari kaum agamawan Yahudi juga semakin meningkat (Kis. 4:1-31, 5:17-42, 6:8-8:3). Kisah Para Rasul 6:11-12 mengatakan, “Lalu mereka mempengaruhi beberapa orang untuk mengatakan: Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah. Dengan jalan demikian mereka menghasut orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama”. Orang-orang Yahudi penentang menghasut orang banyak dan memutarbalikkan perkataan orang-orang beriman, sama seperti ketika mereka menyalibkan Tuhan, mereka memutarbalikkan perkataan yang Tuhan katakan dalam Yohanes 2:19.
Dalam Matius 5:11, Tuhan berkata, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” Ketika kita hidup untuk Kerajaan Surga berdasarkan sifat surgawinya, kita akan dicela, dianiaya, dan difitnah dengan segala yang jahat, terutama oleh kaum agamawan yang berpegang pada konsep agamawi tradisional mereka. Kaum agamawan Yahudi melakukan hal-hal itu terhadap para rasul pada masa awal Kerajaan Surga (Kis. 5:41; 13:45, 50; 2 Kor. 6:8; Rm. 3:8). Dalam 2 Timotius 3:11, Paulus pun berbicara tentang penganiayaan dan sengsara yang ditanggungnya di Antiokhia, Ikonium, dan Listra. Ayat 12 mengatakan, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” Kata “mau” di sini dalam bahasa aslinya juga berarti bertekad. Setiap orang yang mau, bertekad, menempuh hidup beribadah dalam Kristus Yesus akan mengalami penentangan dan penganiayaan.
Untuk tetap berdiri menghadapi penentangan dan penganiayaan kita juga perlu dipenuhi oleh Roh itu. Stefanus tetap mempertahankan keadaannya yang penuh dengan Roh Kudus. Meskipun orang yang menganiaya marah kepadanya, menggertakkan gigi kepadanya, tetapi ia tetap penuh dengan Roh Kudus. Sebab itu, ia bisa setia sampai mati, menjadi martir bagi Tuhan.

27 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 2 Kamis

Firman Allah Bertumbuh
Kisah Para Rasul 6:7
Firman Allah makin tersebar (TL. bertumbuh), dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya

Ayat Bacaan: Kis. 4:31, 6:3-4, 6:7, 12:24; 19:20; Mrk. 4:14

Melalui pemilihan 7 diaken, para rasul dapat memusatkan pikiran mereka dalam doa dan pelayanan firman (Kis. 6:3-4). Karena hal ini pula, Firman Allah makin tersebar seperti yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 6:7a, “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak...”. Kata “tersebar” dalam bahasa aslinya mengacu kepada pertumbuhan dalam hayat. Ini membuktikan bahwa firman Allah adalah perkara hayat yang bertumbuh bagaikan benih yang ditaburkan ke dalam hati manusia (Mrk. 4:14). Dalam Kisah Para Rasul, kita diberitahu tiga kali mengenai firman yang bertumbuh dan firman yang bertambah banyak (Kis. 6:7; 12:24; 19:20). Sesuatu yang tidak bernyawa tidak pernah dapat bertumbuh tetapi firman itu menumbuhkan. Sebenarnya, pertambahan murid-murid tergantung dari pertumbuhan firman. Namun, banyak orang yang membaca Kisah Para Rasul sebagian besar memusatkan perhatian mereka kepada Roh. Tak diragukan lagi, Roh itu ditekankan di dalam Kisah Para Rasul. Tetapi mereka yang menerima Roh tidak pergi keluar dan mengajarkan Roh itu. Melainkan, mereka mengajarkan perkataan itu. Banyak ayat dalam Kisah Para Rasul memberitahu kita bahwa apa yang diajarkan oleh kelompok pertama kaum imani adalah firman itu. Penyebaran yang demikian dalam Kisah Para Rasul 8 membawa kabar baik dari firman itu (ay. 1). Orang-orang yang percaya dalam firman itu, menerima firman itu, dan firman itu menjadi begitu besar di mana firman itu bertumbuh dan bertambah banyak.
Firman ilahi adalah sesuatu yang benar-benar kita perlukan dan kita harus menjadi satu dengan Firman itu, penuh dengan Firman, dijenuhi oleh Firman, dan disusun oleh Firman itu. Kemudian ketika kita melayankan, kita melayankan Firman itu melalui Roh. Kita tidak melayankan Roh melalui Firman, tetapi kita melayankan Firman melalui Roh. Dalam pasal empat Kisah Para Rasul, ketika murid-murid dan rasul-rasul sedang berdoa, mereka dipenuhi dengan Roh dan mulai membicarakan firman itu dengan berani (Kis. 4:31). Mereka tidak mengajarkan Roh itu; Roh hanyalah kekuatan bagi mereka untuk mengajarkan firman itu.

26 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 2 Rabu

Teladan Membagikan Tanggung Jawab

Kisah Para Rasul 6:6
Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka

Ayat Bacaan: Im. 1:4; 1 Tim. 4:14; Ef. 4:16; 5:21; 1 Kor. 12:21-22

Karena Petrus dan para rasul lainnya memikul tanggung jawab atas ministri firman, maka mereka memberikan pelayanan meja kepada orang-orang kudus lainnya. Dalam ayat 6 para rasul menumpangkan tangan mereka ke atas tujuh orang yang melayani. Ini adalah perkara penyatuan (Im. 1:4) dan penyaluran (1 Tim. 4:14). Menurut teladan ini, kita tidak boleh menggantungkan semua tanggung jawab pelayanan di atas bahu kita sendiri, tetapi perlu membagikan tanggung jawab kepada semua orang kudus. Ini adalah satu prinsip yang penting. Kita mungkin melakukan sesuatu menurut kehendak Allah, tetapi apa yang kita lakukan seharusnya bukan melalui diri kita sendiri tetapi melalui pelayanan dalam Tubuh.
Efesus 4:16 mengatakan, “Dari Dialah seluruh tubuh yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota.” Orang yang menerima karunia memberitakan Injil, harus dengan rela hati melakukannya. Di lain pihak, ia juga harus dengan rendah hati menerima ajaran Alkitab yang diajarkan oleh mereka yang mempunyai karunia mengajar. Dan jika seseorang memiliki karunia mengajar, ia tidak dapat menganggap dirinya sudah mengetahui semuanya, namun harus menghormati dan menerima pekerjaan orang lain. Kita harus belajar menerima pembatasan. Kita harus belajar menerima pekerjaan orang lain sama seperti pekerjaan sendiri.
Kita harus mencapai tahap segenap Tubuh berkoordinasi bersama dalam pelayanan. Janganlah kita meremehkan satu anggota Tubuh, memandangnya begitu kecil, sampai tidak ada fungsinya. Setiap anggota Tubuh mempunyai fungsinya sendiri dan tidak bisa digantikan oleh anggota Tubuh yang lain (1 Kor. 12:21-22). Bahkan fungsi yang sebesar apa pun tidak bisa menggantikan fungsi yang paling kecil. Karena itu dalam pelayanan gereja setiap orang perlu menunaikan tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam gereja tidak ada seorang pun yang boleh menjadi anggota pasif. Oleh karena itu, kita perlu belajar mempercayai anggota tubuh yang lain melalui membagikan tanggung jawab pelayanan kepada orang lain.

25 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 2 Selasa

Memusatkan Pikiran dalam Doa dan Pelayanan Firman

Kisah Para Rasul 6:4
Dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman

Ayat Bacaan: Ibr. 1:1; 2 Sam. 23:2; Kol. 4:2, 3:16; Ef. 6:17-18

Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa pekerjaan Allah yang terpenting di bumi adalah pembicaraan Firman-Nya. Allah memilih berbicara melalui manusia (Ibr. 1:1; 2 Sam. 23:2). Firman Allah dilepaskan melalui mulut manusia. Kisah Para Rasul 6:4 berkata, “Supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan firman.” Pelayanan firman ialah melayani orang dengan firman Allah. Namun pelayanan firman perlu didahului oleh doa. Doa membuat roh kita dilatih dan dikuatkan. Karena itu, untuk mengenal firman Allah, kita harus memiliki doa yang cukup. Tanpa doa, ministri firman tidak akan hidup dan kuat. Tanpa doa, meskipun firman bisa diberitakan tetapi tanpa kekuatan, tanpa otoritas. Bila ingin firman yang kita beritakan ada kekuatan, ada otoritas, mutlak harus berdoa. Berdoa sangat penting bagi pemberitaan firman.
Dalam Kolose 4:2 Paulus menyuruh kita bertekun dalam doa. “Bertekun dalam doa” berarti bukan hanya terus-menerus dalam doa, tetapi kita harus berjuang atau berusaha keras untuk meneruskan doa kita. Dalam lingkungan kita, hampir setiap hal bertentangan dengan doa. Untuk dapat berdoa, kita perlu melawan arus lingkungan kita. Jika kita lemah dalam berdoa, kita akan mudah terbawa arus lingkungan kita. Sebab itu, kita perlu berdoa terus-menerus dan bertekun dalam doa di tengah-tengah lingkungan kita.
Ketika kita masuk ke dalam Dia dan kita bersatu dengan Dia dalam ministri surgawi-Nya, kita bersatu dengan Dia dalam doa dan dalam pelayanan firman. Untuk bertekun dalam pelayanan firman, kita perlu meluangkan waktu untuk mempelajari dan merenungkan firman Tuhan agar kita mendapatkan terang dan wahyu Allah. Dengan bertekun di dalam firman kita akan menjadi orang yang dipenuhi, dijenuhi, diresapi dan bersatu dengan firman. Kapan saja kita berhimpun dalam persekutuan, atau saat menggembalakan orang lain, kita dapat membantu orang lain menerima dan memahami firman Allah. Setiap o-rang yang menghadiri persekutuan kita pun dapat terbuka untuk menerima makanan rohani dan menikmati suplaian yang segar, kaya dan limpah.

24 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 2 Senin

Terkenal Baik dan Penuh Roh dan Hikmat
Kisah Para Rasul 6:3
Karena itu, Saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik dan penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu

Ayat Bacaan: Kis. 6:3-6; 7:2-53; 8:5-7; 1 Tim. 3:8; Gal. 3:5; Flp. 1:1

Permulaan hidup gereja saat hari Pentakosta, semua orang hidup bersama, sehingga diperlukan orang yang mengurusi pembagian makanan. Lalu para rasul menyuruh kumpulan itu untuk memilih tujuh orang yang penuh dengan Roh Kudus dan hikmat. Bahasa Yunani untuk “penuh” dalam ayat 3 adalah pleres, bentuk kata sifat dari pleroo, artinya adalah dipenuhi dengan Roh itu di dalam dan secara esensial. Dipenuhi oleh Roh Kudus dengan diluapi oleh Roh Kudus tidaklah sama. Diluapi oleh Roh Kudus di luar tidaklah seunggul dipenuhi oleh Roh Kudus di batin. Ayat 5-6 mengatakan, “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus.” Karena tujuh orang ini dipilih untuk melayani meja, mereka dapat dianggap sebagai diaken (Flp. 1:1; 1 Tim. 3:8).
Pelayanan diaken memiliki ciri-ciri pelayanan orang Lewi, yaitu menangani urusan-urusan praktis, yang berkaitan dengan gereja. Meskipun tampaknya pekerjaan Lewi bukan urusan rohani, tetapi menunjang pekerjaan rohani. Karena itu, pekerjaan ini juga perlu dikerjakan oleh orang-orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Dari tujuh orang yang dipilih sebagai diaken-diaken itu, ada Stefanus dan Filipus. Stefanus adalah seorang guru besar. Filipus pun memiliki satu karunia khusus, dan dinyatakan menjadi seorang penginjil besar (Kis 8:5-7). Namun, meskipun Stefanus dan Filipus memiliki karunia-karunia khusus, ketika mereka dipilih untuk melayani meja, mereka dengan rela mau melayani, tidak bersungut-sungut. Ini adalah hasil dari pemenuhan Roh Kudus di batin mereka.
Tidak peduli apa jenis karunia khusus yang kita miliki, jika kita dipilih untuk melayani urusan-urusan praktis apapun, kita harus rela melayani. Bahkan jika itu adalah membersihkan kamar kecil, kita harus melayani dengan sukarela. Karena itu, kita perlu senantiasa dipenuhi oleh Roh itu, terbuka kepada Roh itu dan menerima Dia secara terus-menerus melalui menyeru nama-Nya dan berdoa. Bila kita selalu terbuka kepada Roh itu secara konstan, Roh itu akan menyuplaikan sukacita dan kerelaan untuk melayani.

23 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 2 Minggu

Masalah Bersungut-sungut
Kisah Para Rasul 6:1
Ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari

Ayat Bacaan: Maz. 133:1; 1 Kor. 6:17

Tidak lama setelah gereja dihasilkan, gereja mulai merosot. Ini jelas terlihat dalam Kitab Kisah Para Rasul. Dalam pasal 5, Ananias dan Safira menipu Roh Kudus; dalam pasal 6, ada sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani karena perkara pembagian makanan sehari-hari. Ketika o-rang-orang Yahudi yang ada di perantauan kembali ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Pentakosta, mereka berbicara dengan bahasa lain. Mereka tidak dapat berbahasa Ibrani tetapi berbicara dengan bahasa dari daerah mereka. Perbedaan bahasa ini menjadi satu masalah pada permulaan kehidupan gereja pada masa itu, sehingga di dalam gereja timbul sungut-sungut.
Bersungut-sungut adalah dari emosi kita yang belum ditanggulangi dan umumnya berasal dari para saudari; berbantah-bantahan adalah dari pikiran kita dan umumnya berasal dari para saudara. Keduanya menghalangi kita dalam melaksanakan keselamatan kita sampai sepenuhnya dan menghalangi kita dalam mengalami dan menikmati Kristus sepenuhnya. Di antara suami dan istri, ayah dan ibu, saudara dan saudari, ada banyak sungut-sungut dan perbantahan. Bahkan di dalam apa yang disebut “hidup gereja yang mulia”, ada juga hal-hal ini. Tidak berbantah-bantahan berarti tidak ada keragu-raguan. Tidak bersungut-sungut berarti bisa mempercayai orang lain, bisa saling mengasihi, dengan demikian gereja akan sehat dan terbangun.
Tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantahan benar-benar satu hal yang besar! Orang yang memperhidupkan Kristus tidak akan bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Kita perlu keselamatan yang seketika untuk melepaskan kita dari sungut-sungut dan perbantahan. Kita perlu keluar dari kebiasaan suka bersungut-sungut kepada satu kehidupan yang memperhidupkan Kristus melalui berseru kepada-Nya terus menerus. Bila kita berpaling kepada Tuhan dan berkata, “O Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu,” kita akan diselamatkan dari bersungut-sungut dan berbantah-bantah. Ini adalah doa singkat yang paling manjur untuk memperhidupkan Kristus.

22 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 1 Sabtu

Sukacita Dianggap Layak Menderita karena Nama Yesus
Kisah Para Rasul 5:41
Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus

Ayat Bacaan: Kis. 5:33-41; 5:42

Kisah Para Rasul 5:33-40 menggambarkan larangan dan pembebasan terhadap para rasul oleh Mahkamah Agama. Ayat 33 mengatakan, “Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu.” Secara harfiah, “tertusuk hati” itu berarti “digergaji.” Ini adalah ungkapan kiasan yang keras untuk suasana hati yang kesal. Ayat 34 melanjutkan, “Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang pengajar hukum Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, berdiri dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar.” Gamaliel adalah seorang yang saleh, beribadah, namun ia tidak berada di dalam ekonomi Allah, bahkan ia tidak tahu apa-apa tentangnya. Gamaliel tidak tahu apa yang sedang Tuhan lakukan melalui Petrus dan Yohanes. Meski demikian, orang-orang yang di dalam Mahkamah Agama itu menghormati dan menerima perkataan Gamaliel. Setelah memanggil para rasul, lalu “mencambuk mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan” (ay. 40). Oleh karena itu, “rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan sukacita, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus” (ay. 41). Dihina demi Nama Yesus adalah menderita malu karena Nama itu. Suatu kehormatan yang sejati jika kita dapat dihina karena Nama Yesus, nama yang dihina manusia tetapi dihormati Allah. Karena itu, orang-orang yang dihina itu bersukacita karena mereka dianggap layak dihina karena Nama itu.
Kisah Para Rasul 5:42 mengatakan, “Setiap hari mereka mengajar di Bait Allah dan di rumah-rumah dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.” Di sini kita nampak bahwa para rasul memberitakan Injil di dalam bait dan di rumah-rumah kaum beriman. Kita perlu memiliki beban untuk mengikuti praktek pemberitaan dan pengajaran dari rumah ke rumah ini. Kita harus seperti Petrus-Petrus dan Yohanes-Yohanes hari ini. Mereka bergerak bersama Allah, atau lebih tepatnya, Allah bergerak bersama mereka. Mereka telah dimotivasi untuk bergerak bersama Allah dengan setia meskipun ada penganiayaan, penindasan dan menderita oleh karena nama Yesus.

21 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 1 Jumat

Bertobat dan Menerima Pengampunan Dosa
Kisah Para Rasul 5:31
Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.

Ayat Bacaan: Kis. 5:31; 26:20; Mrk. 1:4, 15; Ef. 1:7

Menurut perkataan Petrus dalam 5:31, Tuhan adalah Pemimpin dan Juruselamat “supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.” Agar bisa memberikan pertobatan dan pengampunan dosa kepada umat pilihan Allah, Kristus perlu ditinggikan sebagai Pemimpin yang memerintah dan Juruselamat. Pemerintahan-Nya yang berdaulat membuat dan memimpin umat pilihan Allah bertobat; karunia keselamatan-Nya, yang berdasarkan penebusan-Nya, memberikan pengampunan dosa kepada mereka.
Pertobatan adalah untuk pengampunan dosa (Mrk. 1:4). Di pihak Allah, pengampunan dosa adalah berdasarkan penebusan Kristus (Ef. 1:7); di pihak manusia, pengampunan dosa adalah melalui pertobatan manusia. Pertobatan dan pengampunan adalah karunia-karunia utama, dan hanya Tuhan Yesus sebagai Pemimpin dan Juruselamat yang layak memberikannya. Selain Dia, tidak ada yang layak memberikan pertobatan dan pengampunan dosa-dosa kepada orang lain. Kita perlu sadar bahwa di alam semesta ini hanya Dialah yang layak memberikan pertobatan dan pengampunan dosa-dosa. Ketika Paulus melihat visi ekonomi Perjanjian Baru Allah, dia juga menasehati mereka yang ada di Damsyik, Yerusalem, dan seluruh wilayah Yudea, dan orang Kafir, untuk bertobat dan berpaling kepada Allah (Kis. 26:20). Ini menunjukkan bahwa dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah, kita harus bertobat kepada Allah dan berpaling kepada Dia sehingga kita dapat percaya kepada injil (Mrk. 1:15).
Dalam hal positif, kita telah ditangkap oleh Tuhan Yesus. Jika kita belum ditangkap, siapakah di antara kita yang akan bertobat? Tidak ada seorang pun dari kita yang akan bertobat jika Tuhan belum menangkap kita. Sebenarnya, Tuhan yang memaksa kita untuk bertobat. Kalau tidak, kita tidak akan bertobat. Pertobatan itu bukan berasal dari kita; pertobatan adalah satu karunia yang diberikan oleh Pemimpin dan Juruselamat yang ditinggikan. Setelah pertobatan, kita menerima karunia pengampunan. Puji Tuhan untuk karunia pertobatan dan pengampunan! Puji Dia bahwa Dialah yang layak memberikan pertobatan dan pengampunan kepada umat pilihan Allah!

20 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 1 Kamis

Perintis dan Juruselamat
Kisah Para Rasul 5:31
Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.

Ayat Bacaan: Kis. 5:31; Why. 19:16

Perjanjian Baru membicarakan Kristus sebagai Penguasa raja-raja, dan Petrus mengatakan bahwa Dia adalah Perintis, Kepala pemimpin. Selain itu, menurut Wahyu 19:16, Dia adalah Raja atas segala raja dan Tuan atas segala tuan. Hari ini seluruh dunia berada di bawah pemerintahan Tuhan. Dia adalah Perintis yang sesungguhnya. Sebagai Perintis, Penguasa, Dia memerintah bumi untuk tujuan keselamatan kita. Kita percaya bahwa Allah telah memilih kita, kemudian pada waktu yang tepat, Tuhan Yesus, Penguasa raja-raja di bumi, melaksanakan otoritas-Nya untuk menghasilkan lingkungan tertentu supaya kita tidak memiliki pilihan lain kecuali percaya kepada-Nya dan menerima Dia sebagai Juruselamat kita.
Sebelum kita diselamatkan, kita seperti tikus yang bebas berlari. Tetapi Tuhan Yesus melaksanakan otoritas kedaulatan-Nya memasang satu perangkap untuk menangkap kita. Sebenarnya, percaya kepada Tuhan itu bukan tergantung pada kita—itu mutlak tergantung pada-Nya. Dia telah ditinggikan untuk menjadi Perintis semua raja guna mengatur lingkungan supaya umat pilihan-Nya percaya kepada-Nya. Setelah Tuhan menangkap kita, Dia menjadi Juruselamat kita. Tetapi Dia tidak menyelamatkan kita dari tangkapan itu; sebaliknya, Dia membiarkan kita dalam satu “perangkap” untuk menyelamatkan kita dari penghakiman Allah, dari telaga api, dan dari banyak hal yang jahat. Dia menjadi Pemimpin adalah untuk otoritas, dan Dia menjadi Juruselamat adalah untuk keselamatan.
Gereja lokal adalah seperti sebuah bahtera bagi kita pada hari ini. Sekarang kita semua ada di dalam bahtera ini. Siapakah yang memasukkan Anda ke dalam bahtera gereja? Apakah Anda menaruh diri Anda sendiri di sana? Tuhanlah yang telah menaruh kita ke dalam bahtera gereja. Dia telah ditinggikan oleh Allah untuk menjadi Pemimpin, dan sebagai Pemimpin, Dia telah meletakkan kita ke dalam bahtera itu. Sering kali kita ingin keluar dari bahtera gereja, tetapi kita tidak dapat melarikan diri. Karena pengaturan Tuhan Yesus yang telah menjadi Pemimpin, maka kita berada di dalam bahtera ini dan kini kita harus menempuh hidup bersama di dalam bahtera kehidupan gereja ini.

19 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 1 Rabu

Firman Hayat
Kisah Para Rasul 5:20
“Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.”

Ayat Bacaan: Kis. 5:17-25; Yoh. 6:63; Flp. 3:13-16

Ketika jumlah orang yang percaya kepada Tuhan makin bertambah banyak, terjadilah penangkapan para rasul oleh Mahkamah Agama. Pada malam itu, seorang malaikat Tuhan melepaskan mereka dari penjara dan berkata kepada mereka, “Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup (hayat) itu kepada orang banyak.” Kita perlu memperhatikan perkataan “itu,” karena ini menunjukkan satu hayat yang khusus. Bahasa Yunani yang diterjemahkan “seluruh firman” di sini adalah rhema, yang mengacu kepada perkataan seketika, bukan perkataan tertulis yang konstan.
Hayat apakah yang dimaksud dengan “hayat itu”? Ini adalah hayat ilahi yang Petrus beritakan, suplaikan, dan perhidupkan. Hayat ini mengalahkan penganiayaan, ancaman, dan pemenjaraan dari pemimpin-pemimpin orang Yahudi. Perkataan ini menunjukkan bahwa hidup dan pekerjaan Petrus membuat hayat Allah begitu riil dan nyata dalam situasinya, bahkan malaikat pun melihat dan menunjukkannya.
Para rasul tidak disuruh membicarakan hayat ilahi secara doktrinal. Hari ini ada orang-orang Kristen yang dapat membicarakan tentang hayat, tetapi pembicaraan mereka itu sangat doktrinal. Kita perlu mencari belas kasihan dan kasih karunia Tuhan supaya kapan saja kita membicarakan mengenai hayat ilahi, kita membicarakan firman-firman hayat yang kita perhidupkan. Ini berarti hayat ilahi itu menjadi hidup kita sehari-hari. Hayat inilah yang harus kita suplaikan kepada orang lain.
Ketika kita berkontak dengan firman secara memadai melalui membaca dan berdoa, kita akan mengalami arus listrik ilahi. Ini adalah Allah yang beroperasi dan bergerak di dalam kita, dan kita akan diperkuat, dihibur, dirawat, disuplai, dan disegarkan (Flp. 2:13). Hasil operasi Allah di dalam kita adalah kita dengan spontan memiliki hayat yang dengannya kita dapat menyatakan firman hayat kepada orang lain, menyajikannya kepada orang lain, mempersembahkannya atau menerapkannya kepada orang lain (Flp 2:16). Di mana saja kita berada, dan apa saja yang kita katakan atau lakukan, kita pasti akan menjadi ekspresi Allah yang hidup.

18 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 1 Selasa

Tanda dan Mujizat Para Rasul
Kisah Para Rasul 5:12
Banyak tanda dan mujizat dibuat oleh rasul-rasul di antara orang banyak. Semua orang percaya selalu berkumpul di Serambi Salomo dalam persekutuan yang erat.

Ayat Bacaan: Kis. 5:12; 6:8; Mat. 16:1-4; 8:4; 24:24; Yoh. 4:48; 2:23-24; 2 Tes. 2:9-12

Kisah Para Rasul 5:12 mengatakan, “Banyak tanda dan mujizat dibuat oleh rasul-rasul di antara orang banyak.” Catatan di sini mirip sekali dengan yang ada dalam 2:43, di mana kita diberi tahu bahwa “rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda ajaib.” Kita perlu menyadari bahwa mujizat-mujizat dan tanda-tanda itu bukanlah bagian utama kesaksian Allah, yaitu Kristus yang menjadi daging, tersalib, bangkit, dan naik ke surga, juga bukan bagian dari keselamatan sempurna Allah. Mujizat dan tanda hanyalah bukti bahwa apa yang rasul-rasul beritakan, suplaikan, dan lakukan mutlak dari Allah, bukan dari manusia (Ibr. 2:3-4). Ini berarti mujizat-mujizat dan tanda-tanda itu bukanlah bagian utama kesaksian Allah maupun bagian dari keselamatan Allah. Mujizat-mujizat dan tanda-tanda itu adalah sarana yang dipakai Allah untuk membuktikan bahwa pemberitaan dan ministri para rasul itu berasal dari Allah. Pada zaman para rasul perlu ada tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang dilakukan melalui mereka. Hari ini kita percaya adanya mujizat dan tanda ajaib, tetapi kita tidak seharusnya menekankannya.
Bagi Tuhan Yesus, Anak Allah, melakukan mujizat dan tanda ajaib adalah hal biasa. Ia adalah Allah pencipta alam semesta, maka menyembuhkan penyakit dan mengusir setan, bagi-Nya adalah perkara yang sangat kecil. Tetapi Alkitab memperlihatkan kepada kita, Tuhan tidak mau orang percaya kepada-Nya karena terlebih dulu melihat tanda ajaib (Yoh. 4:48). Ketika Tuhan berada di bumi, Ia sering menyembuhkan penyakit, Ia sering pula berpesan kepada orang-orang yang telah disembuhkan itu supaya jangan menyiarkannya (Mat. 8:4; Mrk. 5:43; 7:36). Sekalipun banyak orang yang telah percaya kepada-Nya karena perbuatan mujizat dan tanda ajaib, tetapi Tuhan tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka (Yoh. 2:23-24). Orang yang benar-benar mengenal Tuhan, bukanlah berdasarkan perbuatan mujizat atau tanda ajaib yang di luar itu, tetapi berdasarkan firman Allah dan wahyu Roh Kudus. Jika tidak, kita akan mudah terpedaya dan disesatkan oleh Iblis, nabi palsu dan Kristus palsu yang juga bisa mengadakan mujizat dan tanda ajaib yang besar (Mat. 24:24; Mrk. 13:22; 2 Tes. 2:9-12). Kita perlu mengenal kuasa Allah dengan tepat.

17 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 1 Senin

Mendustai Roh Kudus
Kisah Para Rasul 5:3-4
Tetapi Petrus berkata, “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?... Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.”

Ayat Bacaan: Kis. 4:32-37; 5:1-11

Ketika membaca Kisah Para Rasul pasal 4 kita dapat melihat betapa indahnya kehidupan gereja sebermula. Mereka sehati dan sejiwa, dan tidak ada seorang yang menganggap kepunyaannya adalah milik sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan bersama. Mereka hidup dalam kasih persaudaraan. Mereka juga hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah, sehingga tidak ada seorang pun yang berkekurangan (Kis. 4:32-37).
Namun keadaan yang demikian tidaklah berlangsung lama. Dalam pasal 5 kita melihat bagaimana gereja mengalami kemerosotan. Kegagalan gereja yang pertama adalah perkara kemunafikan. Hal ini dapat dilihat pada kasus Ananias dan Safira (Kis. 5:1-11). Apakah dosa yang mereka lakukan? Petrus menegur mereka karena mereka mendustai Roh Kudus (Kis. 5:3). Mereka tidak begitu mengasihi Tuhan, tetapi mereka ingin dipandang sebagai orang-orang yang sangat mengasihi Tuhan. Mereka tidak bersedia menyerahkan semuanya dengan senang hati kepada Tuhan, tetapi di hadapan manusia mereka bertindak seolah-olah mereka telah menyerahkan semuanya. Inilah kemunafikan rohani.
Mengapa kemunafikan yang demikian dapat terjadi pada diri Ananias dan Safira? Semuanya ini berhubungan dengan ambisi. Meskipun Ananias dan Safira telah beroleh selamat dan memiliki Roh Kudus berhuni di dalam mereka, namun mereka tidak membiarkan Roh Kudus itu memerintah dalam hati mereka. Sebaliknya mereka membiarkan Iblis memiliki kedudukan karena ambisi mereka.
Hari ini begitu banyak tingkah laku rohani yang dilakukan oleh anak-anak Allah dalam kepura-puraan dan ini dikenakan sebagai pelapis. Setiap persembahan diri yang palsu adalah dosa, dan dengan demikian setiap kerohanian yang palsu juga dosa. Penyembahan yang benar adalah dalam roh dan kebenaran. Kita semua perlu menyadari bahwa Iblis itu tidak jauh dari kita, dan kita perlu hati-hati kalau tidak mau tertipu olehnya. Jika kita ingin menghindar dari tipuan Iblis, kita harus menolak, menghukum, dan melepaskan ambisi untuk mencari nama dalam kehidupan gereja. Kapan saja kita memiliki pemikiran untuk mencari nama dalam kehidupan gereja, maka Iblis memiliki kedudukan untuk menipu kita dan, secara rohani, membawa kita ke dalam kematian.

16 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 1 Minggu

Hidup dalam Kasih Karunia yang Melimpah
Kisah Para Rasul 4:33
Dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah

Ayat Bacaan: Kis. 4:33; Flp. 3:8; Kis. 11:33; 1 Ptr. 3:7; Rm. 5:21

Salah satu ciri-ciri kehidupan gereja sebermula adalah mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah (Kis. 4:33). Namun apakah kasih karunia itu? Umumnya orang-orang menganggap kasih karunia adalah kebaikan yang kita dapatkan tanpa jasa. Dan banyak orang Kristen mengira kasih karunia adalah berkat-berkat jasmani yang diterima dari Tuhan. Misalkan, ada orang yang menghitung berkat-berkat yang Allah berikan dalam satu tahun: pekerjaan yang ideal, rumah yang besar, mobil model terbaru, dan seterusnya. Namun Paulus berkata bahwa setiap benda selain Kristus adalah sampah (Flp. 3:8).
Saudara saudari, kasih karunia yang disebut dalam Alkitab tidak hanya mengacu kepada berkat-berkat jasmani. Dalam Kisah Para Rasul 4:33 kita dapat melihat bahwa kuasa yang besar dalam kebangkitan itu adalah kasih karunia yang melimpah-limpah. Kristus di dalam kebangkitan itulah kasih karunia. Kasih karunia yang dimaksud di sini adalah Allah yang dialami, diterima, dan dinikmati oleh kaum beriman. Kisah Para Rasul 11:33 mengatakan pula bahwa Barnabas di Antiokhia melihat kasih karunia Allah, yaitu Allah yang dialami dan dinikmati oleh kaum beriman di sana. Ayat-ayat itu semua menunjukkan bahwa kasih karunia tidak lain ialah Kristus menjadi kekuatan dan suplai hayat kita yang kita alami dan nikmati.
Kita harus mengenal kasih karunia melalui pengalaman kita sehari-hari. Misalkan, seorang saudara bermasalah dengan isterinya, kemudian ia mencari orang lain dan ia mendapatkan ajaran tentang suami dan isteri dari Paulus dalam Surat Efesus. Namun, cara demikian adalah tanpa kasih karunia. Yang diperlukan saudara itu ialah adanya orang yang dapat melayaninya dengan hayat dan berdoa bersamanya, maka kasih karunia akan menyuplai dia sehingga dia dapat menghadapi masalahnya. Setiap saudara dan saudari yang telah menikah harus belajar datang dan berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, aku perlu Engkau. Aku tidak tahan lagi dengan situasi yang begini.” Asalkan kita mau terbuka sedemikian terhadap Tuhan, maka kasih karunia akan tersalur ke dalam kita dan kita akan beroleh kekuatan untuk maju ke depan.

15 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 4 Sabtu

Berdoa, Penuh Roh dan Memberitakan Firman dengan Berani
Kisah Para Rasul 4:31
Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani

Ayat Bacaan: Kis. 4:31; 1 Tes. 5:17-19; 2 Tim. 1:6-7

Kisah Para Rasul 4:31 mengatakan, ketika murid-murid sedang berdoa, “Goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.” Saat itu para murid adalah sekelompok orang Galilea yang tinggal di Yerusalem, yang berada di bawah aniaya dan ancaman penganut agama Yahudi. Namun selain diri Tuhan mereka tidak mempedulikan yang lain. Mereka hanya mengasihi Tuhan, menuntut Tuhan. Selain Kristus Putra Allah, mereka tidak mengetahui lainnya. Mereka setiap hari tak henti-hentinya berdoa, mengucap syukur dalam segala hal, juga penuh dengan sukacita. Karena itu, mereka tidak memadamkan roh itu (1 Tes. 5:17-19), mereka mengobarkan roh mereka seperti mengobarkan api (2 Tim. 1:6-7). Mereka adalah orang-orang yang demikian. Mereka tidak hanya dipenuhi Roh Kudus di dalam, di luar juga dicurahi Roh Kudus; mereka memiliki kelimpahan Roh itu. Jika sebuah gelas hanya diisi air setengahnya, itu tidak berlimpah; tetapi jika diisi sampai penuh bahkan meluap, maka air itu akan meluber dan tumpah keluar. Orang-orang saleh yang kekasih dalam Kisah Para Rasul 4:31 penuh dengan Kristus, dan karena itu meluap keluar, penuh dengan kekuatan membicarakan perkataan Allah.
Setiap orang di antara kita, seharusnya mengalirkan Kristus melalui berbicara. Jika tidak demikian, kita akan seperti ban yang kekurangan angin. Kita tidak dipenuhi, karena kita tidak berdoa. Kita tidak berdoa, karena kita meninggalkan Kristus. Kita tidak mengalirkan, karena kehidupan kita tidak menuruti roh. Kita perlu “tenggelam dan tergila-gila” terhadap Kristus. Kita perlu tinggal di dalam Kristus, menjaga diri sendiri di dalam kesatuan hayat, kesatuan organik di dalam Kristus. Kita perlu dalam tindakan kita, kehidupan kita, bahkan seluruh diri kita, menuruti roh. Dengan demikian, kita bisa setiap hari, di mana saja, membicarakan Kristus. Kita adalah orang Kristen, kita harus benar-benar memahami bahwa orang Kristen adalah ranting dari Kristus. Status kita adalah ranting yang melekat pada pokok anggur. Sebagai ranting Kristus, kehidupan kita adalah hidup menurut roh. Kemudian, dengan sendirinya kita akan mengalirkan hayat melalui memberitakan firman Allah kepada orang lain.

14 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 4 Jumat

Berkata-kata Tentang Apa yang Dilihat dan Didengar
Kisah Para Rasul 4:20
Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar

Ayat Bacaan: Kis. 4:20; 22:15; 1 Yoh. 4:14

Apakah artinya kesaksian? Dalam Kisah Para Rasul 22:15 Tuhan menyuruh Ananias memberi tahu Saulus, “Sebab Engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar.” Jadi, dasar kesaksian ialah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar. Paulus telah melihat dengan matanya sendiri, ia pun telah mendengar dengan telinganya sendiri, kemudian Allah menyuruhnya bersaksi atas apa yang ia lihat dan yang ia dengar itu.
1 Yohanes 4:14 menerangkan bahwa kesaksian ini ialah “Kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.” Apa yang kita lihat, itulah yang kita saksikan. Kita adalah orang yang telah diselamatkan, telah dilepaskan dari dosa, telah beroleh pengampunan, dan telah beroleh damai sejahtera. Setelah kita percaya kepada Tuhan, kita adalah orang yang bersukacita; sukacita semacam ini tidak pernah kita miliki sebelumnya. Kita adalah orang yang telah melihat dan mendengar. Hari ini, kita harus bersaksi atas pengalaman-pengalaman kita. Ini tidak berarti kita harus berhenti bekerja dan menjadi penginjil, melainkan kita harus bersaksi atas apa yang kita lihat dan dengar kepada keluarga, teman-teman, dan semua kenalan kita, dan membawa mereka ke hadapan Tuhan.
Jika kesaksian kita tidak berlangsung terus, Injil akan berhenti sampai diri kita. Walaupun kita telah diselamatkan, telah beroleh hayat dan terang Tuhan, bila kita tidak menyalakan orang lain, terang kita akan padam sampai saat kita terbakar habis. Kita tidak seharusnya menjumpai Tuhan dengan tangan hampa. Kita harus membawa banyak orang ke hadapan Tuhan. Orang-orang beriman yang baru, sejak semula wajib belajar bersaksi dan membawa orang kepada Tuhan. Setelah kita percaya Tuhan, pertama kali mengecap karunia keselamatan yang demikian besar, pertama kali beroleh Juruselamat yang demikian agung, pertama kali beroleh keselamatan dan kelepasan yang demikian besar, kalau kita tidak dapat bersaksi bagi Tuhan dan menjadikan diri kita suatu terang untuk menyalakan orang lain, kita benar-benar sangat bersalah terhadap Tuhan! Kiranya kita terus giat bersaksi bagi Tuhan kepada orang lain.

13 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 4 Kamis

Satu-satunya Nama Yang Menyelamatkan
Kisah Para Rasul 4:12
Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan

Ayat Bacaan: Kis. 4:10-12; Luk. 24:47; Kis. 10:43; 1 Kor. 6:11; Mrk. 16:17; Luk. 10:17-19

Hari ini nama Tuhan Yesus memberitahu kita bahwa Allah telah mengaruniakan seluruh kuasa kepada Putra-Nya, sehingga dalam nama Tuhan Yesus benar-benar terdapat kuat kuasa. Namun, tidak hanya demikian, kita masih harus memperhatikan bahwa dalam Alkitab berkali-kali mengatakan “dalam nama”, yang berarti, kita harus memperhatikan bagaimana para rasul secara riil menggunakan nama ini. Melalui tiga bagian dalam pembicaraan-Nya yang terakhir, Tuhan Yesus mengulangi kata-kata-Nya yang mengatakan: “meminta dalam nama-Ku” (Yoh. 14:13, 14; 15:16; 16:23-26). Nama Tuhan Yesus bukan hanya milik Tuhan, tetapi juga telah “diberikan kepada manusia” (Kis. 4:12). Jika kita tidak mengenal bahwa kita memiliki bagian di dalam nama ini, kita menderita kerugian yang sangat besar.
Kuat kuasa nama Tuhan bekerja dalam tiga aspek. Pertama, ketika kita memberitakan Injil, nama Tuhan berkuasa menyelamatkan manusia (Kis.4:10-12), sehingga manusia mendapatkan pengampunan dosa, pembasuhan, pembenaran, dan pengudusan terhadap Allah (Luk. 24:47; Kis. 10:43; 1 Kor. 6:11). Kedua, dalam peperangan rohani, nama Tuhan memiliki kuat kuasa, bisa melawan, mengikat dan menaklukkan kuasa Iblis (Mrk. 16:17; Luk. 10:17-19; Kis. 16:18). Ketiga, sebagaimana kita nampak bahwa dalam doa kita, nama ini sangat berkhasiat di hadapan Allah. Karena itu, Alkitab dua kali memberi tahu kita “apa pun yang kamu minta”, juga dua kali memberi tahu kita “yang kamu minta” dalam Yohanes 14:13-14; 15:16; 16:23.
Dalam nama Yesus Kristus, Dia yang almuhit itu, kita diselamatkan. Nama-Nya penuh kuasa karena Dia adalah Sang ajaib. Kita telah diselamatkan dalam nama Yesus Kristus, dan Dia adalah Sang almuhit. Kristus adalah Allah, manusia, Bapa, Putra, Roh itu, batu karang, pondasi, batu penjuru, batu utama, pintu, makanan, minuman, pakaian, hayat, kekuatan, kemampuan, fungsi, perilaku, kehidupan, perkataan, nafas, pandangan, pendengaran kita dan sebagainya. Karena itu “segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol. 3:17).

12 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 4 Rabu

Batu Penjuru Tempat Kediaman Allah
Kisah Para Rasul 4:11
Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan—yaitu kamu sendiri—namun ia telah menjadi batu penjuru

Ayat Bacaan: Kis. 4:11-12

Perkataan Petrus dalam Kisah Para Rasul 4:11-12 memperlihatkan bahwa keselamatan menyiratkan pembangunan. Kehendak Allah dalam menyelamatkan kita bukan untuk membawa kita ke surga, melainkan menyatukan kita dengan orang Yahudi, agar Ia beroleh bangunan-Nya. Banyak orang Yahudi yang tidak percaya menghina Tuhan Yesus disebabkan mereka tidak mau disatukan dengan kaum beriman bukan Yahudi. Asal seorang Yahudi tidak mau percaya Kristus, ia akan terpisah dengan kaum beriman bukan Yahudi. Tetapi bila ia percaya kepada-Nya, ia akan disatukan oleh Kristus, Sang batu penjuru, dengan kaum beriman bukan Yahudi. Entah kita orang Yahudi atau bukan, kita telah diselamatkan untuk disatukan di dalam Kristus, bersama-sama menjadi bangunan Allah.
Allah berinkarnasi untuk menjadi batu bagi pembangunan tempat kediaman universal-Nya, tetapi para pemimpin Yahudi, yang adalah tukang-tukang bangunan, telah membuang batu ini. Walaupun demikian, Allah membuat Dia menjadi batu penjuru. Semakin para pemimpin Yahudi itu menolak Dia, Allah semakin memakai Dia. Pertama, Dia adalah batu biasa. Tetapi setelah penolakan oleh para pemimpin Yahudi, Allah di dalam kebangkitan membuat Dia menjadi batu penjuru. Pada mulanya Dia adalah batu biasa. Kemudian para pemimpin Yahudi menolak Dia dengan membunuh Dia. Tetapi Allah menghormati Dia dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan membuat Dia menjadi batu khusus, batu penjuru, batu utama yang menggabungkan dinding-dinding dari suatu bangunan. Kristus adalah batu penjuru tempat kediaman Allah.
Meskipun pada hari ini ada jutaan orang Kristen di bumi, tetapi sangat sedikit sekali yang telah terbangun bersama orang lain. Alasan dari kurangnya pembangunan ini ialah begitu banyak orang beriman yang tetap berpegang pada ketentuan-ketentuan. Jika kita hanya memperhatikan dan berpegang kepada Kristus saja, bukan pada ketentuan atau peraturan yang kita miliki, Ia akan menjadi batu penjuru untuk merangkaikan kita bagi pembangunan tempat kediaman Allah. Kita baru dapat terbangun dengan seluruh kaum beriman.

11 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 4 Selasa

Batu yang Dibuang Telah Menjadi Batu Penjuru
Kisah Para Rasul 4:11
Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan—yaitu kamu sendiri—, namun ia telah menjadi batu penjuru

Ayat Bacaan: Kis. 4:11; Mzm. 118:22; Mat. 21:38-42; Yes. 28:16; Zak. 3:9; 1 Ptr. 2:4-7

Kisah Para Rasul 4:11 adalah kutipan dari Mazmur 118:22. Tuhan Yesus juga mengutip ayat ini dalam Matius 21:42, di mana Dia menunjukkan bahwa Dia adalah batu bagi pembangunan Allah (Yes. 28:16; Za. 3:9; 1 Ptr. 2:4), dan “tukang-tukang bangunan” adalah para pemimpin Yahudi yang seharusnya bekerja bagi pembangunan Allah. Perkataan Petrus menyingkapkan penolakan pemimpin-pemimpin Yahudi terhadap Yesus dan penghormatan Allah terhadap-Nya bagi pembangunan tempat kediaman Allah di tengah-tengah umat-Nya di bumi. Oleh perkataan ini Petrus belajar mengenal Tuhan sebagai batu berharga yang dihormati Allah, seperti ketika Petrus menjelaskan tentang Tuhan dalam 1 Petrus 2:4-7. Dalam ayat ini dikatakan bahwa tukang-tukang bangunan menolak Kristus sebagai batu yang hidup. Mereka menolak Kristus sampai pada puncaknya. Tuhan pernah menubuatkan bahwa mereka akan melakukan hal ini (Mat. 21:38-42). Namun, dalam kebangkitan, Kristus telah menjadi batu penjuru.
Bagi orang-orang yang tidak percaya, Kristus adalah batu yang ditolak oleh tukang-tukang bangunan. Namun, batu yang ditolak ini telah menjadi batu penjuru. Karena itu, Kristus adalah batu yang beraspek dua. Dia adalah batu untuk pembangunan Allah, ada aspek kehormatan, juga ada aspek penolakan. Di satu pihak, Kristus ditolak; di pihak lain, Dia dihormati. Dia ditolak oleh tukang-tukang bangunan Yahudi, tetapi Dia dihormati oleh Allah. Bagaimana kita tahu bahwa Kristus telah ditolak oleh para pemimpin Yahudi? Kita mengetahuinya dari fakta bahwa mereka menyalibkan Kristus. Itulah penolakan mereka terhadap Kristus. Bagaimana kita tahu bahwa Kristus dihormati oleh Allah? Kita mengetahuinya dari hal Allah membangkitkan Dia dan meninggikan Dia. Karena itu, kebangkitan dan peninggian Kristus adalah tanda yang kuat bahwa Allah telah memilih Dia dan bahwa Dia dihormati oleh Allah.
Satu Petrus 2:6 juga mengatakan bahwa orang yang percaya kepada Kristus tidak akan dipermalukan. Kristus dapat dipercaya, teguh, dan mantap. Kita dapat menaruh kepercayaan di dalam Dia dan dijamin bahwa kita tidak akan pernah dipermalukan.

10 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 4 Senin

Penuh dengan Roh Kudus
Kisah Para Rasul 4:8
Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua..

Matius 10:20
Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.

Ayat Bacaan: Kis. 4:8; Luk. 24:48-49

Sering kali manusia ingin mendapatkan Allah lebih banyak, penuh dengan Roh Kudus, dan mengenal Kristus lebih baik. Kita sangat perlu lebih banyak mendapatkan Allah, penuh dengan Roh Kudus, dan mengenal Kristus. Tetapi masih ada satu pekerjaan lainnya bukan pekerjaan menambah, melainkan mengurangi. Pekerjaan Allah yang mendasar ialah mengurangi kita. Setiap hari, sejak kita diselamatkan, Allah terus melakukan pekerjaan semacam ini, dan alat untuk pekerjaan mengurangi ini adalah salib. Pekerjaan salib adalah menyingkirkan. Pekerjaan salib bukanlah membawa sesuatu ke dalam kita, melainkan mengambilnya dari kita. Di dalam diri kita ada begitu banyak sampah. Ada begitu banyak perkara yang tidak berasal dari Allah, yang tidak membawa kemuliaan bagi-Nya. Allah ingin menyingkirkan semua itu melalui salib, supaya kita menjadi emas murni. Yang dimasukkan Allah ke dalam diri kita adalah emas murni, tetapi karena begitu banyaknya sampah di dalam diri kita, begitu banyak hal yang tidak berasal dari Allah, kita menjadi benda campuran. Itulah sebabnya Allah harus memakai banyak waktu dan tenaga, membuat kita nampak hal-hal di dalam kita yang berasal dari diri sendiri, hal-hal yang tidak dapat membawa kemuliaan bagi-Nya.
Setelah kita menerima kuasa Roh Kudus, semua pekerjaan kita akan merupakan pekerjaan seorang saksi (Lukas 24:48-49). Sebenarnya, semua pekerjaan kita adalah bersaksi bagi Tuhan. Seorang saksi tidak bisa memberi kesaksian tentang apa yang tidak dilihatnya. Orang tidak dapat memberi kesaksian tentang apa yang tidak dialaminya. Bahkan seseorang tidak dapat memberi kesaksian tentang apa yang tidak didengarnya dari orang lain. Dengan kata yang lebih tegas, orang yang tidak memiliki pengalaman terhadap apa yang diberitakannya, adalah orang yang memberikan kesaksian palsu! Itulah sebabnya Roh Kudus tidak bekerja sama dengan kita. Satu hal lagi yang harus kita ketahui, entah yang bekerja itu Roh Kudus atau roh jahat, harus ada manusia sebagai saluran kuasa. Jika kita tidak memiliki pengalaman akan apa yang kita beritakan, Roh Kudus pasti tidak dapat menggunakan kita sebagai saluranNya, untuk mengalirkan hayatNya ke dalam hati orang.

09 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 4 Minggu

Penangkapan dan Pemeriksaan Mahkamah Agama
Kisah Para Rasul 4:2
Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati

Ayat Bacaan: Mat. 26:59; Kis. 5:21; 6:12; 22:30; Gal. 1:13, 4, 15-16a

Dalam keempat Kitab Injil, Mahkamah Agama yang terdiri atas pemimpin-pemimpin Yahudi menjadi penentang terkuat terhadap Tuhan Yesus dan ministri-Nya, bahkan menjatuhkan hukuman mati atas Tuhan (Mat. 26:59). Kayafas, Yohanes dan Aleksander adalah orang- orang terhormat di antara orang-orang Yahudi, karena nama mereka disebut bersama pemimpin-pemimpin Mahkamah Agama Yahudi. Sekarang, dalam kitab Kisah Para Rasul, Mahkamah Agama yang sama dengan susunan pemimpin yang sama, memulai penganiayaan terhadap para rasul dan ministri mereka (5:21; 6:12; 22:30). Ini menunjukkan bahwa agama Yahudi telah jatuh ke dalam tangan musuh Allah, Satan, Iblis. Iblis menggunakan agama Yahudi untuk menghalangi, bahkan merusak pergerakan Allah dalam ekonomi Perjanjian Baru-Nya bagi perampungan kehendak kekal-Nya, yaitu membawa kerajaan-Nya ke bumi dengan mendirikan dan membangun gereja-gereja melalui pemberitaan Injil Kristus.
Galatia 1:13 mewahyukan bahwa ketika Paulus berada dalam agama, dia menganiaya gereja Allah secara berlebihan dan merusaknya. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa asalkan kita memegang sesuatu yang agamawi, kita akan menjadi orang yang menganiaya gereja. Bagi beberapa orang, agama adalah kata yang positif, tetapi bagi mereka yang melaksanakan hidup gereja, agama adalah kata yang negatif. Jika kita berada dalam gereja, kita berada di luar agama. Jika kita dalam agama, kita tidak dapat berada di dalam hidup gereja yang sejati. Paulus di dalam Efesus 1:23 menjelaskan bahwa gereja adalah satu organisme. Gereja adalah suatu organisme sebagai Tubuh, manusia baru, Kerajaan Allah, keluarga Allah, tempat tinggal Allah, istri Kristus, dan pejuang yang berperang di medan peperangan. Agama menganiaya gereja dan agama berlawanan dengan Kristus. Paulus sangat bergairah dalam agama, tetapi Allah berkenan mewahyukan Kristus kepada orang ini yang sangat maju dalam agama. Allah menolong dia keluar dari dunia agama dengan mewahyukan Anak-Nya di dalam dia (Gal. 1:4, 15-16a). Kita perlu memberitahu Tuhan bahwa kita di sini bukan untuk agama, tetapi kita sepenuhnya bagi Kristus yang hidup.

08 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 3 Sabtu

Allah Membangkitkan dan Mengutus-Nya kepada kamu
Kisah Para Rasul 3:26
Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu

Ayat Bacaan: Kis. 3:26; Rm. 8:15; 10:12-13; 1 Kor. 2:12

Setelah menyajikan Kristus sebagai Sang Penyembuh dalam berbagai aspek, Petrus mengungkapkan satu perkataan kesimpulan dalam ayat 26, yaitu bahwa Allah telah mengutus kembali Kristus yang naik ke surga, pertama-tama kepada orang-orang Yahudi dengan mencurahkan Roh-Nya pada hari Pentakosta. Roh yang Allah curahkan itu adalah Kristus yang dibangkitkan dan ditinggikan ke atas segala tingkat langit oleh Allah.
Pada waktu Petrus membicarakan firman yang tercatat dalam ayat 26 ini, Hamba Allah telah naik ke surga dan tetap ada di sana. Meskipun demikian, Petrus memberitahu orang-orang bahwa Allah telah mengutus Kristus untuk memberkati mereka. Sebenarnya, Allah telah menerima Kristus ke dalam surga. Tetapi Petrus mengatakan bahwa Allah telah mengutus Dia yang naik ini kepada umat-Nya. Dengan cara bagaimanakah Allah mengutus Kristus yang naik ini kepada umat Yahudi? Dengan cara mencurahkan Roh itu. Roh yang dicurahkan itu sebenarnya adalah diri Kristus yang naik itu. Ketika Roh yang dicurahkan itu sampai kepada orang-orang; Kristus, Dia yang telah naik, yang diutus oleh Allah sampai kepada orang-orang itu. Dari hal ini kita nampak bahwa Roh yang dicurahkan itu identik dengan Kristus yang naik. Dalam ekonomi Allah bagi pengalaman umat-Nya, Kristus yang naik dan Roh yang dicurahkan itu adalah satu, satu bagi kenikmatan kita.
Di sini Petrus seolah-olah berkata, “Allah telah mengutus Dia, pertama-tama kepada kamu untuk memberkati kamu. Bagaimanakah Allah mengutus Kristus? Allah mengutus Dia dengan cara mencurahkan Roh-Nya kepada kamu untuk memberkatimu. Sekarang kamu perlu menerima Dia. Dia tidak jauh darimu. Meskipun Dia ada di surga, secara ekonomikal Dia ada di antara kamu sebagai Roh yang dicurahkan untuk memberkati kamu. Jika kamu berseru kepada nama-Nya, kamu akan menerima persona-Nya — Roh Kudus. Nama-Nya adalah “Yesus”, tetapi persona-Nya adalah Roh itu. Berserulah kepada nama Tuhan Yesus dan terimalah Roh itu. Maka kamu akan memiliki berkat Allah.” Inilah cara kita menerima berkat yang ingin Allah berikan kepada kita dengan kembali mengutus Kristus yang naik kepada kita sebagai Roh pemberi-hayat.

07 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 3 Jumat

Mendapat Bagian dalam Janji Abraham
Kisah Para Rasul 3:25
Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.

Ayat Bacaan: Kis. 3:22-25; Gal. 3:14,16

Dalam 3:22-23 Petrus menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang Nabi yang berbicara bagi Allah dan membicarakan Allah. Dalam ayat 25 kata “keturunan” mengacu kepada Kristus (Gal. 3:16). Di sini Petrus seolah-olah berkata, “Manusia Yesus, orang Nazaret, Dia yang dihina oleh para pemimpin Yahudi, adalah keturunan Abraham yang melalui Dia semua bangsa di bumi akan diberkati. Dia bukan hanya Hamba Allah, Yang Kudus, Yang Benar, Perintis Kehidupan, dan Nabi—Dia juga adalah keturunan Abraham, yang melaluinya seluruh bumi akan diberkati.”
Sang Penyembuh dalam Kisah Para Rasul 3 ini menakjubkan. Kita harus berpaling dari kesembuhan dan memperhatikan Sang Penyembuh. Kita mengapresiasi kesembuhan, tetapi kita jauh lebih mengapresiasi Sang Penyembuh. Penyembuh ini adalah Dia yang melalui-Nya semua keluarga di bumi, semua ras, warna, dan kebangsaan, akan diberkati.
Sebagai keturunan Abraham Dia adalah ahli waris yang mewarisi janji. Karena itu, untuk mewarisi berkat yang dijanjikan, haruslah kita bersatu dengan Kristus. Di luar Dia, kita tidak dapat mewarisi janji yang Allah berikan kepada Abraham. Dalam pandangan Allah, Abraham hanya mempunyai satu keturunan, yaitu Kristus. Kita harus berada di dalam-Nya, baru kita dapat mengambil bagian dalam janji yang diberikan kepada Abraham itu. Dia tidak saja keturunan yang mewarisi janji, Dia juga sebagai berkat janji untuk diwarisi. Di dalam Dia kita mewarisi berkat yang dijanjikan Allah, dan menikmati Roh yang almuhit yang adalah ekspresi akhir dari Allah Tritunggal yang telah melalui proses (Gal. 3:14).
Kita semua perlu menyadari bahwa kita telah dilahirkan dari Roh itu, maka keadaan kita berbeda dengan keadaan sebelumnya. Setelah dilahirkan dari Roh itu, perlulah kita berlatih membuka diri kita kepada Tuhan dan menerima suplai-Nya. Untuk selalu terbuka kepada Tuhan, sangatlah membantu bila kita menyeru nama-Nya, mendoabacakan firman, memuji Tuhan, dan berkidung kepada Tuhan. Ketika kita melakukan hal-hal ini, kita menerima Roh itu. Bila kita berkata, “Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu dan aku persembahkan diriku seluruhnya kepada-Mu,” maka kita akan tersuplai dengan Roh itu.

06 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 3 Kamis

Tuhan Mendatangkan Waktu Kelegaan
Kisah Para Rasul 3:20
Agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus

Ayat Bacaan: Kis. 3:19-21; Mat. 19:28; Luk. 13:10-17; Rm. 10:12-13

Secara harfiah bahasa Yunani untuk “kelegaan” berarti menyejukkan, memulihkan; karena itu, melegakan, menyegarkan. Waktu kelegaan mengacu kepada waktu kebangunan segala sesuatu, penuh sukacita dan perhentian, waktu pemulihan segala sesuatu yang disebutkan dalam 3:21, yang akan dibawa masuk oleh kedatangan Mesias di dalam kemuliaan-Nya, seperti yang diajarkan dan dinubuatkan oleh Juruselamat dalam Matius 19:28. Pernahkah Anda masuk ke dalam waktu kelegaan demikian? Pernahkah Anda mengalami waktu sukacita dan perhentian demikian? Sebenarnya, setiap pertobatan yang tepat adalah waktu kelegaan. Setiap kelahiran kembali yang sejati adalah waktu kenikmatan. Ketika kita diselamatkan, kita memiliki waktu kenikmatan. Selama waktu itu kita memiliki sukacita dan damai sejahtera. Kita menikmati Kristus sendiri sebagai sukacita dan damai sejahtera kita.
Perhentian adalah keadaan yang didambakan oleh manusia; namun manusia selalu mengira bahwa Allah tidak berkenan kepadanya, karena itu ia harus melakukan sesuatu yang baik, baru bisa diperkenan. Tuhan Yesus dalam Matius 11:28 berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Ia memanggil orang adalah untuk mendapatkan perhentian, bukan memanggil orang untuk bekerja. Mengapa Tuhan Yesus bisa memberikan perhentian, tanpa mengharuskan manusia bekerja lebih dulu? Alkitab memberikan jawabannya, yakni Tuhan Yesus telah merampungkan semua pekerjaan, baik itu pekerjaan mendapatkan hidup yang kekal, pekerjaan penebusan dosa, pekerjaan penghakiman manusia di depan Allah, pekerjaan pembenaran manusia, pokoknya, segala yang berkaitan dengan terang, hidup yang kekal, dibenarkan dan lain sebagainya, semua itu telah dirampungkan oleh Tuhan Yesus.
Sekarang, Anda cukup datang dan mendapatkan perhentian. Sebenarnya, waktu kelegaan itu adalah diri Kristus sendiri. Bila kita memiliki Dia, kita memiliki Dia sebagai kelegaan kita. Dia adalah kenikmatan dan damai sejahtera kita. Jika kita menikmati Kristus, kita akan memiliki waktu kelegaan. Serulah “O Tuhan Yesus!” dan Anda akan berada dalam waktu kelegaan.

05 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 3 Rabu

Perintis Kehidupan
Kisah Para Rasul 3:15
Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi

Ayat Bacaan: Kis. 3:11-18; Rom. 14:9; Ibr. 2:10

Di dalam pemberitaannya, Petrus bukan hanya mengumumkan bahwa Tuhan Yesus adalah Yang Kudus dan Benar, melainkan juga adalah Pemimpin (Perintis) Kehidupan. Di sini bahasa Yunani yang diterjemahkan “Perintis” adalah archegos, berarti pencipta, asal, pemula, kepala pemimpin, kapten. Ini menekankan Kristus sebagai asal atau Pemula hayat, karena itu Dia adalah Perintis Kehidupan, berlawanan dengan pembunuh dalam ayat sebelumnya.
Dalam 3:15 archegos itu mengacu kepada sumber, asal, bahkan pemula hayat, perintis kehidupan. Di sini Petrus menunjukkan bahwa Sang Penyembuh itu bukan hanya Sang Penyembuh. Dia lebih-lebih adalah sumber, asal, dan pemula hayat. Apa yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 3 ini bukan hanya hal kesembuhan. Di sini kita nampak penyaluran hayat ke dalam orang lain. Ini adalah untuk mengembangbiakkan Kristus. Untuk pengembangbiakan yang demikian, kita perlu Tuhan sebagai Perintis Kehidupan, sebagai sumber hayat.
Petrus ingin orang-orang itu menyadari bahwa Dia yang mereka bunuh itu adalah Perintis Kehidupan. Dia bukan hanya Sang Penyembuh, Dia adalah Perintis Kehidupan. Tetapi meskipun Dia telah dibunuh, Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Di sini Petrus seolah-olah berkata, “Kita adalah saksi-saksi mata dari Seorang yang adalah asal usul, sumber, kehidupan. Engkau membunuh Orang ini, tetapi kematian tidak dapat menahan Orang yang adalah sumber kehidupan.”
Dia datang, bukan untuk menyuruh orang dunia meniru pengorbanan, kasih dan semangat perjuangan-Nya; lebih-lebih bukan untuk menganjuri orang berbuat baik atau mengajar orang bagaimana berbuat baik; Dia datang hanya mempunyai satu tujuan, yaitu supaya manusia bisa mendapatkan Allah—Sumber kehidupan! Dia pernah berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup”. Ini barulah Injil yang diperlukan oleh orang- orang di dunia yang mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Oh! Allah datang mencari manusia, Allah mencari kita! Untuk memberi kita hidup yang kekal. Hidup kita akan berubah menjadi penuh makna dan puas. Kita akan memiliki kekuatan untuk berbuat baik.

04 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 3 Selasa

Yang Kudus dan Yang Benar
Kisah Para Rasul 3:14
Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu

Ayat Bacaan: Kis. 3:11-18; Yoh. 2:14-16; Yoh. 6:38

Petrus berkata kepada orang-orang, bahwa Tuhan adalah Yang Kudus dan Benar (Kis. 3:14). Dalam ayat ini “kudus” menunjukkan bahwa Yesus orang Nazaret, Dia yang dihina oleh para pemimpin Yahudi, adalah mutlak bagi Allah dan dipisahkan kepada-Nya. Selain itu, Dia mutlak bersatu dengan Allah. Menurut makna kata “kudus” dalam Alkitab, “kudus” berarti orang yang mutlak kepada Allah, yang mutlak bagi Allah, dan yang mutlak menjadi satu dengan Allah. Dalam seluruh sejarah manusia hanya Tuhan Yesus yang kudus. Tidak pernah ada satu hal pun yang menunjukkan Tuhan Yesus tidak mutlak bagi Allah dan tidak menjadi satu dengan Allah. Karena itu, Dia disebut Yang Kudus. Dia sendiri layak mendapat gelar “Yang Kudus”.
Tuhan Yesus bukan hanya “Yang Kudus” melainkan juga “Yang Benar”. Benar adalah benar terhadap Allah, terhadap setiap orang, dan terhadap segala sesuatu. Hanya Tuhan Yesus yang dapat disebut “Yang Benar”, karena hanya Dia yang benar terhadap Allah, terhadap setiap orang, dan terhadap segala sesuatu. Sebagai Yang Benar, Tuhan Yesus tidak pernah salah terhadap Allah, terhadap setiap orang, atau terhadap segala sesuatu. Lihatlah sewaktu Dia membersihkan bait dalam Yohanes 2:14-16. Tuhan Yesus memang benar dalam melakukan hal ini. Tuhan melihat situasi yang penuh dosa itu, dan Dia marah. Tetapi, sebagai Yang Benar, Tuhan membersihkan Bait Allah dengan cara yang benar. Dia tidak pernah salah, karena Dia selalu Yang Benar.
Di dalam diri kita sendiri, kita tidak benar terhadap Allah, terhadap orang lain, atau bahkan terhadap segala sesuatu. Misalnya, sewaktu kita marah, kita mungkin menendang pintu atau memukul kursi. Ini berarti kita tidak benar terhadap pintu atau kursi. Karena itu, kita tidak dapat disebut “orang benar”. Tetapi misalnya seorang suami tidak senang dengan istrinya dan menyulitkan istrinya. Jika saudari itu berseru kepada nama Tuhan Yesus, ia akan mendapatkan Dia sebagai kebenaran juga sebagai pengudusan. Ia akan mengalami Tuhan yang menguduskannya dari dalam. Pergerakan Tuhan yang di batin ini akan menjaganya dari marah-marah terhadap suaminya. Jika tidak, mungkin ia akan tersinggung dan mulai berdebat dengan suaminya.

03 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 3 Senin

Allah Abraham, Ishak, dan Yakub Memuliakan Yesus
Kisah Para Rasul 3:13
Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan

Ayat Bacaan: Kis. 3:11-18; Mat. 22:31-32; Luk. 24:16; Ef. 1:20-22

Ketika semua orang itu sangat heran, terhadap Petrus, Yohanes, dan orang lumpuh itu, Petrus berkata kepada mereka “Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus memutuskan untuk melepaskan Dia” (ay. 12-13). Mengapa dalam ayat 13 Petrus membicarakan Allah sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub? Mengapa ia tidak membicarakan Allah saja? Gelar ini mengacu kepada Allah Tritunggal, Yehova, AKU ADALAH yang agung (Kel. 3:14-15). Menurut perkataan Tuhan dalam Matius 22:31-32, gelar ilahi ini menyiratkan kebangkitan. Petrus menyebut Allah sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, karena sebutan ini menunjukkan bahwa Dia adalah Allah kebangkitan. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Putra dimuliakan dan di dalam pemuliaan Putra, Bapa juga dimuliakan. Dalam kematian dan kebangkitan-Nya, Dia menghasilkan banyak buah. Dia menghasilkan murid-murid-Nya menjadi saudara-saudara-Nya untuk mengekspresikan dan memuliakan Bapa.
Hari ini Dia memilih dan menetapkan kita untuk diutus pergi dan menghasilkan buah. Akan tetapi, menghasilkan buah memerlukan proses kematian dan kebangkitan. Tuhan Yesus telah melalui proses ini; Dia telah membuka jalan ini. Hari ini kita harus mengikuti Dia dengan meletakkan diri kita pada kematian. Kita tidak dapat melaksanakan imamat Injil Perjanjian Baru dengan cara alamiah; sebaliknya kita harus melewati proses kematian dan kebangkitan. Ketika kita mendengar tentang menginjil mengetuk pintu, kita mungkin mengira hal ini mudah, biasa, dan setiap orang dapat melakukannya. Akan tetapi, bila kita terus-menerus pergi mengunjungi orang setiap minggu, pada akhirnya kita akan melalui kematian dan berbuah. Demikianlah, Tuhan berkata, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak” (Yoh.15:8). Marilah kita berjerih lelah dengan tekun dan sabar sampai menghasilkan buah tetap.

02 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 3 Minggu

Apa Yang Kupunyai, Kuberikan Kepadamu
Kisah Para Rasul 3:6
Tetapi Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!”

Ayat Bacaan: Kis. 3:1-10; 2 Kor. 6:10; Ef. 3:8, 6:17-18

Ketika Petrus dan Yohanes, akan masuk ke dalam bait, mereka melihat seorang yang lumpuh sejak lahirnya. Mereka menatapnya dan berkata, “Pandanglah kami!” (3:2-4). Orang itu “menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata: Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangkit dan berjalanlah! Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan pergelangan kaki orang itu” (ay. 5-7). Petrus tidak memiliki perak dan emas, tetapi katedral St. Petrus di Roma didirikan dengan banyak emas. Petrus tidak memiliki emas dan perak, tetapi ia memiliki nama Yesus Kristus, yaitu Persona Yesus Kristus. Petrus miskin dalam emas dan perak, tetapi ia kaya dalam Kristus. Gereja di Tiatira (Why. 2:18-29) dipenuhi dengan emas, tetapi tidak dipenuhi dengan Persona Kristus; kaya akan emas, tetapi miskin akan Kristus. Selain itu dalam berbicara kepada orang lumpuh itu, Petrus menyuruhnya berjalan dalam nama Yesus Kristus orang Nazaret. “Orang Nazaret” menunjukkan Dia yang dihina oleh para pemimpin Yahudi (Yoh. 1:45-46; Kis. 22:8; 24:5).
Saudara saudari, tahukah Anda apa artinya berbicara kepada orang dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret? Kalau Anda tidak berdiri pada tumpuan kematian, kebangkitan, dan baptisan, bagaimana sikap Anda pada situasi seperti di atas? Mungkin Anda akan berlutut dan berdoa demikian, “Tuhan, kami tidak tahu apakah orang lumpuh ini akan sembuh atau tidak. Kalau dia akan sembuh, tunjukkan dengan jelas sehingga kami dapat berdoa dengan berani; tetapi kalau dia tidak akan sembuh, kami akan melewatinya.” Tetapi pengalaman rasul-rasul tidak demikian. Mereka tidak menganggap nama Tuhan Yesus sebagai milik pribadi Tuhan Yesus, dan mereka harus minta izin untuk berbuat apa saja. Para rasul sadar bahwa nama Yesus, orang Nazaret, adalah milik mereka dan boleh mereka pakai. Demikianlah, Persona Tuhan lebih berkuasa menyelamatkan dan menyembuhkan setiap orang dari pada emas dan perak. Nama-Nya adalah Persona yang penuh kuasa!

01 January 2010

Kisah Para Rasul Volume 2 - Minggu 2 Sabtu

Gambaran Kehidupan Gereja yang Pertama
Kisah Para Rasul 2:46b-47
Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka

Ayat Bacaan: Kis. 2:42-47, 6:9; Rm. 16:5; 1 Kor. 16:19; Kol. 4:15; Flm. 2; Luk.2:52

Kehidupan kaum beriman sebermula adalah kehidupan gereja yang korporat (Kis. 2:42-47). Pertama, semua milik mereka adalah milik bersama (ay. 44). Kedua, mereka menjual harta dan milik mereka serta membagikannya menurut keperluan masing-masing (ay. 45). Ini semua adalah tanda keselamatan Kristus yang penuh kuasa yang menyelamatkan kaum beriman dari keserakahan dan kepentingan diri sendiri. Ketiga, menurut Kisah Para Rasul 2:46, dari hari ke hari kaum beriman memecahkan roti bersama dari rumah ke rumah. Ini memperlihatkan kasih mereka dan sikap yang antusias terhadap Tuhan. Dalam bahasa Yunani, kata “di rumah” juga berarti “dari rumah ke rumah” berlawanan dengan “di dalam Bait Allah”. Cara orang-orang Kristen bersidang bersama ini sesuai dengan Ekonomi Perjanjian Baru Allah, cara ini berbeda dengan cara Yudaisme yang berkumpul dalam rumah ibadat (Kis. 6:9). Cara bersidang orang-orang Kristen dalam rumah menjadi suatu kebiasaan dan praktek yang umum dalam gereja-gereja (Rm. 16:5; 1 Kor. 16:19; Kol. 4:15; Flm. 2).
Keempat, dalam Kisah Para Rasul 2:46 kita melihat bahwa kaum beriman “makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati.” Di sini menggambarkan hati yang sederhana, tulus, dan polos, memiliki satu kasih dan keinginan serta satu sasaran dalam mencari Tuhan. Kaum beriman yang sebermula ini sederhana, memiliki hati yang tunggal, tulus, dan murni. Kelima, Kisah Para Rasul 2:47 juga memperlihatkan kaum beriman pada awal penghidupan gereja memuji Allah dan disukai semua orang. Mereka menempuh suatu kehidupan yang mengekspresikan atribut-atribut Allah serta kebajikan-Nya.
Kita bersyukur kepada Tuhan untuk gambaran kehidupan gereja yang pertama ini. Bagaimana dengan kehidupan Kristiani kita? Kerangka dari kehidupan orang Kristen adalah kehidupan gereja secara korporat, kehidupan tubuh. Hari ini kalau kita ingin mempunyai kehidupan gereja sebermula maka kita tidak seharusnya menjauhkan diri dari setiap pertemuan-pertemuan ibadah yang ada. Tuhan merahmati kita, agar kita melaksanakannya, sehingga tiap-tiap hari Tuhan dapat menambahkan jumlah orang yang diselamatkan.