Hitstat

30 March 2013

Efesus - Minggu 27 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:25-27


Dalam hidup gereja kita tidak perlu koreksi luaran. Sebaliknya, hidup gereja adalah satu kehidupan yang di dalamnya kita semua menerima Kristus sebagai hayat dan persona kita. Para penatua dan saudari tua perlu membantu orang-orang kudus untuk mengenal bahwa mereka perlu menerima Tuhan Yesus sebagai persona mereka. Semakin orang kudus berbuat demikian, mereka akan semakin mengalami pembicaraan Kristus sebagai Roh pemberi-hayat. Pembicaraan itu akan menjadi air pembasuhan dan pemurnian bagi mereka. Air ini akan menyebarkan unsur Kristus ke seluruh diri mereka, dan mengikis segala keusangan. Pada akhirnya, saudara-saudara yang kita sebut dalam ilustrasi di atas tidak lagi diganggu oleh masalah satu sama lain, melainkan akan bertumbuh dan terbangun bersama. Inilah hidup gereja yang wajar. Oh, betapa kita semua memerlukan pembasuhan batiniah, pemurnian metabolis, yang mentransformasi kita!

Apa yang saya beritakan kepada kalian dalam berita ini ialah yang pernah saya pelajari melalui pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupan orang Kristen dan hidup gereja. Saya mengenal berbagai macam ajaran ten-tang hayat batiniah, kekudusan, dan kerohanian. Walaupun saya mempraktekkan ajaran-ajaran itu, tetapi kebanyakan tidak begitu efektif. Banyak di antara kita dapat bersaksi, walaupun dengan gairah kita mempraktekkan teori-teori tentang kekudusan dan kerohanian, semua itu tidak berguna dalam pengalaman kita. Karena kegagalan dan kekecewaan itu, maka banyak orang menyangka tidak mungkin mereka memiliki hidup gereja yang tepat pada hari ini. Mereka mengganggap hal tersebut baru bisa terlaksana kelak pada zaman yang akan datang. Oleh belas kasih Tuhan, saya dapat bersaksi bahwa kita bisa memiliki kehidupan gereja yang sejati. Kita memilikinya bukan melalui melakukan ajaran-ajaran secara lahiriah, melainkan melalui mengambil Kristus sebagai hayat dan persona kita. Kemudian kita menikmati dan mengalami Kristus sebagai Roh pemberi-hayat, Roh yang berbicara. Kita menikmati pembicaraan yang membersihkan, mengubah, dan yang mempertumbuhkan kita.

Melalui perkataan Tuhan dalam batin sebagai Roh pemberi-hayat, kita akan menjadi satu gereja yang mulia, satu gereja yang kudus dan tidak bercela. Hari ini kita menantikan kedatangan Tuhan, dan kita tahu bila Ia datang, Ia akan mempersembahkan kita kepada diri-Nya sebagai satu gereja yang mulia, kudus, dan tidak bercela. Pada saat itu, kita akan mengalami Kristus dalam tahap ketiga, yaitu sebagai mempelai laki-laki yang datang bagi mempelai perempuan-Nya. Keperluan kita sekarang ialah mengambil Kristus sebagai persona kita, dibersihkan, dimurnikan, dan dikuduskan melalui perkataan Roh pemberi-hayat, hingga hari itu tiba. Dengan jalan inilah kita akan mengalami pengubahan secara metabolis yang memimpin kita kepada transformasi dalam hayat yang dibutuhkan bagi hidup gereja.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 55

29 March 2013

Efesus - Minggu 27 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:25-27


Menurut ayat 26 Kristus menyerahkan diri-Nya bagi gereja untuk “Menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dalam firman” (Tl.). Setelah Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya bagi kita dalam daging. Ia lalu dibangkitkan, dan dalam kebangkitan menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45). Sebagai Roh pemberi-hayat, Ia adalah Roh yang berbicara. Apa yang Ia katakan adalah firman yang membasuh kita. Istilah “firman” dalam ayat 26 bukan logos, firman yang konstan, melainkan rhema, firman seketika, yaitu yang Tuhan katakan kepada kita sekarang ini. Sebagai Roh pemberi-hayat, Tuhan tidak berdiam diri, melainkan berbicara secara konstan. Kalau Anda menerima Dia sebagai persona Anda, Anda akan mengetahui betapa Ia damba berbicara di batin Anda. Berhala-berhala itu bisu, tetapi Kristus yang menghuni di batin senantiasa berbicara. Tidak seorang pun yang menerima Kristus sebagai hayat dan personanya dapat berdiam diri. Sebaliknya, dia akan digerakkan oleh Kristus untuk berbicara. Ketika saya melayani anak-anak Allah, saya mengalami Kristus berbicara di batin saya.

Dalam Yohanes 6:63 Tuhan Yesus berkata, “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” Istilah “perkataan” di sini juga rhema, yakni perkataan seketika dan sekarang. Ini berbeda dengan logos, firman konstan yang tercantum dalam Yohanes 1:1. Sebagai Roh yang berbicara, Tuhan membicarakan rhema kepada kita. Apa yang Ia bicarakan adalah roh.

Bila dari hari ke hari Tuhan dalam batin kita tidak berbicara, itu suatu petunjuk bahwa dalam batin kita ada masalah. Jika tidak ada pembicaraan, tidak ada rhema, maka dalam pengalaman kita yang riil Roh itu tidak ada, karena pembicaraan Tuhan itu sebenarnya adalah Roh.

Selama kita memiliki firman Tuhan yang seketika, kita memiliki Roh itu, yakni Roh pemberi-hayat. Kita tidak dapat memisahkan Kristus sebagai Roh pemberi-hayat dari pembicaraan-Nya. Kehadiran-Nya tercakup dalam pembicaraan-Nya. Bagaimana kita dapat mengetahui Kristus sebagai persona kita menyertai kita? Kita mengetahuinya melalui pembicaraan-Nya. Bila kita tidak memiliki pembicaraan-Nya dalam batin kita, kita pun tidak memiliki kehadiran-Nya. Akan tetapi, bila kita berpaling kepada-Nya dan dengan sungguh-sungguh menerima Kristus sebagai hayat dan persona kita, maka pembicaraan-Nya akan terdengar lagi. Pembicaraan-Nya adalah fir-man yang hidup, firman yang hidup ialah Roh itu, dan Roh itu adalah Kristus kita yang ajaib. Betapa riil, subyektif, intim, dan sejatinya Dia sebagai Roh yang berbicara!

Roh ini adalah air yang membasuh kita. Semakin Roh itu berbicara, semakinlah kita dibasuh bersih. Setiap kali Ia berbicara dalam batin kita, kita akan mengalami pembasuhan. Pembasuhan ini adalah pembasuhan yang metabolis yang menyingkirkan hal-hal yang usang dan menggantikannya dengan hal-hal yang baru. Betapa berbedanya hal ini dengan beberapa cara pembasuhan yang lahiriah! Transformasi kita terjadi melalui pembasuhan batiniah yang metabolis. Melalui pembasuhan metabolis yang berasal dari pembicaraan Kristus sebagai Roh pemberihayat, barulah kita benar-benar berubah, mengalami transformasi.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 55

28 March 2013

Efesus - Minggu 27 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:25-27


Walau Kristus itu Allah, tetapi Ia bukan hanya Allah saja. Kalau Ia hanya Allah saja, Ia tidak dapat menjadi Kristus. Untuk menjadi Kristus, Ia harus berinkarnasi. Melalui inkarnasi, Kristus menjadi seorang manusia yang memiliki daging, darah, dan tulang. Alangkah ajaibnya! Allah telah mengenakan sifat insani! Allah kita bukan Allah saja, dalam Kristus Ia telah menjadi seorang manusia-Allah.

Dalam daging itulah Tuhan memberikan diri-Nya kepada kita. Jika Ia tidak menyerahkan diri-Nya sebagai manusia dalam daging, tiadalah jalan bagi kita untuk memperoleh Dia. Kita bukan roh, kita adalah daging. Malaikat itu roh. Allah tidak menghendaki kita menjadi roh seperti malaikat. Allah tidak memperhatikan malaikat, melainkan manusia yang berdaging. Tidak ada suatu pun yang lebih menyenangkan Allah selain manusia yang berdaging. Adakalanya kita menyesal karena kita berdaging. Akan tetapi, kalau kita melihat diri kita dari pandangan Allah, kita akan memahami bahwa pada daging terdapat aspek yang positif. Menurut Ibrani 2, Kristus tidak mengenakan sifat malaikat, melainkan mengenakan darah dan daging. Lagi pula, Yohanes 1 mengatakan bahwa Firman yang adalah Allah dan bersama-sama dengan Allah itu telah menjadi daging (ayat 14 Tl.). Besarlah rahasia ibadah ini, Allah telah dinyatakan dalam daging (1 Taw. 3:16). Allah tidak dapat dinyatakan dalam malaikat, Ia hanya dapat dinyatakan dalam daging. Bagian malaikat ialah melihat penyataan Allah di dalam daging.

Firman telah menjadi daging dan Allah dinyatakan dalam daging. Ya, kita memang harus menghukum daging yang berdosa, tetapi daging pun memiliki aspek positif. Kita bukan roh seperti malaikat, kita adalah daging! Kristus kita tidak menjadi roh malaikat, melainkan menjadi daging. Kristus yang menyerahkan diri-Nya bagi kita adalah Allah yang berinkarnasi.

Kalau Allah tidak mengenakan sifat insani, mustahillah kita menerima Dia ke dalam kita. Kristus yang kita terima sebagai persona kita ialah manusia-Allah. Kita tidak mungkin langsung menerima Allah. Tetapi setelah Allah menjadi manusia-Allah, barulah kita dapat menerima Dia ke dalam diri kita menjadi hayat dan persona kita.

Kristus yang kita terima dan yang kita peroleh bukanlah seorang malaikat atau sejenis makhluk surga, melainkan seorang manusia-Allah. Ia adalah seorang manusia yang memiliki daging, sehingga Ia dapat menyerahkan diri-Nya bagi kita. Tidak hanya demikian, sebagai seorang manusia barulah Ia dapat masuk ke dalam situasi kita dan memenuhi kebutuhan kita. Ia telah mengenakan sifat insani agar menjadi serupa dengan kita. Sekarang Ia hidup di dalam kita sebagai hayat kita dan persona kita, untuk menyatakan diri-Nya dari dalam kita. Ketika seorang saudari menerima Kristus sebagai personanya untuk mematuhi suaminya, maka kepatuhannya itu menjadi begitu mulia, penuh dengan realitas Kristus yang diperhidupkan dari dalamnya. Demikian pula, ketika seorang saudara menerima Kristus sebagai personanya untuk mengasihi istrinya, Kristus akan terekspresi dalam kasihnya itu. Manifestasi Kristus yang demikian adalah mungkin, karena sebagai manusia-Allah, Ia telah menyerahkan diri-Nya bagi kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 55

27 March 2013

Efesus - Minggu 27 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:25-27


Pembasuhan dalam ayat 26 terutama bukan untuk menanggulangi dosa, melainkan cacat dan kerut. Cacat merupakan sesuatu yang berasal dari hayat alamiah dan kerut berhubungan dengan ketuaan. Hanya air hayat yang dapat membasuh kekurangan-kekurangan ini secara metabolis dengan pengubahan hayat. Setiap cacat dan kerut dalam gereja akan terbasuh bersih melalui pembasuhan batiniah dari air dalam firman. Semakin kita datang kepada firman, kita makin beroleh perawatan. Perawatan yang kita terima membawakan suatu pembasuhan batiniah dari segala kekurangan yang diakibatkan oleh hayat alamiah dan segala kekerutan akibat ketuaan. Kita semua memerlukan suatu pembasuhan organik dan metabolis untuk menyingkirkan segala kekurangan dan tandatanda ketuaan kita. Tatkala gereja terbasuh secara organik dan metabolis sedemikian rupa, maka gereja akan diperbarui hingga tidak bercela.

Pembasuhan demikian sepenuhnya terjadi oleh hayat dan oleh perawatan hayat. Maka hendaklah kita terdorong untuk tinggal dalam Kristus, sebagai sumber perawatan dan berkontak dengan firman untuk menerima unsur perawatan, agar kita dapat terbasuh bersih secara organik dan metabolis dari semua kekurangan dan ketuaan. Melalui pembasuhan yang sedemikianlah gereja akan disempurnakan dan menjadi mulia.

Gereja yang sedemikian mulia inilah yang akan dipersembahkan Kristus kepada-Nya sendiri pada saat kedatangan-Nya kembali. Mulia adalah Allah diekspresikan. Karena itu, menjadi mulia berarti menjadi ekspresi Allah. Akhirnya, gereja yang dipersembahkan kepada Kristus akan menjadi gereja yang mengekspresikan Allah. Gereja yang demikian akan menjadi kudus dan tidak bercela. Menjadi kudus berarti dijenuhi dan diubah oleh Kristus, dan tidak bercela berarti menjadi tidak bernoda dan tan-pa kerut, yakni tanpa sesuatu yang berasal dari hayat alamiah dalam manusia lama kita.

Gereja yang dipersembahkan kepada Kristus akan menjadi gereja yang mulia, dan akan menjadi ekspresi, manifestasi Allah sendiri. Bagi gereja, menjadi mulia berarti menjadi ekspresi Allah. Karena perawatan, pemeliharaan, dan pengudusan akan menyebabkan gereja dijenuhi dengan esens Allah, maka akhirnya gereja akan menjadi mempelai perempuan untuk mengekspresikan Allah. Setiap gereja lokal hari ini harus menjadi ekpresi Allah. Satu-satunya jalan bagi kita untuk menjadi ekspresi-Nya ialah dijenuhi dengan esens ilahi terus-menerus. Bila kita ingin mengalami penjenuhan ini, kita perlu mengalami perawatan, pemeliharaan, dan pengudusan Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 54

26 March 2013

Efesus - Minggu 27 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:25-27


Dalam berita ini kita perlu memikirkan pengudusan yang almuhit atas gereja. Dalam sidang-sidang gereja kita telah dirawat dari dalam dan dipelihara dari luar. Kita pun telah dikuduskan. Tidak banyak di antara kita yang telah dipisahkan kepada Tuhan hanya melalui waktu-waktu pribadi kita dengan Tuhan. Sebaliknya, kebanyakan dari kita telah dipisahkan dari dunia kepada Allah melalui bantuan yang kita terima dalam sidang-sidang gereja. Kita perlu dirawat dan dipelihara agar dapat dipisahkan dari dunia. Ketika kita dipisahkan, kita pun dijenuhi. Perawatanlah yang mendatangkan penjenuhan. Lagi pula, semakin kita dipelihara oleh suasana dalam sidang, kita akan semakin rela meninggalkan hal-hal dunia. Melalui pemeliharaan kita justru akan kehilangan selera terhadap hal-hal itu; sebab kita menyadari bahwa hal-hal itu menyebabkan kita dingin terhadap Tuhan. Pemeliharaan juga membantu kita untuk dijenuhi Kristus. Penjenuhan ini dengan spontan akan menghasilkan pengubahan. Anda mungkin tidak merasa telah diubah berapa banyak, tetapi orang lain tahu. Mereka dapat melihat perubahan itu dalam hayat dan kehidupan Anda.

Sekarang kita harus melihat cara Tuhan menguduskan kita. Dalam ayat 26 Paulus mengatakan bahwa Kristus menguduskan gereja melalui membasuhnya dengan air dalam firman (Tl.). Menurut konsepsi ilahi, air di sini ditujukan kepada pengaliran hayat Allah, yang dilambangkan oleh air yang mengalir (Kel. 17:6; 1 Kor. 10:4; Yoh. 7:38-39; Why. 21:6; 22:1, 17). Pembasuhan air di sini berbeda dengan pembasuhan darah penebusan Kristus. Darah penebusan membasuh dosa-dosa kita (1 Yoh. 1:7; Why. 7:14), sedangkan air hayat membasuh cacat hayat alamiah dari manusia kita yang usang, itulah cacat cela hayat alamiah dari manusia lama kita, seperti “cacat atau kerut atau yang serupa itu” (ayat 27). Dalam menyisihkan dan menguduskan gereja, Tuhan terlebih dulu membasuh dosa-dosa kita dengan darah-Nya (Ibr. 13:12), dan kemudian membasuh cacat alamiah kita dengan hayat-Nya. Kita sekarang berada dalam proses pembasuhan ini, supaya gereja boleh menjadi kudus dan tanpa cacat (ayat 27).

Jika kita memiliki perawatan dan pemeliharaan tanpa pembasuhan, masalah kita akan tetap ada pada kita. Perawatan dan pemeliharaan Tuhan selalu mendatangkan pembasuhan-Nya. Dalam proses metabolis rohani yang dibawakan oleh pembasuhan ini, “kuman-kuman” dalam diri kita dibunuh, dan hal-hal negatif pun terenyah. Melalui perawatan dan pemeliharaan serta pembasuhan, kita akan menjadi sehat dan perkasa. Dalam sidang gereja, pembasuhan ini terjadi dalam kita tanpa kita sadari. Semakin kita dirawat dan dipelihara dalam sidang-sidang gereja, kita akan semakin dibasuh bersih secara metabolis.

Pembasuhan berarti pengudusan. Pengudusan oleh pembasuhan air hayat ialah di dalam firman. Ini menunjukkan bahwa dalam firman ada air hayat, yang dilambangkan oleh bejana pembasuhan di antara mezbah dan Kemah Pertemuan (Kel. 38:8; 40:7). Dalam bahasa Yunani, kata “pembasuhan” dalam ayat 26 berarti bejana pembasuhan. Istilah Yunani ini dipakai dalam Septuagin untuk menerjemahkan kata Ibrani yang berarti bejana pembasuhan. Dalam Perjanjian Lama, para imam membasuh diri mereka dari kekotoran bumiah melalui bejana pembasuhan itu (Kel. 30:18-21). Kini air pembasuhan ini mencuci kita dari kenajisan. Maka kita dibersihkan oleh bejana pembasuhan dari air dalam firman.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 54

25 March 2013

Efesus - Minggu 27 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:25-27


Dalam berita ini kita akan meninjau aspek ketiga tentang Kristus dan gereja, yaitu aspek pengudusan melalui pembasuhan. Kristus menguduskan gereja melalui membasuhnya (5:25-27). Maksud Kristus dalam menyerahkan diri-Nya kepada gereja ialah untuk menguduskannya; tidak saja memisahkannya bagi diri-Nya dari perkara-perkara yang lazim, tetapi juga meresapinya dengan diri-Nya sendiri agar ia dapat menjadi jodoh-Nya. Hal ini digenapkan melalui membasuhnya dengan pembasuhan air dalam firman (ayat 26 Tl.).

Kristus menguduskan gereja, agar Ia dapat mempersembahkan gereja kepada diri-Nya sendiri. Dulu, Kristus menyerahkan diri-Nya bagi gereja, sekarang, Ia menguduskan gereja, dan kelak Ia akan mempersembahkan gereja kepada diri-Nya sendiri sebagai jodoh-Nya demi kepuasan-Nya. Karena itu, kasih adalah untuk pengudusan, dan pengudusan untuk persembahan.

Kasih Kristus bagi gereja dan penyerahan diri-Nya baginya adalah untuk penebusan dan penyaluran hayat. Menurut Yohanes 19:34, darah dan air keluar dari rusuk Tuhan yang tertikam. Darah untuk penebusan, air untuk penyaluran hayat agar gereja dapat dihasilkan. Dalam Efesus 5:25 kita nampak gereja dihasilkan melalui kasih Kristus dan penyerahan diri-Nya baginya.

Setelah gereja dihasilkan, gereja perlu pengudusan. Proses pengudusan meliputi penjenuhan, pengubahan, pertumbuhan, dan pembangunan. Walaupun pengudusan meliputi pemisahan, tetapi aspek utama pengudusan ialah penjenuhan. Gereja perlu dijenuhi dengan segala apa adanya Kristus. Penjenuhan diikuti oleh pengubahan, pertumbuhan, dan pembagunan. Melalui proses pengudusan, berikut segala aspeknya yang sedemikian, gereja menjadi lengkap dan sempurna, yaitu menjadi realitas dari apa yang dilambangkan oleh Hawa dalam Kejadian 2.

Sesudah Hawa selesai dipersiapkan bagi Adam melalui dibangun dari rusuk Adam, ia dipersembahkan kepada Adam, sumber asal usulnya. Demikian pula, gereja akan dipersembahkan kepada Kristus yang adalah sumbernya. Persembahan ini bukan dilakukan oleh Allah, melainkan oleh Kristus sendiri. Ayat 27 mengatakan bahwa Kristus akan mempersembahkan gereja kepada diri-Nya sendiri sebagai gereja yang mulia. Maka Ia sekaligus menjadi yang mempersembahkan dan yang menerima.

Tanpa pemisahan, penjenuhan, pengubahan, pertumbuhan, dan pembangunan, tidak mungkin gereja menjadi sempurna dan bertumbuh mencapai ukuran perawakan kepenuhan Kristus. Hanya melalui suatu proses pengudusan yang almuhit barulah gereja menjadi lengkap dan mencapai ukuran perawakan kepenuhan Kristus, sehingga Kristus dapat mempersembahkan satu gereja yang sempurna bagi diri-Nya sendiri.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 54

23 March 2013

Efesus - Minggu 26 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Yoh. 3:29-30


Menurut Perjanjian Baru, perhatian Kristus terhadap gereja memiliki dua aspek: Aspek batin adalah merawat, dan aspek lahir adalah memelihara. Dirawat berarti ada sesuatu yang disalurkan ke dalam diri kita, sedang dipelihara berarti kita dihangatkan dan dihibur dari luar. Pemeliharaan berkaitan dengan lingkungan. Dalam lingkungan atau keadaan sekitar kita Tuhan Yesus sering seperti hembusan angin yang sejuk dan lembut meniupi diri kita. Ketika angin yang sejuk dan lembut ini bertiup, kita akan merasakan kesejukan yang lembut. Walau hal ini terjadi dalam lingkungan, tetapi hal itu merupakan suatu hal yang lebih tinggi daripada lingkungan itu sendiri; bahkan melebihi penyertaan Tuhan. Ketika penyertaan Tuhan menjadi satu angin yang lembut, itu berarti kita mengalami pemeliharaan-Nya. Pemeliharaan ini meliputi kesejukan, penghiburan, dan perhentian.

Kita dapat mengalami atmosfer yang sedemikian dalam sidang-sidang gereja. Begitu kita masuk ke dalam atmosfer ini, kita akan dipelihara oleh penyertaan Tuhan. Melalui atmosfer yang dihasilkan oleh penyertaan pengeraman Tuhan inilah Ia memelihara gereja-Nya. Berada dalam iklim, atmosfer, dan lingkungan demikian memberi kita perhentian, penghiburan, penyembuhan, pembasuhan, dan dorongan. Tidak ada atmosfer lain dapat dibandingkan dengan atmosfer sidang-sidang gereja. Karena itulah saya tidak ingin melewatkan sidang gereja walau sekali.

Perawatan dan pemeliharaan berjalan seiring. Melalui perawatan kita menikmati suplai hayat di batin, dan melalui pemeliharaan kita mengalami atmosfer penyejukan dan penghiburan di lahir. Bila kita berada dalam suatu atmosfer pemeliharaan, kita dapat menyerap setiap perkataan ministri. Ini menunjukkan bahwa di bawah pemeliharaan kita akan menerima perawatan. Sebuah gereja yang terawat dan terpelihara sedemikian rupa pasti akan menjadi perkasa dan sehat.

Bila kita terkesan dengan berbagai aspek dari lambang rahasia Kristus dan gereja yang diungkapkan dalam Efesus 5 ini, kita tidak saja akan memiliki hidup gereja yang wajar, juga memiliki kehidupan pernikahan yang wajar. Para istri akan tahu apakah yang menjadi tanggung jawab mereka, begitu pula para suami. Beban Paulus di sini ialah membahas hidup gereja dan kehidupan pernikahan. Dalam tulisannya ini Paulus tidak memisahkan kehidupan pernikahan dari hidup gereja. Sebaliknya, ia menyatukan keduanya itu, sebab ia tahu bahwa kehidupan pernikahan sebenarnya adalah bagian dari hidup gereja. Tanpa kehidupan pernikahan yang wajar, sulitlah ada hidup gereja yang wajar. Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa melalui hidup gereja yang wajar, maka kehidupan pernikahan kita pun menjadi wajar. Alangkah ajaibnya! Demikianlah lambang rahasia Kristus dan gereja!


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 53

22 March 2013

Efesus - Minggu 26 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:25-30


Adam dan Hawa tergabung menjadi satu satuan yang lengkap. Seprinsip dengan itu, Kristus dan gereja juga tergabung menjadi satu satuan yang lengkap. Jadi, gereja ialah belahan Kristus yang lain. Adam dengan Hawa menjadi satu daging, tetapi Kristus dan gereja adalah satu roh (1 Kor. 6:17). Kita dapat berkata kepada Tuhan, “Tuhan Yesus, tanpa gereja, Engkau hanya separuh. Engkau tidak lengkap. Demikian pula, tanpa Engkau, kami tidak lengkap.” Terpujilah Tuhan, ketika Kristus dan gereja disatukan, terjadilah satu satuan yang lengkap!

Kristus merawat gereja dengan segala kekayaan Bapa. Kristus ialah wujud kepenuhan ke-Allahan. Maka, segala kekayaan Allah berada di dalam Dia, dan Dia menikmati kekayaan itu. Lalu Ia merawat gereja dengan kekayaan ke-Allahan yang Ia nikmati sendiri.

Hal ini terbukti dalam Yohanes 15. Dalam pasal ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia adalah pokok anggur dan Bapa adalah pengusahanya, penggarap, penanam, atau petani. Kita, kaum beriman dalam Kristus, adalah ranting-rantingnya. Pohon anggur merawat ranting-rantingnya dengan apa yang diserapnya dari tanah. Allah Bapa ialah tanah, air dan segala sesuatu bagi Kristus yang menjadi pokok anggur. Pokok anggur menyerap kekayaan dari tanah dan air, mencernanya lalu menyalurkannya kepada ranting-rantingnya. Itulah artinya merawat atau memberi makan. Kristus merawat gereja dengan kekayaan Bapa yang telah diserap dan dicerna-Nya. Melalui merawat gereja, keperluan batiniah gereja dipenuhi oleh Kristus.

Memang benar mengatakan Kristus merawat gereja dengan hayat dan firman-Nya. Tetapi sumbernya bukanlah hayat atau firman, melainkan Bapa. Apa yang diterima Kristus dari Bapa menjadi hayat dan suplai hayat yang terwujud dalam firman. Karena itu, firman adalah firman hayat, bahkan roti hayat atau suplai hayat. Bila kita hari ini ingin menerima perawatan Kristus, kita wajib tinggal di dalam-Nya untuk menyerap unsur-Nya ke dalam diri kita sebagai hayat dan suplai hayat. Untuk mengalami hal ini secara riil, kita perlu berkontak dengan firman hidup dari hari ke hari, sebab firman ialah wujud hayat dan suplai hayat. Semakin kita tinggal di dalam Tuhan dan berkontak dengan firman, kita akan semakin mengalami perawatan-Nya. Inilah cara Kristus merawat gereja.

Ketika kita dirawat dengan hayat dan suplai hayat, kita akan bertumbuh dan dibasuh. Dalam berita berikutnya kita akan nampak bahwa firman yang merawat juga adalah firman yang membasuh. Air yang kita minum membersihkan setiap bagian dalam diri kita. Ketika kita tinggal dalam Tuhan untuk menerima kekayaan Bapa, dan ketika kita berkontak dengan firman untuk menerima hayat dan suplai hayat, kita akan dirawat oleh Kristus. Dengan cara inilah Kristus merawat gereja yang dikasihi-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 53

21 March 2013

Efesus - Minggu 26 Kamis


Pembacaan Alkitab: kej. 2:18, 21-24


Dalam nasihatnya yang tercantum dalam pasal 5, rasul menampilkan gereja sebagai mempelai perempuan Kristus. Aspek ini mewahyukan gereja berasal dari Kristus, seperti halnya Hawa berasal dari Adam (Kej. 2:2122); gereja memiliki hayat dan sifat yang sama dengan Kristus, dan sebagai jodoh-Nya, bersatu dengan Dia, seperti Hawa yang menjadi satu daging dengan Adam (Kej. 2:24). Gereja sebagai manusia baru adalah suatu masalah anugerah dan realitas, sedang gereja sebagai mempelai perempuan Kristus adalah masalah kasih dan terang. Nasihat rasul dalam pasal 4 berfokus pada manusia baru dengan anugerah dan realitas sebagai unsur dasarnya. Tetapi pada pasal 5 fokus nasihatnya ialah mempelai perempuan Kristus dengan kasih dan terang sebagai substansi dasarnya. Dalam anugerah dan realitas kita harus hidup sebagai manusia baru, sedang dalam kasih dan terang kita harus bertindak sebagai mempelai perempuan Kristus.

Kejadian 2:24 menunjukkan bahwa seorang lelaki akan menjadi satu daging dengan istrinya. Kita tidak seharusnya menganggap sepasang suami istri sebagai dua persona yang terpisah, melainkan satu persona yang lengkap, seperti kedua belahan dari satuan yang utuh. Seorang suami dan seorang istri sebagai satu unit lengkap, adalah satu lukisan ajaib dari Kristus dan gereja, sebagai satu kesatuan.

Berhubung dalam alam semesta ciptaan Allah ini tidak ada jodoh atau pasangan bagi Kristus, maka Allah menyuruh Kristus mati di atas salib. Tatkala Ia “tidur” di sana, rusuk-Nya dibuka, dan mengalirkan darah dan air (Yoh. 19:34). Karena dalam Kejadian 2 masalah dosa belum ada, maka dalam pasal itu hanya tercatat tulang rusuk Adam saja yang diambil, sedikit pun tidak disinggung tentang darah. Tetapi dalam Yohanes 19 tercantum tentang darah bagi pemberesan problem dosa. Air melambangkan hayat Kristus yang mengalir, yakni hayat kekal, yang menghasilkan gereja. Hayat ini juga dilambangkan oleh rusuk itu. Menurut Yohanes 19, ketika Dia disalibkan, tidak ada sebatang pun tulang-Nya dipatahkan. Itu merupakan penggenapan nubuat Alkitab yang mengatakan, “Ia melindungi segala tulangnya, tidak satu pun yang patah” (Mzm. 34:21). Tulang Kristus yang tidak patah melambangkan hayat Kristus yang tidak terpatahkan. Maka rusuk Adam melambangkan hayat kekal Kristus yang tidak terpatahkan. Gereja justru dibangun menjadi mempelai perempuan dengan hayat kekal ini, yaitu menjadi jodoh yang disediakan bagi Kristus. Dalam pembangunan mempelai perempuan ini, Kristus memperoleh gereja sebagai pasangan atau jodoh bagi diri-Nya sendiri.

Kita telah menunjukkan bahwa Hawa memiliki hayat dan sifat yang serupa dengan yang dimiliki Adam. Itu melambangkan gereja memiliki hayat dan sifat yang serupa dengan yang dimiliki Kristus. Selain itu, bagaimana Hawa segambar dengan Adam, maka gereja pun segambar dengan Kristus. Lagi pula, perawakan Hawa pun sangat mirip dengan perawakan Adam, itu pun menunjukkan bahwa perawakan gereja sama dengan perawakan Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 53

20 March 2013

Efesus - Minggu 26 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:28-31


Ayat 29 meneruskan, “Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi memelihara dan merawatnya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” Kita menyatakan kasih kepada tubuh kita melalui memelihara dan merawatnya. Merawat berarti memberi makan. Mengenai perawatan jasmani, istrilah yang merawat suami. Kalau seorang suami memasak bagi istrinya, keadaan itu agaknya kurang normal. Tetapi ditinjau dari segi rohani, se-orang suamilah yang harus merawat istrinya. Sama seperti kita makan adalah untuk tubuh kita, demikianlah suami pun harus menerima sesuatu dari Tuhan untuk istri mereka. Dengan berbuat demikian berarti suami menganggap istrinya sebagai bagian dari tubuhnya. Seorang suami harus merawat istrinya, memperhatikan keperluannya, sama seperti ia memperhatikan keperluan tubuhnya. Inilah makna merawat dalam ayat 29.

Ayat 31 mengatakan, “Sebab itu, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” Kristus dan gereja menjadi satu roh (1 Kor. 6:17), seperti yang dilambangkan oleh suami dan istri yang menjadi satu daging, inilah rahasia yang besar.

Untuk menempuh kehidupan pernikahan yang wajar, seorang laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya menjadi satu daging. Seorang laki-laki dan seorang perempuan menikah untuk kehidupan pernikahan mereka sendiri, bukan untuk kehidupan keluarga orang tua mereka. Maka orang tua istri atau suami tidak boleh mencampuri pernikahan mereka. Sepasang suami istri hidup bersama orang tua pihak mana pun mutlak bertentangan dengan prinsip Alkitab. Pengaturan yang demikian akan merusak kehidupan pernikahan. Menurut prinsip Alkitab, seorang laki-laki harus meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya. Prinsip ini tentunya juga berlaku bagi pihak istri. Saya tahu ada beberapa gadis yang bertunangan dengan syarat setelah menikah, keduanya tinggal bersama orang tua sang istri. Itu keliru. Bila suami dan istri meninggalkan orang tua mereka masing-masing, barulah mereka memiliki kehidupan pernikahan yang wajar. Ini adalah ajaran dalam firman Allah.

Terakhir, dalam ayat 28 Paulus mengatakan bahwa suami harus mengasihi istrinya seperti mengasihi dirinya sendiri. Ia pun berkata, “Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri.” Butir yang sama ini ditekankan lagi dalam ayat 33. Ini menunjukkan kedalaman kasih yang harus dimiliki seorang suami terhadap istrinya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 52

19 March 2013

Efesus - Minggu 26 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:22-28; 1 Ptr. 3:6


Menurut perkataan Paulus dalam ayat 22, para istri harus tunduk kepada suami mereka sendiri “seperti kepada Tuhan”. Para istri harus menyadari bahwa dalam pandangan Tuhan suami mewakili Tuhan. Alasan istri harus tunduk kepada suami mereka ialah sebab dalam kehidupan pernikahan, sang suami seperti Tuhan. Situasi kehidupan pernikahan hari ini sangat menyedihkan, penuh dengan ketidakpatuhan dan pemberontakan. Namun demikian, sebagaimana Kristus adalah Kepala gereja dan Juruselamat Tubuh, maka istri harus tunduk kepada suami mereka sendiri seperti kepada Tuhan.

Para istri juga harus menerima suami mereka sebagai kepala. Ayat 23 menerangkan, “Karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” Selaku kepala istri, seorang suami melambangkan Kristus sebagai Kepala gereja. Kristus bukan hanya Kepala gereja, tetapi juga Juruselamat Tubuh. Kepala adalah perkara kekuasaan, sedangkan Juruselamat adalah perkara kasih. Kita harus tunduk kepada-Nya sebagai Kepala kita, dan mengasihi-Nya sebagai Juruselamat kita. Dalam hubungan antara suami dengan istri pun harus demikian.

Dalam ayat 24 Paulus selanjutnya mengatakan, “Karena itu, sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu.” Maksud ayat ini adalah: Walaupun para suami bukanlah Juruselamat istri-istri mereka sebagaimana Kristus adalah Juruselamat gereja, para istri tetap perlu tunduk kepada suami mereka sebagaimana gereja tunduk kepada Kristus. Taat berbeda dengan tunduk. Pada ketaatan, penekanannya adalah pada sikap memenuhi permintaan; sedangkan pada sikap tunduk, penekanannya adalah pada mengambil sikap atau kedudukan sebagai bawahan. Dalam perkara dosa, perkara-perkara yang berlawanan dengan Allah dan Tuhan, para istri tidak seharusnya menaati suami mereka. Namun, mereka harus tetap tunduk kepada suami mereka.

Ayat 25 mengatakan, “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Kasih suami bagi istrinya haruslah seperti kasih Kristus bagi gereja, dia harus rela membayar harga, bahkan mati bagi istrinya.

Permintaan terhadap suami jauh lebih berat daripada istri. Tunduk kepada seseorang tidak sesukar menyerahkan diri kepada seseorang. Menyerahkan diri berarti menjadi sahid, yakni mengorbankan hayat Anda. Suami harus mengasihi istrinya dengan harga sebesar diri mereka sendiri. Mereka harus sudi membayar harga yang tinggi, bahkan mati bagi istri mereka.

Ayat 28 mengatakan, “Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri.” Da-lam ayat ini Paulus dua kali mengatakan suami harus mengasihi istri mereka. Seperti telah kita tunjukkan, ini menunjukkan bahwa seorang suami harus mengasihi istrinya tanpa membandingkannya dengan orang lain.

Dalam ayat ini Paulus menasihati suami untuk mengasihi istri mereka sama seperti tubuhnya sendiri. Setiap orang mengasihi tubuhnya sendiri. Seorang suami harus menganggap istrinya sebagai bagian dari tubuhnya dan memperhatikannya seperti tubuhnya sendiri.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 52

18 March 2013

Efesus - Minggu 26 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:20-23


Dari Efesus 4:25 hingga 6:9 Paulus menampilkan rincian suatu kehidupan yang tepat. Bila kita ingin memenuhi semua permintaan yang rinci ini, kita harus hidup menurut realitas dan oleh anugerah. Lagi pula, kita harus hidup dalam kasih dan terang, serta dipenuhi di dalam roh kita. Seperti telah kita tunjukkan, dipenuhi di dalam roh merupakan satu butir dari hidup yang sepadan dengan panggilan Allah.

Hubungan antara suami dengan istri berkaitan dengan masalah dipenuhi di dalam roh. Ini adalah satu aspek kehidupan sehari-hari dari mereka yang dipenuhi di dalam roh sehingga menjadi segala kepenuhan Allah. Karena itu, tatkala kita membicarakan hubungan antara suami dengan istri, kita tidak dapat mengabaikan masalah dipenuhi dalam batin. Hanya melalui dipenuhi dalam roh kita, barulah kita mempunyai kehidupan pernikahan yang tepat.

Untuk mengasihi istri, sang suami harus bersimpati kepada istrinya, bahkan patuh kepadanya. Hanya kepatuhan yang dapat menghasilkan kepatuhan. Hanya kepatuhan yang dapat membayar harga untuk menghasilkan kepatuhan dalam diri orang lain. Bila seorang suami tidak pernah patuh kepada istrinya, maka sangat sulitlah bagi istrinya untuk tunduk kepadanya.

Satu Petrus 3:7 mengatakan bahwa istri adalah bejana yang lebih lemah. Itulah alasan Paulus terlebih dulu membicarakan istri dalam Efesus 5. Dalam nasihatnya mengenai istri dan suami, anak-anak dan orang tua, para hamba dan tuan, Paulus terlebih dulu memperhatikan pihak yang lebih lemah, kemudian baru pihak yang lebih kuat. Mereka yang berada pada pihak yang kuat tidak boleh menaruh permintaan ke atas pihak yang lebih lemah. Kalau seorang suami menyadari bahwa istrinya adalah bejana yang lebih lemah, ia tidak akan ada permintaan terhadapnya.

Dalam ayat 22 Paulus menasihati para istri untuk tunduk kepada suami mereka sendiri. Perkataan Paulus tentang istri harus tunduk kepada suami mereka sendiri menunjukkan adanya kecenderungan bagi istri untuk membanding-bandingkan suami mereka dengan suami orang lain. Jika kita kekurangan anugerah dan tidak hidup dalam terang Allah, kita mungkin akan membuat perbandingan yang sedemikian. Ini adalah kelicikan Iblis untuk merusak kehidupan pernikahan.

Dalam prinsip yang sama, ketika Paulus berbicara kepada para suami, dia menasihati mereka untuk mengasihi istri mereka sendiri (ayat 28, 33). Ini menunjukkan bahwa mereka tidak seharusnya membandingkan istri mereka dengan istri orang lain. Kita harus membenci perbandingan yang seperti itu. Itu berasal dari musuh, Iblis, dan yang dapat mengakibatkan perpisahan, bahkan perceraian. Jika kita ingin menempuh hidup yang sepadan dengan panggilan Allah, hidup yang menurut realitas, dengan anugerah, di dalam kasih dan terang, kita tidak boleh membandingkan istri atau suami kita dengan istri atau suami orang lain. Sebaliknya, para istri harus tunduk kepada suami mereka sendiri, dan para suami harus mengasihi istri mereka sendiri.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 52

16 March 2013

Efesus - Minggu 25 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:20-23


Ayat 20 meneruskan, “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.” Kita seharusnya mengucapkan syukur kepada Allah Bapa bukan hanya pada saat-saat yang baik, tetapi juga senantiasa, dan bukan hanya untuk hal-hal yang baik, tetapi juga untuk segala hal. Bahkan pada saat yang buruk kita seharusnya mengucap syukur kepada Allah Bapa kita untuk hal-hal yang buruk.

Ayat ini menyuruh kita bersyukur dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Realitas dari nama Tuhan adalah persona-Nya. Berada dalam nama Tuhan berarti di dalam persona-Nya, dalam diri-Nya sendiri. Ini menyiratkan bahwa kita seharusnya menjadi satu dengan Tuhan dalam mengucap syukur kepada Allah.

Dalam ayat 21 Paulus mengatakan, “Dan rendahkanlah (tundukkanlah) dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” Saling tunduk seorang kepada yang lain juga merupakan jalan untuk dipenuhi dalam roh dengan Tuhan, dan adalah luapan karena dipenuhi. Ketundukan kita seharusnya seorang kepada yang lain, yang lebih muda kepada yang lebih tua, juga yang lebih tua kepada yang lebih muda (1 Ptr. 5:5).

Menurut konteks ayat-ayat berikutnya, berada dalam takut akan Kristus adalah takut menyalahi Dia sebagai Sang Kepala. Ini berhubungan dengan jabatan-Nya sebagai Kepala (ayat 23) dan melibatkan ketundukan kita se-orang kepada yang lain. Kristus adalah Kepala Tubuh. Jika kita memperlakukan anggota Tubuh dengan tidak benar, berarti kita bersalah terhadap Kepala Tubuh. Kita perlu memelihara hubungan dengan anggota Tubuh dalam rasa takut terhadap Kepala.

Kehidupan berkata-kata, bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur adalah kehidupan yang tunduk. Bila kita berkata, bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kita akan rela menundukkan diri kita seorang kepada yang lain. Kita semua tunduk kepada Kristus Sang Kepala, juga kepada Tubuh. Namun kepatuhan kita berasal dari berkata-kata, bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur, yang berasal dari dipenuhinya kita dalam batin. Ketika kita dipenuhi dalam roh kita, kita akan bernyanyi, bermazmur, berkata-kata, dan bersyukur. Dengan spontan, kita pun akan tunduk. Tetapi, bila kita tidak dipenuhi, tidak akan ada berkata-kata, bernyanyi, bermazmur, atau bersyukur kepada Allah, dan tidak ada pula kepatuhan itu. Umat gereja yang wajar adalah mereka yang tunduk atau patuh oleh berkatakata, bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur kepada Allah dari dalam insan batiniah. Mereka hidup demi dipenuhi dalam roh dengan segala kekayaan Kristus, hingga menjadi kepenuhan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 51

15 March 2013

Efesus - Minggu 25 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:15-19


Ayat 15 mengatakan, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” Kata “karena itu” pada awal ayat ini menandakan bahwa ayat 15 adalah sebuah kesimpulan yang ditarik dari ayat 1 hingga 14. Bila kita hidup dalam kasih dan terang, kita tidak akan hidup seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Orang bebal adalah orang-orang kafir dalam pasal 4, sedang orang arif adalah anak-anak Allah yang terkasih.

Ayat 16 berkaitan dengan kehidupan yang ditampilkan dalam ayat 15. Dalam ayat 16 Paulus berkata, “Tebuslah waktu, karena hari-hari ini adalah jahat” (Tl.). Menebus waktu berarti merebut setiap kesempatan yang baik. Ini berarti arif dalam hidup kita.

Kita harus menebus waktu, sebab hari-hari ini adalah jahat. Dalam zaman yang jahat ini (Gal. 1:4 Tl.) setiap hari adalah hari yang jahat, penuh dengan perkara-perkara yang merusak, yang membuat waktu kita digunakan dengan tidak efektif, berkurang, dan diambil. Karena itu, kita harus hidup secara bijaksana, supaya kita dapat menebus waktu, merebut setiap kesempatan yang ada. Bila kita tidak merebut setiap kesempatan, waktu kita akan sia-sia. Banyak perkara yang jahat akan masuk menyelewengkan dan menggagalkan kita. Kita mungkin sedang asyik menikmati kehadiran Tuhan dan mendadak diganggu oleh telepon yang negatif. Karena hari-hari ini jahat, maka kita harus waspada untuk memanfaatkan setiap kesempatan.

Ayat 19 hingga 21 menerangkan dipenuhi dalam roh dalam ayat 18. Mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani bukan hanya untuk bernyanyi dan bermazmur, tetapi juga untuk berkata seorang kepada yang lain. Perkataan, nyanyian, mazmur, ucapan syukur yang demikian kepada Allah (5:19-20) dan menundukkan diri kita se-orang kepada yang lain (5:21) bukan hanya merupakan luapan dipenuhi di dalam roh, tetapi juga jalan untuk dipenuhi dalam roh. Mazmur adalah puisi panjang, kidung puji-pujian adalah puisi yang lebih pendek, dan nyanyian rohani adalah puisi yang lebih pendek lagi. Semua diperlukan supaya kita dipenuhi oleh Tuhan dan meluap-luap dengan Dia dalam hidup kristiani kita.

Berdasarkan Perjanjian Baru, mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani tidak saja baik untuk dinyanyikan, tetapi juga baik untuk dikatakan. Adakalanya kita tergerak atau dibangkitkan oleh nyanyian, namun dalam kesempatan lain, berkata-kata yang dipenuhi dengan pneuma mungkin lebih membangkitkan daripada bernyanyi. Kalau kita sedang kempis, kekurangan pneuma, perkataan kita tidak akan menghasilkan inspirasi. Tetapi, bila kita penuh dengan pneuma, perkataan kita akan memiliki dampak dan dapat membangkitkan orang lain. Ini bukan kefasihan lidah, melainkan ucapan yang mengandung dampak.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 51

14 March 2013

Efesus - Minggu 25 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:15-18


Hidup dengan dipenuhi di dalam roh adalah butir kelima dari hidup yang sepadan dengan panggilan Allah. Keempat butir pertama dari hidup yang sepadan itu ialah: memelihara kesatuan, bertumbuh ke dalam Kepala, mempelajari Kristus, dan hidup dalam kasih dan terang. Dalam pasal 4 Paulus membicarakan masalah memelihara kesatuan, bertumbuh ke dalam Kepala, dan mempelajari Kristus. Dalam pasal 5, ia membicarakan masalah hidup di dalam kasih dan terang, dan masalah hidup dengan dipenuhi di dalam roh. Karena itu, dalam pasal 5 terdapat tiga istilah yang penting dan menentukan: kasih, terang, dan roh. Kasih dan terang dibahas dalam 14 ayat yang pertama, sedang bagian berikutnya dari pasal ini membahas tentang roh perbauran.

Dipenuhi di dalam roh (ayat 18) berarti dipenuhi dalam roh kelahiran kembali, yaitu dalam roh insani yang dihuni oleh Roh Allah. Roh kita tidak boleh kosong, melainkan harus dipenuhi dengan kekayaan Kristus hingga menjadi segala kepenuhan Allah (3:19). Semua butir dalam 5:18—6:9 berkaitan dengan masalah dipenuhi di dalam roh. Banyak pembaca pasal ini hanya memperhatikan rincian seperti istri harus tunduk kepada suami atau suami harus mengasihi istri, tetapi tidak nampak sumber dari semua pekerti tersebut, yakni dipenuhi di dalam roh. Ketika kita dipenuhi oleh Kristus dalam roh kita, hingga menjadi segala kepenuhan Allah, tentulah istri akan mematuhi suami, suami juga akan mengasihi istri, orang tua akan memperhatikan anak-anak, hamba akan menaati tuannya, dan tuan akan memperlakukan hambanya dengan wajar. Kesemuanya itu adalah hasil dari dipenuhinya kita dalam roh.

Kita pernah menunjukkan bahwa hidup berdasarkan dipenuhi di dalam roh adalah butir kelima dari hidup yang sepadan dengan panggilan Allah. Butir pertama ialah memelihara kesatuan, ini adalah untuk kehidupan Tubuh, hidup gereja. Butir kedua ialah dalam segala hal bertumbuh ke dalam Kristus, Sang Kepala, ini adalah untuk pembangunan. Berikutnya ialah mempelajari Kristus melalui ditempatkan ke dalam cetakan, yakni standar kehidupan menurut realitas yang nyata dalam Yesus. Sebagai orang Kristen, kita memiliki satu standar tinggi dengan satu prinsip yang tinggi pula untuk mengatur kehidupan sehari-hari kita. Mempelajari Kristus berarti mengambil Dia sebagai standar dan mengambil hayat-Nya sebagai prinsip. Keempat, hidup yang sepadan dengan panggilan Allah ialah hidup dalam kasih dan terang. Kita tidak saja harus hidup menurut realitas dan oleh anugerah, tetapi juga di dalam terang dan kasih. Kita harus menjadi orang yang hidup dalam kemesraan dengan Allah dan berjalan dalam hadirat-Nya. Kehidupan sehari-hari kita harus seluruhnya sesuai dengan hati Allah dan dalam hadirat-Nya. Jika kita memiliki keempat butir ini dalam hidup yang sepadan, kita akan dengan spontan dipenuhi di dalam roh kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 51

13 March 2013

Efesus - Minggu 25 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:9-14


Setelah memerintahkan kita untuk hidup sebagai anak-anak terang, dalam ayat 9 Paulus menyisipkan kata-kata pernyataan tentang buah terang: “Karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran.” Ayat ini menurut bahasa aslinya adalah “karena terang hanya berbuahkan kebaikan, kebenaran, dan realitas.” Kebaikan adalah sifat dari buah terang, kebenaran adalah jalan atau prosedur untuk menghasilkan buah terang; dan realitas adalah ekspresi riil (Allah sendiri) dari buah terang. Buah terang pasti baik sifatnya, benar prosedurnya, dan riil ekspresinya, sehingga Allah dapat diekspresikan sebagai realitas hidup kita sehari-hari.

Dalam membicarakan buah terang, Paulus hanya mengutarakan tiga perkara: kebaikan, kebenaran, dan realitas, hal ini sangat bermakna. Ia tidak mengatakan kekudusan, keramahan, atau kerendahan. Alasan hanya menyebut ketiga perkara itu saja ialah karena buah terang dalam kebaikan, kebenaran, dan realitas berhubungan dengan Allah Tritunggal. Kebaikan mengacu kepada sifat buah terang. Tuhan Yesus pernah menunjukkan bahwa hanya satu yang baik, yaitu Allah itu sendiri (Mat. 19:17). Jadi kebaikan di sini mengacu kepada Allah Bapa. Allah Bapa sebagai kebaikan adalah sifat buah terang.

Kita telah menunjukkan bahwa kebenaran mengacu kepada cara atau prosedur buah terang. Kebenaran adalah prosedur yang olehnya buah terang itu dihasilkan. Dalam ke-Allahan, Putra, Kristus ialah kebenaran kita. Ia datang ke dunia untuk menghasilkan perkara-perkara tertentu yang sesuai dengan prosedur Allah, yaitu yang selalu benar. Kebenaran ialah cara Allah dan prosedur Allah. Kristus datang untuk menggenapkan kehendak Allah sesuai dengan prosedur-Nya yang benar. Karena itu, aspek kedua dari buah terang dutujukan kepada Allah Putra.

Realitas ialah ekspresi buah terang. Buah ini seharusnya riil, yaitu harus sebagai ekspresi Allah, pancaran terang yang tersembunyi. Tidak dapat diragukan bahwa realitas ditujukan kepada Roh realitas, Persona ketiga dari Allah Tritunggal. Karena itu, Bapa sebagai kebaikan, Putra sebagai kebenaran, dan Roh sebagai realitas; kesemuanya ini berkaitan dengan buah terang.

Ayat 9 adalah definisi hidup sebagai anak-anak terang. Bila kita hidup sebagai anak-anak terang, kita akan menghasilkan buah yang dilukiskan dalam ayat 9. Buah yang kita hasilkan dengan hidup sebagai anak-anak terang ini seharusnya berada dalam kebaikan, kebenaran, dan realitas. Bukti kita hidup sebagai anak-anak terang terlihat dalam menghasilkan buah yang demikian.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 50

12 March 2013

Efesus - Minggu 25 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:6-8


Ayat 5 mengatakan, “Karena ingatlah ini baik-baik: Tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” Awal ayat ini lebih tepat diterjemahkan “Karena kalian sadar, tahu bahwa tidak ada . . . “ Kata “sadar” di sini dalam bahasa aslinya “oida” yang berarti pengetahuan yang subyektif; sedang kata “tahu” dalam bahasa aslinya ialah “Ginosko”, ini ditujukan kepada pengetahuan obyektif. Apa yang Paulus katakan dalam ayat 5, harus kita ketahui baik secara subyektif maupun obyektif. Kita harus tahu bahwa tidak ada orang sundal, orang cemar, atau orang serakah yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Dalam pandangan Allah, orang yang serakah sebenarnya sama dengan menyembah berhala.

Ayat 6 melanjutkan, “Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.” Murka Allah akan menimpa anak-anak durhaka terutama disebabkan ketiga perkara jahat yang dikatakan dalam ayat 3 itu. Anak-anak durhaka ialah orang-orang yang tidak percaya. Kita, kaum beriman, adalah anak-anak Allah yang terkasih. Walau demikian, ada beberapa anak-anak Allah yang bertingkah laku seperti anak-anak durhaka. Karena itu, murka Allah akan menimpa mereka. Maka dalam ayat 7 Paulus mengatakan, “Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.” Kita harus meneladani Allah dengan baik, jangan mengambil bagian dalam perkara cemar yang mana pun.

Dalam ayat 2 Paulus menyuruh kita hidup dalam kasih dan dalam ayat 8 ia menyuruh kita hidup sebagai anak-anak terang. Ketujuh ayat pertama dalam pasal ini membahas masalah kasih. Bila kita hidup dalam kasih, kita akan menghindarkan diri dari kecemaran. Hidup dalam kasih berarti hidup dalam kemesraan dengan Allah. Suatu hubungan yang intim antara seorang anak perempuan dengan ibunya dapat menerangkan arti hidup dalam kasih ini. Ada beberapa remaja putri menikmati kasih yang mesra dengan ibu mereka. Mereka mengasihi apa yang dikasihi ibu mereka. Karena kasih mereka terhadap ibu mereka, maka mereka tidak mau melakukan perkara apa pun yang bertentangan dengan perasaan ibu mereka. Sebaliknya, mereka hidup dalam kasih yang mesra terhadap ibu mereka. Seprinsip dengan itu, kita pun memiliki satu hubungan yang intim dengan Bapa. Sebagai orang yang telah menerima anugerah, kita dapat di dalam Putra berkontak dengan Bapa. Di hadirat Bapa, kita tidak saja menikmati anugerah, ekspresi kasih, juga menikmati kasih itu sendiri. Kita mengalami kasih dengan cara yang paling mesra. Karena itulah kita tidak mau melakukan segala perkara yang tidak menyenangkan Bapa. Bapa membenci persundalan, kecemaran, dan hawa nafsu. Bila kita hidup dalam kasih, kita akan menjauhi perkara-perkara itu. Karena kita mengasihi Bapa, kita tidak akan melakukan apa saja yang mendukakan hati-Nya. Alangkah lembut dan halusnya hidup yang sedemikian! Ini bukan sekadar hidup oleh anugerah; ini adalah hidup dalam kasih. Kita wajib selalu ingat bahwa kita adalah anak-anak Allah, yang menikmati kasih-Nya. Kita adalah orang-orang kudus yang telah dipisahkan bagi-Nya, dan diresapi oleh-Nya. Karena itu, dalam kehidupan seharihari kita, kita harus selalu memperhatikan perasaan Bapa, karena kita dengan mesra hidup di dalam kasih-Nya yang lembut.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 50

11 March 2013

Efesus - Minggu 25 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:1-4


Efesus 5:1 mengatakan, “Sebab itu, sebagai anak-anak yang terkasih, teladanilah Allah.” Perkataan Paulus di sini merupakan suatu perintah, suatu komando. Ia memerintahkan agar kita meneladani Allah. Fakta yang sungguh mulia bahwa karena kita adalah anak-anak Allah yang terkasih, kita dapat meneladani Allah! Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki hayat dan sifat-Nya. Kita meneladani Dia bukan dengan hayat alamiah kita, tetapi dengan hayat ilahi-Nya. Dengan hayat ilahi Bapa kita ini, kita, anak-anak-Nya, dapat sempurna sama seperti Dia (Mat. 5:48).

Dalam ayat 2 Paulus mengeluarkan perintah yang lain: “Hiduplah di dalam kasih.” Sebagaimana anugerah dan realitas adalah unsur-unsur dasar dalam 4:17-32, maka kasih (5:2, 25) dan terang (5:8, 9, 13) adalah unsurunsur dasar nasihat rasul dalam 5:1-33. Anugerah adalah ekspresi kasih, dan kasih adalah sumber anugerah, realitas adalah wahyu dari terang, dan terang adalah asal mula realitas. Allah adalah kasih dan terang (1 Yoh. 4:8, 1:5). Ketika Allah diekspresikan dan dinyatakan dalam Tuhan Yesus, kasih-Nya menjadi anugerah dan terang-Nya menjadi realitas. Di dalam Tuhan Yesus, setelah kita menerima Allah sebagai anugerah dan mengenal Dia sebagai realitas, kita datang kepada-Nya dan menikmati kasih dan terang-Nya. Kasih dan terang lebih dalam daripada anugerah dan realitas. Karena itu, rasul pertamatama mengambil anugerah dan realitas sebagai unsur-unsur dasar nasihatnya, dan kemudian kasih dan terang. Ini menyiratkan bahwa ia ingin hidup kita sehari-hari bertumbuh lebih dalam, maju dari unsur yang luaran kepada yang di dalam.

Paulus memerintahkan kita untuk hidup dalam kasih seperti halnya Kristus mengasihi kita dan “menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah” (5:2). Dalam 4:32 rasul mengemukakan Allah sebagai model hidup kita sehari-hari. Di sini dia menunjukkan Kristus sebagai teladan hidup kita. Dalam 4:32, Allah dalam Kristus adalah model kita, karena dalam bagian itu anugerah Allah dan realitas yang diekspresikan dalam hidup Yesus diambil sebagai unsurunsur dasar. Menurut 4:32, kita harus mengampuni orang sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita. Ini berarti Allah adalah model dari pengampunan. Tetapi dalam pasal 5 Kristus sendiri adalah teladan kita, karena dalam bagian ini kasih yang diekspresikan Kristus kepada kita (ayat 2, 25) dan terang yang dipancarkan Kristus ke atas kita (ayat 14) diambil sebagai unsur-unsur dasar. Di sini Kristus yang mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita adalah teladan untuk kita hidup di dalam kasih.

Dalam ayat 3 dan 4 Paulus menuliskan beberapa perkara yang tidak patut atau tidak pantas bagi orang kudus, “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” Tidak ada yang lebih merusak manusia daripada percabulan, terutama merusak tujuan Allah dan maksud-Nya dalam penciptaan manusia dan terhadap hidup gereja kaum beriman dalam Tubuh Kristus; ini berdasarkan 1 Korintus 5. Hawa nafsu keserakahan yang tidak terkekang adalah hawa nafsu yang tamak dan tidak terkendali. Perkara jahat ini disebut saja pun jangan di antara kita, sebagaimana sepatutnya bagi orang kudus, yaitu orang-orang yang dipisahkan bagi Allah dan dijenuhi Allah, serta yang menempuh hidup yang sesuai dengan sifat kudus Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 50