Hitstat

31 January 2018

Matius - Minggu 18 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:46-50
Doa baca: “Sebab siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku.”(Mat. 12:50)


Ketika Tuhan Yesus masih berbicara dengan orang banyak, ibu-Nya dan saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Lalu seseorang berkata kepada-Nya, “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau” (ayat 46-47). Ayat 48-50 menunjukkan bahwa Raja surgawi memutuskan hubungan-Nya dalam daging dengan orang Yahudi. Dalam pasal ini, penolakan orang Yahudi terhadap Kristus sudah mencapai puncaknya sehingga Kristus meninggalkan mereka sama sekali. Setelah memutuskan hubungan dengan orang Yahudi, Kristus berpaling kepada orang bukan Yahudi. Sejak saat itu hubungan-Nya dengan para pengikut-Nya bukan di dalam daging, melainkan di dalam roh. Siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Nya adalah saudara yang membantu-Nya, saudara perempuan yang bersimpati kepada-Nya, dan ibu yang dengan lemah lembut mengasihi-Nya.

Dalam ayat 46-50 kita nampak suatu perubahan besar, suatu perubahan zaman. Saat itu, hubungan Yesus dengan orang-orang tidak berdasarkan kelahiran alamiah, melainkan berdasarkan kelahiran rohani. Siapa saja yang melakukan kehendak Bapa yang di surga adalah saudara Yesus. Dengan kata lain, pada akhir pasal 12, Tuhan dengan tegas menunjukkan bahwa Dia telah meninggalkan seluruh orang Israel. Setelah itu, hubungan-Nya dengan orang-orang hanya berdasarkan sesuatu yang rohani. Mereka semua yang melakukan kehendak Bapa adalah saudara-Nya. Haleluya kita bukan hanya saudara Kristus, tetapi juga anggota-Nya! Kita anggota-Nya bukan karena hubungan darah alamiah kita dan kelahiran alamiah kita, melainkan oleh kelahiran rohaniah kita di dalam roh. Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan menjadi satu roh dengan Dia (1 Kor. 6:17).  



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 34

30 January 2018

Matius - Minggu 18 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:42-45
Doa baca: “Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang-orang zaman ini dan ia akan menghakiminya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo!” (Mat. 12:42)


Dalam percakapan Tuhan dengan orang-orang Farisi, tiba-tiba muncul sebuah tanda lain: tanda Salomo. Sebagai Anak Daud, sebagai Raja, Kristus lebih daripada Raja Salomo. Salomo membangun Bait Allah dan mengucapkan perkataan hikmat, dan ratu dari bangsa bukan Yahudi juga datang kepadanya (1 Raj. 6:2; 10:1-8). Ini juga lambang Kristus, yang membangun gereja, menjadikannya Bait Allah dan mengucapkan perkataan hikmat. Orang-orang bukan Yahudi berpaling kepada-Nya. Lambang ini dan lambang yang terdapat dalam ayat 41 menunjukkan bahwa Kristus, baik sebagai Nabi yang diutus oleh Allah maupun sebagai Raja yang diurapi oleh Allah, akan berpaling dari Israel kepada bangsa bukan Yahudi, seperti yang dinubuatkan dalam ayat 18 dan 21.

Menurut sejarah, Raja Salomo ada sebelum Nabi Yunus. Tetapi menurut makna rohani, Yunus muncul lebih dulu, seperti yang dicatat dalam Matius. Ini juga menunjukkan bahwa catatan Matius tidak dibuat berdasarkan urutan sejarah, melainkan berdasarkan urutan doktrin. Berdasarkan doktrin, mula-mula Kristus harus mati dan dibangkitkan, kemudian Dia akan membangun gereja dan mengucapkan perkataan hikmat. Kematian dan kebangkitan Kristus adalah tanda sejati bagi angkatan ini, bagi orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (1 Kor. 1:22, 24).

Firman Tuhan tentang Yunus dan Salomo menunjukkan pula bahwa sejak saat itu Dia takkan berbuat keajaiban apa pun bagi orang-orang Yahudi. Hingga Dia mati dan dibangkitkan, Dia takkan memberi mereka tanda apa pun. Kematian dan kebangkitan-Nya menjadi tanda yang sejati. Kematian dan kebangkitan-Nya adalah tanda yang unik bagi angkatan itu.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 34

29 January 2018

Matius - Minggu 18 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:38-41
Doa baca: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan besar tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Mat. 12:40)


Karena orang Farisi tidak dapat membantah Tuhan Yesus, mereka mengubah pokok pembicaraan. Ayat 38 mengatakan, “Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus, 'Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari Engkau.’” Karena mereka tidak dapat me-ngalahkan Tuhan Yesus dengan cara berdebat, mereka lalu mengubah pokok pembicaraan dari suatu hal ke hal lain, dengan memohon kepada Tuhan untuk menunjukkan tanda mukjizat yang memiliki makna rohani. Sekali lagi, ini memberi Tuhan kesempatan untuk mewahyukan lebih jauh tentang diri-Nya kepada seluruh alam semesta.

Ayat 39 mengatakan, “Tetapi jawab-Nya kepada mereka, 'Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus.'”  Dalam ayat 41 Tuhan meneruskan, “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama orang-orang zaman ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!” Kata “lebih daripada” dalam ayat 41 dan 42, dalam bahasa aslinya berarti lebih baik dalam kualitas dan lebih besar dalam kuantitas; karena itu dikatakan “lebih daripada”. Sebagai nabi yang diutus oleh Allah kepada umat-Nya, Kristus lebih daripada Nabi Yunus. Nabi Yunus adalah nabi yang berpaling dari Israel kepada bangsa lain dan dimasukkan ke dalam perut ikan besar. Setelah tinggal di sana tiga hari, dia keluar untuk menjadi tanda bagi angkatan itu agar mereka bertobat (Yun. 1:2, 17; 3:2-10). Ini adalah lambang Kristus, yang akan berpaling dari Israel kepada bangsa bukan Yahudi dan yang akan dikuburkan di dalam rahim bumi selama tiga hari dan kemudian dibangkitkan, menjadi tanda bagi angkatan ini untuk beroleh selamat.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 34

27 January 2018

Matius - Minggu 17 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:31-37
Doa baca: “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Mat. 12:37)


Dalam ayat 32 Tuhan melanjutkan, “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia berkata-kata menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.” Dalam ekonomi Allah Tritunggal, Bapa memiliki rencana penebusan (Ef. 1:5, 9), Anak merampungkannya berdasarkan rencana Bapa (1 Ptr. 2:24; Gal. 1:4), dan Roh Kudus menjangkau orang dosa untuk menerapkan penebusan yang dirampungkan oleh Anak (1 Kor. 6:11; 1 Ptr. 1:2).

Jika seorang dosa menghujat Anak seperti yang dilakukan oleh Saulus dari Tarsus, Roh Kudus masih memiliki tumpuan untuk bekerja di atas dirinya dan membuatnya bertobat dan percaya kepada Anak agar dia dapat diampuni (lihat 1 Tim. 1:13-16). Tetapi jika orang dosa menghujat Roh Kudus, Roh Kudus tidak memiliki tumpuan untuk bekerja di atas dirinya, dan tidak akan ada orang yang akan membuatnya bertobat dan percaya.

Pengampunan Allah dalam zaman yang akan datang berhubungan dengan pahala sezaman orang beriman. Jika setelah beroleh selamat orang beriman melakukan suatu dosa, tetapi tidak melakukan pemberesan melalui pengakuan dan pembasuhan darah Tuhan (1 Yoh. 1:7, 9), sebelum ia meninggal atau sebelum kedatangan kembali Tuhan, dosa itu tidak akan diampuni pada zaman ini, melainkan akan tetap ada dan akan dihakimi pada takhta penghakiman Kristus (2 Kor. 5:10). Dalam keadaan seperti itu, orang beriman tidak bisa diberi pahala berupa kerajaan; maksudnya tidak bisa berbagian dengan Kristus dalam kemuliaan dan sukacita dalam manifestasi Kerajaan Surga, tetapi akan didisiplinkan supaya dosa itu dibereskan, dan diampuni dalam zaman yang akan datang (18:23-35).



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 33

26 January 2018

Matius - Minggu 17 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:28-30
Doa baca: “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan” (Mat. 12:30)


“Orang kuat” dalam Matius 12: 29 mengacu kepada Iblis, si jahat itu. Jalan untuk mengikat orang kuat itu ialah berdoa. Ketika kita sampai pada Matius 17, kita akan nampak bahwa murid-murid datang kepada Tuhan dan bertanya kepada-Nya mengapa Tuhan dapat mengusir setan sedangkan mereka tidak. Dalam 17:21 Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.” Jika Anda tidak berdoa dan berpuasa, Anda takkan dapat mengusir setan jenis ini.

Perkataan Tuhan kepada murid-murid-Nya menunjukkan bahwa sebelum Dia mengusir setan, Dia sungguh-sungguh berdoa dan berpuasa. Untuk mengikat seorang kuat, kita wajib berdoa dan berpuasa. Tuhan berdoa dan berpuasa secara tersembunyi, sehingga murid-murid tidak nampak hal ini. Kita harus belajar seperti Tuhan berpuasa secara tersembunyi dan berdoa secara tersembunyi. Saya percaya bahwa ketika Tuhan Yesus berada di bumi, Dia sering berpuasa, berdoa, berperang, dan mengikat si orang kuat. Setiap hari roh kita haruslah roh yang berpuasa dan roh yang berdoa sehingga setiap hari kita dapat membelenggu orang kuat, yakni Iblis, raja kerajaan kegelapan. Inilah peperangan rohani untuk mendirikan Kerajaan Surga.

Peperangan yang tersingkap dalam Matius 12 tidak nampak dalam kesebelas pasal sebelumnya. Dalam pasal-pasal itu kita nampak perhentian dan pelanggaran peraturan-peraturan bagi Kepala dan bagi anggota Tubuh. Tetapi kita tidak nampak akan adanya kerajaan kegelapan. Ada dua kerajaan, kerajaan kegelapan dan Kerajaan Surga di dalam terang. Kedua kerajaan ini berlawanan satu dengan yang lain di bumi, sebab itu kita perlu berperang. Kita semua harus berpuasa dan berdoa untuk membelenggu orang kuat, sehingga kita dapat merampok rumahnya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 33

25 January 2018

Matius - Minggu 17 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:22-37
Doa baca: “Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.” (Mat. 12:27)


Matius 12:25-26 berkata, “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka, 'Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, ia pun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?'” Tuhan seolah-olah berkata kepada orang-orang Farisi, “Bagaimana Aku dapat mengusir setan oleh Satan? Jika demikian, maka Satan akan melawan Satan dan kerajaannya tidak dapat bertahan.”

Ayat 26 adalah ayat yang unik dalam seluruh Alkitab, tidak ada ayat lain yang membuka rahasia bahwa Iblis mempunyai kerajaan. Iblis (Satan) ialah penguasa dunia ini (Yoh. 12:3) dan penguasa udara (Ef. 2:2). Iblis mempunyai wewenangnya (Kis. 26:18) dan malaikat-malaikatnya (Mat. 25:4), yang adalah bawahannya sebagai pemerintah, penguasa, dan penghulu dunia kegelapan (Ef. 6:12). Jadi, Iblis memiliki kerajaannya, yaitu kuasa kegelapan (Kol. 1:13).

Kerajaan Satan dibangun di atas bumi dan di antara manusia. Tetapi Raja surgawi telah datang mendirikan kerajaan surgawi juga di antara manusia di bumi. Sebab itu, dua kerajaan ini bertentangan. Kerajaan Iblis ialah kerajaan lama, tetapi Raja surgawi sedang mendirikan kerajaan baru, Kerajaan Surga. Dengan demikian kita nampak bahwa peperangan sedang berkecamuk.

Selanjutnya, ayat 27 Tuhan berkata kepada orang Farisi, “Jadi, jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Karena itu, merekalah yang akan menjadi hakimmu.” Pada hakikatnya bukan Tuhan Yesus, melainkan pengikut-pengikut orang Farisi yang mengusir setan dengan Beelzebul. Perkataan Tuhan ini menunjukkan bahwa orang-orang Farisi bersatu dengan Satan, penghulu setan.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 33

24 January 2018

Matius - Minggu 17 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:13-21
Doa baca: “Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” (Mat. 12:21)


Dalam hati Kristus sang Raja surgawi ini tidak ada Sabat, doktrin, dan peraturan apa pun. Sebaliknya dalam hati-Nya ada ke-Tuhanan-Nya. Kita harus nampak bahwa Dialah Tuhan dan Dia mengatasi hari Sabat. Hari Sabat semata-mata hanya alat yang dipergunakan oleh Dia, tetapi Dia sendiri adalah Tuhan atas hari Sabat.

Tuhan juga memperhatikan anggota-anggota-Nya, termasuk setiap anggota tubuh-Nya yang sakit, lemah, atau dalam keadaan susah. Dia akan melakukan sesuatu untuk anggota-Nya, menolong, menyembuhkan, dan menghidupkan. Asalkan kita bagi Kristus dan gereja beserta semua anggota, segala sesuatu akan beres. Apa pun yang kita perlukan kita terima dari Dia.

Ayat 20, kutipan lebih lanjut dari Kitab Yesaya, mengatakan “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.” Sebagai orang yang diurapi dengan Roh, Kristus tidak akan memutuskan buluh yang patah terkulai dan tidak akan memadamkan sumbu yang pudar nyalanya. Sebaliknya Dia masih membukakan pintu anugerah. Dia penuh dengan belas kasihan. Tidak peduli berapa banyak tentangan, aniaya, dan serangan, Raja surgawi ini selalu penuh dengan belas kasihan. Dia adalah Penyelamat rajani yang berbelas kasihan.

Ayat 21 mengatakan, “Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” Bagian firman ini mewahyukan bahwa di satu pihak, Tuhan itu berani lagi tegas, dan di pihak lain, Dia berbelaskasihan. Di satu pihak, Dia kuat, di pihak lain, Dia berbelas kasihan dan lemah lembut. Inilah Raja yang mendirikan Kerajaan Surga dan inilah jalan bagi Dia untuk mendirikan kerajaan-Nya. Semakin banyak tentangan, aniaya, kritik, dan se­rangan, semakin kita diteguhkan. Serangan tidak membuat kita rugi apa-apa, sebaliknya membuat kita mendapatkan sesuatu. Inilah jalan terbangunnya Kerajaan Surga.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 32


23 January 2018

Matius - Minggu 17 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:3-12
Doa baca: “Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.” (Mat. 12:12)


Kedatangan Kristus mengubah zaman, dari zaman hukum Taurat kepada zaman anugerah. Dalam zaman ini, Kristus berada di atas segalanya. Apa pun yang dilakukan-Nya adalah benar. Memelihara hari Sabat termasuk dalam zaman lama hukum Taurat. Tetapi dalam zaman anugerah, Kristuslah yang menentukan segalanya. Bukan masalah hukum Taurat, melainkan Kristus.

Kemudian dalam ayat 6 Tuhan mengu-mumkan, “Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah.” Tuhan mewahyukan kepada orang-orang Farisi bahwa Dia melebihi Bait Allah. Ini menunjukkan perpalingan yang lain, penggenapan lambang dari bait kepada satu persona. Dalam Bait Allah, segala hari dan segala sesuatu adalah kudus. Di luar Bait Allah segala sesuatu adalah awam. Tetapi begitu sesuatu itu dibawa ke dalam Bait Allah, dikuduskan oleh Bait Allah. Demikian pula segala hari dikuduskan oleh Bait Allah. Di luar Bait Allah, ada hari-hari biasa dan hari-hari kudus, tetapi di dalam Bait Allah tidak ada perbedaan itu.

Segala sesuatu, segala hari, setiap perkara dan setiap orang yang berada di dalam Bait Allah adalah kudus. Namun, Bait Allah di sini hanyalah bayang-bayang, bukan realitas. Realitasnya adalah Kristus, Bait Allah yang lebih besar. Inilah perubahan dari lambang ke realitas.

Sebagai Tuhan atas hari Sabat, Dia memiliki hak untuk mengubah peraturan tentang hari Sabat. Dia adalah Daud yang sejati, bait yang lebih besar, dan Tuhan atas hari Sabat. Karena itu, Dia dapat melakukan apa saja yang disukai-Nya pada hari Sabat, dan apa pun yang dilakukan-Nya dibenarkan oleh diri-Nya sendiri. Dia berada di atas semua upacara dan peraturan. Karena Dia ada di sana, kita tidak seharusnya memperhatikan upacara dan peraturan apa pun.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 32

22 January 2018

Matius - Minggu 17 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 12:1-21
Doa baca: “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (Mat. 12:8)


Perhentian juga mencakup kepuasan. Ketika Anda puas, Anda memiliki perhentian. Tetapi jika Anda tidak mempunyai kepuasan, Anda tidak memiliki perhentian.

Hari Sabat ialah hari perhentian. Pada hari perhentian Tuhan memanggil orang-orang masuk ke dalam perhentian. Dia seolah-olah berkata, “Kamu sekalian memelihara hari Sabat, tetapi kamu masih berjerih payah dan berjuang untuk menjalankan hukum Taurat. Kamu menanggung beban berat dari semua hukum Taurat, ritual, tata cara, dan peraturan. Sekalipun kamu memelihara hari Sabat secara lahiriah, pada hakikatnya kamu tidak mempunyai perhentian. Kamu perlu datang kepada-Ku. Kamu bekerja keras dan dibebani dengan masalah taat pada hukum Taurat. Datanglah kepada-Ku, maka kamu akan mendapatkan perhentian.”

Murid-murid berada di bawah beban meme-lihara peraturan hari Sabat. Peraturan-peraturan ini telah menjadi beban berat bagi murid-murid yang lapar. Karena itu, Tuhan Yesus memelopori mereka untuk tidak berpegang pada peraturan-peraturan dengan membawa murid-murid-Nya keluar dari situasi yang berpegang pada peraturan-peraturan ke ladang gandum. Maksud Tuhan berbuat demikian ialah untuk membebaskan murid-murid dari peraturan memelihara hari Sabat. Tuhan memelopori untuk membawa murid-murid-Nya yang lapar masuk ke dalam ladang gandum di mana mereka semua mendapatkan makanan.

Melanggar hari Sabat adalah perkara yang serius dalam pandangan orang Farisi yang agamawi, mereka tidak memiliki pengenalan yang memadai mengenai Kitab Suci. Berdasarkan pengetahuan mereka yang miskin, mereka memperhatikan tata cara memelihara hari Sabat, tidak memperhatikan rasa lapar orang. Alangkah bodohnya jika kita hanya memperhatikan tata cara yang sia-sia!



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 32

20 January 2018

Matius - Minggu 16 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 11:11-20
Doa baca: “Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.” (Mat. 11:19)


Semua nabi sebelum Yohanes hanya bernubuat bahwa Kristus akan datang, tetapi Yohanes bersaksi bahwa Kristus telah datang. Nabi-nabi mengharapkan Kristus, tetapi Yohanes melihat Kristus. Karena itu, Yohanes lebih besar daripada semua nabi. Walaupun Yohanes melihat Kristus yang berinkarnasi dan memperkenalkan Dia kepada orang-orang, dia tidak memiliki Kristus yang bangkit yang berhuni di dalamnya. Umat kerajaan memiliki Kristus yang demikian. Yohanes hanya dapat mengatakan, “Inilah Kristus,” tetapi umat kerajaan dapat mengatakan “Bagiku hidup adalah Kristus”­ (Flp. 1:21). Karena itu, yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Keadaan seseorang bisa lebih besar atau lebih kecil tergantung pada hubungannya dengan Kristus. Kristus adalah faktor yang menentukan. Makin dekat seseorang kepada Kristus, makin besarlah dia.

Para nabi menubuatkan kedatangan Kristus dan Yohanes memperkenalkan Kristus yang telah datang. Nabi-nabi mengatakan bahwa Kristus akan datang, dan Yohanes mengatakan Kristus ada di sana. Walaupun Yohanes dekat dengan Kristus, tetapi ia tidak sedekat Dia seperti kita, sebab kita memiliki Kristus di dalam kita. Kristus di dalam kita dan kita di dalam Dia. Karena Kristus berbaur dengan kita, hubungan kita dengan Kristuslah yang paling intim. Kristus di dalam kita, dan kita berbaur dengan Dia, bahkan satu dengan Dia. 1 Korintus 6:17 berkata, “Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” Apa yang dapat lebih dekat daripada ini? Hubungan yang dekat dengan Kristus ini membuat kita lebih besar daripada semua orang yang mendahului kita. Betapa besarnya berkat ini!



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 31

19 January 2018

Matius - Minggu 16 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 11:2-10
Doa baca: “Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” (Mat. 11:6)


Dalam pasal 11 kita nampak tiga ministri yang ditolak: ministri Yohanes Pembaptis, ministri Raja, dan ministri utusan Raja—kedua belas rasul. Poin utama dalam pasal ini ialah bagaimana seharusnya kita menghadapi penolakan ini. Dalam penjara Yohanes menunggu, mengharapkan Kristus melakukan sesuatu untuk melepaskan dirinya. Karena itu ia mengutus murid-muridnya menyampaikan pertanyaan itu untuk merangsang hati Kristus. Tetapi, semakin Anda mencoba untuk merangsang-Nya, semakin dingin Dia terhadap Anda.

Dalam ayat 4-6, pertama-tama Tuhan menyinggung orang buta menerima daya lihat. Dari hal ini Dia memberi bukti yang jelas kepada Yohanes bahwa tidak ada orang lain selain Mesias yang dapat melakukan mukjizat semacam itu (Yes. 35:5). Ayat 6 berkata, “Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” Perkataan ini menyiratkan bahwa Yohanes Pembaptis mungkin sudah tersandung karena Tuhan, sebab Tuhan tidak melakukan tindakan apa-apa untuk kepentingannya berdasarkan caranya. Di sini Tuhan mendorongnya untuk menempuh jalan yang sudah Dia tetapkan agar dia dapat menerima berkat. Berkat ini sangat erat hubungannya dengan partisipasi dalam Kerajaan Surga.

Dalam pemulihan Tuhan kita perlu belajar pelajaran ini. Bila Tuhan melakukan sesuatu yang positif bagi kita, kita girang sekali. Tetapi sering kali Tuhan tidak melakukan apa pun bagi kita. Dia tidak melakukan apa pun untuk menyelamatkan Yohanes dari penjara, karena jika Yohanes dibebaskan dari penjara, maka ministrinya akan bersaing dengan ministri Tuhan. Yohanes dipenjara karena telah diatur oleh kedaulatan Tuhan untuk menamatkan ministrinya, suatu ministri perkenalan. Setelah pekerjaan memperkenalkan dilakukan, ministrinya wajib diakhiri. Sebab itu, Allah dengan kedaulatan-Nya mengakhiri ministri Yohanes dengan jalan memenjarakannya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 31

18 January 2018

Matius - Minggu 16 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 10:37
Doa baca: “Siapa saja yang mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku; dan siapa saja mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Mat. 10:37)


Seluruh bumi berada di bawah cengkeraman Iblis. Raja surgawi datang untuk memanggil sejumlah orang untuk keluar dari cengkeraman itu. Hal ini jelas membangkitkan penentangan dari Iblis. Iblis menghasut orang-orang yang berada di bawah cengkeramannya untuk memerangi orang-orang yang dipanggil oleh Raja surgawi itu. Jadi, kedatangan-Nya tidak mendatangkan damai, melainkan pedang. Sewaktu Kerajaan Surga akan didirikan, pasti timbul konfrontasi antara Kerajaan Surga dan kerajaan dunia. Kedua kerajaan ini tidak dapat hidup berdampingan. Karena Raja surgawi sedang mendirikan kerajaan-Nya di bumi, maka peperangan antara kedua kerajaan ini tidak dapat dielakkan.

Peperangan yang terjadi karena hasutan Iblis si perampas melawan orang-orang yang dipanggil oleh Raja surgawi, juga berkecamuk di dalam rumah tangga mereka. Orang-orang surgawi yang terpanggil akan diserang oleh kerabatnya, karena kerabatnya tetap berada di bawah tangan perampas si jahat. Ketika sejumlah orang tertarik dan tertangkap oleh Raja surgawi dan memutuskan untuk mengikuti Dia, beberapa orang di dalam keluarga mereka mungkin telah dihasut oleh Iblis untuk melawan mereka, bahkan membunuh mereka.

Mereka yang diutus oleh Tuhan harus menyadari bahwa aniaya menunggu mereka. Tuhan Yesus tidak meninggalkan kita dalam kegelapan. Sebaliknya, ia membuat seluruh situasi sangat terang. Dalam negara Yahudi penuh dengan penentang dan bahkan keluarga dari orang-orang yang terpanggil akan bangkit menentang mereka, bahkan akan membunuh pengikut-pengikut Raja surgawi. Dalam ayat 37-39 terdapat jalan untuk mengikuti Raja surgawi. Kasih kita terhadap Tuhan harus mutlak. Kita tidak seharusnya mengasihi sesuatu melebihi diri-Nya. Dialah yang paling layak mendapatkan kasih kita, dan kita harus layak bagi-Nya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 30

17 January 2018

Matius - Minggu 16 Rabu

Pembacaan Alkitab: Mat. 10:37
Doa baca: “Siapa saja yang mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku; dan siapa saja mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Mat. 10:37)


Seluruh bumi berada di bawah cengkeraman Iblis. Raja surgawi datang untuk memanggil sejumlah orang untuk keluar dari cengkeraman itu. Hal ini jelas membangkitkan penentangan dari Iblis. Iblis menghasut orang-orang yang berada di bawah cengkeramannya untuk memerangi orang-orang yang dipanggil oleh Raja surgawi itu. Jadi, kedatangan-Nya tidak mendatangkan damai, melainkan pedang. Sewaktu Kerajaan Surga akan didirikan, pasti timbul konfrontasi antara Kerajaan Surga dan kerajaan dunia. Kedua kerajaan ini tidak dapat hidup berdampingan. Karena Raja surgawi sedang mendirikan kerajaan-Nya di bumi, maka peperangan antara kedua kerajaan ini tidak dapat dielakkan.

Peperangan yang terjadi karena hasutan Iblis si perampas melawan orang-orang yang dipanggil oleh Raja surgawi, juga berkecamuk di dalam rumah tangga mereka. Orang-orang surgawi yang terpanggil akan diserang oleh kerabatnya, karena kerabatnya tetap berada di bawah tangan perampas si jahat. Ketika sejumlah orang tertarik dan tertangkap oleh Raja surgawi dan memutuskan untuk mengikuti Dia, beberapa orang di dalam keluarga mereka mungkin telah dihasut oleh Iblis untuk melawan mereka, bahkan membunuh mereka.

Mereka yang diutus oleh Tuhan harus menyadari bahwa aniaya menunggu mereka. Tuhan Yesus tidak meninggalkan kita dalam kegelapan. Sebaliknya, ia membuat seluruh situasi sangat terang. Dalam negara Yahudi penuh dengan penentang dan bahkan keluarga dari orang-orang yang terpanggil akan bangkit menentang mereka, bahkan akan membunuh pengikut-pengikut Raja surgawi. Dalam ayat 37-39 terdapat jalan untuk mengikuti Raja surgawi. Kasih kita terhadap Tuhan harus mutlak. Kita tidak seharusnya mengasihi sesuatu melebihi diri-Nya. Dialah yang paling layak mendapatkan kasih kita, dan kita harus layak bagi-Nya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 30

16 January 2018

Matius - Minggu 16 Selasa

Pembacaan Alkitab: Mat. 10:25
Doa baca: “Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.” (Mat. 10:25)


Tuhan menunjukkan bahwa kerajaan Allah akan ditentang tidak hanya oleh dunia agama Yahudi, tetapi juga oleh dunia orang kafir yang duniawi. Pada akhirnya, para rasul dibawa ke hadapan penguasa-penguasa dan raja-raja Romawi. Mereka dianiaya dan menjadi suatu kesaksian. Ini mewahyukan kesamaan dunia agama dan dunia politik ketika menentang Kerajaan Surga, sebab keduanya berada di bawah cengkeraman musuh Allah. Maksud tujuan Raja surgawi ialah mendirikan kerajaan-Nya di bumi di wilayah agama dan politik. Ini pasti akan membangkitkan tentangan dan aniaya. Tuhan juga memberi tahu orang-orang yang diutus-Nya bahwa mereka akan dibenci oleh sanak saudara mereka. Orang-orang yang akan menjadi rasul untuk memberitakan Injil kerajaan harus mengalami putusnya pertalian persaudaraan yang paling dekat.

Dalam ayat 19-20 menunjukkan bahwa rasul-rasul tidak hanya memiliki kuasa Raja surgawi (ayat 1), tetapi juga Roh Bapa mereka. Kuasa Raja menanggulangi roh-roh najis dan penyakit-penyakit; Roh Bapa menanggulangi penganiayaan dari para penentang. Tuhan menyuruh orang-orang yang diutus-Nya tidak berbicara dari diri sendiri saat mereka menjumpai aniaya. Dia seolah-olah berkata, “Janganlah khawatir, dan janganlah berbicara sendiri. Roh Bapamu menyertai kamu.” Asalkan kita mempunyai Roh Tuhan, kita mempunyai penyertaan Tuhan. Penyertaan Tuhan di sini ialah Roh untuk berbicara. Kita harus belajar untuk menghadapi penganiayaan bukan dalam diri kita, melainkan belajar kembali ke dalam roh kita dan mengandalkan roh yang tinggal di dalam kita. Kita harus percaya bahwa Roh Bapa beserta kita dan Dia akan menanggulangi para penentang dan penganiaya. Kita harus menghadapi tentangan dan serangan langsung, bukan dalam diri kita, melainkan dengan kembali ke dalam roh kita, tempat Roh Allah tinggal.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 30

15 January 2018

Matius - Minggu 16 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 10:16
Doa baca: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Mat. 10:16)


Tuhan Yesus mula-mula tidak datang ke dunia kafir, Dia datang kepada bangsa yang seharusnya adalah umat kudus Allah. Bangsa itu memiliki Alkitab kudus, kota kudus, Bait Kudus, imamat kudus, dan pengurbanan kudus. Dia datang kepada mereka dengan tujuan mendirikan Kerajaan Surga. Nampaknya tidak akan ada kesulitan apa-apa. Tetapi ketika Raja surgawi ini mengutus murid-murid-Nya untuk perluasan ministri-Nya, Ia memperingatkan mereka bahwa Dia mengutus mereka pergi seperti domba ke tengah-tengah serigala. Tuhan seolah-olah berkata, “Mereka yang dalam majelis agama, yang memperhatikan Kitab Suci, akan menganiaya kamu. Mereka yang di dalam rumah ibadat, yang mengajarkan firman Allah, akan mencambuk kamu. Waspadalah! Mereka bukan umat kudus Allah, mereka adalah serigala. Mereka bukan bagi Allah, mereka menentang Dia.” Andaikata Anda berada di antara orang-orang Yahudi sebagai orang yang diutus oleh Raja Surgawi dan Anda mendengar bahwa mereka yang berada dalam majelis agama dan rumah ibadat itu serigala, tidakkah Anda terperanjat? Tuhan tidak mengatakan bahwa prajurit-prajurit dalam pasukan Roma adalah serigala; tetapi mereka yang dalam majelis agama dan rumah ibadat, mereka yang menangani firman Allah dan mengajarkannya kepada umat Allah, itulah serigala.

Dalam 9:36 Tuhan mengibaratkan orang seperti domba. Di antara umat Israel, terdapat domba-domba dan serigala-serigala. Serigala-serigala itu terdapat dalam rumah ibadat dan majelis agama. Mereka adalah serigala-serigala yang terpelajar, berkebudayaan, dan beragama. Walau mereka dapat mengutip ayat-ayat dan menyembah Allah menurut Alkitab, namun Tuhan Yesus tidak menganggap mereka sebagai domba, melainkan sebagai serigala. Sebab itu, pada waktu Matius 10 ditulis, terdapat situasi yang kompleks di antara umat Israel, sebab domba dan serigala bercampur baur.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 30

13 January 2018

Matius - Minggu 15 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Mat. 9:37-10:15
Doa baca: “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk menyembuhkan orang-orang dari segala penyakit dan kelemahan.” (Mat. 10:1)


Rasul adalah orang yang diutus. Kini kedua belas murid ini diutus, karena itu mereka telah menjadi kedua belas rasul. Dalam mengutus kedua belas rasul itu, Tuhan telah mengatur mereka berpasang-pasangan: Simon Petrus dengan Andreas, Yakobus dengan Yohanes, Filipus dengan Bartolomeus, Tomas dengan Matius, Yakobus anak Alfeus dengan Tadeus, dan Simon orang Zelot dengan Yudas Iskariot. Kita semua wajib berpasangan. Lihatlah mata Anda, telinga Anda, lubang hidung Anda, bibir, bahu, lengan, tangan, kaki, dan telapak kaki kita: anggota tubuh Anda diatur berpasangan. Ketika Anda mendapat beban dari Tuhan untuk pergi ke suatu tempat, janganlah pergi sendiri. Sebaliknya, pergilah berpasangan. Jika tidak ada orang yang berpasangan dengan Anda, Anda akan kehilangan berkat. Untuk menerima berkat, Anda harus berpasangan. Ini bukan opini saya, melainkan ekonomi Tuhan.

Karena itu kita semua wajib belajar berpasangan dengan orang lain. Injil Markus dan Injil Lukas mencantumkan Matius sebelum Tomas, tetapi Matius, penulis kitab ini, mencantumkan dirinya setelah Tomas. Ini menunjukkan kerendahan hatinya. Dalam ayat 3, Matius secara khusus menyebut dirinya “pemungut cukai”, mungkin ia mengingat keselamatannya dengan penuh syukur. Pemungut cukai yang diremehkan dan penuh dosa sekalipun bisa menjadi seorang rasul Raja kerajaan surgawi. Keselamatan yang benar-benar luar biasa! Simon orang Zelot berpasangan dengan Yudas Iskariot, orang yang mengkhianati Tuhan. Iskariot ialah kata Yunani, yang mungkin berasal dari Ibrani, yang berarti seorang Keriot. Jadi, Yudas adalah satu-satunya rasul dari Yudea, yang lain berasal dari Galilea.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 29

12 January 2018

Matius - Minggu 15 Jumat

Pembacaan Alkitab: Mat. 9:19-36
Doa baca: “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka telah dan terlantar seperti domba yang tidak mempunyai gembala.” (Mat. 9:36)


Kelanjutan ministri Raja dalam pasal 9 mendatangkan situasi lain yang memungkinkan Dia mampu mewahyukan diri-Nya sendiri. Dalam ayat  menunjukkan bahwa Raja Surgawi menganggap orang-orang Israel sebagai domba dan diri-Nya sebagai Gembala. Ketika Kristus datang kepada orang-orang Yahudi untuk kali pertama, mereka seperti orang kusta, orang lumpuh, orang yang kerasukan setan, dan segala macam orang yang kasihan, karena mereka tidak mempunyai gembala untuk merawat mereka. Kini dalam ministri rajani-Nya, untuk mendirikan Kerajaan Surgawi-Nya, Dia melayani mereka bukan hanya sebagai seorang Tabib, tetapi juga sebagai Gembala, seperti yang dinubuatkan dalam Yesaya 53:6 dan 40:11.

Di tengah-tengah situasi yang dilukiskan dalam ayat 36 Tuhan mewahyukan diri-Nya sebagai gembala. Ini merupakan wahyu lebih lanjut. Dia tidak hanya Tabib dan Mempelai Laki-laki, tetapi juga Gembala. Tanpa kelanjutan ministri-Nya yang lebih jauh, suasana lingkungan ini tidak akan muncul. Karena itu, sekali lagi kita nampak bahwa supaya Kristus terwahyu kepada kita, kita harus mempunyai ministri yang mendatangkan suasana lingkungan tertentu.

Perjamuan besar yang dihadiri oleh pemungut cukai dan orang berdosa mendatangkan suatu kesempatan yang amat baik bagi Tuhan untuk mewahyukan diri-Nya sebagai Tabib. Di samping itu suasana lingkungan di mana banyak orang sedang bersukaria dan berpesta, memberi Tuhan kesempatan untuk mewahyukan diri-Nya sebagai Mempelai Laki-laki, kain yang baru, anggur yang baru, dan kantong kulit yang baru. Kemudian dalam ayat 36 ketika Tuhan tergerak hati-Nya oleh belas kasihan karena melihat banyak orang yang lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala, Ia dapat mewahyukan diri-Nya sebagai Gembala. Haleluya Dialah Gembala kita yang sejati.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 29

11 January 2018

Matius - Minggu 15 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 9:18-34
Doa baca: “Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.’” (Mat. 9:18)


Dalam Matius 9:18-34 terdapat pengulangan tanda-tanda yang bermakna zaman. Ayat-ayat ini memberikan gambaran singkat mengenai zaman ini dan zaman yang akan datang. Karena itu, catatan dalam bagian ini memiliki makna zaman, seperti yang tercatat dalam 8:1-17. Anak perempuan kepala rumah ibadat mewakili orang Yahudi dan perempuan yang sakit pendarahan mewakili orang bukan Yahudi. Ketika anak perempuan itu meninggal, perempuan itu disembuhkan. Setelah perempuan itu disembuhkan, anak perempuan itu hidup kembali.

Selanjutnya, dua orang buta dan satu orang bisu disembuhkan. Ini adalah satu lambang, menunjukkan bahwa ketika orang Yahudi dibuang, orang bukan Yahudi diselamatkan, dan setelah jumlah orang bukan Yahudi yang diselamatkan tergenap, orang Yahudi akan diselamatkan (Rm. 11:15, 17, 19, 23-26). Setelah itu, masa seribu tahun akan dimulai.

Di dalam Matius 9:18, kepala rumah ibadat ini bernama Yairus yang artinya “dia akan menerangi” atau “diterangi”, melambangkan bahwa Tuhan akan menerangi orang bukan Yahudi (Kis. 13:46-48) dan bahwa orang Yahudi juga akan diterangi. Menurut catatan dalam Markus dan Lukas, anak perempuan kepala rumah ibadat ini berusia dua belas tahun. Kepala rumah ibadat ini tertarik kepada Raja surgawi, tetapi tidak memiliki iman sebanyak iman perwira. Perwira memberi tahu Tuhan Yesus bahwa ia tidak perlu datang ke rumahnya, cukup mengatakan sepatah kata saja. Apabila kepala rumah ibadat mempunyai iman seperti ini, anaknya akan disembuhkan. Namun, ia mohon Tuhan datang ke rumahnya dan meletakkan tangan-Nya di atas anak perempuannya.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 29

10 January 2018

Matius - Minggu 15 Rabu



Pembacaan Alkitab: Mat. 9:17
Doa baca: “Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” (Mat. 9:17)


Dalam ayat 17 Tuhan berkata pula, “Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” Kata Yunani untuk “baru” di sini ialah kainos, yang berarti baru dalam sifat, kualitas, atau bentuk; tidak biasa (lazim), belum pernah dipakai, karena itu berarti segar. Kantong kulit yang baru melambangkan hidup gereja dalam gereja lokal sebagai wadah bagi anggur yang baru, yaitu Kristus sendiri sebagai hayat yang menggairahkan.

Umat kerajaan dibangun ke dalam gereja (16:18), dan gereja terekspresi melalui gereja-gereja lokal tempat hidup umat kerajaan (18:15-20). Mereka adalah orang-orang yang dilahirkan kembali yang menyusun Tubuh Kristus menjadi gereja. Tubuh Kristus sebagai kepenuhan-Nya juga disebut “Kristus itu” (1 Kor. 12:12), mengacu kepada Kristus yang korporat.

Kristus yang individual adalah anggur yang baru, hayat yang menggairahkan di batin, dan Kristus yang korporat adalah kantong kulit yang baru, wadah luaran yang menampung anggur yang baru. Bagi umat kerajaan ini bukanlah soal berpuasa atau perkara agama yang lain, melainkan soal hidup gereja dengan Kristus sebagai isinya. Kristus datang bukan untuk mendirikan agama bumiah yang berisi upacara-upacara, melainkan untuk mendirikan suatu kerajaan hayat yang surgawi. Dia sedang mendirikan kerajaan semacam itu bukan dengan praktik agamawi yang mati, melainkan dengan diri-Nya sendiri, persona yang hidup, sebagai Penyelamat, Tabib, Mempelai Laki-laki, kain yang belum susut, dan anggur yang baru, bagi para pengikut-Nya untuk kenikmatan penuh mereka agar mereka bisa menjadi kantong kulit yang baru untuk menampung diri-Nya dan bisa menjadi bahan penyusun kerajaan-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 28