Hitstat

28 February 2014

Filipi - Minggu 27 Jumat



Pembacaan Alkitab: Flp. 1:21; 3:11-14


Berada dalam kebangkitan yang unggul berarti meninggalkan setiap hal milik ciptaan lama dan dibawa ke dalam Allah. Walaupun Lazarus telah dibangkitkan, tetapi ia tidak meninggalkan hal-hal milik ciptaan lama, juga tidak dibawa ke dalam Allah. Pada akhir zaman yang akan datang semua orang yang tidak percaya yang telah mati akan dibangkitkan. Namun, kebangkitan itu tidak membawa mereka keluar dari ciptaan lama, dan tidak membawa mereka ke dalam Allah. Hanya sejenis kebangkitan yang membawa kita keluar dari ciptaan lama dan membawa kita ke dalam Allah, itulah kebangkitan Kristus. Jadi, kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang unggul atau yang luar biasa. Kristus adalah persona yang unik yang melalui ciptaan lama dan masuk ke dalam Allah. Dalam berita terdahulu telah kita tunjukkan bahwa Kristus hidup dalam tubuh dan lingkungan ciptaan lama selama tiga puluh tiga setengah tahun. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Ia meninggalkan ciptaan lama dan dibawa ke dalam Allah.

Jika kita ingin mengenal Kristus, haruslah kita mengenal kebangkitan yang unggul ini dan mencapainya. Perkataan Paulus “mencapai kebangkitan yang unggul” menyiratkan satu tujuan. Tujuan yang disebut dalam ayat 14 ini adalah kebangkitan yang unggul yang disebut dalam ayat 11. Karena itu, mencapai kebangkitan yang unggul berarti mencapai tujuan tersebut. Dalam ayat 12 dan 13 Paulus mengaku bahwa ia sendiri tidak menganggap ia sudah mencapai tujuan ini. Tetapi, ia melupakan apa yang telah di belakangnya dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapannya, dan ia berlari-lari kepada tujuan kebangkitan yang unggul itu.

Sekarang kita harus mengajukan satu pertanyaan yang penting: Dapatkah kita mencapai tujuan kebangkitan yang unggul dalam zaman ini, atau kita hanya dapat menempuh perlombaan dan berharap mencapai tujuan itu pada zaman yang akan datang? Ada beberapa orang mungkin mengira bahwa kita harus menunggu hingga zaman yang akan datang baru dapat mencapai tujuan itu. Tetapi, jika kita tidak dapat mencapai tujuan pada zaman ini, kita tidak akan mencapainya pada zaman yang akan datang. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan ini selama kita masih hidup.

Dalam Filipi 1:21 Paulus berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus.” Kristus ini adalah tujuannya. Karena itu, bagi Paulus hidup adalah tujuan — Kristus sebagai kebangkitan yang unggul. Demikian pula, bagi kita, hidup kita pun seharusnya adalah kebangkitan yang unggul, sebab Kristus yang harus kita perhidupkan adalah kebangkitan yang unggul. Sebagai contoh, seorang saudara sangat mengasihi istrinya. Ia perlu bertanya kepada dirinya sendiri, apakah kasihnya itu kasih yang alamiah atau dalam kebangkitan. Suami yang bukan Kristen pun bisa mengasihi istrinya dengan kasih yang alamiah. Jika seorang saudara mengasihi istrinya dalam kebangkitan, maka kasihnya adalah kasih yang di luar ciptaan lama dan di dalam Allah. Hal ini menunjukkan bahwa memperhidupkan Kristus berarti memperhidupkan kebangkitan yang unggul, menempuh suatu kehidupan yang mutlak di luar ciptaan lama, dan mutlak di dalam Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 54

27 February 2014

Filipi - Minggu 27 Kamis



Pembacaan Alkitab: Flp. 3:10-14


Filipi 3:10-13 membantu kita memahami tujuan dan pahala dalam ayat 14. Dalam ayat 11 kita boleh mengatakan bahwa kebangkitan yang unggul sebenarnya bersinonim dengan Kristus. Dalam ayat 10 Paulus membicarakan tentang mengenal Kristus, kuasa kebangkitan-Nya, dan persekutuan penderitaan-Nya. Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa jika kita ingin mengenal Kristus, kita harus mengenal kebangkitan-Nya. Namun, kebanyakan orang Kristen mengabaikan perkara yang penting ini. Mereka paling banyak hanya mengenal Kristus dan kematian-Nya, bukan kuasa kebangkitan-Nya. Di antara orang-orang Kristen hari ini jarang sekali terdengar berita yang wajar dan tepat tentang kuasa Kristus. Tidak banyak pengkhotbah membicarakan kuasa kebangkitan Kristus seperti yang dibicarakan oleh Paulus.

Kita telah menunjukkan bahwa Paulus damba mendapatkan Kristus dan ditemukan di dalam Dia, mengenal Dia, kuasa kebangkitan-Nya, dan persekutuan penderitaan-Nya. Mengenal Kristus sedemikian ini adalah hasil dari mendapatkan Dia dan ditemukan di dalam Dia. Pemikiran di sini begitu dalamnya sehingga jarang orang Kristen yang memberi perhatian ke atas hal ini. Pikiran alamiah kita tidak mampu menjamah kedalaman dari apa yang dimaksud dengan “mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya”.

Sekarang, kita perlu mengajukan satu pertanyaan yang penting: Di manakah Yesus Kristus hari ini? Dalam berita ini saya akan menjawab bahwa Kristus ada dalam kebangkitan. Sudah pasti, di satu pihak Kristus ada di surga, dan di pihak lain, Dia berada di dalam kita. Namun, saya akan menekankan satu fakta yang menakjubkan, yaitu bahwa Kristus hari ini ada dalam kebangkitan. Pada suatu hari, sebagai persona yang ada dalam kekekalan ini, Kristus telah menjadi seorang manusia melalui inkarnasi. Akhirnya, Dia disalibkan dan dikubur. Melalui kematian Dia memasuki alam lain, alam kebangkitan. Dalam eksistensi-Nya dahulu Kristus adalah Allah dan bersama-sama Allah dalam kekekalan; melalui inkarnasi, Dia menjadi manusia dalam daging; kemudian, melalui penyaliban dan penguburan, Dia memasuki kebangkitan. Pernahkah Anda mendengar bahwa Kristus sekarang berada di dalam kebangkitan? Pada hari kebangkitan-Nya, para malaikat memberi tahu beberapa orang perempuan bahwa Kristus tidak ada dalam makam, karena Dia telah bangkit dari antara orang mati (Luk. 24:1-6). Hal ini menunjukkan bahwa Kristus ada dalam kebangkitan.

Karena Kristus sekarang ada dalam kebangkitan, maka kita tidak dapat mengenal Dia dalam pengalaman kecuali kita mengenal kuasa kebangkitan-Nya. Hari ini ada beberapa orang Kristen yang mengenal Kristus pada aspek inkarnasi dan penyaliban-Nya. Tetapi dalam Filipi 3 Paulus ingin mengenal Dia tidak hanya dalam kematian-Nya, terlebih pula dalam kebangkitan-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 54

26 February 2014

Filipi - Minggu 27 Rabu



Pembacaan Alkitab: Flp. 3:10-14


Dalam ayat 10 ada empat perkara yang penting: mengenal Kristus, mengenal kuasa kebangkitan-Nya, mengenal persekutuan penderitaan-Nya, dan diserupakan dengan kematian-Nya. Sebenarnya diserupakan dengan kematianNya berkaitan baik dengan mengenal kuasa kebangkitan Kristus maupun dengan mengenal persekutuan penderitaanNya. Kata “diserupakan” menunjukkan bagaimana kita dapat mengenal kuasa kebangkitan Kristus dan persekutuan penderitaan-Nya.

Kita telah menunjukkan bahwa kematian Kristus berlangsung dalam keseluruhan kehidupan-Nya di bumi. Sewaktu Dia hidup, Dia pun selalu mati; mati terhadap ciptaan lama untuk hidup dalam ciptaan baru. Inilah makna “kematian-Nya” dalam ayat 10. Kita perlu diserupakan dengan kematian Kristus baik dalam hidup gereja (church life) maupun dalam kehidupan keluarga, yakni mati terhadap ciptaan lama, supaya kita dapat memperhidupkan ciptaan baru.

Jika seorang saudara telah mencapai kebangkitan yang unggul dalam pengalamannya, maka kasihnya terhadap istrinya juga berada dalam ciptaan baru. Kasihnya tidak lagi kasih yang alami, kasih dalam ciptaan lama. Seorang saudara boleh jadi sangat mencintai istrinya, namun kasihnya mungkin tidak ada sangkut-pautnya dengan kebangkitan yang unggul itu. Demikian pula seorang istri mungkin sangat taat kepada suaminya menurut etika dan latar belakang kebudayaan, tetapi ketaatannya itu juga mungkin mutlak berada dalam alamiahnya, dalam ciptaan lama, dan sama sekali tidak di dalam ciptaan baru. Misalkan, seorang saudari bertekad menaati suaminya. Sebenarnya ia tidak mau mematuhinya, tetapi mungkin dengan meneteskan air mata ia memaksa dirinya untuk berbuat demikian. Ketaatan semacam ini adalah ketaatan dalam ciptaan lama. Allah tidak menghendaki kasih atau ketaatan yang alamiah, kasih dan ketaatan yang bukan di dalam kebangkitan yang unggul; sebaliknya, Dia menghendaki kita memperhidupkan kehidupan yang diwahyukan dalam Filipi 3. Untuk ini kita perlu memperoleh Kristus dan ditemukan di dalam Dia untuk mengenal kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, diserupakan dengan kematian-Nya agar kita dapat mencapai kebangkitan yang unggul.

Pada waktu Paulus menulis Surat Kiriman ini kepada orang Filipi, ia tidak menganggap dirinya sendiri telah mencapai kebangkitan yang unggul. Karena itu ia berkata, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” Paulus hanya memperhatikan satu perkara — melupakan apa yang telah di belakang, dan mengarahkan diri kepada apa yang di depan. Dia berlari ke sasaran yang di depan untuk meraih hadiah atau pahala panggilan surgawi Allah dalam Kristus Yesus. Semua perkara yang di belakang adalah milik ciptaan lama, tetapi perkara yang di depan adalah milik ciptaan baru. Allah telah menyelamatkan kita dari ciptaan lama dan meletakkan kita dalam suatu perlombaan menuju sasaran untuk memperoleh pahala. Sekarang kita harus berlari-lari dalam perlombaan ini untuk mencapai kebangkitan yang unggul dari antara orang mati dan segala perkara milik ciptaan baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 53