Hitstat

31 December 2012

Efesus - Minggu 15 Senin


Pembacaan Alkitab: Kej. 1:9-10; Ef. 3:8


Efesus pasal 3 mewahyukan betapa Rasul Paulus me­miliki suatu perilaku yang sepadan dengan panggilan Allah. Sebagai orang yang demikian, ia juga adalah seorang tawanan, seorang pengurus rumah tangga, dan se-orang minister. Dalam pasal ini Paulus memberi tahu kita bahwa wahyu rahasia tentang Kristus bagi gereja te­lah diberikan kepada rasul-rasul dan nabi-nabi (ayat 5). Wahyu yang Paulus dapatkan tentang Kristus terutama merupakan suatu wahyu kekayaan Kristus yang tidak terduga. Berhubung perilaku Paulus dikuasai oleh wah­yunya atas Kristus, maka ia tak dapat tidak membicara­kan kekayaan Kristus tersebut. Pemberitaan rasul ber­fokus pada kekayaan Kristus, bukan pada doktrin. Kekayaan Kristus ialah apa adanya Kristus bagi kita; seperti hayat, terang, kebenaran, kekudusan, dan lain­nya. Kekayaan ini tidak terduga, di luar kemampuan kita untuk mengukurnya. Karena kita juga dapat menjadi ra­sul dan nabi, maka kita perlu nampak kekayaan Kristus yang tidak terduga itu.

Para rasul dan para nabi bukan kaum beriman golongan istimewa. Sebaliknya, mereka adalah kaum ber­iman biasa yang sama dengan kita semua. Perbedaan me­reka dengan kaum beriman lainnya ialah mereka adalah pemimpin-pemimpin. Itu sama dengan para penatua dalam gereja lokal. Para penatua bukan manusia-manusia luar biasa yang berpangkat tinggi, lebih tinggi daripada kaum beriman lainnya. Tidak, mereka hanyalah orang-orang yang bertindak sebagai pemimpin dalam kehidupan gereja. Kita semua perlu membiarkan konsepsi ini ter­ukir dalam diri kita.

Untuk menjadi rasul, nabi, pengurus rumah tangga, minister, dan bahkan tawanan Kristus, kita perlu menge­nal kekayaan Kristus yang tidak terduga. Kekayaan ini adalah untuk menghasilkan gereja, agar gereja menjadi kepenuhan Kristus.

Kekayaan Kristus telah dilukiskan dalam lambang-­lambang. Tidak mudah mendapatkan semua lambang Kristus dalam Perjanjian Lama. Ada beberapa lambang yang tersembunyi. Sebagai contoh, bumi atau daratan yang muncul dalam Kejadian 1:9 dan 10 itu adalah lam-bang Kristus. Banyak lambang lainnya terdapat dalam Kejadian 1: terang, matahari, bintang, dan pepohonan. Di tempat lain dalam Alkitab kita nampak bahwa pohon anggur, apel, kayu aras, dan pohon cemara melambang­kan Kristus. Sayur-mayur juga melambangkan Kristus. Pada hari Paskah, umat Israel tidak saja makan daging domba, juga makan roti tidak beragi dan sayur pahit. Gandum dan jelai juga melambangkan Kristus. Demikian pula bunga pacar dalam Kidung Agung. Persona tertentu — Adam, Habel, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa dan Harun — juga melambangkan Kristus. Imam, raja, dan nabi juga melambangkan Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 30

29 December 2012

Efesus - Minggu 14 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 3:4-11


Dalam Efesus 3:4 Paulus membicarakan tentang ra­hasia Kristus. Rahasia Allah dalam Kolose 2:2 adalah Kristus; rahasia Kristus di sini adalah gereja. Allah ada­lah suatu rahasia, dan Kristus, sebagai perwujudan Allah untuk mengekspresikan-Nya, adalah rahasia Allah. Kristus juga merupakan suatu rahasia, dan gereja sebagai Tubuh Kristus untuk mengekspresikan-Nya adalah rahasia Kristus.

Rahasia ini tersembunyi dalam angkatan-angkatan yang lain, tetapi telah dinyatakan dalam zaman Perjan­jian Baru. Rahasia Kristus, gereja, yakni Tubuh-Nya, ter­sembunyi dalam zaman Perjanjian Lama. Tidak seorang pun di antara kaum saleh Perjanjian Lama mengetahui sesuatu tentang rahasia ini. Tetapi rahasia ini telah di­wahyukan kepada semua orang beriman dalam Perjanjian Baru melalui para rasul dan nabi. Hari ini ministri kita tidak lain hanyalah meneruskan wahyu ini.

Telah kita tunjukkan bahwa rahasia Kristus adalah gereja, yaitu Tubuh Kristus. Mengenai gereja sebagai ra­hasia Kristus, ayat 6 mengatakan, “yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Injil, turut menjadi ahli­ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.” Ungkapan “turut menjadi ahli-ahli waris” menunjukkan bahwa dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah, orang-orang kafir yang terpilih, tertebus, dan terlahir kembali serta orang-orang Yahudi yang percaya adalah ahli-ahli waris Allah, mewarisi Allah. Ungkapan “anggota Tubuh” menunjukkan orang-orang kafir dan orang-orang Yahudi yang beroleh selamat adalah anggota-anggota Tubuh Kristus sebagai ekspresi-Nya yang unik. Dan ungkapan “peserta janji” menunjukkan kaum beriman kafir dan kaum beriman Yahudi adalah peserta janji Allah yang diberikan dalam Perjanjian Lama, tentang semua berkat Allah dalam eko­nomi Perjanjian Baru Allah. Menjadi ahli-ahli waris ber­hubungan dengan berkat rumah tangga Allah; menjadi anggota-anggota Tubuh berhubungan dengan berkat Tu­buh Kristus; dan menjadi peserta janji berhubungan de­ngan berkat janji Allah, seperti dalam Kejadian 3:15; 12:3; 22:18; 28:14; dan Yesaya 9:5. Baik berkat rumah tangga Allah maupun berkat Tubuh Kristus bersifat khusus, se­dangkan berkat janji Allah bersifat umum, almuhit.

Gereja sebagai Tubuh Kristus, dihasilkan dari keka­yaan Kristus yang tidak terduga (3:8). Gereja bukan diha­silkan dari doktrin atau sistem organisasi. Sebagai Tubuh Kristus, gereja hanya dapat dihasilkan dari kekayaan apa adanya Kristus.

Menurut kehendak Allah, gereja harus mengeks­presikan berbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga (3:10). Hal ini dimaksudkan untuk mempermalukan Iblis dan pengikut-pengikutnya. Tipu muslihat Iblis memberikan Allah kesempatan untuk mengekspresikan hikmat-Nya yang beraneka ragam itu melalui gereja.

Kehendak Allah dalam memiliki gereja ialah untuk menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya (3:9). Karena itu, gereja sebagai Tubuh Kristus adalah ekonomi Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 29

28 December 2012

Efesus - Minggu 14 Jumat


Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:9; Ef. 3:8


Istilah “rasul” dalam bahasa aslinya berarti seorang utusan. Jika Anda mengutus saya ke Los Angeles untuk suatu maksud, saya adalah rasul Anda, yakni utusan Anda. Dalam Alkitab, seorang rasul adalah seorang yang diutus Allah. Walaupun Yohanes Pembaptis diutus Allah juga, ia tidak boleh dianggap sebagai utusan pertama da­lam ekonomi Perjanjian Baru, sebab ministrinya berada dalam periode peralihan. Utusan Allah yang pertama da­lam ekonomi Perjanjian Baru ialah Tuhan Yesus. Maka Dialah Rasul yang pertama (Ibr. 3:1). Tuhan mengutus kedua belas rasul. Tetapi kedua belas orang tersebut bu­kan merupakan satu-satunya kelompok orang yang di­utus Allah. Dalam Yohanes 20:21 Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Ayat ini membuktikan bahwa semua murid adalah utusan. Ini pun berarti setiap orang beriman adalah utusan. Bahkan se-orang saudari muda yang baru duduk di bangku SMP juga adalah orang yang diutus Tuhan untuk melayankan Kristus kepada guru dan teman sekelasnya. Demikian pula, bila Anda berbeban terhadap salah seorang kerabat Anda dan Tuhan mengutus Anda kepadanya untuk tujuan melayankan Kristus kepadanya, bukankah Anda juga menjadi seorang utusan Kristus? Ya, bagi kerabat Anda, Anda adalah rasul Kristus. Bahkan mungkin Anda men­jadi rasul bagi seluruh keluarga Anda. Mungkin pada suatu hari Tuhan mengutus Anda untuk bersaksi tentang Kristus kepada ibu Anda. Pada saat itu, Anda adalah seorang rasul bagi ibu Anda. Karena itu, ditinjau dari satu aspek, kita semua adalah rasul Tuhan, yakni orang-orang yang diutus oleh-Nya.

Demikian pula, ditinjau dari satu aspek lagi, semua orang beriman juga adalah nabi-nabi di dalam Kristus. Bertentangan dengan konsepsi kebanyakan orang Kris­ten, seorang nabi terutama bukan meramalkan perkara­perkara yang akan datang, melainkan sebagai juru bicara Allah. Menurut Ibrani 3, Musa orang yang dipanggil Allah dan diutus kepada umat Israel, adalah seorang ra­sul; ia melambangkan Kristus sebagai rasul Allah. Keti­ka TUHAN memanggil Musa dan mengutusnya sebagai rasul, ia merasa takut dan mengaku dirinya tidak pandai berbicara. Lalu TUHAN memberi tahu Musa bahwa Ia akan memberikan saudaranya (Harun), kepadanya untuk menjadi seorang nabi. Harun diberikan kepada Musa bu­kan untuk meramal perkara yang akan datang sebagai wakil Musa, melainkan menjadi juru bicaranya. Dengan ini kita nampak bahwa ministri seorang nabi sejalan dengan ministri seorang rasul. Musa adalah rasul dan Harun adalah nabi.

Di satu pihak kita adalah rasul, di pihak lain kita adalah nabi. Kaum muda diutus ke sekolah sebagai rasul, tetapi ketika mereka membuka mulut untuk berbicara sebagai wakil Tuhan, mereka adalah nabi. Begitu pula, bila Anda pergi kepada ibu Anda dengan beban untuk melayankan Kristus kepadanya, Anda adalah rasul. Te­tapi sewaktu Anda berbicara bagi Kristus, Anda juga seorang nabi. Jika Anda bertahun-tahun menjadi seorang Kristen tanpa beban untuk pergi kepada seorang pun dengan tujuan melayani Kristus kepadanya, itu sangat memalukan. Demikian pula, jika Anda tidak pernah me­wakili Kristus berbicara kepada orang lain, itu sangat memalukan. Orang Kristen yang normal adalah orang yang menjadi rasul dan nabi, yaitu seorang utusan dan seorang juru bicara.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 29

27 December 2012

Efesus - Minggu 14 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 3:3, 5, 8


Dalam berita yang lalu telah kita lihat perihal ke­pengurusan anugerah, kini kita perlu membahas wahyu rahasia ini. Efesus 3:3 mengatakan, “Yaitu bagaimana rahasia itu diberitahukan kepadaku melalui wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat.” Kehendak Allah yang tersembunyi merupakan suatu rahasia, dan rahasia yang terungkap adalah wahyu. Ministri rasul adalah merampungkan wahyu ini untuk menghasilkan gereja. Wahyu berarti penyingkapan, penyingkiran suatu tabir. Dalam Perjanjian Baru kita memiliki wahyu, penyingkapan tentang ekonomi Allah. Pada zaman dan angkatan yang lalu, ekonomi ini merupakan rahasia yang tersembunyi, tidak dinyatakan baik kepada Adam, Abraham, Musa, Daud, Yesaya, maupun nabi-nabi lain­nya. Seandainya mereka ditanya orang, apakah ekonomi Allah, mereka tidak dapat menjawabnya, sebab dalam za­man mereka, rahasia ini masih tersembunyi. Ekonomi Allah, yang berarti penyaluran diri-Nya sendiri ke dalam manusia untuk menghasilkan satu Tubuh bagi Anak-Nya tidak pernah dinyatakan kepada mereka.

Anak Allah ialah perwujudan Allah. Ekonomi Allah ialah penyaluran diri-Nya sendiri ke dalam umat manusia untuk menghasilkan satu Tubuh bagi perwujudan diri-Nya. Ini berarti Anak Allah sebagai wujud Allah memerlukan satu Tubuh, satu pertambahan, dan satu per­luasan. Perluasan ini hanya dapat dihasilkan melalui penyaluran diri Allah sendiri ke dalam umat pilihan-Nya. Inilah rahasia yang paling besar dalam alam semesta. Banyak tokoh politik dan penguasa sedikit pun tidak tahu tentang rahasia besar ini, tetapi oleh belas kasihan Allah, kita mengetahui rahasia ini. Sampai-sampai se-orang saudari muda di antara kita juga mengetahui apa yang tidak diketahui oleh presiden dan para filsuf. Kita tahu ekonomi Allah ialah Allah menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya, agar dapat mengha­silkan Tubuh sebagai perluasan Anak Allah bagi ekspresi Allah yang sempurna dalam alam semesta. Tidak ada yang lebih besar dan lebih penting daripada hal ini. Puji Tuhan, kita tidak saja mengetahui arti ekonomi Allah, kita pun berada di dalamnya! Sebenarnya ini justru ada­lah kita sendiri. Kita tahu hal ini, kita berada dalam hal ini dan kita adalah hal ini. Wahyu rahasia besar yang tersembunyi hingga sebelum kedatangan Tuhan Yesus, kini telah diungkapkan kepada kita.

Rahasia ini telah diwahyukan kepada rasul-rasul dan nabi-nabi (3:5). Apakah Anda mengira rasul-rasul dan nabi-nabi adalah orang-orang yang luar biasa? Fakta diwahyukannya rahasia ini kepada mereka menyebabkan banyak orang menganggap mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Akan tetapi dalam Efesus 3:8, Paulus se­laku seorang rasul menyebut dirinya “paling kecil di an­tara segala orang kudus” (Tl.). Jadi menurut perkataan Paulus sendiri, rasul-rasul maupun nabi-nabi bukanlah orang-orang yang luar biasa, sebab Paulus mengatakan bahwa ia sendiri lebih kecil daripada kita. Di satu pihak kita boleh menganggap rasul-rasul dan nabi-nabi adalah orang-orang yang luar biasa, tetapi di pihak lain, kita harus menganggap mereka sama seperti kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 29

26 December 2012

Efesus - Minggu 14 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 3:3, 5, 7


Banyak orang Kristen mengira anugerah terutama mengacu kepada berkat-berkat material. Tetapi Alkitab menunjukkan bahwa anugerah tidak ada sebelum keda­tangan Kristus. Memang, sebelum Kristus datang, Allah pernah memberikan berkat materi kepada umat-Nya. Namun bagaimanapun, anugerah tidak lain adalah Allah sendiri yang diberikan kepada kita, didapatkan oleh kita, dan dinikmati oleh kita. Sebelum Kristus datang, Allah tidak dapat memberikan diri-Nya sendiri kepada siapa pun. Tidak ada seorang pun yang dapat menerima Allah atau menikmati-Nya. Tetapi di dalam dan oleh Kristus kita dapat menerima Allah dan Allah menjadi kenikmat­an kita. Karena itu, anugerah ialah Allah sendiri menjadi kenikmatan kita. Kepengurusan rumah tangga anugerah ialah penyaluran Allah ke dalam manusia menjadi kenik­matan manusia. Menyalurkan anugerah ke dalam orang lain adalah kepengurusan rumah tangga kita menurut ekonomi Allah. Karena kita mengambil bagian dalam Allah sebagai kenikmatan kita, maka kita dapat menya­lurkan-Nya sebagai anugerah ke dalam diri orang lain. Inilah artinya penyaluran anugerah.

Dalam Efesus 3:7 Paulus mengatakan bahwa ia telah menjadi pelayan (minister). Dalam Perjanjian Baru hanya ada satu ministri, yaitu kepengurusan rumah tangga, yang juga berarti menyalurkan Allah ke dalam manusia. Kata “pelayan” atau “minister” di sini sepadan dengan kata “pengurus rumah tangga”, sebab seorang pengurus rumah tangga ialah orang yang melayani dengan menya­lurkan kebutuhan hidup kepada orang lain. Tidak saja saudara-saudara yang menyuplaikan firman Allah atau para penatua yang menangani pembangunan gereja lokal yang disebut minister, tetapi setiap orang kudus, setiap anggota gereja, memiliki satu bagian dalam ministri ini. Janganlah tertipu oleh konsepsi tradisional yang meng­anggap bahwa Anda bukan seorang minister. Seorang mi­nister tidak lain ialah seorang yang melayani. Seorang minister Injil tidak lain ialah orang yang melayani orang lain dengan Injil. Bila seorang saudari muda menyuplai­kan Kristus kepada ibunya, berarti ia melaksanakan ministri Perjanjian Baru. Seluruh orang saleh harus berani mengumumkan bahwa mereka adalah para minis­ter. Kita tidak saja membicarakannya, tetapi memprak­tekkannya. Kaum muda, pergilah kepada orang tua ka­lian, dan suplaikanlah Kristus kepada mereka. Saya men­dorong kalian semua untuk menunaikan ministri ini. Walau mungkin ada ribuan orang kudus dalam pemulihan Tuhan, tetapi ministri hanya ada satu ministri, yaitu me­nyalurkan kekayaan Kristus ke dalam diri orang lain. Haleluya, karena ministri yang mulia ini!

Ministri kita ialah memberitakan kekayaan Kristus yang tidak terduga sebagai Injil. Ini bukan memberitakan doktrin, juga bukan hanya mengajarkan firman secara harfiah. Injil kita adalah satu Persona berikut segala ke­kayaan-Nya. Memberitakan Injil yang sedemikian berarti melayankan kekayaan Kristus kepada orang lain.

Ministri ini adalah untuk menghasilkan gereja. Mi­nistri Rasul Paulus sebagai pengurus rumah tangga Allah ialah menghasilkan gereja melalui menyalurkan kekayaan Kristus yang tidak terduga sebagai anugerah ke dalam kaum beriman. Ministri Paulus bukan hanya untuk me­nyelamatkan orang dosa, lebih-lebih untuk menghasilkan gereja bagi penggenapan kehendak kekal Allah. Inilah sasaran kepengurusan rumah tangga anugerahnya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 28

25 December 2012

Efesus - Minggu 14 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 3:8, 16, 18-19


Dalam Efesus 3 Rasul Paulus mempunyai visi yang sangat tinggi. Dalam pasal ini ia memakai ungkapan “ke­kayaan Kristus yang tidak terduga” (ayat 8). Apa yang Paulus nampak tentang hal ini jauh melampaui penger­tian kita. Bahkan Paulus sendiri tidak mempunyai perka­taan yang cukup untuk mengungkapkannya. Akhirnya, ia hanya dapat mengatakan “betapa lebarnya dan panjang­nya dan tingginya dan dalamnya” (ayat 18). Dimensi-di­mensi ini adalah dimensi Kristus, yang sesungguhnya adalah dimensi alam semesta. Ketika ia dikurung dan di­belenggu dalam penjara, Paulus beroleh satu visi tentang dimensi universal Kristus. Walaupun Anda boleh meng­anggap diri sendiri seorang saudara atau saudari yang kecil, namun Anda juga bisa nampak sesuatu bagi gereja, asalkan Anda mau menjadi seorang tawanan di dalam Kristus.

Penyelenggaraan (kepengurusan rumah tangga) anu­gerah ialah menyalurkan kekayaan Kristus. Menurut konteks pasal 3, anugerah mengacu kepada kekayaan Kristus. Ketika kekayaan Kristus Anda nikmati, kekaya­an itu akan menjadi anugerah. Ministri Paulus ialah me­nyalurkan kekayaan Kristus sebagai anugerah kepada kaum beriman. Para pramugari di pesawat udara memba­gikan makanan kepada para penumpang, mereka tidak membagikan informasi tentang cara-cara memasak. De­mikian pula, Paulus menyalurkan kekayaan Kristus ke­pada kaum saleh. Inilah yang sedang kita lakukan dalam ministri kita pada hari ini.

Kepengurusan rumah tangga ini adalah menurut ekonomi Allah. Bagi Allah ini adalah ekonomi, bagi kita ini adalah kepengurusan rumah tangga. Seluruh kaum saleh, tidak peduli kelihatannya betapa tidak berartinya mereka, namun menurut ekonomi Allah, mereka memi­liki bagian dalam kepengurusan rumah tangga. Ini berarti setiap orang kudus dapat menginfuskan Kristus ke dalam orang lain. Bahkan seorang saudari muda yang masih di SLTA juga dapat menyalurkan Kristus ke dalam teman sekolahnya. Penyaluran Kristus ke dalam diri orang lain ini adalah kepengurusan rumah tangga menurut ekonomi Allah.

Kepengurusan rumah tangga dari anugerah ini ialah penyaluran Allah. Kita telah nampak bahwa kehendak hati Allah ialah menyalurkan kekayaan-Nya, yang sebenar­nya adalah diri-Nya sendiri, ke dalam umat pilihan-Nya. Setelah kekayaan ini disalurkan ke dalam kita, kita perlu menerima beban untuk menyalurkannya ke dalam diri orang lain. Bagi Allah, kekayaan ini ialah ekonomi-Nya; bagi kita, kekayaan ini ialah kepengurusan rumah tang­ga. Ketika kekayaan ini kita salurkan ke dalam diri orang lain, kekayaan ini adalah penyaluran Allah. Ketika ekonomi Allah mencapai kita, ekonomi Allah menjadi kepengurusan rumah tangga kita. Ketika kita melaksa­nakan kepengurusan rumah tangga ini melalui menya­lurkan Kristus kepada orang lain, ekonomi Allah men­jadilah penyaluran Allah ke dalam mereka. Demikianlah, kita memiliki ekonomi, kepengurusan rumah tangga, dan penyaluran.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 28

24 December 2012

Efesus - Minggu 14 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 3:1-2


Dalam berita ini kita akan melihat perkara penye­lenggaraan anugerah Allah. Dalam Efesus 3:2 Paulus berkata, “Memang kamu telah mendengar tentang penye­lenggaraan anugerah Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu.” Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “penyelenggaraan” di sini sama dengan kata yang diter­jemahkan sebagai “persiapan” dalam Efesus 1:10 dan “rencana” dalam Efesus 3:9. Penyelenggaraan anugerah adalah penyaluran anugerah Allah ke dalam umat pilih­an-Nya untuk menghasilkan dan membangun gereja. Dari penyelengaraan ini timbullah ministri rasul yang adalah pengurus rumah tangga dalam rumah Allah, yang me­nyuplaikan Kristus sebagai anugerah Allah kepada anggota keluarga Allah.

Istilah “penyelenggaraan” dalam ayat 2 ini dalam bahasa aslinya ialah oikonomia. Menurut pemakaian ba­hasa kuno, oikonomia menunjukkan satu kepengurusan rumah tangga, suatu pengaturan atau administrasi. Pada masa Paulus, banyak keluarga kaya yang memiliki peng­urus-pengurus rumah tangga yang bertugas membagikan makanan atau keperluan lainnya kepada anggota keluar­ga. Bapa kita mempunyai keluarga besar, keluarga ilahi. Berhubung Bapa kita memiliki kekayaan yang sangat besar, maka dalam keluarga-Nya Ia memerlukan banyak pengurus rumah tangga untuk menyalurkan kekayaan­kekayaan itu kepada anak-anak-Nya. Penyaluran ini ber­arti kepengurusan rumah tangga. Maka, kepengurusan rumah tangga adalah suatu penyaluran atau pembagian. Kata ini bukan ditujukan kepada suatu zaman atau suatu cara Allah untuk memperlakukan umat-Nya, melainkan mengacu kepada menyalurkan kekayaan Allah ke dalam umat pilihan-Nya. Penyaluran ini berarti kepengurusan rumah tangga berikut ministri penyaluran dari para mi­nister Allah. Ministri penyaluran ini juga adalah pengatur­an pemerintahan Allah. Hari ini Allah mengatur melalui menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Kepeng­urusan rumah tangga ini, penyaluran ini, pemerintahan ini tidak lain adalah ekonomi Allah. Dalam ekonomi Per­janjian Baru Allah terdapat kebutuhan yang mendesak bagi kepengurusan rumah tangga anugerah.

Walau Paulus seorang pengurus rumah tangga, da­lam Efesus 3:1 ia menganggap dirinya sebagai seorang yang “dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu, orang-orang bukan Yahudi”. Paulus menganggap dirinya sendiri sebagai tawanan Kristus. Kelihatannya, dia terku­rung dalam penjara; tetapi sebenarnya dia dipenjarakan dalam Kristus. Atas dasar status ini, yakni status hidup­nya yang sebenarnya, dia menasihati orang-orang kudus. Ketika menyampaikan wahyu rahasia Allah mengenai gereja dalam pasal 1 dan 2, Paulus berbicara atas dasar statusnya sebagai rasul Kristus oleh kehendak Allah. Status ini adalah otoritas wahyunya mengenai gereja. Ketika menasihati orang-orang kudus untuk hidup berpa­danan dengan panggilan Allah, dia menggunakan status­nya sebagai seorang tawanan Tuhan. Statusnya sebagai rasul Kristus melayakkan dia untuk menyampaikan wah­yu Allah; statusnya sebagai tawanan Tuhan menyatakan perilakunya di dalam Tuhan, dengan status ini dia dapat mendorong dan menasihati orang-orang kudus untuk berperilaku dalam Tuhan, seperti dia.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 28

22 December 2012

Efesus - Minggu 13 Sabtu


Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:17; Ef. 2:22


Ayat 22 menerangkan, “Di dalam Dia kamu juga tu-rut dibangun menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.” Kata “kamu” di sini mengacu kepada orang-orang kudus lokal, ini menunjukkan bahwa pembangunan dalam ayat 21 bersifat universal dan pembangunan dalam ayat 22 bersifat lokal. Dalam ayat ini Paulus mengatakan bah­wa orang-orang kudus setempat, yaitu orang-orang kudus di Efesus, terbangun bersama dalam Kristus menjadi tempat kediaman Allah. Jadi, dalam ayat-ayat ini Paulus membahas gereja dalam aspek universal dan aspek lokal. Seluruh bangunan sedang bertumbuh — ini mengacu kepada aspek universal. Kaum beriman di tempat tertentu sedang dibangun bersama — ini mengacu ke­pada aspek lokal.

Seluruh gereja lokal merupakan bagian dari gereja universal, bukan sesuatu yang ditambahkan atau yang terpisah darinya. Seluruh gereja lokal dijumlahkan men­jadi satu, sama dengan gereja universal. Ini berarti di luar gereja-gereja lokal tidak ada gereja universal. Maka, pembangunan gereja lokal berarti pembangunan gereja universal. Seluruh gereja lokal hanya memiliki satu pem­bangunan. Bukan gereja di Anaheim memiliki satu pembangunan, sedangkan gereja di Chicago memiliki pembangunan lain, dan gereja di New York memiliki pem­bangunan lain lagi. Tetapi, konsepsi alamiah kita tentang pembangunan ialah tiap lokal memiliki pembangunan yang berbeda-beda. Dalam alam semesta ini hanya terda­pat satu pembangunan, yakni yang beraspek universal dan yang bersifat lokal. Tak peduli berapa banyak gereja di bumi ini, tetap hanya ada satu pembangunan, yaitu yang beraspek ganda ini.

Ayat 22 mengatakan bahwa kita dibangunkan men­jadi tempat kediaman Allah di dalam Roh. Roh di sini ditujukan kepada roh insani kaum beriman yang dihuni oleh Roh Kudus Allah. Roh Allah adalah Penghuninya, bukan tempat kediaman. Tempat kediaman adalah roh kaum beriman. Roh Allah tinggal di dalam roh kita. Ma­ka, tempat kediaman Allah ada di dalam roh kita.

Ayat 21 mengatakan bahwa Bait Suci ini berada di dalam Tuhan, dan ayat 22 mengatakan tempat kediaman Allah ada di dalam roh. Ini menunjukkan bahwa bagi pembangunan tempat kediaman Allah, Tuhan bersatu dengan roh kita dan roh kita bersatu dengan Tuhan. Berada di dalam roh kita sesungguhnya berarti berada di dalam Tuhan. Berada di dalam Tuhan juga berarti berada di dalam roh. “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia” (1 Kor. 6:17). Kita tidak mungkin memisahkan roh kita dari Tuhan. Ja­di, roh kita adalah tempat di mana pembangunan gereja itu berada. Pembangunan ini bukan dalam pikiran, emo­si, jiwa, atau hati kita, melainkan mutlak suatu perkara yang terdapat dalam roh kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 27

21 December 2012

Efesus - Minggu 13 Jumat


Pembacaan Alkitab: Kis. 4:11; Ef. 2:11


Ayat 20 mewahyukan bahwa dalam bangunan Allah, Kristus adalah batu penjurunya. Di sini Kristus bukan ditujukan sebagai dasar (Yes. 28:16), tetapi sebagai batu penjuru, karena yang diutamakan di sini bukanlah dasar­nya, melainkan batu penjuru, yang menyatukan kedua tembok: satu tembok adalah kaum beriman Yahudi dan tembok yang lain adalah kaum beriman kafir.

Tatkala tukang-tukang bangunan orang Yahudi me­nolak Kristus, mereka menolak-Nya sebagai batu penjuru (Kis. 4:11; 1 Ptr. 2:7), yaitu Orang yang akan menyatukan orang kafir dengan mereka untuk pembangunan rumah Allah.

Ayat 21 mengatakan, “Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.” Di sini kita nampak bahwa di dalam Kristus sebagai batu penjuru, semua bangunan, termasuk kaum beriman Yahudi dan kaum beriman kafir, disusun bersama dan sedang bertumbuh menjadi bait Allah yang kudus di dalam Tuhan.

Karena bangunan ini hidup (1 Ptr. 2:5), ia sedang bertumbuh. Bangunan ini bertumbuh menjadi Bait Allah yang kudus. Pembangunan gereja yang sesungguhnya se­bagai rumah Allah adalah oleh pertumbuhan kaum ber­iman dalam hayat. Hari ini gereja sedang bertumbuh, tetapi bukan bertumbuh dalam hayat alamiah kita, me­lainkan bertumbuh dalam hayat ilahi, hayat rohani.

Ayat 21 juga mengatakan bahwa seluruh bangunan “rapi tersusun”. Ungkapan ini berarti disesuaikan dengan keadaan dan situasi bangunan.

Seperti ditunjukkan pada ayat 21, seluruh bangunan tumbuh menjadi Bait Allah yang kudus. Kata “bait” ber­arti tempat kudus, yaitu bagian dalam dari keseluruhan Bait Suci. Seluruh bangunan ini bertumbuh menjadi satu bait yang kudus di dalam Tuhan. Ini berarti seluruh ba­ngunan rumah Allah, ruang kudus Allah, ada di dalam Kristus Tuhan.

Ungkapan “seluruh bangunan” ini ditujukan kepada gereja universal. Bila Anda merenungkan sejarah gereja pada sembilan belas abad yang lalu, Anda akan sulit me­lihat adanya pertumbuhan pembangunan. Tetapi janganlah putus asa. Kehendak Allah tidak akan gagal. Bangunan alam semesta ini sedang bertumbuh. Dalam Matius 16 Tuhan Yesus bernubuat bahwa Ia akan membangun ge­reja-Nya. Bangunan dalam Matius 16:18 juga adalah bangunan dalam Efesus 2:21. Walaupun pertumbuhan bangunan ini lambat dan sulit diketahui, bagaimanapun ia terus berlangsung.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 27

20 December 2012

Efesus - Minggu 13 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:20-22


Dalam merenungkan gereja sebagai bangunan Allah, kita perlu menaruh perhatian khusus terhadap masalah dasar. Ayat 20 mengatakan, “Yang dibangun di atas da­sar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus se­bagai batu penjuru.” Banyak orang Kristen sulit mema­hami apakah dasar yang disebut dalam ayat ini. Satu Korintus 3:11 mengatakan, “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” Kristus adalah satu-satunya dasar. Namun, yang dikatakan da­lam Efesus 2:20 adalah dasar para rasul dan para nabi. Hanya saja itu tidak berarti para rasul dan para nabi sendiri adalah dasar. Berbeda kontras dengan Wahyu 21, di sana dasarnya adalah para rasul, di sini dasarnya bu­kan para rasul dan para nabi sendiri. Sejak rahasia Kristus diwahyukan kepada para rasul (Ef. 3:5-6), wahyu yang mereka terima dianggap sebagai dasar yang di atasnya gereja dibangun. Ini sesuai dengan batu karang dalam Matius 16:18, yang bukan hanya menunjuk kepada Kristus, tetapi juga wahyu mengenai Kristus, yang di atasnya Kristus akan membangun gereja-Nya. Maka, da­sar para rasul dan para nabi adalah wahyu yang mereka terima tentang Kristus dan gereja untuk pembangunan gereja. Jadi gereja dibangun di atas wahyu ini. Itulah dasar dalam Efesus 2:20.

Dalam pemulihan Tuhan, di atas apa kita memba­ngun gereja? Mengatakan kita membangun di atas Kristus itu terlalu kabur dan tidak tegas. Kita perlu membangun gereja di atas wahyu yang diterima para rasul dan para nabi. Apa yang disebut “gereja-gereja” yang didirikan menurut kebangsaan itu bukan dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi. Beberapa kelompok yang mengaku “gereja” bahkan melarang masuknya suku-suku bangsa tertentu. Sudah tentu perhimpunan-perhimpunan itu bukan dibangun di atas dasar yang disebut dalam Efesus 2:20 tadi. Gereja Roma Katolik dan seluruh de­nominasi mengaku bahwa dasar mereka ialah Kristus. Tetapi tidak ada satu pun dari kelompok itu yang meng­umumkan bahwa dasar mereka adalah para rasul dan para nabi. Sebagai contoh: denominasi Presbiterian di­bangun di atas konsepsi presbyteri (sistem kepenatuaan). Tetapi para rasul dan para nabi tidak pernah menerima satu wahyu yang membenarkan sistem kepenatuaan boleh menjadi dasar gereja. Gereja Methodis dibangun di atas prinsip John Wesley, dan gereja Katolik dibangun di atas konsepsi hierarki. Jika wahyu yang diberikan kepada para rasul dan para nabi diterapkan di gereja Katolik, maka gereja Katolik akan runtuh. Gereja-gereja karisma­tik dibangun di atas dasar karunia-karunia dan pengalam­an karismatik tertentu. Berbeda kontras dengan semua yang disebut “gereja” tadi, kita dalam pemulihan Tuhan harus dapat menyatakan dengan tegas bahwa gereja-ge­reja dalam pemulihan dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi. Ini berarti gereja-gereja dalam pemulihan Tuhan dibangun menurut wahyu yang diterima para rasul dan para nabi. Dan Wahyu ini meliputi kaum beriman se­luruh suku bangsa dan kewarganegaraan, juga meliputi mereka yang berbahasa lidah dan yang tidak. Bila Anda mempunyai visi dasar gereja yang wajar ini, Anda akan nampak bahwa hanya gereja-gereja dalam pemulihan Tuhan yang dibangun di atas dasar yang tepat; lainnya, semuanya bukan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 27

19 December 2012

Efesus - Minggu 13 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:19


Kini kita bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus. Ungkapan “kawan sewarga” menunjukkan Kerajaan Allah. Semua orang beriman, baik orang Yahudi maupun kafir, adalah warga negara dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah ada­lah ruang lingkup tempat Allah dapat melaksanakan ke­kuasaan-Nya. Asalkan Anda seorang beriman, Anda ada­lah warga negara Kerajaan Allah. Kewarganegaraan ini mencakup hak-hak dan kewajiban kita. Kita menikmati hak-hak kerajaan, kita pun mengemban tanggung jawab kerajaan. Kedua hal ini selalu bergandengan. Sebagai contoh, sebagai warga negara Amerika Serikat, kita menikmati hak-hak tertentu, tetapi kita juga harus memenuhi kewajiban kita untuk membayar pajak.

Ayat 19 mewahyukan bahwa kita juga sebagai “ang­gota-anggota keluarga Allah”. Ungkapan ini menunjukkan rumah Allah. Kaum beriman Yahudi dan kafir adalah anggota keluarga Allah. Keluarga Allah adalah masalah hayat dan kenikmatan; semua orang beriman dilahirkan dari Allah ke dalam rumah-Nya (keluarga-Nya) untuk menikmati kekayaan-Nya. Kerajaan Allah adalah masa­lah hak dan kewajiban; semua orang percaya yang dila­hirkan ke dalam rumah Allah memiliki hak sipil dan ke­wajiban dalam Kerajaan Allah. Dalam ayat yang pendek ini tercakup dua perkara yang dalam: Kerajaan Allah berikut hak dan kewajibannya dan rumah atau keluarga Allah berikut kenikmatan hayat dan kekayaan Bapa.

Ayat 19 menyinggung tentang kaum saleh, keluarga Allah, dan Kerajaan Allah. Kaum saleh itu bersifat indi­vidual, tetapi keluarga Allah bersifat korporat dan meng­hasilkan Kerajaan Allah. Tanpa keluarga tidak mungkin ada kerajaan. Pertama-tama kita adalah kaum saleh yang individual, kemudian kita adalah keluarga Allah yang korporat dan yang akhirnya menjadi Kerajaan Allah. Karena itu, kita tidak saja memiliki aspek individual dari kehidupan orang Kristen, juga memiliki kehidupan keluarga Allah dan Kerajaan Allah pada aspek korporat.

Dalam ayat 19 terdapat pikiran yang akrab, ini ter­tampak dari ungkapan “kawan sewarga”. Sebagai orang kafir yang belum beroleh selamat, kita dahulu jauh dari Allah dan kewargaan Israel, tetapi sekarang kita memili­ki satu hubungan yang akrab dengan orang-orang kudus. Kita adalah kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah. Di antara warga negara Amerika Serikat, terdapat suatu keakraban, tetapi ke­akraban itu tidak sebanding dengan keakraban di antara anggota keluarga. Orang-orang Yahudi dan kafir bukan hanya menjadi warga dari kerajaan yang sama, tetapi juga menjadi kerabat keluarga yang sama. Kita perlu memandang orang kudus dengan akrab sebagai kerabat kita. Menjadi anggota keluarga Allah tidak seharusnya hanya dalam doktrin kita, tetapi juga dalam pengalaman kita. Dalam alam semesta Allah hanya memiliki satu ke­luarga, satu rumah tangga. Tidak peduli apa latar be­lakang kita, sebagai kaum beriman, kita semua adalah anggota keluarga Allah yang universal dan unik ini, dan seluruh orang kudus adalah kerabat kita. Janganlah menganggap hal ini sepele, tetapi pandanglah hal ini dengan serius sebagai aspek gereja yang terpenting. Be-tapa akrabnya hubungan yang kita miliki di antara ke­luarga Allah!


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 26

18 December 2012

Efesus - Minggu 13 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:14-16, 19


Dalam ayat 15 dan 16 Rasul Paulus menyebut satu manusia baru sebelum Tubuh. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu merenungkan Efesus 2:14-16 sekali lagi. Sewaktu kita membaca ayat-ayat ini, kita tidak seharusnya membawa konsepsi alamiah, pe­ngertian agamawi, atau prasangka doktrinal kita, sebab semuanya itu membuat kita tolol dan tumpul dalam memahami firman Tuhan. Karena aspek gereja sebagai Tubuh tidak setinggi aspeknya sebagai manusia baru, mungkin kita mengira Tubuh harus disebut lebih dulu, tetapi mana mungkin ada Tubuh jika tidak ada satu ma­nusia lebih dulu? Pertama-tama, kita membicarakan satu manusia, kemudian baru tubuhnya. Penciptaan manusia baru adalah yang primer, sedangkan dihasilkannya Tubuh itu bersifat sekunder. Karena itu, Paulus lebih dulu me­ngatakan bahwa kematian Kristus dalam dagingnya di atas salib, membatalkan peraturan-peraturan, untuk menciptakan satu manusia baru dalam diri-Nya. Dengan berbuat demikian, maka Tubuh telah dihasilkan. Jadi, se­gera setelah manusia baru diciptakan, muncullah Tubuh itu. Dalam hubungan ini kata “dan” pada permulaan ayat 16 sangat bermakna, sebab kata itu mengaitkan pemikir­an pendamaian di dalam satu Tubuh dengan penciptaan satu manusia baru. Ketika Kristus menciptakan kedua­nya itu, orang Yahudi dan orang kafir ke dalam satu ma­nusia baru, Ia mendamaikan mereka dalam satu Tubuh kepada Allah. Karena alasan inilah maka Paulus menye­but manusia baru lebih dulu, kemudian baru menyebut Tubuh.

Sesudah didamaikan kepada Allah, orang Yahudi dan orang kafir masih perlu mendapatkan jalan masuk kepa­da Bapa sebagai kenikmatan. Jalan masuk ini tidak ha­nya di dalam Tubuh, tetapi juga di dalam Roh. Berada di dalam Tubuh itu suatu fakta, berada di dalam Roh itu suatu pengalaman. Walaupun kita berada di dalam Tu­buh, kita mungkin belum berada di dalam Roh, sebalik­nya kita mungkin berada di dalam pikiran kita yang ter­ombang-ambing. Misalnya, sewaktu Anda duduk di dalam suatu sidang, mungkin pikiran Anda melanglang buana. Ini menggambarkan fakta bahwa kita perlu mengalami berada di dalam Roh.

Ketika kita berada di dalam Roh, barulah kita me­nikmati Bapa. Kita mungkin memiliki Allah pada fak­tanya melalui berada di dalam Tubuh, tetapi jika kita mau menikmati Bapa dalam pengalaman, haruslah kita berada di dalam Roh. Dahulu kita jauh dari Allah, tetapi pada posisinya, kita telah didamaikan kepada-Nya dan sekarang tidak ada lagi sekatan atau pemisahan antara kita dengan Allah. Namun bila kita tidak berada di dalam Roh, kita tidak dapat menikmati fakta tersebut. Itulah sebabnya, untuk menikmati dalam pengalaman apa yang kita miliki secara posisional itu, perlulah kita berada di dalam Roh.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 26

17 December 2012

Efesus - Minggu 13 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:6, 17


Ayat 16 mengatakan bahwa orang Yahudi dan orang kafir telah didamaikan di dalam satu Tubuh. Satu Tubuh ini, gereja (Ef. 1:22-23), adalah satu manusia baru yang disebut dalam ayat sebelumnya. Di dalam satu Tubuh inilah orang Yahudi dan orang kafir didamaikan dengan Allah melalui salib. Kita, kaum beriman, baik Yahudi maupun kafir, telah didamaikan tidak saja untuk Tubuh Kristus, tetapi juga di dalam Tubuh Kristus. Bukan main wahyu ini! Kita telah didamaikan dengan Allah; kita telah diselamatkan di dalam Tubuh Kristus.

Biasanya kita menganggap pendamaian sebagai urus-an perorangan; kita jarang memikirkan pendamaian yang korporat. Akan tetapi, pendamaian yang wajar dan sejati adalah dalam satu Tubuh. Tubuh adalah sarana dan cara yang olehnya kita didamaikan dengan Allah. Menurut Kolose 3:15, kita telah dipanggil di dalam satu Tubuh.

Dahulu kita tanpa Allah dan telah kehilangan Allah (ayat 12). Tetapi, melalui salib dan darah Kristus, kita telah dibawa kembali kepada Allah dalam satu Tubuh. Selama kita berada dalam satu Tubuh, kita bersatu de­ngan Allah. Tetapi jika kita berada di luar Tubuh, kita terpisah dari Allah.

Pendamaian kita dengan Allah dalam satu Tubuh di­rampungkan melalui salib. Salib Kristus di satu pihak telah melenyapkan perseteruan yang disebabkan oleh ke­tetapan-ketetapan yang diberikan karena daging; di pi­hak lain, salib Kristus menebus kita dengan darah Kristus yang teralir di atasnya. Melalui saliblah, baik orang Ya­hudi maupun orang kafir, telah didamaikan dengan Allah dalam satu Tubuh.

Ayat 17 mengatakan, ”Ia datang dan memberitakan (Injil) damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan da­mai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’.” Ini adalah kedatangan Kristus sebagai Roh itu untuk memberitakan damai sejahtera sebagai Injil; damai sejahtera yang digenapkan-Nya melalui salib-Nya. Mereka yang jauh ialah orang-orang kafir, yang tidak bersunat, dan yang dahulunya jauh, terpisah oleh daging mereka; dan mere­ka yang dekat ialah orang-orang Yahudi, yang bersunat, yang dahulu dekat dijadikan dekat oleh pemilihan Allah.

Kristus yang mati di atas salib untuk menghapus peraturan-peraturan, agar dapat menciptakan manusia baru, dan mengalirkan darah-Nya untuk mendamaikan kita dengan Allah, datang kepada kita sebagai Roh itu untuk memberitakan Injil pendamaian. Hal ini berarti Kristus telah datang sebagai Roh pemberi-hayat, bahkan sebagai Roh pemberita Injil. Maka baik orang yang jauh maupun yang dekat sama-sama perlu mendengar kabar kesukaan pendamaian ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 26

15 December 2012

Efesus - Minggu 12 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:23-24


Kita semua perlu memiliki satu visi yang jelas tentang manusia baru. Cara hidup kita yang lama, warisan kita dari Babel, bahkan peraturan-peraturan Yahudi telah dibatalkan di dalam daging Kristus melalui kematian-Nya di atas salib. Jangan lagi memustikakan warisan kita, kita harus menyangkalnya. Di pihak positifnya, kita harus nampak bahwa manusia baru telah diciptakan, dan melalui kelahiran kembali telah ditaruh ke dalam roh kita. Sekarang yang kita perlukan ialah roh kita menjadi bagian yang dominan dari diri kita. Ini berarti roh kita yang berbaur dengan Roh Allah harus menjadi roh pikiran kita (Ef. 4:23). Bila roh kita menjadi roh pikiran kita, seluruh kehidupan kita akan berdasar pada roh. Apa saja yang kita perbuat, akan berdasar pada roh. Roh pikiran kita ini kemudian akan menjadi roh yang memperbarui. Ketika kita diperbarui oleh roh ini, kita mengenakan manusia baru.

Efesus 4:24 menerangkan bahwa manusia baru ini diciptakan langsung menurut Allah. Tetapi Kolose 3:10 mewahyukan, manusia baru ini sedang terus-menerus diperbarui untuk mencapai pengetahuan yang penuh menurut gambar Allah. Berhubung manusia baru ini diciptakan menurut Allah, maka pada hakekatnya ia sama dengan Allah. Namun dalam pengalaman kita, manusia baru ini harus diperbarui untuk mencapai pengetahuan yang penuh menurut gambar, ekspresi Allah yang menciptakannya. Penciptaan manusia baru menurut Allah itu telah rampung, tetapi dalam pengalaman kita, ia sedang diperbarui sedikit demi sedikit untuk mencapai pengetahuan yang penuh. Dengan cara inilah manusia baru yang kita alami ini menjadi ekspresi Allah.

Efesus 4:24 mengatakan manusia baru diciptakan menurut Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Kebenaran di sini menandakan perbuatan Allah, dan kekudusan menandakan apa adanya Allah. Apa saja yang Allah lakukan itu benar dan apa adanya Allah itu kudus. Manusia baru diciptakan menurut Allah dalam aspek-aspek ini. Tidak hanya demikian, kebenaran dan kekudusan berasal dari realitas. Dean Alford mengatakan bahwa kebenaran dalam ayat ini mengacu kepada esens Allah, sebab Allah itu kebenaran. Ini berlawanan dengan nafsu yang menyesatkan, yang disebut dalam Efesus 4:22. Penyesatan adalah esens Iblis, sang pendusta, tetapi kebenaran adalah esens Allah, Dialah kebenaran. Karena itu, nafsu itu berasal dari Iblis, si penyesat, sedangkan kebenaran dan kekudusan berasal dari Allah, yang adalah kebenaran. Vincent menunjukkan bahwa dalam ayat-ayat ini, baik penyesatan maupun kebenaran harus dianggap berpribadi. Manusia baru ini diciptakan menurut Allah dalam kebenaran dan kekudusan, yaitu kedua aspek dari esens Allah.

Dalam pengalaman kita terhadap manusia baru, manusia baru ini terus-menerus diperbarui untuk mencapai pengetahuan yang penuh menurut gambar Pencipta-Nya. Pembaruan ini terjadi melalui menanggalkan cara hidup yang lama untuk hidup menurut roh. Pada waktuwaktu yang lampau kita telah membicarakan banyak ten-tang roh kita. Akan tetapi, kita tidak boleh memisahkan hal ini dari masalah menanggalkan cara hidup kita yang lama. Bila kita ingin memiliki manusia baru sebagai kehidupan kita, kita harus terlebih dulu menanggalkan cara hidup lama kita. Kemudian kita harus membiarkan roh kita menjadi unsur yang memimpin, mendominasi, mengatur, dan memerintah seluruh diri kita. Jika kita hidup secara demikian, maka proses pembaruan akan dengan spontan berlangsung di dalam kita. Pembaruan yang terus-menerus sedemikian ini adalah mengenakan manusia baru. Inilah hidup gereja, hayat dan kehidupan manusia baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 25

14 December 2012

Efesus - Minggu 12 Jumat


Pembacaan Alkitab: Kol. 3:10-11


Ketika Paulus menulis surat kepada orang-orang di Kolose, hampir di tiap kota di daerah Laut Tengah terdapat orang-orang Yahudi. Ketika orang Yahudi dan orang Yunani di kota-kota tertentu beroleh selamat, mereka berhimpun menjadi gereja lokal. Di banyak kota tidak saja terdapat orang-orang Yahudi dan Yunani, juga orang-orang Barbar (orang Eropa Utara) dan Skit. Menurut keyakinan beberapa guru Alkitab, orang Skit adalah orang yang paling tidak berbudaya (primitif) dan paling liar. Karenanya, di beberapa kota mungkin ada gereja yang mencakup orang Yunani yang berbudaya, orang Yahudi yang agamawi, orang Barbar dan orang Skit yang primitif. Lagi pula, ada orang yang menjadi budak yang telah dijual, serta orang merdeka, yaitu para majikan budak. Apa yang akan terjadi bila semua orang yang berbeda-beda itu berhimpun bersama menghadiri perjamuan Tuhan? Untuk dapat membawa mereka ke dalam hidup gereja, mereka harus menanggalkan manusia lama yang terwujud dalam cara hidup lama mereka. Orang-orang Yunani harus menanggalkan filsafat mereka; orang-orang Yahudi harus menanggalkan agama dan aturan tentang makanan; orang-orang Skit menanggalkan kehidupan yang primitif, para majikan harus menanggalkan sikap mereka terhadap budak, dan budak harus menanggalkan cara hidup mereka yang khas. Dalam hidup gereja tidak ada tempat bagi perbedaan-perbedaan itu. Tidak ada orang Yahudi atau kafir, Barbar atau Skit, orang merdeka atau budak. Dalam hidup gereja hanya ada tempat bagi Kristus.

Melalui alat-alat transportasi dan komunikasi modern, orang-orang dalam dunia hari ini lebih dekat dibandingkan dengan orang zaman dulu dalam sejarah. Teristimewa negara Amerika Serikat disebut sebagai sua-tu wadah pembauran, yang membaurkan semua suku dan bangsa yang berbeda-beda. Masing-masing suku memiliki watak yang sama sekali berlainan; ada yang ekspresif, ada yang pendiam dan misterius, semua terhimpun menjadi satu. Keadaan ini terlihat dalam gereja-gereja dalam pemulihan Tuhan. Di sini kita nampak berbagai macam manusia: orang Puerto Rico, Meksiko, Brasil, Swiss, Prancis, Jerman, Swedia, Denmark, Indonesia, Malaysia, Korea, China, Jepang, Ghana, dan Amerika. Bahkan perbedaan antara orang-orang ini bisa tertampak dalam cara mereka berkidung. Ada yang berkidung dengan cara yang mereka anggap khidmat, yaitu hanya menggerakkan bibir, ada lagi yang penuh gairah, sehingga sekujur tubuhnya bergoyang-goyang. Jadi, sekalipun dalam berkidung dan memuji Tuhan, kita mungkin masih tetap mempertahankan cara hidup kita.

Setelah Babel, mulailah terdapat perbedaan-perbedaan di antara manusia. Tetapi di atas salib Kristus telah menghapus segala perbedaan itu, supaya Dia dapat menghasilkan satu manusia baru. Melalui kelahiran kembali, satu manusia baru telah ditaruh ke dalam kita, yaitu orang-orang yang dahulunya telah dipengaruhi oleh perbedaan yang diakibatkan oleh Babel. Selain peraturan-peraturan orang Yahudi, segala cara hidup kita adalah warisan Babel. Apa yang harus kita perbuat terhadap warisan ini? Kita harus menguburnya. Inilah artinya kita wajib menanggalkan cara hidup kita yang dahulu. Janganlah membenarkan cara hidup Anda, atau bangga karenanya. Masalahnya bukan terletak pada benar atau salahnya cara hidup itu. Setiap cara hidup mengandung peraturan-peraturan, karenanya harus kita tanggalkan. Alangkah kasihannya kita melihat apa yang disebut gereja yang dibangun menurut latar kebangsaan! Sebagai contoh: di San Francisco terdapat sebuah gereja Presbyterian China. Nampaknya setiap bangsa atau negara memiliki apa yang disebut gereja bangsanya sendiri. Ketika kita berhimpun bersama untuk melaksanakan hidup gereja yang sejati, kita semua harus menanggalkan warisan nasional kita dan melupakan semuanya itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 25

13 December 2012

Efesus - Minggu 12 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:24; Kol. 3:10


Cara Perjanjian Baru membicarakan manusia baru mungkin terasa aneh bagi pikiran alamiah kita. Menurut Efesus 4:24, manusia baru diciptakan dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya, tetapi menurut Kolose 3:10, manusia baru itu terus-menerus diperbarui. Bagaimana manusia baru itu dapat diciptakan (yang tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang lama), tetapi pada waktu yang sama juga diperbarui (yang ada hubungannya dengan sesuatu yang lama)? Penciptaan manusia baru adalah satu hal, sedangkan pengalaman atas manusia baru adalah hal lain. Dari pihak Kristus, manusia baru telah selesai diciptakan; tetapi dari pihak kita, pengalaman kita, manusia baru terus-menerus diperbarui. Menurut ciptaan baru, manusia baru telah dirampungkan oleh pekerjaan Kristus; tetapi menurut pengalaman kita, manusia baru sedang dalam proses terus-menerus diperbarui dari hari ke hari. Beban saya dalam berita ini ialah menunjukkan kepada Anda bagaimana manusia baru ini terus-menerus diperbarui. Pembaruan ini pada hakekatnya berarti mengenakan manusia baru. Seperti telah kita tunjukkan dalam berita yang lalu, manusia baru ini telah diciptakan, tetapi sekarang kita perlu mengenakannya dalam pengalaman kita.

Sewaktu kita dilahirkan kembali, manusia baru ditaruh di dalam roh kita, atau dilahirkan ke dalam roh kita. Kini manusia baru ini harus berkembang ke setiap bagian diri kita. Perkembangan manusia baru ini adalah mengenakan manusia baru, juga berarti pembaruan. Maka kita nampak bahwa mengenakan manusia baru bukanlah satu perkara yang di luar dan yang obyektif, melainkan suatu pengalaman yang batiniah dan yang subyektif.

Sudah kita tunjukkan bahwa di atas salib Kristus telah membatalkan peraturan-peraturan, agar dapat menghasilkan satu manusia baru di dalam kebangkitan. Maka, dalam kebangkitan Kristus, manusia baru telah diciptakan dan dilahirkan. Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, Roh pemberi-hayat masuk ke dalam roh kita dan beserta-Nya juga manusia baru sebagai hasil yang telah rampung. Demikianlah manusia baru dilahirkan di dalam roh kita. Karena itu, sejak kita dilahirkan kembali, manusia baru telah berada dalam roh kita. Sekarang manusia baru harus menjenuhi setiap bagian kita. Perkembangan ini berarti mengenakan manusia baru, juga berarti diperbarui. Seperti tercantum dalam Kolose 3:10, kita perlu mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui. Berapa banyak kita mengenakan manusia baru, tergantung pada berapa banyak kita diperbarui.

Bila kita benar-benar mendambakan pembaruan, kita perlu menanggalkan cara hidup kita yang dahulu. Dengan menanggalkan cara hidup kita, kita menanggalkan manusia lama secara riil. Mengubur cara hidup yang dahulu pada hakekatnya sama dengan mengubur manusia lama. Karena itu, beban saya dalam berita ini bukan hanya menganjuri Anda menanggalkan manusia lama, lebih-lebih menganjuri Anda menanggalkan cara hidup Anda yang dahulu.

Banyak orang kudus dalam pemulihan Tuhan yang masih mempertahankan cara hidup mereka yang dahulu. Jangan mengatakan saya kaku, kuno, atau ketinggalan zaman, karena saya menyuruh Anda menanggalkan cara hidup yang dahulu. Jika Anda bersikap demikian terhadap apa yang saya katakan di sini, itu suatu tanda bahwa Anda masih terpikat oleh arus jahat dari sistem setan hari ini. Jangan sampai hanyut oleh arus zaman ini, sebaliknya kita harus mengubur cara hidup kita yang dahulu dan bahkan mengadakan upacara penguburan baginya. Hanya mengatakan menanggalkan manusia lama saja itu terlampau doktrinal. Menanggalkan manusia lama yang sesungguhnya ialah menanggalkan cara hidup yang dahulu, yang selalu berkaitan dengan peraturan-peraturan dan cara hidup kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 25

12 December 2012

Efesus - Minggu 12 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:14-15; 4:24


Sebagai orang yang telah beroleh selamat dan dilahirkan kembali, kita sekarang harus menanggalkan manusia lama kita dan mengenakan manusia baru. Walaupun manusia baru telah diciptakan, namun kita tetap perlu mengenakannya. Sedikit sekali orang Kristen yang tahu bagaimana caranya menanggalkan manusia lama, lebih sedikit lagi yang tahu bagaimana caranya mengenakan manusia baru. Kebanyakan orang Kristen mengira bahwa menanggalkan manusia lama berarti menanggalkan sifat atau diri lama, dan mengenakan manusia baru berarti mengenakan sifat baru. Orang yang menganut konsepsi demikian keliru sama sekali. Kalau manusia baru dalam Efesus 2:15 berarti satu manusia yang korporat, maka manusia baru dalam Efesus 2:24 seharusnya juga manusia korporat. Menurut Efesus 4:24, kita perlu mengenakan manusia baru yang telah diciptakan di dalam Kristus.

Cara untuk mengenakan manusia baru terdapat dalam Efesus 4:23 — “dibarui di dalam roh pikiranmu” (Tl.). Kata-kata ini menunjukkan bahwa dibarui di dalam roh pikiran adalah mengenakan manusia baru. Sekarang kita harus nampak apakah artinya dibarui di dalam roh pikiranmu. Tidak dapat disangkal, ini adalah ungkapan yang sangat khusus. Seandainya saya menjadi penulis Kitab Efesus, saya akan berkata “pikiran roh” bukan “roh pikiran”, sebab baginya itu lebih logis. Namun Paulus di sini mengatakan roh pikiran.

Jalan untuk mengenakan manusia baru ialah membiarkan roh kita (yang telah berbaur dengan Roh Kudus) menjadi roh pikiran kita. Dalam roh kita terdapat Allah, tempat kediaman Allah, dan manusia baru. Pikiran kita mendominasi dan mengatur seluruh diri kita. Roh menjadi roh pikiran berarti roh memimpin, mengontrol, mendominasi, dan menduduki pikiran kita. Bukan pikiran kita menjadi pikiran roh kita, melainkan roh kita harus menjadi roh pikiran kita. Jika pikiran itu menjadi pikiran roh kita, berarti pikiran kitalah yang mendominasi, mengontrol, dan memimpin roh kita. Namun bila roh kita yang menjadi roh pikiran kita, itu berarti roh kita yang mendominasi, mengontrol, dan memimpin pikiran kita. Tatkala roh memimpin pikiran kita, ia menguasai seluruh diri kita. Pada saat demikian, seluruh diri kita berada di bawah kontrol roh kita, yang di dalamnya terdapat Allah, tempat kediaman Allah, dan manusia baru. Di dalam roh pikiran kita yang sedemikianlah kita dibarui. Maka melalui roh inilah kita mengenakan manusia baru.

Mengenakan manusia baru bukan terjadi sekali untuk selamanya. Sebaliknya, ini merupakan satu perkara seumur hidup, suatu proses yang berangsur-angsur berlangsung dalam seluruh hidup kekristenan kita. Kita telah berkali-kali menandaskan bahwa manusia baru telah diciptakan di dalam dan dengan Kristus. Dalam Efesus 2:15, kata “di dalam” bahasa Yunaninya juga mengandung arti unsur, yang juga berarti “dengan”. Maka di dalam diri-Nya sesungguhnya berarti dengan Dia sendiri. Manusia baru telah diciptakan dengan Kristus sebagai esens ilahi. Ketika kita dilahirkan kembali, manusia baru ini diletakkan di dalam roh kita. Sekarang kita perlu mengenakannya dari hari ke hari melalui membiarkan roh mengontrol seluruh diri kita dan membarui pikiran kita. Setiap saat ketika sebagian diri kita dibarui, itu berarti kita lebih banyak mengenakan manusia baru. Karena itu, semakin dibarui melalui pengontrolan roh atas pikiran kita, kita akan semakin mengenakan manusia baru itu. Akhirnya, proses mengenakan manusia baru ini akan mencapai kesempurnaannya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 24

11 December 2012

Efesus - Minggu 12 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:14-15


Di dalam daging-Nya Kristus membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya; tetapi Dia tidak menciptakan manusia baru di dalam daging-Nya. Tidak, di dalam daging Dia telah mengakhiri hal-hal yang negatif, agar Dia dapat menciptakan keduanya, Yahudi dan kafir, menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya. Hal-hal negatif telah diakhiri di dalam daging Kristus, sedangkan manusia baru, yang positif, ditunaskan di dalam diri Kristus sendiri. Kita perlu menaruh perhatian pada dua ungkapan dalam ayat 15: “di dalam daging-Nya” dan “di dalam diri-Nya”. Jika saya bertanya kepada Anda, di mana Anda berada hari ini, Anda harus mengatakan, “Pertama-tama, aku berada di dalam daging Kristus; sekarang aku di dalam diri-Nya. Di dalam daging-Nya, aku telah diakhiri di atas salib, tetapi di dalam diri-Nya, aku telah tercipta menjadi bagian dari satu manusia baru.”

Kristus tidak berhenti pada pengakhiran hal-hal yang negatif saja. Seperti telah berulang-ulang kita tandaskan, kematian adalah ambang pintu kebangkitan, yang membawa kita memasuki kebangkitan. Walau dalam daging Kristus telah mati tersalib, namun kematian itu membawa-Nya memasuki kebangkitan. Dalam kebangkitan Dia tidak lagi berada dalam daging, sebaliknya Dia sekarang adalah Roh yang ajaib. Memang dahulu di dalam daging-Nya, kita, manusia lama diakhiri, tetapi kini di dalam Roh yang ajaib, kita telah diciptakan menjadi satu manusia baru. Ketika manusia lama dan sifat lama kita tersalib, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan sifat kita yang jatuh pun tersingkirkan. Lalu di dalam kebangkitan Kristus dan di dalam Roh-Nya yang ajaib, kita diciptakan menjadi satu manusia baru. Memang nampaknya tidak masuk akal kalau kita mengatakan bahwa kita telah disalibkan sebelum kita dilahirkan. Tetapi itu adalah fakta yang ajaib, yakni kita telah diakhiri dalam daging Kristus di atas salib. Lagi pula, sebelum kita dilahirkan, kita juga telah diciptakan di dalam Roh yang ajaib menjadi satu manusia baru.

Ungkapan “di dalam diri-Nya” sangat bermakna. Ungkapan ini menunjukkan bahwa Kristus bukan hanya sebagai Pencipta satu manusia baru, gereja, tetapi juga sebagai ruang lingkup dan sarana yang dengannya satu manusia baru ini diciptakan. Dialah unsur manusia baru. Setelah kita diakhiri, di dalam-Nya kita menerima esens baru. Kristus sendirilah yang menjadi unsur baru kita. Tiada suatu pun perkara yang berasal dari manusia lama kita yang berguna bagi penciptaan manusia baru, sebab esens kita yang dahulu itu berdosa. Tetapi di dalam-Nya terdapat esens ajaib, di situlah diciptakan satu manusia baru.

Kristus telah menciptakan satu manusia baru — gereja, dengan jalan menggarapkan sifat Allah ke dalam sifat manusia. Pekerjaan ilahi ini adalah yang baru. Dalam ciptaan lama Allah tidak menggarapkan sifat-Nya ke dalam makhluk ciptaan-Nya yang mana pun, bahkan ke dalam manusia pun tidak. Tetapi dalam penciptaan manusia baru, sifat Allah telah digarapkan ke dalam manusia untuk membuat sifat ilahi-Nya menjadi satu satuan dengan sifat insani.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 24