Pembacaan Alkitab: Mat. 26:31-75
Doa baca: “Petrus
menjawab-Nya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku
sekali-kali tidak.’" (Mat. 26:33)
Injil Matius menyajikan
dengan sangat rinci mengenai penyangkalan Petrus terhadap Tuhan. Dalam pasal 26
Tuhan Yesus dan Petrus mutlak saling berlawanan. Di aspek mana pun Yesus mampu
menembus jalan salib. Tetapi Petrus gagal menempuh jalan ini. Sudah tentu semua
murid yang lain sama seperti Petrus. Jika kita nampak jelas perkara ini, kita
akan memperhatikan dengan saksama penyangkalan Petrus sebagaimana kita dengan
saksama memperhatikan kemenangan Kristus.
Jika kita memandang Tuhan
Yesus, kita nampak keberhasilan yang sempurna, tetapi jika kita memandang
Petrus, kita nampak kegagalan total. Untuk mendirikan kerajaan, perlu
kemenangan Kristus. Ia harus menang dalam setiap hal. Bersamaan dengan itu,
kita harus mengetahui bahwa sebagai umat manusia yang telah jatuh, kita tidak
dapat menjadi umat kerajaan. Jangan mengandalkan diri Anda sendiri. Petrus itulah
wakil kita. pembangunan gereja, dan jalan salib. Ia ditanggulangi di atas
gunung pengubahan dan dikoreksi tentang membayar pajak. Berkali-kali Petrus
ditanggulangi. Sulit sekali kita percayai bahwa orang yang begitu bersyarat dan
terlatih, justru yang pertama-tama menyangkal Tuhan.
Bahkan Petrus sendiri pun
tidak percaya bahwa ia akan berbuat demikian. Dalam ayat 33 Petrus berkata
dengan berani kepada Tuhan, “Biar pun
mereka semua terguncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” Dan
dalam ayat 35 ia berkata, “Sekalipun aku
harus mati bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau” Petrus
yakin bahwa ia akan mengikuti Tuhan sampai pada akhirnya. Tetapi sebagaimana
dijelaskan oleh gambaran ini, semua hal yang dapat ia lakukan hanyalah menyangkal
Tuhan sampai puncaknya. Ini membuktikan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu
berhasil memperhidupkan hayat kerajaan. “Tuhan, aku sama sekali tidak mampu.
Aku adalah Petrus. Jika Petrus tidak mampu; siapakah aku ini sehingga berani
mengira aku mampu? Tuhan, aku tidak mampu.”
Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 4, Berita 69