Hitstat

08 March 2013

Efesus - Minggu 24 Jumat


Pembacaan Alkitab: Yoh. 1:16; 4:10


Sekarang kita melihat masalah realitas (kebenaran). Berhubung pikiran kita mungkin dikuasai oleh konsepsi alamiah, maka kita mungkin merasa sulit untuk memahami maknanya yang sesuai dengan Perjanjian Baru. Banyak yang menyangka realitas (kebenaran) hanya suatu doktrin belaka. Bila mereka melihat istilah “kebenaran” dalam Alkitab, otomatis mereka menafsirkannya sebagai doktrin. Namun dalam Perjanjian Baru, realitas (kebenaran) tidak ditujukan kepada doktrin. Jika Anda ingin membuktikan hal ini, cobalah Anda mengganti ayat-ayat yang mengatakan “kebenaran” itu dengan “doktrin”. Yohanes 1:14 tentu mengatakan bahwa Firman telah menjadi daging, penuh dengan anugerah dan doktrin; Yohanes 1:17 mengatakan bahwa anugerah dan doktrin datang oleh Yesus Kristus; dan Yohanes 14:6 menga­takan, Tuhan adalah jalan, doktrin, dan hayat. Alangkah menggelikan! Tidak masuk akal pula kalau mengatakan kita telah mempelajari Kristus menurut doktrin yang nyata di dalam Yesus. Namun demikian, dalam konsepsi kebanyakan orang Kristen, arti kebenaran tak lebih dari­pada doktrin. Ada lagi yang menganggap kebenaran berarti ketulusan. Menurut pengertian itu, berbicara dalam kebenaran dianggap berbicara secara tulus.

Jika kita ingin mengetahui makna realitas (kebenar­an) dalam Perjanjian Baru, kita harus mengesampingkan definisi-definisi itu. Realitas (kebenaran) ialah Allah yang diwahyukan. Alangkah jauh bedanya hal ini dengan mengatakan realitas (kebenaran) itu doktrin atau ketulusan! Berhubung anugerah dan realitas berasal dari Yesus Kristus, maka pada prinsipnya keduanya itu tentu adalah sesuatu dari diri Allah sendiri. Yesus ialah Allah yang datang kepada kita. Ketika Allah datang kepada kita, Ia tidak datang sebagai doktrin atau ketulusan. Ketika Ia datang, setiap perkara yang berkaitan dengan-Nya turut datang. Allah datang kepada kita untuk kita nikmati. Itulah anugerah. Allah juga datang untuk mewahyukan diri-Nya sendiri kepada kita. Itulah realitas. Dengan kata lain, ketika kita menikmati Allah, Ia adalah anugerah, tetapi ketika Allah diwahyukan kepada kita, Ia adalah realitas. Karena itu, realitas tidak lain ialah Allah yang diwahyukan kepada kita.

Menurut keempat kitab Injil, semua orang yang berkontak dengan Tuhan Yesus secara positif, telah menerima anugerah dan nampak realitas. Anugerah yang mereka terima ialah Allah itu sendiri, dan realitas yang mereka nampak ialah Allah juga. Karena itu, Yohanes memberi tahu kita bahwa dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah (Yoh. 1:16). Dari Dia kita telah menerima kekayaan dari apa adanya Allah. Inilah Allah yang telah diterima, dialami, dan dinikmati. Inilah anugerah. Seiring dengan ini, Allah lalu dilihat dan dikenal oleh kita. Inilah realitas.

Kehidupan gereja adalah hasil dari datangnya Allah kepada kita sebagai anugerah dan realitas, dan perginya kita kepada Allah untuk menemui-Nya sebagai kasih dan terang. Melalui lalu lintas demikian muncullah ketujuh kaki pelita dalam Kitab Wahyu. Terakhir, lalu lintas surgawi ini akan menghasilkan Yerusalem Baru sebagai kesaksian Allah yang kekal. Baik kaki pelita maupun Yerusalem Baru, keduanya berasal dari lalu lintas antara Allah dengan kita dan antara kita dengan Allah. Dalam lalu lintas ini Allah datang kepada kita menjadi anugerah dan realitas kita, dan kita pergi kepada Allah untuk mengalami-Nya sebagai kasih dan terang kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 49

No comments: