Hitstat

14 June 2012

Galatia - Minggu 9 Kamis


Pembacaan Alkitab: Gal. 3:17


Perjanjian Baru mewahyukan bahwa dalam kekekalan yang lampau Allah telah menetapkan satu kehendak, satu rencana. Ketetapan kehendak ini ialah agar umat yang Ia pilih menerima keputraan dan menjadi anak-anak Allah, kemudian bersama dengan Putra Sulung Allah terbentuk menjadi manusia korporat yang mengekspresikan Allah untuk selama-lamanya. Inilah keterangan singkat dari ketetapan kehendak Allah yang kekal. Setelah memiliki ketetapan kehendak ini, Allah merampungkan pekerjaan penciptaan. Inti penciptaan Allah ialah manusia, sebab Allah berkehendak mendapatkan sekelompok manusia untuk menjadi ekspresi-Nya. Dari Kejadian 1 kita tahu bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dengan kata lain, manusia diciptakan dengan potensi untuk mengekspresikan Allah. Pada saat diciptakan, manusia tidak memiliki hayat maupun sifat ilahi. Namun, manusia diciptakan dengan kapasitas untuk menerima Allah dan menjadi satu dengan-Nya.

Kita tahu setelah penciptaan, manusia jatuh. Di satu aspek, kejatuhan Adam mendatangkan sifat dosa dan perbuatan dosa; di aspek lainnya, kejatuhan Adam mendapatkan kutuk. Karena itu, manusia yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya telah terlibat dalam dosa dan berada di bawah kutuk. Fakta bahwa manusia menempuh jalan yang semakin menurun setelah Kejadian 3, menunjukkan bahwa manusia berada di bawah kutuk. Kita nampak kutuk ini dari Kain, keturunan umat manusia yang kedua. Karena keturunan-keturunan Kain semua berada di bawah kutuk, maka mereka jatuh semakin rendah. Pada akhirnya, manusia jatuh sedemikian rupa di Babel sehingga terpecah-belah dan menjadi kacau balau. Tidak dapat disangsikan bahwa manusia yang jatuh itu sudah terlibat dalam dosa bahkan berada di bawah kutuk.

Di tengah-tengah situasi kejatuhan yang sedemikianlah Allah yang mulia menampakkan diri-Nya kepada Abraham (Kis. 7:2). Alkitab tidak mengatakan Allah yang pengasih menampakkan diri kepada Abraham, tetapi mengatakan Allah yang mulia menampakkan diri kepadanya. Hal ini sangat bermakna. Pada diri Adam ada dosa dan kutuk, tetapi pada diri Abraham ada janji Allah. Menurut Kejadian 12:3, Allah berjanji kepada Abraham bahwa di dalam dia segala bangsa akan diberkati. Latar belakang janji ini adalah kutuk atas umat manusia. Karena umat manusia berada di bawah kutuk, maka arah manusia menuju ke bawah. Namun Allah datang memanggil Abraham dan berjanji bahwa di dalam dia, segala bangsa, yakni umat manusia yang dalam keadaan terpecah-belah dan kacau balau itu, akan beroleh berkat. Tentu saja ini merupakan berita yang baik. Tak heranlah, kemudian, Paulus menganggap hal ini sebagai Injil.

Akan tetapi, masalah yang kita tekankan di sini adalah janji itu. Ketika memanggil Abraham, Allah memberinya sebuah janji. Galatia 3:17 membicarakan satu janji dan satu perjanjian. Dalam ayat 8 pasal ini Paulus juga menerangkan bahwa perkataan Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:3 merupakan pemberitaan Injil bagi Abraham. Penuturan janji tersebut merupakan pemberitaan Injil. Tambahan pula, perjanjian yang disahkan dalam Kejadian 15 merupakan pengukuhan Injil.

Dalam Kejadian 12:3 janji hanya sekadar janji, sebab masih perlu penggenapan. Dalam pasal ini tidak dijelaskan kepada kita kapan, bagaimana, atau di mana janji itu akan dipenuhi. Kemudian dalam Kejadian 15, janji itu telah menjadi perjanjian yang telah disahkan, dan dalam Kejadian 17, perjanjian ini telah dikuatkan dengan tanda sunat. Sekalipun janji telah disahkan menjadi perjanjian dan telah dikuatkan, namun tetap belum digenapi.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 18

No comments: