Pembacaan Alkitab: Gal. 3:17
Perjanjian Baru mewahyukan bahwa dalam
kekekalan yang lampau Allah telah menetapkan satu kehendak, satu rencana.
Ketetapan kehendak ini ialah agar umat yang Ia pilih menerima keputraan dan
menjadi anak-anak Allah, kemudian bersama dengan Putra Sulung Allah terbentuk
menjadi manusia korporat yang mengekspresikan Allah untuk selama-lamanya.
Inilah keterangan singkat dari ketetapan kehendak Allah yang kekal. Setelah
memiliki ketetapan kehendak ini, Allah merampungkan pekerjaan penciptaan. Inti
penciptaan Allah ialah manusia, sebab Allah berkehendak mendapatkan sekelompok
manusia untuk menjadi ekspresi-Nya. Dari Kejadian 1 kita tahu bahwa manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dengan kata lain, manusia diciptakan
dengan potensi untuk mengekspresikan Allah. Pada saat diciptakan, manusia tidak
memiliki hayat maupun sifat ilahi. Namun, manusia diciptakan dengan kapasitas
untuk menerima Allah dan menjadi satu dengan-Nya.
Kita tahu setelah penciptaan, manusia
jatuh. Di satu aspek, kejatuhan Adam mendatangkan sifat dosa dan perbuatan
dosa; di aspek lainnya, kejatuhan Adam mendapatkan kutuk. Karena itu, manusia
yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya telah terlibat dalam dosa dan
berada di bawah kutuk. Fakta bahwa manusia menempuh jalan yang semakin menurun
setelah Kejadian 3, menunjukkan bahwa manusia berada di bawah kutuk. Kita
nampak kutuk ini dari Kain, keturunan umat manusia yang kedua. Karena
keturunan-keturunan Kain semua berada di bawah kutuk, maka mereka jatuh semakin
rendah. Pada akhirnya, manusia jatuh sedemikian rupa di Babel sehingga
terpecah-belah dan menjadi kacau balau. Tidak dapat disangsikan bahwa manusia
yang jatuh itu sudah terlibat dalam dosa bahkan berada di bawah kutuk.
Di tengah-tengah situasi kejatuhan yang
sedemikianlah Allah yang mulia menampakkan diri-Nya kepada Abraham (Kis. 7:2).
Alkitab tidak mengatakan Allah yang pengasih menampakkan diri kepada Abraham,
tetapi mengatakan Allah yang mulia menampakkan diri kepadanya. Hal ini sangat
bermakna. Pada diri Adam ada dosa dan kutuk, tetapi pada diri Abraham ada janji
Allah. Menurut Kejadian 12:3, Allah berjanji kepada Abraham bahwa di dalam dia
segala bangsa akan diberkati. Latar belakang janji ini adalah kutuk atas umat
manusia. Karena umat manusia berada di bawah kutuk, maka arah manusia menuju ke
bawah. Namun Allah datang memanggil Abraham dan berjanji bahwa di dalam dia,
segala bangsa, yakni umat manusia yang dalam keadaan terpecah-belah dan kacau
balau itu, akan beroleh berkat. Tentu saja ini merupakan berita yang baik. Tak
heranlah, kemudian, Paulus menganggap hal ini sebagai Injil.
Akan tetapi, masalah yang kita tekankan di
sini adalah janji itu. Ketika memanggil Abraham, Allah memberinya sebuah janji.
Galatia 3:17 membicarakan satu janji dan satu perjanjian. Dalam ayat 8 pasal
ini Paulus juga menerangkan bahwa perkataan Allah kepada Abraham dalam Kejadian
12:3 merupakan pemberitaan Injil bagi Abraham. Penuturan janji tersebut
merupakan pemberitaan Injil. Tambahan pula, perjanjian yang disahkan dalam
Kejadian 15 merupakan pengukuhan Injil.
Dalam Kejadian 12:3 janji hanya sekadar
janji, sebab masih perlu penggenapan. Dalam pasal ini tidak dijelaskan kepada
kita kapan, bagaimana, atau di mana janji itu akan dipenuhi. Kemudian dalam
Kejadian 15, janji itu telah menjadi perjanjian yang telah disahkan, dan dalam
Kejadian 17, perjanjian ini telah dikuatkan dengan tanda sunat. Sekalipun janji
telah disahkan menjadi perjanjian dan telah dikuatkan, namun tetap belum
digenapi.
Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 18
No comments:
Post a Comment