Hitstat

17 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Minggu

Peringatan Paulus
Kisah Para Rasul 27:10
Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya, “Saudara-saudara, aku lihat bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.”

Ayat Bacaan: Kis. 27-28; Flp. 3:9, 12

Meskipun jurumudi dan nakhoda adalah orang-orang yang ahli dalam menjalankan kapal, dan tahu banyak tentang angin dan laut, tetapi mereka tidak memiliki pandangan seperti yang dimiliki Paulus. Paulus telah memperingatkan mereka akan bahaya dan kerugian yang akan mereka hadapi, “tetapi perwira itu lebih percaya kepada juru mudi dan nakhoda daripada kepada perkataan Paulus” (Kis. 27:11). Juru mudi dan nakhoda kapal itu meyakinkan perwira itu agar tidak memperhatikan perkataan Paulus. Karena itu, menurut konsepsi mereka yang salah, mereka melanjutkan pelayaran itu dan mengalami kerugian.
Seorang hamba Tuhan bernama Chapman, menarik banyak orang untuk mendengarkan Firman Tuhan. Orang yang mau mendengarkan khotbahnya makin lama makin banyak, hingga tempat perhimpunannya dibangun lebih besar. Setelah mendengar kabar tentang dirinya, D. L. Moody, seorang penginjil khusus naik kereta api datang mendengarkan pemberitaan di gedung kebaktiannya. Moody memasuki tempat itu dan dengan tenang ia duduk mendengarkan pemberitaan Chapman. Selesai sidang, Chapman segera turun dari mimbar menyambut Moody dan meminta Moody memberi komentar tentang dirinya. Moody berkata, “Saudara, yang Anda kerjakan adalah satu kegagalan, bukan kesuksesan, karena dalam hayat Anda ada yang kurang beres.” Mendengarkan perkataan ini, Chapman tidak senang. Ia berpikir, “Moody, Anda tidak mempunyai hak dan tidak seharusnya mengkritik dengan cara demikian.” Bagaimanapun Moody sudah berkata, dan ia sendiri tahu bahwa ada sesuatu yang kurang beres. Ketika ia sadar bahwa dirinya memang ada yang salah, selama tiga minggu lamanya ia merasa tidak enak! Akhirnya ia berkata kepada Allah, “Ya Allah! Aku sungguh tidak bisa. Aku mohon Engkau bekerja sampai aku bisa mengatasinya.” Sejak hari itu, ia baru mengetahui harus bagaimana ia menempuh hidup dan ia bekerja dengan penuh kuat kuasa. Ia bersaksi, “Kalau diriku bisa memberitakan Injil, bisa berkhotbah, atau ada sedikit kebaikan, aku tahu, semuanya berasal dari ketaatanku pada waktu itu.” Mari kita belajar taat, mendengarkan nasihat orang yang ada di depan kita di dalam Kristus.

Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak. (Ams. 12:15)

No comments: