Hitstat

27 April 2011

1 Korintus - Minggu 7 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 2:13-16


Kita semua harus belajar dari Paulus, yaitu tidak mencoba berbicara dengan ungkapan-ungkapan "umum" kepada orang lain. Ini berarti kita tidak boleh merendahkan standar pemberitaan kita kepada standar ungkapan manusia yang umum. Ungkapan manusia yang umum tidak cukup untuk menyampaikan hal-hal rohani. Begitu kita meninggalkan standar bahasa yang diajarkan oleh Roh dan memakai kata-kata yang diajarkan oleh hikmat manusia, kita akan tidak mampu lagi menyampaikan hal-hal rohani kepada orang lain.

Dalam ayat 14 Paulus menekankan fakta bahwa hal-hal dari Roh Allah hanya dapat dilihat jelas secara rohani. Jika kita ingin melihat jelas hal-hal rohani, kita harus tahu bahwa kita memiliki satu roh. Kemudian kita perlu menyadari bahwa Roh Allah berhuni di dalam roh kita dan kita mulai melatih roh kita untuk melihat jelas hal-hal rohani dengan cara yang rohani.

Dalam ayat 15 Paulus berkata, "Tetapi manusia rohani menilai (melihat jelas) segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain." Manusia rohani adalah orang yang menyangkal jiwanya dan tidak hidup oleh jiwanya, tetapi membiarkan rohnya, yaitu roh yang telah dilahirkan kembali, yang digerakkan dan diduduki Roh Allah, untuk mengendalikan antero dirinya. Lebih jauh, ia hidup oleh roh ini, bergerak dan berperilaku berdasarkan roh ini (Rm. 8:4). Orang rohani sedemikian bisa melihat jelas perkara Roh Allah, karena naluri kesadaran rohaninya bisa menyatakan daya gunanya. Mereka yang tidak melatih roh, tidak bisa melihat jelas orang yang rohani.

Ayat 16 adalah penutup dari bagian 1 Korintus ini: "Sebab: 'Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?' Tetapi kami memiliki pikiran Kristus." Karena kita bersatu secara organik dengan Kristus, maka kita memiliki segala indra yang Ia miliki. Pikiran adalah indra kecerdasan, adalah organ pemahaman. Kita memiliki organ pikiran Kristus ini, maka kita bisa mengetahui apa yang Ia ketahui. Kita bukan hanya memiliki hayat Kristus, tetapi juga memiliki pikiran Kristus. Kristus harus menjenuhi pikiran kita dari roh kita, sehingga pikiran kita menjadi satu dengan pikiran-Nya. Ketika kita menjadi satu dengan Kristus, maka pikiran-Nya akan menjadi pikiran kita. Ini tidak seharusnya hanya menjadi doktrin bagi kita, tetapi harus menjadi pengalaman dan praktek kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 1, Berita 17

No comments: