Hitstat

13 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Rabu

Ibu, inilah, anakmu!
Yohanes 19:26-27
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!”

Ayat Bacaan: Yoh. 19:26-27; Luk. 23:34, 43, 46; Mat. 27:46

Sewaktu Tuhan di atas kayu salib, Ia mengucapkan tujuh buah perkataan. Pertama, Tuhan mengucapkan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:3); kedua, “Hari ini juga Engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:43); ketiga, menunjuk kepada murid-Nya, Yohanes, Tuhan berkata kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah anakmu” (Yoh. 19:26). Kemudian Ia berkata kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!“ (Yoh. 19:27). Ketiga perkataan ini diucapkan selama tiga jam pertama penyaliban Tuhan. Perkataan keempat; “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Perkataan kelima: “Aku haus!” (Yoh. 19:28); keenam: “Sudah selesai” (Yoh. 19:30); dan ketujuh: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk. 23:46).
Sewaktu disalibkan, Yesus melihat ibu-Nya dan “murid yang dikasihi-Nya berada di samping-Nya lalu berkatalah Dia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian Ia berkata kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!”. Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya” (Yoh. 19:26-27). Perkataan ini menyatakan kesatuan hayat, karena mempersaksikan bahwa Tuhan adalah hayat yang disalurkan ke dalam kaum beriman. Oleh hayat ini, murid yang dikasihi-Nya bisa menjadi satu dengan-Nya , menjadi anak dari ibu-Nya, dan ibu-Nya menjadi ibu dari murid yang dikasihi-Nya.
Melalui pengalihan hayat ini, salah seorang dari murid-murid-Nya dapat menjadi putra ibu-Nya, dan ibu-Nya dapat menjadi ibu murid ini. Ini bukan menunjukkan keselamatan, melainkan pengalihan hayat. Tuhan Yesus mati untuk membebaskan hayat dan menyalurkan diri-Nya sebagai hayat ke dalam murid-murid, yaitu menjadikan semua murid sama dengan Dia. Dengan sen-dirinya, semua murid adalah putra-putra ibu-Nya. Kematian adalah permulaan kebangkitan. Setiap kali kita memasuki kematian, kita harus tahu bahwa kita berada di ambang pintu kebangkitan. Allah yang hidup adalah kebangkitan. Kita hidup bersandar Allah yang hidup, bukan hidup bersandar diri kita sendiri. Kesatuan kita dengan-Nya dalam hayat membuat kita dapat bersekutu akrab dan mesra dengan Dia.

No comments: