Hitstat

07 September 2017

Wahyu - Minggu 31 Kamis

Pembacaan Alkitab: Why. 21:15-21
Doa baca: Why. 21:16
Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Lalu ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: Dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.


Terlebih dulu mari kita bahas ukuran-ukuran Yerusalem Baru. Wahyu 21:15 mengatakan, "Dan Ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu buluh pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya" (Tl.). Buluh di sini adalah untuk mengukur; mengukur adalah untuk memiliki (Yeh. 40:5; Za. 2:1-2; Why. 11:1Karena sebuah tongkat menyiratkan penghukuman (Ams. 10:13; Yes. 10:5; 11:4), maka buluh seperti tongkat pengukur menunjukkan mengukur dengan penghukuman untuk memiliki. Tetapi, dalam 21:15, kita mempunyai buluh, tidak disebutkan tongkat. Di sini tidak tersirat penghakiman, pendisiplinan, atau penghukuman, karena dalam setiap hal Yerusalem Baru itu lengkap dan sempurna. Kota ini telah melewati setiap ujian. Perempuan terang universal, yang berakhir pada Yerusalem Baru, telah melalui banyak penanggulangan dan telah diukur oleh banyak tongkat dalam setiap zaman. Ketika keempat zaman berlalu dan langit baru dan bumi baru tiba, tidak perlu lagi mengukur dengan tongkat.

Yerusalem Baru diukur dengan buluh berarti diukur untuk dimiliki. Andaikata Anda ingin membeli sebidang tanah. Pertama-tama Anda mengukurnya, kemudian Anda mengambil alih hak milik atasnya. Wanita-wanita juga melakukan hal yang sama ketika mereka membeli bahan di toko kain. Jumlah bahan yang mereka ukur adalah jumlah bahan yang mereka beli dan miliki. Demikian juga, Yerusalem Baru, yang akan diukur dengan buluh emas, akan sepenuhnya dimiliki Tuhan dengan cara yang sangat positif.

Perhatikanlah, buluh itu adalah buluh emas. Karena emas melambangkan sifat ilahi Allah, maka "dari emas" di sini menunjukkan bahwa kota itu, pintu-pintu gerbangnya, dan temboknya diukur menurut sifat ilahi Allah. Apa saja yang tidak sesuai dengan sifat ilahi Allah bukanlah milik Yerusalem Baru. Allah tidak mau memiliki sesuatu yang tidak sesuai dengan sifat-Nya. Seluruh kota itu, dengan pintu-pintu gerbang dan temboknya dapat melewati pengukuran dan pengujian sifat Allah; karena itu, kota ini cocok untuk dimiliki Allah.

Bahkan hari ini, Allah mengukur gereja-gereja dengan standar emas dari ukuran ilahi-Nya. Ketika Allah mengukur gereja, Dia tidak mempermasalahkan kecerdasan, kegiatan, atau kemampuan kita berbicara. Tetapi Ia sangat memperhatikan berapa banyak sifat-Nya telah tergarap ke dalam kita. Apakah hakiki gereja adalah emas? Apakah gereja disusun dengan esens ilahi Allah? Gereja harus bersifat ilahi; maksudnya, sifat ilahi harus tergarap ke dalam setiap aspek hidup gereja. Jadi, standar pengukuran bukanlah sifat manusia kita, melainkan sifat Allah.

Ketika kita hendak menyatakan kasih kita terhadap orang lain, kita harus tahu kasih macam apa yang kita nyatakan, yang insani atau yang ilahi. Begitu pula dengan kerendahan hati dan kebaikan. Walaupun kita harus rendah hati dan baik, kita harus memeriksa kerendahan hati kita dan kebaikan kita itu insani atau ilahi. Prinsip ini berlaku bagi setiap aspek keinsanian kita. Kita perlu menjadi manusia yang bersifat ilahi; maksudnya, sifat ilahi harus tergarap ke dalam kita. Ingatlah bahwa pengukuran Allah atas gereja adalah berdasarkan sifat ilahi. Sifat emas Allah adalah satu-satunya standar.



Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 61

No comments: