Hitstat

19 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Minggu

Hati Nurani Kaum Beriman
Kisah Para Rasul 23:1
Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata, “Saudara-saudara, sampai hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.”

Ayat Bacaan: Kej. 3:23; 6:5; 9:6; 1 Yoh. 3:20-21; Ibr. 4:7

Setelah manusia jatuh dan diusir dari Taman Eden (Kej. 3:23), Allah di dalam pengaturan ekonomi-Nya menghendaki manusia bertanggung jawab kepada hati nuraninya sendiri. Tetapi manusia tidak hidup menurut hati nuraninya, malah jatuh lebih jauh ke dalam perbuatan jahat (Kej. 6:5). Karena itu, hidup dengan hati nurani yang tidak bercela di hadapan Allah, seperti yang Paulus lakukan, adalah satu perpalingan yang besar dari ke-jatuhan manusia kepada Allah.
Paulus dapat bersaksi bahwa hati nuraninya murni, tidak bercela atau tanpa tuduhan (1 Yoh. 3:20-21). Ketika kehidupan seorang Kristen maju, yang dipersaksikan hati nurani hampir sama dengan yang dipersaksikan Roh Kudus. Karena Roh Kudus berbicara kepada orang beriman melalui hati nuraninya.
Saudara saudari, maukah kita membiarkan hati nurani menurut maksud Roh Kudus menerangi segala dosa kita? Kalau kita tidak mau, dan merasa takut, ini menyatakan bahwa masih banyak perkara yang perlu dihakimi, perlu diserahkan kepada salib. Kita belum mau sepenuhnya taat kepada Allah, belum sepenuhnya hidup menurut Roh. Persekutuan kita dengan Allah pun belum sempurna, karena masih banyak sekatan di sana sini. Oleh sebab itu, kaum beriman tidak seharusnya melakukan dosa yang besar dulu baru mengaku dosa, tetapi membiarkan Roh Kudus melalui hati nurani memberitahukan dosanya kepadanya satu per satu.
Hati nurani diibaratkan seperti sebuah jendela, yaitu jendela roh kita. Dari hati nuranilah, terang surgawi dapat menyorot masuk ke dalam kita. Jika jendela hati nurani kita tidak pernah dibersihkan, satu dosa demi satu dosa terus bertumpukan, maka jendela ini makin buram dari hari ke hari, dan terang pun sulit tembus ke dalam. Demikianlah hati nurani kita menjadi tumpul dan kita pasti mengalami kemunduran rohani. Sebaliknya, jika kita senantiasa menaati teguran hati nurani, jendela kita makin lama akan makin terang, dan kita semakin mudah memahami maksud Roh Kudus di atas diri kita. Ibrani 4:7 mengatakan, “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!”

Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah. (1 Yoh. 3:21)

No comments: