Hitstat

30 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Kamis

Hati Nurani Murni di hadapan Allah dan Manusia
Kisah Para Rasul 24:16
Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.

Ayat Bacaan: Kis. 24:16; 1 Tim. 1:19; 2 Tim. 3:5

Kita telah melihat bahwa perilaku Paulus dalam hati nurani yang baik di hadapan Allah adalah satu peralihan yang besar kepada Allah dari kejatuhan manusia. Paulus mengatakan perkataan ini untuk membela dirinya di hadapan orang-orang yang menuduhnya sebagai seorang pelanggar hukum dan bahkan seorang yang tercela dalam perilaku. Kesaksian Paulus dalam Kisah Para Rasul 23:1 dan 24:16 mengenai hati nuraninya memperlihatkan standar moralitasnya yang tinggi yang berlawanan dengan kemunafikan para agamawan Yahudi dan kebobrokan politisi-politisi Romawi.
Pekerjaan hati nurani adalah bersaksi terhadap kita mengenai sudahkah kita tepat terhadap Allah dan manusia? Sesuaikah semua yang kita kerjakan, pikirkan, dan ucapkan, dengan kehendak Allah, dan apakah kita tidak mengkhianati Kristus? Ketika kehidupan seorang Kristen maju, yang dipersaksikan hati nurani hampir sama dengan yang dipersaksikan Roh Kudus. Karena ketika hati nurani sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus, ketajaman hati nurani lebih maju dari hari ke hari, sehingga bisa lebih serasi dengan suara yang diberikan Roh Kudus di batin kita. Lagi pula Roh Kudus seringkali berbicara kepada orang beriman melalui hati nurani.
Kita harus memalingkan hati kita kepada Tuhan, melatih hati kita untuk percaya kepada-Nya, mentahirkan hati kita dari hati nurani yang jahat, dan memperbaruinya terus-menerus. Pembaruan hati bukanlah hal yang sekali untuk selamanya. Ketika kita bangun pagi-pagi, kita harus berdoa, “Tuhan, palingkan hatiku kepada-Mu.” Kemudian kita perlu menggunakan hati kita untuk percaya kepada Tuhan, “Tuhan, aku percaya kepada-Mu dan firman-Mu. Aku percaya penanggulangan-Mu di batin maupun di lingkunganku.” Pada butir ini kita akan merasa betapa bersalahnya kita, betapa banyaknya kekhilafan yang kita buat, dan betapa banyaknya kenajisan kita. Karena itu, kita harus mengakui segala dosa dan pelanggaran kita, agar kita dibersihkan dari hati nurani yang jahat. Setelah itu hati kita akan diperbarui sekali lagi. Demikianlah, seberapa tinggi moral kita sangat tergantung dengan kemurnian hati nurani kita.

...Sampai hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah. (Kis. 23:1)

No comments: